• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAMPAK PERCERAIAN TERHADAP PSIKOLOGIS ANAK DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "DAMPAK PERCERAIAN TERHADAP PSIKOLOGIS ANAK DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM"

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)

DAMPAK PERCERAIAN TERHADAP

PSIKOLOGIS ANAK DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM (STUDI KASUS PADA PENGADILAN AGAMA SUNGGUMINASA GOWA)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana Hukum Islam Jurusan Hukum Keluarga (Ahwal Syakhshiyah)

pada Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar

Oleh:

SUCI LESTARI NIM: 105261104317

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 1442 H/2021 M

(2)

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

Kantor:Jl. Sultan Alauddin No.259 Gedung Iqra lt. IV telp. (0411)851914 Makassar 90222

PENGESAHAN SKRIPSI

Skripsi saudari Suci Lestari, NIM. 105261104317 yang berjudul “Dampak Perceraian Terhadap Psikologis Anak dalam Tinjauan Hukum Islam (Studi Kasus pada Pengadilan Agama Sungguminasa Gowa)” telah di ujikan pada hari Sabtu 29 Zulkaidah 1442 H / 10 Juli 2021 M, di hadapan tim penguji dan di nyatakan telah di terima dan di sahkan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum (SH) pada Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar.

Makassar, 29 Zulkaidah 1442 H 10 Juli 2021 M Dewan Penguji:

Ketua: Dr. Amirah Mawardi, S.Ag., M.Si. : (………..………..)

Sekretaris: Dr. M. Ilham Muchtar, Lc., M.A. : (………..………..)

Penguji :

1. Dr. Abbas Baco Miro, Lc., MA. : (………..)

2. Dr. Muhammad Ali Bakri, S.Sos., M.Pd. : (………..)

3. A. Satrianingsi , Lc., M.Th,I. : (……….….……….)

4. Nur Asia Hamzah, Lc.,MA. : (……….……….)

Disahkan oleh :

Dekan Fakultas Agama Islam

Dr. Amirah Mawardi, S.Ag., M.Si NBM: 774 234

(3)

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

Kantor:Jl. Sultan Alauddin No.259 Gedung Iqra lt. IV telp. (0411) 851914 Makassar 90222

BERITA ACARA MUNAQASYAH

Dekan Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar, setelah mengadakan sidang munaqasyah pada:

Hari/Tanggal : Sabtu, 29 zulkaidah 1442 H,/ 10 Juli 2021 M.

Tempat : Gedung Prodi Ahwal Syakhshiyah, Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar, Jl. St. Alauddin No. 259 Makassar.

MEMUTUSKAN Bahwa saudari,

Nama : Suci Lestari

Nim : 105261104317

Judul Skripsi : Dampak Perceraian Terhadap Psikologis Anak dalam Tinjauan Hukum Islam (Studi Kasus pada Pengadilan Agama

Sungguminasa Gowa)

Dinyatakan : LULUS

Ketua Sekertaris

Dr. Amirah Mawardi, S.Ag., M.Si Dr. M. Ilham Muchtar, Lc., M.A.

NBM: 774 234 NBM: 1082061

Dewan Penguji :

1. Dr. Abbas Baco Miro, Lc., MA. : (………..)

2. Dr. Muhammad Ali Bakri, S.Sos., M.Pd. : (………..)

3. A. Satrianingsi , Lc., M.Th,I : (…….……….……….)

4. Nur Asia Hamzah, Lc.,MA : (……….……….)

Disahkan Oleh:

Dekan FAI Unismuh Makassar

Dr. Amirah Mawardi, S.Ag., M.Si NBM: 774 234

(4)

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Mahasiswa yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Suci Lestari

NIM : 105261104317

Fakultas/ Jurusan : Agama Islam / Ahwal Syakhsiyah (Hukum Keluarga) Judul : Dampak Perceraian Terhadap Psikologis Anak dalam

Tinjauan Hukum Islam (Studi Kasus pada Pengadilan Agama Sungguminasa Gowa)

Menyatakan dengan sesungguhnya dan penuh kesadaran bahwa skripsi ini benar adanya karya penulis sendiri. Jika kemudian hari terbukti bahwa ini merupakan duplikat, tiruan, plagiat, dibuat seluruh atau sebagiannya oleh orang lain, maka skripsi dan gelar kesarjanaan yang diperoleh karenanya batal demi hukum.

Makassar, 11 Zulkaidah 1442 H 22 Juni 2021 M

Penulis

Suci Lestari

(5)

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

Kantor:Jl. Sultan Alauddin No.259 GedungIqra lt. IV telp. (0411)851914 Makassar 90222

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Judul Skripsi : Dampak Perceraian Terhadap Psikologis Anak Dalam Tinjauan Hukum Islam (Studi Kasus Pada Pengadilan Agama Sungguminasa Gowa)

Nama : Suci Lestari

NIM : 105261103717

Program Studi : Hukum keluarga (Ahwal Syakhshiyah) Fakultas / Jurusan : Agama Islam

Setelah dengan seksama memeriksa dan meneliti, maka skripsi dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diajukan dan dipertahankan dihadapan tim penguji ujian proposal Fakultas Agama Islam UNISMUH Makassar.

Makassar, 11 Zulkaidah 1442 H 22 Juni 2021 M

Disetujui Oleh:

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Muh. Ali Bakri, S.Sos. M.Pd. Nur Asia Hamzah, LC. M.A.

NIDN: 091 607 7601 NIDN : 091 310 7302

(6)

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah swt. yang telah mencurahkan rahmat dan nikmat- Nya kepada penulis, sehingga penulisan skripsi ini yang berjudul “Dampak Perceraian Terhadap Psikologis Anak” dapat terselesaikan tepat waktu. Shalawat dan salam atas junjungan kita Muhammad saw, keluarga, sahabat dan orang-orang yang senantiasa berpegang teguh pada sunnahnya hingga akhir zaman.

Skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Strata satu (S-1) Sarjan Hukum Islam pada jurusan Ahwal Al- Syakhsiyah, Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari kedua orangtua tercinta Ayahanda Haeruddin Dg. Madduppa dan Ibunda Mastang Dg. Tapajja juga kepada mertua tercinta Ayahanda Nurdin Dg. Jarung dan Ibunda Mariati Dg. Bau serta suami tersayang Habib Nur yang senantiasa mencurahkan do‟a terbaik dan dukungannya demi terselesaikannya skripsi ini. Serta anak-anakku tercinta Muhammad Fatihurrum dan Afifah Thahirah Mazaya juga kepada seluruh keluarga besar yang telah banyak memberikan bantuannya.

Selanjutnya ucapan terima kasi penulis juga sampaikan kepada;

1. Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar Bapak Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag. yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk menimba berbagai ilmu pengetahuan terutama ilmu agama Islam dengan berbagai fasilitas dan kemudahan di dalamnya.

(7)

2. Syekh Muhammad Ibn Muhammad Thoyyib Khury yang telah memberikan beasiswa kepada penulis dan memberikan bantuanya baik berupa materi maupun non materi.

3. Dekan Fakultas Agama Islam UNISMUH Makassar Dr. Amirah Mawardi, S.Ag., M. Si. yang telah memberikan kesempatan dan nasehatnasehat kepada penulis dalam menyelesaikan studi di FAI.

4. Mudir Ma‟had Al-Birr Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah menjadi panutan kami selama menuntut ilmu di kampus.

5. Ketua prodi Ahwal Al-Syakhsiyah Dr. M. Ilham Muchtar, Lc., M.A. yang selama ini memberikan solusi atas masalah yang penulis hadapi dan memberikan kemudahan.

6. Dr. Muh Ali Bakri, S.sos.,M.Pd. dan Nur Asia Hamzah, Lc., M.A. Selaku pembimbing I dan pembimbing II yang telah meluangkan waktu dan tenaganya untuk memberikan bimbingan, arahan dan motivasi sehingga skripsi ini terselesaikan dengan baik.

7. Seluruh dosen jurusan Ahwal Al-Syakhsiyah yang telah mendidik, membimbing, mengajar, dan mengamalkan ilmunya kepada penulis selama menempuh pendidikan di Universitas Muhammadiyah Makassar.

