• Tidak ada hasil yang ditemukan

KARYA ILMIAH TERAPAN OPTIMALISASI DINAS JAGA ANJUNGAN KETIKA MEMASUKI ALUR PELAYARAN SEMPIT GUNA MEMINIMALISIR SITUASI BERBAHAYA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "KARYA ILMIAH TERAPAN OPTIMALISASI DINAS JAGA ANJUNGAN KETIKA MEMASUKI ALUR PELAYARAN SEMPIT GUNA MEMINIMALISIR SITUASI BERBAHAYA"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

KARYA ILMIAH TERAPAN

OPTIMALISASI DINAS JAGA ANJUNGAN KETIKA MEMASUKI ALUR PELAYARAN SEMPIT GUNA

MEMINIMALISIR SITUASI BERBAHAYA

Disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Pendidikan dan Pelatihan Pelaut Diploma III

AHMAD IQBAL MASRURI NIT. 04.16.031.1.41

AHLI NAUTIKA TINGKAT III

PROGRAM DIPLOMA III PELAYARAN POLITEKNIK PELAYARAN SURABAYA

TAHUN 2020

(2)

i

OPTIMALISASI DINAS JAGA ANJUNGAN KETIKA MEMASUKI ALUR PELAYARAN SEMPIT GUNA

MEMINIMALISIR SITUASI BERBAHAYA

Disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Pendidikan dan Pelatihan Pelaut Diploma III

AHMAD IQBAL MASRURI NIT. 04.16.031.1.41

AHLI NAUTIKA TINGKAT III

PROGRAM DIPLOMA III PELAYARAN POLITEKNIK PELAYARAN SURABAYA

TAHUN 2020

(3)

ii

PERNYATAAN KEASLIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : AHMAD IQBAL MASRURI

Nomor Induk Taruna : 04.16.031.1.41

Program Diklat : Ahli Nautika Tingkat III

Menyatakan bahwa KIT yang saya tulis dengan judul :

OPTIMALISASI DINAS JAGA ANJUNGAN KETIKA MEMASUKI ALUR PELAYARAN SEMPIT GUNA MEMINIMALISIR SITUASI BERBAHAYA

Merupakan karya asli seluruh ide yang ada dalam KIT tersebut, kecuali tema dan yang saya nyatakan sebagai kutipan, merupakan ide saya sendiri. Jika pernyataan di atas terbukti tidak benar, maka saya sendiri menerima sanksi yang di tetapkan oleh Politeknik Pelayaran Surabaya.

Surabaya, 2020

Ahmad Iqbal Masruri NIT.04.16.031.1.41

(4)

iii

PERSETUJUAN SEMINAR KARYA ILMIAH TERAPAN

Judul : OPTIMALISASI DINAS JAGA ANJUNGAN KETIKA MEMASUKI ALUR PELAYARAN SEMPIT GUNA MEMINIMALISIR SITUASI BERBAHAYA

NamaTaruna : AHMAD IQBAL MASRURI

NIT : 04.16.031.1.41

Program Diklat : Ahli Nautika Tingkat III

Dengan ini dinyatakan telah memenuhi syarat untuk di seminarkan

SURABAYA,……….. 2020

Menyetujui:

Mengetahui:

Ketua Jurusan Nautika

Daviq Wiratno, M.T.,M.Mar.

Penata Tk.I (III/d) NIP. 19790107 200212 1 002 Pembimbing I

Semuel D. Parenungan, S.H., M.H.

Penata (III/c)

NIP.19740426 199808 1 001

Pembimbing II

A.A Ngurah Ade Dwi P. S.SiT, M.Pd Penata (III/c)

NIP. 198302262010121003

(5)

iv

PENGESAHAN

KARYA ILMIAH TERAPAN

OPTIMALISASI DINAS JAGA ANJUNGAN KETIKA MEMASUKI ALUR PELAYARAN SEMPIT GUNA MEMINIMALISIR SITUASI

BERBAHAYA

Disusun Oleh :

AHMAD IQBAL MASRURI NIT.04.16.031.1.41

Telah dipertahankan di depan Panitia Ujian Karya Ilmiah Terapan Politeknik Pelayaran Surabaya

SURABAYA ...2020

Menyetujui:

Penguji I

Capt. Arleiny, S.Si.T., M.M., M.Mar Penata (III/c)

NIP.198206092010122002

Penguji II

Semuel D. Parenungan, S.H., M.H. Penata (III/c)

NIP.19740426 1998081001

Penguji III

A.A Ngurah Ade D. P. S.Si.T, M.Pd Penata (III/c)

NIP. 198302262010121003

Mengetahui : Ketua Jurusan Nautika

Daviq Wiratno, M.T.,M.Mar.

