• Tidak ada hasil yang ditemukan

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS HUKUM TERHADAP PUTUSAN HAKIM PADA PERKARA PERDATA NO.115/PDT.G/2013/PN. DI PENGADILAN NEGERI KLAS IA PADANG

ARTIKEL

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

Oleh:

FERI ARDILA 1110012111024

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS BUNG HATTA

PADANG

2015

Reg. No. 103/Pdt-02/III-2015

(2)
(3)

Analisis Hukum Terhadap Putusan Hakim Pada Perkara Perdata No.115/Pdt.G/2013/PN. Di Pengadilan Negeri Klas IA Padang

Feri Ardila1, As Suhaiti Arief1, Yansalzisatry.1

1) Progam Studi Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Bung Hatta E-mail: feri.ardila19@gmail.com

ABSTRAK

This study aims to determine the process of filing and examination of civil cases No.115 / Pdt.G / 2013 / PN, the basic consideration in decisions and analyze the process of submission to the verdict, by comparing some data and regulations related to issues under meticulous Writer , as the basis acauan in answering questions that arise, as well as direct interviews with the parties involved in the case. The results obtained by the authors of this study, namely: (1) The process of filing a lawsuit represented by an attorney, the case has entered the stage of the examination of evidence and in principle claim is not accepted (Niet ontvankelijk verklaard). (2) The judges into consideration in its decision was that the lack of party and do not have a clear basis of the claim, the judge ruled that the lawsuit was not accepted. (3) Analysis of this decision is the fault of the plaintiff in formulating his complaint and also part of the negligence by the courts in implementing the mandate of Article 119 HIR / 143 Rbg., As well as the ineffectiveness of the mandate of Article 4 paragraph (2) Of the Law of Judicial Power.

Keywords: Civil Case, Judgment Justice, Legal Analysis.

Latar Belakang

Dalam hubungan bermasyarakat, berpotensi akan terjadinya perselisihan- perselisihan antara masyarakat, yang dapat menimbulkan ketidakstabilan. Perselisihan tersebut biasanya berujung sengketa karena merasa haknya telah dilanggar oleh orang lain.

Bagi para pihak yang merasa hak-hak keperdataannya dirugikan dapat mengajukan perkaranya ke pengadilan untuk memperoleh penyelesaian sesuai koridor hukum yang berlaku, yaitu dengan mengajukan gugatan melalui pengadilan, terhadap pihak-pihak yang merugikannya. Inisiatif untuk

mengajukan tuntutan hak diserahkan sepenuhnya kepada yang berkepentingan.

Hal tersebut merupakan penegakan terhadap asas hakim bersifat menunggu dalam hukum acara perdata (yudex ne procedat ex officio).

Pihak yang berkepentingan mengajukan perkaranya dalam bentuk gugatan. Pengajuan gugatan bisa secara tertulis maupun secara lisan. Gugatan secara lisan dibenarkan kepada mereka yang buta huruf. Namun dalam perkembangannya, praktek peradilan sekarang tidak lazim lagi ditemukan pengajuan gugatan secara lisan.

(4)

Formulasi gugatan yang disusun dan diajukan oleh penggugat merupakan dasar serta menjadi acuan dalam pemeriksaan perkara tersebut di pengadilan. Apabila gugatan tersebut tidak memenuhi syarat- syarat formil sebuah gugatan, maka akibat hukumnya adalah gugatan tersebut akan dinyatakan tidak dapat diterima (Niet Ontvankelijk verklaard) yang biasa disingkat NO. Dasar hukum pemberian putusan NO ini dapat dilihat dalam Yurisprudensi Mahkamah Agung RI No.1149/K/Sip/1975 tanggal 17 April 1975 Jo Putusan Mahkamah Agung RI No.565/K/Sip/1973 tanggal 21 Agustus 1973, Jo Putusan Mahkamah Agung RI No.1149/K/Sip/1979 tanggal 7 April 1979.

Ada beberapa alasan atau pertimbangan hakim dalam menyatakan gugatan penggugat tidak dapat diterima, salah satunya adalah dengan alasan obscuur libel, misalnya menyangkut batas-batas objek sengketa yang tidak jelas atau tidak dicamtumkannya nama pihak yang seharusnya masuk dalam daftar gugatan.

Hakim memegang peranan penting dalam menilai dan mempertimbangkan formalitas sebuah gugatan, yakni apakah telah memenuhi syarat formil berdasarkan Pasal 8 Rv atau tidak. Setiap pihak yang ingin mengajukan gugatan haruslah mempunyai kepentingan hukum yang cukup. Untuk mengatasi adanya kekurangan-kekurangan yang dihadapi oleh para pencari keadilan

dalam memperjuangkan kepentingannya, Pasal 119 HIR/Pasal 143 RBg memberi wewenang kepada Ketua Pengadilan Negeri (PN) untuk memberi nasehat dan bantuan kepada pihak penggugat dalam pengajuan gugatannya. Dengan demikian akan dapat dicegah terjadinya pengajuan gugatan- gugatan yang cacat formil atau gugatan yang tidak sempurna, yang akan dinyatakan tidak dapat diterima. Karena dalam prakteknya, masih ada ditemukan perkara yang diputus dengan amar putusan yang menyatakan gugatan penggugat tidak dapat diterima.

