HUBUNGAN ANTARA KONFLIK PERAN GANDA DENGAN STRES KERJA PADA WANITA DI PT PELITA TOMANGMAS
KARANGANYAR
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan oleh :
SUKATRI MELANI JUMILAH F 100 100 003
FAKULTAS PSIKOLOGI
HUBUNGAN ANTARA KONFIK PERAN GANDA DENGAN STRES KERJA PADA WANITA DI PT PELITA TOMANGMAS
KARANGANYAR
NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi
Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Psikologi
Diajukan oleh :
SUKATRI MELANI JUMILAH F 100 100 003
FAKULTAS PSIKOLOGI
HUBUNGAN ANTARA KONFIK PERAN GANDA DENGAN STRES KERJA PADA WANITA DI PT PELITA TOMANGMAS
KARANGANYAR
Sukatri Melani Jumilah Drs. Mohammad Amir, M.Si
sukatrimelani@yahoo.com
Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta
Abstraksi: Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara konflik peran ganda dengan stres kerja pada wanita. Hipotesis dari penelitian ini
adalah ada hubungan positif antara konflik peran ganda dengan stres. Subjek
dalam penelitian ini adalah seorang karyawan wanita di PT Pelita Tomangmas
Karanganyar dengan karakteristik sudah menikah dan seorang ibu rumah tangga,
tidak menikah tapi memiliki anak. Jumlah subjek pada penelitian ini yaitu 80
karyawan. Metode penelitian menggunakan metode kuantitatif. Analisi data
menggunakan teknik korelasi Pearson terpenuhinya uji normalitas dan uji linieritas yang menjadi syarat di laksanakannya analisis data menggunakan teknik
korelasi pearson.Hasil analisis data menunjukkan bahwa ada hubungan positif
antara konflik peran ganda dengan stres kerja, dapat dilihat dari nilai korelasi (r)
sebesar 0,591 dengan p = 0,000 (p<0,01). Hasil kategorisasi diketahui bahwa
variabel konflik peran ganda memiliki rerata empirik sebesar 127,44 dan rerata
hipotetik sebesar 115 yang berarti tergolong sedang. Variabel stres kerja memiliki
rerata empirik sebesar 129,04 dan rerata hipotetik sebesar 92,5 yang berarti
tergolong sangat tinggi. Sumbangan konflik peran ganda terhadap stres kerja
sebesar 34,92 %. Sisanya sebesar 65,08 % dipengaruhi oleh faktor lain diluar
konflik peran ganda. Kesimpulan dari penelitian ini adalah ada hubungan positif
antara konflik peran ganda dengan stres kerja pada wanita.
THE CORRELATION BETWEEN DOUBLE ROLE CONFLICT BY WORK STRESS AT WOMAN IN PT PELITA TOMANGMAS
KARANGANYAR
Sukatri Melani Jumilah
Drs. Mohammad Amir, M.si
Sukatrimelani@yahoo.com
Psychology Faculty of Muhammadiyah Surakarta Univeristy
Abstract: this research purpose was to identify the correlation between double role conflict by work stress at woman. Hypothesis from this research was there was positive correlation between double role conflict by stress. Subjek in this research was a woman employees in PT Pelita Tomangmas Karanganyar with the characteristic have a married and a housewife, live single but have the child. Sum up the subject in this research that was 80 employees. Research method use the quantitative method. The data analyze use correlation Pearson technique fufilled of normality test and linierity test becoming condition in executing it, the data analyze was use correlation pearson technique. The data analyze result was showing that there was positive correlation between double role conflict by work stress, can be knowable from correlation value (r) equal to 0,591 with p = 0,000 (p<0,01). Categorisation result known that double role conflict variable have empiric mean equal to 127,44 and hipotetic mean equal to 115 have a meaning middle of. Work stress variabel have empiric mean equal to 129,04 and hipotetic mean equal to 92,5 have a ameaning very high. Double role conflict contribution to stres work equal to 34,92%. The rest equal to 65,08% influenced by the other factors outside double role conflict. Conclusion from this research was there was positive correlation between double role conflict with works stress at woman.
