PENGARUH FRAUD TRIANGLE TERHADAP KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN PADA PERUSAHAAN SUB SEKTOR PROPERTI DAN REAL ESTATE YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) PERIODE 2015-2018
Salsabila Budi Yukiko Hoshibikari 1 Fx. Aji Sukarno 2
Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma
Abstract : The financial report is a measure of the efficiency and effectiveness of a company's performance and is a means of company communication regarding data and financial conditions or company operational activities to users of financial information. A financial report should be made relevant and reliable so that fraud can be minimized and the information can be trusted by interested parties. Frauds committed by companies to manipulate financial reports are often referred to as fraud, and the fraudulent financial reporting practice in itself is better known as fraudulent financial reporting. This study aims to analyze the significant influence between financial stability, external pressure, financial targets,
The results showed that the variables that had a partial effect on fraudulent financial statements were external pressure and effective monitoring. while the variables that did not have a partial effect were financial stability, financial target, and auditor switch.
Keywords: Fraud Triangle, Financial Statement Fraud
Abstrak : Laporan keuangan merupakan tolak ukur dari efisiensi dan efektifitas kinerja suatu perusahaan dan merupakan alat komunikasi perusahaan mengenai data dan kondisi keuangan atau aktivitas operasional perusahaan kepada para pengguna informasi keuangan. Sebuah laporan keuangan seharusnya dibuat secara relevan dan reliable sehingga tindak kecurangan dapat diminimalisir dan informasinya dapat dipercaya oleh pihak yang berkepentingan.
Kecurangan-kecurangan yang dilakukan perusahaan untuk memanipulasi laporan keuangan sering disebut dengan fraud, dan praktik kecurangan pelaporan keuangan itu tersendiri lebih dikenal dengan fraudulent financial reporting. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh yang signifikan antara financial stability, external pressure, financial target, ineffective monitoring dan auditor switch secara parsial dan simultan terhadap kecurangan laporan keuangan pada perusahaan sub sektor property dan real estate tahun 2015-2018.
Hasil penelitian menunjukan bahwa Variabel yang memiliki pengaruh secara parsial terhadap kecurangan laporan keuangan yaitu external pressure dan ineffective monitoring.
sedangkan variabel yang tidak memiliki pengaruh secara parsial yaitu financial stability, financial target, dan auditor switch.
Kata Kunci : Fraud Triangle, Kecurangan Laporan Keuangan PENDAHULUAN
Laporan keuangan merupakan tolak ukur dari efisiensi dan efektifitas kinerja suatu perusahaan dan merupakan alat komunikasi perusahaan mengenai data dan kondisi keuangan atau aktivitas operasional
perusahaan kepada para pengguna informasi keuangan. Pedoman Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 1 menjelaskan mengenai tujuan laporan keuangan yaitu menyediakan informasi
yang berguna bagi para investor dan kreditor yang sudah ada maupun para investor dan kreditor potensial dalam membuat suatu keputusan yang rasional mengenai investasi, kredit, serta keputusan lain yang sejenis. Sebuah laporan keuangan seharusnya dibuat secara relevan dan reliable sehingga tindak kecurangan dapat diminimalisir dan informasinya dapat dipercaya oleh pihak yang berkepentingan.
Namun, pada praktiknya masih banyak kecurangan yang terjadi pada laporan keuangan. Kecurangan ini terjadi akibat dari keinginan sebuah perusahaan untuk mendapatkan kesan yang baik dari berbagai pihak terutama pada investor agar sahamnya tetap diminati sehingga laporan keuanganya tidak disajikan dengan semestinya dan tidak sesuai pada kondisi perusahaan yang sesungguhnya dan pada akhirnya akan merugikan pihak yang menggunakan laporan keuangan.
Kecurangan-kecurangan yang dilakukan perusahaan untuk memanipulasi laporan keuangan sering disebut dengan fraud, dan praktik kecurangan pelaporan keuangan itu tersendiri lebih dikenal dengan fraudulent financial reporting.
Kecurangan pelaporan keuangan merupakan suatu usaha yang dilakukan dengan sengaja oleh perusahaan untuk mengecoh dan menyesatkan para pengguna laporan keuangan, terutama investor dan
kreditor, dengan menyajikan dan merekayasa nilai material dari laporan keuangan (Kennedy, 2014). Dalam Report to the National on Occupation Fraud and Abuse tahun 2016 yang dikeluarkan oleh Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) mengungkapkan bahwa terdapat 78,9 % kasus kecurangan yang meliputi korupsi, penyalahgunaan aktiva, dan kecurangan laporan keuangan baik yang terjadi dalam sektor swasta maupun sektor pemerintah di Indonesia. Pada dasarnya, fraud tidak akan muncul jika seseorang memiliki kemampuan disertai dengan kontrol diri yang baik. Saat ini kasus kecurangan di Indonesia yang perlu menjadi perhatian salah satunya adalah dari sektor properti dan real estate. Peneliti memilih perusahaan properti dan real estate dikarenakan semakin banyaknya pengembang proyek yang membangun berbagai macam hunian seperti, perumahan, kawasan apartemen dan lain sebagainya. Semakin berkembangnya suatu sektor, seperti sektor properti dan real estate mendorong adanya kemungkinan terjadi kecurangan.
