• Tidak ada hasil yang ditemukan

BERITA DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BERITA DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BERITA DAERAH

KOTA TANGERANG SELATAN

No.60,2018 PEMERINTAH KOTA TANGERANG SELATAN. Jabatan Fungsional Analis Kebijakan.

PROVINSI BANTEN

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 60 TAHUN 2018

TENTANG

JABATAN FUNGSIONAL ANALIS KEBIJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA TANGERANG SELATAN,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan pemerintahan daerah dibutuhkan rumpun jabatan fungsional analis kebijakan yang bertanggung jawab penuh di bidang analis kebijakan;

b. bahwa dibutuhkan pengembangan dan pembinaan jabatan fungsional analis kebijakan agar menghasilkan pejabat fungsional analis kebijakan yang kompeten dan profesional dalam penyusunan kebijakan yang baik;

c. bahwa diperlukan pengaturan mengenai jabatan fungsional analis kebijakan sebagai pedoman dalam pengangkatan, pemberhentian, dan pengangkatan kembali jabatan analis kebijakan;

d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c perlu menetapkan Peraturan Walikota tentang Jabatan Fungsional Analis Kebijakan;

Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2008 tentang Pembentukan Kota Tangerang Selatan di Provinsi Banten (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 188, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4935);

(2)

3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494);

4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679);

5. Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 63, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6037);

6. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 45 Tahun 2013 tentang Jabatan Fungsional Analis Kebijakan dan Angka Kreditnya (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 1342);

7. Peraturan Bersama Kepala Lembaga Administrasi Negara dan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 16 Tahun 2014 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 45 Tahun 2013 tentang Jabatan Fungsional Analis Kebijakan dan Angka Kreditnya (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 796);

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN WALIKOTA TENTANG JABATAN FUNGSIONAL ANALIS KEBIJAKAN.

(3)

BAB I

KETENTUAN UMUM Pasal 1

Dalam Peraturan Walikota ini yang dimaksud dengan:

1. Daerah adalah Kota Tangerang Selatan.

2. Walikota adalah Walikota Tangerang Selatan.

3. Sekretaris Daerah adalah Sekretaris Daerah Kota Tangerang Selatan.

4. Perangkat Daerah adalah unsur pembantu Walikota dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah.

5. Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan yang selanjutnya disingkat BKPP adalah Perangkat daerah yang membidangi urusan kepegawaian, pendidikan dan pelatihan di Kota Tangerang Selatan.

6. Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disingkat PNS adalah Pegawai Negeri Sipil Daerah.

7. Jabatan Fungsional Analis Kebijakan adalah kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak seorang PNS dalam suatu satuan organisasi yang dalam pelaksanaan tugasnya didasarkan pada keahlian dan/atau keterampilan tertentu serta bersifat mandiri di bidang Analis Kebijakan.

8. Instansi Pembina Jabatan Fungsional Analis Kebijakan yang selanjutnya disebut Instansi Pembina adalah Lembaga Administasi Negara.

9. Pejabat Fungsional Analis Kebijakan yang selanjutnya disebut Analis Kebijakan adalah PNS yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh oleh BKPP untuk melaksanakan kegiatan Analis Kebijakan.

10. Analisis Kebijakan adalah kegiatan menganalisis kebijakan dengan menerapkan prinsip-prinsip profesionalisme, akuntabilitas, integritas, efisiensi dan efektifitas untuk mencapai tujuan tertentu dan/atau menyelesaikan masalah-masalah publik.

11. Angka Kredit adalah suatu angka yang diberikan berdasarkan penilaian atas prestasi yang telah dicapai oleh seorang Analis Kebijakan dalam mengerjakan butir kegiatan yang digunakan sebagai salah satu syarat untuk pengangkatan dan kenaikan pangkat dalam jabatan fungsional Analis Kebijakan.

12. Angka Kredit Kumulatif adalah akumulasi nilai Angka Kredit minimal yang harus dicapai oleh Analis Kebijakan.

(4)

13. Penilaian adalah penentuan derajat kualitas berdasarkan kriteria atau tolok ukur yang ditetapkan.

14. Tim Penilai Angka Kredit Pusat yang selanjutnya disebut Tim Penilai Pusat adalah tim yang bertugas menilai prestasi kerja Analis Kebijakan yang dibentuk dan ditetapkan di tingkat pusat.