PENDAHULUAN
Perkembangan dan pertumbuhan
ekonomi yang sangat pesat membuat
banyak harga-harga kebutuhan rumah
tangga, angkutan umum dan biaya
rumah sakit semakin mahal dan tidak
terjangkau untuk kalangan berekonomi
rendah. Hal ini menyebabkan banyak
wanitayang biasanya bertugas untuk
menjadi ibu rumah tangga ikut serta
dalam pemenuhan kebutuhan-kebutuhan
rumah tangga dan pengeluaran tiap
bulannya, karena itu banyak sering kali
kita jumpai wanita yang bekerja di
pabrik. Menurut Davis (1991) faktor
yang mendorong manusia bekerja
adalah adanya kebutuhan yang harus
dipenuhi.
Teknologi yang semakin
canggih dan budaya barat yang mulai
berkembang diindonesia membuat nilai
budaya yang ada hilang sehingga
sekarang ini tidak ada lagi perbedaan
antara wanita dan pria atau sering di
sebut juga emansipasi wanita, dimana
wanita memiliki kedudukan dan hak
yang sama seperti pria. Hal ini
menjadikan banyak wanita yang
memutuskan untuk mencari pekerjaan
untuk mendapatakan penghasilan agar
dapat membantu menopang kebutuhan
sehari-harinya. Salah satu alasan wanita
yang telah menikah tetap bekerja adalah
untuk membantu suami mereka
memenuhi kebutuhan-kebutuhan rumah
tangga dan juga mendukung
perekonomian keluarga.
Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Rini (2006) untuk
mengurangi tingkat stres kerja pada
wanita yang bekerja membutuhkan
lingkungan kerja yang menyenangkan
dan memberi ruang bagi individu untuk
melakukan berbagai permainan.
Membentuk lingkungan yang kondusif
seperti sangatlah tidak mudah bagi
sebuah perusahaan atau organisasi.
oleh Nyoman Triaryati (2003) karyawan
wanita telah terbukti menderita depresi
dan mengalami stres lebih cepat
dibandingkan pria, merupakan korban
terbesar dalam work-family conflict. Ketika karyawan wanita tersebut
menghadapi situasi kerja yang kurang
menyenangkan yang dialaminya karena
tidak adanya adaptasi yang dibutuhkan
oleh mereka, maka dengan mudahkan
timbul stres yang kemudian
berpengaruh pada kepuasan mereka
dalam bekerja.
Menurut Settless, dkk (Pratama,
2010) yang menyebutkan bahwa peran
ganda yang dijalankan wanita, baik
sebagai ibu rumah tangga maupun
sebagai wanita yang bekerja, dapat
menimbulkan konflik, baik konflik
intrapersonal maupun konflik
interpersonal.
Konflik yang berkepanjangan
dapat menyebabkan timbulnya respon
fisiologis, psikologis dan tingkah laku
sebagai bentuk penyesuaian diri
terhadap kondisi yang mengancam yang
disebut dengan stres. Menurut Rice
(Pratama,2010), seseorang dapat
dikategorikan mengalami stres kerja
jika urusan stres yang dialami
melibatkan juga pihak organisasi atau
perusahaan tempat individu bekerja.
Penyebabnya tidak hanya di dalam
perusahaan, karena masalah rumah
tangga yang terbawa kepekerjaan dan
masalah pekerjaan yang terbawa
kerumah dapat juga menjadi penyebab
stres kerja.