Menurut ketua Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia menyatakan terjadi peningkatan pada pengaduan kasus hukum sektor properti oleh konsumen ke Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia, dan kasus pada sektor ini telah berada diurutan kedua
setelah sektor keuangan dan perbankan (Kompas, 2015). Berdasarkan data Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia terdapat 157 kasus pengaduan sektor properti yang ditujukan kepada sekitar 100 pengembang. Dari keseluruhan kasus terdapat 17 jenis keluhan, seperti pengembalian dana yang tidak segera diselesaikan, penjadwalan ulang cicilan dan perbedaan kualitas, spesifikasi dan desain tata letak bangunan , dan keluhan lainnya.
Dalam rangka memberikan solusi terhadap kelemahan dalam prosedur pendeteksian kecurangan di dunia, American Institute Certified Public Accountant (AICPA) menerbitkan Statement Of Auditing Standart No.99 (SAS No.99) mengenai Consideration Of Fraud In a Financial Statement Audit pada Oktober 2002. Tujuan dikeluarkan SAS N0.99 adalah untuk meningkatkan
efektivitas auditor dalam mendeteksi kecurangan dengan menilai pada faktor risiko kecurangan perusahaan. Faktor risiko kecurangan yang diadopsi dalam SAS No.99 didasarkan pada teori faktor risiko kecurangan cresssey (1953). Dalam standar tersebut terdapat ilustrasi faktor kecurangan atau yang disebut fraud triangle.
Dalam fraud triangle terdapat beberapa kategori dari faktor-faktor fraud triangle. Di mana terdapat 4 kategori dari faktor tekanan (pressure) menurut SAS No. 4, yaitu financial stability, external pressure, personal financial need, dan financial target. Selain itu juga terdapat 3 kategori dari faktor peluang/kesempatan (opportunity), yaitu nature of industry, ineffective monitoring, dan organizational structure. Dan faktor terakhir adalah faktor rasionalisasi (rationalization) yaitu rasionalisasi (rationalization.
KAJIAN TEORI
Teori Keagenan (Agency Theory)
Teori keagenan menyatakan bahwa hubungan keagenan merupakan sebuah persetujuan di antara dua pihak, yaitu prinsipel (pemilik) dan agen (manajemen), dimana prinsipel memberikan wewenang kepada agen untuk mengambil keputusan atas nama prinsipel (Jensen, 1976). Dalam teori keagenan, terdapat perbedaan kepentingan antara agen dengan prinsipel,
sehingga mungkin saja pihak manajemen tidak selalu melakukan tindakan yang terbaik bagi kepentingan pemilik. Jensen juga menjelaskan bahwa teori keagenan merupakan cabang dari game theory yang mempelajari suatu model kontraktual yang mendorong agen untuk bertindak sesuatu kepada prinsipel saat kepentingan agen bertentangan dengan kepentingan prinsipel.
Prinsipel mendelegasikan
pertanggungjawaban atas pengembalian keputusan kepada agen, dimana wewenang dan tanggungjawab agen maupun prinsipel diatur dalam kontrak kerja atas persetujuan bersama.
Manajemen Laba (Earning Management)
Manajemen laba, menurut Sulistyanto (2008) adalah upaya manajer dalam mempengaruhi informasi laporan keuangan sehingga dapat mengelabuhi para stakeholder. Manajemen laba adalah hasil campur tangan manajemen dalam penyusunan laporan keuangan sehingga dengan demikian akan meningkatkan laba yang menguntungkan manajemen atau perusahaan (Saputro &
Setiawati, 2004). Manajemen laba menurut Rahmawati dkk (2006) merupakan investasi dari tujuan tertentu untuk mendapatkan keuntungan privat. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa manajemen laba adalah hasil campur tangan manajemen dalam mengelola
laporan keuangan dengan tujuan mengelabuhi
para stakeholder untuk menguntungkan diri sendiri maupun perusahaan
Teori Segitiga Kecurangan (Fraud Triangle)
Dalam penelitian Hendra dkk. (2014), dijelaskan bahwa Fraud triangle adalah sebuah teori yang dikemukakan oleh Donald R. Cressey setelah melakukan penelitian untuk tesis doktornya pada tahun 1950. Sihombing (2014) dalam penelitiannya juga menyebutkan bahwa fraud triangle merupakan salah satu konsep dasar dari pencegahan dan pendeteksian kecurangan (fraud). Fraud triangle menjelaskan mengapa seseorang melakukan kecurangan. Teori ini juga didukung oleh Hunton dkk. (2004) dalam penelitian Tugas (2014) yang mengatakan bahwa penipuan atau fraud terjadi sebagai akibat dari interaksi antara tiga faktor, yaitu kesempatan, insentif atau tekanan, dan sikap atau rasionalisasi.