Semoga ilmu yang telah mereka berikan kepada penulis dapat bermanfaat di dunia dan di akhirat kelak.

8. Seluruh pegawai di jurusan Ahwal Al-Syakhsiyah yang telah mengizinkan penulis menggunakan sarana guna kelancaran penyelesaian skripsi ini.

(8)

9. Kepala Pengadilan Agama Sungguminasa Gowa beserta pegawai yang telah mengizinkan penulis melakukan penelitian di Pengadilan.

10. Sahabat seperjuangan penulis di kelas yang selalu bersama menjalani hari- hari perkuliahan dan selalu memberikan bantuan dan motivasi kepada penulis di kala susah dan senang.

11. Semua pihak yang tidak sempat penulis sebutkan satu persatu, namun telah memberikan bantuan dan dukungannya untuk penulis selama menempuh pendidikan di kampus Universitas Muhammadiyah Makassar.

Akhirnya hanya kepada Allah lah penulis bertawakkal setelah mencurahkan ikhtiyar terbaik dalam menyusun skripsi ini. Hanya Allah pula yang dapat memberikan balasan terbaik kepada seluruh pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini. Akhirkata penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Karenanya itu penulis sangat membutuhkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan skripsi ini agar bermanfaat bagi kita semua. Aamiin Allahumma aamiin…

Makassar, 11 Zulkaidah 1442 H 22 Juni 2021 M

Penulis,

Suci Lestari

NIM: 105261103717

(9)

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

PENGESAHAN SKRIPSI ... iii

BERITA ACARA MUNAQASYAH ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... v

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... vi

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

ABSTRAK ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

A. Perkawinan dan Perceraian ... 10

1. Pengertian dan Dasar Hukum Perkawinan ... 10

2. Pengertian dan Dasar Hukum Perceraian ... 12

3. Sebab dan Akibat Perceraian ... 13

B. Tinjauan Umum Mengenai Psikologis Anak ... 16

1. Pengertian Psikologi ... 16

2. Aspek-aspek Perkembangan Psikologi Anak ... 18

3. Urgensi Perkembangan Psikologis Anak dalam Tinjauan Hukum Islam ... 21

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 24

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian ... 24

1. Jenis Penelitian ... 24

2. Pendekatan Penelitian ... 24

B. Lokasi dan Objek Penelitian ... 25

(10)

C. Fokus Penelitian ... 26

D. Deskripsi Fokus Penelitian ... 26

E. Sumber Data... 26

1. Data Primer ... 27

2. Data Sekunder ... 28

F. Instrumen Penelitian ... 29

G. Teknik Pengumpulan Data ... 30

1. Observasi ... 30

2. Interview (Wawancara) ... 30

3. Dokumentasi ... 31

H. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 31

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS ... 33

A. Gambaran Objektif Lokasi Penelitian ... 33

B. Tingkat Perceraian di Kabupaten Gowa ... ... 39

C. Faktor Penyebab Perceraian di Kabupaten Gowa ... 40

D. Dampak Perceraian Terhadap Psikologis Anak ... 41

BAB V PENUTUP ... 47

A. Kesimpulan ... 47

B. Saran ... 47

DAFTAR PUSTAKA ... 49

LAMPIRAN ... 52

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... 61

(11)

ABSTRAK Nama : Suci Lestari

NIM : 105261103717

Judul : Dampak Perceraian Terhadap Psikologis Anak dalam Tinjauan Hukum Islam (Studi Kasus Pada Pengadilan Agama

Sungguminasa Gowa)

Pokok masalah penelitian ini adalah bagaimana dampak perceraian terhadap psikologis anak dalam tinjauan Hukum Islam studi kasus pada Pengadilan Agama Sungguminasa Gowa yang dijabarkan dalam beberapa pertanyaan penelitian, yaitu: 1) Bagaimana tingkat perceraian di Kabupaten Gowa?, dan 2) Bagaimana dampak perceraian terhadap psikologis anak dalam tinjauan hukum Islam?

Jenis penelitian ini tergolong kualitatif dengan pendekatan yang digunakan: teologis normatif, psikologis dan sosiaologis. Adapun sumber data penelitian ini adalah Pengadilan Agama, orangtua anak yang telah bercerai dan teman sebaya anak korban perceraian. Selanjutnya, metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, dokumentasi dan penelusuran referensi. Lalu, teknik pengolahan data dan analisis data dilakukan dengan tiga tahapan, yatu: reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dampak perceraian terhadap psikologis anak dalam tinjauan hukum Islam memliki efek yang begitu besar.

Dapat mempengaruhi semua aspek-aspek perkembangan psikologis anak mulai aspek intelektual, aspek sosial, aspek bahasa, aspek moral dan keagamaan.

Implikasi dari penelitian adalah: 1) Dampak perceraian yang menimbulkan banyak efek buruk terhadap perkembangan psikologis anak, dapat diminimalisir dengan berbagai usaha dari kedua belah pihak pasangan yang telah bercerai. Mulai dari penguatan spiritual anak, baik sebelum maupun setelah perceraian. Hal ini dapat membuat anak memiliki kepribadian yang kuat, faham terhadap syariat Islam dan mampu mengontrol dirinya sesuai ketentuan syarariat.

(12)

Karena kekuatan sprituallah yang akan mampu menjaga mereka dari berbagai pelanggaran. Saat mereka berada diluar pengawasan orangtua dan keluarga mereka tetap senantiasa merasa diawasi oleh Allah Swt. 2) Melakukan komunikasi yang baik kepada anak, bercengkrama, berdiskusi serta membantu untuk memecahkan permasalahan yang sedang dihadapi oleh anak. 3) Perhatian dari lingkungan kehidupan tempat tinggal anak pasca perceraian baik itu di rumah bapak atau ibunya, diruamah neneknya, di sekolah dan lingkungan bermainnya.

Dengan memberikan perhatian dan kesempatan kepada mereka untuk berinteraksi dengan baik, mengeluarkan pendapatnya serta turut andil dalam berbagai kegiatan sehari-hari.

(13)

1

BAB I

PENDAHULUAN A.

Latar Belakang Masalah

Allah Swt telah menciptakan laki-laki dan perempuan sebagai makhluk yang sempurna. Tujuan penciptaan manusia tidak lain kecuali untuk beribadah kepada Allah Swt. Laki-laki dan perempuan hidup berdampingan untuk saling tolong-menolong dalam berbagai macam ibadah. Salah satu ibadah mulia yang merupakan sarana terbaik untuk beribadah kepada Allah Swt adalah menikah.

Pernikahan atau perkawinan adalah akad yang telah ditetapkan syariat agar seorang laki-laki dapat mengambil manfaat untuk melakukan istimta‟ dengan seorang perempuan atau sebaliknya.1

Dalam perkawinan akan melahirkan banyak kebaikan yang merupakan ibadah seorang hamba kepada Allah Swt. Kebaikan-kebaikan yang tidak akan pernah bisa didapatkan kecuali dalam perkawinan. Pernikahan juga dianjurkan oleh Baginda Rasulullah saw. dan merupakan pelengkap separuh agama seorang mukmin. Sebagaimana disebutkan dalam hadits shahih:

ُّضَغَأ ُهَّنِإَف ْج َّو َزَتَيْلَف َةَءاَبْلا ُنُكْنِه َعاَطَتْسا ِنَه ِباَبَّشلا َرَشْعَه اَي ُهَل ُهَّنِإَف ِم ْوَّصلاِب ِهْيَلَعَف ْعِطَتْسَي ْنَل ْنَه َو ِج ْرَفْلِل ُنَصْحَأ َو ِرَصَبْلِل ٌ

2

ءاَجِو

1Wahbah al-Zuhaily, al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu, Juz VII, (Cet. II ; Damaskus:

Dar al-Fikr, 1984), h.29.

2 Muhammad as-Shan‟ani, Subulu as-Salam Syarh Bulugu al-Maram min Jami’iI Adillati al-Ahkam, Juz II, (Cet. IV; Beirut: Dar al-Kutub al-„ilmiyah, 1971), h.111.

(14)

Artinya:

“Wahai para pemuda, barangsiapa yang sudah sanggup menikah, maka menikahlah. Karena itu lebih menundukkan pandangan dan lebih menjaga kemaluan. Barangsiapa yang belum mampu, maka berpuasalah karena puasa

itu obat pengekang nafsunya.

