BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. GAMBARAN UMUM LOKASI KAPAL
Gambar 4.1 MV. Andhika Kanishka
Penulis melakukan penelitian selama melaksanakan praktek laut diatas kapal MV. ANDHIKA KANISHKA dengan bendera INDONESIA isi kotor :38.489 Tons. Pemilik kapal : PT. ANDHIKA SAMUDERA INTERNUSA yang dioperasikan di NCV. Berikut data – data kapal MV.
ANDHIKA KANISHKA yang didapat dari Ship Particular :
Ship’s Name : MV. ANDHIKA KANISHKA
Call Sign : Y B G C 2
Flag / Port of Registry : Indonesia / Jakarta
Official No. Indonesia : 2016PstNo.9073/L-GT38489 No.4125/Ba
Owner : PT. Andhika Samudera Internusa
Operator : PT. Andhika Line
I M O Number : 9164641
MMSI Number : 525 006404
Builder : Yokosuka-Sumitomo
Heavy Industri-JPN Type of Ship : Panamax-Bulk Carrier Service Speed : About 10 Kts-Laden
About 11 Kts-Ballast
Ship No : 1231
Keel Laying Date : 22 December 1997 Launching Date : 21 March 1998
Delivery Date : 19 May 1998
Class/ID No. : Bureau Veritas(BV)-08120D
P&I Club : Swedish Club
L. O. A : 225.00 M
L. B. P : 216.00 M
Breadth (Moulded) : 32.26 M Depth ( Moulded ) : 19.20 M Gross Tonnage : 38,489 T
Net Tonnage : 24,721 T
Summer Deadweight : 73,220 T Summer Displacement : 83,246 T
Light Ship : 10,026 KT
Fresh Water non Timber : 317,00 NM
Main Engine : Diesel United Sulzer 7RTA48T-M.C.R
Output 11,400 PSx114 rpm-Normal Output 10,260 PSx110 rpm
Diesel Generators : Yanmar type 6N18L-UN/
400 KW at 720 rpm/
Generator 440 V/60hz/500Kva(3set) Propeller : 1 set : type : 4 Bladed,aerofil
section,solid, Keyless type: Dia : 6200mm : Pitch 0,7R :
Area : 14,79 m2
Hatch covers : Nakata Mac Cop-Steel Hatch Cover-Side Rolling Type Ballast Water Capacity : 32,560.3 M3
Fresh Water Capacity : 296,00 M3 (100%) Fuel Oil Capacity : 2,387 M3 (100%)
Cargo Hold & Hatch Capacities : Hatch No.1 : 11,256.3 m3 Hatch No.2 : 12,795.8 m3 Hatch No.3 : 13,232.0 m3 Hatch No.4 : 12,118.9 m3 Hatch No.5 : 13,232.0 m3 Hatch No.6 : 12,780.7 m3 Hatch No.7 : 11,764.2 m3
B. HASIL PENELITIAN 1. PENYAJIAN DATA
Mualim II selaku perwira yang bertanggung jawab atas alat-alat navigasi elektronik diatas kapal bahwasannya Radar sangat bermanfaat sebagai alat bantu navigasi guna membantu melakukan pelayaran maupun manouver sandar,lepas ataupun berlabuh jangkar.
Proses awal sebelum kapal melaksanakan operasional maka akan dicek terlebih dahulu semua alat navigasi termasur Radar apakah sudah pada posisi ON dan routenya sudah benar atau belum. Dan pada saat kapal jalan Radar juga harus diperhatikan agar benda-benda darat atau kapal-kapal lain disekitar kapal dapat terlihat posisinya agar tidak terjadi tubrukan ataupun hal-hal lain yang tidak diinginkan.