Permasalahan

1. Bagaimanakah proses pengajuan dan pemeriksaan terhadap perkara Perdata No. 115/Pdt.G/2013/PN. di Pengadilan Negeri Klas IA Padang?

2. Apakah dasar pertimbangan Hakim dalam menjatuhkan putusan terhadap

perkara perdata No.

115/Pdt.G/2013/PN. Padang?

3. Analisa hukum terhadap putusan Hakim No. 115/Pdt.G/2013/PN.

Padang?

Metode Penelitian

Penelitian adalah suatu upaya manusia untuk mencari jawaban masalah yang dialami, sehingga kesulitan yang dihadapi manusia tersebut dapat diatasi.

(5)

Dalam melakukan penelitian ini, penulis menggunakan metode sebagai berikut:

1. Jenis Penelitian

Di dalam melakukan penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian hukum nomatif, yaitu penelitian yang dilakukan dengan memperoleh data dari studi kepustakaan untuk mendapat data primer, di samping itu juga melakukan wawancara untuk mendapatkan data sekunder.

2. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian hukum normatif adalah:

a. Bahan Hukum Primer

1) Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUHPer).

2) Herzien Inlandsch Reglement (HIR)/Rechtsreglement

Buitengewesten (RBg).

3) Reglement op de Burgerlijke Reshtsvordering (Rv).

4) Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman.

5) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1986 yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2004 dan diubah lagi dengan Undang- Undang Nomor 49 Tahun 2009 tentang Peradilan Umum.

6) Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004 dan diubah lagi dengan Undang- Undang Nomor 3 Tahun 2009 tentang Mahkamah Agung . 7) Peraturan Mahkamah Agung

No 1 Tahun 2008 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan.

b. Bahan Hukum Sekunder

Bahan Hukum Sekunder, yaitu data-data yang memberikan penjelasan mengenai data primer, seperti buku-buku, makalah- makalah, jurnal-jurnal dan data yang ada pada Pengadilan Negeri Klas IA Padang.

c. Bahan Hukum Tersier

Bahan Hukum Tersier, yaitu data yang memberi petunjuk maupun penjelasan terhadap data primer dan data sekunder, seperti Kamus Hukum dan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).

3. Teknik dan alat pengumpulan data Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara:

a. Studi dokumen atau studi kepustakaan

Studi dokumen atau studi kepustakaan yaitu teknik pengumpulan data dengan membaca dan mengambil

(6)

kesimpulan dari peraturan perundang-undangan, literatur- literatur yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti dan putusan hakim dalam perkara perdata

No.115/Pdt.G/2013/PN.Padang.

b. Wawancara

Wawancara yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan mengadakan tanya-jawab guna memperoleh keterangan dari narasumber, untuk memperkuat data primer kepada Hakim Pengadilan Negeri Klas IA Padang.

4. Teknik pengolahan dan analisis data a. Teknik pengolahan

Data yang diperoleh setelah penelitian akan mengalami proses editing.

Editing merupakan suatu upaya meneliti kembali catatan atau data-data yang diperoleh apakah data tersebut sudah cukup lengkap serta dapat dipertanggungjawabkan. Pada editing,terjadi pemisahan antara data yang diperlukan dengan data yang tidak diperlukan sesuai dengan permasalahannya.

b. Analisis data

Setelah semua data dirasa lengkap, maka data dianalisis secara kualitatif, yaitu data yang diperoleh dikelompokkan sesuai permasalahan yang diteliti kemudian diambil suatu kesimpulan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A.Pemeriksaan Gugatan Perkara Perdata No.115/Pdt.G/2013/PN di Pengadilan Negeri Klas IA Padang

1. Proses Pengajuan Gugatan Perkara Perdata No.115/Pdt.G/2013/PN

Proses penyelesaian perkara perdata melalui jalur pengadilan diawali dengan pengajuan gugatan oleh pihak yang merasa haknya terganggu atau dirugikan oleh pihak lain. Penggugat yang hendak mengajukan gugatan harus mempunyai kepentingan hukum yang cukup dan memiliki dasar hukum yang jelas untuk menuntut haknya.