Pernikahan menanamkan pada seseorang beberapa akhlak yang mulia, termasuk tidak mementingkan diri sendiri, mencintai sesama , dan memiliki rasa tanggung jawab. Dan itulah yang ingin diciptakan oleh masing-masing pasangan agar saling memberikan kenyamanan, sehingga suami bekerja keras, mengerahkan segala daya dan tenaganya untuk mendapatkan kekuatan demi mendapatkan rezeki untuk istri dan anak-anaknya. Dan seorang istri tidak meninggalkan ketentraman (dalam rumahnya) kecuali ketentraman untuk suami dan anak- anaknya.3

Selain sebagai ibadah, perkawinan juga memiliki tujuan-tujuan mulia dalam kehidupan. Tujuan yang menjadikan perkawinan penuh dengan keberkahan serta senantiasa dijaga ikatannya. Diantaranya yaitu untuk menciptakan ketenangan bagi setiap pasangan. Ketenangan yang akan berpengaruh besar pada psikologis suami dan istri. Karena dengan ketenanganlah sesorang dapat mengoptimalkan diri dalam menjalankan setiap kewajiban-kewajibannya. Mengingat begitu besarnya tanggungjawab seseorang dalam kehidupan rumah tangganya. Tujuan

3 Muhammad Ibrahim al-Hafnawi, Al-Mausuah al-Fiqhiyah Al-Muyassarah fii zawaj wa talak , (Cet. I; Mesir: Dar al-Faruq, 2018), h.15.

(15)

untuk menciptakan keluarga sakinah, mawadah, dan rahmah ini sesuai dengan firman Allah Swt. dalam QS. Al-Rum/30:21

 









































Terjemahannya:

Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang.

Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.4

Tujuan lain dari perkawinan ialah untuk mendapatkan keturunan yang shalih dan shalihah. Keturunan yang kelak akan menjadi investasi dunia dan akhirat bagi kedua orang tuanya.

Perkawinan adalah sebuah ikatan suci antara seorang laki-laki dan perempuan. Ikatan yang menyatukan dua sosok manusia yang penuh dengan perbedaan dalam berbagai macam sudut pandang kehidupan. Perbedaan yang kelak akan menjadi bunga-bunga indah dan juga dapat menjadi duri dalam perjalanan rumah tangga mereka. Sebab, perbedaan kadangkala tidak dapat disikapi dengan baik. Perbedaan sudut pandang terhadap sesuatu inilah kelak yang akan menjadi permasalahan dalam rumah tangga.

4 Kementrian Agama RI, al-Qur’an Tajwid dan Terjemahannya (Bandung: Syamil Cipta Media, 2021), h. 406

(16)

Permasalahan yang terjadi dalam rumah tangga begitu bereneka ragam.

Mulai dari masalah keluarga, ekonomi, pengasuhan anak, pekerjaan, dsb.

Permasalahan yang terjadi tidak hanya berdampak pada keutuhan hubungan suami istri saja, tetapi juga berdampak kepada anak-anak. Anak-anak yang dibesarkan dalam suasana penuh cinta dan kasih sayang akan berbeda dengan anak-anak yang jauh dari kasih sayang.

Masalah yang tidak dapat diselesaikan bisa berujung pada perceraian.

Perceraian menjadi pilihan paling akhir dari puncak permasalahan yang terjadi.

Dalam Islam, perceraian adalah perkara mubah akan tetapi sangat dibenci oleh Allah Swt. Sebagaimana hadits Rasulullah saw.

ضَغبأ قلاطلا الله دنع للاحلا

Artinya:

“Perkara halal yang sangat dibenci oleh Allah ialah perceraian.”

Dengan kata lain, Islam sangat menjaga keutuhan rumah tangga.

Menjadikan perceraian sebagai pilihan akhir dari semua pilihan. Islam juga mengatur masalah perceraian sebagaimana mengatur masalah perkawinan. Islam memberikan pedoman dalam mengarungi bahtera rumah tangga, dan solusi untuk berbagai macam persoalan. Termasuk mengatur cara mendamaikan suami dan istri ketika terjadi konflik. Semua aturan-aturan ini bertujuan agar perkawinan dapat bertahan dan menghindarkan dari perceraian.

Sejalan dengan itu Undang-undang R.I. Nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan menyebutkan, tujuan perkawinan adalah untuk membentuk keluarga

(17)

yang kekal dan sejahtera, maka undang-undang ini meneganut prinsip mempersulit terjadinya perceraian, sejauh mungkin menghindarkan terjadinya perceraian. Perceraian yang dimaksud harus ada alasan-alasan tertentu serta dilakukan di depan sidang pengadilan.

Perceraian yang terkadang dianggap sebagai sebuah solusi bagi pasangan suami dan istri, namun tidak bagi anak-anak. Perceraian yang terjadi justru menjadi konflik psikologis bagi anak. Padahal, anak adalah amanah yang harus dijaga sebaik-baiknya. Mulai dari merawat, mendidik, menjaga dan membesarkannya hingga menjadi generasi terbaik. Anak juga merupakan harta yang sangat berharga serta memiliki hak-hak sebagai manusia yang harus dijunjung tinggi. Hak asasi anak merupakan bagian dari hak asasi manusia yang termuat dalam Bab X A Pasal 28B (2) UUD R.I. Tahun 1945; “setiap anak berhak ataskelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi”. Namun, dengan terjadinya perceraian anak akan menjadi „korban‟. Karena perceraian memiliki dampak yang sangat besar terhadap psikologis anak.

Angka perceraian di Tanah Air cenderung mengalami peningkatan sejak beberapa tahun terakhir. Bahkan, berdasarkan catatan Perkumpulan Penggiat Keluarga (GiGa) Indonesia, angka itu saat ini sebanyak 1.170 kasus per hari, atau sekitar 49 hingga 50 kasus per jamnya.5

5 Syahrul Ansyari, “Tiap Jam Terjadi 50 Kasus Perceraian di Indonesia”. Viva.co.id (Surat kabar Online). https://www.viva.co.id/berita/nasional/1331858-tiap-jam-terjadi-50-kasus- perceraian-di-indonesia (16 Desember 2020).

(18)

Adapun Angka kasus perceraian di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan (Sul-Sel) mengalami peningkatan. Pada tahun 2018 angka perceraian di Gowa sebanyak 1.119, sementara untuk tahun 2019 hingga November sudah mencapai 1.208. 6

Pengadilan Agama Kabupaten Gowa menerima sebanyak 1.625 perkara perceraian, terhitung mulai bulan januari 2020 hingga 28 Desember 2020.

Panitera Muda Hukum Pengadilan Agama Gowa, Agus Salim Razak menyebutkan, dari perkara yang masuk tersebut, didominasi permintaan cerai gugat atau istri yang meminta cerai kepada pihak suami. Totalnya 882 perkara, sementara untuk cerai talak hanya 247 perkara. Alasan perceraian ungkap beliau bermacam-macam, ada yang bercerai karena perselisihan dalam rumah tangga, KDRT, dan faktor ekonomi.7

Kasus perceraian dengan angka yang cukup tinggi ini harus menjadi perhatian. Karena perceraian tidak hanya berdampak pada terputusnya ikatan antara suami dan istri tetapi juga memiliki dampak bagi psikologis anak. Dari uraian di atas, peneliti tertarik untuk meneliti dampak perceraian terhadap psikologis anak studi kasus pada Pengadilan Agama Sungguminasa Gowa.

6 Ikhwan Fajar, “Tahun 2019 Angka Perceraian di Gowa Meningkat”. Tagar.id (Surat Kabar Online). https://www.tagar.id/tahun-2019-angka-perceraian-di-gowa-meningkat (16 Desember 2019).

7 Herni Amir, “Pengadilan Agama Gowa Tangani 1625 perkara perceraian sepanjang tahun 2020”. Sindonews.com (Surat Kabar Online).

https://makassar.sindonews.com/read/288714/713/pengadilan-agama-gowa-tangani-1625- perkara-perceraian-sepanjang-tahun-2020-1609668063 (3 Januari 2021)

(19)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana tingkat perceraian yang terjadi di Kabupaten Gowa ? 2. Bagaimana dampak perceraian terhadap psikologis anak dalam tinjauan

Hukum Islam ? C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui tingkat perceraian di Kabupaten Gowa.

