• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH WAKTU PEMBERIAN MEDAN LISTRIK TERHADAP PERKEMBANGAN GONAD IKAN KOMET Carassius auratus auratus PADA MEDIA PEMELIHARAAN BERSALINITAS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGARUH WAKTU PEMBERIAN MEDAN LISTRIK TERHADAP PERKEMBANGAN GONAD IKAN KOMET Carassius auratus auratus PADA MEDIA PEMELIHARAAN BERSALINITAS"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH WAKTU PEMBERIAN MEDAN LISTRIK TERHADAP PERKEMBANGAN GONAD IKAN KOMET Carassius auratus

auratus PADA MEDIA PEMELIHARAAN BERSALINITAS

AHMAD HABIBIE

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2013

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Waktu Pemberian Medan Listrik Terhadap Perkembangan Gonad Ikan Komet Carassius auratus auratus pada Media Pemeliharaan Bersalinitas adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, November 2013 Ahmad Habibie NIM C14090002

(4)

ABSTRAK

AHMAD HABIBIE. Pengaruh Waktu Pemberian Medan Listrik Terhadap Perkembangan Gonad Ikan Komet Carassius auratus auratus pada Media Pemeliharaan Bersalinitas. Dibimbing oleh KUKUH NIRMALA dan HARTON ARFAH.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh lama waktu pemaparan medan listrik 0, 2, 4, dan 6 menit dengan voltase 10 volt terhadap perkembangan gonad ikan komet yang dipelihara pada media bersalinitas 3 ppt.

Perlakuan pada penelitian ini terdiri dari empat perlakuan yaitu perlakuan kontrol, 2, 4, dan 6 menit. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap dengan 4 perlakuan dan 3 ulangan. Ikan uji yang digunakan adalah ikan komet betina. Jumlah ikan yang digunakan adalah 4 ekor/akuarium dengan panjang total rata-rata 12.27±0.05 cm dan bobot rata-rata 22.29±0.54 g. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian medan listrik sebesar 10 volt dengan lama waktu pemaparan medan listrik 0, 2, 4, dan 6 menit pada media pemeliharaan bersalinitas 3 ppt tidak memberikan pengaruh yang nyata (p>0.05) terhadap parameter gonadosomatik indeks (GSI).

Kata kunci: medan listrik, Carassius auratus auratus, gonad, salinitas.

ABSTRACT

AHMAD HABIBIE. Effect of Electric Field Time Varying Exposure To Gonad Development of Goldfish Carassius auratus auratus on Maintenance Media Salinity. Supervised by KUKUH NIRMALA and HARTON ARFAH

The aim of this study was to know the effect of electric field exposure duration 0, 2, 4 and 6 minutes with voltage 10 volts to the goldfish gonad development are maintained at 3 ppt salinity media. The treatment in this study is consisted of four treatments they are treatment control, 2, 4 and 6 minutes. The experiment design used was a completely randomized design with four treatments and three replications. The fish sample used was a female goldfish. The number of fish used was 4 fish/aquarium with an average total length of 12.27±0.05 cm and average weight 22.29±0.54 g. Result of study showed that the electric field of 10 volts with a long exposure time electric fields of 0, 2, 4 and 6 minutes at 3 ppt salinity maintenance media did not give significant effect (p>0.05) on gonadosomatik indeks (GSI).

Keywords : electrical field, Carassius auratus auratus, gonad, salinity.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan

pada

Departemen Budidaya Perairan

AHMAD HABIBIE

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2013

PENGARUH WAKTU PEMBERIAN MEDAN LISTRIK TERHADAP PERKEMBANGAN GONAD IKAN KOMET Carassius auratus

auratus PADA MEDIA PEMELIHARAAN BERSALINITAS

(6)
(7)

Judul Skripsi: Pengaruh Waktu Pemberian Medan Listrik Terhadap Perkembangan Gonad Ikan Komet Carassius auratus auratus pada Media Pemeliharaan Bersalinitas

Nama : Ahmad Habibie NIM : C14090002

Disetujui oleh

Dr Ir Kukuh Nirmala, MSc Ir Harton Arfah, MSi

Pembimbing I Pembimbing II

Tanggal Lulus:

(8)

Judul Skripsi: Pengaruh Waktu Pemberian Medan Listrik Terhadap Perkembangan Gonad Ikan Komet Carassius auratus auratus pada Media Pemeliharaan Bersalinitas

Nama : Ahmad Habibie NIM : C14090002

Disetujui oleh

Dr Ir Kukuh Nirmala, MSc Pembimbing I

Ir Harton Arfah, MSi Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Sukenda, MSc Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

(9)

PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan KaruniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Waktu Pemberian Medan Listrik Terhadap Perkembangan Gonad Ikan Komet Carassius auratus auratus pada Media Pemeliharaan Bersalinitas”.

Dalam kesempatan kali ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr Ir Kukuh Nirmala, MSc dan Bapak Ir Harton Arfah, MSi selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan selama pengerjaan penelitian ini.

2. Ibu Dr Ir Dinar Tri Soelistyowati, DEA dan Ibu Dr Dinamella Wahjuningrum, SSi, MSi selaku dosen penguji tamu dan komisi pendidikan S1 departemen Budidaya Perairan yang telah memberikan kritik dan saran terhadap penulis skripsi ini.

3. Keluarga tercinta terutama Ayah, Ibu, Abang, Kakak dan kedua Adik tersayang serta keluarga besar yang telah banyak memberikan semangat dan motivasi kepada penulis.

4. Laboran dan staf Laboratorium Lingkungan (Pak Jajang dan Kang Abe) yang telah memberikan kesempatan untuk menggunakan fasilitas Laboratorium.

5. Teman-teman Malingers 46, rekan-rekan BDP 46 dan teman-teman terdekat (Aldhi, Azis, dan Adil) yang telah membantu penulis dalam penelitian ini.

Penulis berharap penelitian yang dituangkan dalam sebuah skripsi ini dapat memberikan banyak manfaat sesuai dengan yang diharapkan.

Semoga skripsi ini bermanfaat.

