• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA KONFLIK PERAN GANDA DENGAN STRES KERJA PADA WANITA DI PT PELITA TOMANGMAS Hubungan Antara Konflik Peran Ganda Dengan Stres Kerja Pada Wanita Di Pt Pelita Tomangmas Karanganyar.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA KONFLIK PERAN GANDA DENGAN STRES KERJA PADA WANITA DI PT PELITA TOMANGMAS Hubungan Antara Konflik Peran Ganda Dengan Stres Kerja Pada Wanita Di Pt Pelita Tomangmas Karanganyar."

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA KONFLIK PERAN GANDA DENGAN STRES KERJA PADA WANITA DI PT PELITA TOMANGMAS

KARANGANYAR

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan oleh :

SUKATRI MELANI JUMILAH F 100 100 003

FAKULTAS PSIKOLOGI

(2)

HUBUNGAN ANTARA KONFIK PERAN GANDA DENGAN STRES KERJA PADA WANITA DI PT PELITA TOMANGMAS

KARANGANYAR

NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi

Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Psikologi

Diajukan oleh :

SUKATRI MELANI JUMILAH F 100 100 003

FAKULTAS PSIKOLOGI

(3)
(4)

HUBUNGAN ANTARA KONFIK PERAN GANDA DENGAN STRES KERJA PADA WANITA DI PT PELITA TOMANGMAS

KARANGANYAR

Sukatri Melani Jumilah Drs. Mohammad Amir, M.Si

sukatrimelani@yahoo.com

Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta

Abstraksi: Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara konflik peran ganda dengan stres kerja pada wanita. Hipotesis dari penelitian ini

adalah ada hubungan positif antara konflik peran ganda dengan stres. Subjek

dalam penelitian ini adalah seorang karyawan wanita di PT Pelita Tomangmas

Karanganyar dengan karakteristik sudah menikah dan seorang ibu rumah tangga,

tidak menikah tapi memiliki anak. Jumlah subjek pada penelitian ini yaitu 80

karyawan. Metode penelitian menggunakan metode kuantitatif. Analisi data

menggunakan teknik korelasi Pearson terpenuhinya uji normalitas dan uji linieritas yang menjadi syarat di laksanakannya analisis data menggunakan teknik

korelasi pearson.Hasil analisis data menunjukkan bahwa ada hubungan positif

antara konflik peran ganda dengan stres kerja, dapat dilihat dari nilai korelasi (r)

sebesar 0,591 dengan p = 0,000 (p<0,01). Hasil kategorisasi diketahui bahwa

variabel konflik peran ganda memiliki rerata empirik sebesar 127,44 dan rerata

hipotetik sebesar 115 yang berarti tergolong sedang. Variabel stres kerja memiliki

rerata empirik sebesar 129,04 dan rerata hipotetik sebesar 92,5 yang berarti

tergolong sangat tinggi. Sumbangan konflik peran ganda terhadap stres kerja

sebesar 34,92 %. Sisanya sebesar 65,08 % dipengaruhi oleh faktor lain diluar

konflik peran ganda. Kesimpulan dari penelitian ini adalah ada hubungan positif

antara konflik peran ganda dengan stres kerja pada wanita.

(5)

THE CORRELATION BETWEEN DOUBLE ROLE CONFLICT BY WORK STRESS AT WOMAN IN PT PELITA TOMANGMAS

KARANGANYAR

Sukatri Melani Jumilah

Drs. Mohammad Amir, M.si

Sukatrimelani@yahoo.com

Psychology Faculty of Muhammadiyah Surakarta Univeristy

Abstract: this research purpose was to identify the correlation between double role conflict by work stress at woman. Hypothesis from this research was there was positive correlation between double role conflict by stress. Subjek in this research was a woman employees in PT Pelita Tomangmas Karanganyar with the characteristic have a married and a housewife, live single but have the child. Sum up the subject in this research that was 80 employees. Research method use the quantitative method. The data analyze use correlation Pearson technique fufilled of normality test and linierity test becoming condition in executing it, the data analyze was use correlation pearson technique. The data analyze result was showing that there was positive correlation between double role conflict by work stress, can be knowable from correlation value (r) equal to 0,591 with p = 0,000 (p<0,01). Categorisation result known that double role conflict variable have empiric mean equal to 127,44 and hipotetic mean equal to 115 have a meaning middle of. Work stress variabel have empiric mean equal to 129,04 and hipotetic mean equal to 92,5 have a ameaning very high. Double role conflict contribution to stres work equal to 34,92%. The rest equal to 65,08% influenced by the other factors outside double role conflict. Conclusion from this research was there was positive correlation between double role conflict with works stress at woman.