Gambar 1 Skema Fraud Triangle
Tekanan (pressure) memiliki berbagai arti, yaitu keadaan di mana seseorang merasa ditekan/ tertekan dan kondisi yang berat saat seseorang menghadapi kesulitan.
Kedua arti ini menunjukkan bahwa pressure dapat menjadi motivasi bagi seseorang dalam melakukan tindakan.
Menurut SAS No.99, terdapat empat jenis kondisi yang umum terjadi pada pressure yang dapat mengakibatkan kecurangan.
Kondisi tersebut adalah financial stability, external pressure, personal financial need, dan financial targets.
Financial stability merupakan keadaan yang menggambarkan kondisi keuangan perusahaan pada kondisi stabil. Kondisi keuangan perusahaan dikatakan stabil apabila perusahaan dapat mencukupi kebutuhan rutin saat ini, kebutuhan yang akan datang, hingga kebutuhan yang sifatnya mendadak/tiba-tiba sekalipun.
Ketika suatu perusahaan berada dalam kondisi stabil maka nilai perusahaan akan naik dalam pandangan investor, kreditur dan publik. Oleh karena itu manajer akan melakukan berbagai cara agar financial stability perusahaan terlihat stabil. Menurut SAS No. 99, manajer menghadapi tekanan untuk melakukan kecurangan ketika stabilitas keuangan atau profitabilitas
terancam oleh keadaan ekonomi, industri, dan situasi entitas yang beroperasi (Skousen et al., 2009).
H1 : Financial stability secara parsial berpengaruh positif terhadap Kecurangan Laporan Keuangan.
External Pressure merupakan tekanan yang berlebihan bagi manajemen untuk memenuhi persyaratan atau harapan dari pihak ketiga. Skousen et al., (2009) menjelaskan bahwa manajer mungkin merasa bahwa tekanan sebagai salah satu cara untuk memperoleh tambahan utang atau pembiayaan ekuitas agar tetap kompetitif. Apabila perusahaan memiliki rasio leverage yang tinggi maka perusahaan tersebut memiliki hutang yang besar dan menghadapi risiko kredit yang juga tinggi.
Timbulnya hutang dalam suatu perusahaan seringkali menyebabkan manajemen untuk melaporkan profitabilitas yang tinggi.
Sehingga tidak jarang perusahaan melakukan kecurangan pelaporan keuangan dengan cara menaikkan laba yang diperolehnya.
Penelitian yang dilakukan oleh Annisa Rachmania (2017) dan Yulio Zahro, Nur Diana, dan M. Cholid (2018) yang
menyatakan bahwa external pressure yang diproksikan dengan LEV berpengaruh positif signifikan terhadap potensi kecurangan laporan keuangan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi nilai leverage ratio, berarti semakin tinggi utang yang dimiliki perusahaan, maka potensi kecurangan laporan keuangan yang dilakukan oleh manajemen juga semakin meningkat.
H2 : External pressure secara parsial berpengaruh positif terhadap Kecurangan Laporan Keuangan.
Financial targets merupakan tekanan berlebihan pada manajemen untuk mencapai target keuangan yang direncanakan oleh direksi atau manajemen.
Skousen dkk. (2008) mengatakan Return on total aset (ROA) adalah ukuran kinerja operasional secara luas digunakan untuk menunjukkan seberapa efisien aset telah digunakan. Hal ini didukung oleh Kasmir (2013:202) yang mengatakan ROA adalah rasio yang menunjukan hasil (return) atas jumlah yang digunakan perusahaan. ROA aktual yang telah dicapai tahun sebelumnya akan digunakan manajemen untuk menetapkan target keuangan pada tahun- tahun berikutnya Sehingga ROA dapat digunakan dalam menilai kinerja manajemen. Oleh karena itu, ROA
digunakan sebagai proksi variabel financial target.
Penelitian Yulio Zahro, Nur Diana, dan M. Cholid (2018) dan Wahyuni dan Giedeon (2018) mengatakan bahwa financial target yang diproksikan dengan ROA tidak berpengaruh terhadap fianancial statement fraud. Sedangkan menurut Muhammad Nauval (2018) dan Annisa Rachmania (2017) ROA memiliki pengaruh positif signifikan terhadap potensi kecurangan laporan keuangan.
Semakin tinggi target ROA dalam suatu perusahaan, maka potensi kecurangan laporan keuangan juga akan meningkat.
Jika target ROA tinggi, manajemen akan berusahaa untuk mencapai target yang telah ditetapkan. Ketika ROA perusahaan menunjukkan nilai rendah hal itu memungkinkan manajemen untuk memanipulasi laporan keuangan dengan cara meninggikan laba yang ada.