Bogor, November 2013 Ahmad Habibie

(10)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 2

METODE ... 2

Waktu dan Tempat ... 2

Materi Uji ... 2

Rancangan Percobaan ... 2

Prosedur Kerja ... 2

Parameter Uji ... 4

Analisis Data ... 5

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 5

Hasil ... 5

Pembahasan ... 9

KESIMPULAN DAN SARAN ... 12

Kesimpulan ... 12

Saran ... 12

DAFTAR PUSTAKA ... 12

LAMPIRAN ... 14

RIWAYAT HIDUP ... 16

(11)

DAFTAR TABEL

1 Rancangan perlakuan pemberian medan listrik dengan waktu berbeda

pada ikan komet Carassius auratus auratus ... 2

2 Alat dan metode pengukuran kualitas air ... 5

3 Kisaran nilai kualitas air ikan komet selama pemeliharaan ... 8

DAFTAR GAMBAR

1 Rata-rata rasio panjang usus terhadap panjang tubuh Ikan Komet ... 5

2 Jumlah konsumsi pakan Ikan Komet ... 6

3 Gonadosomatik indeks (GSI) Ikan Komet ... 6

4 Hepatosomatik indeks (HSI) Ikan Komet ... 7

5 Laju pertumbuhan harian Ikan Komet ... 7

6 Tingkat kelangsungan hidup Ikan Komet ... 8

DAFTAR LAMPIRAN

1 Ikan komet Carassius auratus auratus ... 14

2 Alat penyalur arus listrik ... 14

3 Analisis ANOVA ... 14

4 Hasil Analisis statistik terhadap parameter jumlah konsumsi pakan ... 15

(12)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Ikan hias merupakan salah satu organisme yang memiliki daya tarik dan keunikan tersendiri dilihat dari segi bentuk, warna maupun tingkah lakunya.

Berdasarkan KKP (2013) produksi budidaya ikan hias Indonesia dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. Bahkan target tahun 2012 yang dipatok Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP) sebesar 850 juta ekor, dari catatan sementara sudah mencapai 978 juta ekor atau 115,16 % dari target semula. Salah satu ikan hias air tawar yang telah cukup lama dikenal di masyarakat yaitu ikan komet Carassius auratus auratus. Ikan hias ini memiliki bentuk tubuh menarik serta warna yang beragam. Minat masyarakat terhadap ikan komet juga cukup tinggi yang diikuti dengan usaha pembudidayaanya yang terus meningkat.

Sampai saat ini upaya untuk memproduksi ikan komet masih dilakukan dengan cara tradisional yang sangat sederhana, sehingga keberhasilan pemijahannya masih rendah. Kegagalan pemijahan diduga karena dua faktor, yaitu faktor yang pertama adalah kegagalan dalam mempersiapkan induk yang benar-benar matang gonad dan siap dipijahkan, dan faktor yang kedua adalah kegagalan dalam merangsang induk sehingga terjadinya ovulasi. Upaya untuk meningkatkan produksi ikan hias diawali dengan keberhasilan menerapkan teknologi reproduksi ikan untuk menghasilkan benih. Berbagai jenis teknologi reproduksi ikan yang telah diterapkan pada usaha pembenihan ikan hias air tawar antara lain dengan memanipulasi lingkungan perairan sampai penerapan hormonal.

Pendekatan lingkungan untuk meningkatkan perkembangan gonad terhadap ikan dengan memanfaatkan medan listrik pada media pemeliharaan diduga dapat memberikan pengaruh terhadap gonad ikan. Menurut Itegin dan Gunay (1993) dalam Sitio (2008), medan listrik dapat menimbulkan efek pada jaringan hidup. Mekanisme interaksi medan listrik dengan benda hidup berupa induksi arus listrik pada jaringan biologi. Induksi pada benda hidup disebabkan adanya muatan-muatan listrik bebas yang terdapat pada cairan kaya akan ion-ion seperti darah, getah bening, syaraf dan otot yang dapat terpengaruh gaya yang dihasilkan oleh aliran arus listrik (Nair 1989). Ikan dapat merespon arus listrik karena memiliki organ electroreceptor. Hoar dan Randal (1971) menulis bahwa elektroreseptor pada ikan merupakan modifikasi dari bagian horizontal skeletogenous septum (lateral line). Hara (1982) menjelaskan bahwa lateral line dalam merespon arus listrik dari lingkungan kedalam tubuh dibantu oleh organ neuromonas dan sel rambut menuju otak kemudian disampaikan keseluruh bagian tubuh. Induksi medan listrik diharapkan dapat merangsang kerja otot polos pada usus ikan dan dapat membantu penyerapan sari-sari makanan dalam usus ikan menjadi lebih baik, sehingga pertumbuhan ikan juga menjadi lebih baik.

Salinitas sebagai salah satu parameter kualitas air berpengaruh secara langsung terhadap metabolisme tubuh ikan, terutama proses osmoregulasi. Salah satu aspek fisiologi ikan yang dipengaruhi oleh salinitas adalah tekanan osmotik dan konsentrasi cairan tubuh (Holiday 1969).

Semakin tinggi salinitas, semakin banyak ion-ion yang terkandung dalam air sehingga pergerakan ion-ion tersebut akan semakin meningkatkan daya hantar

(13)

2

listrik suatu media. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Yuwono (2001), nilai konduktivitas merupakan fungsi antara temperatur, jenis ion-ion terlarut, dan konsentrasi ion terlarut. Peningkatan ion-ion yang terlarut menyebabkan nilai konduktivitas air juga meningkat.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh lama waktu pemaparan medan listrik 0, 2, 4 dan 6 menit dengan voltase 10 volt terhadap perkembangan gonad ikan komet yang dipelihara pada media bersalinitas 3 ppt.

METODE

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai Agustus 2013 bertempat di Laboratorium Lingkungan, Departemen Budidaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Materi Uji

Ikan uji yang digunakan untuk penelitian ini adalah ikan komet betina (Lampiran 1) dengan ukuran panjang total rata-rata 12.27±0.05 cm dan bobot rata- rata 22.29±0.54 g sebanyak 48 ekor untuk semua perlakuan dan ulangan. Ikan komet berasal dari petani pengumpul di daerah Ciseeng, Jawa Barat. Ikan komet yang digunakan pada penelitian adalah sebanyak 12 ekor untuk setiap perlakuan dan jumlah ikan yang digunakan 4 ekor untuk setiap wadah Pemeliharaan.

