i
PENGARUH DUKUNGAN SOSIAL DAN SELF EFFICACY TERHADAP STRES KERJA SEHINGGA BERPENGARUH PADA BURNOUT
Oleh :
LUTHFINADYA LAKSMITA NANDHI NIM : 212013061
TUGAS AKHIR
Diajukan kepada Fakultas Ekonomika dan Bisnis Guna Memenuhi Sebagian Dari
Persyaratan - Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi
FAKULTAS : EKONOMIKA DAN BISNIS PROGRAM STUDI : MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2017
iv
Abstract
Being a teacher is not an easy job. In addition to face and serving students that had a different nature and character intensively, teachers should also make students become the nation's next well in achievement and behavior. With job that are difficult, teachers can experience job stress. Negative stress and prolonged can cause burnout. Therefore, to reduce job stress experienced, they need for good social support from family and friends also a good self efficacy.This study was conducted to analyze whether social support and self-efficacy influence on job stress that can lead to burnout in teachers in SMA 2 and SMA Negeri 3 Salatiga. This study used a total of 110 respondents permanent teachers from both schools. Collecting data in this study using interviews and questionnaires. Data analysis techniques used in this research is path analysis. The results of this study indicate that: (1) social support have indirect effect against burnout through job stress; (2) self-efficacy have no effect on job stress and burnout.
From these results, it is expected for the schools and teachers to engage in activities that can strengthen the relationship between teachers such as sports together, and teachers are also expected to establish a pleasant working environment, so as to reduce job stress.
Keywords: Social Support, Self Efficacy, Job Stress, Burnout
v
Saripati
Menjadi seorang guru adalah pekerjaan yang tidak mudah. Selain harus menghadapi dan melayani murid yang memiliki sifat dan watak yang berbeda secara intensif, guru juga harus membuat murid menjadi penerus bangsa yang baik dalam prestasi dan perilaku. Dengan pekerjaan yang tidak mudah, guru bisa mengalami stres kerja. Stres kerja yang negatif yang berkepanjangan dapat menimbulkan burnout. Maka dari itu, untuk mengurangi stres kerja yang dialami, perlunya dukungan sosial baik dari keluarga maupun teman serta self efficacy yang baik.
Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis apakah dukungan sosial dan self efficacy berpengaruh terhadap stres kerja sehingga dapat menimbulkan burnout pada guru di SMA Negeri 2 dan SMA Negeri 3 Salatiga. Penelitian ini menggunakan responden sebanyak 110 guru tetap dari kedua sekolah. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode wawancara dan kuesioner. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah path analysis. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa : (1) dukungan sosial berpengaruh secara tidak langsung terhadap burnout melalui stres kerja; (2) self efficacy tidak berpengaruh terhadap stres kerja maupun burnout. Dari hasil penelitian ini, diharapkan bagi pihak sekolah serta para guru untuk melakukan kegiatan yang dapat mempererat hubungan antar guru seperti olah raga bersama, serta para guru juga diharapkan dapat membangun iklim kerja yang menyenangkan, sehingga dapat mengurangi stres kerja.
Kata Kunci : Dukungan Sosial, Self Efficacy, Stres Kerja, Burnout
vi
Kata Pengantar
Dukungan sosial dan self efficacy sangat penting dimiliki oleh seorang guru yang mempunyai pekerjaan yang tidak mudah. Menjadi seorang guru yang bekerja dan menghadapi banyak orang dengan sifat dan watak yang berbeda secara intensif dapat mengakibatkan stres kerja. Stres kerja yang negatif dan berkepanjangan dapat menyebabkan burnout. Pada penelitian sebelumnya, sudah ada beberapa penelitian yang meneliti tentang dukungan sosial, self efficacy, stres kerja, dan burnout secara terpisah. Berdasarkan wawancara dengan kepala sekolah dan beberapa guru di SMA Negeri 2 dan SMA Negeri 3 Salatiga, stres sering dialami karena berbagai penyebab. Dengan begitu, peneliti menggabungkan keempat variabel dan meneliti pengaruh dukungan sosial dan self efficacy terhadap stres kerja sehingga berpengaruh pada burnout. Poin – poin yang akan dibahas dalam penelitian ini meliputi pendahuluan, teori dukungan sosial, self efficacy, stres kerja, dan burnout, penelitian terdahulu, kajian pustaka, kerangka pemikiran, lalu jenis penelitian, populasi penelitian, teknik pengumpulan data, teknis analisis data dan operasionalisasi variabel pada metode penelitian serta hasil dan pembahasan.
Kesimpulan dan implikasi penelitian ini dapat menjadi dasar untuk penelitian yang akan datang dan dapat menjadi saran bagi pihak sekolah. Semoga penelitian ini bermanfaat bagi semua pihak.
Salatiga, 3 Februari 2017 Luthfinadya laksmita Nandhi
vii
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji dan syukur kepada Tuhan atas anugrahNya, sehingga tugas akhir ini dapat diselesaikan dengan baik. Dalam penyusunan tugas akhir ini telah banyak bantuan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Terima kasih kepada :
1. Bapak, Ibu, saudara yang telah senantiasa memberikan dukungan baik moril dan materiil.
2. Ibu Rosaly Franksiska, S.E., M.B.A., selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan arahan, ilmu dan dukungan untuk menyelesaikan tugas akhir ini.
3. Annie Susanto, S.Pd, M.M., selaku Wali Studi
4. Prof. Christantius Dwiatmadja, S.E., M.E., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Ekonomika dan Bisnis.
5. Bapak Albert Kriestian Novi Adhi Nugraha, S.E., M.M., Ph.D., selaku Kaprodi S1 Manajemen.
6. Kepala sekolah SMA Negeri 2 dan SMA Negeri 3 Salatiga yang telah memberikan izin untuk penelitian.
7. Guru SMA Negeri 2 dan SMA Negeri 3 Salatiga yang telah berpartisipasi dalam penelitian ini.
8. Teman-teman yang membantu dan mendukung hingga selesainya tugas akhir ini.
Semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat dan berkontribusi untuk penelitian – penelitian berikutnya.