H3 : Financial Target secara parsial berpengaruh positif terhadap Kecurangan Laporan Keuangan Opportunity (Peluang) merupakan situasi atau kondisi yang memungkinkan terjadinya kecurangan. Peluang terjadi karena adanya kelemahan pengendalian internal, ketidakefektifan pengawasan manajemen, atau penyalahgunaan posisi atau otoritas. SAS No.99 menyebutkan
bahwa peluang pada kecurangan laporan keuangan dapat terjadi pada tiga kategori kondisi. Kondisi tersebut adalah nature of industry, ineffective monitoring, dan organizational structure.
Ineffective monitoring merupakan suatu pengawasan yang lemah sehingga memberi kesempatan kepada manajer untuk berperilaku menyimpang atau melakukan kecurangan. SAS No.99 menyatakan hal tersebut dapat terjadi terjadi karena adanya dominasi manajemen oleh satu orang atau kelompok kecil, tanpa kompensasi, tidak efektifnya pengawasan dewan direksi dan komite audit atas proses pelaporan keuangan dan pengendalian internal dan sejenisnya.
Pernyataan tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan Prisca Kusumawardhani (2015) yang menyatakan ketidakefekifan pengawasan berpengartuh terhadap kecurangan laporan keuangan
H4 : Ineffective Monitoring secara parsial berpengaruh positif terhadap Kecurangan Laporan Keuangan.
Rasionalisasi adalah sikap yang memperbolehkan seseorang melakukan kecurangan, dan menganggap tindakannya tersebut tidaklah salah. Mereka yang terlibat dalam penipuan laporan keuangan mampu merasionalisasi tindakan penipuan secara konsisten dengan kode etik mereka (Suyanto, 2009).
Menurut Annisa Rachmania (2017) menunjukkan bahwa pergantian auditor tidak berpengaruh terhadap kecurangan pelaporan keuangan.
H5 : Auditor switch secara parsial berpengaruh positif terhadap Kecurangan Laporan Keuangan.
METODE
Penelitian ini menggunakan populasi sebanyak 48 perusahaan sub sektor Property dan Real Estate yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia selama periode 2015-2018. Dengan menggunakan teknik purposive sampling berdasarkan kriteria, diperoleh sampel penelitian sejumlah 92.
Data dikumpulkan dengan menggunakan
metode dokumentasi dengan mengunduh secara langsung data pada laporan keuangan tahunan perusahaan sektor property dan real estate yang diperoleh dari situs resmi Bursa Efek Indonesia (https://www.idx.co.id), web resmi saham ok (https://www.sahamok.com), dan Web masing-masing perusahaan.
Variabel Dependen. Penelitian ini menggunakan variabel dependen yaitu kecurangan laporan keuangan yang diproksikan dengan manajemen laba.
Manajemen laba (DACC) diukur melalui discretionary accrual yang dihitung dengan cara menyelisihkan total accruals (TACC) dan nondiscretionary accruals (NDACC).
Discretionary accruals (DACC) merupakan tingkat akrual yang tidak normal yang berasal dari kebijakan manajemen untuk melakukan rekayasa terhadap laba sesuai dengan yang mereka inginkan. Dalam menghitung DACC, digunakan Modified Jones Model. Model Modified Jones dianggap dapat mendeteksi manajemen laba yang lebih baik dibandingkan dengan model- model yang lain, sejalan dengan penelitian Dechow et al. (1995). Model ini menggunakan total accrual (TACC) yang diklasifikasikan menjadi komponen discretionary accrual (DACC) dan nondiscretionary accrual (NDACC), yang dirumuskan sebagai berikut:
TACCit = NDACCit + DACCit Langkah pertama dengan menghitung nilai TACC, yaitu:
TACCit = Laba Bersih – Arus Kas Operasi
Selanjutnya, menghitung estimasi discretionary accruals dengan
menggunakan Model Jones (1991), yang diestimasi dengan persamaan regresi berikut ini:
TACCit/Ait-1= α1(1/Ait-1) + α2[(∆REVit)/Ait-1] + α3(PPEit/Ait-1) + εit
Untuk mencari nilai nondiscretionary accrual (NDACC), maka digunakan rumus Jones (1991) yang dimodifikasi Dechow dkk. (1995), yaitu:
NDACCit=α1(1/Ait-1)+α2[(∆REVit-
∆RECit)/Ait-1]+α3(PPEit/Ait-1)
selanjutnya, discretionary accrual (DACC) dapat dihitung dengan cara sebagai berikut:
DACCit = TACCit - NDACCit
Keterangan : TACCit = Total accrual perusahaan I pada periode t, NDACCit = nilai nondiscretionary accrual pada perusahaan i periode t, DACCit = nilai discretionary accruals perusahaan i periode t, Ait-1= total aset perusahaan i pada periode t-1, ∆REVit= perubahan penjualan bersih perusahaan i pada periode t, PPEit = gross property, plant, and equipment perusahaan i pada periode t, it = error, ∆RECit = perubahan piutang bersih perusahaan i pada periode t, α1, α2, α3 = nilai koefisien yang diperoleh dari hasil regresi
Variabel independent. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah financial stability (ACHANGE), external pressure (LEVERAGE), financial targets (ROA), ineffective monitoring (BDOUT), dan auditor switch (AUDCHANGE).
