BAB II
PEMBELAJARAN Al-QUR’AN HADITS DAN PEMAHAMAN ILMU TAJWID
A. Pembelajaran Al-Qur’an Hadits 1. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan , penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Proses pembelajaran dialami sepanjang hayat seorang manusia serta dapat berlaku di manapun dan kapanpun. Pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran, walaupun mempunyai konotasi yang berbeda.
Pembelajaran adalah pemberdayaan potensi peserta didik menjadi kompetensi. Kegiatan pemberdayaan ini tidak dapat berhasil tanpa ada orang yang membantu.Menurut Dimyati dan Mudjiono (Syaiful Sagala, 2011:62) pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalamdesain intruksional, untuk membuat belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar.
Konsep pembelajaran menurut Corey (Syaiful Sagala, 2011:61) adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respons terhadap situasi tertentu, pembelajaran merupakan subset khusus dari pendidikan.
Pembelajaran mengandung arti setiap kegiatan yang dirancang untuk membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan dan nilai yang baru.
Proses pembelajaran pada awalnya meminta guru untuk mengetahui kemampuan dasar yang dimiliki oleh siswa meliputi kemampuan dasar, motivasinya, latar belakang akademisnya, latar belakang ekonominya, dan
lain sebagainya. kesiapan guru untuk mengenal karakteristik siswa dalam pembelajaran merupakan modal utama penyampaian bahan belajar dan menjadi indikator suksesnya pelaksanaan pembelajaran.
Dapat ditarik kesimpulan bahwa Pembelajaran adalah usaha sadar dari guru untuk membuat siswa belajar, yaitu terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa yang belajar, dimana perubahan itu dengan didapatkannya kemampuan baru yang berlaku dalam waktu yang relative lama dan karena adanya usaha
2. Komponen-komponen Pembelajaran
Dalam pembelajaran terlebih dahulu guru harus mengetahui Komponen-komponen apa saja yang diperlukan dalam proses belajar mengajar. Komponen-komponen pembelajaran ini merupakan pengambilan keputusan yang harus dimiliki guru sebelum dan sesudah pembelajaran.
Komponen-komponen pembelajaran itu, diantaranya : a. Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran pada dasarnya merupakan harapan, yaitu apa yang diharapkan dari siswa sebagai halis belajar. Robert F. Meager memberi batasan yang lebih jelas tentang tujuan pembelajaran yaitu maksud yang dikomunikasikan melalui pernyataan yang menggambarkan tentang perubahan yang diharapkan dari siswa.
(Sumiati dan Asra, 2009: 10)
Menurut H. Daryanto (2005:58) Tujuan pembelajaran adalah tujuan yang menggambarkan pengetahuan, kemampuan, keterampilan, dan sikap yang harus dimiliki siswa sebagai akibat dari hasil pembelajaran yang dinyatakan dalam bentuk tingkah laku yang dapat diamati dan diukur. B. Suryosubroto (1990 :23) menegaskan bahwa tujuan pembelajaran adalah rumusan secara terperinci apa saja yang harus dikuasai oleh siswa sesudah ia melewati kegiatan pembelajaran yang bersangkutan dengan keberhasilan dari proses pembelajaran itu sendiri.
Tujuan pembelajaran tercantum dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).RPP merupakan komponen penting dalam kurikulum yang pengembangnya harus dilakukan secara professional.
Tujuan pembelajaran harus dirumuskan secara lengkap agar tidak menimbulkan penafsiran yang bermacam-macam. Suatu tujuan pembelajaran juga harus memenuhi syarat-syarat berikut :
1. Spesifik, artinya tidak mengandung penafsiran (tidak menimbulkan penafsiran yang bermacam-macam)
2. Operasional, artinya mengandung satu perilaku yang dapat diukur untuk memudahkan penyusunan alat evaluasi.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulakan bahwa tujuan pembelajaran adalah rumusan secara terperinci apa saja yang harus dikuasai oleh siswa sebagai akibat dari hasil pembelajaran yang dinyatakan dalam bentuk tingkah laku yang dapat diamati dan diukur.
Rumusan tujuan pembelajaran ini harus desesuailan dengan standar kompetesi, kompetensi dasar, dan indicator pencapaian siswa. Selain itu tujuan pembejaran yang dirumuskan juga harus spesifik dan operasional agar dapat digunakan sebagai tolak ukur keberhasilan dari proses pembelajaran.
b. Materi Pembelajaran
Materi pembelajaran atau materi pelajaran adalah bahan yang digunakan untuk belajar dan yang dapat membantu untuk mencapai tujuan pembelajaran. (W.S Winkel, 1996:295)
Agar dalam penyampaian materi tidak meluas dan tidak melebar perlu diperhatikan kriteria untuk menyeleksi materi yang akan diajarkan. Kriteria-kriteria tersebut adalah seperti dibawah ini :
1) Materi pelajaran harus relevan terhadap tujuan pembelajaran yang hendak dicapai
2) Materi pelajaran harus sesuai dalam tarap kesulitanya dengan kemampuan siswa untuk menerima dan mengolah bahan pelajaran tersebut.