viii
Daftar Isi
Halaman Judul ... i
Surat Pernyataan Keaslian Tugas Akhir ... ii
Lembar Persetujuan ... iii
Abstract ... iv
Saripati ... v
Kata Pengantar ... vi
Ucapan Terima Kasih ... vii
Daftar Isi ... viii
Daftar Tabel ... x
Daftar Lampiran ... xi
Pendahuluan ... 1
Kajian Pustaka ... 4
Dukungan Sosial ... 4
Self Efficacy ... 5
Stres Kerja ... 7
Burnout ... 8
Penelitian Terdahulu ... 10
Kerangka Pemikiran ... 13
Metode Penelitian ... 13
Jenis Penelitian ... 13
Populasi Penelitian ... 13
Teknik Pengumpulan Data ... 14
Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner ... 14
Teknis Analisis Data ... 15
Operasionalisasi Variabel... 15
Hasil dan Pembahasan ... 19
Hasil Penelitian ... 19
Uji Validitas dan Uji Reliabilitas ... 19
Uji Asumsi Klasik ... 21
Uji Normalitas ... 21
ix
Uji Multikolinearitas ... 21
Uji Linearitas ... 21
Uji Heteroskedastisitas... 21
Karakteristik Responden ... 22
Dukungan Sosial, Self Efficacy, Stres Kerja, dan Burnout ... 24
Uji Path Analysis ... 26
Pengaruh Dukungan Sosial dan Stres Kerja terhadap Burnout ... 26
Pengaruh Self Efficacy dan Stres Kerja terhadap Burnout ... 28
Pembahasan ... 31
Kesimpulan dan Implikasi ... 37
Kesimpulan ... 37
Implikasi ... 37
Implikasi Teoritis ... 38
Implikasi Terapan ... 38
Keterbatasan Penelitian dan Saran Untuk Penelitian Mendatang ... 38
Daftar Pustaka ... 40
Lampiran ... 44
x
Daftar Tabel
Tabel 1 Operasionalisasi Variabel ... 15
Tabel 2 Hasil Uji Validitas dan Uji Reliabilitas ... 19
Tabel 3 Distribusi Karakteristik Responden ... 22
Tabel 4 Tingkat Kategori Variabel ... 24
Tabel 5 Nilai Rata-Rata ... 25
Tabel 6 Hasil Regresi Dukungan Sosial dan Stres Kerja ... 26
Tabel 7 Hasil Regresi Dukungan Sosial, Stres Kerja, dan Burnout... 27
Tabel 8 Hasil Regresi Self Efficacy dan Stres Kerja ... 28
Tabel 9 Hasil Regresi Self Efficacy, Stres Kerja, dan Burnout ... 29
xi
Daftar Lampiran
Lampiran 1 Review Jurnal ... 44
Lampiran 2 Kuesioner... 48
Lampiran 3 Hasil Uji Normalitas ... 53
Lampiran 4 Hasil Uji Linearitas ... 54
Lampiran 5 Hasil Uji Multikolinearitas ... 56
Lampiran 6 Hasil Uji Heteroskedastisitas... 57
Lampiran 7 Nilai rata-rata Dukungan sosial, Self Efficacy, Stres Kerja dan Burnout ... 58
1
PENGARUH DUKUNGAN SOSIAL DAN SELF EFFICACY TERHADAP STRES KERJA SEHINGGA BERPENGARUH PADA BURNOUT
Luthfinadya Laksmita Nandhi
Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Kristen Satya Wacana
PENDAHULUAN
Persaingan pada era globalisasi saat ini membuat semakin tingginya tekanan-tekanan pekerjaan pada karyawan sehingga dapat menimbulkan stres dalam bekerja. Stres merupakan situasi yang sudah biasa dialami oleh manusia pada umumnya terutama para pekerja. Dalam jalannya sebuah organisasi atau perusahaan, stres menjadi suatu hal yang penting karena jika seorang pekerja mengalami stres kerja maka kinerja dan produktivitas akan terpengaruh. Tidak sepenuhnya stres itu berdampak buruk seperti yang biasanya orang-orang pikirkan. Terdapat dua tipe dari stres yaitu eustress dan distress. Eustress atau stres positif adalah sisi menyenangkan dari stres yang disebabkan oleh hal-hal yang baik. Distress atau stres negatif, hal ini disebabkan oleh pengalaman buruk dan memiliki efek berbahaya (Roy, 2005:45-46). Stres bisa menjadi suatu hal positif bila pada batas tertentu, misalnya stres yang bisa membuat kita termotivasi pada sesuatu atau pada pekerjaan kita agar mendapatkan hasil yang lebih baik. Seperti saat kita dituntut untuk dapat bersaing dalam pekerjaan, kita akan berusaha agar dapat menjadi unggul.
Sedangkan stres bisa menjadi negatif apabila sudah melampaui batas pada batas tertentu, misalnya stres yang membuat kinerja kita menurun bahkan dapat menimbulkan burnout. Burnout adalah kondisi kelelahan fisik, mental, dan emosional yang muncul sebagai konsekuensi dari ketidaksesuaian antara kondisi karyawan dengan pekerjaannya (lingkungan dan desain pekerjaan) (Gunarsa, 2004:366). Stres bisa dialami oleh semua orang baik laki-laki maupun perempuan terutama yang sudah bekerja, tetapi tidak dengan burnout. Burnout tidak selalu dialami oleh setiap orang. Burnout cenderung dialami oleh individu yang bekerja dalam mencapai target dan yang berhubungan secara intensif dengan orang lain, karena tidak mudah menangani atau melayani orang dengan sifat dan watak yang berbeda-beda. Seseorang yang
2 mengalami burnout, biasanya akan mengalami keletihan/kelelahan, emosi, cemas, jenuh, sinis, sulit berkonsentrasi dan mudah sakit.
Banyak faktor yang menyebabkan stres kerja. Menurut Robbins (1998), mengemukakan faktor-faktor yang dapat menimbulkan dan menyebabkan stres kerja antara lain faktor lingkungan, faktor organisasional, dan faktor individual. Dalam faktor individual, kepribadian seseorang perlu diperhatikan karena penting dalam membantu kemajuan organisasi. Kepribadian seseorang juga akan mempengaruhi keefektifan kegiatan organisasi, sehingga pekerja harus mempunyai keyakinan pada diri (self efficacy) mereka sendiri. Jika pekerja tidak merasa yakin dengan dirinya sendiri untuk dapat mengerjakan tugasnya, maka dapat menimbulkan stres kerja.
Self efficacy adalah kepercayaan seseorang atas kemampuan dirinya untuk menyelesaikan suatu pekerjaan (Bandura, 1995). Untuk menanggulangi atau mengurangi stres kerja yang dialami, seorang pekerja memerlukan dukungan sosial. Tidak semua pekerja mendapatkan dukungan sosial ketika mengalami stres. Seorang pekerja yang mendapatkan dukungan sosial dalam jumlah yang besar maka kemungkinan untuk mengalami stres yang negatif akan kecil. Dukungan sosial tidak hanya dapat diperoleh dari keluarga, tetapi juga dari rekan kerja atau teman dan atasan.
Menurut Sarafino (2006), ada lima bentuk dukungan sosial, yaitu dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan instrumental, dukungan informasi, dan dukungan jaringan sosial.
Objek penelitian ini adalah SMA Negeri 2 Salatiga yang berada di Jalan Tegalrejo 79, Salatiga, Jawa Tengah dan SMA Negeri 3 Salatiga yang berada di jalan Kartini no. 34, Salatiga, Jawa Tengah. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri karena guru disini menangani lebih banyak murid daripada di sekolah swasta. Berdasarkan wawancara pendahuluan dengan bagian tata usaha di SMA Negeri 2 Salatiga, sekolah ini mempunyai 61 guru yaitu 50 guru tetap dan 11 guru tidak tetap. Berdasarkan hasil wawancara pendahuluan dengan kepala sekolah SMA Negeri 3 Salatiga yang bernama ibu Yuliati Eko Atmojo, sekolah ini memiliki 70 guru yaitu 60 guru tetap dan 10 guru tidak tetap. SMA Negeri 2 dan SMA Negeri 3 tidak lebih unggul dari SMA Negeri 1 Salatiga. Dilihat dari data statistik PPDB online, nilai akhir kedua sekolah ini berada dibawah SMA Negeri 1. Maka dari itu guru di kedua sekolah ini harus membantu para muridnya dalam bersaing untuk mencapai prestasi yang lebih baik lagi. SMA Negeri 2 dan SMA Negeri 3 termasuk sekolah negeri yang mempunyai banyak murid, baik murid biasa maupun murid yang mempunyai latar belakang atlet. Jumlah murid atlet di SMA Negeri 2 sebanyak 17 orang, SMA
3 Negeri 3 sebanyak 84 orang, sedangkan di SMA Negeri 1 hanya 1 orang. Tidak semua murid disini mempunyai perilaku yang patuh pada peraturan, terlebih lagi bagi murid atlet dimana sering tidak masuk sekolah karena profesi mereka, sehingga guru harus membantu ketertinggalan mereka dalam mengikuti pelajaran. Dalam mengajar para murid, terkadang beberapa guru di kedua sekolah ini dapat mengalami stres karena tekanan yang dapat berasal dari lingkungannya, misalnya guru dibuat emosi dengan kelakuan seorang muridnya atau karena beratnya pekerjaan yang ditanggung sehingga terkadang guru tersebut dapat mengalami kelelahan atau sakit. Selain itu, tidak sedikit pula guru yang bisa mengalami stres karena suatu permasalahan. Misalnya seperti beberapa kasus penganiayaan guru yang akhir-akhir ini sering terjadi. Pada Kompas.com (10/8/2016) dalam beritanya yang berjudul “Anak Dihukum karena Tak Bikin Tugas, Orangtua Pukul Pak Guru” menceritakan kasus seorang guru SMK 2 Makassar dianiaya oleh seorang orangtua siswa, saat proses belajar berlangsung. Penganiayaan ini terjadi setelah siswa tersebut ditegur oleh gurunya karena tidak mengerjakan tugas dan tidak membawa perlengkapan menggambar dan buku, kemudian guru itu menyuruhnya keluar dari ruang kelas. Pada Harian Kompas (13/9/2016) terdapat kasus kakek seorang siswa memukul kepala sekolah di Kecamatan Sungai Ambawang karena tidak puas dengan cara sekolah menyelesaikan permasalahan yang melibatkan cucunya. Pada Liputan6.com (1/6/2016) terdapat kasus seorang guru perempuan dilepas jilbabnya dan rambutnya dipotong oleh orangtua siswa yang marah karena guru tersebut menertibkan dua siswa laki-lakinya yang melanggar aturan karena berambut panjang.
Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan oleh Setyaningrum (2014), Putri (2011), Dodiansyah (2014) yang meneliti tentang hubungan dukungan sosial terhadap stres kerja, memperoleh hasil bahwa adanya hubungan negatif yang sangat signifikan antara dukungan sosial dengan stres kerja. Penelitian tentang hubungan dukungan sosial dengan burnout pernah dilakukan oleh Putri (2014) menunjukkan bahwa adanya hubungan negatif antara dukungan sosial dengan burnout. Penelitian lain tentang hubungan self effiacacy terhadap stres juga pernah dilakukan oleh Agung dan Budiani (2013), Scarfi (2014), Verlitasari (2014), Kusnadi (2014) menunjukkan bahwa ada hubungan negatif yang sangat signifikan antara self efficacy dengan stres kerja. Hartawati dan Mariyanti (2014) juga meneliti tentang hubungan self efficacy dengan burnout, hasil menunjukkan adanya hubungan negatif antara self efficacy dengan burnout.
Penelitian tentang hubungan antara stres kerja dengan burnout sebelumnya pernah dilakukan
4 oleh Rahmawati (2013), hasil menunjukkan bahwa ada hubungan positif yang sangat signifikan antara stres kerja dengan burnout.
Berdasarkan beberapa penelitian terdahulu, penulis terdahulu hanya meneliti bagaimana hubungan dukungan sosial dan self efficacy sampai pada stres kerja saja. Jadi pada penelitian ini, penulis akan meneliti dan menggabungkan tentang variabel pengaruh dukungan sosial dan self efficacy terhadap stres kerja dengan variabel burnout, karena burnout pasti mempunyai dampak yang negatif, sedangkan stres masih mempunyai dampak yang positif seperti eustress. Maka pertanyaan penelitian yang hendak diteliti adalah “bagaimana dukungan sosial dan self efficacy berpengaruh terhadap stres kerja sehingga mempengaruhi burnout”. Penelitian ini juga bertujuan untuk menganalisis pengaruh dukungan sosial dan self efficacy terhadap stres kerja sehingga mempengaruhi burnout.
KAJIAN PUSTAKA
Dukungan sosial
Dukungan sosial adalah kehadiran orang lain yang dapat membuat individu percaya bahwa dirinya dicintai, diperhatikan dan merupakan bagian dari kelompok sosial, yaitu keluarga,rekan kerja dan teman dekat (Sheridan & Radmacher,1992). Menurut Sarafino (2006), ada lima bentuk dukungan sosial, yaitu:
a. Dukungan emosional (emotional support)
Dukungan emosional mencakup ungkapan empati, perhatian dan rasa kepedulian terhadap seseorang. Dukungan emosional merupakan ekspresi dari afeksi, kepercayaan, perhatian, dan perasaan didengarkan. Kesediaan untuk mendengarkan seseorang yang mempunyai keluhan saat menghadapi berbagai tekanan akan memberikan dampak positif sebagai sarana pelepasan emosi dan mengurangi kecemasan, sehingga membuat individu merasa nyaman, tenteram, diperhatikan, serta dicintai.
b. Dukungan penghargaan (esteem support)
Dukungan penghargaan terjadi lewat ungkapan penghargaan yang positif, dorongan kepada individu untuk memajukan diri, dan perbandingan positif individu dengan individu lain, seperti misalnya perbandingan dengan orang-orang yang kurang mampu
5 atau keadaannya tidak lebih baik. Hal seperti ini dapat menambah penghargaan diri.
Individu melalui interaksi dengan orang lain, akan dapat mengevaluasi dan mempertegas keyakinannya dengan membandingkan pendapat, sikap, keyakinan, dan perilaku orang lain. Jenis dukungan ini membantu individu merasa dirinya berharga, mampu, dan dihargai.
c. Dukungan instrumental (instrumental support)
Dukungan instrumental mencakup bantuan langsung yang dapat berupa jasa, waktu, atau uang. Misalnya pinjaman uang bagi individu ketika membutuhkan untuk mencukupi kebutuhannya atau pemberian pekerjaan saat individu kesusahan dalam memperoleh pekerjaan. Dukungan ini membantu individu dalam melaksanakan aktivitasnya.
d. Dukungan informasi (informational support)
Dukungan informasi mencakup pemberian nasehat, petunjuk, saran, informasi atau umpan balik. Dukungan ini membantu individu mengatasi masalah dengan cara memperluas wawasan dan pemahaman individu terhadap masalah yang dihadapi.
Informasi tersebut diperlukan untuk membantu individu dalam mengambil keputusan dan memecahkan masalah secara praktis.
e. Dukungan jaringan sosial (companionship support)
Dukungan jaringan sosial mencakup perasaan keanggotaan dalam suatu kelompok, saling berbagi kesenangan dan aktivitas sosial.
Self Efficacy
Secara umum, self efficacy adalah penilaian seseorang tentang kemampuannya sendiri untuk menjalankan perilaku tertentu atau mencapai tujuan tertentu (Ormrod, 2008). Sebagai guru, harus memiliki self efficacy yang tinggi akan kemampuan kita membantu para siswa sukses. Siswa lebih mungkin meraih level yang tinggi ketika guru mereka memiliki keyakinan bahwa mereka dapat membantu siswa menguasai berbagai topik di kelas. Keyakinan guru-guru akan kemampuan mereka bisa juga berbentuk self efficacy kolektif; ketika mereka, sebagai kelompok, yakin bahwa mereka bisa memberikan sumbangan yang berarti bagi prestasi anak didiknya, para siswa pun akan ikut memiliki perasaan self efficacy yang sama pada gilirannya membangitkan motivasi untuk mencapai level kesuksesan yang lebih tinggi (Goddard, 2001;
Goddard, dkk, 2000).
6 Ada tiga dimensi self efficacy, yaitu: besarnya, kekuatan, dan generalitas. Besarnya merujuk pada tingkat kesulitan tugas yang diyakini dapat ditangani oleh individu. Kekuatan merujuk pada apakah keyakinan berkenaan dengan besarnya self efficacy kuat atau lemah.
Terakhir, generalitas menunjukkan seberapa luas situasi dimana keyakinan terhadap kemampuan tersebut berlaku (Ivancevich dkk, 2007).
Menurut Bandura (1995) ada beberapa faktor yang mempengaruhi self efficacy, yaitu:
a. Pengalaman Keberhasilan (Mastery Experiences)
Keberhasilan yang sering didapatkan seseorang akan meningkatkan self efficacy yang dimiliki. Apabila keberhasilan yang didapatkan lebih banyak karena faktor-faktor di luar dirinya, biasanya tidak akan membawa pengaruh terhadap peningkatan self efficacy. Tetapi, jika keberhasilan tersebut berasal dari usaha sendiri dengan melalui hambatan yang besar maka akan membawa pengaruh pada peningkatan self efficacy.
b. Pengalaman Orang Lain (Vicarious Experiences)
Pengalaman keberhasilan orang lain yang memiliki kemiripan dengan individu dalam mengerjakan suatu tugas biasanya akan meningkatkan self efficacy seseorang dalam mengerjakan tugas yang sama. Self efficacy tersebut didapat melalui social models yang biasanya terjadi pada diri seseorang yang kurang pengetahuan tentang kemampuan dirinya sehingga mendorong seseorang untuk melakukan modeling. Namun self efficacy yang didapat tidak akan terlalu berpengaruh bila model yang diamati tidak memiliki kemiripan.
c. Persuasi Sosial (Social Persuation)
Informasi tentang kemampuan yang disampaikan secara verbal oleh seseorang yang berpengaruh biasanya digunakan untuk meyakinkan seseorang bahwa ia cukup mampu melakukan suatu tugas.
d. Keadaan Fisiologis dan Emosional (Physiological and Emotional States)
Kecemasan dan stres yang terjadi dalam diri seseorang ketika melakukan tugas sering diartikan sebagai suatu kegagalan. Self efficacy yang tinggi biasanya ditandai oleh rendahnya tingkat stres dan kecemasan, sebaliknya self efficacy yang rendah ditandai oleh tingkat stres dan kecemasan yang tinggi.
