• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN PENGATURAN WAKTU ISTIRAHAT DI ATAS KMP. PORTLINK VII GUNA MEMINIMALISIR RESIKO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PENERAPAN PENGATURAN WAKTU ISTIRAHAT DI ATAS KMP. PORTLINK VII GUNA MEMINIMALISIR RESIKO "

Copied!
43
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

RUMUSAN MASALAH

BATASAN MASALAH

TUJUAN MASALAH

MANFAAT PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA

REVIEW PENELITIAN SEBELUMNYA

Beberapa peneliti telah menyelidiki waktu istirahat atau pengaturan istirahat di kapal, bagaimana penerapannya dan apakah hal tersebut berdampak pada pelaut.

LANDASAN TEORI

Sebagaimana dijelaskan dalam Perjanjian Kerja Maritim (PKL), pengaturan waktu kerja bagi anak buah kapal (schepeling, pelaut, “anak buah kapal”) tidak diatur dalam KUHP, namun tercakup dalam Undang-Undang Kelautan (lih. Ketentuan waktu kerja ). (waktu kerja dan waktu istirahat/"WKWI") bagi awak kapal mengikuti pola 6:1 dengan maksimal 44 jam per minggu. jadwal atau istirahat harian selama berlayar dan di pelabuhan, di tempat yang terlihat dan mudah dijangkau di kapal, dalam bahasa yang digunakan di kapal dan dalam bahasa Inggris, untuk kepentingan semua awak kapal.

Disarankan agar perusahaan pelayaran menggunakan format standar dalam penyusunan tabel untuk penetapan jam kerja dan jadwal jam tunggu serta pencatatan jam istirahat untuk menunjukkan kepatuhan terhadap persyaratan STCW. Perusahaan pelayaran disarankan untuk menggunakan pedoman IMO atau ILO (IMO/ILO Guidelines for the Development of Tables of Seafarers Shipboard Working Arrangements and Format of Records of Seafarers Hours of Work and Rest) untuk mengatur jam kerja dan jam istirahat. Jam kerja maksimal adalah 14 jam per hari atau 72 jam per minggu atau minimal jam istirahat.

Peraturan ini sangat penting bagi seluruh pelaut karena memastikan bahwa para pelaut telah mengatur jam kerja dan waktu istirahatnya untuk mengurangi angka kecelakaan saat bekerja di kapal. Badan Pemerintah akan mewajibkan agar catatan jam kerja harian pelaut disimpan dalam format standar, dalam bahasa kerja atau bahasa kapal dan dalam bahasa Inggris, untuk memungkinkan pemantauan dan verifikasi kepatuhan terhadap ketentuan Pasal ini, yang harus diterapkan oleh pelaut. Tidak ada ketentuan dalam bagian ini yang akan mempengaruhi hak nakhoda kapal untuk meminta pelaut melakukan pekerjaan per jam yang diperlukan untuk keselamatan kapal dengan tujuan memberikan bantuan kepada kapal lain atau orang-orang yang mengalami kesulitan di laut.

Oleh karena itu, nakhoda dapat menangguhkan jam istirahat yang dijadwalkan dan mengharuskan pelaut untuk melakukan jam kerja apa pun yang diperlukan hingga keadaan normal kembali. Namun, hal ini tidak menghalangi para anggota untuk mempunyai prosedur untuk mengesahkan atau mendaftarkan perjanjian bersama yang menetapkan jam kerja normal para pelaut dengan dasar yang tidak kalah menguntungkannya dengan Standar ini. Jadwal pelayanan laut dan pelabuhan serta jam kerja maksimal atau jam istirahat minimal yang diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan, peraturan atau kesepakatan bersama yang berlaku.

Tidak ada ketentuan dalam Konvensi ini yang dianggap mengurangi hak nakhoda kapal untuk mewajibkan pelaut melakukan jam kerja apa pun yang diperlukan untuk keselamatan kapal, orang-orang di atas kapal atau muatan atau untuk tujuan memberikan bantuan kepada kapal-kapal lain. atau orang yang mengalami kesusahan di laut. Nakhoda dapat menangguhkan jam kerja atau jam istirahat yang dijadwalkan dan mengharuskan pelaut untuk melakukan jam kerja yang diwajibkan sampai keadaan normal kembali sesegera mungkin. Anggota harus mewajibkan agar catatan jam kerja harian pelaut atau jam kerja atau istirahat harian mereka disimpan untuk memungkinkan pemantauan kepatuhan terhadap ketentuan.