3) Materi pelajaran dapat menunjang motivasi siswa, antara lain karena relevan dengan kehidupan sehari-hari siswa.
4) Materi pelajaran membantu untuk melibatkan diri secara aktif, baik dengan berfikir sendiri ataupun dengan melakukan berbagai kegiatan.
5) Materi pelajaran sesuai dengan prosedur didaktis yang diikuti.
6) Materi pelajaran sesuai dengan media pengeajaran yang tersedia.
Menurut Eggen & Kauchak (1998) Menjelaskan bahwa ada enam ciri pembelajaran yang efektif, yaitu:
a. Siswa menjadi pengkaji yang aktif terhadap lingkungannya melalui mengobservasi, membandingkan, menemukan kesamaan- kesamaan dan perbedaan-perbedaan serta membentuk konsep dan generalisasi berdasarkan kesamaan-kesamaan yang ditemukan, b. Guru menyediakan materi sebagai fokus berpikir dan berinteraksi
dalam pelajaran,
c. Aktivitas-aktivitas siswa sepenuhnya didasarkan pada pengkajian.
d. Guru secara aktif terlibat dalam pemberian arahan dan tuntunan kepada siswa dalam menganalisis informasi
e. Orientasi pembelajaran penguasaan isi pelajaran dan pengembangan keterampilan berpikir, serta
f. Guru menggunakan teknik mengajar yang bervariasi sesuai dengan tujuan dan gaya mengajar guru.
Adapun ciri-ciri pembelajaran yang menganut unsur-unsur dinamis dalam proses belajar siswa sebagai berikut :
1. Motivasi belajar
Motivasi dapat dikatakan sebagai serangkaina usaha untuk menyediakan kondisi kondisi tertentu, sehingga seseorang itu mau dan ingin melakukan sesuatau, dan bila ia tidak suka, maka ia akan berusaha mengelakkan perasaan tidak suka itu. Jadi, motivasi dapat dirangsang dari luar, tetapi motivasi itu tumbuh di dalam diri seseorang. Dalam kegiatan
belajar, maka motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri seseorang/siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjalin kelangsungan dan memberikan arah pada kegiatan belajar sehingga tujuan yang dihendaki dapat dicapai oleh siswa (Sardiman, A.M.
1992)
2. Bahan belajar
Yakni segala informasi yang berupa fakta, prinsip dan konsep yang diperlukan untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Selain bahan yang berupa informasi, maka perlu diusahakan isi pengajaran dapat merangsang daya cipta agar menumbuhkan dorongan pada diri siswa untuk memecahkannya sehingga kelas menjadi hidup.
3. Alat Bantu belajar
Semua alat yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran, dengan maksud untuk menyampaikan pesan (informasi)) dari sumber (guru maupun sumber lain) kepada penerima (siswa). Informasi yang disampaikan melalui media harus dapat diterima oleh siswa, dengan menggunakan salah satu ataupun gabungan beberapa alat indera mereka. Sehingga, apabila pengajaran disampaikan dengan bantuan gambar- gambar, foto, grafik, dan sebagainya, dan siswa diberi kesempatan untuk melihat, memegang, meraba, atau mengerjakan sendiri maka memudahkan siswa untuk mengerti pengajaran tersebut.
4. Suasana belajar
Suasana yang dapat menimbulkan aktivitas atau gairah pada siswa adalah apabila terjadi :
a. Adanya komunikasi dua arah (antara guru-siswa maupun sebaliknya) yang intim dan hangat, sehingga hubungan
guru-siswa yang secara hakiki setara dan dapat berbuat bersama.
b. Adanya kegairahan dan kegembiraan belajar. Hal ini dapat terjadi apabila isi pelajaran yang disediakan berkesesuaian dengan karakteristik siswa.
Kegairahan dan kegembiraan belajar juga dapat ditimbulkan dari media, selain isi pelajaran yang disesuaiakan dengan karakteristik siswa, juga didukung oleh faktor intern siswa yang belajar yaitu sehat jasmani, ada minat, perhatian, motivasi, dan lain sebagainya.
5. Kondisi siswa yang belajar
Mengenai kondisi siswa, dapat dikemukakan di sini sebagai berikut :
a. Siswa memilki sifat yang unik, artinya antara anak yang satu dengan yang lainnya berbeda.
b. Kesamaan siwa, yaitu memiliki langkah-langkah perkembangan, dan memiliki potensi yang perlu diaktualisasikan melalui pembelajaran.