Berdasarkan hasil penelitian penulis selama praktek diatas kapal pada saat kapal beroperasi butuh koordinasi dan keterampilan dalam bekerja sehingga tidak menyebabkan kerugian bagi banyak pihak, sebagai berikut penulis akan menceritakan kejadian yang pernah terjadi di atas kapal:
a. Pada tanggal 25 mei 2019 kapal MV. Andhika kanishka sedang berlayar dari Morowali menuju Muara pantai untuk mengambil muatan batu bara. Pada saat dinas jaga laut sekitar pukul 22.00 WIT saat kapal akan memasuki selat peleng perwira jaga menugaskan cadet untuk menyalakan 2 steering dan 2 radar yang telah dinyalakan parallel indexnya . Pada saat memasuki selat peleng hampir tejadi tubrukan dengan kapal nelayan yang melintas kurang lebih berjarak 6 mil dari
halauan yang tidak diketahui oleh crew dan perwira yang sedang bertugas karena lampu dari nelayan tersebut tidak ada dengan cara mengamati baringan target dengan menggunakan radar. Pada saat di baring suatu obyek yang diperkirakan kapal tersebut mengalami situasi bersilangan. Hal ini disebabkan pada saat bertugas perwira jaga tidak melakukan pengamatan secara visual secara nyata maupun menggunakan alat navigasi dan tidak memeriksa alat navigasi terutama radar. Oleh sebab itu penting untuk memperhatikan alat navigasi termasuk radar dan tidak hanya terfokus melihat sekitar kapal karena tidak semua benda-benda darat atau kapal yang melintas di sekitar kita dapat terlihat oleh mata. Apabila hal ini tidak diperhatikan kemungkinan akan mengakibatkan tubrukan di laut.
Padahal tugas dan taggung jawab perwira jaga di laut adalah
melayarkan kapal dengan aman dan selamat sesuai dengan peraturan nasional maupun internasional dalam hal menggunakan panca indra maupun dengan alat bantu navigasi yang ada di kapal.
2. ANALISIS DATA
Tugas dan taggung jawab perwira jaga di laut adalah melayarkan kapal dengan aman dan selamat sesuai dengan peraturan nasional maupun internasional dalam hal menggunakan panca indra maupun dengan alat bantu navigasi yang ada di kapal. Penggunaan radar oleh perwira jaga diatas kapal sangatlah penting agar pelayaran berjalan aman dan terhindar dari bahaya tubrukan apalagi pada saaat kapal memasuki alur pelayaran sempit. Dalam penggunaan radar diatas kapal ini tidak
terlepas dari hambatan-hambatan misalnya kondisi cuaca dan kurang ketelitian. Kurang ketelitian ini dapat diatasi dengan solidnya kerja sama dan fungsi kontrol mualim dalam tugas jaga navigasi sehingga proses pelayaran berjalan dengan aman.
Sesuai dengan apa yang dialami penulis selama praktek diatas kapal yang dapat menyebabkan terjadinya resiko tubrukan di alur pelayaran sempit adalah kondisi cuaca dan kesalahan manusia atau human error yaitu kurangnya ketelitian dan konsentrasi dalam menggunakan radar diatas kapal yang dapat menimbulkan situasi darurat yang harus segera diatasi. Dalam melaksanakan tugas dinas jaga mualim jaga harus melakukan pengamatan keliling yang cermat baik dengan penglihatan dan pendengaran maupun dengan semua sarana yang tersedia sesuai dengan keadaan dan suasana sebagaimana lazimnya, sehingga dapat membuat penilaian yang layak terhadap situasi dan bahaya tubrukan, sebagaimana yang tertuang dalam STCW code mengenai asas pokok tentang dinas jaganya yaitu salah satu asas yang perlu diperhatikan adalah pengamatan keliling sesuai dengan aturan 5 P2TL tahun 1972.
Hal ini berhubungan dengan yang tertuang dari STCW seksi A
Chapter VIII / A yaitu kewajiban mualim jaga dalam melaksanakan dinas jaga laut antara lain sebagai berikut:
a) Dilarang meninggalkan bridge selama dinas jaga dan sebelum serah terima jaga
b) Melaksanakan tugas dinas jaga jikapun nahkoda berada di bridge kecuali nahkoda mengambil alih kontrol kemudi.
c) Senantiasa memeriksa posisi, halauan yang dikemudikan dan kecepatan kapal.
d) Menggunakan dan mengerti cara pengoperasian seluruh alat bantu navigasi
e) Mengetahui karakteristik kapal.
f) Memperhatikan dan menjalankan Master Night Order.
g) Memeriksa kesalahan kompas
h) Lampu navigasi selalu berfungsi dengan baik.
i) Memeriksa secara berkala antara kemudi automatic dan manual j) Jika terdapat keraguan hubungi nahkoda.