15. Tim Penilai Angka Kredit Provinsi yang selanjutnya disebut Tim Penilai Provinsi adalah tim yang bertugas menilai prestasi kerja Analis Kebijakan yang dibentuk dan ditetapkan di tingkat provinsi.

16. Tim Penilai Angka Kredit Daerah yang selanjutnya disebut Tim Penilai Daerah adalah tim yang bertugas menilai prestasi kerja Analis Kebijakan yang dibentuk dan ditetapkan di tingkat Daerah.

17. Tim Penilai Angka Kredit Kabupaten/Kota yang selanjutnya disebut Tim Penilai Kabupaten/Kota adalah tim yang bertugas menilai prestasi kerja Analis Kebijakan yang dibentuk dan ditetapkan di Kabupaten/Kota terdekat.

18. Formasi adalah jumlah dan susunan pangkat PNS yang diperlukan dalam suatu Perangkat Daerah untuk mampu melaksanakan tugas pokok dalam jangka waktu tertentu.

BAB II

KEDUDUKAN, TUGAS, DAN RINCIAN KEGIATAN Bagian Kesatu

Kedudukan Pasal 2

(1) Analis Kebijakan berkedudukan sebagai pelaksana teknis fungsional di bidang Analis Kebijakan pada Perangkat Daerah.

(2) Analis Kebijakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertanggungjawab kepada Kepala Seksi, Kepala Bidang, atau Kepala Perangkat Daerah disesuaikan dengan jenjang jabatan fungsional Analis Kebijakan.

Bagian Kedua Tugas Pasal 3

Analis Kebijakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 bertugas:

a. menyiapkan kegiatan Analis Kebijakan;

b. melakukan kegiatan Analis Kebijakan; dan c. menyelesaikan kegiatan Analis Kebijakan.

(5)

Bagian Ketiga Rincian Kegiatan

Pasal 4

Rincian Kegiatan Analis Kebijakan terdiri atas kegiatan:

a. utama; dan b. penunjang.

Pasal 5

(1) Kegiatan utama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf a terdiri atas:

a. pendidikan;

b. Analis Kebijakan; dan c. pengembangan profesi.

(2) Kegiatan penunjang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf b merupakan kegiatan yang mendukung pelaksanaan tugas Analis Kebijakan.

(3) Rincian kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

BAB III

JENJANG JABATAN, PANGKAT, GOLONGAN RUANG, DAN ANGKA KREDIT KUMULATIF

Bagian Kesatu Jenjang Jabatan

Pasal 6

Jenjang Jabatan Fungsional Analis Kebijakan yang ada di Daerah terdiri atas:

a. Analis Kebijakan Pertama;

b. Analis Kebijakan Muda; dan c. Analis Kebijakan Madya.

Bagian Kedua

Pangkat dan Golongan Ruang Pasal 7

Pangkat dan golongan ruang Analis Kebijakan Pertama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf a, terdiri atas:

a. Penata Muda dengan Golongan Ruang III/a; dan

b. Penata Muda Tingkat I dengan Golongan Ruang III/b.

(6)

Pasal 8

Pangkat dan golongan ruang Analis Kebijakan Muda sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf b, terdiri atas:

a. Penata dengan Golongan Ruang III/c; dan b. Penata Tingkat I dengan Golongan Ruang III/d.

Pasal 9

Pangkat dan golongan ruang Analis Kebijakan Madya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf c, terdiri atas:

a. Pembina dengan Golongan Ruang IV/a;

b. Pembina Tingkat I dengan Golongan Ruang IV/b; dan c. Pembina Utama Muda dengan Golongan Ruang IV/c.

Bagian Ketiga Angka Kredit Kumulatif

Pasal 10

Angka Kredit Kumulatif Analis Kebijakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 sampai dengan Pasal 9 terdiri atas:

a. Analis Kebijakan Pertama dengan Golongan Ruang III/a dengan Angka Kredit Kumulatif paling kurang sebesar 100 (seratus);

b. Analis Kebijakan Pertama dengan Golongan Ruang III/b dengan Angka Kredit Kumulatif paling kurang sebesar 150 (seratus lima puluh);

c. Analis Kebijakan Muda dengan Golongan Ruang III/c dengan Angka Kredit Kumulatif paling kurang sebesar 200 (dua ratus);

d. Analis Kebijakan Muda dengan Golongan Ruang III/d dengan Angka Kredit Kumulatif paling kurang sebesar 300 (tiga ratus);

e. Analis Kebijakan Madya dengan Golongan Ruang IV/a dengan Angka Kredit Kumulatif paling kurang sebesar 400 (empat ratus);

f. Analis Kebijakan Madya dengan Golongan Ruang IV/b dengan Angka Kredit Kumulatif paling kurang sebesar 550 (lima ratus lima puluh); dan g. Analis Kebijakan Madya dengan Golongan Ruang IV/c dengan Angka

Kredit Kumulatif paling kurang sebesar 700 (tujuh ratus).