Kondisi siswa sendiri sangat dipengaruhi oleh faktor intern dan juga faktor luar, yaitu segala sesuatu yang ada di luar diri siswa, termasuk situasi pembelajaran yang diciptakan guru. Oleh Karena itu kegiatan pembelajaran lebih menekankan pada peranan dan partisipasi siswa, bukan peran guru yang dominan, tetapi lebih berperan sebagai fasilitaor, motivator, dan pembimbing.
c. Metode pembelajaran
Metode merupakan salah satu strategi atau cara yang digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran yang hendak dicapai, semakin tepat metode yang digunakan oleh seorang guru maka pembelajaran akan semakin baik. Metode berasal dari kata methodos dalam bahasa Yunani yang berarti cara atau jalan. Sudjana (2005: 76) berpendapat
bahwa metode merupakan perencanaan secara menyeluruh untuk materi pembelajaran bahasa secara teratur, tidak ada satu bagian yang bertentangan, dan semuanya berdasarkan pada suatu pendekatan tertentu. Pendekatan bersifat aksiomatis yaitu pendekatan yang sudah jelas kebenarannya, sedangkan metode bersifat prosedural yaitu pendekatan dengan menerapkan langkah-langkah. Metode bersifat prosedural maksudnya penerapan dalam pembelajaran dikerjakan melalui langkah-langkah yang teratur dan secara bertahap yang dimulai dari penyusunan perencanaan pengajaran, penyajian pengajaran, proses belajar mengajar, dan penilaian hasil belajar.
Salamun menyatakan bahwa metode pembelajaran ialah sebuah caracara yang berbeda untuk mencapai hasil pembelajaran yang berbeda dibawah kondisi yang berbeda. Hal itu berarti pemilihan metode pembelajaran harus disesuaikan dengan kondisi pembelajaran dan hasil pembelajaran yang ingin dicapai. Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran merupakan sebuah perencanaan yang utuh dan bersistem dalam menyajikan materi pelajaran. Metode pembelajaran dilakukan secara teratur dan bertahap dengan cara yang berbeda-beda untuk mencapai tujuan tertentu dibawah kondisi yang berbeda (Sudrajat,2009:7).
d. Media Pembelajaran
Media pembelajaran merupakan kegiatan yang melibatkan siswa dan guru dengan menggunakan berbagai sumber belajar baik dalam situasi kelas maupun di luar kelas. Dalam arti media yang digunakan untuk pembelajaran tidak terlalu identik dengan situasi kelas dalam pola pengajaran konvensional namun proses belajar tanpa kehadiran guru dan lebih mengandalkan media termasuk dalam kegiatan pembelajaran.
Rudi susilana dan Cepi Riyana (2009:9) mengklarifikasikan penggunaaan media berdasarkan tempat penggunaanya yaitu :
1. Penggunaan media di kelas
Pada teknik ini media dimanfaatkan untuk menunjang tercapainya tujuan tertentu dan penggunaannya dipadukan dengan proses belajar mengajar dalam situasi kelas. Dalam merencanakan pemanfaatan media tersebut guru harus melihat tujuan yang akan dicapai, materi pembelajaran yang mendukung tercapainya tujuan tersebut, serta strategi belajar mengajar yang sesuai untuk mencapai tujuan tersebut.
2. Penggunaan media di luar kelas
Media tidak secara langsung dikendalikan oleh guru, namun digunakan oleh siswa sendiri tanpa instruksi guru atau melalui pengontrolan oleh orang tua siswa. Penggunaan media di luar kelas dapat dibedakan menjadi dua kelompok utama, yaitu penggunaan media tidak terprogram dan penggunaan media secara terprogram.
a. Penggunaan media tidak terprogram
Penggunaan media dapat terjadi di masyarakat luas. Hal ini ada kaitannya dengan keberadaan media massa yang ada di masyarakat. Penggunaan media ini bersifat bebas yaitu bahwa media itu digunakan tanpa dikontrol atau diawasi dan tidak terprogram sesuai tuntutan kurikulum yang digunakan oleh guru atau sekolah.
b. Penggunaan media secara terprogram
Media digunakan dalam suatu rangkaian yang diatur secara sistematik untuk mencapai tujuan tertentu disesuaikan dengan tuntutan kurikulum yang sedang berlaku. Peserta didik sebagai sasaran diorganisasikan dengan baik sehingga mereka dapat menggunakan media itu secara teratur, berkesinambungan dan mengikuti pola belajar mengajar tertentu.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran merupakan peralatan yang membawa pesan- pesan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Jenis-jenis media
pembelajaran sangat beragam dan mempunyai kelebihan dan kelemahan masing-masingmaka diharapkan guru dapat memilih media pembelajaran sesuai dengan kebutuhan agar proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif. Selain dalam memilih media pembelajaran, guru juga harus dapat memperlihatkan penggunaan media pembelajaran. Media pembelajaran yang tidak digunakan secara maksimal juga akan mempengaruhi hasil belajar siswa.