Untuk memahami sumber stres
kerja, kita harus melihat stres kerja ini
sebagia interaksi dari beberapa faktor,
yaitu stres di pekerjaan itu sendiri
sebagai faktor eksternal, danfaktor
internal seperti karakter dan persepsi
dari karyawan itu sendiri. Dengan kata
lain, stres kerja tidak semata-mata
disebabkan masalah internal, sebab
tergantung pada reaksi subjektif
individu masing-masing. Beberapa
sumber stres dianggap sebagai sumber
stres kerja karena kondisi pekerjaan,
stres karena peran, hubungan
interpersonal, kesempatan
pengembangan karir, dan struktur
organisasi (Rice dalam Pratama, 2010).
Permasalahan muncul karena
wanita yang sudah menikah dan bekerja
dituntut untuk dapat mengerjakan dua
peran sekaligus tetapi kenyataanya
wanita yang memiliki dua peran
sekaligus tidak dapat membagi waktu
antara pekerjaannya ditempat kerja dan
tugasnya sebagai seorang ibu rumah
tangga. Menurut kesaksian dari
beberapa karyawati PT Pelita
Tomangmas, peneliti menemukan fakta
dari pengakuan beberapa karyawan
berdasarkan aspek stres kerja yaitu fisik,
psikologis, dan perilaku. Berdasarkan
aspek fisik, karyawan menyatakan
bahwa karyawan sering mengalami
kelelahan sehingga mengalami sakit
kepala karena beratnya pekerjaan yang
diberikan oleh atasan karena banyak
pemesanan di pabrik karyawan ini
bekerja. Berdasarkan aspek psikologis,
karyawan mengaku merasa tekanan
yang diberikan oleh atasan sangat
mebuat mereka terbebani hingga
membuat para pekerja frustasi dan
mudah marah, dan lingkungan yang ada
di pabrik kurang menyenangkan
membuat karyawan ingin cepat pulang.
Kemudian terakhir berdasarkan aspek
perilaku, beberapa karyawan mengaku
ada beberapa rekan mereka yang
bermalas-malasan saat bekerja dan
terkadang meminta bantuan rekan
lainnya atau bahkan meminta rekan
lainnya unutk mengerjakan tugas
mereka, banyak dari mereka yang jika
memiliki masalah akan mudah
tersinggung sehingga kinerja dan
produktivitasnya di pabrik menurun.
meninggalkan dan menitipkan anak
mereka pada orang tua yang sudah tua
atau orang-orang terdekat mereka.
Tidak dapat menyiapkan makan siang
untuk suami dan harus bekerja sampai
sore sehingga jarang memiliki waktu
untuk berkumpul dengan keluarga
mereka. Rasa bersalah membuat subjek
ingin berhenti bekerja, tapi jika tidak
bekerja mereka tidak dapat membantu
perekonomian keluarga.
Penelitian yang dilakukan oleh
Rice (1999) wanita yang mengalami
stres kerja lebih tinggi dibanding
laki-laki, perbandingan stres kerja wanita
dan laki-laki didapatkan hasil rata-rata
sebesar 28% wanita yang mengalami
stres ditempat kerja, sedangkan pada
laki-laki didapatkan rata-rata sebesar
20%, hal ini disebabkan adanya
diskriminasi ditempat kerja seperti
peraturan yang berbeda pekerja wanita
dan laki-laki, atasan yang kurang
bijaksana, waktu kerja yang terlalu lama
dan ketidaknyamanan psikologis. Stres
yang biasa wanita alami bisa di
sebabkan oleh banyaknya tekanan baik
dari atasan tempat bekerja maupun
tekanan tuntutan di rumah. Di tempat
kerja wanita di tuntut bekerja sesuai
dengan kebijakan yang ada di tempat
kerja dan biasa menuntut wanita untuk
bekerja lebih dari 12 jam perhari. Saat
di rumah wanita di tuntut untuk
mengurus semua kebutuhan yang di
perlukan suami dan anak jika memang
sudah memiliki anak dan kadang
mengurus keperluan orang tua baik
orang tua wanita ataupun orang tua pria
atau suami. Konflik yang
berkepanjangan dapat menyebabkan
timbulnya respon fisiologis, psikologis
dan tingkah laku sebagai bentuk
penyesuaian diri terhadap kondisi yang
mengancam yang disebut dengan stres.
