• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Penyajian Data

Sesuai dengan masalah yang diangkat maka sebagai deskripsi data, akan dijelaskan tentang keadaan sebenarnya yang terjadi di kapal, sehingga dengan deskripsi ini penulis mengharapkan agar pembaca mampu dan bisa merasakan tentang semua hal yang terjadi selama penulis melaksanakan penelitian.

Penerapan sistem dinas jaga di atas kapal harus dilakukan dengan baik dan benar, karena jika tidak diterapkan dengan baik akan mengakibatkan terjadinya hal-hal yang tidak di ingin kan oleh semua pihak, sehingga dapat merugikan perusahaan pelayaran tersebut.

Berdasarkan hasil penelitian penulis selama praktek di atas kapal pada saat kapal sandar maka perwira dan juru mudi jaga harus selalu waspada dan selalu stand by dalam melaksanakan dinas jaga. Beberapa fakta atau peristiwa yang terjadi diuraikan sebagai berikut :

1. Pada tanggal 13 Desember 2018 kapal KM. Tanto Fajar 1 melakukan kegiatan bongkar muatan di pelabuhan Luwuk. Kegiatan bongkar di lakukan pukul 07.30 LT. Kegiatan bongkar tidak berjalan lancar karena kerusakan crane kapal.

2. Pada tanggal 20 januari 2019 kapal KM. Tanto Fajar 1 melakukan kegiatan bongkar muat di pelabuhan Luwuk. Kegiatan yang awalnya berjalan lancar mendadak terhenti akibat kerusakan wire yang sudah tidak

(2)

kuat menahan beban. Kondisi wire yang sudah berkarat akibat terkena hujan membuat daya tahan dan daya angkut wire berkurang.

B. Analisis Data

1. Dari data pertama dapat dianalisis sebagai berikut :

KELALAIAN PIHAK PELABUHAN YANG TIDAK MENGECEK KESIAPAN CRANE KAPAL.

Kerusakan yang terjadi pada crane kapal berupa tidak berfungsinya pengoperasian crane. Lalainya Operator crane kapal yang tidak melakukan pengecekan pada crane kapal tersebut mengakibatkan tidak ada kesiapan yang benar-benar pasti pada crane kapal tersebut.

Seharusnya awak kapal sebelum melakukan pekerjaan bongkar muat menggunakan crane semestinya melakukan pengecekan yang detail sehingga mengoptimalkan waktu bongkar muat yang telah ditentukan pihak pelabuhan demi efisiensi waktu bongkar muat.

2. Dari data kedua dapat di analisis bahwa:

DALAM KASUS INI PUN PENYEBABNYA SISTEM PENGECEKAN YANG KURANG TELITI PADA DINAS JAGA.

Sistem jaga di kapal Tanto Fajar 1 kurang efisien karena petugas jaga yang terdiri dari mualim dan juru mudi berada di belakang dan hanya mengawasi keamanan dan kelancaran proses bongkar muat tanpa mengecek kesiapan dari alat-alat yang berkaitan dengan kelancaran proses bongkar muat tersebut. Serta tidak diberikannya grease yang benar pada wire crane.

(3)

Seharusnya sistem jaga ada yang berjaga di haluan dan di buritan dan melakukan pengecekan atau survei kesiapan alat-alat yang berkaitan dengan proses bongkar muat.

No. Jenis persiapan Teori Kondisi dilapangan

1. Persiapan ruang muat

a. Pembersihan ruang muat

- In hold Dibersihkan Tidak dibersihkan

- Got palka Dibersihkan Dibersihkan

- Pembebasan udara palka Dibersihkan Tidak dibersihkan b. Persiapan ruang muat

- Peralatan pemadam kebakaran Disiapkan Disiapkan

- Persiapan bay plan Disiapkan Disiapkan

- Persiapan pompa got palka Disiapkan Tidak disiapkan 2. Persiapan peralatan bongkar muat

a. Crane Disiapkan Tidak Disiapkan

b. Wire Disiapkan Tidak Disiapkan

3. Safety

a. pekerja

- helmet Digunakan Digunakan

- sarung tangan Digunakan Digunakan

- sepatu boot Digunakan Digunakan

- rompi Digunakan Digunakan

b. pengoperasian crane

- oli Disiapkan Tidak Disiapkan

- safety device Disiapkan Disiapkan

- kesiapan mesin Disiapkan Tidak Disiapkan

Table 4.1 Perbedaan Teori Dan Fakta Diatas Kapal

(4)

Sebelum kapal menerima muatan, sebaiknya ruang muat / palka- palka, telah siap untuk dimuati. Kesiapan ruang muat untuk menerima muatan ditandai dengan suatu surat pernyataan yang dibuat oleh Nokhoda bila kapal di Charter yang dikenal dengan “ Notice Of Readiness “ (NOR).