7 Stres Kerja
Menurut French, Roger, & Cobb (1974) stres kerja memiliki definisi sebagai ketidakcocokan antara keterampilan dan kemampuan seseorang dan tuntutan pekerjaan dalam hal kebutuhan seseorang yang disediakan oleh lingkungan pekerjaan. Smith (1981) mengemukakan bahwa stres mempunyai enam konsep yang dapat ditinjau dari beberapa sudut, yaitu: 1) stres kerja merupakan hasil dari keadaan tempat kerja. Misalnya tempat kerja yang ramai akan mengganggu konsentrasi karyawan. 2) stres kerja merupakan hasil dari dua faktor organisasi, yaitu keterlibatan dalam tugas dan dukungan organisasi. 3) stres terjadi karena faktor
“workload” juga faktor kemampuan melakukan tugas. 4) akibat dari waktu kerja yang berlebihan. 5) faktor tanggung jawab kerja. 6) tantangan yang muncul dari tugas.
Menurut Tosi (1971) ada lima macam sumber stres, yaitu faktor yang menyebabkan stres dan berhubungan dengan pekerjaan individu, tekanan peran, kesempatan pelibatan diri dalam tugas, tanggung jawab individu, dan faktor organisasi.
Robbins (2008) menyebutkan ada tiga faktor penyebab stres, yaitu:
1. Faktor Lingkungan
Ada beberapa faktor yang mendukung faktor lingkungan, yaitu:
a. Perubahan situasi bisnis yang menciptakan ketidakpastian ekonomi.
b. Ketidakpastian politik.
c. Kemajuan teknologi
d. Terorisme, sumber stres yang disebabkan lingkungan yang semakin meningkat.
2. Faktor Organisasi
Di dalam organisasi terdapat beberapa faktor yang dapat menimbulkan stres, yaitu:
a. Role Demands
Peraturan dan tuntutan dalam pekerjaan yang tidak jelas dalam suatu organisasi akan mempengaruhi peranan seorang karyawan untuk memberikan hasil akhir yang ingin dicapai bersama dalam suatu organisasi tersebut.
b. Interpersonal Demands
Terjadi karena tekanan yang diciptakan oleh karyawan lainnya dalam organisasi.
Hubungan komunikasi yang tidak jelas, kurangnya dukungan sosial dari rekan kerja, serta hubungan antara pribadi yang buruk dapat menimbulkan stres.
8 c. Organizational Structure
Merupakan tingkat atau perbedaan peran dalam organisasi dimana keputusan tersebut dibuat dan jika terjadi ketidakjelasan dalam struktur pembuat keputusan atau peraturan maka akan dapat mempengaruhi kinerja seorang karyawan dalam organisasi.
d. Organizational Leadership
Berkaitan dengan peran yang akan dilakukan oleh seorang pimpinan dalam suatu organisasi.
3. Faktor Individu
Faktor ini mencakup kehidupan pribadi seseorang terutama faktor-faktor persoalan keluarga, masalah ekonomi pribadi dan karakteristik kepribadian dari keturunan.
a. Faktor keluarga. Hubungan pribadi dengan keluarga sebagai sesuatu yang sangat berharga. Hubungan yang kurang baik antara pribadi dengan keluarga akan mempengaruhi pekerjaan seseorang.
b. Masalah Ekonomi. Individu yang tidak dapat mengelola sumber daya keuangan untuk memenuhi kebutuhannya merupakan satu contoh kesulitan pribadi yang dapat menciptakan stres.
c. Karakteristik kepribadian dari keturunan. Individu dapat mengalami stres karena watak dasar alami yang dimiliki oleh seseorang tersebut. Sehingga untuk itu, gejala stres yang mungkin timbul pada tiap pekerjaan harus diatur dengan benar dalam kepribadian seseorang sesuai dengan watak yang dimiliki.
Menurut Wijono (2010), ada beberapa gejala stres dapat dilihat dari berbagai faktor yang menunjukkan adanya perubahan, baik secara fisiologis, psikologis, maupun sikap. Perubahan fisiologis ditandai oleh adanya gejala-gejala seperti merasa lelah atau kehabisan tenaga, sedangkan perubahan psikologis ditandai dengan kecemasan yang berlarut-larut dan sulit tidur.
Berikutnya perubahan sikap seperti keras kepala, mudah marah, dan tidak puas terhadap apa yang dicapai.
Burnout
Burnout merupakan kelelahan secara fisik, emosional, dan mental yang disebabkan keterlibatan jangka panjang dalam situasi yang penuh dengan tuntutan emosional (Pines dan Aronson, 1989). Sedangkan menurut Freudenberger (1991) menyatakan burnout merupakan
9 kelelahan yang terjadi karena seseorang bekerja terlalu intens tanpa memperhatikan kebutuhan pribadinya.
Maslach dan Leiter (1997) mengungkapkan bahwa gejala-gejala burnout dapat dikategorikan ke dalam tiga dimensi, yaitu:
1. Exhaustion
Merupakan dimensi burnout yang ditandai oleh perasaan letih berkepanjangan baik secara fisik, mental, dan emosional. Ketika seseorang mengalami exhaustion, mereka merasakan energinya seperti terkuras habis dan ada perasaan “kosong” yang tidak dapat diatasi lagi.
2. Cynicism
Mencerminkan adanya sikap yang sinis terhadap orang-orang yang berada dalam lingkup pekerjaan dan kecenderungan untuk menarik diri serta mengurangi keterlibatan diri dalam bekerja. Perilaku tersebut diperlihatkan sebagai upaya untuk melindungi diri dari perasaan kecewa; penderitanya menganggap dengan berperilaku tersebut mereka akan aman dan terhindar dari ketidakpastian dalam pekerjaan.
3. Ineffectiveness
Mencerminkan adanya perasaan tidak berdaya, tidak lagi mampu melakukan tugas dan menganggap tugas-tugas yang dibebankan terlalu berlebihan sehingga tidak sanggup lagi menerima tugas yang baru.
Maslach dan Leiter (1997) juga menyebutkan beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya burnout, antara lain:
a. Work Overloaded
Work overload kemungkinan terjadi akibat ketidaksesuaian antara pekerja dengan pekerjaannya. Overload terjadi karena pekerjaan yang dikerjaan melebihi kapasitas kemampuan yang dimiliki seseorang. Hal ini dapat menyebabkan menurunnya kualitas pekerja, hubungan yang tidak sehat di lingkungan pekerjaan, menurunkan kreativitas pekerja, dan menyebabkan burnout.
b. Lack of Work Control
Semua orang memiliki keinginan untuk memiliki kesempatan dalam membuat pilihan, keputusan, menggunakan kemampuannya untuk berfikir dan menyelesaikan masalah, dan meraih prestasi. Adanya aturan terkadang membuat pekerja memiliki batasan dalam
10 berinovasi, merasa kurang memiliki tanggung jawab dengan hasil yang mereka dapat karena adanya kontrol yang terlalu ketat dari atasan.
c. Rewarded for Work
Kurangnya apresiasi dari lingkungan kerja membuat pekerja merasa tidak bernilai. Adanya apresiasi yang diberikan dari rekan kerja atau atasan akan meningkatkan afeksi positif dari pekerja yang juga merupakan nilai penting dalam menunjukkan bahwa seseorang sudah bekerja dengan baik.
d. Breakdown in Community
Ada kesenjangan baik antar pekerja maupun dengan atasan, sibuk dengan diri sendiri, tidak memiliki quality time dengan rekan kerja membuat hubungan yang tidak baik sehingga suasana di lingkungan kerja tidak nyaman. Hal ini membuat dukungan sosial menjadi tidak sehat dan kurang rasa saling membantu antar rekan kerja.
e. Treated Fairly
Merasa diperlakukan tidak adil juga merupakan faktor terjadinya burnout. Adanya rasa saling menghargai akan menimbulkan rasa keterikatan dengan komunitas (lingkungan kerja).
Pekerja merasa tidak percaya dengan lingkungan kerjanya ketika tidak ada keadilan. Rasa ketidakadilan biasa dirasakan pada saat masa promosi kerja, atau ketika pekerja disalahkan ketika mereka tidak melakukan kesalahan.
f. Dealing with Conflict Values
Pekerjaan dapat membuat pekerja melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan nilai mereka.