(6)

PENDAHULUAN

Perkembangan dan pertumbuhan

ekonomi yang sangat pesat membuat

banyak harga-harga kebutuhan rumah

tangga, angkutan umum dan biaya

rumah sakit semakin mahal dan tidak

terjangkau untuk kalangan berekonomi

rendah. Hal ini menyebabkan banyak

wanitayang biasanya bertugas untuk

menjadi ibu rumah tangga ikut serta

dalam pemenuhan kebutuhan-kebutuhan

rumah tangga dan pengeluaran tiap

bulannya, karena itu banyak sering kali

kita jumpai wanita yang bekerja di

pabrik. Menurut Davis (1991) faktor

yang mendorong manusia bekerja

adalah adanya kebutuhan yang harus

dipenuhi.

Teknologi yang semakin

canggih dan budaya barat yang mulai

berkembang diindonesia membuat nilai

budaya yang ada hilang sehingga

sekarang ini tidak ada lagi perbedaan

antara wanita dan pria atau sering di

sebut juga emansipasi wanita, dimana

wanita memiliki kedudukan dan hak

yang sama seperti pria. Hal ini

menjadikan banyak wanita yang

memutuskan untuk mencari pekerjaan

untuk mendapatakan penghasilan agar

dapat membantu menopang kebutuhan

sehari-harinya. Salah satu alasan wanita

yang telah menikah tetap bekerja adalah

untuk membantu suami mereka

memenuhi kebutuhan-kebutuhan rumah

tangga dan juga mendukung

perekonomian keluarga.

Berdasarkan hasil penelitian yang

dilakukan oleh Rini (2006) untuk

mengurangi tingkat stres kerja pada

wanita yang bekerja membutuhkan

lingkungan kerja yang menyenangkan

dan memberi ruang bagi individu untuk

melakukan berbagai permainan.

Membentuk lingkungan yang kondusif

seperti sangatlah tidak mudah bagi

sebuah perusahaan atau organisasi.

(7)

oleh Nyoman Triaryati (2003) karyawan

wanita telah terbukti menderita depresi

dan mengalami stres lebih cepat

dibandingkan pria, merupakan korban

terbesar dalam work-family conflict. Ketika karyawan wanita tersebut

menghadapi situasi kerja yang kurang

menyenangkan yang dialaminya karena

tidak adanya adaptasi yang dibutuhkan

oleh mereka, maka dengan mudahkan

timbul stres yang kemudian

berpengaruh pada kepuasan mereka

dalam bekerja.

Menurut Settless, dkk (Pratama,

2010) yang menyebutkan bahwa peran

ganda yang dijalankan wanita, baik

sebagai ibu rumah tangga maupun

sebagai wanita yang bekerja, dapat

menimbulkan konflik, baik konflik

intrapersonal maupun konflik

interpersonal.

Konflik yang berkepanjangan

dapat menyebabkan timbulnya respon

fisiologis, psikologis dan tingkah laku

sebagai bentuk penyesuaian diri

terhadap kondisi yang mengancam yang

disebut dengan stres. Menurut Rice

(Pratama,2010), seseorang dapat

dikategorikan mengalami stres kerja

jika urusan stres yang dialami

melibatkan juga pihak organisasi atau

perusahaan tempat individu bekerja.

Penyebabnya tidak hanya di dalam

perusahaan, karena masalah rumah

tangga yang terbawa kepekerjaan dan

masalah pekerjaan yang terbawa

kerumah dapat juga menjadi penyebab

stres kerja.