Dalam perkara perdata No.115/Pdt.G/2013/PN.Padang yang mengajukan gugatan adalah ahli waris sah dari Thio Tjoe Liong (Willy Syofyan Tionardi) yang merupakan kakak kandung dari Thio Tjoe Hoat (Gusman Effendi Tionardi), dengan identitas sebagai berikut:

Nama : RUDY SUMITRO TIONARDI

(7)

Tempat/tanggal lahir : Padang/ 23 Februari 1958

Jenis kelamin : Laki-laki Perkerjaan : Swasta

Alamat : Jln. Klenteng II no.351, RT. 003, RW. 004, Kampung Pondok, Kecamatan Padang Barat, Padang.

Tergugat yang dicantumkan dalam perkara ini adalah Istri Paman Penggugat dan anak-anak dari Paman Penggugat.

Identitas para Tergugat tersebut adalah sebagai berikut:

a. Francien Farida Sulidar, istri dari Gusman Effendi Tionardi M., perempuan, pekerjaan swasta, beralamat di Jln. Tawakal II/A no.

7E, RT. 03, RW. 009, Kelurahan Tomang, Kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat. Untuk saat ini menetap di Jln. Pulo Macan 6 no. 31, Tomang Raya, Jakarta Barat, untuk selanjutnya disebut sebagai Tergugat I.

b. Heddy Mariawati Tionardi, anak kandung Gusman Effendi Tionardi M., perempuan, pekerjaan swasta, beralamat di Jln. Tawakal II/A no.

7E, RT. 03, RW. 009, Kelurahan Tomang, Kecamatan Grogol

Petamburan, Jakarta Barat. Untuk saat ini menetap di Jln. Pulo Macan 6 no. 31, Tomang Raya, Jakarta Barat, untuk selanjutnya disebut sebagai Tergugat II.

c. Fredy Johan Tionardi, anak kandung Gusman Effendi Tionardi M., laki-laki, pekerjaan swasta, beralamat di Jln. Tawakal II/A no.

7E, RT. 03, RW. 009, Kelurahan Tomang, Kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat. Untuk saat ini menetap di Jln. Pulo Macan 6 no. 31, Tomang Raya, Jakarta Barat, untuk selanjutnya disebut sebagai Tergugat III.

d. Henry Gunawan Tionardi, anak kandung Gusman Effendi Tionardi M., laki-laki, pekerjaan swasta, beralamat di Jln. Tawakal II/A no.

7E, RT. 03, RW. 009, Kelurahan Tomang, Kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat. Untuk saat ini menetap di Jln. Pulo Macan 6 no. 31, Tomang Raya, Jakarta Barat, untuk selanjutnya disebut sebagai Tergugat IV.

e. Reny Ridwan Tionardi, anak kandung Gusman Effendi Tionardi M., perempuan, pekerjaan swasta, beralamat di Jln. Tawakal II/A no.

7E, RT. 03, RW. 009, Kelurahan

(8)

Tomang, Kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat. Untuk saat ini menetap di Jln. Pulo Macan 6 no. 31, Tomang Raya, Jakarta Barat, untuk selanjutnya disebut sebagai Tergugat V.

Objek perkara yang disengketakan adalah SHM No 1451, yang terletak di Jalan Klenteng II No. 351 Padang atas nama Thio Tjoe Hoat, karena Thio Tjoe Liong (ayah Penggugat) pernah melakukan jual-beli tanah atas nama adiknya Thio Tjoe Hoat.

Hal tersebut tercantum dalam surat pernyataan yang ditandatangani oleh ayah Penggugat dan paman Penggugat yaitu Thio Tjoe Hoat. Hal inilah yang menguatkan Penggugat bahwa objek perkara tersebut adalah milik ayah Penggugat sendiri, yang mana menurut ketentuan dalam KUHPerdata pihak Penggugat adalah ahli waris berdasarkan undang-undang yang mewarisi secara ab intestato. Menurut ketentuan tersebut yang berhak menerima warisan adalah para keluarga sedarah, baik sah maupun di luar kawin dan suami atau istri yang hidup terlama.

Dalam surat gugatannya Penggugat menguraikan beberapa posita dari perkara yang digugat, diantaranya:

a. Bahwa tanah beserta bangunan rumah yang tercatat dengan SHM No. 146 atas nama Gusman

Effendi Tinardi (Thio Tjoe Hoat), dibeli dengan menggunakan uang kakaknya bernama Willy Syofyan Tionardi (Thio Tjoe Ling) yang merupakan ayah kandung dari Penggugat, hal itu berdasarkan surat pernyataan yang dibuat Thio Tjoe Hoat tertanggal 04 Maret 1987, sehingga pemakaian nama Gusman Effendi Tionardi (THIO TJOE HOAT) dalam akta jual beli dan SHM merupakan formalitas saja.

b. Pada tanggal 01 Agustus 2004 terjadi kebakaran atas rumah No.