Misalnya seorang sales terkadang harus berbohong agar produk yang ditawarkan bisa terjual.
Namun hal ini dapat menyebabkan seseorang menurunkan performa, kualitas kerjanya karena tidak sesuai dengan nilai yang dimiliki. Seseorang akan melakukan yang terbaik ketika melakukan apa yang sesuai dengan nilai, belief, menjaga integritas dan self respect.
Penelitian Terdahulu
Dalam menanggulangi atau mengurangi stres kerja yang sedang dialami seorang individu memerlukan adanya dukungan sosial. Dukungan sosial tidak hanya berasal dari keluarga tetapi juga bisa diperoleh melalui dukungan dari teman sebaya, rekan kerja, maupun atasan. Dukungan sosial tidak hanya berupa dukungan emosional atau empati saja, tetapi juga bisa melalui bantuan berupa materi atau jasa, bahkan memberian nasihat kepada individu untuk membuat dirinya menjadi lebih baik. Semakin besar dukungan sosial yang diterima maka semakin rendah tingkat
11 stres kerjanya dan begitu juga sebaliknya (Dodiansyah, 2014). Tidak hanya dapat menimbulkan stres, dukungan sosial juga berpengaruh terhadap burnout.
Penelitian tentang dukungan sosial dengan stres kerja pernah dilakukan oleh Setyaningrum (2014) dengan judul “Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Stres Kerja Pada Tenaga Kesehatan Non Keperawatan di RS. Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta”. Hasil dari penelitian ini adalah ada hubungan negatif yang sangat signifikan antara dukungan sosial dengan stres kerja pada tenaga kesehatan non keperawatan. Penelitian lain tentang dukungan sosial dan stres kerja juga dilakukan oleh Putri (2011) dengan judul “Hubungan Dukungan Sosial Terhadap Stres Kerja Pada Karyawan Balai Besar Wilayah Sungai Pemali Juana Semarang” menunjukkan bahwa adanya hubungan negatif yang sangat signifikan antara dukungan sosial dengan stres kerja. Pada penelitian yang dilakukan oleh Dodiansyah (2014) dengan judul “Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Stres Kerja Pada Karyawan Solopos” mendapatkan hasil adanya hubungan negatif yang sangat signifikan antara dukungan sosial dengan stres kerja. Pada penelitian yang dilakukan oleh Putri (2014) dengan judul “Analisis Pengaruh Dukungan Sosial terhadap Burnout pada Perawat” menunjukkan bahwa variabel dukungan sosial berpengaruh negatif terhadap burnout.
Berdasarkan uraian dan hasil penelitian terdahulu, maka dapat dibuat hipotesis pertama sebagai berikut.
H1: Dukungan sosial berpengaruh negatif secara tidak langsung terhadap burnout dengan stres kerja sebagai variabel intervening.
H2: Dukungan sosial berpengaruh negatif secara langsung terhadap burnout.
Self efficacy atau keyakinan diri akan kemampuan untuk melakukan sesuatu sangat mempengaruhi kinerja seseorang. Ketidakyakinan pengajar akan kemampuan dirinya dalam menghadapi tuntutan tugasnya dapat menimbulkan stres dan menyebabkan burnout (Hartawati, 2014).Kusnadi (2014) berpendapat jika keyakinan diri yang dimiliki seorang karyawan tersebut rendah maka hal itu akan menyebabkan dia kurang tepat dalam menentukan sikap seperti pengambilan keputusan. Hal ini karena karyawan tersebut merasa tidak yakin dengan dirinya sendiri untuk dapat mengerjakan tugasnya dengan baik. Jika kondisi tersebut timbul maka yang terjadi yaitu terciptanya kondisi stres kerja.
12 Penelitian tentang self efficacy dan stres kerja yang dilakukan oleh Kusnadi (2014) dengan judul
“Hubungan Antara Beban Kerja dan Self-Efficacy Dengan Stres Kerja Pada Dosen Universitas X” menunjukkan bahwa ada hubungan positif antara beban kerja dan self efficacy dengan stres kerja. Penelitian dari Scarfi (2014) dengan judul “Pengaruh Self Efficacy dan Dukungan Sosial Terhadap Tingkat Stres Pada Mahasiswa Tingkat Akhir Universitas Andalas Dalam Menyelesaikan Skripsi” menunjukkan bahwa self efficacy dan dukungan sosial berpengaruh secara signifikan terhadap stres mahasiswa yang sedang menyelesaikan skripsi di Universitas Andalas. Penelitian lain yang dilakukan oleh Verlitasari (2014) dengan judul “Hubungan Antara Self-Efficacy Dengan Stres Kerja Pada Karyawan CV. X, Karanganyar Jawa Tengah”
menunjukkan hasil bahwa ada hubungan negative yang sangat signifikan antara self efficacy dengan stres kerja. Agung dan Budiani (2013) melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Kecerdasan Emosional dan Self Efficacy Dengan Tingkat Stres Mahasiswa yang Sedang Mengerjakan Skripsi” menunjukkan hasil bahwa kecerdasan emosi memiliki hubungan yang tidak signifikan dan negatif dengan tingkat stres, selanjutnya self efficacy memiliki hubungan yang signifikan dan negatif dengan tingkat stres. Hartawati dan Mariyanti (2014) melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Antara Self Efficacy Dengan Burnout Pada Pengajar Taman Kanak-Kanak Sekolah “X” Di Jakarta” menunjukkan bahwa ada hubungan negatif kuat signifikan antara self efficacy dengan burnout.
Berdasarkan uraian dan hasil penelitian terdahulu, maka dapat dibuat hipotesis kedua sebagai berikut.
H3: Self efficacy berpengaruh negatif secara tidak langsung terhadap burnout dengan stres kerja sebagai variabel intervening.
H4: Self efficacy berpengaruh negatif secara langsung terhadap burnout.
Kondisi stres yang berlebihan pada seseorang dapat menyebabkan burnout. Tingkat stres pada setiap orang berbeda, sehingga tidak semuanya dapat mengalami burnout. Seseorang yang merasa lelah tetapi masih semangat untuk melakukan pekerjaannya belum bisa dikatakan sebagai burnout. Ketika seseorang sudah merasakan stres yang berlarut-larut, kelelahan, jenuh dan kehilangan arti dalam melakukan pekerjaannya sehingga sudah tidak lagi bersemangat untuk mengubah kondisinya maka burnout terjadi.
13 Penelitian tentang stres kerja dan burnout telah dilakukan oleh Rahmawati (2013) dengan judul
“Hubungan Antara Stres Kerja Dengan Burnout Pada Karyawan Bagian Operator PT. Bukit Makmur Mandiri Utama” menunjukkan bahwa ada hubungan positif yang sangat signifikan antara stres kerja dengan burnout.
Berdasarkan uraian dan hasil penelitian terdahulu, maka dapat dibuat hipotesis ketiga sebagai berikut.
H5: Stres kerja berpengaruh positif secara langsung pada burnout.
Kerangka pemikiran
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini termasuk dalam penelitian kuantitatif, dimana variabel independent dari penelitian ini adalah dukungan sosial (X1) dan self efficacy (X2), variabel intervening adalah stres kerja (Z) dan variabel dependent adalah burnout (Y). Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 2 dan SMA Negeri 3 Salatiga.
Populasi Penelitian
Populasi pada penelitian ini adalah guru tetap di SMA Negeri 2 Salatiga yang berjumlah 50 orang dan di SMA Negeri 3 Salatiga yang berjumlah 60 orang. Penelitian ini hanya menggunakan guru tetap sebagai sampel karena mempunyai kewajiban tetap dan mendidik para murid di luar kelas selain pada saat jam pelajaran. Secara umum, populasi bisa didefinisikan sebagai sekumpulan data yang mengidentifikasi suatu fenomena (Santoso. 2009). Definisi
Dukungan Sosial
Self Efficacy
Stres Kerja H5 Burnout
H1
H3
H2
H4
14 populasi dalam penelitian adalah merupakan wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek/subyek yang memiliki kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara dengan kepala sekolah SMA Negeri 2 Salatiga dan SMA Negeri 3 Salatiga dan dengan menggunakan angket yang pernyataanya sudah dimodifikasi dari beberapa sumber, lalu akan dibagikan kepada guru SMA Negeri 2 dan SMA Negeri 3 Salatiga. Pada angket, pertanyaan disusun dalam kalimat pernyataan dengan opsi jawaban yang tersedia (Gulo, 2002:122).