e. Evaluasi Pembelajaran
Istilah evaluasi (evaluation) menujuk pada suatu proses untuk menentukan nilai dari suatu kegiatan tertentu.Evaluasi berarti penentuan sampai seberapa jauh sesuatu berharga, bermutu, atau bernilai. Evaluasi terhadap hasil belajar yang dicapai oleh siswa dan terhadap proses belajarmengajar mengandung penilaian terhadap hasil belajar atau proses belajar itu, sampai beberapa jauh keduanya dapat dinilai baik. Evaluasi merupakan salah satu komponen dalam sistem pembelajaran. Dalam hubungannya dengan pembelajaran dijelaskan oleh Harjanto (2005: 277) evaluasi pembelajaran adalah penilaian atau penaksiran terhadap pertumbuhan dan kemajuan peserta didik kearah tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam hukum. Hasil penilaian ini dapat dinyatakan secara kuantitatif maupun kualitatif. Dari pengertian tersebut dapat diketahui salah satu tujuan evaluasi pembelajaran adalah untuk mendapatkan data pembuktian yang akan mengukur sampai dimana tingkat kemampuan dan pemahaman peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran. Dengan demikian evaluasi menempati posisi yang sangat penting dalam proses pembelajaran.
Karena dengan adanya evaluasi keberhasilan pembelajaran dapat diketahui.
1. Mengetahui apakah siswa sudah menguasai materi pembelajaran yang disajikan oleh guru
2. Mengetahui bagian mana yang belum dikuasai oleh siswa, sehingga dia berusaha untuk mempelajarinya lagi sebagai upaya perbaikan.
3. Penguatan bagi siswa yang sudah memperoleh skor tinggi dan menjadi dorongan atau motivasi untuk belajar lebih baik.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa evaluasi pembelajaran merupakan penilaian terhadap kemajuan siswa dalam melaksanakan proses pembelajaran. Evaluasi pembelajaran menempati posisi yang sangat penting dalam proses pembelajaran. Karena dengan adanya evaluasi pembelajaran keberhasilan pembelajaran dapat diketahui hasilnya. Oleh karena itu evaluasi pembelajaran harus disusun dengan tepat, agar dapat menilai kemampuan siswa dengan tepat.
3. Pengertian Al-Qur’an Hadits 1. Pengertian Al-Qur‟an
Menurut bahasa, Al-Ajaj berpendapat bahwa Al-Qur‟an merupakan bentuk masdar dari kata نارق -ؤرقي -ارق maka Al-Qur‟an berarti bacaan yang dibaca. Sedang menurut istilah Al-Qur‟an adalah:
“Al-Qur‟an adalah kalamullah yang mengandung mukjizat, yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW yang termaktub dalam mushaf-mushaf (lembaran-lembaran yang dijilid) yang disalin dengan jalan mutawatir, yang membacanya bernilai ibadah”.
Al-Qur‟an adalah kitab suci umat Islam yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW melalui Malaikat Jibril, untuk diteruskan penyampaiannya kepada seluruh umat manusia di muka bumi ini sampai akhir zaman. Oleh karena itu Al-Qur‟an adalah petunjuk paling lengkap bagi umat manusia. (Wisnu Arya Wardhana, 2004 : 46)
Allah SWT menurunkan Al-Qur‟an untuk memastikan petunjuk- Nya bagi perjalanan hidup manusia, sehingga kehidupan mereka dapat diatur dengan petunjuk danagama yang diturunkan oleh Allah SWT.
Dengan cahaya petunjuk-Nya Allah SWT memberikan petunjuk kepada umat manusia ke jalan yang lebih lurus, mengeluarkan manusia dari kegelapan kepada cahaya yang terang benderang (Al-Qur‟an dan As- Sunnah) ( Yusuf Qardhawi, 1997 : 19)
Firman Allah SWT dalam surat Al-An‟am : 155
Artinya : Dan Al-Quran itu adalah Kitab yang kami turunkan yang diberkati, Maka ikutilah dia dan bertakwalah agar kamu diberi rahmat.