Rancangan Percobaan

Penelitian ini terdiri dari 4 perlakuan dengan 3 kali ulangan. Rancangan perlakuan penelitian dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Rancangan perlakuan pemberian medan listrik dengan waktu berbeda pada ikan komet Carassius auratus auratus.

Perlakuan Keterangan

K Perlakuan kontrol (tanpa pemberian medan listrik)

2 Waktu pemberian medan listrik 2 menit

4 Waktu pemberian medan listrik 4 menit

6 Waktu pemberian medan listrik 6 menit

Prosedur Kerja Persiapan Wadah

Wadah perlakuan yang digunakan sebagai pemeliharaan yaitu berupa akuarium dengan ukuran 49x32x30 cm sebanyak 12 buah dengan volume air 39 liter. Sebelum digunakan akuarium dicuci terlebih dahulu menggunakan sabun dan dibilas dengan menggunakan air bersih dan dibiarkan hingga kering. Wadah perlakuan dilengkapi dengan instalasi aerasi berupa selang dan batu aerasi yang

(14)

3 terhubung langsung dengan aerator. Selanjutnya terdapat tandon yang berukuran 98x49x50 cm untuk tandon bersalinitas 3 ppt.

Media Pemeliharaan Ikan

Media pemeliharaan ikan komet adalah air bersalinitas 3 ppt yang diperoleh dengan cara penambahan garam krosok sebanyak 648 gram dengan volume air 216 liter. Proses pembuatan air bersalinitas 3 ppt dilakukan didalam tandon akuarium berukuran 98x49x50 cm dengan ketinggian air 45 cm. Setelah mendapatkan salinitas yang diinginkan maka air tersebut dialirkan ke akuarium menggunakan pompa. Masing-masing akuarium diisi air bersalinitas sebanyak 39 liter dengan ketinggian air 25 cm.

Pengadaptasian Ikan Komet

Ikan komet yang akan digunakan dalam perlakuan ini, terlebih dahulu diaklimatisasi dengan media bersalinitas 3 ppt dengan pemeliharaan selama 7 hari di akuarium. Pakan yang digunakan adalah pakan komersil dengan metode pemberian pakan dilakukan secara ad satiation atau sekenyangnya setiap 3 kali sehari, yaitu pukul 08.00, 12.00 dan 16.00 WIB

Pemberian Perlakuan

Media pemeliharaan diberi medan listrik dengan waktu yang berbeda yaitu 0, 2, 4, dan 6 menit. Paparan ini, dilakukan 3 kali sehari setiap ikan akan diberi pakan. Pemberian medan listrik dilakukan selama 21 hari pemeliharaan. Kekuatan listrik yang dialirkan sebesar 10 volt. Input listrik berasal dari listrik arus bolak- balik AC yang dialirkan pada transformator untuk diproses menjadi arus listrik searah DC (Direct Current) (Lampiran 2). Selanjutnya listrik dialirkan ke media pemeliharaan 3 ppt melalui kabel tembaga yang pada ujungnya terdapat capit buaya warna merah dan hitam serta dihubungkan dengan lempeng alumanium yang berdimensi 30x30 cm. Lempeng alumanium ini diletakkan di kedua sisi akuarium secara berhadapan. Pengaktifan transformator ini dilakukan setiap kali media pemeliharaan ikan akan diberi perlakuan medan listrik.

Pengelolaan Kualitas Air

Kualitas air perlu diperhatikan selama Pemeliharaan untuk menjaga kualitas air media percobaan. Air tawar yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari tandon penampungan. Air tersebut dialirkan ke dalam tandon akuarium berukuran 98x49x50 cm, kemudian ditambahkan garam sesuai salinitas yang diharapkan.

Pengelolaan kualitas air dilakukan setiap hari dengan metode pergantian air sebanyak 20% dari volume awal selain itu juga dilakukan penyifonan pada dasar wadah akuarium. Air yang diganti adalah sebanyak 20% dari volume awal dengan salinitas yang sama.

(15)

4

Parameter Uji

Rasio Panjang Usus Terhadap Panjang Total Tubuh (PU/PT)

Nilai rasio PU/PT adalah perbandingan antara panjang usus terhadap panjang tubuh total ikan komet. Pengukuran nilai rasio PU/PT dilakukan pada awal dan akhir pemeliharaan, dengan persamaan sebagai berikut (Effendie, 1979) :

Rasio Panjang Usus/Panjang Total = PU/PT

Keterangan : PU = Panjang Usus (cm) PT = Panjang Tubuh (cm) Jumlah Konsumsi Pakan

Jumlah konsumsi pakan merupakan perhitungan berdasarkan data hasil jumlah pakan ikan yang diberikan selama pemeliharaan. Adapun perhitungannya dengan cara mengurangi pakan awal dengan pakan sisa.

Gonadosomatik indeks (GSI)

Merupakan sebuah nilai perbandingan antara berat gonad dengan keseluruhan bobot tubuh ikan. Rumus yang digunakan dalam pengamatan parameter gonadosomatik indeks adalah sebagai berikut:

GSI% = Berat gonad/Berat tubuh keseluruhan x 100 Hepatosomatik Indeks (HSI)

Merupakan parameter persentase antara bobot hepatopankreas dengan total bobot tubuh. Rumus yang digunakan dalam pengamatan parameter gonadosomatik indeks adalah sebagai berikut:

HSI% = Bobot hepatopankreas/Bobot total x 100 Laju Pertumbuhan Harian (LPH)

Laju pertumbuhan harian adalah persentase penambahan berat setiap harinya selama pemeliharaan: LPH dihitung dengan menggunakan rumus Huisman (1976), yaitu :

( √

)

Keterangan :

SGR = Laju pertumbuhan harian (%)/hari wt = Bobot rata-rata pada akhir perlakuan (g) w0 = Bobot rata-rata pada awal perlakuan (g) t = Periode pemeliharaan (hari)

(16)

5 Pengukuran Kualitas Air

Alat dan metode pengukuran kualitas air dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 2 Alat dan metode pengukuran kualitas air.