1. Financial Stability
Stabilitas keuangan diproksikan dengan ACHANGE, yang dihitung dengan rumus:
ACHANGE = (𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑨𝒔𝒆𝒕 𝒕−𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑨𝒔𝒆𝒕 (𝒕−𝟏) 𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑨𝒔𝒆𝒕 (𝒕−𝟏)
2. External Pressure
External Pressure diproksikan dengan LEVERAGE, yang dihitung dengan rumus:
LEVERAGE = 𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑯𝒖𝒕𝒂𝒏𝒈 𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑨𝒔𝒆𝒕
3. Financial Target
Financial Target diproksikan dengan Return On Asset (ROA), yang dihitung dengan rumus:
ROA = 𝑳𝒂𝒃𝒂 𝑩𝒆𝒓𝒔𝒊𝒉 𝒕 𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑨𝒔𝒆𝒕 𝒕
4. Ineffective Monitoring
Ineffective Monitoring diproksikan dengan BDOUT, yang dihitung dengan rumus:
BDOUT =
𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒅𝒆𝒘𝒂𝒏 𝒌𝒐𝒎𝒊𝒔𝒂𝒓𝒊𝒔 𝒊𝒏𝒅𝒆𝒑𝒆𝒏𝒅𝒆𝒏 𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒕𝒐𝒕𝒂𝒍 𝒅𝒆𝒘𝒂𝒏 𝒌𝒐𝒎𝒊𝒔𝒂𝒓𝒊𝒔
5. Auditor Switch
Auditor Switch diproksikan dengan AUDCHANGE, yang diukur dengan:
AUDCHANGE =
Perusahaan melakukan pergantian auditor eksternal = 1
Perusahaan tidak melakukan pergantian auditor eksternal = 0
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Data. Penelitian terhadap 92 sample perusahaan sub sektor Propoerty dan Real Estate di Bursa Efek Indonesia pada periode tahun 2015-2018, sebelumnya telah memenuhi uji asumsi klasik seperti Uji normalitas, multikolinieritas, autokorelasi, dan heteroskedastisitas.
Berdasarkan analisis regresi berganda menunjukkan hasil seperti Tabel 1.
Financial stability. Berdasarkan hasil hipotesis pertama menyatakan bahwa financial stability memiliki pengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan dengan nilai Sig. Sebesar 0,088 > 0,05.
Sehingga H1 menyatakan bahwa financial stability berpengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan ditolak. Financial stability yang diproksikan dengan ACHANGE tidak terbukti berpengaruh
terhadap kecurangan laporan keuangan.
Besar atau kecilnya aset yang dimiliki perusahaan dapat menggambarkan ukuran suatu perusahaan. Besar kecilnya aset perusahaan juga dapat mengukur kondisi perusahaan, apakah perusahaan tersebut sedang stabil atau dalam kondisi yang buruk. Dalam kasus ini financial stability terbukti tidak berpengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan pada perusahaan sample sub sektor property dan real estate dikarenakan perusahaan sampel ini mempunyai tingkat pengawasan sangat baik terhadap kestabilan keuangannya yang dilakukan oleh dewan komisaris untuk memonitor dan mengendalikan
tindakan manajemen yang
bertangungjawab langsung terhadap fungsi bisnis seperti keuangan, sehingga walaupun manajemen mengalami tekanan ketika
stabilitas keuangan terancam oleh keadaan ekonomi, industri atau situasi lainnya tidak akan mempengaruhi terjadi kecurangan laporan keuangan. Hal ini terbukti dari semua perusahaan sample memiliki dewan komisaris dan dewan komisaris independent. Selain itu, nilai pertumbuhan aset di perusahaan menunjukan nilai pertumbuhan yang sebenarnya, sehingga bukan karena adanya manipulasi. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Annisa Rachmania (2017) pada perusahaan makanan dan minuman periode 2013-2015, Muhammad Nauval (2018) pada perusahaan yang terdaftar di BEI periode 2009-2013, Wahyuni dan Giedeon (2018) pada perusahaan manufaktur periode 2012-2014, Rowland Bismark Fernando Pasaribu (2018) pada perusahaan manufaktur Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) .127 .044 2.910 .005
ACHANGE .153 .088 .177 1.726 .088
LEVERAGE .125 .056 .235 2.230 .028
ROA -.041 .240 -.018 -.171 .865
BDOUT -.241 .082 -.294 -2.930 .004
AUDCHANGE .034 .029 .126 1.151 .253
a. Dependent Variable: DACC
periode 2016-2018, Langgeng Prayitno Utomo (2018) pada perusahaan manufaktur, Mukhlis Eko (2017) pada perusahaan manufaktur periode 2012-2014, Tri Muliana Dewi Mekarsari (2018) pada perusahaan manufaktur periode 2014-2016, Ni Nyoman Ayu Suryandari dan Anak Agung Dwi Widyani (2014) pada perusahaan manufaktur periode 2010- 2012, dan Arie Winda Yulia dan Basuki (2016) pada perusahaan manufaktur periode 2014-2016 yang menyatakan bahwa financial stability tidak berpengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan.