Penata TK.I (III/d) NIP. 197901072002121002

(6)

v

KATA PENGANTAR

Dengan mengucap puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Ilmiah Terapan yang berjudul “OPTIMALISASI DINAS JAGA ANJUNGAN KETIKA MEMASUKI ALUR PELAYARAN SEMPIT GUNA MEMINIMALISIR SITUASI BERBAHAYA” dengan tepat waktu tanpa adanya hal-hal yang tidak di inginkan.

Dalam kesempatan ini penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada:

1. Direktur Politeknik Pelayaran Surabaya Bapak Capt. Heru Susanto, M.M 2. Ketua Jurusan Nautika Bapak Daviq Wiratno, S.SiT., M.T., M.Mar 3. Pembimbing I Bapak Semuel Dumak Parerungan, SH, M.H

4. Pembimbing II Bapak A.A Ngurah Ade Dwi P.Y, S.Si.T, M.Pd

5. Bapak/Ibu dosen Politeknik Pelayaran Surabaya, khususnya lingkungan program studi Nautika Politeknik Pelayaran Surabaya.

6. Kedua orang tua saya atas segala dukungannya dan doanya.

7. Dan PT.ASDP INDONESIA FERRY ( PERSERO ) yang telah bersedia menerima saya untuk melaksanakan praktek laut diatas kapal KMP. Legundi Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan mohon maaf atas segala kekurangan.

Surabaya, ……..………….. 2020

Penulis

Ahmad Iqbal Masruri

(7)

vi ABSTRAK

AHMAD IQBAL MASRURI, optimalisasi dinas jaga anjungan ketika memasuki alur pelayaran sempit guna meminimalisir situasi berbahaya.

Dibimbing oleh bapak Semuel D. Parerungan, S.H, M.H dan Bapak A.A Ngurah Ade Dwi P., S.Si.T, M.Pd.

Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki alur pelayaran sempit yang akan di lewati oleh kapal – kapal yang akan mengirim barang ataupun penumpang ke wilayah – wilayah di Indonesia. Alur pelayaran di wilayah Indonesia sangat bervariasi di tinjau dari kedalaman dan lebar alurnya, sehingga menimbulkan resiko untuk terjadinya bahaya navigasi. Dengan memperhatikan luas wilayah lautan yang dimiliki serta posisi yang merupakan jalur perdagangan internasional maka Indonesia berada pada jalur strategis lalu lintas pelayaran. Keberadaan potensi pelayaran yang amat strategis tersebut dapat menjadi faktor pendorong aktifitas kapal yang ramai di daerah Alur pelayaran sempit.

Kapal yang melewati perairan yang dangkal dan sempit dapat terjadi situasi berbahaya. Dalam rangka meningkatkan keselamatan kapal khususnya kapal yang berlayar pada area yang dangkal dan sempit. diperlukan optimalisasi dinas jaga anjungan untuk mengurangi situasi berbahaya yang mungkin akan terjadi.

Penelitian ini dilaksanakan di KMP. Legundi pada saat prakek laut (Prala).

Penulis akan menggunakan teknik observasi, wawancara dan dokumentasi dengan melakukan pengamatan langsung pada obyek yang diteliti dan wawancara dengan seluruh awak kapal yang meliputi Deck Department.

Kata kunci : Dinas jaga anjungan, alur pelayaran sempit.

(8)

vii ABSTRACT

AHMAD IQBAL MASRURI, optimizing bridge guard services when entering narrow shipping lanes to minimize dangerous situations. Supervised by Mr.

Semuel D. Parerungan, S.H, M.H and Mr. A.A Ngurah Ade Dwi P., S.Si.T, M.Pd.

Indonesia as an archipelago has a narrow shipping lane that will be passed by ships that will send goods or passengers to areas in Indonesia. The flow of

shipping in the territory of Indonesia varies greatly in terms of depth and width of the channel, thus posing a risk for navigation hazards. By taking into account the vast sea area owned and the position which is the path of international trade, Indonesia is on a strategic route of shipping traffic. The existence of this very strategic shipping potential can be a driving factor for the activities of busy ships in the narrow shipping lane area.

Ships passing through shallow and narrow waters can create dangerous situations. In order to improve the safety of ships, especially ships that sail in shallow and narrow areas. optimization of bridge guard services is needed to reduce the dangerous situation that might occur.

This research was conducted at KMP. Legundi at sea practice. The author will use observation, interview and documentation techniques by making direct observations on the object under study and interviews with all crew members covering the Deck Department.

Keywords: Bridge guard service, narrow channels.