Parameter Satuan Metode/Alat Waktu Pengukuran

Suhu oC DO-meter Setiap hari

pH - pH-meter Setiap hari

DO mg/l DO-meter Setiap hari

Alkalinitas mg/l CaCO3 Titrasi Seminggu sekali

Kesadahan mg/l CaCO3 Titrasi Seminggu sekali

Analisis Data

Penelitian ini menggunakan rancangan percobaan berupa Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan menggunakan empat perlakuan dan tiga ulangan. Data penelitian yang diperoleh diolah dengan Microsoft Excel 2007, selanjutnya data ini kecuali kualitas air dilakukan uji lanjut dengan uji Duncan’s Multiple Range dengan menggunakan program SPSS 17.0 untuk melihat perbedaan antar perlakuan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Rasio Panjang Usus Terhadap Panjang Tubuh (PU/PT)

Rasio panjang usus terhadap panjang total tubuh (PU/PT) ikan komet pada awal pemeliharaan sebesar 2,05 cm. Setelah 21 hari pemeliharaan rasio PU/PT ikan komet menjadi 2,49-2.51 cm (Gambar 1). Nilai tertinggi diperoleh pada perlakuan 2 menit sebesar 2,55±0,06 cm dan nilai yang terendah pada perlakuan kontrol sebesar 2,49±0,17 cm. Berdasarkan uji statistik yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa kontrol dan perlakuan (2, 4, dan 6 menit) yang diberi paparan listrik sebesar 10 volt tidak menunjukkan adanya perbedaan yang nyata terhadap rasio PU/PT ikan komet (p>0,05).

Gambar 1 Rata-rata rasio panjang usus terhadap panjang tubuh ikan komet

2.05 2.05 2.05 2.05

2.49 2.55 2.51 2.51

0.00 0.50 1.00 1.50 2.00 2.50 3.00

K 2 4 6

Rasio PU/PT

Perlakuan

Awal Akhir

(17)

6

Jumlah Konsumsi Pakan

Jumlah konsumsi pakan ikan komet selama 21 hari pemeliharaan berkisar antara 36,67-48,97 g (Gambar 2). Berdasarkan gambar tersebut jumlah konsumsi pakan yang paling tertinggi terdapat pada perlakuan 2 menit yaitu 48,97±3.51 g sedangkan yang terendah terdapat pada perlakuan 6 menit yaitu 36,67±1,59 g.

Berdasarkan uji statistik yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa perlakuan 2 menit menunjukkan adanya perbedaan yang nyata antara perlakuan kontrol, 4 menit dan 6 menit (p<0,05). Namun perlakuan 4 menit tidak menunjukkan adanya pengaruh yang berbeda nyata terhadap perlakuan kontrol dan 6 menit (p>0,05).

Gambar 2 Jumlah Konsumsi Pakan Ikan Komet Gonadosomatik Indeks (GSI)

Nilai Gonadosomatik indeks diperoleh dari perhitungan gonad ikan komet yang telah dibedah dibandingkan dengan total tubuh. Parameter GSI tertinggi terlihat pada gambar 3 yaitu perlakuan 2 menit sebesar 7,06±2,48% pada hari ke- 21 yang merupakan fase puncak GSI pada perlakuan 2 menit sedangkan GSI terendah pada perlakuan 6 menit yaitu 2,30±0,31% pada hari ke-7. Nilai GSI semua perlakuan dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3 Gonadosomatik Indeks Ikan Komet 43.77 48.97

40.70

36.67

0 10 20 30 40 50 60

K 2 4 6

Jumlah Konsumsi Pakan (g)

Perlakuan

b

c

ab a

0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00

0 7 14 21

Gonadosomatik Indeks (%)

Waktu pemeliharaan (hari ke-)

Kontrol 2 menit 4 menit 6 menit

(18)

7 Hepatosomatik Indeks (HSI)

Hepatosomatik indeks merupakan nilai yang diperoleh dari hasil perbandingan antara bobot hati dengan total bobot tubuh. Parameter HSI tertinggi terlihat pada gambar 4 yaitu perlakuan 2 menit pada hari ke-7 dengan nilai 0,23±0,04% sedangkan GSI terendah pada perlakuan kontrol pada hari ke-14 sebesar 0,19±0,03%. Nilai HSI semua perlakuan dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4 Hepatosomatik Indeks Ikan Komet Laju Pertumbuhan Harian (LPH)

Laju pertumbuhan harian pada ikan komet yang dipelihara selama 21 hari berkisar antara 1,41-1,57% (Gambar 5). Nilai tertinggi dicapai pada perlakuan 2 menit sebesar 1,57±0,06% dan nilai terendah pada perlakuan 6 menit sebesar 1,41±0,21%. Berdasarkan uji statistik yang telah dilakukan bahwa semua perlakuan tidak menunjukkan perbedaan yang nyata (p>0,05).

Gambar 5 Laju Pertumbuhan Harian Ikan Komet

0.00 0.05 0.10 0.15 0.20 0.25 0.30

0 7 14 21

Hepatosomatik Indek (%)

Waktu pemeliharaan (hari ke-)

Kontrol 2 menit 4 menit 6 menit

1.48 1.57

1.47 1.41

0.00 0.20 0.40 0.60 0.80 1.00 1.20 1.40 1.60 1.80 2.00

K 2 4 6

LPH (% / Hari)

Perlakuan

a

a

a a a

(19)

8

Tingkat Kelangsungan Hidup

Tingkat kelangsungan hidup ikan komet yang dipelihara selama 21 hari berkisar antara 75-100% (Gambar 6). Nilai tertinggi dicapai pada perlakuan 2 menit sebesar 100±0% dan nilai terendah pada perlakuan 6 menit sebesar 75±0%.

Berdasarkan uji statistik yang telah dilakukan bahwa semua perlakuan yang diberi paparan listrik sebesar 10 volt tidak menunjukkan adanya perbedaan yang nyata terhadap tingkat kelangsungan hidup ikan komet (p>0,05).