Untuk memahami sumber stres

kerja, kita harus melihat stres kerja ini

sebagia interaksi dari beberapa faktor,

yaitu stres di pekerjaan itu sendiri

sebagai faktor eksternal, danfaktor

internal seperti karakter dan persepsi

dari karyawan itu sendiri. Dengan kata

lain, stres kerja tidak semata-mata

disebabkan masalah internal, sebab

(8)

tergantung pada reaksi subjektif

individu masing-masing. Beberapa

sumber stres dianggap sebagai sumber

stres kerja karena kondisi pekerjaan,

stres karena peran, hubungan

interpersonal, kesempatan

pengembangan karir, dan struktur

organisasi (Rice dalam Pratama, 2010).

Permasalahan muncul karena

wanita yang sudah menikah dan bekerja

dituntut untuk dapat mengerjakan dua

peran sekaligus tetapi kenyataanya

wanita yang memiliki dua peran

sekaligus tidak dapat membagi waktu

antara pekerjaannya ditempat kerja dan

tugasnya sebagai seorang ibu rumah

tangga. Menurut kesaksian dari

beberapa karyawati PT Pelita

Tomangmas, peneliti menemukan fakta

dari pengakuan beberapa karyawan

berdasarkan aspek stres kerja yaitu fisik,

psikologis, dan perilaku. Berdasarkan

aspek fisik, karyawan menyatakan

bahwa karyawan sering mengalami

kelelahan sehingga mengalami sakit

kepala karena beratnya pekerjaan yang

diberikan oleh atasan karena banyak

pemesanan di pabrik karyawan ini

bekerja. Berdasarkan aspek psikologis,

karyawan mengaku merasa tekanan

yang diberikan oleh atasan sangat

mebuat mereka terbebani hingga

membuat para pekerja frustasi dan

mudah marah, dan lingkungan yang ada

di pabrik kurang menyenangkan

membuat karyawan ingin cepat pulang.

Kemudian terakhir berdasarkan aspek

perilaku, beberapa karyawan mengaku

ada beberapa rekan mereka yang

bermalas-malasan saat bekerja dan

terkadang meminta bantuan rekan

lainnya atau bahkan meminta rekan

lainnya unutk mengerjakan tugas

mereka, banyak dari mereka yang jika

memiliki masalah akan mudah

tersinggung sehingga kinerja dan

produktivitasnya di pabrik menurun.

(9)

meninggalkan dan menitipkan anak

mereka pada orang tua yang sudah tua

atau orang-orang terdekat mereka.

Tidak dapat menyiapkan makan siang

untuk suami dan harus bekerja sampai

sore sehingga jarang memiliki waktu

untuk berkumpul dengan keluarga

mereka. Rasa bersalah membuat subjek

ingin berhenti bekerja, tapi jika tidak

bekerja mereka tidak dapat membantu

perekonomian keluarga.

Penelitian yang dilakukan oleh

Rice (1999) wanita yang mengalami

stres kerja lebih tinggi dibanding

laki-laki, perbandingan stres kerja wanita

dan laki-laki didapatkan hasil rata-rata

sebesar 28% wanita yang mengalami

stres ditempat kerja, sedangkan pada

laki-laki didapatkan rata-rata sebesar

20%, hal ini disebabkan adanya

diskriminasi ditempat kerja seperti

peraturan yang berbeda pekerja wanita

dan laki-laki, atasan yang kurang

bijaksana, waktu kerja yang terlalu lama

dan ketidaknyamanan psikologis. Stres

yang biasa wanita alami bisa di

sebabkan oleh banyaknya tekanan baik

dari atasan tempat bekerja maupun

tekanan tuntutan di rumah. Di tempat

kerja wanita di tuntut bekerja sesuai

dengan kebijakan yang ada di tempat

kerja dan biasa menuntut wanita untuk

bekerja lebih dari 12 jam perhari. Saat

di rumah wanita di tuntut untuk

mengurus semua kebutuhan yang di

perlukan suami dan anak jika memang

sudah memiliki anak dan kadang

mengurus keperluan orang tua baik

orang tua wanita ataupun orang tua pria

atau suami. Konflik yang

berkepanjangan dapat menyebabkan

timbulnya respon fisiologis, psikologis

dan tingkah laku sebagai bentuk

penyesuaian diri terhadap kondisi yang

mengancam yang disebut dengan stres.

Rice (1992), seseorang dapat

dikategorikan mengalami stress kerja

(10)

melibatkan juga pihak organisasi atau

perusahaan tempat individu bekerja.