Rice (1992), seseorang dapat
dikategorikan mengalami stress kerja
melibatkan juga pihak organisasi atau
perusahaan tempat individu bekerja.
Namun penyebabnya tidak hanya di
dalam perusahaan, karena masalah
rumah tangga yang terbawa ke
pekerjaan dan masalah pekerjaan yang
terbawa ke rumah dapat juga menjadi
penyebab stres kerja.
Berdasarkan uraian diatas dapat
disimpulkan bahwa wanita yang ikut
bekerja untuk membantu suaminya,
memenuhi kebutuhan-kebutuhan rumah
tangga akan mengalami konflik peran
atau work-family conflict antara kewajibannya mengurus rumah dan
kewajibannya ditempat bekerja.
Ditempat kerja wanita dituntut oleh
atasannya untuk dapat menyelesaikan
semua pekerjaan dengan baik tanpa
atasannya mau mengetahui masalah
yang dihadapi wanita yang telah
menikah dan membuat wanita tertekan.
Wanita lebih cepat mengalami stres di
banding pria karena tekanan dari
pekerjaan dan tekanan dari keluarganya.
Wanita yang berperan ganda
merupakan topik yang ingin dikaji oleh
peneliti.Sehingga didapatkan rumusan
masalah yang penulis ajukan adalah
sebagai berikut : ”Apakah ada
hubungan antara konflik peran ganda
dengan stress kerja pada wanita?”
Berdasarkan rumusan masalah di
atas maka penulis ingin mengadakan
penelitian dengan judul: Hubungan
antara Konflik Peran Ganda dengan
Stress Kerja Pada Wanita
Penelitian yang dilakukan bertujuan
untuk mengetahui:
1. Hubungan antara konflik peran
ganda dengan stress kerja pada
wanita.
2. Tingkat konflik peran ganda pada
wanita.
4. Peran konflik peran ganda terhadap
stres kerja.
Manfaat dari penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Manfaat teoritis
Manfaat teoritis dari
penelitian ini adalah untuk
memperkaya dan menambah
pengetahuan yang berhubungan
dengan ilmu psikologi khususnya di
bidang psikologi industri terutama
konflik peran ganda dan stres kerja.
2. Manfaat praktis
Manfaat praktis dari
penelitian ini yaitu penelitian ini
diharapkan dapat memberikan
masukan kepada perusahaan dan
karyawan perusahaan dalam
mengatasi konflik peran ganda dan
stres kerja yang terjadi didalam
pabrik.
METODE PENELITIAN
Variabel yang digunakan untuk
penelitian ini adalah konfllik peran
ganda dan stres kerja. Subjek dalam
penelitian ini adalah karyawan PT Pelita
Tomangmas dengan karakteristik : (1)
Karyawati PT Pelita Tomangmas; (2)
telah menikah atau telah memiliki anak.
Jumlah subjek dalam penelitian ini
berjumlah 80 karyawan.
Metode pengumpulan data pada
penelitian ini menggunakan pendekatan
kuantitatif dengan menggunakan dua
skala yaitu skala konflik peran ganda
dan skalastres kerja.
a. Skala konflik peran ganda yang
digunakan adalah skala yang
disusun oleh Pratama (2010) dan
telah dimodifikasi penulis. Skala ini
memiliki nilai validitas isi
mengunakan formula aiken dari
penilaian relevansi butir aitem oleh
3 ahli dan memiliki nilai reliabilitas
alpha cronbach sebesar 0,901. b. Skala stres kerja yang digunakan
adalah skala yang disusun oleh
dimodifikasi penulis. Skala ini
memiliki nilai validitas isi
mengunakan formula aiken dari
penilaian relevansi butir aitem oleh
3 ahli dan memiliki nilai reliabilitas
alpha cronbach sebesar 0,750. Teknik analisis data yang digunakan
pada penelitian ini adalah korelasi
Pearson.