(9)

viii DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... v

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I ... 1

PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Batasan Masalah... 4

D. Tujuan Penelitian ... 4

E. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II ... 6

TINJAUAN PUSTAKA ... 6

A. Landasan Teori ... 6

1. Definisi-definisi... 6

2. Dinas Jaga Anjungan... 7

3. Alur Pelayaran Sempit ... 14

(10)

ix

B. Kerangka Penelitian ... 16

BAB III ... 17

METODE PENELITIAN ... 17

A. Jenis Penelitian ... 17

B. Lokasi Penelitian ... 18

C. Jenis dan Sumber Data ... 18

D. Pemilihan Informan ... 19

E. Teknik Analisis Data ... 20

BAB IV ... 21

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... Error! Bookmark not defined. A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... Error! Bookmark not defined. B. Hasil penelitian... Error! Bookmark not defined. 1. Penyajian Data ... Error! Bookmark not defined. 2. Analisis Data ... Error! Bookmark not defined. C. Pembahasan ... Error! Bookmark not defined. BAB V ... Error! Bookmark not defined. PENUTUP ... Error! Bookmark not defined. A. Kesimpulan ... Error! Bookmark not defined. B. Saran ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR PUSTAKA ... 21

(11)

x

DAFTAR TABEL

Tabel II.1 Daftar Pembagian Jam Jaga ... 8 Tabel IV.1 Daftar Jaga KMP. Legundi ... Error! Bookmark not defined.

Tabel IV.2 Checklist Dinas Jaga Anjungan ... Error! Bookmark not defined.

Tabel IV.3 Hasil Wawancara ... Error! Bookmark not defined.

Tabel IV.4 Skala Beaufort... Error! Bookmark not defined.

(12)

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar II.1 Alur Tanjung Perak ... 15 Gambar II.2 Contoh Alur Pelayaran ... 15 Gambar IV.1 Gambar KMP. Legundi ... Error! Bookmark not defined.

(13)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Checklist pelaksanaan dinas jaga anjungan ... Error! Bookmark not defined.

Lampiran 2 Daftar Koresponden ... Error! Bookmark not defined.

(14)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara kepulauan berdasarkan UU 17 tahun 1985 tentang pengesahan Negara Kepulauan (Archipelago State) (1985) oleh konvensi PBB yang berarti diakui oleh dunia Internasional. Maka Indonesia berdaulat dengan semua wilayah perairan Indonesia. Laut berperan penting proses perdagangan antara wilayah satu dengan wilayah yang lainnya, secara tidak langsung laut berperan sebagai pemersatu bangsa.

Wilayah lautan Indonesia yang posisi geografisnya diapit oleh dua benua, yaitu benua Asia dan Australia. Dengan memperhatikan luas wilayah lautan yang dimiliki serta posisi yang merupakan jalur perdagangan internasional maka Indonesia berada pada jalur strategis lalu lintas pelayaran.

Alur pelayaran di perairan Indonesia sangat bervariasai ditinjau kedalaman dan lebar alurnya. Kapal yang melewati perairan yang dangkal dan sempit membatasi kemampuan manuver yang baik.

(15)

2

Dengan semakin meningkatnya perekonomian dunia maka penggunaan transportasi laut semakin padat, khususnya pada daerah sempit, seperti selat dan kanal, ataupun daerah yang terkonsentrasi seperti pelabuhan dan persilangan lintasan lalu lintas pelayaran yang dapat menimbulkan resiko tinggi untuk terjadinya kecelakaan pelayaran, baik berupa tabrakan sesama kapal ataupun bahaya pelayaran lainnya seperti bangkai kapal atau kandas di kedalaman yang dangkal.

Bahaya terjadinya kecelakaan pada pelayaran memberikan dampak yang sangat luas, bukan hanya faktor nyawa manusia di kapal yang bersangkutan namun pada kapal yang mengangkut bahan-bahan cair lainnya yang mudah dibawa arus laut, maka pengotoran/polusi laut akan menyebar luas ketempat lain yang jauh dari tempat kejadian.

Sering terjadinya kecelakaan di alur pelayaran sempit tidak lepas dari ketidakpatuhnya pelaut terhadap peraturan-peraturan yang berlaku, hal ini sesuai dengan data dari Kementerian Perhubungan, yang menyebutkan bahwa penyebab dominan kecelakaan kapal dikarenakan kesalahan manusia atau kurang pahamnya pelaut terhadap aturan-aturan yang ada. Salah satu kelalaian yang sering terjadi yaitu pada saat melakukan tugas jaga anjungan.