Namun penyebabnya tidak hanya di

dalam perusahaan, karena masalah

rumah tangga yang terbawa ke

pekerjaan dan masalah pekerjaan yang

terbawa ke rumah dapat juga menjadi

penyebab stres kerja.

Berdasarkan uraian diatas dapat

disimpulkan bahwa wanita yang ikut

bekerja untuk membantu suaminya,

memenuhi kebutuhan-kebutuhan rumah

tangga akan mengalami konflik peran

atau work-family conflict antara kewajibannya mengurus rumah dan

kewajibannya ditempat bekerja.

Ditempat kerja wanita dituntut oleh

atasannya untuk dapat menyelesaikan

semua pekerjaan dengan baik tanpa

atasannya mau mengetahui masalah

yang dihadapi wanita yang telah

menikah dan membuat wanita tertekan.

Wanita lebih cepat mengalami stres di

banding pria karena tekanan dari

pekerjaan dan tekanan dari keluarganya.

Wanita yang berperan ganda

merupakan topik yang ingin dikaji oleh

peneliti.Sehingga didapatkan rumusan

masalah yang penulis ajukan adalah

sebagai berikut : ”Apakah ada

hubungan antara konflik peran ganda

dengan stress kerja pada wanita?”

Berdasarkan rumusan masalah di

atas maka penulis ingin mengadakan

penelitian dengan judul: Hubungan

antara Konflik Peran Ganda dengan

Stress Kerja Pada Wanita

Penelitian yang dilakukan bertujuan

untuk mengetahui:

1. Hubungan antara konflik peran

ganda dengan stress kerja pada

wanita.

2. Tingkat konflik peran ganda pada

wanita.

(11)

4. Peran konflik peran ganda terhadap

stres kerja.

Manfaat dari penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1. Manfaat teoritis

Manfaat teoritis dari

penelitian ini adalah untuk

memperkaya dan menambah

pengetahuan yang berhubungan

dengan ilmu psikologi khususnya di

bidang psikologi industri terutama

konflik peran ganda dan stres kerja.

2. Manfaat praktis

Manfaat praktis dari

penelitian ini yaitu penelitian ini

diharapkan dapat memberikan

masukan kepada perusahaan dan

karyawan perusahaan dalam

mengatasi konflik peran ganda dan

stres kerja yang terjadi didalam

pabrik.

METODE PENELITIAN

Variabel yang digunakan untuk

penelitian ini adalah konfllik peran

ganda dan stres kerja. Subjek dalam

penelitian ini adalah karyawan PT Pelita

Tomangmas dengan karakteristik : (1)

Karyawati PT Pelita Tomangmas; (2)

telah menikah atau telah memiliki anak.

Jumlah subjek dalam penelitian ini

berjumlah 80 karyawan.

Metode pengumpulan data pada

penelitian ini menggunakan pendekatan

kuantitatif dengan menggunakan dua

skala yaitu skala konflik peran ganda

dan skalastres kerja.

a. Skala konflik peran ganda yang

digunakan adalah skala yang

disusun oleh Pratama (2010) dan

telah dimodifikasi penulis. Skala ini

memiliki nilai validitas isi

mengunakan formula aiken dari

penilaian relevansi butir aitem oleh

3 ahli dan memiliki nilai reliabilitas

alpha cronbach sebesar 0,901. b. Skala stres kerja yang digunakan

adalah skala yang disusun oleh

(12)

dimodifikasi penulis. Skala ini

memiliki nilai validitas isi

mengunakan formula aiken dari

penilaian relevansi butir aitem oleh

3 ahli dan memiliki nilai reliabilitas

alpha cronbach sebesar 0,750. Teknik analisis data yang digunakan

pada penelitian ini adalah korelasi

Pearson.

HASIL PENELITIAN DAN

PEMBAHASAN

Uji hipotesis menggunakan uji

korelasi Parametrik Pearson dikarenakan uji korelasi Parametrik

terpenuhi, yaitu uji asumsi seperti uji

normalitas dan uji linieritas.

Berdasarkan hasil analisis, diperoleh

Correlation Coefficientr = 0,591 dengan p = 0,000 (p<0.01). Hasil tersebut

menunjukkan bahwa ada hubungan

positif yang sangat signifikan antara

konflik peran ganda dengan stres kerja.