2. Untuk mengetahui dampak perceraian terhadap psikologis anak dalam tinjauan hukum Islam studi kasus pada Pengadilan Agama Sungguminasa Gowa.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran mengenai dampak perceraian terhadap psikologis anak dalam tinjauan hukum Islam sekaligus menambah khasanah intelektual dalam pengembangan ilmu pengetahuan.

2. Manfaat praktis

(20)

a) Dapat digunakan sebagai referensi baru mengenai dampak perceraian terhadap psikologis anak dalam tinjauan hukum Islam. .

b) Hasil penelitian ini akan menjadi salah satu pengalaman yang akan memperluas cakrawala pemikiran dan wawasan pengetahuan, khususnya mengenai dampak perceraian terhadap psikologis anak dalam tinjauan hokum Islam.

(21)

BAB II

TINJAUAN TEORETIS

A. Perkawinan dan Perceraian

1. Pengertian dan Dasar Hukum Perkawinan

Perkawinan (pernikahan) adalah salah satu ibadah yang memiliki tujuan- tujuan mulia. Diantaranya untuk menjaga diri, mendapatkan ketentraman, melanjutkan keturunan, membangun rumah tangga dan memperluas hubungan ukhwah islamiyah. Karena sejatinya pernikahan tidak hanya berbicara antara suami dan istri, tetapi juga dua keluarga besar yang bersatu akibat adanya perkawinan.

Dalam fiqh perkawinan, istilah kawin disebut dalam dua istilah yaitu nikah dan zawaj. Nikah secara bahasa disebut adh-dhammu wa at-tadaakhul yang memiliki arti mengumpulkan dan menghubungkan dan digunakan dalam al- wath’u istilah (berhubungan atau bersenggama).8

Adapun Zawaj secara bahasa adalah bersatunya salah satu dari dua hal dengan yang lain lalu menjadikan mereka pasangan setelah masing-masing adalah seorang individu.sedangkan nikah secara bahasa berarti berkumpul dan bersatu.

Adapun pengertian nikah dan zawaj secara syara‟ adalah akad yang mengandung hak untuk bersenang-senang yang diberikan antara suami isteri dengan cara yang

8 Muhammad as-Shan‟ani, Subulu as-Salam Syarh Bulugu al-Maram min Jami’iI Adillati al-Ahkam, Juz II, (Cet.IV; Beirut: Dar al-Kutub al-„ilmiyah, 1971), h.111.

(22)

disyariatkan. Dan orang Arab menggunakan istilah nikah dengan maksud akad atau bermakna wat'i (hubungan badan) dan istimta‟ (bersenang-senang antara suami isteri).9

Allah telah mensyariatkan dan memerintahkan dilakukannya pernikahan seperti yang termaktub dalam Firman-Nya QS An-Nur/24: 32.





































Terjemahan:

“Dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian[1035] diantara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.”10

Pernikahan juga dianjurkan oleh Baginda Rasulullah saw. sebagaimana disebutkan dalam hadits shahih:

ُّضَغَأ ُهَّنِإَف ْج َّو َزَتَيْلَف َةَءاَبْلا ُنُكْنِه َعاَطَتْسا ِنَه ِباَبَّشلا َرَشْعَه اَي ءاَجِو ُهَل ُهَّنِإَف ِم ْوَّصلاِب ِهْيَلَعَف ْعِطَتْسَي ْنَل ْنَه َو ِج ْرَفْلِل ُنَصْحَأ َو ِرَصَبْلِل

Artinya:

“Wahai para pemuda, barangsiapa yang sudah sanggup menikah, maka menikahlah. Karena itu lebih menundukkan pandangan dan lebih menjaga kemaluan. Barangsiapa yang belum mampu, maka berpuasalah karena puasa itu obat pengekang nafsunya”.11

9 Dr. Muhammad Ibrahim al-Hafnawi, Al-Mausuah al-Fiqhiyah Al-Muyassarah fii zawaj wa talak , (Cet. I; Mesir: Dar al-Faruq, 2018), h. 9.

10 Kementrian Agama RI, al-Qur’an Tajwid dan Terjemahannya (Bandung: Syamil Cipta Media, 2021), h. 355.

11 Muhammad as-Shan‟ani, Subulu as-Salam Syarh Bulugu al-Maram min Jami’iI Adillati al-Ahkam, Juz II, (Cet.IV; Beirut: Dar al-Kutub al-„ilmiyah, 1971), h.111.

(23)

2. Pengertian dan Dasar Hukum Perceraian

Perceraian adalah akhir dari sebuah perkawinan juga pemutus tali perkawinan. Tidak ada perceraian tanpa diawali perkawinan. Perkawinan yang telah dibina akan bubar dengan adanya perceraian. Bagi orang Islam, perceraian lebih dikenal dengan istilah talak.

Sayyid Sabiq mendefinisikan menurut bahasa at-talaq berasal dari kata alitlaq yang berarti melepaskan atau meninggalkan. Adapun menurut istilah talaq adalah melepaskan ikatan perkawinan atau bubarnya hubungan perkawinan.12

Adapun hukum talak dalam pandangan syariat Islam, pada dasarnya adalah diperbolehkan atau mubah dengan alasan untuk menghindari dharar atau bahaya baik secara akidah maupun secara fisik. Allah swt berfirman dalam QS Al- Baqarah/2: 229.









































 



















































12 Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, Jilid III (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 2003), h.232

(24)

Terjemahannya;

“Talak (yang dapat dirujuki) dua kali. setelah itu boleh rujuk lagi dengan cara yang ma'ruf atau menceraikan dengan cara yang baik. tidak halal bagi kamu mengambil kembali sesuatu dari yang Telah kamu berikan kepada mereka, kecuali kalau keduanya khawatir tidak akan dapat menjalankan hukum-hukum Allah. jika kamu khawatir bahwa keduanya (suami isteri) tidak dapat menjalankan hukum-hukum Allah, Maka tidak ada dosa atas keduanya tentang bayaran yang diberikan oleh isteri untuk menebus dirinya[144]. Itulah hukum-hukum Allah, Maka janganlah kamu melanggarnya. barangsiapa yang melanggar hukum-hukum Allah mereka Itulah orang-orang yang zalim.”13

3. Sebab dan Akibat Perceraian a. Sebab Perceraian

Setiap pasangan tentu mengharapkan keutuhan dalam rumah tangganya. Membina keluarga hingga ke JannahNya. Namun permasalahan yang terjadi dalam rumah tangga terkadang berakhir pada perceraian.

Dengan harapan bahwa perceraian yang terjadi tersebut adalah sebuah solusi dari permasalahan yang terjadi. Perceraian tersebut terjadi karena beberapa sebab atau alasan, diantaranya faktor ekonomi, faktor perselingkuhan, campur tangan orangtua dalam rumah tangga anaknya, dan KDRT.

(1) Faktor Ekonomi

Tinggi rendahnya kemampuan ekonomi seseorang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan dalam suatu keluarga. Kondisi demikian memang tidak bisa dipungkiri, sebab hal tersebut juga mempengaruhi

13 Kementrian Agama RI, al-Qur’an Tajwid dan Terjemahannya (Bandung: Syamil Cipta Media, 2021), h. 37.

(25)

kebahagiaan dan kesejahteraan dalam keluarga, karena dapat menimbulkan percekcokan atau perselisihan dalam keluarga yang bisa mengarah ke perceraian.

(2) Faktor Perselingkuhan

Perkawinan dibangun di atas pondasi kepercayaan dan kestiaan kepada pasangan dalam suka dan duka. Namun ketika kepercayaan dan kesetiaan ini telah dirusak dengan adanya perselingkuhan, maka akan menjadi konflik yang sangat besar dalam perkawinan. Kehadiran orang ketiga dalam perkawinan memang telah banyak menjadi pemicu perceraian.