351 di Jalan Kelenteng II Padang, yang menyebabkan meninggalnya Willy Syofyan Tionardi (Thio Tjoe Liong) beserta istrinya Olivia Sridanti Kusuma dan barang- barang berharga juga musnah, termasuk SHM No. 146 tersebut.

c. Pada tahun 2010 telah terbit sertifikat pengganti No. 1451 tanggal 03 Februari 2010, Surat Ukur tanggal 28 Desember 2009, 07 Januari 2009 dengan luas tanah 131 m2 sebagai pengganti SHM No. 146 yang hilang/musnah, dan SHM tersebut diurus oleh Penggugat, berdasarkan kekuatan surat kuasa yang diberikan oleh Francien Farida Sulidar beserta

(9)

anaknya dan Saudara dari Penggugat.

d. Setelah pengurusan surat yang musnah tersebut selesai, maka Penggugat ingin melakukan balik nama atas objek perkara tersebut ke atas nama Penggugat dan saudaranya, akan tetapi tidak ada ittikad baik dari pihak Tergugat untuk memberikan tanda tangan sebagai persetujuan balik nama tersebut.

Dari uraian posita tersebut, maka Penggugat mengajukan petitum yang didasarkan pada posita berupa:

a. Mengabulkan Gugatan Penggugat untuk seluruhnya.

b. Menyatakan bahwa Penggugat adalah ahli waris yang sah dari Thio Tjoe Liong,

c. Menyatakan surat pernyataan yang dibuat oleh Thio Tjoe Hoat adalah sah dan mengikat berdasarkan hukum dan harus dipatuhi para ahli waris dan kedua belah pihak, d. Menyatakan bahwa Thio Tjoe

Liong sebagai pemilik sah atas objek yang menjadi sengketa dalam perkara ini, menghukum para Tergugat untuk membalik namakan SHM No. 1451 atas

nama Gusman Effendi Tionardi (Thio Tjoe Hoat) menjadi ke atas nama ahli waris Willy Syofyan Tionardi (Thio Tjoe Liong) yakni Rudy Sumitro Tionardi (Penggugat).

e. Serta menghukum Tergugat untuk membayar segala biaya perkara yang timbul akibat perkara ini.

f. Jika hakim berpendapat lain, maka mohon putusan yang seadil- adilnya (ex aequo et bono).

Setelah membuat surat gugatan, Penggugat kemudian mendaftarkannya pada tanggal 15 Juli 2013 ke Pengadilan Negeri Klas Ia Padang ke bagian Panitera Muda Perdata dengan nomor registrasi No.115/Pdt.G/2013/PN dan membayar uang panjar perkara ke bank yang ditunjuk.

Setelah itu Penggugat menyerahkan bukti pembayarannya ke bagian Panitera Muda Perdata dan kemudian bagian Panitera Muda Perdata menyerahkan surat gugatan beserta bukti pembayaran yang dilampirkan kepada Ketua Pengadilan Negeri Klas IA Padang untuk diperiksa. Setelah gugatan diperiksa, Ketua Pengadilan Negeri Klas Klas IA Padang menunjuk 3 Hakim dan Panitera Pengganti.

2. Pemeriksaan Perkara Perdata No.115/Pdt.G/2013/PN di Pengadilan Negeri Klas IA Padang

(10)

a. Sidang pertama dibuka pada tanggal 19 Agustus 2013. Pada sidang pemeriksaan pertama, para Tergugat tidak hadir dan majelis Hakim yang mengadili perkara ini berpendapat, bahwa kurangnya pihak yang harus dilibatkan sebagai Penggugat dan Tergugat. Majelis beranggapan, pihak Penggugat harus mengikutsertakan juga nama ayahnya sebagai Penggugat dan nama pamannya sebagai Tergugat dalam surat gugatannya.

b. Sidang ke dua tanggal 19 september 2013, dengan agenda pemanggilan para pihak Tergugat.

c. Sidang ke tiga adalah acara pemanggilan para pihak Tergugat pada tanggal 17 oktober 2013.

d. Sidang ke empat, acara pemanggilan pada tanggal 18 Nopember 2013 dengan agenda pemanggilan melalui Media Nasional.

e. Sidang ke lima, pada tanggal 23 Desember 2013 agendanya adalah pembacaan surat gugatan dari Penggugat tanpa dihadiri oleh pihak Tergugat.

f. Sidang ke enam, pada tanggal 06 Januari 2014 agendanya adalah penyerahan surat bukti dari Penggugat, tetapi pada persidangan ini surat bukti tersebut belum siap.

g. Sidang ke tujuh, pada tanggal 13 Januari 2104 agendanya adalah pembacaan surat bukti, tetapi masih belum siap.

h. Sidang ke delapan, pada tanggal 20 Januari 2014 agendanya adalah pembacaan surat bukti yang sudah disiapkan oleh Penggugat.

i. Sidang ke sembilan, pada tanggal 27 Januari 2014 agendanya adalah pemmeriksaan saksi dari Penggugat, dalam persidangan ini Penggugat menghadirkan 2 orang saksi.