Hal ini menunjukkan bahwa semakin

tinggi konflik peran ganda maka

semakin tinggi pula stres kerja.

Sebaliknya semakin rendah konflik

peran ganda maka semakin rendah stres

kerjanya.

Hasil yang didapat dari

pengujian hipotesis menunjukkan

bahwa ada hubungan yang sangat

signifikan antara variabel konflik peran

ganda dan stres kerja. Hal tersebut

ditunjukkan dengan analisis data

korelasi pearson, r = 0,591 dengan p =

0,000 (p<0,01). Hasil ini menunjukkan

hubungan kedua variabel sangat

signifikan. Nilai r yang positif menunjukkan arah hubungan yang

positif diantara kedua variabel, yaitu

semakin tinggi skor konflik pera ganda

maka semakin tinggi pula skor stres

kerja, begitupun sebaliknya. Hasil ini

sesuai dengan hipotesis peneliti yaitu

ada hubungan positif antara konflik

peran ganda dengan stres kerja.

Hipotesis penelitian yang diterima

(13)

ganda dapat memprediksikan stres

kerja.

Cooper (2010) mengatakan

bahwa salah satu faktor penyebab

terjadinya konflik peran ganda pada

wanita adalah stres karena peran.

Masalahnya, wanita bekerja ini

menghadapi konflik peran sebagai

wanita karir sekaligus ibu rumah

tangga. Terutama dalam alam

kebudayaan Indonesia, wanita sangat

dituntut perannya sebagai ibu rumah

tangga yang baik dan benar sehingga

banyak wanita karir yang merasa

bersalah ketika harus bekerja. Perasaan

bersalah ditambah dengan tuntutan dari

dua sisi, yaitu pekerjaan dan ekonomi

rumah tangga, sangat berpotensi

menyebabkan wanita bekerja

mengalami stres.

Rerata empirik pada variabel

konflik peran ganda sebesar 127,44 dan

rerata hipotetiknya sebesar 115 yang

berarti tingkat konflik peran ganda pada

subjek penelitian tergolong sedang.

Kondisi ini dapat menunjukan bahwa

dalam penelitian ini karyawati PT Pelita

Tomangamas Karanganyar mengalami

konflik peran ganda dengan taraf

sedang.

Rerata empirik pada variabel stres

kerja sebesar 129,04 dan rerata

hipotetiknya sebesar 92,5 yang berarti

tingkat stres kerja pada subjek

penelitian tergolong sangat tinggi.

Kondisi ini menunjukan bahwa dalam

penelitian ini karyawati PT Pelita

Tomangamas Karanganyar mengalami

stres kerja dengan taraf yang sangat

tinggi.

Sumbangan efektif konflik peran

ganda terhadap stres kerja adalah

sebesar 34,92 % yang ditunjukkan

dengan nilai r kuadrat sebesar 0,349.

Hal ini menunjukkan bahwa terdapat

faktor-faktor lain sebesar 65,08 % yang

mempengaruhi stres kerja selain konflik

(14)

kerja, gaya kepemimpinan otoriter,

perilaku agresif, pembayaran upah atau

peluang dalam bekerja.

Hasil penelitian ini juga sesuai

dengan hasil penelitian yang dilakukan

oleh Benyamin (2008) pada karyawati

di CV Semoga Jaya Samarinda yang

mengatakan ada hubungan antara

konflik peran ganda dengan stres kerja.

Berdasarkan hasil penelitian dapat

diketahui ada hubungan positif yang

sangat signifikan antara konflik peran

ganda dengan stres kerja, namun hasil

penelitian ini memiliki beberapa

kelemahan.

Kelemahan yang pertama subyek

penelitian yang berjumlah 80 orang

yang terdiri dari 78 orang bagian

produksi dan 2 orang satpam, 2 satpam

membuat data penelitian tidak homogen

sebaiknya hanya mengambil subyek

bagian produksi saja agar data yang

didapat homogen dan subyek penelitian

seharusnya memiliki jam kerja dan

beban kerja yang relatif sama.