2. Pengertian Hadits
Menurut bahasa kata Al-Hadits artinya Al-Jadid (baru), Al- Khabar (berita), pesan keagamaan, pembicaraan. Dalam ilmu hadits Al- Hadits adalah pembicaraan yang diriwayatkan atau diasosiasikan kepada Nabi Muhammad SAW. Segala sesuatu yang berupa berita yang dikatakan berasal dari Nabi disebut Al-Hadits. Boleh jadi berita itu berwujud ucapan, tindakan, pembiaran (taqrir), keadaan, kebiasaan, dan lain-lain. (Muh. Zuhri, 2003 : 1)
Sunnah Rasulullah SAW merupakan sumber hukum kedua bagi Islam setelah Al-Qur‟an Sunnah/Hadits merupakan penjelasan teoritis dan praktik aplikatif bagi Al-Qur‟an. Oleh sebab itu kita harus mengikuti dan mengamalkan hukum-hukum dan pengarahan yang diberikan oleh sunnah Rasulullah SAW. Mentaati Rasulullah SAW adalah wajib sebagaimana kita mentaati apa yang disampaikan oleh Al- Qur‟an kepada kita. (Yusuf Qardhawi, 1997 : 62)
3. Pengertian Al-Qur‟an Hadits
Secara umum Al-Qur‟an hadits diketahui sebagai sumber ajaran islam yang utama. Dari keduanya digariskan sebagai pedoman hidup serta ajaran bagi manusia manjalani hidup dan kehidupannya agar
berbahagia di dunia dan akhirat. Namun secara khusus pengertian Al- Qur‟an Hadits dijabarkan kepada asal katanya yaitu Qur‟an dan Hadits.
Dalam proses pembelajaran bidang studi Al-Qur‟an Hadits, kemampuan membaca Al-Qur‟an ynag dilakukan sisiwa memiliki peranan yang penting. Karena kemampuan membacamerupakan salah satu tujuan yang ingin dicapai dalam proses pembelajaran Al-Qur‟an Hadits.
Mata pelajaran Al-Qur'an Hadits pada Madrasah Tsanawiyah memiliki tiga karakteristik yaitu:
1. Membaca (menulis) yang merupakan unsur penerapan ilmu tajwid 2. Menterjemahkan makna (tafsiran) yang merupakan pemahaman,
interpretasi ayat dan hadits dalam memperkaya khazanah intelektual 3. Menerapkan isi kandungan ayat/ hadits yang merupakan unsure
pengamalan nyata dalam kehidupan sehari-hari.
Qur‟an Hadits adalah bagian dari mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang memberikan pendidikan untuk memahami dan mengamalkan Al-Qur‟an sehingga mampu membaca dengan fasih dengan mengunakan hukum tajwidnya, menerjemahkan, menyimpulkan isi kandungan, menyalin dan menghafal ayat-ayat terpilih (Andi Radiyanah, 1996: 5).
Dari pengertian Al-Qur‟an Hadits di atas, Nampak bahwa membaca merupakan unsur terpenting dalam mata pelajaran Al-Qur‟an Hadits sebab dengan kemampuan membaca yang dialami siswa, maka akan berkaitan dengan kemampuan lainnya, seperti menerjemahkan, menyimpulkan isi kandungan Al-Qur‟an, menyalin dan menghafal ayat- ayat Al-Qur‟an oleh karena itu dalam garis-garis program pengajaran (kurikulum) maka pelajaran Al-Qur‟an Hadits (kurikulum MTs mata pelajaran Al-Qur‟an Hadits, 1996: 40-41). dijelaskan tentang kemampuan dasar siswa, bahwa setelah siswa selesai mengikuti program pengajaran Al-Qur‟an Hadits di madrasah tsanawiyah, yaitu :
a. Mampu membaca Al-Qur‟an secara fasih, lancar dan benar menurut qaidah ilmu tajwid, serta hafal ayat-ayat pilihan.
b. Mengetahui ayat-ayat Al-Qur‟an dan Hadits-hadits pilihan berikut arti dan pokok-pokok isi kandungan.
c. Sadar dengan penuh keyakinan untuk mengamalkan isi Al-Qur‟an dan Hadits yang telah dipelajari (Andi Radiyanah, 1996:7-8)
4. Ruang Lingkup Pengajaran Al-Qur‟an Hadits
Ruang lingkup pengajaran al-Qur‟an lebih banyak berisi pengajaran ketrampilan khusus yang memerlukan banyak latihan dan pembiasaan. Pengajaran al-Qur‟an tidak dapat disamakan dengan pengajaran membaca-menulis di sekolah dasar, karena dalam pengajaran al-Qur‟an, peserta didik belajar huruf-huruf dan kata-kata yang tidak mereka pahami artinya. Yang paling penting dalam pengajaran qira’at al-Qur‟an ialah ketrampilan membaca al-Qur‟an dengan baik sesuai dengan kaidah yang disusun dalam Ilmu Tajwid.
Selain itu juga dianjurkan dalam membaca al-Qur‟an dengan mempelajari artinya, sehingga apa yang dibaca dapat dipahami artinya.