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Uji hipotesis menggunakan uji
korelasi Parametrik Pearson dikarenakan uji korelasi Parametrik
terpenuhi, yaitu uji asumsi seperti uji
normalitas dan uji linieritas.
Berdasarkan hasil analisis, diperoleh
Correlation Coefficientr = 0,591 dengan p = 0,000 (p<0.01). Hasil tersebut
menunjukkan bahwa ada hubungan
positif yang sangat signifikan antara
konflik peran ganda dengan stres kerja.
Hal ini menunjukkan bahwa semakin
tinggi konflik peran ganda maka
semakin tinggi pula stres kerja.
Sebaliknya semakin rendah konflik
peran ganda maka semakin rendah stres
kerjanya.
Hasil yang didapat dari
pengujian hipotesis menunjukkan
bahwa ada hubungan yang sangat
signifikan antara variabel konflik peran
ganda dan stres kerja. Hal tersebut
ditunjukkan dengan analisis data
korelasi pearson, r = 0,591 dengan p =
0,000 (p<0,01). Hasil ini menunjukkan
hubungan kedua variabel sangat
signifikan. Nilai r yang positif menunjukkan arah hubungan yang
positif diantara kedua variabel, yaitu
semakin tinggi skor konflik pera ganda
maka semakin tinggi pula skor stres
kerja, begitupun sebaliknya. Hasil ini
sesuai dengan hipotesis peneliti yaitu
ada hubungan positif antara konflik
peran ganda dengan stres kerja.
Hipotesis penelitian yang diterima
ganda dapat memprediksikan stres
kerja.
Cooper (2010) mengatakan
bahwa salah satu faktor penyebab
terjadinya konflik peran ganda pada
wanita adalah stres karena peran.
Masalahnya, wanita bekerja ini
menghadapi konflik peran sebagai
wanita karir sekaligus ibu rumah
tangga. Terutama dalam alam
kebudayaan Indonesia, wanita sangat
dituntut perannya sebagai ibu rumah
tangga yang baik dan benar sehingga
banyak wanita karir yang merasa
bersalah ketika harus bekerja. Perasaan
bersalah ditambah dengan tuntutan dari
dua sisi, yaitu pekerjaan dan ekonomi
rumah tangga, sangat berpotensi
menyebabkan wanita bekerja
mengalami stres.
Rerata empirik pada variabel
konflik peran ganda sebesar 127,44 dan
rerata hipotetiknya sebesar 115 yang
berarti tingkat konflik peran ganda pada
subjek penelitian tergolong sedang.
Kondisi ini dapat menunjukan bahwa
dalam penelitian ini karyawati PT Pelita
Tomangamas Karanganyar mengalami
konflik peran ganda dengan taraf
sedang.
Rerata empirik pada variabel stres
kerja sebesar 129,04 dan rerata
hipotetiknya sebesar 92,5 yang berarti
tingkat stres kerja pada subjek
penelitian tergolong sangat tinggi.
Kondisi ini menunjukan bahwa dalam
penelitian ini karyawati PT Pelita
Tomangamas Karanganyar mengalami
stres kerja dengan taraf yang sangat
tinggi.
Sumbangan efektif konflik peran
ganda terhadap stres kerja adalah
sebesar 34,92 % yang ditunjukkan
dengan nilai r kuadrat sebesar 0,349.
Hal ini menunjukkan bahwa terdapat
faktor-faktor lain sebesar 65,08 % yang
mempengaruhi stres kerja selain konflik
kerja, gaya kepemimpinan otoriter,
perilaku agresif, pembayaran upah atau
peluang dalam bekerja.
Hasil penelitian ini juga sesuai
dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Benyamin (2008) pada karyawati
di CV Semoga Jaya Samarinda yang
mengatakan ada hubungan antara
konflik peran ganda dengan stres kerja.