Kelemahan yang kedua pengambilan

data penelitian menggunakan skala yang

seluruhnya dititipkan dan dikordinir

oleh bagian personalia sebaiknya

dilakukan sendiri oleh peneliti, agar

peneliti dapat terjun langsung

mengawasi dan memastikan sendiri

pengisian skala oleh karyawati

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan

pembahasan yang telah diuraikan maka

dapat ditarik kesimpulan bahwa :

1. Ada hubungan positif yang sangat

signifikan antara konflik peran

ganda dengan stres kerja pada

wanita yang bekerja di PT Pelita

Tomangmas.

2. Tingkat konflik peran ganda pada

wanita yang bekerja di PT Pelita

Tomangmas Karanganyar

tergolong sedang.

3. stres kerja pada wanita yang

(15)

Karanganyar tergolong sangat

tinggi.

4. Sumbangan efektif (SE) variabel

konflik peran ganda dengan stres

kerja sebesar 34,92% yang berarti

sangat signifikan.

SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan

kesimpulan yang diperoleh, maka

peneliti memberikan sumbangan saran

yang diharapkan dapat bermanfaat,

yaitu:

1. Bagi bagian personalia, bagian sdm

dan bagian produksi hasil penelitian

ini dapat dijadikan informasi untuk

menjadi cara mengatasi stres kerja

yang dikarenakan adanya konflik

peran ganda yahg di alami karyawan

wanita.

2. Bagi karyawati yang sekaligus

menjadi seorang ibu dan seorang

istri yang melakukan dua peran

yaitu peran sebagai ibu rumah

tangga dan peran sebagai seorang

karyawan agar dapat mengatasi stres

kerja yang disebabkan oleh tugas

pekerjaan dan tugas rumah tangga.

3. Bagi peneliti selanjutnya atau

pihak-pihak lainnya yang berkompeten

dan berminat meneliti tentang stres

kerja harus melihat faktor-faktor

lainnya selain konflik peran ganda

jika ingin meneliti tentang stres

kerja, pengisian skala/instrumen

harus di kondinir dan di awasi

secara langsung oleh peneliti agar

pengisian instrumen sesuai dengan

ketentuan yang dibuat oleh peneliti,

peneliti juga harus menetapkan

subyek di satu bagian agar data yang

didapatkan homogen.

DAFTAR PUSTAKA

Anogara, P. (2000). Psikologi Kerja. Jakarta: Rineka Cipta.

Anorogo, P. dan Widiyanti, N. (2002). Psikologi dalam Perusahaan. Jakarta: Rineka Cipta.

(16)

Azwar, S. (2010). Tes Prestasi: Fungsi Pengembangan Pengukuran Prestasi Belajar Edisi II. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Azwar, S. (2011). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Azwar, S. (2013). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Bandura, Albert. (1997). Self efficacy: The exercise of control. New York: W. H.

Business Organization. (2007). Encyclopædia Britannica. Encyclopædia Britannica 2007 Ultimate Reference Suite. Chicago: Encyclopædia Britannica.

Dayakisni, Tri & Yuniardi, Salis. (2004). Psikologi Lintas Budaya. Malang: UMM Press.

Benyamin. (2008). Hubungan antara Konflik Peran Ganda dengan Stres Kerja pada Karyawati CV.

SEMOGA JAYA

SAMARINDA. Skripsi. Falkutas Psikologi. Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda.

Bungin, Burhan. 2011. Metodelogi Penelitian Kuantitatif: Komunikasi, Ekonomi, dan Kebijakan Publik serta Ilmu-ilmu Sosial lainnya (Edisi kedua). Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Chaplin, J.P. (2002). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Cooper, C.L. & Makin, P. 1995. Psikologi untuk Manajer (Edisi Pertama). Jakarta: Arcan.

Erdwins, C.J., Buffardi, L.C., Casper, W.J., O’Brien, A.S., (2001). The relationship of women’s role strain to social support, role satisfaction, and self-efficacy. Family Relations, 50 (3), 230-239.

Egelman, Wiliam. (2004). Understanding families. New York: Pearson Education.

Feist, J. & Feist J. J. (2002). Theories of personality. Boston: Mc Graw-Hill.

Hadi, S. (1990). Metodelogi Riset II. Yogyakarta: Yayasan Penerbit Falkutas Psikologi UGM.

Hadi, S. (2000). Statistik Jilid II. Yogyakarta: Andi.