Dinas jaga anjungan bertugas untuk melakukan pengamatan selama melakukan pelayaran dan membawa kapal ke tempat tujuan dengan selamat. Untuk mengurangi dan mencegah resiko bahaya tubrakan di lalu lintas laut tersebut maka dari sisi kecakapan Nahkoda dan mualim jaga dalam melakukan pengamatan dan penglihatan harus ditingkatkan.

(16)

3

Optimalisasi dinas jaga anjungan sangat diperlukan untuk menambah pengetahuan dan kecakapan bagi para pelaut yang melakukan tugas jaga.

Terlebih lagi pada saat memasuki alur pelayaran sempit yang pasti lalu lintasnya lebih padat dan sangat tinggi resiko terjadinya kecelakaan, maka sangat dibutuhkan konsentrasi yang tinggi pada saat melakukan tugas jaga anjungan.

Dalam rangka optimalisasi tugas jaga anjungan semua pelaut yang melakukan dinas jaga anjungan harus melakukan pengamatan dengan semaksimal mungkin dan menggunakan secara optimal alat-alat bantu navigasi yang ada. Tugas jaga anjungan sangat berperan penting terhadap keselamatan dan keamanan suatu pelayaran. Salah satu faktor yang penting saat melakukan dinas jaga anjungan adalah konsentrasi, dengan tetap konsentrasi selama melakukan dinas jaga dan tetap melakukan pengamatan keliling dengan baik, dapat meminimalisir terjadinya situasi berbahaya.

Pada karya ilmiah terapan ini penulis ingin menginformasikan tentang bagaimana mengoptimalisasi dinas jaga anjungan ketika memasuki alur pelayaran sempit untuk meminimalisir kecelakaan yang sering terjadi. Maka berdasarkan uraian dari latar belakang tersebut penulis akan mengkaji lebih dalam dan mengemukakan dalam bentuk proposal penelitian dengan judul “OPTIMALISASI DINAS JAGA ANJUNGAN KETIKA MEMASUKI ALUR PELAYARAN SEMPIT GUNA MEMINIMALISIR SITUASI BERBAHAYA “.

(17)

4

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas dapat disusun identifikasi masalah yaitu tindakan yang dilakukan untuk mengoptimalkan dinas jaga anjungan ketika kapal memasuki alur pelayaran sempit.

C. Batasan Masalah

Sehubungan dengan optimalisasi dinas jaga anjungan ketika memasuki alur pelayaran sempit guna meminimalisir situasi berbahaya, maka dalam penelitian ini penulis membatasi hanya pada optimalisasi dinas jaga anjungan saat kapal memasuki dan berlayar di alur pelayaran sempit ketika cuaca buruk.

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tindakan yang dilakukan untuk mengoptimalkan dinas jaga anjungan ketika memasuki alur pelayaran sempit.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah : 1. Teoritis

Dengan membaca artikel ini, diharapkan dapat meningkatkan kemampuan pada saat melakukan tugas jaga anjungan ketika memasuki alur pelayaran sempit guna meminimalisir situasi berbahaya.

(18)

5

2. Praktis

Dengan membaca dan melaksanakan dinas jaga anjungan sesuai dengan prosedur dan aturan P2Tl di harapkan bagi penulis, pembaca, pelaut, maupun kalangan umum dapat meningkatkan kemampuan tugas jaga anjungan ketika memasuki alur pelayaran sempit, sehingga dapat meminimalisir situasi berbahaya.

(19)

6 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori 1. Definisi-definisi

a. Optimalisasi

Menurut (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1994:800) Optimalisasi adalah berasal dari kata dasar optimal yang berarti terbaik, tertinggi, paling menguntungkan, menjadikan paling baik, menjadikan paling tinggi, pengoptimalan proses, cara, perbuatan mengoptimalkan (menjadikan paling baik, paling tinggi, dan sebagainya) sehingga optimalisasi adalah suatu tindakan, proses, atau metodologi untuk membuat sesuatu (sebagai sebuah desain, sistem, atau keputusan) menjadi lebih/sepenuhnya sempurna, fungsional, atau lebih efektif.

b. Situasi Berbahaya

Segala kondisi yang dapat merugikan baik cidera atau kerugian lainnya, atau bahaya adalah sumber, situasi atau tindakan yang berpotensi menciderai manusia atau sakit penyakit atau kombinasi dari semuanya menurut (Ohsas 18001, 2007:6) bahaya ini tidak dapat diukur sehingga tidak mungkin bisa dikelola tapi penting bahwa bahaya tetap bahaya tidak ada efeknya dengan pekerjaan kecuali bahaya terpapar dengan pekerja, peralatan dan

(20)

7

lainnya, barulah itu berisiko. contoh bahaya bekerja diketinggian tanpa pengaman, lubang dijalan, mengantuk saat mengendara.