Penelitian ini menggunakan empat skala, yang pertama yaitu variabel dukungan sosial yang terdiri dari 10 item dan berdasarkan lima indikator (dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan informasi, dukungan instrumental, dan dukungan jaringan sosial). Kedua yaitu variabel self efficacy yang terdiri dari 7 item dan berdasarkan tiga indikator (magnitude,strength, dan generality). Ketiga yaitu variabel stress kerja yang terdiri dari 10 item dan berdasarkan tiga indikator (fisik, psikologis, dan perilaku). Keempat yaitu variabel burnout yang terdiri dari 8 item dan bedasarkan tiga indikator (exhaustion, cynicism,dan ineffectiveness).
Untuk mengukur jawaban responden digunakan skala Likert. Skala Likert merupakan skala yang digunakan untuk mengukur persepsi atau pendapat seseorang terhadap sesuatu. Skala Linkert umumnya menggunakan lima angka penilaian yaitu: (1) sangat tidak setuju, (2) tidak setuju, (3) netral, (4) setuju, (5) sangat setuju (Indriantoro dan Supomo, 1999).
Uji Validitas dan Reliabilitas Angket
Dalam suatu penelitian data angket merupakan hal yang penting sehingga perlu diuji, karena angket menjadi gambaran variabel yang akan diteliti dan berfungsi sebagai pembuktian hipotesis. Uji validitas dimaksudkan untuk mengetahui keterpaduan butir-butir pertanyaan yang digunakan, apakah dapat mengukur sesuai dengan apa yang sedang diukur. Uji reliabilitas dimaksudkan untuk mengukur apakah alat ukur yang digunakan cukup akurat, stabil atau konsisten dalam mengukur apa yang ingin diukur (Syamsul & Zamzam, 2014).
15 Teknik Analisis Data
Dalam melakukan analisis data, penelitian ini menggunakan statistik. Statistik merupakan ilmu pengetahuan yang merangkum kegatan-kegiatan antara lain pengumpulan, pengorganisasian, perangkuman, pemaparan, dan penganalisaan data, serta pengambilan kesimpulan berdasarkan metode ilmiah yang teruji (Karsidik, 2012). Alat statistik yang akan digunakan adalah path analysis, yang berarti analisis jalur merupakan suatu teknik analisis statistika yang dikembangkan dari analisis regresi berganda. Teknik ini digunakan untuk menguji besarnya sumbangan (kontribusi) yang ditunjukkan oleh koefisien jalur pada setiap diagram jalur dari hubungan kausal antar variabel X1 X2 dan X3 terhadap Y serta dampaknya terhadap Z.
Penggunaan analisis jalur dalam analisis data riset didasarkan pada beberapa asumsi sebagai berikut:
1. Hubungan antar variabel yang akan dianalisis berbentuk linier, aditif, dan kausal.
2. Variabel-variabel residual tidak berkorelasi dengan variabel yang mendahuluinya, dan tidak juga berkorelasi dengan variabel lain.
3. Dalam model hubungan variabel hanya terdapat jalur kasual/sebab akibat searah.
Catat setiap variabel yang dianalisis adalah data interval dan berasal dari sumber yang sama.
Tabel 1
Operasionalisasi Variabel
Variabel Definisi Indikator Pertanyaan Sumber
Dukungan Sosial
Dukungan sosial adalah kenyamanan, perhatian, penghargaan, maupun bantuan dalam bentuk lainnya yang diterimanya individu dari orang lain ataupun dari kelompok.
(Sarafino, 2006)
Dukungan emosional
Keluarga menunjukkan perhatian kepada saya ketika saya menceritakan masalah saya.
Keluarga memahami kebutuhan saya.
Teman-teman
menunjukkan perhatian kepada saya ketika saya menceritakan masalah saya.
Teman-teman
memahami kebutuhan saya.
Sarafino (2006) dengan
penyesuaian.
Dukungan penghargaan
Saya sering dipuji ketika dibandingkan dengan orang lain.
16
Saya sering mendapatkan pujian ketika berhasil melakukan sesuatu.
Dukungan informasi
Saya sering diberikan saran agar diri saya menjadi semakin baik.
Keluarga saya selalu memberikan nasihat yang membangun ketika saya menghadapi masalah.
Teman saya selalu memberikan nasihat yang membangun ketika saya menghadapi masalah.
Dukungan instrumental
Saya sering mendapatkan bantuan berupa materi.
Keluarga membantu saya untuk melakukan hal yang tidak bisa saya lakukan.
Teman-teman membantu saya untuk melakukan hal yang tidak bisa saya lakukan.
Dukungan jaringan sosial (Sarafino, 2006)
Saya merasa teman saya mempunyai kondisi yang sama dengan saya.
Rekan kerja saya melibatkan saya dalam pengambilan keputusan mengenai masalah dalam pekerjaan.
Self Efficacy
Self efficacy adalah kepercayaan seseorang atas kemampuan dirinya untuk menyelesaikan suatu pekerjaan.
(Bandura, 1995)
Magnitude Saya yakin dapat menangani kesulitan dalam tugas yang saya kerjakan.
Saya yakin mampu mengerjakan dan menyelesaikan tugas di luar bidang kemampuan saya.
Bandura (1995), Hakim (2015) dengan penyesuaian.
Strength Saya yakin dapat mengerjakan tugas di
17 berbagai macam situasi.
Saya tidak mudah
menyerah dalam
melakukan tugas yang sulit.
Generality (Bandura, 1995)
Saya dapat
mengendalikan diri saya dengan baik
Saya yakin mampu menyelesaikan tugas yang saya kerjakan.
Saya mampu menangani
hambatan dalam
pekerjaan saya.
Stres Kerja Stres kerja adalah situasi ketegangan/tekanan emosional yang dialami seseorang yang sedang menghadapi tuntutan yang sangat besar, hambatan-hambatan, dan adanya kesempatan yang sangat penting yang dapat mempengaruhi emosi, pikiran, dan kondisi fisik seseorang.
(Hariandja, 2002:303)
Fisik Badan terasa lelah setelah melakukan pekerjaan.
Saya sering mengalami sakit (misal: sakit kepala, sakit perut, gangguan pencernaan).
Detak jantung saya/
tekanan darah saya meningkat.
Hariandja (2002), Wijono (2010) dengan
penyesuaian.
Psikologis Dalam melakukan
pekerjaan saya
mengalami masalah emosi (labil).
Saya merasa lebih tertantang untuk meningkatkan kinerja dalam persaingan.
Perilaku (Hariandja, 2002:306)
Saya harus bekerja super
cepat dalam
melaksanakan tugas saya.
Pekerjaan saya sangat menuntut tanggung jawab, tetapi kewenangan dan kekuasaan saya terbatas.
Saya jarang menerima
pengakuan atau
penghargaan jika hasil kerja saya baik.
Saya bersemangat untuk
18 meningkatkan kualitas
diri saya untuk menghadapi persaingan.
Saya sering
bertengkar/berbantahan dengan rekan kerja saya.
Saya mempunyai motivasi untuk membuat diri saya menjadi lebih unggul daripada orang lain.
Saya tidak mudah menyerah ketika tuntutan pekerjaan semakin berat.
Burnout Burnout adalah sindrom yang terdiri atas kelelahan emosional (emotional exhaustion), depersonalisasi, dan penurunan pencapaian prestasi diri (reduced personal
accomplishment), yang dialami oleh individu
yang bekerja
memberikan pelayanan bagi orang lain.
(Maslach, 1993)
Exhaustion Saya sering merasa lelah dan jenuh ketika bekerja.
Saya sering merasa jenuh/bosan ketika bekerja.
Saya merasa emosi saya terkuras karena pekerjaan.
Saya sering merasa tidak sabar dalam menghadapi siswa.
Maslach (2001) dengan
penyesuaian.
Cynicism Saya tidak perduli dengan apa yang dialami oleh rekankerja saya.
Saya merasa lebih nyaman ketika jauh dari lingkungan sosial.
Terkadang saya merasa
sinis terhadap
lingkungan/rekan kerja saya.