(zakiah drazat, dkk, (2014:91-91)
Sedangkan ruang lingkup pengajaran hadits ini sebenarnya bergantung pada tujuan pengajarannya pada suatu tingkat perguruan yang dimuat dalam kurikulum yang dilengkapi dengan garis besar program pengajarannya. Yang jelas semuanya adalah pelajaran tentang teks dan pengertiannya, baik teks itu berasal dari ucapan Nabi ataupun ucapan para sahabat tentang Nabi. Isinya tentu ucapan Nabi atau cerita tentang peri kehidupan Nabi Muhammad saw. ( zakiah drazat, dkk, 2014:103)
Dengan demikian ruang lingkup pelajaran al-Qur‟an hadits ini yaitu mempelajari tentang bagaimana membaca serta memahami al- Quran dengan baik yang sesuai dengan kaidah Ilmu Tajwid serta mempelajari dan menguraikan segala ucapan, perkataan maupun ketetapan Nabi atau cerita tentang kehidupan Nabi Muhammad SAW.
5. Fungsi Al-Qur‟an Hadits
Secara umum fungsi dari Al-Qur‟an Hadits adalah sebagai sumber serta pedoman hidup bagi umat manusia seluruhnya dan umat islam pada khususnya. Sedangkan secara khusus Al-Qur‟an Hadits berfungsi sebagai materi sekaligus media pendidikan yang bertujuan mencetak sumber daya manusia Indonesia yang beriman, bermoral, dan bertaqwa.
Adapun fungsi dari pembelajaran al-Qur‟an hadits dalam bukunya Dr. Zakiah Dradjat dijelaskan ada tiga fungsi yaitu:
a) Membimbing siswa ke arah pengenalan, pengetahuan, pemahaman dan kesadaran untuk mengamalkan kandungan ayat-ayat suci al- Qur‟an dan al-hadits.
b) Menunjang bidang-bidang studi lain dalam kelompok pengajaran agama Islam, khususnya bidang studi aqidah akhlak dan syari‟ah.
c) Merupakan mata rantai dalam pembinaan kepribadian siswa ke arah pribadi utama menurut norma-norma agama (Zakiah Dradjat, 2011 : 174).
Sedangkan bila ditinjau dari segi sifat dan esensinya, maka fungsi Al-Qur‟an Hadits dipisahkan menurut sifat dan esensi masing-masing, yaitu fungsi Al-Qur‟an dam Hadits. Menurut Atang Abd. Hakim dan Jaih Mubarok (2001:70-71), fungsi Al-Qur‟an dapat dilihat atau diindikasikan dari berbagai nama yang diterapkan kepada Al-Qur‟an itu sendiri, yaitu :
1. Al-Huda (petunjuk), dimana Al-Qur‟an menjadi pedoman atau petunjuk bagi :
a. Umat manusia seluruhnya (QS. Al-Baqarah :185)
Artinya : (beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, Maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), Maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.
b. Orang-orang yang bertaqwa (QS. Al-Baqarah:2)
Artinya: Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.
c. Orang-orang yang beriman (QS. Fusilat :44)
Artinya : Dan Jikalau kami jadikan Al Quran itu suatu bacaan dalam bahasa selain Arab, tentulah mereka mengatakan: "Mengapa tidak dijelaskan ayat-ayatnya?" apakah (patut Al Quran) dalam bahasa asing sedang (rasul adalah orang) Arab?
Katakanlah: "Al Quran itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang mukmin. dan orang-orang yang tidak beriman pada telinga mereka ada sumbatan, sedang Al
Quran itu suatu kegelapan bagi mereka. (mereka itu adalah (seperti) yang dipanggil dari tempat yang jauh)
2. Al-Furqon (pembeda), dimana Al-Qur‟an merupakan pembeda atau pemisah antara yang hak dan yang bathil, atau yang benar dengan yang salah (QS. Al-Baqarah :185). Hal ini berlaku dalam segala bidang, seperti dalam bidang sosial, ekonomi, budaya, hukum, dan lain sebagainya.
3. Al-Syifa (obat), dimana Al-Qur‟an merupakan penyejuk bagi hati dan jiwa yang gelisah,penerang hati dan akal pikiran bagi orang yang sedang bimbang dan bingung. Secara khusus, Al-Qur‟an merupakan obat bagi penyakit-penyakit yang ada dalam dada (QS. Yunus : 57).
Hali ini berlaku bagi pemecah masalah serta penggalian dan pengembangan ilmu pengetahuan segala bidang.