(3) Faktor campur tangan orangtua dalam rumah tangga anaknya

Orangtua yang senantiasa menginginkan kebaikan kepada anak- anaknya adalah sebuah hal yang wajar. Namun, terkadang orangtua terlalu ikut campur dalam urusan rumah tangga anaknya. Harapannya untuk membantu sang anak, namun justru dapat menjadi pemicu konflik yang tak jarang berakhir pada perceraian.

(4) KDRT (Kekerasan dalam Rumah Tangga)

Rumah tangga adalah tempat untuk mendapatkan ketenangan dan kebahagian. Adanya perasaan saling mencintai, menjaga dan bersikap lemah lembut kepada pasangan. Namun, ketika hal tersebut tidak didapatkan dan justru sebaliknya berupa sikap kasar hingga main tangan.

Hal ini akan menjadi pemicu terjadinya perceraian.

(26)

Adapun menurut pasal 19 peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975 tentang pelaksanaan Undang-undang perkawinan No. 1 tahun 1974, sebab atau alasan perceraian adalah :

a) Salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabuk, pemadat penjudi dan sebagainya yang sukar untuk disembuhkan.

b) Salah satu pihak meninggalkan pihak lain dalam jangka waktu 2 tahun secara terus menerus tanpa adanya alasan yang sah.

c) Salah satu pihak mendapatkan pidana 5 tahun penjara atau hukuman lain yang lebih berat.

d) Salah satu pihak melakukan kekejaman yang membahayakan keselamatan anggota keluarga.

e) Salah satu pihak tidak dapat menjalankan kewajibannya baik sebagai suami atau istri akibat penyakit atau cacat badan.

f) Terus menerus terjadi perselisihan atau pertengkara antara kedua belah pihak sehingga sulit untuk hidup harmonis

(5) Akibat Perceraian

Adapun akibat putusnya perkawinan karena perceraian berdasarkan Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 pasal 41 adalah:

a) Baik ibu atau bapak tetap berkewajiban memelihara dan mendidik anak- anaknya, semata-mata berdasarkan kepentingan anak; bilamana ada perselisihan mengenai penguasaan anak-anak, pengadilan memberi keputusannya. b) Bapak yang bertanggung jawab atas semua biaya pemeliharaan dan pendidikan yang diperlukan anak itu; bilamana bapak

(27)

dalam kenyataan tidak dapat memenuhi kewajiban tersebut, pengadilan dapat menentukan bahwa ibu ikut memikul biaya tersebut. c) Pengadilan dapat mewajibakan kepada bekas suami untuk memberikan biaya penghidupan dan/atau menentukan suatu kewajiban bagi bekas isteri.

B. Tinjauan Umum Mengenai Psikologis Anak

1. Pengertian Psikologi

Perkembangan ilmu pengetahuan telah mengantarkan kita kepada banyaknya objek yang dapat dijadikan sebagai bahan kajian. Ilmu pengetahuan yang berobyekan manusia, dan mempelajari berbagai perilaku manusia sebagai individu adalah Psiklogi. Pada dasarnya psikologi terbagi menjadi dua bagian, yaitu psikologi umum dan psikologi khusus.

Psikologi umum adalah ilmu yang mempelajari konsep umum tentang perilaku individu, apa, mengapa dan bagaimana individu berperilaku. Sedangkan psikologi khusus adalah kelompok psikologi yang mempelajari perilaku individu secara khusus, baik kekhususan karena tahap perkembangannya, posisinya, aspek yang mendapatkan sorotan utamanya atau karena kondisinya.

Yang termasuk dalam kelompok psikologi khusus adalah psikologi perkembangan yang terbagi atas psikologi anak, remaja, dewasa dan usia lanjut, psikologi pria dan wanita, psikologi abnormal, psikologi kepribadian, psikologi diferensial dan psikologi binatang.

(28)

Psikologi Perkembangan merupakan salah satu cabang dari psikologi khusus yang mempelajari perilaku dan perubahan perilaku individu dalam berbagai tahap perkembangan, mulai dari masa sebelum lahir (prenatal), masa bayi, masa kanak-kanak, masa anak kecil, masa anak sekolah dasar, masa remaja awal, masa remaja tengah dan adolesen, masa dewasa muda, dewasa dan dewasa tua, serta masa usia lanjut. Tiap tahap masa perkembangan tersebut menjadi obyek studi dari psikologi sebab setiap masa memiliki ciri-ciri atau karakteristik perkembangan yang berbeda.14

2. Aspek Perkembangan Psikologis Anak

Pertumbuhan dan Perkembangan anak adalah sesuatu yang sangat penting untuk terus diamati oleh orangtua. Karena capaian-capaian tertentu akan menjadi tolak ukur tumbuh kembang anak. Setiap fase usia yang dilalui anak memiliki ciri khas tersendiri dalam perkembangannya. Mulai dari bayi, balita, anak-anak, remaja hingga mencapai usia dewasa.

Adapun perkembangan berkaitan dengan keseluruhan kepribadian individu anak, karena kepribadian individu membentuk satu kesatuan yang terintegrasi.

Secara umum dapat dibedakan beberapa aspek utama kepribadian individu anak, yaitu aspek intelektual, fisik-motorik, sosio-emosional, bahasa, moral dan keagamaan.

Menurut Vernon (1977) perkembangan fisik dan motorik tidak jelas merupakan tanda dari keunggulan mental, namun anak-anak yang berbakat sekurang-kurangnya normal dalam perkembangan fisik dan motorik. Menurut

14 Ernawulan Syauodih, “Psikologi Perkembangan Anak”, h.2

(29)

Parker (1975) anak-anak berbakat sejak kecil lebih aktif dan lebih menaruh perhatian terhadap lingkungannya. Walaupun pengecualian tetap ada, misalnya beberapa anak berbakat lambat dalam perkembangan motorik.15

Aspek intelektual perkembangannya diawali dengan perkembangan kemampuan mengamati, melihat hubungan dan memecahkan masalah sederhana.

Kemudian aspek ini berkembang pesat pada masa anak mulai masuk sekolah dasar (usia 6-7 tahun). Berkembang konstan selama masa belajar dan mencapai puncaknya pada masa sekolah menengah atas (usia 16-17 tahun). 16

Perkembangan aspek sosial diawali di masa balita. Dimana anak telah dikenalkan dengan semua anggota keluarga dan lingkungannya. Dilanjutkan pada masa kanak-kanak (usia 3-5 tahun). Anak senang bermain bersama teman sebayanya. Hubungan persebayaan ini berjalan terus dan agak pesat terjadi pada masa sekolah (usia 11-12 tahun) dan sangat pesat pada masa remaja (16-18 tahun). Perkembangan sosial pada masa kanak-kanak berlangsung melalui hubungan antar teman dalam berbagai bentuk permainan.17

Aspek bahasa berkembang dimulai dengan peniruan bunyi dan suara, berlanjut dengan meraban. Pada awal masa sekolah dasar berkembang kemampuan berbahasa sosial yaitu bahasa untuk memahami perintah, ajakan serta hubungan anak dengan teman-temannya atau orang dewasa. Pada akhir masa sekolah dasar berkembang bahasa pengetahuan. Perkembangan ini sangat berhubungan erat dengan perkembangan kemampuan intelektual dan sosial.

15 Ernawulan Syauodih, “Psikologi Perkembangan Anak”, h.9

16 Ernawulan Syauodih, “Psikologi Perkembangan Anak”, h.9

17 Ernawulan Syauodih, “Psikologi Perkembangan Anak”, h.9

(30)

Bahasa merupakan alat untuk berpikir dan berpikir merupakan suatu proses melihat dan memahami hubungan antar hal. Bahasa juga merupakan suatu alat untuk berkomunikasi dengan orang lain, dan komunikasi berlangsung dalam suatu interaksi sosial. Dengan demikian perkembangan kemampuan berbahasa juga berhubungan erat dan saling menunjang dengan perkembangan kemampuan sosial. Perkembangan bahasa yang berjalan pesat pada awal masa sekolah dasar mencapai kesempurnaan pada akhir masa remaja.18

Perkembangan aspek bahas tidak lepas dari peran orang tua dalam mendampingi anak mengenalkan berbagai macam benda-benda yang ada disekitarnya. Sering mengajaknya berbicara meskipun belum mampu berbicara.