Pihak berwenang yang berkompeten harus menentukan format pencatatan jam kerja atau istirahat awak kapal, dengan mempertimbangkan pedoman yang tersedia dari organisasi buruh internasional atau menggunakan format standar apa pun yang disiapkan oleh organisasi, format tersebut harus dalam bahasa kerja laut dan bahasa Inggris. . . Pihak berwenang yang berwenang harus meninjau dan memvalidasi catatan sebagaimana dimaksud dalam ayat 8 pada interval yang tepat untuk memantau kepatuhan terhadap ketentuan yang mengatur jam kerja atau waktu istirahat yang mempengaruhi Konvensi ini.

KERANGKA PENELITIAN

METODE PENELITIAN

  • JENIS PENELITIAN
  • LOKASI PENELITIAN
  • SUMBER PENELITIAN
  • TEKNIK PENGUMPULAN DATA
  • TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL
  • TEKNIK ANALISIS DATA

POLITEKNIK PERPELAYARAN SURABAYA merupakan lembaga pendidikan yang dibentuk oleh BPSDM (Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia) melalui Dinas Transportasi Matra Laut yang berlokasi di Jl. Data yang dikumpulkan dan digunakan dalam penyusunan proposal ini adalah data yaitu informasi yang diperoleh penulis melalui observasi langsung dan wawancara. Sumber data primer dalam penelitian ini adalah artikel tentang STCW 1978 Amandemen 2010 yang menjelaskan tentang pengaturan jam kerja dan jam istirahat.

Sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah dosen pembimbing, dosen metodologi penelitian, awak kapal dan seluruh teman taruna POLITEKNIK PERPELAYARAN SURABAYA. Untuk memperoleh data di lapangan yang sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti, peneliti menggunakan teknik sebagai berikut. Untuk memperoleh data otentik dalam pengumpulan data mengenai pengaturan waktu istirahat sesuai STCW 1978 Amandemen 2010.

Dengan mengumpulkan data dengan kuesioner ini, penulis mengirimkan daftar pertanyaan secara tertulis kepada responden, yang kemudian disediakan jawabannya. Pengumpulan data dengan teknik dokumentasi adalah data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip gelar, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan lain sebagainya. Data yang akan dicari dapat berupa arsip tertulis, guna mengetahui arahan sistem operasi yang terjadi.

Dalam pengolahan data peneliti akan memahami dan menganalisis dengan deskriptif kualitatif yaitu memberikan predikat terhadap variabel yang diteliti sesuai dengan kondisi sebenarnya, hasil tersebut diperoleh dengan melakukan observasi dan wawancara, dianalisis dengan deskripsi dan penjelasan naratif. Seleksi data, yaitu pemilihan data yang telah dikumpulkan, tanpa memperhatikan apakah permasalahan penelitian yang akan disajikan telah terjawab atau belum. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, lebih bersifat deskriptif berdasarkan hasil wawancara dan studi dokumen.

Menurut Peter (Manchester), analisis data adalah “Proses menyusun kumpulan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori, dan uraian dasar.” Definisi ini menggambarkan pentingnya kedudukan analisis data ditinjau dari tujuan penelitian. dilakukan sejak pengumpulan data dimulai dengan merangkum, mengkode, mengikuti tema, membuat cluster dan menulis memo.

HASIL PENELITIAN DAN PERMBAHASAN

GAMBARAN UMUM OBJEK YANG DI TELITI

HASIL PENELITIAN

PEMBAHASAN

KESIMPULAN

SARAN

Gambar

Tabel 2. 1 Review Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Aturan yang digunakan perwira jaga navigasi pada saat berlayar di alur pelayaran sempit Berdasarkan hasil observasi yang saya lakukan diatas kapal MV.LUMOSO KARUNIA saya mengamati