BAB IV PENGANGKATAN

Bagian Kesatu Umum Pasal 11

Pengangkatan PNS sebagai Analis Kebijakan dilaksanakan melalui pengangkatan:

a. pertama;

b. perpindahan dari jabatan lain; atau c. penyesuaian.

(7)

Bagian Kedua Pengangkatan Pertama

Pasal 12

Pengangkatan dalam Jabatan Fungsional Analis Kebijakan melalui pengangkatan pertama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 huruf a harus memenuhi persyaratan antara lain:

a. berstatus PNS;

b. memiliki integritas dan moralitas yang baik;

c. sehat jasmani dan rohani;

d. berijazah paling rendah sarjana atau diploma IV sesuai dengan kualifikasi pendidikan yang dibutuhkan;

e. mengikuti dan lulus pendidikan dan pelatihan Analis Kebijakan;

f. mengikuti dan lulus uji kompetensi; dan

g. nilai prestasi kerja paling sedikit bernilai baik dalam 1 (satu) tahun terakhir.

Bagian Ketiga

Pengangkatan Melalui Perpindahan dari Jabatan Lain Pasal 13

Pengangkatan dalam Jabatan Fungsional Analis Kebijakan melalui perpindahan dari jabatan lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 huruf b harus memenuhi persyaratan antara lain:

a. berstatus PNS;

b. memiliki integritas dan moralitas yang baik;

c. sehat jasmani dan rohani;

d. berijazah paling rendah sarjana atau diploma IV sesuai dengan kualifikasi pendidikan yang dibutuhkan;

e. mengikuti dan lulus uji Kompetensi;

g. memiliki pengalaman dalam pelaksanaan tugas di bidang Analis Kebijakan paling kurang 2 (dua) tahun;

h. nilai prestasi kerja paling sedikit bernilai baik dalam 1 (satu) tahun terakhir; dan

i. berusia paling tinggi:

1. 53 (lima puluh tiga) tahun untuk Jabatan Fungsional Analis Kebijakan Pertama dan Jabatan Fungsional Analis Kebijakan Muda; dan

2. 55 (lima puluh lima) tahun untuk Jabatan Fungsional Analis Kebijakan Madya.

(8)

Bagian Keempat

Pengangkatan Melalui Penyesuaian Pasal 14

Pengangkatan dalam Jabatan Fungsional Analis Kebijakan melalui penyesuaian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 huruf c harus memenuhi persyaratan antara lain:

a. berstatus PNS;

b. memiliki integritas dan moralitas yang baik;

c. sehat jasmani dan rohani;

d. berijazah paling rendah sarjana atau diploma IV;

e. memiliki pengalaman dalam pelaksanaan tugas di bidang Analis Kebijakan paling kurang 5 (lima) tahun;

f. nilai prestasi kerja paling sedikit bernilai baik dalam 1 (satu) tahun terakhir; dan

g. usia paling tinggi:

1. 56 (lima puluh enam) tahun bagi yang akan diangkat dalam Jabatan Fungsional Analis Kebijakan Pertama dan Analis Kebijakan Muda;

dan

2. 58 (lima puluh delapan) tahun bagi yang akan diangkat dalam Jabatan Fungsional Analis Kebijakan Madya.

Bagian Kelima

Tata Cara Pengangkatan Pasal 15

(1) Kepala Perangkat Daerah mengusulkan pengangkatan PNS dalam Jabatan Fungsional Analis Kebijakan yang telah memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 sampai dengan Pasal 14 kepada Walikota melalui Kepala BKPP.

(2) Usulan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus disertai dengan rekomendasi dari Instansi Pembina.

(3) Tata cara pengangkatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 16

(1) Pengangkatan PNS dalam Jabatan Fungsional Analis Kebijakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 dilakukan berdasarkan Formasi kebutuhan Jabatan Fungsional Analis Kebijakan.