j. Sidang ke sepuluh, pada tanggal 14 Februari 2014 agendanya adalah pemeriksaan tempat objek perkara yang terletak di Jalan Klenteng II No. 351 Padang.

k. Sidang ke sebelas, pada tanggal 24 Maret 2014 agendanya adalah penyerahan kesimpulan oleh Penggugat.

l. Sidang ke duabelas, pada tanggal 07 April 2014 agendanya adalah putusan, akan tetapi tidak dihadiri oleh masing-masing pihak yang berperkara.

m. Sidang ke tigabelas, pada tanggal 12 Mei dengan acara yang seharusnya putusan, akan tetapi diundur Tootnader, karena Penggugat materiil meninggal dunia.

n. Setelah menimbang, bahwa berdasarkan surat kuasa substitusi tertanggal 20 Juni

(11)

2014 tentang menghadiri persidangan

dalam perkara perdata

No.115/Pdt.G/2013/PN/PDG, surat

keterangan waris

No.479/07/KKP/VI/2014 dan surat kuasa yang telah didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Negeri Padang, maka ditetapkanlah sidang ke empat belas tanggal 07 Juli 2014, yang memerintahkan Jurusita/Jurusita Pengganti untuk memanggil pihak yang berperkara datang yang dalam hal ini diwakili kuasa berdasarkan surat kuasa untuk membacakan putusan. Di mana putusan tersebut menyatakan bahwa gugatan Penggugat tidak dapat diterima.

B. Dasar Pertimbangan Hakim dalam Menjatuhkan Putusan terhadap Perkara Perdata No.115/Pdt.G/2013/PN. di Pengadilan Negeri Klas IA Padang 1. Pertimbangan Tentang Duduk Perkara

Pertimbangan tentang duduk perkara, dimulai dari pertimbangan terhadap surat gugatan tertanggal 12 Juli 2013 yang didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Negeri Padang pada tanggal 15 Juli 2013

di bawah No. Reg. :

115/Pdt.G/2013/PN/PDG dengan mengemukakan perihal objek gugatan yaitu berupa SHM No.1451 tanggal 03 Februari 2010, Surat Ukur tanggal 28 Desember 2009, surat tanggal 07 Januari

2009 dengan luas tanah 131 m2 atas nama Thio Tjoe Hoat (Gusman Effendi Tionardi) yang merupakan sertifikat pengganti dari SHM No.146 tanggal 04 Oktober 1966, dan Surat Ukur tanggal 26 Juli tahun 1900 No.21 yang musnah akibat kebakaran tanggal 01 Agustus 2004. Setelah mempertimbangkan objek gugatan, hakim kemudian memberikan pertimbangan terhadap dasar gugatan dari dalil-dalil dan silogisma dari peristiwa hukum yang dicantumkan Penggugat dalam surat gugatannya, selanjutnya pemeriksaan surat-surat bukti, mendengarkan keterangan saksi dari pihak Penggugat, serta meneliti formalitas dari gugatan yang diajukan Penggugat.

2. Pertimbangan Tentang Hukumnya

a. Pemanggilan terhadap pihak Tergugat apakah sudah memenuhi ketentuan undang-undang sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 149 RBg/125 HIR.

b. Kemudian mempertimbangkan Relaas Panggilan Umum kepada Tergugat-Tergugat

No.115/Pdt.G/2013/PN.PDG masing-masing pada hari Kamis tanggal 19 Agustus 2013, pada hari Kamis 19 September 2013, pada hari Kamis tanggal 17 Oktober 2013, pada hari Kamis 18

(12)

November 2013, pada hari Senin tanggal 23 Desember 2013.

c. Pertimbangan pemanggilan terhadap Tergugat telah dinyatakan sah dan patut, maka Pengadilan akan melanjutkan pemeriksaan perkara, dan menjatuhkan putusan dengan tanpa hadirnya Tergugat (bij verstek).

d. Mempertimbangkan tentang penguasaan SHM No.146 tanggal 04 Oktober 1966 yang terletak di Jalan Kelenteng II Padang No.

351 seluas 131 m2, di mana SHM No. 146 tersebut terdaftar atas nama Gusman Effendi Tionardi (Thio Tjoe Hoat) yang dibeli dengan menggunakan uang milik Willy Sjofyan Tionardi (Thio Tjoe Liong) orang tua Penggugat. Dan rumah tersebut telah terbakar yang mengakibatkan meninggalnya orang tua Penggugat serta musnahnya surat-surat berharga.

e. Mempertimbangkan surat gugatan Penggugat yang mendalilkan bahwa, yang menjadi pokok permasalahan adalah SHM No.

1451 tanggal 03 Februari 2010 dengan surat ukur tanggal 28 Desember 2009 seluas kurang

lebih 131 m2 yang terletak di Jalan Kelenteng II Padang atas nama Gusman Effendi Tionardi, maka Gusman Effendi haruslah dijadikan pihak dalam perkara.