Hingga mampu menyebutkan nama-nama benda setidaknya 5 kosa kata di usia 18 bulan. Lalu berlanjut menghubungkan kata demi kata sehingga menjadi sebuah kalimat dimulai pada usia 2 tahun.

Aspek moral dan keagamaan juga sudah berkembang sejak anak masih kecil. Peranan lingkungan terutama lingkungan keluarga sangat dominan bagi perkembangan aspek ini. Pada mulanya anak melakukan perbuatan bermoral atau keagamaan karena meniru, baru kemudian menjadi perbuatan atas prakarsa sendiri. Tingkatan tertinggi dalam perkembangan moral adalah melakukan sesuatu perbuatan bermoral karena panggilan hati nurani, tanpa perintah, tanpa harapan akan sesuatu imbalan atau pujian. Serta menyadari sepenuhnya bahwa hal tersebut

18 Ernawulan Syauodih, “Psikologi Perkembangan Anak”, h.9

(31)

adalah sebuah kewajiban baginya. Secara potensial tingkatan moral ini dapat dicapai oleh individu pada saat telah balig dan berakal.19

Secara umum, kita dapat melihat rentang kehidupan (fase-fase perkembangan) secara lebih rinci sebagai berikut :

a. Periode Pranatal : konsepsi kelahiran

b. Masa kelahiran : kelahiran sampai akhir minggu kedua.

c. Masa bayi : akhir minggu kedua sampai akhir tahun kedua.

d. Awal masa kanak-kanak : usia 2 – 6 tahun.

e. Akhir masa kanak-kanak : usia 6 – 10 atau 12 tahun.

f. Masa puber atau pra remaja : usia 10/12 tahun sampai 13/14 tahun.

g. Masa remaja : usia 13/14 tahun sampai 18 tahun

h. Awal masa dewasa (dewesa dini) : usia 18 tahun sampai 40 tahun.

i. Masa dewasa madya : usia 40 tahun sampai 60 tahun

j. Masa dewasa lanjut/masa usia lanjut : 60 tahun smpai meninggal.

3. Urgensi Perkembangan Psikologis Anak dalam Tinjauan Hukum Islam Anak adalah harta yang begitu berharga. Kehadirannya merupakan anugerah terindah yang senantiasa didambakan oleh setiap pasangan yang telah menikah. Karena kehidupan rumah tangga tanpa kehadiran anak adalah sebuah kehampaan. Menurut ajaran Islam, anak adalah amanah dari Allah swt.. Sebagai amanah, anak harus dijaga sebaik mungkin oleh orang tua yang mengasuhnya.

Anak-anak memiliki dunianya sendiri. Hal itu ditandai dengan banyaknya gerak, penuh semangat, suka bermain pada setiap tempat dan waktu, tidak mudah

19 Ernawulan Syauodih, “Psikologi Perkembangan Anak”, h.10

(32)

letih dan cepat bosan. Ia merasa tak mampu dan tidak tenang. Tetapi menyukai keadaan alami yang merupakan ungkapan dari kebutuhan kejiwaan yang terdalam guna memahami kejadian-kejadian disekitarnya.20

Kehidupan anak balita sama sekali tergantung pada orang tuanya, lebih- lebih pada masa-masa awal kehidupannya. Demikian pula perkembangan intelegensinya, kemungkinan bisa tidaknya intelengensi seorang anak ditingkatkan sangat tergantung dari orang tuannya. Anak tidak akan mengalami sesuatu yang baru, kalau orang tua tidak mengaturnya; dan tidak akan pergi kemana-mana kalau orang tua tidak mengajaknya, dia tidak akan memiliki barang-barang mainan kalau orang tua tidak memberikannya. Oleh karena pentingnya tugas-tugas orang tua dalam perkembangan intelegensi anak, maka orang tua harus berperan sebagai pendamping dan sebagai guru.21

Dibutuhkan upaya yang serius dalam mengawal perkembangan psikologis anak. Karena perkembangan psikologis anak banyak dipenagruhi oleh lingkungan tempat hidupnya. Mulai dari lingkungan keluarga, masyarakat dan bangsanya.

Namun lingkungan yang paling awal dalam perkembangan psikologis anak adalah dari lingkungan keluarga dimulai dari peran kedua orangtua. Maka menjadi sebuah tugas yang sangat penting bagi orangtua memulainya dan terus mendampinginya.

20 Ma‟ruf Zurayk, Kaifa Nurabbi Abna’ana (Aku dan Anakku Bimbingan Praktis menuju Remaja), terj. M.Syaifuddin, Usman as-Shofi, M. Yusuf (Bandung: Al-Bayan, 1998), h.92

21 M.A. Hadisubrata, Meningkatkan Intelegensi Anak Balita, (Bandung: PT BPK Gunung Mulia Anggota IKAPI, 1988), h.18

(33)

Orangtua memiliki peran yang sangat besar dalam perkembangan psikologis anak. Orangtua bertangjawab dalam memberikan stimulus-stimulus yang dapat memberikan pengaruh terhadap perkembangan psikologis anak.

Perkembangan psikologis yang baik serta sesuai dengan fitrahnya akan memberikan pengaruh yang sangat besar bagi kehidupan anak di masa yang akan datang. Memberikan pengaruh pada kematangan emosi, intelektual, dan spritualnya.

Motif-motif yang bersifat psikologis dan spiritual merupakan kebutuhan dasar manusia, karena pemenuhannya dapat mewujudkan ketenangan dan kebahagian hidup.jika pemenuhannya dihalangi, ia tidak akan mendapatkan kenikmatan berupa ketenangan jiwa, bahkan hatinya akan diliputi kegelisahan dan penderitaan. Diantara motif psikologis dan spiritual yang penting dalam kehidupan adalah motif beragama.22

Allah swt. berfirman; menceritakan tentang wasiat Luqman kepada putranya, dan sungguh Allah swt. telah menyebutkannya dengan sebaik-baiknya sebutan dan bahwa ia telah diberi hikmah, dan ia memberikan wasiat kepada putranya yang ia itu adalah seseorang yang sangat ia sayangi dan cintai, maka ia lebih berhak untuk memberikannya sesuatu yang paling utama yang ia ketahui, oleh karenanya ia berwasiat kepada putranya yang pertama adalah agar ia menyembah Allah swt. dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun.23

22 Muhammad „Utsman Najati, Al-Hadits an-Nabawi wa ‘Ilm an-Nafs (Psikologi Nabi;

Membangun Pesona Diridengan Ajaran-ajaran Nabi SAW.) terj. Hedi Fajar, (Bandung: Pustaka Hidayah, 2005), hal. 29-30.

23 Imam Ibnu Katsir, Tafsir Al-Qur’an Al-‘Adzim, terj. Arif Rahman Hakim, Syahiruln Alim Al-Adib, Muhammad Zaini, Nila Nur Fajariyah, Muh. Faqih Fatwa, (Surakarta: Insan Kamil, 2015), hal. 129-130.

(34)

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian 1. Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat kualitatif dimana peneliti menjadi instrumen utama dalam penelitian serta bertanggung jawab untuk dapat mendeskripsikan berbagai penomena dilapangan sekaligus mengasosiasikan dengan teori-teori yang berkaitan dengannya. Penelitian kualitatif berusaha memberikan gambaran tentang stimulus dan kejadian faktual dan sistematis mengenai faktor-faktor, sifat- sifat serta hubungan antara penomena yang dimiliki untuk melakukan dasar- dasarnya.24 Penelitian kualitatif lebih menekankan pada indeks-indeks dan pengukuran empiris.25 Kondisi yang tampak dilapangan dideskripsikan sebagai kesimpulan yang mengungkapkan fakta-fakta.

Dengan mengamati rumusan masalah yang peneliti ungkapkan, maka tampak jelas bahwa jenis permasalahan dalam penelitian ini adalah problem untuk mencari hubungan antara dua penomena (problema korelasi). Problema korelasi dengan tipe yaitu korelasi sebab-akibat.26 Peneliti mencoba mencari korelasi antara perceraian dengan dampak psikologis anak akibat perceraian orang tuanya.

2. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah:

24Lihat Lexy j. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Rremaja Rosdakarya, 2007), h. 8.

25S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan (Cet. I; Jakarta: PT Rinneka Cipta, 1997), h. 35.