Selama perwira jaga melaksanakan tugas jaga laut harus selalu melakukan koordinasi dengan crew jaga dan selalu mengecek apakah di RADAR muncul suatu obyek yang tidak terlihat oleh mata yang dapat menyebabkan terjadinya bahaya tubrukan. Perwira jaga sendiri harus menjalankan ataupun menerapkan Master Night Order seperti
1. Melakukan dinas jaga sebaik mungkin dan melakukan pengamatan keliling.
2. Minimal CPA 1 Nm dan TCPA kurang dari 20 menit perwira jaga
harus melakukan kontak dengan kapal lain ataupun mengambil suatu tindakan.
3. Bila terjadi keraguan atau terjadi sesuatu harap menghubungi Kapten.
C. PEMBAHASAN
Sesuai dengan rumusan masalah yang terdapat di dalam BAB I dan peristiwa yang telah dialami taruna selama praktek di MV.Andhika Kanishka penggunan Radar pada alur pelayaran sempit sangat penting.
Berdasarkan dari prosedur penggunaan Radar masih belum diterapkan dengan benar oleh perwira deck diatas kapal MV. Andhika Kanishka.
Radar atau Radio Detecting and Ranging adalah sebuah alat bantu navigasi yang memiliki banyak manfaat baik dalam penentuan posisi maupun pendeteksi sejak dini tentang resiko bahaya tubrukan. Oleh karena itu Radar sangat bermanfaat untuk mengetahui kedudukan kapal target sehingga dapat membantu menghindari bahaya tubrukan.
Pada saat kapal memasuki alur pelayaran sempit setiap perwira jaga harus menghidupkan radar secara benar. Adapun prosedur menghidupkan RADAR sesuai Manual Book di MV. Andhika Kanishka adalah sebagai berikut :
1. Tekan tombol On dan tunggu hingga posisi RADAR dalam kondisi stanby(± 3 menit ).
2. Kemudian dalam posisi RADAR standby yang tertera dalam display RADAR tekan tombol STBY-TX agar RADAR dapat digunakan.
3. Setelah itu atur switch range pada penunjukan jarak jangkauan yang dikehendaki biasanya selama berlayar saya menggunakan range 6 Nm dan 12 Nm sesuai dengan keadaan sekitar biasanya juga menggunakan 1,5 sampai 3 Nm.
4. Atur tombol Gain agar target tampak begitu jelas. Pada saat keadaan cuaca tidak baik seperti terjadi hujan gelombang maka atur dengan memutar Anti Clutter Sea dan Anti Clutter Rain dengan cara memutar searah jarum jam ataupun berlawanan sehingga dapat membuat tampilan di display RADAR seperti yang diinginkan serta Brilliance untuk mengatur gambar agar lebih jelas apabila terlalu terang justru mengaburkan gambar pada display Radar.
5. Atur tombol switch pengaturan lainnya sesuai dengan kebutuhan seperti VRM (Variable Range Marker) untuk mengukur jarak
anatara kapal kita dengan objek lain seperti kapal ataupun sosok benda darat dan EBL (Electronic Bearing Line) untuk melihat baringan target yang diinginkan.
Adapun cara mematikan RADAR sesuai manual book RADAR JRC 9000 series adalah sebagai berikut :
1. Putar semua tombol (terutama yang ada kaitannya dengan intensity listrik) pada posisi minimum.
2. Pastikan range RADAR 1,5 Nm.
3. Tekan tombol STBY-TX tunggu beberapa saat.
4. Setelah tekan tombol Off yang berada dibawah tombol On dan STBY-TX secara bersamaan maka otomatis RADAR akan mati.
Setelah Perwira Jaga menghidupkan Radar secara benar Perwira jaga laut harus membuat Pararel Index di RADAR. Pararel index adalah satu atau dua garis sejajar arah garis halauan kapal dalam Radar yang dapat berguna dalam hal memonitor perkembangan jalannya kapal dalam rancangan pelayaran serta untuk menjaga jarak konstan antara kapal sendiri dan garis pantai, pulau atau kapal lain saat bernavigasi. Prinsip dasar dari teknik parallel index adalah untuk mempertahankan dan mengikuti garis haluan yang di tarik lurus sejajar dengan haluan asli.
Apabila kapal menjauhi trek yang di buat dan akan melewati garis parallel index maka kapal akan masuk ke zona bahaya navigasi.
Kegunaan dari parallel index adalah sebagai berikut :
a. Merupakan cara yang akan berguna untuk memantau cross track error dalam setiap jarak tampak, baik maupun buruk.
b. Parallel index juga digunakan untuk menjaga jarak kapal dengan suatu bahaya navigasi, tanjung atau merkah navigasi.