Untuk melaksanakan persiapan bongkar muat maka langkah yang harus ditempuh adalah meliputi 3 (tiga) hal, yaitu Persiapan ruang muat, persiapan peralatan bongkar muat dan safety..

1. Persiapan ruang muat

Persiapan ruang muat adalah menjadi tanggung jawab Mualim- I, oleh karena itu, maka pelaksanaan persiapan langsung dibawah pengawasan Mualim-I atau seorang Perwira kapal yang ditugaskan untuk itu. Waktu / jam di mulai dan selesainya pelaksanaan persiapan ruang muat harus di Jurnalkan. Persiapan ruang muat pun tergolong menjadi 2 bagian yaitu :

a. Pembersihan ruang

1) Mengeluarkan sisa-sisa dan bekas-bekas muatan terdahulu termasuk sisa-sisa dan bekas-bekas penerapan dikapal niaga.

2) Menyapu bersih kotoran dan debu-debu ruangan termasuk dinding-dinding, bila perlu menggunakan serbuk gergaji untuk membersihkan sisa-sisa muatan yang melekat, misalnya bekas minyak

3) Membersihkan Got-got dari segala kotoran-kotoran yang dapat menyumbat dari saringan dan pipa-pipa isapnya sesuai

ketentuan.

(5)

4) Ruangan yang telah disapu bersih, kemudian dicuci dengan air tawar untuk menghilangkan debu-debu yang masih melekat.

5) Jika ruangan berbau, maka air cucian diberi campuran bahan kimia sedikit untuk menghilangkan bau yang tidak enak tersebut.

6) Air cucian yang tertampung dalam got-got dikuras / dikeringkan, tidak melalui pipa isap jika air got tersebut dikhawatirkan dapat menimbulkan pencemaran dilaut bebas yang tidak sesuai ketentuan.

7) Menjalankan Ventilasi ruang muat agar ruang muat cepat kering.

b. Pemeriksaan Ruang Muat.

Pemeriksaan ruang muat dilakukan oleh Mualim-I dan jika perlu dengan seorang Surveyor. Bagian-bagian yang akan diperiksa menggunakan daftar periksa (Check list) yang berisikan keterangan- keterangan bagian yang diperiksa apakah dalam kondisi : Lengkap, Baik, Cukup, Sedang, Buruk, Berfungsi, Tidak berfungsi, Tidak ada dll. Adapun bagian-bagian yang diperiksa antara lain yaitu :

(6)

12 Persiapan Siap Tidak Siap

1 Ruang muat (Cargo Hold)

2 Sistem pembuangan (Drainage system)

3 Penerangan ruang muat

4 Tangga / Jalan masuk ke ruang muat

5 Sistem pemadam kebakaran CO2

6 Lubang lalu orang (Man holes).

7 Sistem Peranginan (Ventilation system).

8 Penutup palka (Hatch cover).

Tabel 4.2 Pemeriksaan Ruang Muat

2. Persiapan Peralatan Bongkar Muat

Jenis peralatan bongkar muat pada kapal taruna berupa crane dan wire, sehingga persiapan yang dilakukan hanya seputar crane dan wire, yaitu :

a. Wire dan Lapangan

1) Lakukan pengecekan/pemeriksaan terhadap komponen pengangkatan seperti: wire rope/sling, rem, motor, alarm dan kontrol, drum, block hoist, hook block, kedudukan crane, kondisi lokasi area yang dapat mengganggu dan menimbulkan bahaya.

2) Sterilisasi lokasi kerja dari pergerakan orang atau kendaraan lainnya.

3) Lakukan pengecekan menyeluruh sesuai checklist kerja (Lembar Ijin Operasi Crane)

(7)

Gambar 4.1 Maintenance Wire Crane

b. Crane

1) Sebelum engine crane kapal dihidupkan perlu diketahui:

Ketahui letak dan fungsi semua control daerah operasi harus bebas dari lalu lintas orang.

2) Pasang semua penumpu dengan sempurna dan sepatu diletakkan pada landasan yang rata. Kemiringan 3º dapat mengurangi kapasitas crane ≥ 50%.

3) Tempatkan crane pada daerah yang aman dari arus listrik.uk 4) Beban termasuk beratnya pancing blok, berat ABA dan ABA

lainnya harus dikurangkan terhadap kapasitas dalam Daftar Beban untuk menentukan kapasitas beban bersih.