External pressure. Berdasarkan hasil hipotesis pertama menyatakan bahwa external pressure memiliki pengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan dengan nilai Sig. 0,028 < 0,005. Sehingga H2 menyatakan bahwa eksternal pressure yang diproksikan dengan LEVERAGE terbukti berpengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan pada perusahaan sample sub sektor property dan real estate. Artinya semakin besar tekanan dari pihak eksternal maka akan meningkatkan potensi manajemen untuk melakukan kecurangan laporan keuangan. Untuk mendapatkan tambahan pembiayaan, investor dan kreditur akan mempertimbangkan tingkat leverage yang mampu dihasilkan oleh sebuah perusahaan. Semakin tinggi leverage maka resiko tidak terbayar hutang
akan semakin tinggi yang tentu saja membuat investor dan kreditur tidak menyukainya. Jika memiliki leverage yang tinggi perusahaan cenderung menyembunyikannya dan berujung memanipulasi laporan keuangan yang artinya membuat kecurangan pada laporan keuangan. Hal ini dibuktikan dari hampir seluruh perusahaan sample memiliki nilai leverage yang tinggi. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Annisa Rachmania (2017) pada Perusahaan Makanan dan Minuman periode 2013-2015, Yulio Zahro, Nur Diana, dan M. Cholid (2018) pada Perusahaan Manufaktur, Laila Tiffani dan Marfuah (2015) pada Perusahaan Manufaktur, I Gusti Oka, I Wayan, I Dewa (2018) pada perusahaan non keuangan periode 2012-2014, Martantya Maudy Rahmanti (2013) pada Perusahaan Yang Mendapat Sanksi Dari Bapepam Periode 2002-2006, dan Atia Rahma Nabila (2013) pada Perusahaan Manufaktur periode 2010- 2011 yang menyatakan bahwa eksternal pressure berpengaruh terhadap terjadinya kecurangan laporan keuangan.
Financial target. Berdasarkan hasil uji hipotesis diperoleh nilai Sig. 0,865 > 0,005.
Hal ini berarti H3 yang menyatakan bahwa financial target berpengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan ditolak.
financial target yang diproyeksikan dengan
Return On Assets (ROA) tidak berpengaruh untuk mendeteksi kecurangan laporan keuangan pada perusahaan sample sub sektor property dan real estate. Financial target merupakan tekanan berlebihan yang didapatkan oleh manajemen untuk mencapai target yang ditentukan oleh pihak direksi maupun manajemen itu sendiri.
ROA digunakan untuk mengukur perkembangan perusahaan dalam menghasilkan laba masa lalu dan kemudian diproyeksikan kembali ke masa depan dan dapat digunakan untuk melihat kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba di masa yang akan datang. Selain itu, ROA dapat menunjukkan seberapa efisien aktiva telah bekerja dengan melakukan perbandingan laba terhadap jumlah aktiva.
Berdasarkan hasil hipotesis yang menyatakan bahwa financial target yang diproyeksikan dengan Return On Assets (ROA) tidak berpengaruh untuk mendeteksi kecurangan laporan keuangan, sehingga hal ini mengindikasikan bahwa semakin besar atau semakin kecilnya tingkat ROA yang akan ditargetkan oleh perusahaan guna memenuhi target keuangan perusahaan tidak mempengaruhi manajemen untuk melakukan kecurangan pelaporan keuangan. Tidak terbuktinya ROA untuk mempengaruhi laporan kecurangan laporan keuangan dikarenakan bagi investor untuk menilai kinerja sebuah perusahaan tidak cukup dengan ROA,
meskipun ROA dapat digunakan untuk mengukur kinerja sebuah perusahaan dalam memperoleh keuntungan dari penggunaan aset yang dimiliki. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wahyuni dan Giedeon (2018) pada perusahaan manufaktur periode 2012-2014, Muhammad Nauval (2018) pada perusahaan yang terdaftar di BEI periode 2009-2013, Yulio Zahro, Nur Diana, dan M. Cholid (2018) pada Perusahaan Manufaktur, I Gusti Oka, I Wayan, I Dewa (2018) pada perusahaan non keuangan periode 2012-2014, Mukhlis Eko (2017) pada perusahaan manufaktur periode 2012- 2014, dan Tri Muliana Dewi Mekarsari (2018) pada perusahaan manufaktur periode 2014-2016 yang menyatakan bahwa financial target tidak berpengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan.