26Lihat Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Edisi Revisi V (Cet. XII; Jakarta: PT Asdi Mahasatya, 2002), h. 29-30.

(35)

a. Pendekatan sosiologis; dalam hal ini, menjadi hal yang urgen bagi peneliti untuk mengamati pola interaksi yang terjadi antar anak dan orang tua dalam kehidupan sosial. Interaksi anak dengan teman sebayah dan orang tuanya.

b. Pendekatan psikologis; memahami kondisi-kondisi psikologi anak berdasarkan tingkat perkembangan dan pengaruh eksternal yang dapat menciptakan keguncangan pada dirinya.

c. Pendekatan Teologis normatif; dalam hal ini, peneliti memandang bahwa ajaran agama sebagai dasar pembinaan mental anak dan tatanan kehidupan yang paripurna, harus dijadikan barometer dalam menilai berbagai persoalan.

B. Lokasi dan Objek Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah Pengadilan Agama (PA). Yakni Pengadilan Agama Sungguminasa Gowa. Jl. Masjid Raya, Kel. Sungguminasa, Kec. Somba Opu, Kab. Gowa. Termasuk Pengadilan Agama yang ada di propinsi sulawesi selatan. Dan banyak menangani perkara perceraian.

2. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah psikologis anak yang terdampak akibat perceraian kedua orangtuanya.

(36)

C. Fokus Penelitian

Fokus penelitian ini adalah mengenai dampak perceraian terhadap psikologis anak dalam tinjauan hukum Islam. Dalam hal ini difokuskan pada kasus cerai hidup.

D. Deskripsi Fokus Penelitian

Fokus penelitian dalam penelitian kualitatif ini adalah peneliti mendeskripsikan mengenai dampak perceraian terhadap psikologis anak dalam tinjauan hukum, mengaitkan dampak-dampak perceraian dengan aspek-aspek perkembangan psikologis anak. lalu dikuatkan dengan pandangan hukum Islam.

E. Sumber Data Penelitian

Penetapan informan yang akan membantu dalam memperoleh data dilapangan; peneliti selanjutnya menetapkannya secara purposive. Peneliti dalam hal ini menetapkan informan berdasarkan pertimbangan kemampuan mereka dalam memberikan informasi yang akurat dan didukung oleh pengetahuan umum terhadap peran dan kontribusi mereka terhadap penelitian yang peneliti lakukan.

Sebagaimana diungkapkan oleh Sugiyono, purposive adalah teknik pengambilan data dengan pertimbangan tertentu.27 Hal mendasar yang menjadi pertimbangan peneliti dalam menetapkan informan adalah pemahaman mereka terkait dengan fokus yang peneliti bahas serta kesediaan mereka untuk memberikan informasi yang akurat.

Data yang digunaka oleh peneliti dalam penelitian ini dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis yaitu:

27Sugiyono, Metodologi Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D (Cet. I; Bandung: Alfabeta, 2011), h. 30.

(37)

1. Data Primer

Data Primer yang peneliti maksudkan adalah semua hasil wawancara peneliti dengan para informan yaitu kepala Pengadilan Agama Sungguminasa Gowa, serta keluarga yang terlibat perceraian yang memenuhi kriteria yang peneliti telah tetapkan. Sebagaimana dikemukakan oleh Muhammad Teguh, data primer adalah biasa juga disebut data mentah karena diperoleh dari hasil penelitian lapangan secara langsung, yang mesih memerlukan pengolahan lebih lanjut barulah data tersebut memiliki arti.28 Semua data yang diperoleh secara langsung dari masyarakat baik yang dilakukan melalui wawancara, observasi dan alat lainnya merupakan data primer.29Wawancara juga merupakan salah satu pendekatan yang digunakan dalam penelitian kualitatif, yaitu suatu teknik yang digunakan untuk memperoleh informasi dari para informan mengenai suatu masalah khusus dengan teknik bertanya secara bebas yang bertujuan memperoleh informasi dan bukannya memperoleh pendapat atau respons.30Melalu hasil wawancara langsung yang peneliti lakukan di lapangan selanjutnya peneliti mengolah data tersebut tampa mengurangi subtansi dari informasi yang telah informan berikan. Hal ini dilakukan untuk mendukung validitas data yang dihasilkan dan disajikan yang pada akhirnya akan dapat memberikan solusi yang tepat terhadap permasalahan yang mungkin muncul di lapangan.

28Muhammad Teguh, Metodologi Penelitian Ekonomi Teori dan Aplikasi, (Cet. I; Jakarta:

PT. Raja Gafindo Persada, 2005), h. 122.

29P. Joko Subagyo, Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek (Cet. II; Jakarta: PT Rinneka Cipta, 1997), h. 87.

30Lihat Bambang Rudito dan Melia Famiola, Social Mapping Metode Penelitian Sosial Teknik memehami Suat Masyarakat atau Komuniti (Cet. I; Bandung: Rekayasa Sains Bandung, 2008), h. 80.

(38)

2. Data Sekunder

Peneliti dalam hal ini juga memerlukan data sekundar (data siap) dalam rangka mengetahui tingkat perceraian berupa dokumentasi PA sebagai pelengkap data primer. Selain itu, data sekunder merupakan jenis data yang diperoleh dan digali melalui hasil pengolahan pihak kedua dari hasil observasi ataupun wawancara di lapangan. Misalnya, informasi yang berhubungan dengan Pengadilan Agama yang pada prinsipnya tidak berhubungan secara langsung dengan penelitian yang peneliti lakukan. Selain itu, beberapa informasi dari mereka yang yang telah melakukan penelitian sebelumnya pada Kantor Urusan Agama Kecamatan Bontonompo yang memiliki relevansi dengan variabel yang peneliti tetapkan juga akan menjadi pertimbangan awal dalam penelitian ini.

Agar penelitian ini lebih fokus dan tidak terlalu meluas, maka peneliti menetapkan beberapa kriteria terhadap para informan sebagai berikut:

a) Kepala dan Pegawai Pengadilan Agama Sungguminasa Gowa b) Keluarga suami atau Istri yang terlibat perceraian

c) Anak dari keluarga yang menjadi korban perceraian.

Dalam memperoleh data, peneliti menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Observasi awal di Pengadilan Agama Sungguminasa Gowa.

2) Mencocokkan hasil pengamatan peneliti di lapangan dengan informasi para informan.

(39)

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah.31 Instrumen dapat juga diartikan sebagai alat bantu yang digunakan oleh peneliti untuk memperoleh hasil penelitian. Instrumen kunci dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri. Setelah jelas data yang diteliti, digunakan panduan observasi (observation sheet atau observation schedule), dan pedoman wawancara (interview guide).32 Berdasarkan beberapa penjelasan tersebut diatas, maka peneliti menetapkan beberapa instrumen yang akan memudahkan dalam melakukan penelitian yaitu:

1. Pedoman wawancara yaitu alat berupa catatan-catatan pertanyaan yang digunakan dalam mengumpulkan data .

2. Panduan observasi, yaitu alat bantu berupa pedoman pengumpulan data yang digunakan pada saat prosedur penelitian.

G. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian kualitatif pada umumnya menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hal ini sejalan dengan apa yang diungkapkan oleh Suharsimi Arikunto bahwa metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya. Dimana variasi metode yang dimaksud

31Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Edisi Revisi V (Cet. XII; Jakarta: PT Asdi Mahasatya, 2002), h. 136.

32Ridwan, Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian (Cet. I; Bandung: Alfabeta, 2005), h. 25.

(40)

adalah angket, wawancara, pengamatan atau observasi, tes, dan dokumentasi.33 Dengan demikian, metode pengumpulan data dalam penelitian ini dapat dipaparkan sebagai berikut:

1. Observasi

Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap unsur-unsur yang tampak dalam suatu gejala atau gejala-gejala pada objek penelitian untuk mengetahui keberadaan objek, situasi, konteks dan makna dalam upaya mengumpulkan data penelitian.34 Adapun hal yang diamati dalam penelitian ini adalah angka perceraian di Pengadilan Agama Sungguminasa Gowa dan dampak psikologis yang ditimbulkan pada anak korban perceraian.