Dalam hal ini metode pararel index dapat mengecek secara terus menerus pergerakan kapal agar mengikut track atau lintasan yang telah direncanakan Navigator atau Mualim II. Adapun cara membuat garis Parallel Index pada Radar adalah sebagai berikut :
1. Pilih pada tombol menu pada radar PI
2. Pilih atur garis parallel sejajar dengan garis haluan kapal
3. Letakkan garis parallel index di bagian terluar dengan bahaya navigasi.
Gambar 4.2 Tampilan garis parallel index pada Radar
Gambar 4.3 Contoh penggunaan RADAR pada Parallel Index
Peran mualim jaga laut sangat penting pada saat memasuki alur pelayaran sempit baik melihat keadaan sekitar kapal dengan cara menggunakan panca indra baik dengan penglihatan dan pendengaran serta selalu memonitor alat navigasi terutama Radar. Pada saat Radar mendekteksi adanya sosok benda cara memastikannya apakah itu benda
Haluan kapal Garis paralle lindex
Posisi kapal
darat atau kapal yang melintas yaitu dengan memplot sosok benda tersebut. Adapun cara memplot sosok benda pada RADAR yaitu
1. Arahkan cursor pada display RADAR ke arah sosok benda yang diinginkan.
2. Setelah itu tekan tombol plot pada RADAR
3. Tunggu beberapa saat lalu akan muncul suatu vektor, vektor itu sendiri adalah suatu garis yang memperkirakan kemana kapal atau sosok benda itu pergi. Apabila kecepatan kapal atau sosok benda itu hampir sama atau hampir sama dengan kapal kita maka vektor yang ditunjukkan itu kecil begitupun sebaliknya.
Setelah kita mengetahui apakah benda itu benda mati ataupun kapal melintas untuk menghindari adanya bahaya tubrukan perwira jaga harus dapat mengetahui cara-cara menganalisis display RADAR pada RADAR Plotting Sheet untuk mengetahui nilai daripada CPA (Closed Point Approach) dan TCPA (Time Closed Point Approach) guna menghidari bahaya tubrukan sebagai berikut, yaitu:
1. Langkah Pertama
Lukiskan garis halauan kapal kita pada titik pusat Radar Plotting Sheet serta titik pusat Radar Plotting Sheet beri tanda titik “C”
2. Langkah Kedua
Lihat posisi pertama kapal target yang terdiri dari waktu,barigan serta jarak pada display Radar kapal menggunakan EBL, kemudian beri tanda titik “O” pada Radar Plotting Sheet serta catat waktu pengamatan.
Beberapa menit kemudian lihat posisi kedua kapal target dan lakukan hal sama serta beri tanda titik “A” pada Radar Plotting Sheet serta catat waktu pengamatan.
3. Langkah Ketiga
Hubungkan titik “O” dan titik “A” dengan garis lurus hingga memotong garis halauan kapal kita, kemudian buat garis tegak lurus dari garis lurus yang menghubungkan titik “OA” adalah titik
“N” ke titik “C”
Maka titik “C” dan titik “N” adalah titik “CN” atau CPA (Closed Point Approach) adalah jarak pertemuan kapal kita dan target.
Untuk mengetahu jarak CPA, ukur titik “CN” menggunakan jangka dan bawa ke skala pada Radar Plotting Sheet ( untuk memudahkan bawa ke skala 1:1 maka 1 garis adalah 1 Nm).
4. Langkah Keempat
Untuk mengetahui waktu bertemunya kapal kita dan kapal target yang biasanya disebut TCPA (Time Closed Point Approach) maka kita ukur terlebih dahulu jarak titik “A” ke titik “N” kemudian catat jarak titik “AN” menggunakan skala 1:1 untuk mempermudah.
Kemudian masukkan rumus TCPA sebagai berikut :
5. Langkah Kelima
Untuk mencari halauan dan kecepatan kapal target maka dari garis halauan kapal kita yang terlukis di Radar Plotting Sheet. Kita geser menggunakan mistar jajar atau penggaris segitiga siku-siku ke titik “O” dan kemudian Tarik garis sejajar dengan halauan kapal kita tetapi berlawanan arah.