Gambar 6 Tingkat Kelangsungan Hidup Ikan Komet

Kualitas Air

Kualitas air merupakan faktor kimia yang dapat mempengaruhi lingkungan media pemeliharaan selama masa pemeliharaan. Data hasil pengukuran kualitas air selama 21 hari pemeliharaan pada perlakuan K, 2, 4, dan 6 disajikan pada tabel 2.

Tabel 2 Kisaran nilai kualitas air ikan komet selama pemeliharaan

Perlakuan Parameter

Suhu (0C) pH DO (mg/L) Alkalinitas Kesadahan K 25,63-28,30 7,34-7,71 5,30-8,17 86,67-103,33 74,74-142,01 2 25,40-27,63 7,19-7,75 5,10-7,87 86,67-126,67 85,95-142,01 4 25,33-26,57 7,29-7,84 5,00-8,07 80-126,67 82,22-213,01 6 25,33-26,37 7,27-7,77 5,10-7,83 100-133,33 82,22-246,65

24-28 6,5-9 >5 30-500 >20

Pustaka rujukan

(Lesmana 2001)

(Effendi 2003)

(Boyd 1982)

(Effendi 2003)

(Boyd 1982)

Berdasarkan Tabel 2 diatas, dapat diketahui bahwa pada semua parameter kualitas air masih dalam kisaran normal dan layak untuk kehidupan budidaya menurut pustaka yang dirujuk.

83.33

100

91.67

75

0 20 40 60 80 100 120

K 2 4 6

Kelangsungan Hidup (%)

Perlakuan

a

a a a

(20)

9 Pembahasan

Pemberian medan listrik pada media Pemeliharaan ikan komet yang bersalinitas 3 ppt mengakibatkan adanya pergerakan zona-zona medan listrik yang bergerak dari kutub positif ke arah kutub negatif. Induksi muatan listrik ini berasal dari ion-ion dalam tubuh makhluk hidup seperti darah, getah bening, saraf dan otot yang disebabkan adanya pergerakan muatan-muatan dan aliran listrik.

Kemudian organ electroreceptor pada ikan komet seperti gurat sisi atau Lateral Line (LL) tersebut merespon arus listrik sehingga merangsang sistem syaraf dan otot-otot dalam tubuh. Hal inilah yang menyebabkan pertumbuhan ikan komet dapat meningkat lebih cepat dibandingkan dengan pemeliharaan biasa. Ikan juga dapat mengalami stres bahkan kematian apabila arus listrik yang diberikan secara berlebihan.

Berdasarkan hasil yang diperoleh, pengaruh lama waktu paparan listrik sebesar 10 volt pada media bersalinitas 3 ppt yang dilakukan selama 21 hari pemeliharaan ikan komet terhadap parameter rasio panjang usus terhadap panjang tubuh, gonadosomatik indeks, hepatosomatik indeks, laju pertumbuhan harian dan kelangsungan hidup tidak terdapat perbedaan yang nyata antar semua perlakuan (p>0,05). Akan tetapi, pemberian medan listrik terhadap parameter jumlah konsumsi pakan ikan komet menunjukkan adanya perbedaan yang nyata antar perlakuan (p<0,05). Perlakuan 2 menit menunjukkan hasil yang cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan kontrol, 4 dan 6 menit.

Keadaan paparan radiasi akan tergantung dari sumber radiasi dan sifat-sifat elektrik tubuh. Usus halus tersusun dari otot-otot yang dapat teradiasi oleh medan listrik, sehingga diduga dengan adanya paparan medan listrik kinerja usus dapat meningkat. Meningkatnya kinerja usus menjadi lebih baik, akan menyebabkan penyerapan yang terjadi didalamnya menjadi lebih lancar. Sari-sari makanan yang diserap dari usus selanjutnya akan ditransfortasikan keseluruh tubuh oleh darah.

Analisa data (ANOVA) pada selang kepercayaan 95% (p>0,05) data rasio PU/PT tidak memberikan hasil yang berbeda nyata (Lampiran 3). Dari hasil penelitian pada ikan komet yang bersifat omnivora diperoleh data rasio PU/PT yang berkisar antara 2,05-2,55 cm dimana angka 2,05 cm diperoleh dari hasil sampling awal dan nilai rasio panjang usus terhadap panjang total tubuh (PU/PT) di akhir pemeliharaan pada perlakuan 2 menit cenderung lebih tinggi daripada (PU/PT) pada kontrol dan perlakuan 4 dan 6 menit yaitu sebesar 2,55±0,06. Pada perlakuan 4 menit besar rasionya adalah 2,51±0,34, pada perlakuan 6 menit rasionya sebesar 2,51±0,20 sedangkan yang terendah ada pada kontrol yaitu sebesar 2,49±0,17 (Gambar 1). Hal ini sesuai dengan pernyataan Opuszynki dan Shireman (1995) dalam Aini (2008) yang menyatakan, rasio panjang usus terhadap panjang tubuh (PU/PT) ikan omnivora 1,3-4,2. Kemudian dalam penelitian Nuryandani (2005), menunjukkan bahwa pemberian medan listrik memberikan pengaruh pada amplitude dan frekuensi kontraksi otot polos pada usus halus kelinci.

Perpanjangan rasio PU/PT merupakan salah satu perubahan fisis selama terjadi kontraksi otot selain adanya perubahan tegangan dan panjang (Goenarso 2003).

Kontraksi usus yang meningkat karena diberi paparan medan listrik dan adanya pakan sebagai objek pencernaan dalam usus, mengakibatkan perubahan panjang dan tegangan yang terjadi menjadi lebih besar jika dibandingkan pada kondisi kerja usus normal (tanpa paparan medan listrik).