2. Dinas Jaga Anjungan a. Pengertian

Menurut (Branch, 1995:114), dinas jaga adalah tanggung jawab untuk kegiatan keamanan di pelabuhan atau dermaga atau tempat-tempat lain untuk mencegah atau meminimalkan resiko dari pencurian atau resiko lain yang berhubungan dengan hal itu.

Anjungan sering disebut sebagai ruang kemudi yaitu suatu ruangan dimana terdapat peralatan kemudi serta segala peralatan lainnya yang berkenaan dengan mekanisme melayarkan kapal.

Dalam melaksanakan jaga navigasi petugas jaga harus melakukan pengamatan keliling dengan seksama, bila terjadi keadaan yang istimewa haruslah dilaporkan kepada Perwira jaga.

b. Prinsip-prinsip

1) Senantiasa harus diperhatikan dan dijamin bahwa tugas jaga tetap terpelihara dan terjamin.

2) Di bawah pengarahan nakhoda dan para perwira, harus ikut bertanggung jawab dalam terlaksananya tugas jaga yang aman selama periode tugas jaga masing-masing.

3) Harus mengetahui akibat serius dari pencemaran lingkungan laut karena operasional atau karena kecelakaan kapal, harus cermat dalam mencegah pencemaran terutama yang sesuai

(21)

8

dengan peraturan-peraturan internasional dan peraturan- peraturan yang berlaku di pelabuhan.

4) Membuat laporan jaga yang dituangkan di dalam Buku Harian/Jurnal.

c. Pembagian waktu jaga

Dalam satu hari (selama 24 jam), tugas/dinas jaga dibagi menjadi tiga regu dengan masing-masing regu bertugas selama empat jam siang dan empat jam malam, sehingga tiap regu bertugas 8 jam per hari. Petugas jaga adalah para perwira-perwira dek/mualim.

Tabel II.1 Daftar Pembagian Jam Jaga

Jam Jaga Nama Jaga Petugas Jaga

Anjungan 04.00-08.00

16.00-20.00

Jaga subuh Jaga sore

Mualim I dengan juru mudi

08.00-12.00 20.00-24.00

Jaga pagi Jaga malam

Mualim III dengan juru mudi

00.00-04.00 12.00-16.00

Jaga tengah malam Jaga siang

Mualim II dengan juru mudi

Sumber : niarnkpi.blogspot.com

d. Kebugaran menjalankan tugas jaga

1) Semua orang yang ditunjuk untuk menjalankan tugas sebagai perwira atau bawahan yang melaksanakan tugas jaga harus

(22)

9

diberi waktu istirahat paling sedikit 10 jam setiap periode 24 jam/ hari.

2) Jam-jam istirahat ini hanya boleh dibagi paling banyak 2 periode dan salah satunya paling tidak kurang dari 6 jam.

3) Periode-periode istirahat dapat tidak dapat diikuti jika berada dalam situasi darurat atau situasi latihan atau terjadi kondisi- kondisi operasional yang mendesak.

4) Waktu istirahat 10 jam tersebut dapat dikurangi menjadi paling sedikit 6 jam berturut-turut asalkan pengurangan semacam ini tidak lebih dari 2 hari dan paling sedikit harus ada 70 jam istirahat selama periode 7 hari.

5) Jadwal jaga ditempatkan pada tempat-tempat yang mudah terlihat.

e. Sertifikat

1) Perwira yang melaksanakan tugas jaga navigasi atau dek harus memenuhi syarat sesuai dengan ketentuan.

2) Perwira yang melaksanakan tugas jaga mesin harus memenuhi syarat sesuai dengan ketentuan.

f. Tugas Jaga (wathkeeping)

1) Nakhoda, Kepala Kamar Mesin (KKM) dan Personil tugas jaga harus menjamin bahwa pelaksaan tugas jaga dilakukan secara aman dan terpelihara.

2) Nakhoda harus menjamin bahwa pengaturan tugas jaga telah memadai. Di bawah pengarahan Nakhoda, perwira-perwira

(23)

10

tugas jaga bertanggung jawab melaksanakan navigasi secara aman selama periode tugas jaga.

3) Melalui musyawarah dengan Nakhoda, KKM wajib menjamin bahwa pengaturan tugas jaga telah memadai untuk memelihara suatu tugas jaga mesin yang aman.

4) Pelaksanaan tugas jaga dilaksanakan sesuai dengan prinsip- prinsip tugas jaga.