2. Interview (wawancara)

Wawancara dapat digunakan sebagai teknik pengupulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah informan relatif kecil/sedikit.35 Wawancara untuk memperoleh informasi yang benar dan akurat dengan cara bertanya langsung kepada informan. Adapun yang akan diwawancarai adalah Kepala dan pengawai Pengadilan Agama Sungguminasa Gowa, dan keluarga yang terlibat kasus perceraian dan mereka yang memeiliki pengetahuan psikologi anak korban perceraian.

3. Dokumentasi

33Lihat Suhasimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis, Edisi Revisi VI (Cet. XIII; Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006), h. 163.

34Hadari Nawawi dan Martini Hadari, Instrumen Penelitian Bidang Sosial (Cet. I;

Pontianak: Gajamadah University Press, 2006), h. 74.

35Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, h. 137.

(41)

Dokumentasi yaitu proses pencarian data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda dan sebagainya.36 Dokumentasi yaitu penelitian melakukan pencatatan beberapa dokumen penting yang berkaitan dengan masalah atau objek yang akan diteliti, yang berfungsi sebagai pendukung dan pelengkap data primer yang diperoleh melalui wawancara.

H. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Proses analis data dilakukan secara simultan pada saat peneliti berada dilapangan, semua data yang diperoleh dari imforman yang masih membutuhkan kejelasan membawah peneliti untuk mempertanyakan lebih mendalam, hingga sampai pada tahap tertentu hingga peneliti memperoleh data yang danggap kredibel.37Sebagaimana dikemukakan oleh Miles and Huberman bahwa analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus hingga tuntas, sehingga datanya sudah jenuh.38 Terdapat beberapa langkah dalam melakukan analisis data yaitu:

a. Reduksi Data (Data Reduktion)

Data yang diperoleh di lapangan melalui wawancara, observasi dan dokumentasi kemudian disederhanakan dengan cara memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dan mencari tema dan polanya.

b. Penyajian Data (Data Display)

36Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Edisi Revisi V (Cet. XII; Jakarta: PT Asdi Mahasatya, 2002), h. 206.

37 Lihat Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, h. 246.

38Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, h. 246.

(42)

Sebagaimana diungkapkan oleh Miles and Huberman (1984) mengatakan:

“tho most frequent form of display data for qualitative research data in the past has been narrative text”. Yang paling penting digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.39Oleh karena itu penyajian data peneliti lakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, dan hubungan antar kategori.

c. Penarikan Kesimpulan atau Conclusion Drawing/verification

Data yang telah direduksi yang selanjutnya diungkapkan secara deskriptif.

Dimana data yang diperoleh disajikan dalam bentuk naratif induktif agar dapat memberikan pemahaman terhadap peneliti secara khusus dan masyarakat secara umum terkait dengan hasil temuan dilapangan.

39 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, h. 249.

(43)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Objektif Pengadilan Agama Sungguminasa Gowa

1. Sejarah Pengadilan Agama Sungguminasa Gowa

Kabupaten Gowa adalah sebuah Kerajaan di Sulawesi Selatan yang turun temurun diperintah oleh seorang Kepala pemerintah disebut “Somba” atau “Raja”.

Daerah TK.II Gowa pada hakikatnya mulai terbentuk sejak beralihnya pemerintah Kabupaten Gowa menjadi Daerah TK.II yang didasari oleh terbitnya Undang- Undang Nomor 2 Tahun 1959 Tentang Pembentukan Daerah TK.II, Makassar, Gowa, Takalar, Jeneponto, yang diperkuat Undang –Undang Nomor 2 Tahun 1959 Tentang Pembentukan Daerah TK.II di Sulawesi (Tambahan Lembaran Negara RI No. 1822).63 Kepala Daerah TK.II Gowa yang pertama “Andi Ijo Dg Mattawang Karaeng Lalowang “ yang juga disebut nama Sultan Muhammad Abdul Kadir Aididdin Tumenanga Rijongaya, dan merupakan Raja Gowa yang terakhir (Raja Gowa ke XXXVI).40

Somba sebagai Kepala pemerintah Kabupaten Gowa didampingi oleh seorang pejabat di bidang agama Islam yang disebut “kadi” (Qadli). Meskipun demikian tidak semua Somba yang pernah menjadi Raja Gowa didampingi oleh seorang Qadli, hanya ketika agama Islam mulai menyebar secara merata dianut oleh seluruh rakyat kerajaan Gowa sampai ke pelosok-pelosok desa, yaitu sekitar tahun 1857 M.

40Pengadilan Agama Sungguminasa, Profil Pengadilan, www.pa-sungguminasa.go.id, 20 Mei 2021, 13.45 WITA.

(44)

Qadli pertama yang diangkat oleh Raja Gowa bernama Qadli Muhammad Iskin. Qadli pada waktu itu berfungsi sebagai penasehat Kerajaan atau Hakim Agama yang bertugas memeriksa dan memutus perkara-perkara di bidang agama, demikian secara turun temurun mulai diperkirakan tahun 1857 sampai dengan Qadli yang keempat tahun 1956. Setelah terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 45 tahun 1957 terbentuklah Kepala Jawatan Agama Kabupaten Gowa secara resmi , maka tugas dan wewenang Qadli secara otomatis diambil oleh Jawatan Agama. Jadi Qadli yang kelima, setelah tahun 1956, diangkat oleh Depertemen Agama RI sebagai Kantor Urusan Agama Kecamatan Somba Opu (sekaligus oleh Qadli) yang tugasnya hanya sebagai do‟a dan imam pada shalat I‟ed.

Berdasarkan SK Menteri Agama Nomor 87 Tahun 1966 tanggal 3 Desember 1966, maka Pengadilan Agama / Mahkamah Syariah Sungguminasa secara resmi dibentuk dan menjalankan tugas-tugas peradilan sebagaimana yang ditentukan didalam Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1957 . Peresmian Pengadilan Agama / Mahkamah Syariah Sungguminasa ialah pada tanggal 29 Mei 1967. Sejak tanggal 29 Mei 1967 tersebut dapat dipimpin oleh Ketua Pengadilan Agama/ Mahkamah Syariah K.H.Muh. Saleh Thaha (1967 s/d 1976) Pengadilan Agama / Mahkamah Syariah Sungguminasa menjalankan kekuasaan kehakiman di bidang Agama membawahi 18 Kecamatan yang terdiri dari 46 Kelurahan dan 123 Desa.

2. Profil Pengadilan Agama Sungguminasa Gowa

Gedung Pengadilan Agama Sungguminasa pertama kali beralamat di Jalan Andi Mallombassang No. 57 Kelurahan Sungguminasa, Kecamatan Somba Opu,

Referensi

Dokumen terkait

Pelaksanaan Tindakan , pada tahap ini guru menerapkan langkah ilmiah/pendekatan saintifik dan langkah discovery learning , yaitu: (1) guru membuka pelajaran dengan salam,

Penelitian ini dilakukan pada Balai Latihan Kerja Industri (BLKI) Makassar. Fokus penelitian ini adalah manajemen pelatihan pada BLKI Makassar dalam mendukung

“Ada metode yang digunakan dalam menanamkan kedisiplinan shalat dhuha pada anak hiperaktif yaitu pertama, pembiasaan, pada langkah ini sekolah memberikan

Penuntut umum telah mengajukan keberatan atas disumpahnya kedua saksi tersebut karena bertentangan dengan pasal 168 dan 169 KUHAP, namun hakim tetap

Dengan demikian, implementasi penelitian ini menunjukan bahwa adanya sikap itsar, kepuasan diri dan perilaku penggunaan media sosial yang tepat dapat meningkatkan

Pada penelitian ini menggunakan dua ligan yang berbeda yaitu 2-metil imidazol dan 2,4,5-trifenil-1 H -imidazol, sehingga dilakukan dua tahap penentuan panjang

Komponen fasilitas keselamatan penerbangan (fasilitas elektronika dan listrik yang menunjang operasi fasilitas keselamatan penerbangan). Komponen status dan fungsi bandara

Berdasarkan penelitian pendahulu yang dilakukan oleh Oktaf Rina, dkk (2012), efektifi- tas ekstrak kayu secang sebagai bahan pengawet daging dengan metode maserasi diperoleh