4. Al-Mau‟izah (nasihat), dimana Al-Qur‟an merupakan nasihat bagi orang-orang yang bertaqwa (QS. Ali Imran :183)
Adapun fungsi hadits secara khusus adalah menjadi takhshish bagi Al-Qur‟an atau menerangkan hal yang belum jelas dalam Al- Qur‟an .sedangkan menurut Rachmat Syafe‟I (1990 : 58) fungsi dari Hadits sunnah ialah :
a. As-Sunnah sebagai hakim terhadap Al-Qur‟an yakni As-Sunnah sebagai tafsir dan penjelas maksud-maksud ayat yang ada dalam Al- Qur‟an. As-Sunnahdianggap sebagai kunci untuk memahami Al- Qur‟an yang tidak mungkin dilepaskan dalam memahami Al-Qur‟an.
b. Al-Qur‟an sebagai hakim sebagai sunah, yakni sunah tidak dianggap sahih jika bertentangan dengan Al-Qur‟an, termasuk didalamnya khabar ahad.
6. Tujuan Al-Qur‟an Hadits
Pembahasan mengenai Tujuan Al-Qur‟an Hadits di khususkan kepada pengertian Al-Qur‟an Hadits sebagai suatu bidang studi yang dipelajari di sekolah.Dengan demikian, orientasinya terfokus pada ruang lingkuppembelajaran Al-Qur‟an Hadits dan tujuannya. Menurut
Zakiah deradjat (2011:61) tujuan pengajaran ialah merupakan rumusan keinginan yang akan dicapai dengan pengajaran.
Tujuan pembelajaran Al-Qur'an Hadits yaitu memberikan bekal kepada anak didik/ siswa agar dapat menggali dan mendalami isi ajaran yang meliputi membaca, menulis, mengartikan dan mencari makna yang terkandung di dalamnya, sehingga Al- Qur'an dan Hadits sebagai pedoman hidup umat Islam dapat terpelihara dan dapat diamalkan nilai- nilai ajarannya dalam kehidupan sehari-hari.
Adapun pembelajaran Al-Qur‟an Hadits di Madrasah Tsanawiyah bertujuan untuk memberikan kemampuan dasar kepada peserta didik dalam membaca, menulis, membiasakan dan menggemari Al-Qur‟an Hadits serta menanamkan pengertian, pemahaman, penghayatan isi kandungan ayat-ayat Al-Qur‟an Hadits untuk mendorong, membina dan membimbing akhlak dan perilaku siswa agar berpedoman kepada dan sesuai dengan isi kandungan ayat-ayat Al-Qur‟an Hadits.
B. Pemahaman Ilmu Tajwid 1. Pemahaman
Beberapa definisi tentang pemahaman telah diungkapkan oleh para ahli. Menurut Nana Sudjana, pemahaman adalah hasil belajar, misalnya peserta didik dapat menjelaskan dengan susunan kalimatnya sendiri atas apa yang dibacanya atau didengarnya, memberi contoh lain dari yang telah dicontohkan guru dan menggunakan petunjuk penerapan pada kasus lain.(Nana Sudjana, 1995 :24)
Menurut Winkel dan Mukhtar (Sudaryono, 2012: 44), pemahaman adalah kemampuan seseorang untuk menangkap makna dan arti dari bahan yang dipelajari, yang dinyatakan dengan menguraikan isi pokok dari suatu bacaan atau mengubah data yang disajikan dalam bentuk tertentu ke bentuk yang lain. Sementara Benjamin S. Bloom (Anas Sudijono, 2009: 50) mengatakan bahwa pemahaman (Comprehension)adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Dengan kata lain, memahami adalah mengerti tentang
sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai segi. Jadi, dapat disimpulkn bahwa seorang siswa dikatakan memahami sesuatu apabila ia dapat memberikan penjelasan atau memberi uraian yang lebih rinci tentang hal yang dia pelajari dengan menggunakan bahasanya sendiri. Lebih baik lagi apabila siswa dapat memberikan contoh atau mensinergikan apa yang dia pelajari dengan permasalahan-permasalahan yang ada di sekitarnya.
2. Pengertian Ilmu Tajwid
Tajwid secara bahasa artinya melakukan sesuatu dengan baik dan serius, alias tidak asal-asalan atau sekedarnya saja. Adapun secara istilah, tajwid adalah ilmu tentang kaidah dan tata cara membaca Al-Qur‟an dengan Sebaik-baiknya. (Ahda Bina, 2015:29)
Menurut Ibrahm Eldeeb (2009:91) ilmu tajwid adalah salah satu ilmu yang mulia karena berkaitan dengan firman-firman Allah SWT.Secara bahasa lahfadz tajwid artinya membangunkan atau membat bagus.Sedangkan menurut istilah yaitu yang mengeluarkan setiap huruf dari tempatnyan sesuai dengan hak dan mustahaknya. (Agus Talik, 2012:1)
Haqqul huruf adalah shifatul huruf al-lazimah, sifat-sifat bacaan huruf yang menetap pada huruf-huruf yaitu sifat jahr, hams dan seterusnya, sampai sifat tafasysyi dan istitholah.Sedangkan yang dimaksud mustahaqqul huruf ialah bacaan-bacaan yang timbul dari sifat lazimah, seperti bacaan tarqiq, tafhim termasuk juga izhar, idghom, mad. (Maftuh Basrhul Bisri, 2003:57)
Menurut Acep Iim Abdurahim (2003:3) menuturkan bahwa tajwid secara bahasa berasal dari kata jawwada, yujawwidu, tajwidan yang artinya membaguskan atau membat jadi bagus. Adapun pengertian lain Menurut lugha, tajwid dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang mendatangkan kebajikan. Sedangkan menurut istilah adalah ilmu yang memberikan segala pengertian huruf, baik hak-hak huruf (haqqul harf) maupun hokum-hukum baru yang timbul setelah hak-hak huruf (mustahaqqul harf) dipenuhi yang terdiri atas sifat-sifat huruf, hukum-hukum huruf mad, dan lain sebagainya.Sebagai contoh adalah tarqiq, tafkhim, dan yang semisalnya.