Sehingga menurut majelis Hakim, gugatan Penggugat dalam perkara a quo adalah kurang pihak dan berdasarkan Yurisprudensi Mahkamah Agung no.938.K/1971 tanggal 30 September 1972 dan Yurisprudensi Mahkamah Agung no.1424.K/Sip/1975 dan tanggal 01 Juni 1976 “…… suatu Gugatan haruslah dinyatakan tidak dapat diterima apabila terdapat pihak yang seharusnya digugat tidak diikut sertakan.

C. Analisis Hukum Terhadap Proses Pengajuan Gugatan, Pemeriksaan dan Putusan Hakim Pada Perkara Perdata No.115/Pdt.G/2013/PN.Padang

1. Analisis Terhadap Pasal 119 HIR/143 RBg dalam Proses Pengajuan Gugatan

Berdasarkan Pasal 119 HIR/143 RBg yang menyatakan bahwa Ketua pengadilan negeri berkuasa memberi nasehat dan pertolongan kepada penggugat atau kepada wakilnya tentang hal memasukkan surat gugatannya.

Peraturan ini adalah amat berguna bagi orang-orang yang mencari keadilan, yang

(13)

biasanya tidak mempunyai pengetahuan tentang hukum umumnya dan tidak tahu akan pemeriksaan perkara perdata khususnya, lagi pula tidak mampu untuk membayar pertolongan seorang penasehat hukum. Peraturan ini sebenarnya bertentangan dengan larangan umum bagi Hakim dalam perkara yang telah diserahkan kepada pengadilannya, atau yang dapat diduganya akan diajukan kepadanya, dengan langsung atau tidak langsung, untuk memberi nasihat atau pertolongan kepada pihak-pihak yang berperkara atau pengacaranya, akan tetapi ternyata sesuai benar dengan jiwa Undang-undang Kekuasaan Kehakiman (Undang-undang Nomor 48/2009) pasal 4 ayat (2) yang mengatakan bahwa dalam perkara, Pengadilan membantu para pencari keadilan dan berusaha sekeras- kerasnya mengatasi segala hambatan dari rintangan untuk dapat tercapainya peradilan yang sederhana, cepat dan biaya ringan.

Berdasarkan penelitian penulis di Pengadilan Negeri Klas IA Padang, aturan Pasal 119 HIR/143 Rbg tidak efektif diterapkan oleh pengadilan. Formalitas surat gugatan yang dirumuskan oleh penggugat tidak serta merta ditegur langsung oleh hakim. Sehingga penulis memaknai, bahwa telah terjadi kelalaian yang dilakukan oleh Ketua Pengadilan Negeri Klas IA Padang,

dan kesalahan dalam memaknai Pasal 119 HIR/143 RBg yang menjadi tidak efektifnya amanat dari pasal tersebut, hal ini terlihat dari putusan yang dijatuhkan oleh majelis hakim Pengadilan Negeri Klas IA pada perkara perdata No.115/Pdt.G/2013/PN.Pdg yang diputuskan dengan amar gugatan tidak dapat diterima (Niet Ont van kelijk ver klaard), yang mana putusan NO itu seharusnya tidak terjadi, jika Ketua Pengadilan Negeri Klas IA menjalankan sesuai dengan yang diamanatkan oleh Pasal 119 HIR/143 Rbg.

Namun dari wawancara yang penulis lakukan pada tanggal 30 Desember 2014, dengan Bapak M.S Giri Basuki, S.H. salah satu hakim yang mengadili perkara ini, di Pengadilan Negeri Klas IA Padang, beliau berpendapat bahwa penafsiran tentang kewenangan pengadilan berdasarkan pasal tersebut hanya seputar informasi mengenai prosedur pengajuan gugatan atau tentang bentuk gugatan yang akan diajukan. Hal tersebut hanya terkait mengenai bagaimana proses atau mekanisme ketika ingin mengajukan gugatan di pengadilan, begitu pula pengajuan gugatan yang dibenarkan berdasarkan undang-undang dalam praktik hanya ada dua bentuk (lisan dan tulisan).

Sehingga petunjuk yang kemungkinan diberikan tidak berperan penting dalam meminimalisir lahirnya putusan negatif.

(14)

2. Analisis Terhadap Pasal 4 ayat (2) Undang- undang Kekuasaan Kehakiman

Pada Perkara Perdata

No.115/Pdt.G/2013/PN.Pdg

Ketentuan dalam Pasal 4 ayat (2) Undang-undang Kekuasaan Kehakiman memerintahkan pengadilan untuk membantu para pencari keadilan dan berusaha mengatasi segala hambatan dan rintangan untuk dapat tercapainya peradilan yang sederhana, cepat, dan biaya ringan.