Ineffective monitoring. Pengujian hipotesis menunjukkan bahwa ineffective monitoring yang diukur dengan rasio dewan komisaris independen atau BDOUT memiliki nilai Sig. 0,004 < 0,005 yang berarti ineffective monitoring berpengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan pada perusahaan sample sub sektor property dan real estate yang menunjukkan H4 diterima. Hal tersebut terjadi karena tindakan kecurangan laporan keuangan dapat diminimalisir dengan mekanisme monitoring yang baik. Tugas dewan
komisaris adalah menjamin terlaksananya strategi perusahaan dan mengawasi manajemen, serta mewajibkan terlaksananya akuntabilitas. Apabila dewan komisaris tidak mampu melakukan pengawasan dengan baik atau efektif maka dapat membuka peluang terjadinya kecurangan oleh manajemen. Hal ini dimungkinkan bahwa penempatan atau penambahan anggota dewan komisaris independent dimungkinkan hanya sekedar memenuhi ketentuan formal dari BEI yang mewajibkan adanya komisaris independent sekurang-kurangnya 30% dari jumlah komisaris yang ada. Hal ini dapat dilihat, seluruh perusahaan sample memiliki dewan komisaris namun tidak menjamin perusaahan tersebut tidak melakukan kecurangan laporan keuangan. Mungkin kurangnya pengawasan dari dewan komisaris sehingga menjadi celah untuk melakukan kecurangan. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Prisca Kusumawardhani (2015) pada Perusahaan perbankan dan Langgeng Prayitno Utomo (2018) pada perusahaan manufaktur, yang menyatakan ketidakefekifan pengawasan berpengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan.
Auditor switching. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis kelima menunjukkan bahwa Auditor switching yang diproksikan pada AUDCHANGE tidak memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap kecurangan laporan keuangan pada perusahaan sample sub sektor property dan real estate dengan nilai Sig. 0,253 > 0,05 maka H5 ditolak. Pergantian auditor tidak selalu berkaitan dengan adanya jejak kecurangan pada suatu perusahaan tetapi masih ada hal lain mengapa dilakukannya pergantian auditor oleh klien mereka. Salah satu alasannya adalah perusahaan ingin mendapatkan auditor yang lebih efisien serta memiliki keahlian sesuai dengan bidang industri perusahaan. Selain itu, tidak adanya kecocokan antara pihak internal perusahaan dan auditor independen dalam menentukan metode akuntansi yang tepat dan tidak melanggar standar akuntasi yang berlaku sekarang juga dapat memicu terjadinya pergantian auditor. Alasan lainnya adalah dikarenakan perusahaan ingin menaati peraturan yang berlaku di Indonesia yaitu Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor 17/PMK.01/2008 pasal 3 ayat 1 yang menyebutkan bahwa jasa audit umum pada laporan keuangan dari sebuah entitas paling lama dilakukan selama 5 tahun berturt-turut untuk Kantor Akuntan Publik (KAP) dan 3 tahun berturut-turut untuk auditor yang sama atas klien yang sama. Hal ini terjadi pada perusahaan sample, 7 diantaranya dalam kurun waktu 2015-2018 terjadi pergantian auditor dan 16 lainnya tidak terjadi pergantian auditor. Penelitian ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Nauval (2018) pada perusahaan yang terdaftar di BEI periode 2009-2013 dan Rowland Bismark Fernando Pasaribu (2018) pada perusahaan
manufaktur periode 2016-2018, yang menyatakan bahwa auditor switch tidak berpengaruh pada kecurangan laporan keuangan.
PENUTUP
Kesimpulan. (1) Variabel yang memiliki pengaruh secara parsial terhadap kecurangan laporan keuangan yaitu external pressure dan ineffective monitoring. sedangkan variabel yang tidak memiliki pengaruh secara parsial yaitu financial stability, financial target, dan auditor switch. (2) Variabel financial stability, external pressure, financial target, ineffective monitoring dan auditor switch secara Simultan memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap kecurangan laporan keuangan.
Saran. (1) Untuk penelitian berikutnya disarankan untuk menambah lebih banyak jumlah Semple yang digunakan dalam penelitian selanjutnya. (2) Menambah jumlah periode Rentang waktu dan menambah variabel dalam penelitian yang digunakan.
DAFTAR RUJUKAN
Ardiyani, S., & Utaminingsih, N. S. (2015). Analisis determinan financial statement melalui pendekatan fraud triangle. Accounting Analysis Journal, 4(1).
Haryono, M. E. (2017). Analisis Fraud Triangle Dalam Mendeteksi Financial Statement Fraud (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2012- 2014) (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta).
Kasmir.2015.Analisis Laporan Keuangan.Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada
Mardianto, M., & Tiono, C. (2019). Analisis pengaruh fraud triangle dalam mendeteksi kecurangan laporan keuangan. Jurnal Benefita: Ekonomi Pembangunan, Manajemen Bisnis & Akuntansi, 4(1), 87-103.
MEKARSARI, T. M. D., & Sugiyanto, E. (2018). Analisis Fraud Triangle Dalam Mendeteksi Financial Statement Fraud (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 20142016) (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta).
Nabila, A. R., & HARYANTO, H. (2013). Deteksi Kecurangan Laporan Keuangan dalam Perspektif Fraud Triangle (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 20102011) (Doctoral dissertation, Fakultas Ekonomika dan Bisnis).