Inefficacy (reduced personal accomplishment )
(Maslach, dkk 2001)
Saya kehilangan semangat saya ketika bekerja.
Saya merasa tugas yang diberikan kepada saya terlalu berat.
Saya merasa saya tidak dapat melakukan tugas yang baru jika tugas yang lama belum selesai.
19
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Uji Validitas dan Uji Reliabilitas
Dalam penelitian ini, uji validitas yang digunakan adalah uji korelasi pearson dengan membandingkan nilai R hitung dan nilai R tabel dengan signifikansi 5% dan N = 110.
Pernyataan dinyatakan valid jika nilai R hitung lebih besar dari nilai R tabel yaitu 0,195.
Sedangkan untuk uji reliabilitas dilakukan dengan uji Cronbach’s Alpha. Dalam uji Cronbach’s Alpha, suatu pernyataan dinyatakan reliabel jika memiliki nilai lebih dari 0,6.
Tabel 2
Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
No. Variabel Indikator Validitas Reliabilitas Keterangan
1 Dukungan Sosial
X1.1 0,596
0,814
Valid
X1.2 0,596 Valid
X1.3 0,661 Valid
X1.4 0,666 Valid
X1.5 0,568 Valid
X1.6 0,588 Valid
X1.7 0,427 Valid
X1.8 0,457 Valid
X1.9 0,609 Valid
X1.10 0,513 Valid
X1.11 0,594 Valid
X1.12 0,449 Valid
X1.13 0,433 Valid
X1.14 0,546 Valid
2 Self Efficacy
X2.1 0,823
0,822
Valid
X2.2 0,827 Valid
X2.3 0,798 Valid
X2.4 0,634 Valid
20
X2.5 0,536 Valid
X2.6 0,642 Valid
X2.7 0,553 Valid
3 Stres Kerja
Z1.1 0,414
0,606
Valid
Z1.2 0,582 Valid
Z1.3 0,662 Valid
Z1.4 0,630 Valid
Z1.5 0,353 Valid
Z1.6 0,235 Valid
Z1.7 0,403 Valid
Z1.8 0,517 Valid
Z1.9 0,521 Valid
Z1.10 0,353 Valid
Z1.11 0,282 Valid
Z1.12 0,203 Valid
4 Burnout
Y1.1 0,751
0,874
Valid
Y1.2 0,766 Valid
Y1.3 0,808 Valid
Y1.4 0,635 Valid
Y1.5 0,574 Valid
Y1.6 0,656 Valid
Y1.7 0,651 Valid
Y1.8 0,739 Valid
Y1.9 0,666 Valid
Y1.10 0,599 Valid
Sumber : Data Olahan SPSS, 2016
Berdasarkan pada tabel diatas, dapat diketahui hasil uji validitas untuk keempat variabel yaitu Dukungan Sosial, Self Efficacy, Stres, dan Burnout seluruh indikator pernyataannya memiliki R hitung > R tabel, sehingga seluruh indikator pernyataan tersebut dinyatakan valid.
Untuk hasil uji reliabilitas pada tabel diatas dapat diketahui bahwa keempat variabel memiliki
21 nilai Cronbach’s Alpha lebih dari 0,6 sehingga seluruh indikator pernyataan dalam keempat variabel tersebut reliabel dan layak digunakan untuk pengujian hipotesis.
Uji Asumsi Klasik 1. Uji normalitas
Uji normalitas ini bertujuan untuk menguji apakah variabel terikat dan variabel bebas dalam model regresi mempunyai distribusi normal. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan analisis Grafik Normal P-Plot. Pada gambar yang terlampir, sebaran titik-titik pada grafik normal P-Plot relatif mendekati garis lurus dan mengikuti arah garisnya. Dengan begitu dapat disimpulkan bahwa variabel terikat dan variabel bebas pada data terdistribusi normal.
2. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menunjukkan hubungan langsung antara variabel bebas (independen). Bila nilai Variance Inflation Factor (VIF) lebih besar dari 10 atau nilai tolerance kurang dari 0,10 maka dapat dinyatakan bahwa variabel tersebut memiliki gejala multikolinearitas. Nilai VIF untuk variabel dukungan sosial adalah 1,357, variabel self efficacy adalah 1,294, dan variabel stres kerja adalah 1,062. Sedangkan nilai tolerance variabel dukungan sosial adalah 0,737, variabel self efficacy adalah 0,773 dan variabel stres kerja adalah 0,942. Nilai VIF dari ketiga variabel tidak lebih besar dari 10, maka dapat dikatakan bahwa tidak ada gejala multikolinearitas pada ketiga variabel tersebut.
3. Uji Linearitas
Uji linearitas bertujuan untuk mengetahui apakah regresi bersifat linear atau tidak.
Dalam penelitian ini, uji linearitas menggunakan grafik scatter plot. Jika sebaran titik- titik pada grafik menyebar atau tidak membentuk pola tertentu, dapat dikatakan bahwa hubungan bersifat linear. Dari hasil uji linearitas menggunakan scatter plot, semua grafik menunjukkan sebaran titik-tikik yang tidak membentuk pola atau menyebar. Artinya, keempat variabel mempunyai hubungan yang linear.
4. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi menujukkan bahwa variance dari setiap error bersifat heterogen atau homogen. Model
22 regresi yang baik seharusnya tidak terjadi heteroskedastisitas, yang berarti melanggar asumsi klasik yang mensyaratkan bahwa variance dari error harus bersifat homogen. Pada uji heteroskodesitas dengan grafik scatterplot, dapat diketahui bahwa jika titik dalam grafik tersebar (tidak membentuk pola) maka tidak terjadi heteroskodesitas. Gambar grafik pada lampiran dapat dilihat bahwa sebaran titik tidak membentuk suatu pola atau alur, sehingga dapat disimpulkan tidak terjadi heteroskedastisitas.
Karakteristik Responden
Responden dalam penelitian ini adalah guru tetap di SMA Negeri 2 dan SMA Negeri 3 Salatiga yang berjumlah 110 orang. Dalam penelitian ini terdapat 6 karakteristik, yaitu usia, jenis kelamin, status pernikahan, jumlah anak, latar pendidikan, dan lama bekerja.
Tabel 3
Distribusi Karakteristik Responden
Identitas Diri Distribusi Responden Jumlah
Orang Persentase (%)
Usia
21-30 15 14
31-40 19 17
41-50 42 38
≥ 50 34 31
Jumlah 110 100
Jenis Kelamin
Laki-laki 47 43
Perempuan 63 57
Jumlah 110 100
Status Pernikahan
Belum menikah 17 15
Menikah 93 85
Jumlah 110 100
Jumlah anak
1 14 13
2 48 44
3 20 18
23
4 5 5
≥ 4 4 4
Jumlah 91 83
Latar Pendidikan
SMA/Sederajat 12 11
S1 82 75
≥ S1 16 15
Jumlah 110 100
Lama Bekerja
≤ 1 1 1
1-5 10 9
5-10 23 21
≥ 10 76 69
Jumlah 110 100
Sumber : Data Olahan Kuesioner, 2016
Berdasarkan tabel diatas, dapat ditunjukkan bahwa berdasarkan usia, guru di SMA Negeri 2 dan SMA Negeri 3 Salatiga terdiri atas responden berusia 21-30 tahun sebanyak 15 orang atau 14%, responden berusia 31-40 tahun sebanyak 19 orang, responden berusia 41-50 tahun sebanyak 42 orang, dan responden berusia lebih dari 50 tahun sebanyak 34 orang.
Berdasarkan jenis kelamin, dapat dilihat bahwa sebagian besar guru di kedua sekolah tersebut adalah perempuan, yaitu sebanyak 63 orang. Sedangkan guru laki-laki sebanyak 47 orang.
Berdasarkan status pernikahan, responden yang belum atau tidak menikah sebanyak 17 orang dan responden yang sudah menikah sebanyak 93 orang. Berdasarkan jumlah anak yang dimiliki, reponden yang memiliki 1 anak sebanyak 14 orang, responden yang memiliki 2 anak sebanyak 48 orang, responden yang memiliki 3 anak sebanyak 20 orang, responden yang memiliki 4 anak sebanyak 4 orang, dan responden yang memiliki lebih dari 5 anak sebanyak 4.