5) Nakhoda, KKM, perwira, dan bawahan harus mengetahui akibat dari pencemaran lingkungan laut karena operasional kapal atau karena kecelakaan kapal. Dan harus menjaga kecermatan untuk mencegah pencemaran, sesuai dengan aturan internasional dan peraturan yang belaku di suatu pelabuhan.

g. Prinsip Yang Harus Diperhatikan Dalam Melaksanakan Tugas Jaga Navigasi

Perwira yang bertugas jaga navigasi merupakan wakil nahkoda, dan terutama selalu bertanggung jawab atas navigasi yang aman, dan mematuhi Peraturan Pencegahan Tubrukan di Laut.

1) Pengamatan (look out)

a) Suatu pengamatan yang baik harus selalu dilaksanakan sesuai aturan 5 Peraturan Pencegahan Tubrukan di Laut.

b) Petugas pengamat harus mampu memberikan perhatian penuh untuk menjamin suatu pengamatan yang baik, dan tidak diberikan tugas lain kepada seorang pengamat karena dapat mengganggu pelaksanaan pengamatan.

(24)

11

c) Tugas seorang pengamat dan tugas seorang pemegang kemudi harus terpisah. Pemegang kemudi tidak boleh merangkap atau dianggap merangkap tugas pengamatan kecuali pada kapal-kapal kecil dimana tidak ada gangguan pandangan malam hari. Perwira yang melaksanakan tugas jaga navigasi dapat merupakan satu-satunya orang yang melakukan pengamatan pada siang hari, asalkan situasi yang ada telah diperhitungkan secara cermat dan tidak diragukan lagi keamanannya, seluruh faktor yang relevan telah diperhitungkan sepenuhnya, dan bantuan secepatnya dapat diberikan ke anjungan jika setiap perubahan siyuasi memang memerlukannya.

d) Dalam menentukan bahwa komposisi tugas jaga navigasi telah memadai untuk menjamin dilaksanakannya pengamatan yang baik secara terus-menerus.

2) Pengaturan Tugas Jaga

Jika mengambil keputusan tentang komposisi tugas jaga di anjungan, termasuk bawahan yang memenuhi syarat, faktor- faktor berikut harus dipertimbangkan :

a) Anjungan tidak pernah boleh ditinggalkan tanpa seorangpun menjaganya.

b) Kondisi cuaca, jarak tampak siang atau malam hari.

(25)

12

c) Adanya bahaya-bahaya navigasi yang dapat memungkinkan perwira yang sedang melaksanakan tugas jaga harus menjalankan tugas-tugas tambahan.

d) Penggunaan dan kondisi alat bantu navigasi seperti RADAR ( Radio Detection and Ranging ) atau alat-alat penentu posisi elektronik dan peralatan lain yang mempengaruhi keamanan navigasi.

e) Apakah kapal yang bersangkutan dilengkapi dengan kemudi otomatis atau tidak.

f) Setiap kebutuhan luar biasa pada tugas jaga navigasi, yang dapat terjadi karena keadaan khusus.

3) Serah Terima Tugas Jaga

a) Perwira pengganti harus menjamin bahwa anggota- anggota tugas jaga yang membantunya mampu menjalankan tugas-tugas dengan baik.

b) Sebelum mengambil alih tugas jaga, perwira pengganti harus mendapatkan kepastian tentang posisi yang sebenarnya atau posisi duga kapal, serta mendapat kejelasan tentang haluan dan kecepatan kapal, dan harus mencatat setiap kemungkinan bahaya navigasi selama tugas jaga.

c) Jika suatu saat perwira tugas navigasi harus diganti dalam keadaan sedang melakukan olah gerak atau tindakan tertentu lain untuk menghindari setiap bahaya yang sedang

(26)

13

mengancam, maka penggantian tugas jaga harus ditangguhkan sampai tindakan atau olah gerak yang bersangkutan telah selesai.

4) Melaksanakan Tugas Jaga Navigasi

a) Selama tugas jaga, haluan, posisi, dan kecepatan kapal harus diperiksa secara berkala dengan menggunakan setiap peralatan navigasi yang ada, untuk menjamin bahwa kapal berada pada haluan yang telah direncanakan.

b) Perwira tugas jaga harus memiliki pengetahuan penuh tentang pengoperasian seluruh alat navigasi yang ada.

c) Perwira tugas jaga navigasi mengetahui sifat olah gerak kapal, termasuk jarak henti, dan juga harus mempertimbangkan bahwa kapal-kapal lain memiliki sifat-sifat olah gerak yang berbeda-beda.

d) Harus melakukan pencatatan secara baik selama tugas jaga.

e) Melakukan dan menjamin bahwa pengamatan secara baik dilakukan secara terus-menerus.

f) Perwira tugas jaga navigasi harus memberi petunjuk- petunjuk dan informasi yang perlu kepada bawahan yang membantu tugas jaga yang akan menjamin suatu pelaksanaan tugas jaga yang aman serta pengamatan yang baik.