Hadi, S. (2001). Metodelogi Reasearch I. Yogyakarta: Andi.

Hawari, Dadang. (2006). Manajemen Stres Kerja, Cemas, dan Depresi. Jakarta: Falkutas Kedokteran Universitas Indonesia.

Hurlock, E.B. (1999). Psikologi perkembangan: Suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan (Edisi ke-5). Jakarta: Penerbit Erlangga.

Hogg, MA., Vaughan, GM., (2002). Social psychology. Harlow: Prentice Hall.

(17)

Ivancevich, J.M , Konopaske, R dan Matteson, M.T . (2007). Perilaku dan Manajemen Organisai Jilid 1 Edisi 7. Jakarta : Penerbit Erlangga.

Kusumawati, Martina. (2007). Hubungan Konflik Peran Ganda dengan Perilaku Agresif pada Wanita Karier. Naskah Publikasi. Falkutas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya. Universitas Islam Indonesia Yogyakarta.

Morrison, N. R. (2012). The Effects of Dual-Income Stress in Organizational Outcomes. East Texas Baptist University.

Munandar, A.S. (2011). Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.

Nasrudin, M.Si, Dr. H. Endin. (2010). Psikologi Manajemen. Bandung: Penerbit Pustaka Setia.

Panda, Uttam Kumar. (2011). Role Conflict, Stress and Dual-Career Couples: An Empirical Study. The Journal of Family Welfare, Vol. 57, No 2.

Prakoso, Bayu. (2014). Hubungan antara Berfikir Positif dengan Kecemasan Berbicara Didepan Umum. Skripsi (tidak diterbitkan). Falkutas Psikologi. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Pratama, M.Y. (2010). Hubungan antara Konflik Peran Ganda dengan Stres Kerja pada Wanita Bekerja. Skripsi. Falkutas Psikologi. Universitas Sumatera Utara.

Poerwadarmanti, W.J.S. (1984). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Sabri, A. (1993). Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan. Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya.

Sarwono, A.W.S. (2002). Teori-teori Psikologi Sosial. Jakarta: C.V Rajawali

Simamora, H. (1995). Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: STIE YKPN.

Suryabrata, S. (1990). Metodelogi Penelitian. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Suryabrata, S. (1998). Metodelogi Penelitian (Cetakan II). Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Suwondo S.H, Nani. (2000). Kedudukan Wanita Indonesia dalam Hukum dan Masyarakat. Jakarta :Ghalia Indonesia.

Waluyo, Minto. (2013). Psikologi Industri. Jakarta: Akademia Pertama.

Widyanto, P. (2013). Hubungan antara Dukungan Sosial dengan Stres Kerja. Skripsi. Fakultas Psikologi. Universitas Muhammadiiyah Surakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Ubah field status pada table keuangan menjadi status_keu dgn type data varchar size 15 Ini juga gampang ….. alter table keuangan change status

Toko ini bergerak di bidang penjualan baju-baju yang pada awalnya menggunakan sistem penjualan langsung dengan melalui toko fisik1. Akan tetapi seiring dengan

Laporan Tugas Akhir ini dilatarbelakangi permasalahan mengenai potensi yang dimiliki Ekowisata Taman Air Tlatar, sistem manajemen pengelolaan Ekowisata Taman Air

Terdapat kubus ABCDEFGH dimana titik P adalah titik tengah garis FG, dan Jika terdapat Bola yang didalamnya kubus tersebut sehingga semua titik sudutnya

Dalam hal ini perlu adanya perubahan sosial yang memberi arah bahwa pendidikan merupakan pendekatan dasar dalam proses perubahan, untuk itu

Berdasarkan analisa multiple regression diketahui bahwa idealized influence, intellectual stimulation, dan laissez-faire berpengaruh signifikian pada cognitive dan relational

Hasil dari pengeringan dengan menggunakan sistem kendali diperoleh data proses pengeringan jagung pipilan dengan kadar air awal pengeringan bahan sebesar 20%b.b dengan

Pempek lajang merupakan inovasi pempek berbahan dasar ikan lele dan isi buah jamblang dengan nilai tambah dari keunikan produk, gizi, dan manfaat kesehatan.. Sasaran pasar untuk