Pasaribu, R. B. F., & Kharisma, A. (2018). Fraud laporan keuangan dalam perspektif fraud triangle.
Jurnal Riset Akuntansi dan Keuangan, 14(1), 5365.
Rachmania, A., Slamet, B., & Iryani, L. D. (2017). Analisis pengaruh fraud triangle terhadap kecurangan laporan keuangan pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia periode 2013-2015. Jurnal Online Mahasiswa (JOM) Bidang Akuntansi, 2(2).
Rahmanti, M. M. (2013). Pendeteksian Kecurangan Laporan Keuangan Melalui
Faktor Risiko Tekanan dan Peluang (Studi Kasus pada Perusahaan yang Mendapat Sanksi dari Bapepam Periode 2002-2006). Diponegoro Journal of Accounting, 700-711.
Saebani & Sutisna.2018.Metode Penelitian.Bandung : CV Pustaka Setia
Siti, H., & Sugeng, P. (2018). Deteksi Financial Statement Fraud Dengan Analisis Fraud Triangle.
Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi (JIRA), 7(1).
Sukirman, S., & Sari, M. P. (2013). Model deteksi kecurangan berbasis fraud triangle. Jurnal Akuntansi dan Auditing, 9(2), 199-225.
Suryandari, N. N. A., & Widyani, A. A. D. (2018). Financial Statement Fraud Dalam Perspektif Fraud Triangle. Sekolah Tinggi Ilmu (STIE) Ekonomi Triatma Mulya, 20(2), 111-126.
Susianti, N. K., & Yasa, I. B. (2015). Pengaruh Variabel Fraud Triangle Terhadap Financial Statement Fraud Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Valid, 12(4), 417-428.
Tiffani, L., & Marfuah, M. (2015). Deteksi financial statement fraud dengan analisis fraud triangle pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek Indonesia. Jurnal Akuntansi dan Auditing Indonesia, 19(2), 112-125.
Utama, I. G. P. O. S., Ramantha, I. W., & Badera, I. D. N. (2018). Analisis faktorfaktor dalam perspektif fraud triangle sebagai prediktor fraudulent financial reporting. E-Jurnal Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana, 7, 251-278.
Utomo, L. P. (2018). Jurnal Akuntansi dan Pajak, 19 (01), 2018, 77-88 Kecurangan
Dalam Laporan Keuangan “Menguji Teori Fraud Triangle”. Jurnal Akuntansi dan Pajak, 19(01), 77-88.
Wahyuni, W., & Budiwitjaksono, G. S. (2017). Fraud triangle sebagai pendeteksi kecurangan laporan keuangan. Jurnal Akuntansi, 21(1), 47-61.
Yulia, A. W. (2016). Studi Financial Statement Fraud Pada Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Airlangga (JEBA)| Journal of Economics and Business Airlangga, 26(2), 187-200.
Zahro, Y., Diana, N., & Mawardi, M. C. (2018). Deteksi Financial Statement Fraud Dengan Analisis Fraud Triangle Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI. Jurnal Ilmiah Riset Akuntansi, 7(09).
https://www.idx.co.id
diakses pada 12 April 2020
https://www.sahamok.com/emiten/saham-delisting/
diakses pada 12 April 2020 https://www.agungpodomoroland.com/
diakses pada 12 April 2020 https://alamsuterarealty.co.id/
diakses pada 12 April 2020 https://befa.id/
diakses pada 12 April 2020 http://www.sentulcity.co.id/
diakses pada 12 April 2020 http://bsdcity.com/
diakses pada 12 April 2020 https://www.ciputradevelopment.com/
diakses pada 12 April 2020 https://www.dutaanggadarealty.com/
diakses pada 12 April 2020 https://www.intiland.com/id/
diakses pada 12 April 2020 https://www.dpn.co.id/
diakses pada 12 April 2020 https://www.megapolitan-group.com/
diakses pada 12 April 2020 http://gadingdevelopment.com/
diakses pada 12 April 2020 https://www.tanjungbunga.com/
diakses pada 12 April 2020 https://gapuraprima.com/
diakses pada 12 April 2020 https://www.greenwoodsejahtera.com/
diakses pada 12 April 2020 http://www.jayaproperty.com/
diakses pada 12 April 2020 https://www.jababeka.com/
diakses pada 12 April 2020 https://www.modernland.co.id/
diakses pada 12 April 2020 http://metropolitanland.com/
diakses pada 12 April 2020 https://www.plazaindonesiarealty.com/
diakses pada 12 April 2020 https://www.pakuwonjati.com/
diakses pada 12 April 2020 https://www.pikkoland.com/
diakses pada 12 April 2020 https://www.rancamaya.com/
diakses pada 12 April 2020 https://www.summarecon.com/
diakses pada 12 April 2020
https://www.liputan6.com/news/read/242306/dua-direksi-waskita-dicopot diakses pada 15 Juli 2020