Namun, dalam penyelesaian perkara perdata No.115/Pdt.G/2013/PN.Pdg di Pengadilan Negeri Klas IA Padang memerlukan waktu yang relatif lama baru kemudian dijatuhi putusan dan gugatan yang sudah dari awal harusnya dinyatakan NO, tapi tetap dilanjutkan proses persidangannya . Ini terlihat dari berita acara sidang pemeriksaan perkara dari tanggal 19 Agustus 2013 sampai dengan 7 Juli 2014, di mana acara persidangan dilakukan sebanyak 10 (sepuluh) kali proses. Di dalam proses tersebut juga diadakan acara pemanggilan pihak Tergugat melalui Relas Panggilan Pengadilan, yang mengakibatkan Penggugat harus mengeluarkan biaya yang cukup besar selama proses persidangan, yaitu sebanyak Rp. 4.001.000,-. Dari hal tersebut Penulis memaknai, bahwa putusan NO pada perkara perdata No.115/Pdt.G/2013/PN.Pdg sudah memakan waktu yang cukup lama dan biaya

yang besar, sehingga pihak yang berperkara rugi dari segi waktu dan uang.

3. Analisis Terhadap Teori Dalam Hukum Acara Perdata Perihal Gugatan NO (Niet Ontvankelijk verklaard)

Berdasarkan teori dalam hukum acara perdata, terhadap gugatan yang diputus dengan amar gugatan tidak dapat diterima, pada prinsipnya hakim tidak diperkenankan untuk memeriksa dan mempertimbangkan pokok perkara, karena pemeriksaan pokok perkara seharusnya dilakukan apabila pada saat memeriksa surat gugatan hakim menyatakan bahwa formalitas surat gugatan telah sempurna.

Namun dari uraian pertimbangan dalamPutusan No.115/Pdt.G/201/PN.Padang terlihat bahwa hakim dalam menjatuhkan putusannya telah mempertimbangkan terhadap pokok perkara dari gugatan Penggugat, hal ini dapat diketahui bahwa hakim telah memeriksa dalil bukti-bukti dari Penggugat yaitu berupa bukti surat dan bukti saksi yang dihadirkan didalam persidangan.

Mengenai hal tersebut tentu bertentangan dengan teori yang menyatakan bahwa penjatuhan putusan dengan amar yang menyatakan gugatan Niet Ontvankelijk verklaard (NO) pada prinsipnya tidak mempertimbangkan mengenai pokok perkara.

(15)

Simpulan

1. Proses Pengajuan gugatan dan pemeriksaan terhadap perkara perdata No.115/Pdt.G/2013/PN.Padang di Pengadilan Negeri Klas IA Padang dilaksanakan melalui alur perkara yang dimulai dari pengajuan gugatan, penunjukan majelis Hakim oleh ketua pengadilan, pemeriksaan di persidangan yang meliputi pembacaan gugatan oleh Penggugat, pembuktian dan kesimpulan sampai penjatuhan putusan.

2. Majelis hakim dalam putusannya telah menilai dan mempertimbangkan hal-hal yang terungkap di depan persidangan dan menjatuhkan putusan yang menyatakan gugatan tidak dapat diterima. Dasar pertimbangan yang terdapat dalam putusan telah memasuki pokok perkara dari gugatan. Majelis hakim tidak menerima gugatan Penggugat dengan alasan bahwa gugatan tersebut kabur (obscuur libel), karena kurangnya pihak yang dicantukam dalam gugatan merupakan pertimbangan hakim dalam menjatuhkan putusan negatif.

3. Putusan dengan amar gugatan tidak dapat diterima adalah kesalahan dari pihak Penggugat dalam merumuskan gugatannya juga bagian dari kelalaian oleh pihak pengadilan dalam menerapkan amanah Pasal 119 HIR/143 Rbg yang

memberi wewenang kepada Ketua Pengadilan Negeri untuk memberi nasehat dan bantuan kepada para pencari keadilan untuk mencegah adanya gugatan yang tidak sempurna. Terhadap putusan ini, proses tersebut tidak sejalan dengan asas peradilan cepat, sederhana dan biaya ringan yang juga diatur dalam Pasal 2 Ayat (4) UU Kekuasaan Kehakiman.

Saran

1. Sebaiknya pihak pengadilan dalam hal ini ketua pengadilan negeri lebih memperhatikan amanah dari Pasal 119 HIR/143 Rbg serta menerapkannya kepada setiap pencari keadilan untuk meminimalisir putusan dengan amar gugatan tidak dapat diterima.

2. Pihak penggugat dalam mengajukan gugatan pada pengadilan negeri setempat hendaknya lebih jeli dan teliti dalam merumuskan surat gugatan tersebut agar tidak mengandung cacat formil.