(21)

10

Jumlah konsumsi pakan tertinggi terjadi pada perlakuan 2 menit, yaitu sebesar 48,97±3,51 g dan terendah pada perlakuan 6 menit, yaitu sebesar 36,67±1,59 g (Gambar 2). Bersadarkan uji statistik yang telah dilakukan bahwa parameter jumlah konsumsi pakan menunjukkan berbeda nyata dengan perlakuan (p<0,05) dan dapat dilihat pada Lampiran 4. Hal ini menunjukkan bahwa waktu pemberian medan listrik lebih lama mengakibatkan ikan mengalami stres. Kondisi stres pada ikan komet terlihat dari nafsu makan yang kurang dan hal ini sesuai dengan pernyataan Bardach et al. (1972), mengatakan bahwa kondisi stres yang muncul dapat menurunkan tingkat efisiensi pakan. Ikan yang diberi paparan medan listrik mengalami stres karena timbul persaingan mendapatkan makanan.

Ikan yang dominan akan mendapatkan makanan lebih dibandingkan ikan yang tidak dominan. Akibatnya ikan yang kurang dominan makan lebih sedikit dan nilai efesiensinya lebih rendah.

Kematangan gonad adalah tahap tertentu perkembangan gonad sebelum dan sesudah memijah. Selama proses reproduksi sebagian energi dipakai untuk perkembangan gonad, dan gonad ikan akan mencapai maksimun saat ikan akan memijah, kemudian akan menurun dengan cepat selama proses pemijahan berlangsung sampai selesai. Gonadosomatik Indeks (GSI) merupakan sebuah nilai perbandingan antara berat gonad dengan keseluruhan bobot tubuh ikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan 2 menit memiliki nilai GSI tertinggi sebesar 7,06% pada hari ke-21 (Gambar 3) dibandingkan dengan kontrol, sedangkan perlakuan 6 menit menunjukkan nilai terendah sebesar 5,52% pada hari ke-21. Selama proses reproduksi, sebagian besar hasil metabolisme tertuju pada perkembangan gonad. Hal ini menyebabkan terdapat perubahan dalam gonad itu sendiri. Menurut Affandi dan Tang (2000) pertumbuhan bobot gonad ikan betina saat matang gonad dapat mencapai 10-25% dari bobot tubuh. Ukuran ikan pada saat pertama kali gonadnya masak atau matang gonad, ada hubungannya dengan pertumbuhan ikan dan faktor lingkungan yang mempengaruhinya. Tiap- tiap spesies ikan pada waktu pertama kali gonadnya matang tidak sama ukurannya.

Demikian juga dengan ikan yang spesies sama. Faktor utama yang mempengaruhi kematangan gonad ikan antara lain : suhu dan makanan selain faktor keberadaan hormon. Hasil pengamatan terhadap hepatosomatik indeks (HSI) menunjukkan bahwa nilai tertinggi pada perlakuan 2 menit pada hari ke-7 dengan nilai 0,23±0,04% sedangkan GSI terendah pada perlakuan kontrol pada hari ke-14 sebesar 0,19±0,03% (Gambar 3). HSI (Hepatosomatik Indeks) juga menunjukkan adanya peningkatan, karena sintesis vitelogenin dalam tubuh ikan berlangsung di hati. Aktifitas vilogenin ini menyebabkan nilai HSI dan GSI ikan meningkat (Cerda et al. 1996 dalam Affandi dan Tang 2000). Sintesis vitelogenin di hati sangat dipengaruhi oleh estradiol-17β yang merupakan stimulator dalam biosintesis vitelogenin.

Uji statistik (ANOVA) menunjukkan bahwa perlakuan yang diberikan tidak menunjukkan pengaruh berbeda nyata terhadap nilai laju pertumbuhan harian ikan komet dibandingkan dengan kontrol (p>0,05) dan dapat dilihat pada Lampiran 3.

Nilai laju pertumbuhan tertinggi pada perlakuan 2 menit sebesar 1,57±0,06% dan terendah pada perlakuan 6 menit sebesar 1,41±0,21%, sedangkan perlakuan 4 menit dan kontrol nilai laju pertumbuhannya sebesar 1,47±0,25% dan 1,48±0,20%

(Gambar 5). Laju pertumbuhan harian ikan yang dipelihara pada media bersalinitas yang diberikan medan listrik nilainya lebih tinggi dibandingkan

(22)

11 dengan ikan yang tidak diberikan medan listrik (kontrol). Hal tersebut diduga akibat rangsangan dari lingkungan berupa induksi medan listrik. Rangsangan tersebut menjadikan sistem sirkulasi tubuh ikan menjadi lebih lancar dan penyerapan makanan dalam usus menjadi lebih baik, serta diduga merangsang hormon pertumbuhan untuk bekerja lebih optimal. Sesuai dengan pernyataan Nair (1989) mengemukakan bahwa medan magnet dan medan listrik berinteraksi dengan hormon, neurotransmitter dan hormon pertumbuhan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Watanabe (1988), dimana pertumbuhan dipengaruhi juga oleh faktor eksternal berupa pakan dan kondisi lingkungan yaitu suhu, ketersedian oksigen, zat-zat terlarut, dan faktor lingkungan lainnya. Paparan medan listrik 10 volt diduga sebagai faktor eksternal dari lingkungan yang berupa rangsangan induksi medan listrik.

Tingkat kelangsungan hidup ikan komet yang dipelihara selama 21 hari berkisar antara 75±0%-100±0% (Gambar 6). Dari analisa data (ANOVA) pada selang kepercayaan 95% (p>0,05), diperoleh hasil bahwa kontrol dan perlakuan (2, 4 dan 6 menit) tidak berbeda nyata terhadap tingkat kelangsungan hidup ikan komet (Lampiran 3). Nilai tertinggi diperoleh perlakuan 2 menit sebesar 100±0%

dan nilai terendah perlakuan 6 menit sebesar 75±0%. Tingkat kelangsungan hidup (SR) dari perlakuan 2 menit hingga 6 menit mengalami penurunan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin lama pemeliharaan ikan komet yang bersalinitas 3 ppt diberi paparan medan listrik sebesar 10 volt, maka tingkat kelangsungan hidup ikan akan semakin rendah.

Kondisi kualitas air yang buruk dapat menyebabkan stres sampai kematian pada ikan yang dibudidayakan. Kualitas air media pemeliharaan yang diamati selama penelitian adalah suhu, pH, oksigen terlarut, alkalinitas dan kesadahan.