(2) Formasi Jabatan Fungsional Analis Kebijakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Walikota.

(9)

BAB V

PEMBEBASAN SEMENTARA, PENGANGKATAN KEMBALI, DAN PEMBERHENTIAN

Bagian Kesatu

Pemberhentian Sementara Pasal 17

Analis Kebijakan dibebaskan sementara dari jabatannya, apabila:

a. dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sejak dalam pangkat dan/atau jabatan terakhir tidak dapat mengumpulkan Angka Kredit yang ditentukan untuk kenaikan pangkat dan/atau jabatan setingkat lebih tinggi dari jabatan Analis Kebijakan Pertama, pangkat Penata Muda dengan Golongan Ruang III/a sampai dengan Analis Kebijakan Madya, pangkat Pembina Utama Muda dengan Golongan Ruang IV/c; dan

b. ditugaskan secara penuh di luar jabatan Analis Kebijakan;

c. tugas belajar lebih dari 6 (enam) bulan;

d. menjalani cuti di luar tanggungan negara; atau e. diberhentikan sementara sebagai PNS.

Bagian Kedua Pengangkatan Kembali

Pasal 18

(1) Analis Kebijakan yang menjalani pembebasan sementara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 huruf a dan telah memenuhi Angka Kredit yang disyaratkan paling lama 1 (satu) tahun dapat diangkat kembali pada jabatan semula.

(2) Analis Kebijakan yang telah selesai menjalani pembebasan sementara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 huruf b sampai dengan huruf e dapat diangkat kembali pada jabatan semula dengan menggunakan Angka Kredit terakhir yang dimiliki.

(3) Analis Kebijakan yang telah selesai menjalani pembebasan sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), dapat diangkat kembali pada jabatan semula apabila tersedia lowongan jabatan.

Bagian Ketiga Pemberhentian

Pasal 19

PNS diberhentikan dari Jabatan Fungsional Analis Kebijakan karena antara lain:

a. mengundurkan diri dari Jabatan; dan/atau

b. dalam jangka waktu 1 (satu) tahun sejak dibebaskan sementara dari jabatannya tidak dapat mengumpulkan Angka Kredit yang ditentukan.

(10)

Bagian Keempat

Tata Cara Pembebasan Sementara, Pengangkatan Kembali, dan Pemberhentian

Pasal 20

(1) Pembebasan sementara, pengangkatan kembali, dan pemberhentian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 sampai dengan Pasal 19 diusulkan oleh Kepala BKPP untuk ditetapkan oleh Walikota.

(2) Tata cara pembebasan sementara, pengangkatan kembali, dan pemberhentian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

BAB VI

PENILAIAN DAN PENETAPAN ANGKA KREDIT Bagian Kesatu

Penilaian Angka Kredit Pasal 21

(1) Penilaian Angka Kredit Analis Kebijakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 dilaksanakan oleh Tim Penilai Daerah.

(2) Dalam hal Tim Penilai Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) belum dibentuk, maka penilaian Angka Kredit Analis Kebijakan dapat dimintakan kepada:

a. Tim Penilai Kabupaten/Kota terdekat;

b. Tim Penilai Provinsi;

c. Tim Penilai Provinsi lain terdekat; atau d. Tim Penilai Pusat.

Pasal 22

Syarat pengangkatan untuk anggota Tim Penilai Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1) antara lain:

a. menduduki pangkat atau jabatan paling rendah setingkat dengan pangkat atau jabatan Analis Kebijakan yang dinilai;

b. memiliki keahlian untuk menilai prestasi kerja Analis Kebijakan; dan c. dapat aktif melakukan penilaian.

Pasal 23 Tim Penilai Daerah terdiri atas unsur:

a. teknis yang membidangi Analis Kebijakan;

b. BKPP; dan

c. Analis Kebijakan.

(11)

Pasal 24

(1) Susunan keanggotaan Tim Penilai Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 terdiri atas:

a. seorang ketua merangkap anggota;

b. seorang sekretaris merangkap anggota; dan c. paling kurang 3 (tiga) orang anggota.

(2) Anggota Tim Penilai Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berjumlah ganjil dan diutamakan lebih banyak berasal dari Analis Kebijakan dari pada anggota yang berasal dari PNS atau pejabat lain.

(3) Sekretaris Tim Penilai Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, harus berasal dari unsur BKPP.