5) Dilarang mengoperasikan crane pada radius dan panjang boom yang tidak tertera pada Daftar Beban.

(8)

6) Pengoperasian harus dihentikan bila kecepatan angin > 20 MPH.

7) Pengangkatan beban harus tegak lurus dengan ujung boom.

8) Peralatan pengangkatan (pancing blok, ABA dll) jaraknya harus selalu dijaga dengan ujung boom pada saat menurunkan dan memanjangkan untuk menghindari pancing blok menyentuh ujung boom (two blocking).

9) Beban yang diangkat selalu disesuaikan dengan panjang boom dan radius operasi.

10) Gerakan naik dan turunnya boom diusahakan tidak terlalu sering dan dilarang digunakan untuk pengangkatan awal dari barang.

11) Dilarang mengangkat barang melalui samping boom atau pembebanan samping, letakkan boom tegak lurus dengan beban yang akan diangkat.

12) Bila crane dioperasikan tanpa outriggers, pasang kunci ayunan as roda belakang.

13) Pengoperasian tanpa outriggers tidak diijinkan dengan boom tambahan terpasang.

14) Untuk pengoperasian crane dengan mengangkat beban sambil berjalan, boom harus lurus ke depan dan pasak pengunci swing dalam keadaan terpasang.

15) Untuk pengangkatan beban menggunakan lebih dari satu crane, kapasitas crane harus sama dan gunakan panjang boom

(9)

yang sama serta gerakan yang sama. Posisi masing-masing crane antara boom crane dikapal taruna yang sebenarnya dan pengikatan barang harus selalu tegak lurus. Pastikan beban tidak berat sebelah.

3. Safety

Bentuk-bentuk safety yang dilakukan pada kegiatan bongkar muat berupa safety pekerja dan safety pengoperasian

a. Safety pekerja

1) Memiliki pengetahuan, kemampuan, keterampilan dan mengetahui bahaya potensial mobile crane.

2) Memiliki Surat Ijin Operasi (SIO) yang dikeluarkan oleh KEMENAKERTRANS.

3) Sehat secara fisik maupun mental

4) Penggunaan peralatan keamanan pekerja (safety helmet, rompi, sepatu boot dan sarung tangan)

Gambar 4.2 Contoh Tidak amannya Pekerja

(10)

b. Safety pengoperasian crane

1) Periksa semua safety device yang terpasang dan harus berfungsi.

2) Periksa oli. Dilarang mengisi oli selama engine hidup.

3) Periksa air pendingin dengan engine berputar dan dalam keadaan dingin.

4) Dilarang melakukan service selama engine jalan.

5) Periksa kebersihan di dalam dan di luar kabin.

Periksa APAR untuk memastikan dapat digunakan sewaktu- waktu, periksa secara berkala, ketahui cara penggunaannya.

6) Daftar Beban harus terpasang pada kabin sesuai dengan aslinya.

A. Pembahasan

Untuk memecahkan masalah-masalah mengenai kejadian diatas penulis mencoba memberikan pemecahan masalah sebagai berikut:

1. ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH UNTUK KELALAIAN OPERATOR CRANE KAPAL DALAM MENANGANI KENDALA CRANE KAPAL.

Pengecekan crane kapal sebelum melakukan proses bongkar muat seharusnya dengan teliti dan dengan penuh perhatian penuh. Bahkan seharusnya dilakukan sebelum kapal ditambatkan dipelabuhan sehingga

(11)

mengefisiensi waktu proses bongkar demi terciptanya optimalisasi proses bongkar muat.

2. ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH SISTEM PENJAGAAN YANG KURANG EFISIEN DAN PEMBERIAN GREASE PADA WIRE CRANE KAPAL.

Kembali lagi terhadap tugas dan tanggung jawab dan mualim jaga sebagai perwira yang selalu mengingatkan bahwa ronda keliling dan pengecekan wire crane pada saat jaga pelabuhan atau jaga muatan selalu di laksakan agar selalu terjaga kondisi yang aman, tertib dan kondusif serta dilakukan pengecekan yang teliti pada alat-alat yang berkaitan dengan pengoperasian bongkar muat sesuai dengan fungsinya.

(12)

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Pada pembahasan sebelumnya telah dilakukan analisa terhadap permasalahan yang ada. Dari hasil analisa tersebut di peroleh beberapa pemecahan masalah, sehingga dapat di simpulkan bahwa:

Kendala-kendala yang sering didapat adanya kerusakan pada crane dan kesiapan diri untuk melakukan pekerjaan bongkar muat yang perlu diperhatikan lebih serius.