Kisaran kualitas air yang diamati masih berada pada kondisi yang optimal atau masih memenuhi nilai ambang batas baku mutu (Tabel 1). Namun yang harus diwaspadai adalah perubahan suhu drastis, karena hal ini dapat memicu stress pada ikan, sehingga laju metabolisme ikan juga akan meningkat (Effendi 2003).

Suhu sangat berpengaruh pada pertumbuhan. Suhu selama masa pemeliharaan ikan komet pada semua perlakuan berkisar antara 25,33-28,30oC. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Lesmana (2001), ikan yang bersifat omnivora ini hidup baik pada suhu 19-28 oC dengan suhu optimal 24-28 oC. Ikan tumbuh cukup lambat pada kisaran pH antara 5 sampai 6,5 (Boyd 1990). Menurut Effendi (2003), nilai pH air yang optimal untuk pertumbuhan ikan adalah 6,5 sampai 9. Selama penelitian ini kisaran nilai pH antara 7,19-7,84. Kadar oksigen terlarut (DO) pada media pemeliharaan berkisar antara 5,33-8,17 mg/l. Sesuai dengan pernyataan Boyd (1982), air dengan kandungan oksigen terlarut diatas 5 mg/l, ikan dapat hidup dan tumbuh secara normal. Berdasarkan literatur diatas nilai kisaran oksigen terlarut masih sangat layak sehingga tingkat kelangsungan hidup ikan masih dapat terjaga.

Alkalinitas adalah gambaran kapasitas air untuk menetralkan asam (Effendi 2003). Nilai alkalinitas berhubungan dengan sistem buffer untuk mempertahankan pH air. Nilai alkalinitas mempengaruhi pertumbuhan ikan. Karena alkalinitas akan mempengaruhi proses pertukaran ion antara tubuh ikan dengan lingkungan. Dari hasil pengukuran alkalinitas pada media pemeliharaan berkisar antara 80-133,33 mg/l CaCO3. Nilai tersebut masih dalam kisaran yang baik untuk pemeliharaan ikan. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Effendi (2003), menyatakan nilai

(23)

12

alkalinitas yang baik berkisar antara 30-500 mg/l CaCO3.

Boyd (1982), mendefinisikan kesadahan sebagai konsentrasi ion-ion logam divalent dalam air yang digambarkan sebagai milligram per liter kalsium karbonat.

Salinitas juga berpengaruh terhadap nilai kesadahan dan daya hantar listrik.

Semakin tinggi salinitas, semakin banyak ion-ion yang terdapat pada media, sehingga semakin tinggi nilai kesadahan. Dari hasil pengukuran kesadahan pada media pemeliharaan berkisar antara 74,74-246,65 mg/l CaCO3. Nilai tersebut masih dalam kisaran yang baik untuk pemeliharaan ikan. Sesuai dengan pernyataan Boyd (1982), kesadahan yang baik untuk perikanan adalah lebih besar dari 20 ppm.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian medan listrik sebesar 10 volt dengan lama waktu pemaparan medan listrik 0, 2, 4 dan 6 menit pada media pemeliharaan bersalinitas 3 ppt tidak memberikan pengaruh yang nyata (p>0,05) terhadap parameter gonadosomatik indeks (GSI) ikan komet.

Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan perlakuan tegangan yang lebih kecil serta waktu pemaparan listrik yang lebih lama.

DAFTAR PUSTAKA

Affandi R, Tang UM. 2000. Biologi Reproduksi Ikan. Bogor (ID): Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.

Aini Y. 2008. Kinerja Pertumbuhan Ikan Gurame Pada Media Bersalinitas 3 ppt dengan Paparan Medan Listrik. [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Bardach JE, Ryther JH, and Maclarney WO. 1972. Aquaculture, the Farming and Husbandry of Freshwater and Marine Organism. John Wiley & Sonc Inc., New York (US). 868 p.

Boyd CE. 1982. Water Quality Management for Pond Fish Culture. Amsterdam (NL): Owxord New York. Elsavier Scientific Publishing Company.

Boyd CE. 1990. Water Quality Management for Pond Fish Culture. Birmingham (US): Elsevier Science Publishing Company.

Effendi H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Bogor (ID): Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.

Institut Pertanian Bogor.

Effendie MI. 1979. Metode Biologi Perikanan. Bogor (ID): Yayasan Dewi Sri.

Effendie MI. 2002. Biologi perikanan. Yogyakarta (ID): Yayasan Pustaka Nusantara.

(24)

13 Goenarso D. dan Suripto, Zulfiani. 2003. Efek Gosipol terhadap Kontraksi Usus Halus Mencit Mus mzrsculzrs Swiss Webster Jantan Secara In Vitro. Jurnal Matematika dan Sains. 9(1): 183-188.

Hara, Toshiaki 1. 1982. Chemoreceptor In Fishes. New York (US): Elsevier Scientific Publishing Company.

Hoar WS, Randall DJ. 1971. Fish Physiology. New York (US): Academic Press p:

293-309.

Holiday FGT. 1969. The Effect of Salinity on The Eggs and Larvae of Teleost. In:

W. S Hoar and D. J. Randall. Fish Physiology Volume 1. New York (US):

Academic Press p: 293-309.

Huisman EA. 1976. The principles of fish culture production. Netherland (NL):

Departement of Aquaculture, Wageningen University.

KKP [Kementrian Kelautan dan Perikanan]. 2013. Produksi Ikan Hias Tembus 978 Juta Ekor [internet]. [Diacu 2013 Oktober 22]. Tersedia dari www.kkp.go.id

Lesmana, DS, Iwan D. 2001. Budidaya Ikan Hias Air Tawar Populer. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.

Nair I. 1989. Biological Effects of Power Frequency Electric and Magnetic Fields.

Background Paper, Assesment of Electric Power Wheeling and Dealing:

Technological Consideration for Increasing Competition, OTABP- E-53, Washington DC (US): Goverment Printing Office.