Kemudian kita cari titik “OW” denga cara sebagai berikut :
Kemudian hasil dari titik “OW” kita, ukurkan pada garis sejajar dengan halauan kapal kita. Maka itu adalah titik “W”. Untuk mengetahui halauan kapal target maka kita hubungkan titik “W” ke titik “A” dengan garis lurus. Kemudian geser ke titik “C”. Maka arah itu adalah arah halauan kapal target yang kita amati.
TCPA = 𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑡𝑖𝑡𝑖𝑘 "𝐴𝑁"
𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑡𝑖𝑡𝑖𝑘 "𝐴𝑂" X interval waktu pengamatan
Titik “OW” = 𝐼𝑚𝑡𝑒𝑟𝑣𝑎𝑙 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑎𝑚𝑎𝑡𝑎𝑛
60 X kecepatan kapal
sendiri
Untuk mengetahui kecepatan kapal target maka kita ukur terlebih dahulu jarak titik “W” ke titik “A”.
Maka kecepata kapal target bias kita ketahui sebagai berikut :
6. Langkah Keenam
Untuk mencari Aspek adalah halauan kapal target dan sudut baringan terakhir target itu digariskan berlawanan arah. Maka hasil pengurangan itu adalah Aspek atau sudut tampak target.
Gambar 4.4 Contoh Radar Plotting Sheet
Adapun cara lain untuk mengetahui CPA (Closed Point Approach) dan TCPA (Time Closed Point Approach) pada RADAR tetapi RADAR tersebut harus mempunyai ARPA (Automatic Radar Plotting Aid) yaitu
1. Arahkan cursor yang terdapat pada display RADAR ke arah target yang diinginkan.
2. Setelah itu tekan tombol Data Read pada RADAR lalu tekan Enter Kecepatan Kapal Target = 60
𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑣𝑎𝑙 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑎𝑚𝑎𝑡𝑎𝑛 X jarak titik WA
3. Dari situlah akan muncul suatu kotak kecil yang terdapat pada target yang diinginkan dan terdapat nomor pada target, lalu pada display RADAR sebelah kanan akan muncul CPA (Closed Point Approach) dan TCPA (Time Closed Point Approach) target tersebut.
Gambar 4.5 Contoh penggunan Vektor, CPA, dan TCPA pada Alur pelayaran Sempit ( Selat Selayar)
Setelah perwira jaga mengetahui berapa CPA (Closed Point
Approach) dan TCPA (Time Closed Point Approach) pada target maka dari situlah perwira jaga dapat mengambil suatu keputusan dalam mengambil suatu tindakan agar terhidar dari bahaya tubrukan.
BAB V PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan masalah yang terdapat pada bab IV penulis memberikan kesimpulan sebagai berikut:
1. Resiko terjadinya tubrukan dilaut karena kurang telitinya perwira dan crew yang sedang bertugas jaga. Pada saat bertugas jaga perwira jaga hanya mengandalkan pengamatan secara visual yaitu menggunakan penglihatan dan pendengaran saja tetapi tidak memperhatikan alat navigasi yaitu RADAR. Penggunaan alat navigasi RADAR sangat penting karena dapat mendeteksi sosok benda yang tidak dapat terlihat oleh mata.
2. Penggunaan RADAR Plotting Sheet sangat membantu pada saat bertugas jaga, dengan menggunakan RADAR Plotting Sheet perwira jaga dapat mengetahui kapan akan bertemu dengan kapal atau sosok benda yang berada di depan kita dan mengetahui berapa jarak akan bertemunya kapal kita dengan target atau sosok benda, dengan mengetahui CPA dan TCPA perwira jaga dapat mengambil suatu tindakan untuk menghindari bahaya tubrukan.
B. SARAN
Setelah penulis mengambil kesimpulan diatas, penulis memberikan beberapa saran, yaitu:
1. Dalam hal ini perwira jaga tidak seharusnya hanya memonitor sosok benda dengan penglihatan dan pendengaran saja tetapi dengan alat navigasi yaitu RADAR. Dalam hal ini Perwira Jaga harus menerapkan prosedur-prosedur dalam penggunaan RADAR itu sendiri seperti dalam menyalakan maupun mematikan RADAR, membuat gambar display RADAR menjadi baik,
batas-batas jarak bahaya navigasi agar kapal berjalan tanpa adanya bahaya, memplot posisi benda lain pada RADAR, mengetahui berapa CPA dan TCPA pada kapal lain dengan menggunakan Radar Plotting Sheet dan mengetahui kemana kapal itu bergerak melalui vektor pada RADAR.