(4) Anggota Tim Penilai Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, paling sedikit berjumlah:

a. 2 (dua) orang dari unsur Analis Kebijakan; dan b. 1 (satu) orang dari unsur BKPP.

(5) Tim Penilai Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai dengan ayat (4) ditetapkan dengan Keputusan Walikota.

Pasal 25

(1) Masa keanggotaan Tim Penilai Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 yaitu 3 (tiga) tahun, dan dapat diperpanjang paling banyak 1 (satu) kali masa jabatan.

(2) Apabila anggota Tim Penilai Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) akan diangkat kembali dalam keanggotaan tim penilai yang sama harus melampaui tenggat waktu 1 (satu) masa jabatan.

(3) Apabila terdapat anggota Tim Penilai Daerah yang turut dinilai, ketua tim penilai wajib mengangkat pengganti anggota tim penilai yang bersangkutan, yang berlaku untuk 1(satu) kali penilaian.

Bagian Kedua Penetapan Angka Kredit

Pasal 26

(1) Usulan penetapan Angka Kredit diajukan oleh:

a. Kepala Perangkat Daerah kepada Instansi Pembina bagi Analis Kebijakan Madya, Pangkat Pembina Tingkat I dengan Golongan Ruang IV/b sampai Pangkat Pembina Utama Muda dengan Golongan Ruang IV/c; dan

b. Kepala Perangkat Daerah kepada Sekretaris Daerah bagi Analis Kebijakan Pertama, Pangkat Penata Muda dengan Golongan Ruang III/a sampai dengan Analis Kebijakan Madya, Pangkat Pembina dengan Golongan Ruang IV/a.

(12)

(2) Usulan penetapan Angka Kredit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Pasal 27

(1) Angka Kredit yang telah ditetapkan oleh Walikota atau pejabat yang ditunjuk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (1) digunakan sebagai bahan untuk mempertimbangkan kenaikan pangkat dan/atau jabatan Analis Kebijakan.

(2) Penetapan Angka Kredit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak dapat diajukan keberatan oleh Analis Kebijakan yang bersangkutan.

BAB VII

TUNJANGAN JABATAN, KELAS JABATAN, DAN TAMBAHAN PENGHASILAN Bagian Kesatu

Tunjangan Jabatan Pasal 28

PNS yang menduduki Jabatan Fungsional Analis Kebijakan diberikan tunjangan jabatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Bagian Kedua Kelas Jabatan

Pasal 29

Kelas Jabatan Fungsional Analis Kebijakan di Daerah ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Bagian Ketiga Tambahan Penghasilan

Pasal 30

(1) PNS yang menduduki Jabatan Fungsional Analis Kebijakan diberikan tambahan penghasilan.

(2) Tambahan penghasilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan penghasilan selain gaji pokok, tunjangan keluarga dan tunjangan jabatan yang melekat pada gaji pokok.

(3) Besaran tambahan penghasilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Walikota.

(13)

Referensi

Dokumen terkait

Sebelum gas alam didinginkan dan dicairkan pada Main Heat Exchanger 5E-1 pada suhu yang sangat rendah hingga menjadi LNG, proses pemisahan (fractination) gas alam

Yang dimaksud dengan time based conflict adalah konflik yang terjadi karena waktu yang digunakan untuk memenuhi satu peran tidak dapat digunakan untuk memenuhi peran

bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 12 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa Yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan

Pertamina EP Asset 3 Subang Field ini memiliki sistematis kegiatan pemberdayaan yang dilaksanakan melalui Program KOPI TAWAR adalah dimulai dari penyuluhan dan

untuk berbagai jenis Jam Grandfather clocks, Pendulum clocks, Wall clocks, Mantle clocks, Curio clocks, Cuckoo clocks, Tower clocks dan Street clocks menggunakan mesin jam

Rumusan masalah dari penelitian ini adalah kesalahan kapitalisasi apa saja yang dibuat oleh mahasiswa semester enam dari jurusan pendidikan bahasa Inggris dalam

Sekali Dayung, Dua Pulau Terlampaui Sebagai tambahan dari berbagai tindakan yang telah dilakukan pemerintah Indonesia untuk mengatasi masalah limbah ini, proses gasifikasi

secara keseluruhannya iaitu Egypt. Ia adalah laluan penghubung antara Laut Mediterranean dan Laut Merah secara khususnya, bahkan ia menjadi laluan penghubung utama antara