Berdasarkan hasil penelitian dapat
diketahui ada hubungan positif yang
sangat signifikan antara konflik peran
ganda dengan stres kerja, namun hasil
penelitian ini memiliki beberapa
kelemahan.
Kelemahan yang pertama subyek
penelitian yang berjumlah 80 orang
yang terdiri dari 78 orang bagian
produksi dan 2 orang satpam, 2 satpam
membuat data penelitian tidak homogen
sebaiknya hanya mengambil subyek
bagian produksi saja agar data yang
didapat homogen dan subyek penelitian
seharusnya memiliki jam kerja dan
beban kerja yang relatif sama.
Kelemahan yang kedua pengambilan
data penelitian menggunakan skala yang
seluruhnya dititipkan dan dikordinir
oleh bagian personalia sebaiknya
dilakukan sendiri oleh peneliti, agar
peneliti dapat terjun langsung
mengawasi dan memastikan sendiri
pengisian skala oleh karyawati
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan yang telah diuraikan maka
dapat ditarik kesimpulan bahwa :
1. Ada hubungan positif yang sangat
signifikan antara konflik peran
ganda dengan stres kerja pada
wanita yang bekerja di PT Pelita
Tomangmas.
2. Tingkat konflik peran ganda pada
wanita yang bekerja di PT Pelita
Tomangmas Karanganyar
tergolong sedang.
3. stres kerja pada wanita yang
Karanganyar tergolong sangat
tinggi.
4. Sumbangan efektif (SE) variabel
konflik peran ganda dengan stres
kerja sebesar 34,92% yang berarti
sangat signifikan.
SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dan
kesimpulan yang diperoleh, maka
peneliti memberikan sumbangan saran
yang diharapkan dapat bermanfaat,
yaitu:
1. Bagi bagian personalia, bagian sdm
dan bagian produksi hasil penelitian
ini dapat dijadikan informasi untuk
menjadi cara mengatasi stres kerja
yang dikarenakan adanya konflik
peran ganda yahg di alami karyawan
wanita.
2. Bagi karyawati yang sekaligus
menjadi seorang ibu dan seorang
istri yang melakukan dua peran
yaitu peran sebagai ibu rumah
tangga dan peran sebagai seorang
karyawan agar dapat mengatasi stres
kerja yang disebabkan oleh tugas
pekerjaan dan tugas rumah tangga.
3. Bagi peneliti selanjutnya atau
pihak-pihak lainnya yang berkompeten
dan berminat meneliti tentang stres
kerja harus melihat faktor-faktor
lainnya selain konflik peran ganda
jika ingin meneliti tentang stres
kerja, pengisian skala/instrumen
harus di kondinir dan di awasi
secara langsung oleh peneliti agar
pengisian instrumen sesuai dengan
ketentuan yang dibuat oleh peneliti,
peneliti juga harus menetapkan
subyek di satu bagian agar data yang
didapatkan homogen.
DAFTAR PUSTAKA
Anogara, P. (2000). Psikologi Kerja. Jakarta: Rineka Cipta.
Anorogo, P. dan Widiyanti, N. (2002). Psikologi dalam Perusahaan. Jakarta: Rineka Cipta.
Azwar, S. (2010). Tes Prestasi: Fungsi Pengembangan Pengukuran Prestasi Belajar Edisi II. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Azwar, S. (2011). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Azwar, S. (2013). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Bandura, Albert. (1997). Self efficacy: The exercise of control. New York: W. H.
Business Organization. (2007). Encyclopædia Britannica. Encyclopædia Britannica 2007 Ultimate Reference Suite. Chicago: Encyclopædia Britannica.
Dayakisni, Tri & Yuniardi, Salis. (2004). Psikologi Lintas Budaya. Malang: UMM Press.
Benyamin. (2008). Hubungan antara Konflik Peran Ganda dengan Stres Kerja pada Karyawati CV.