(27)

14

5) Navigasi Ketika Sedang Ada Pandu di Atas Kapal

Meskipun adanya tugas-tugas dan kewajiban seorang pandu, tetapi keberadaan pandu di atas kapal tidak mengganti tugas dan tanggung jawab Nahkoda dan perwira tugas jaga atas keselamatan kapal. Nahkoda dan pandu harus saling bertukar informasi dalam hal prosedur-prosedur navigasi, kondisi setempat dan sifat-sifat kapal. Nahkoda atau perwira tugas jaga harus saling bekerja sama dengan pandu dan memeriksa posisi serta gerakan kapal secara akurat.

Jika terjadi keraguan tentang tindakan dan maksud pandu, maka perwira tugas jaga navigasi harus minta penjelasan dari pandu, dan jika keraguan tetap berlanjut, harus memberitahu Nahkoda secepatnya dan mengambil tindakan yang diperlukan.

3. Alur Pelayaran Sempit a. Pengertian

Menurut (Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 68, 2011:4), alur pelayaran di laut adalah perairan yang dari segi kedalaman, lebar, dan bebas hambatan pelayaran lainnya dianggap aman dan selamat untuk dilayari kapal angkutan laut.

Sedangkan kata sempit berarti kurang dari ukuran luas (besar) yang diperlukan , maka arti dari alur pelayaran sempit adalah jalur yang digunakan atau dilewati oleh kapal sebelum memasuki dermaga/ pelabuhan yang ukurannya kurang untuk dilewati banyak kapal.

(28)

15

b. Fungsi Alur Pelayaran Sempit

Alur pelayaran digunakan unuk mengarahkan kapal yang akan masuk ke kolam pelabuhan.. Perencanaan alur pelayaran dan kolam pelabuhan ditentukan oleh kapal terbesar yang akan masuk ke pelabuhan. Alur pelayaran ini ditandai dengan alat bantu pelayaran yang berupa pelampung dan lampu-lampu.

Gambar II.1 Alur Tanjung Perak

Sumber : wikedherlinda.wordpress.com

Gambar II.2 Contoh Alur Pelayaran

Sumber : id.m.wikibooks.org

(29)

16

B. Kerangka Penelitian

Kerangka penelitian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Optimalisasi Dinas Jaga Anjungan Ketika Memasuki Alur Pelayaran Sempit Guna Meminimalisir Situasi Berbahaya

Kurangnya kesiapan dan pemahaman awak kapal tentang aturan- aturan melaksanakan tugas jaga di anjungan ketika memasuki alur pelayaran sempit

Sumber data yang digunakan dalam proses penyelesaian penulisan proposal ini antara lain

Data Primer Data Sekunder

Peningkatan dinas jaga anjungan dengan baik dan benar sesuai dengan aturan-aturan untuk menghindari situasi berbahaya

(30)

17 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian kualitatif adalah riset yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan pendekatan induktif. Proses dan makna (perspektif subyek) lebih ditonjolkan dalam penelitian kualitatif. Sesuai dengan pengertian tersebut kami menganalisis data dengan menggunakan pendekatan induktif.

Selain itu kami juga memberikan data-data yang sesuai dengan landasan teori yang kami gunakan. Sehingga penelitian kami dapat menjadi penelitian yang benar dan tepat.

Metode ini penulis dapat memahami dan mengungkapkan tentang masalah yang penulis teliti, dan juga metode kualitatif ini penulis dapat melakukan interview dengan objek yang penulis teliti. Dapat dipahami bahwa menganalisa deskriptif kualitatif adalah memberikan prediket pada variabel yang diteliti sesuai dengan kondisi sebenarnya (Koentjaraningrat, 1993:89).

Maksudnya adalah untuk memperoleh gambaran yang sebenarnya antara keserasian teori dan praktek.

Dalam menganalisis dan mendeskripsikan mengenai tindakan yang harus di lakukan pada saat akan memasuki alur pelayaran sempit. Penelitian menggunakan landasan teori sebagai pemandu agar fokus penelitian sesuai dengan fakta di lapangan. Selain itu landasan teori juga bermanfaat untuk

(31)

memberikan gambaran umum tentang latar penelitian serta bahan pembahasan hasil penelitian.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini penulis lakukan di POLITEKNIK PELAYARAN SURABAYA, merupakan lembaga pendidikan yang di buat oleh BPSDM (Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia) melalui Dinas Perhubungan Matra Laut. yang letaknya di jl. Gunung Anyar Boulevard No. 1 Surabaya. Selanjutnya Penulis akan melanjutkan penelitian, pada saat penulis melaksanakan Praktek Laut (PRALA) yang dilaksanakan pada semester V dan VI di kapal KMP. Legundi.