Berdasarkan latar belakang pendidikan, sebagian besar guru di SMA Negeri 2 dan SMA Negeri 3 Salatiga mempunyai latar pendidikan S1. Dapat ditunjukkan bahwa responden yang mempunyai latar belakang pendidikan SMA/Sederajat sebanyak 12 orang, responden dengan latar belakang pendidikan S1 sebanyak 82 orang, sedangkan responden dengan latar belakang pendidikan diatas S1 sebanyak 16 orang. Berdasarkan lama bekerja, responden yang bekerja
24 kurang dari 1 tahun hanya 1 orang, responden yang bekerja selama 1-5 tahun sebanyak 10 orang, responden yang bekerja selama 5-10 tahun sebanyak 23 orang, dan responden yang sudah bekerja lebih dari 10 tahun sebanyak 76 orang.
Dukungan Sosial, Self Efficacy, Stres Kerja, dan Burnout
Dalam penelitian ini, terdapat 4 variabel yang akan dianalisis yaitu dukungan sosial, self efficacy, stres kerja, dan burnout. Penilaian masing-masing variabel dapat dilihat dari nilai rata- rata yang dimiliki. Untuk menentukan rentang skala likert dari rata-rata jawaban responden, maka digunakan rumus sebagai berikut:
Interval = Nilai Maksimum – Nilai Minimum Jumlah Kelas
= 5 – 1 5 = 0,8
Sehingga dapat diperoleh kategori tingkat variabel sebagai berikut:
Tabel 4
Tingkat Kategori Variabel
Range Keterangan
4.20 – 5.00 3.40 – 4.19 2.60 – 3.39 1.80 – 2.59 1.00 – 1.79
Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah Sumber : Danny dan Wijaya, 2013
25 Berikut adalah hasil nilai rata-ratadari variabel dukungan sosial, self efficacy, stres kerja, dan burnout :
Tabel 5 Nilai Rata-rata
Variabel Mean
Dukungan Sosial 3,83
Self Efficacy 3,80
Stres Kerja 3,18
Burnout 2,70
Sumber : Data Olahan Excel, 2016
Pada tabel 4, ditunjukkan nilai rata-rata tertinggi dari variabel dukungan sosial adalah indikator pertama yaitu pernyataan keluarga menunjukkan perhatian kepada saya ketika saya menceritakan masalah saya, dengan nilai rata-rata sebesar 4,4 dari 110 jawaban responden. Nilai rata-rata dari 14 indikator pernyataan variabel dukungan sosial (X1) adalah sebesar 3,83 yang artinya dukungan sosial termasuk dalam kategori tinggi.
Pada variabel Self Efficacy, ditunjukkan nilai rata-rata tertinggi adalah indikator ke-6 yaitu pernyataan saya yakin mampu menyelesaikan tugas yang saya kerjakan, dengan nilai rata- rata sebesar 4,12 dari 110 jawaban responden. Nilai rata-rata dari 7 indikator pernyataan variabel self efficacy (X2) adalah sebesar 3,80 yang artinya self efficacy termasuk dalam kategori tinggi.
Variabel Stres Kerja mempunyai nilai rata-rata tertinggi pada indikator ke-12 yaitu pernyataan saya tidak mudah menyerah ketika tuntutan pekerjaan semakin berat, dengan nilai rata-rata sebesar 3,99 dari 110 jawaban responden. Nilai rata-rata dari 12 indikator pernyataan variabel stres (Z1) adalah sebesar 3,18 yang artinya stres termasuk dalam kategori sedang.
Nilai rata-rata tertinggi dari variabel Burnout adalah indikator pertama yaitu pernyataan saya sering merasa lelah secara emosional ketika bekerja, dengan nilai rata-rata sebesar 3,32 dari 110 jawaban responden. Nilai rata-rata dari 10 indikator pernyataan variabel burnout (Y1) adalah sebesar 2,70 yang artinya burnout termasuk dalam kategori sedang.
26 Uji Path Analysis
Pengaruh Dukungan Sosial dan Stres Kerja terhadap Burnout Jalur 1 : Pengaruh Dukungan Sosial Terhadap Stres Kerja
Tabel 6 Hasil Regresi
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 .215a .046 .038 4.848
a. Predictors: (Constant), Dukungan_Sosial
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 28.195 4.380 6.438 .000
Dukungan_Sosial .186 .081 .215 2.291 .024
a. Dependent Variable: Stres_Kerja
Sumber : Data Olahan SPSS, 2016
Tabel diatas menunjukkan nilai koefisien (R2) sebesar 0,046 atau 4,6% yang berarti bahwa variabel dukungan sosial mempengaruhi variabel stres sebesar 4,6%. Sedangkan sisanya dipengaruhi oleh variabel lain.
Berdasarkan tabel coefficients, terlihat bahwa variabel dukungan sosial memiliki nilai standardized beta sebesar 0,215 dan nilai signifikan sebesar 0,024 lebih kecil dari 0,05 (0,024 <
0,05) yang berarti dukungan sosial mempengaruhi stres kerja.
27 Jalur 2 : Pengaruh Dukungan Sosial dan Stres Kerja Terhadap Burnout
Tabel 7 Hasil Regresi
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 .587a .345 .333 5.090
a. Predictors: (Constant), Stres_Kerja, Dukungan_Sosial
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 1.927 5.409 .356 .722
Dukungan_Sosial -.069 .087 -.063 -.789 .432
Stres_Kerja .754 .101 .598 7.461 .000
a. Dependent Variable: Burnout
Sumber : Data Olahan SPSS, 2016
Tabel diatas menunjukkan nilai koefisien (R2) sebesar 0,345 atau 34,5% yang berarti bahwa variabel dukungan sosial dan variabel stres kerja mempengaruhi variabel burnout sebesar 34,5%. Sedangkan sisanya dipengaruhi oleh variabel lain.
Berdasarkan tabel coefficients, ditunjukkan bahwa nilai standardized beta pada dukungan sosial sebesar -0,063 dan stres sebesar 0,598. Sedangkan nilai signifikan pada dukungan sosial adalah 0,432 dan stres kerja adalah 0,000 yang artinya dukungan sosial tidak berpengaruh signifikan terhadap burnout, sedangkan stres kerja berpengaruh signifikan karena nilai lebih kecil dari 0,05.
28 Gambar 1
Kerangka Pengaruh Dukungan Sosial dan Stres Kerja Terhadap Burnout
Hasil analisis jalur diatas menunjukkan bahwa dukungan sosial dapat berpengaruh langsung terhadap burnout dan dapat juga berpengaruh tidak langsung melalui stres kerja sebagai variabel intervening. Karena dukungan sosial tidak berpengaruh signifikan terhadap burnout, maka hubungannya adalah tidak langsung. Besarnya pengaruh tidak langsung dapat diketahui dengan mengalikan koefisien tidak langsungnya yaitu (0,215) (0,598) = 0,12857. Artinya dukungan sosial berpengaruh terhadap burnout sebesar 0,128 melalui stres kerja sebagai variabel imtervening.
Pengaruh Self Efficacy dan Stres Kerja terhadap Burnout Jalur 1 : Pengaruh Self Efficacy Terhadap Stres Kerja
Tabel 8 Hasil Regresi
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 .004a .000 -.009 4.964
a. Predictors: (Constant), Self_Efficacy
Stres Kerja
Burnout Dukungan
Sosial
0,215 0,598
-0,063
29
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 38.001 4.216 9.013 .000
Self_Efficacy .006 .157 .004 .041 .967
a. Dependent Variable: Stres_Kerja
Sumber : Data Olahan SPSS, 2016
Tabel diatas menunjukkan nilai koefisien (R2) sebesar 0,000 atau 0% yang berarti bahwa variabel self efficacy tidak mempengaruhi variabel stres kerja, melainkan dipengaruhi oleh variabel lain.
Berdasarkan tabel diatas, terlihat bahwa variabel self efficacy memiliki nilai standardized beta sebesar 0,004 dan nilai signifikan sebesar 0,967 lebih besar dari 0,05 (0,967 < 0,05) yang berarti self efficacy tidak mempengaruhi stres kerja.
Jalur 2 : Pengaruh Self Efficacy dan Stres Kerja Terhadap Burnout Tabel 9
Hasil Regresi
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 .585a .342 .329 5.103
a. Predictors: (Constant), Self_Efficacy, Stres_Kerja