SEMOGA JAYA
SAMARINDA. Skripsi. Falkutas Psikologi. Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda.
Bungin, Burhan. 2011. Metodelogi Penelitian Kuantitatif: Komunikasi, Ekonomi, dan Kebijakan Publik serta Ilmu-ilmu Sosial lainnya (Edisi kedua). Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Chaplin, J.P. (2002). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Cooper, C.L. & Makin, P. 1995. Psikologi untuk Manajer (Edisi Pertama). Jakarta: Arcan.
Erdwins, C.J., Buffardi, L.C., Casper, W.J., O’Brien, A.S., (2001). The relationship of women’s role strain to social support, role satisfaction, and self-efficacy. Family Relations, 50 (3), 230-239.
Egelman, Wiliam. (2004). Understanding families. New York: Pearson Education.
Feist, J. & Feist J. J. (2002). Theories of personality. Boston: Mc Graw-Hill.
Hadi, S. (1990). Metodelogi Riset II. Yogyakarta: Yayasan Penerbit Falkutas Psikologi UGM.
Hadi, S. (2000). Statistik Jilid II. Yogyakarta: Andi.
Hadi, S. (2001). Metodelogi Reasearch I. Yogyakarta: Andi.
Hawari, Dadang. (2006). Manajemen Stres Kerja, Cemas, dan Depresi. Jakarta: Falkutas Kedokteran Universitas Indonesia.
Hurlock, E.B. (1999). Psikologi perkembangan: Suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan (Edisi ke-5). Jakarta: Penerbit Erlangga.
Hogg, MA., Vaughan, GM., (2002). Social psychology. Harlow: Prentice Hall.
Ivancevich, J.M , Konopaske, R dan Matteson, M.T . (2007). Perilaku dan Manajemen Organisai Jilid 1 Edisi 7. Jakarta : Penerbit Erlangga.
Kusumawati, Martina. (2007). Hubungan Konflik Peran Ganda dengan Perilaku Agresif pada Wanita Karier. Naskah Publikasi. Falkutas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya. Universitas Islam Indonesia Yogyakarta.
Morrison, N. R. (2012). The Effects of Dual-Income Stress in Organizational Outcomes. East Texas Baptist University.
Munandar, A.S. (2011). Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.
Nasrudin, M.Si, Dr. H. Endin. (2010). Psikologi Manajemen. Bandung: Penerbit Pustaka Setia.
Panda, Uttam Kumar. (2011). Role Conflict, Stress and Dual-Career Couples: An Empirical Study. The Journal of Family Welfare, Vol. 57, No 2.
Prakoso, Bayu. (2014). Hubungan antara Berfikir Positif dengan Kecemasan Berbicara Didepan Umum. Skripsi (tidak diterbitkan). Falkutas Psikologi. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Pratama, M.Y. (2010). Hubungan antara Konflik Peran Ganda dengan Stres Kerja pada Wanita Bekerja. Skripsi. Falkutas Psikologi. Universitas Sumatera Utara.
Poerwadarmanti, W.J.S. (1984). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Sabri, A. (1993). Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan. Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya.
Sarwono, A.W.S. (2002). Teori-teori Psikologi Sosial. Jakarta: C.V Rajawali
Simamora, H. (1995). Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: STIE YKPN.
Suryabrata, S. (1990). Metodelogi Penelitian. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Suryabrata, S. (1998). Metodelogi Penelitian (Cetakan II). Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Suwondo S.H, Nani. (2000). Kedudukan Wanita Indonesia dalam Hukum dan Masyarakat. Jakarta :Ghalia Indonesia.
Waluyo, Minto. (2013). Psikologi Industri. Jakarta: Akademia Pertama.
Widyanto, P. (2013). Hubungan antara Dukungan Sosial dengan Stres Kerja. Skripsi. Fakultas Psikologi. Universitas Muhammadiiyah Surakarta.