Nurhandayani, E. 2005. Perubahan Kontraksi Otot Longitudinal Usus Halus Kelinci Akibat Paparan Medan Listrik dan Magnet Secara in vitro. [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Sitio S. 2008. Pengaruh Medan Listrik pada Media Pemeliharaan Bersalinitas 3 ppt terhadap Tingkat Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Ikan Gurame Osphronemus gouramy, Lac. [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Watanabe T. 1988. Fish Nutrition and Mariculture JICA Textbook The General Aquaculture Course. Departement of Aquatic Biosciences. Tokyo (JP):

University of Fisheries.

Yuwono E. 2001. Fisiologi Hewan I. Purwokerto (ID): Departemen Pendidikan Nasional. Universitas Jenderal Soedirman. Fakultas Biologi

(25)

14

LAMPIRAN

Lampiran 1 Ikan komet Carassius auratus auratus

Lampiran 2 Alat penyalur arus listrik

Lampiran 3 Analisis ANOVA

ANOVA

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

SR Between Groups 1041.667 3 347.222 3.333 .077

Within Groups 833.333 8 104.167

Total 1875.000 11

SGR Between Groups .038 3 .013 .336 .800

Within Groups .298 8 .037

Total .336 11

PU Between Groups .004 3 .001 .033 .991

Within Groups .366 8 .046

Total .370 11

(26)

15

Lampiran 4 Hasil analisis statistik terhadap parameter jumlah konsumsi pakan

JUMLAH KONSUMSI PAKAN Duncana

PERLAKUAN N

Subset for alpha = 0.05

1 2 3

6 Menit 3 36.6667

4 Menit 3 40.7000 40.7000

K 3 43.7667

2 Menit 3 48.9667

Sig. .067 .146 1.000

GSI0 Between Groups .139 3 .046 . .

Within Groups .000 8 .000

Total .139 11

GSI7 Between Groups 41.888 3 13.963 8.783 .007

Within Groups 12.718 8 1.590

Total 54.606 11

GSI14 Between Groups 15.697 3 5.232 1.585 .267

Within Groups 26.406 8 3.301

Total 42.104 11

GSI21 Between Groups 5.800 3 1.933 .987 .446

Within Groups 15.671 8 1.959

Total 21.471 11

HSI0 Between Groups .008 3 .003 . .

Within Groups .000 8 .000

Total .008 11

HSI7 Between Groups .003 3 .001 .070 .975

Within Groups .115 8 .014

Total .118 11

HSI14 Between Groups .002 3 .001 .173 .912

Within Groups .035 8 .004

Total .038 11

HSI21 Between Groups .002 3 .001 .841 .509

Within Groups .006 8 .001

Total .007 11

JPAKA N

Between Groups 242.062 3 80.687 14.791 .001

Within Groups 43.640 8 5.455

Total 285.702 11

(27)

16

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Padangsidimpuan, Sumatra Utara pada tanggal 27 November 1990 dari Bapak Supianto dan Ibu Lilis Suryani. Penulis adalah anak ketiga dari lima bersaudara. Tahun 2009 penulis lulus dari MAN 1 Padangsidimpuan dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB dan memilih Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Budidaya, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.

Selama mengikuti perkuliahan penulis pernah magang di Balai Budidaya Air Payau (BBAP) Situbondo. Penulis juga pernah menjadi Asisten praktikum Engineering Akuakultur IPB pada tahun ajaran 2012/2013, asisten Infrasruktur Perikanan Program Diploma IPB tahun ajaran 2013/2014, asisten praktikum Teknologi Budidaya Ikan Program Diploma IPB tahun ajaran 2013/2014 dan asisten praktikum Manajemen Kualitas Air dan Tanah Program Diploma IPB tahun ajaran 2013/2014, Penulis juga pernah aktif sebagai staf Departemen Komunikasi dan Informasi BEM FPIK IPB tahun 2010/2011 dan staf Departemen Pendidikan Ikatan Mahasiswa Tapanuli Selatan (IMATAPSEL) Bogor tahun 2010-2012. Bulan Juni-Agustus 2012 penulis melaksanakan Praktik Lapangan di PT. Surya Windu Kartika, Banyuwangi, Jawa Timur dengan judul “Pembesaran Udang Vaname Litopanaeus vannamei di PT. Surya Windu Kartika, Banyuwangi, Jawa Timur”.

Gambar

Tabel 2 Alat dan metode pengukuran kualitas air.
Gambar 3 Gonadosomatik Indeks Ikan Komet 43.77 48.97 40.70 36.67 0102030405060K246
Gambar 5 Laju Pertumbuhan Harian Ikan Komet
Gambar 6 Tingkat Kelangsungan Hidup Ikan Komet

Referensi

Dokumen terkait

2014 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Nagari.. r) Peraturan Daerah Kabupaten Tanah Datar Nomor 9 Tahun 2016. Tentang Pembentukan dan Susunan

Beragamnya produk teh dalam kemasan siap minum yang beredar di pasar, memberikan peluang besar bagi konsumen untuk melakukan brand switching atau beralih dari

Baik Kanada maupun Meksiko, yang mana merupakan importir terbesar nomer tiga untuk produk kertas sanitasi ke Amerika Serikat dengan nilai impor sebesar 13.5%, menikmati

 Pengantar umum disampaikan oleh Ketua Komisi I Prof. Widyo Nugroho SULASDI..  Presentasi disampaikan oleh Dr. ITB perlu merespon permenristekdikti tentang SNPT. Masa

Seperti terlihat pada tabel 4 di atas, pegawai dengan pendidikan terakhir SMK/ SMA lebih mengutamakan hubungan positif dengan orang lain (46,20 persen) sebagai faktor yang

Alur penting yang kedua dari kegiatan analisis adalah penyajian data. Dengan melihat penyajian-penyajian kita akan dapat memahami apa yang sedang terjadi dan apa

Berdasarkan hasil uji koefisien determinasi (R 2 ) maka disimpulkan interaksi edukatif guru dan siswa dan motivasi belajar pada mata pelajaran sosiologi siswa

Pengamatan pada tanaman yang berumur 35, 42, 49, 56, 63, dan 70 �ST, menunjukkan bahwa populasi trips pada semua perlakuan baik pestisida biorasional maupun pestisida