C. Jenis dan Sumber Data

Data yang dikumpulkan dan digunakan dalam penyusunan proposal ini adalah data yang merupakan informasi yang diperoleh penulis melalui pengamatan langsung dan wawancara. Dari sumber-sumber ini diperoleh data sebagai berikut .

1. Data Primer

Sumber data primer dalam penelitian ini adalah data yang dikumpulkan dan diolah sendiri oleh peneliti langsung dari responden atau objek penelitian. Yaitu hasil observasi langsung terhadap kegiatan operasional kapal, terutama pada saat mualim jaga melakukan dinas jaga laut di anjungan kapal.

(32)

2. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber tidak langsung yang biasanya berupa data dokumentasi dan arsip-arsip resmi, yang diusahakan sendiri pengumpulannya oleh penulis, selain dari sumbernya yang diteliti. Data ini diperoleh dari buku-buku dan internet yang berkaitan dengan obyek penelitian proposal atau yang berhubungan dengan permasalahan yang akan dibahas, yang diperlukan sebagai pedoman teoritis dan ketentuan formal dari keadaan nyata dalam observasi. Serta dari informasi lain yang telah disampaikan pada saat kuliah.

D. Pemilihan Informan

Pada penilitian ini, informan penelitian merupakan awak kapal di salah satu kapal niaga yang nantinya akan ditempati sebagai tempat melaksanakan praktek kerja laut (PRALA). Untuk mendapatkan kelengkapan informasi yang sesuai dengan fokus penelitian maka yang dijadikan teknik pengumpulan data adalah sebagai berikut :

1. Teknik Wawancara (interview)

Wawancara adalah tanya jawab dengan seseorang yang diperlukan untuk dimintai keterangan atau pendapatnya mengenai suatu hal, untuk dimuat di surat kabar, disiarkan melalui radio, ditayangkan di layar televisi atau media lainya. Teknik ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan awak kapal dalam melakukan tugas jaga anjungan guma meminimalisir situasi berbahaya.

(33)

2. Teknik Observasi (pengamatan)

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Observasi adalah peninjauan secara cermat, dapat diartikan observasi adalah melakukan pengamatan secermat mungkin untuk mendapatkan suatu informasi yang jelas. Teknik ini dilakukan untuk mengetahui prosedur yang telah dilakukan awak kapal saat menghadapi keadaan darurat diatas kapal.

3. Teknik Dokumentasi

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Dokumentasi adalah pengumpulan, pemilihan, pengolahan, dan penyimpanan informasi di bidang pengetahuan, artinya dokumentasi adalah mengumpulkan data dan memilah-milah berdasarkan kebutuhan penelitian kemudian mengolahnya menjadi sebuah informasi. Dokumentasi yang ditunjukkan dalam hal ini adalah segala dokumen yang berhubungan dengan kelembagaan dan administrasi, struktur manajemen dan struktur dinas jaga dalam mengatasi keadaan berbahaya, dan pelatihan awak kapal untuk menghadapi keadaan darurat di atas kapal dan lain- lain.

E. Teknik Analisis Data

Teknik yang digunakan oleh penulis adalah metode deskriptif kualitatif.

Data diperoleh dari berbagai sumber. Penulis akan menganalisa antara data primer dan data sekunder untuk mencari solusi dalam upaya optimalisasi dinas jaga anjungan ketika memasuki alur pelayaran sempit guna

meminimalisir situasi berbahaya.

(34)

DAFTAR PUSTAKA

Branch. (1995). Dictionary Of Shipping International Business Trade Terms And Abbrevations . London.

Kementerian Perhubungan, 2017. Statistik Kemenhub 2017. Jakarta.

Koentjaraningrat, 1993. Metode Penelitian. Metode Penelitian.89.

Ohsas 18001, 2007. Pengertian dan Definisi. Ohsas.28.

Online,KBBI, 2018. KBBI Online. Dipetik Juni Senin, 2018, dari KBBI Online:

www.kbbionline.com

Peraturan Menteri Perhubungan, 2011. Tentang Alur Pelayaran Di Laut, Nomor PM 68 Tahun 2011.

Surabaya, T. P, 2016. Modul P2TL dan Dinas Jaga. Surabaya.

Surabaya, T. P, 2018. Modul Meteorologi. Surabaya

Undang-Undang, 1985. Tentang pengesahan Negara Kepulauan, Nomor 17 Tahun 1985.

Referensi

Dokumen terkait