3. Sebaiknya dirumuskan sebuah aturan yang lebih jelas yang menerangkan mengenai kewenangan hakim untuk dapat menghentikan pemeriksaan perkara perdata di pengadilan negeri apabila majelis hakim telah meyakini bahwa surat gugatan pihak penggugat mengandung cacat formil untuk lebih menjamin penegakan dari Pasal 2 Ayat (4) UU Kekuasaan Kehakiman yang merupakan

(16)

ketegasan dari asas peradilan cepat, sederhana dan biaya ringan.

4. Setiap kuasa hukum yang diamanahkan untuk membantu para pihak dalam proses penyelesaian perkara melalui pengadilan sebaiknya tidak bertindak sebagai wakil pihak tersebut saja melainkan juga memberi pemahaman dan pengetahuan hukum kepada kliennya yang sedang berperkara.

Ucapan Terima Kasih

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada pihak-pihak yang sudah membantu penulis selama menyelesaikan skripsi. Pihak-pihak yang dengan sabar membimbing dan selalu memotivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi.

Pihak tersebut adalah: (1) Ibu As Suhaiti Arief, S.H., M.H, selaku Pembimbing I (2) Ibu Yansalzisatry, S.H., M.H, selaku Pembimbing II. Ketua Bagian Hukum Perdata Fakultas Hukum, (3) Bapak Adri, S.H., M.H, dan selaku Penguji II (4) Bapak Desmal Fajri S.Ag., M.H, selaku Penguji I, (5) Keluarga tercinta yang selalu memberi dukungan moril maupun materi. (6) serta teman-teman seperjuangan.

Daftar Pustaka A. Buku-buku

Abdulkadir Muhammad, 2000, Hukum Acara Perdata Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung.

A.Wahab Daud, 2002, H.I.R. Hukum Acara Perdata, Pusbakum, Jakarta.

As Suhaiti Arief, 2008, Hukum Acara Perdata, Bung Hatta University Press, Padang.

Bambang Sugeng dan Sujayadi, 2009, Hukum acara perdata & Dokumen Litigasi Perkara Perdata, Kencana, Surabaya.

M. Nur. Rasaid, 2008, Hukum Acara Perdata, Sinar Grafika, Jakarta.

M. Yahya Harahap, 2011, Hukum Acara Perdata tentang Gugatan,Persidangan, Penyitaan, Pembuktian, dan Putusan Pengadilan, Sinar Grafika, Jakarta.

Riduan Syahrani, 2004, Buku Materi Dasar Hukum Acara Perdata, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung.

Rimdan, Kekuasaan Kehakiman Pasca- Amandemen Konstitusi, Kencana, Jakarta.

R. Soeroso, 2010, Hukum Acara Perdata Lengkap, Sinar Grafika, Jakarta.

Soepomo, 2002, Hukum Acara Perdata pengadilan Negeri, Pradnya Paramita, Jakarta.

Sudikno Mertokusumo, 2006, Hukum Acara Perdata Indonesia, Liberty, Yogyakarta.

Peraturan Perundang-undangan

Herzien Inlandsch Reglement

(HIR)/Rechtsreglement Buitengewesten (RBg).

Reglement op de Burgerlijke Reshtsvordering (Rv).

Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman.

(17)

Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat.

Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004 dan diubah lagi dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009 tentang Mahkamah Agung.

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1986 yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2004 dan diubah lagi dengan Undang-Undang Nomor 49 Tahun 2009 tentang Peradilan Umum.

Peraturan Mahkamah Agung No 1 Tahun 2008 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan.

Website :

http://www.hukumacaraperdata.com/2012/0 4/10/Tiar-Ramon,S.H.prosedur-pengajuan- gugatan-pada-pengadilan-negeri/.

www.hukumonline.com www.duniahukum.com

Referensi

Dokumen terkait

Analisis Scientific Reasoning Dalam Penerapan Pendekatan Levels Of Inquirypada Pokok Bahasan Optik.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

KEPADA PENGENDARA MOBIL YANG HANYA INGIN MELALUI KOTA JOGJA DIHIMBAU TIDAK MASUK KE DALAM KOTA// SEBAIKNYA MELALUI JALAN. LIGKAR ATAU JALUR

yang kasar dapat menyebabkan perubahan warna dari bahan basis gigi tiruan, menjadi.. sumber ketidaknyamanan kepada pasien dan juga dapat

‛‛ Verba Gerakan Bukan Agentif Bahasa Jawa: Tinjauan Metabahasa Semantik Alami”.. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa.Yogyakarta: Duta Wacana

MFLOPS, merupakan sebuah pengujian dengan melibatkan operasi matematis (integer dan real) dengan operator penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian yang dapat dikerjakan

Selanjutnya denyut ini dijungkirkan (menjadi logika 1) oleh N8 dan dipakai untuk mengaktifkan jalan masuk STROBE dari pencacah digit, sehingga denyut-denyut dari isyarat akan diukur

The reason for adding the confirmation early disaster warning messages method in the dissemination process is to provide up-to-date official information about the

[r]