Upaya yang dapat dilakukan dalam Optimalisasi Proses Bongkar Muat di Kapal kontainer adalah mengadakan meeting rutin setiap bulan yang membahas mengenai sistem tugas jaga pelabuhan guna kelancaran operasional bongkar muat.

B. SARAN

Dari pembahasan sehubungan dengan masalah penelitian tentang penerapan aturan jaga pada saat dinas jaga guna menghindari terjadinya hal yang tidak di inginkan di kapal MV. TANTO FAJAR 1, maka penulis mencoba untuk mengajukan beberapa saran yang diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang bersangkutan guna sebagai usaha peningkatan kinerja awak kapal, yaitu:

(13)

1. Untuk Perusahaan Pelayaran:

Memberikan pelatihan, pengarahan dan beberapa tes kepada awak kapal sebelum naik ke atas kapal atau sebelum melakukan sea project. Dengan memberlakukan hal-hal tersebut diharapkan dapat membantu perusahaan untuk mendapatkan perwira yang kompetitif dan handal, sehingga para perwira dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik di atas kapal.

2. Untuk Awak Kapal :

a. Mengadakan internal meeting antara Nakhoda dengan para mualim.

Nakohda sebagai penanggung jawab utama harus memberikan penjelasan dan menekankan kembali kepada para mualim pentingnya pemahaman tentang implementasi TUGAS JAGA.

Sehingga para mualim dapat mengambil tindakan yang tepat dan tegas untuk menghindari hal yang tidak di inginkan.

b. Membaca, memahami dan mempelajari lagi aturan-aturan dari TUGAS JAGA PELABUHAN. Sehingga nantinya bisa diterapkan dengan baik dan dapat mengambil tindakan yang tepat guna menghindari terjadinya tindak pencurian maupun hal-hal lain.

3. Untuk Pihak Pelabuhan:

Memberikan pelatihan terkait dengan tugas dan tanggung jawab operator alat-alat bongkar muat. Standar yang diterapkan dalam melakukan pengecekan alat bongkar muat haruslah lebih di detailkan lagi guna efisiensi operasional alat bongkar muat dipelabuhan

(14)

Apabila saran-saran tersebut di atas dapat dilaksanakan dengan baik dan benar, maka diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan awak kapal tentang pentingnya pemahaman dan implementasi TUGAS JAGA PELABUHAN yang baik dan benar. Dengan demikian, tingkat keselamatan dan kinerja awak kapal akan meningkat sehingga bisa terhindar dari bahaya tubrukan yang mungkin terjadi.

Gambar

Table 4.1 Perbedaan Teori Dan Fakta Diatas Kapal
Tabel 4.2 Pemeriksaan Ruang Muat
Gambar 4.1 Maintenance Wire Crane
Gambar 4.2 Contoh Tidak amannya Pekerja

Referensi

Dokumen terkait

Seseorang yang dipanggil sebagai saksi wajib untuk memenuhi panggilan (Pasal 112 ayat (2) KUHAP), sedangkan ancaman pidana untuk saksi yang tidak memenuhi

Dinas jaga pelabuhan merupakan salah satu kegiatan yang sangat penting yang harus dilakukan oleh perwira jaga maupun awak kapal saat kapal sandar di suatu

kenaikan pula, begitupun sebaliknya dan e-Filing berpengaruh positif pada kepatuhan wajib pajak orang pribadi di Kabupaten Badung. Hal ini menunjukkan bahwa semakin

Ketika sejumlah data penting dalam bentuk elektronik, maka data tersebut rentan terhadap berbagai jenis ancaman, daripada data yang tersimpan secara

terdapat interaksi antara perlakuan macam pupuk organik dan jarak tanam pada parameter pengamatan tinggi tanaman umur 28, 42, dan 56 hst dengan perlakuan pupuk

Dari hasil perhitungan Harga Satuan (Unit Cost) bahan praktik kerja bengkel batu dan beton di Jurusan Bangunan kompetensi keahlian Teknik Konstruksi Batu dan Beton SMK Negeri

f) manual pemeliharaan dan perawatan bangunan gedung, termasuk petunjuk yang menyangkut pengoperasian dan perawatan peralatan dan perlengkapan mekanikal-elektrikal

Pengertian kalibrasi menurut ISO/IEC Guide 17025:2005 dan Vocabulary of International Metrology (VIM) adalah serangkaian kegiatan yang membentuk hubungan antara