Dalam membaca Al-qur‟an tidak terlepas dari tajwid, karena khawatirkan akan mengubah makna kata dalam Al-Qur‟an yang menjurus kepada salah paham dan penyimpangan dari tujuan Allah dan Rasul-Nya.
Hal ini menimbulkan fatal dan berbahaya.
3. Kedudukan Ilmu Tajwid
a. Makharijul Huruf (ورحلا ف جراحم) Makharijul Huruf Al-Qur‟an sesuai dengan Makhrajnya dan sifat-sifatnya serta memenuhi bacaannya.
Pengucapan Makharijul Huruf sesuai dengan tempatnya.
b. Sifat huruf (ورحلا تافص ) sifatul huruf atau sifat-sifat huruf sebenarnya ف tidak dapat dipisahkan dengan Makhrarijul Huruf karena dapat didengar orang lain maupun dirinya sendiri melalui ukuran bunyi suara huruf.
c. Hukum-hukum huruf/ ahkamul huruf (ورحلا ماكحا ) Dalam membaca Al- ف Qur‟an yang paling penting adalah pemahaman akan hukum-hukum huruf baik secara sendiri-sendiri atau secara bergabung atau bertemu huruf lain. Apabila pemahaman tersebut hanya meliputi Makharijul Huruf dan sifatulhuruf saja, dikhawatikan di dalam ucapan serta bunyinya kurang mencapaikesempurnaan.
d. Tujuan Mempelajari Ilmu Tajwid
Menurut Menurut Ibrahm Eldeeb (2009:91) tujuan mempelajari ilmu tajwid adalah untuk memelihara lidah dari kesalahan dalam membaca Al- Qur‟an. Sedangkan menurut Agus Talik ( 2012:2) bahwa tujuan mempelajari ilmu tajwid yaitu untuk memberikan tuntutan bagaimana cara pengucapan ayat dengan tepat, sehingga lahfadz dan maknanya terpelihara.
Sebagaimana diterangkan oleh syaikh Muhammad Al-Mahmud Rahimahullah :” tujuan mempelajari ilmu tajwid ialah agar dapat membaca ayat-ayat Al-qur‟an secara benar (fasih) sesuai dengan yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW. Dengan kata lain, agar dapat memelihara lisan dari kesalahan-kesalahan ketika membaca kita Allah SWT”. (Acep Iim Abdurahim, 2003:6). Jadi tujuan mempelajari ilmu tajwid yaitu untuk menjaga lisan seseorang dalam membaca Al-Qur‟an agar baik dan benar sesuai dengan yang diajarkan Rasulullah SAW.
Dengan mempelajari ilmu tajwid, diharapkan kita selamat dari kesalahan ketika membaca Al-Qur‟an, seperti membaca huruf yang seharusnya satu harakat menjadi dua harakat atau sebaliknya.
e. Hukum Mempelajari Ilmu Tajwid
Hukum mempelajari Ilmu Tajwid adalah Fardhu kifayah atau merupakan kewajiban kolektif, artinya mempelajari tajwid secara mendalam tidak diharuskan bagi setiap orang, tetapi cukup diwakili oleh beberapa orang saja.Namun, jika dalam suatu kaum tidak ada seorang pun yang mempelajari ilmu tajwid, maka berdosalah kaum itu. Sementara hokum membaca Al-Qur‟an sesuai dengan kaidah ilmu tajwid adalah furdhu „ain (kewajiban yang melekat pada tiap individu muslim). (Muhammad Zulifan, 2016:23)
C. Urgensi Pembelajaran Al-Qur’an Hadits dalam Meningkatkan Pemahaman Ilmu Tajwid
Kehidupan dan peradaban manusia senantiasa mengalami perubahan.
Dalam merespon fenomena itu, manusia berpacu mengembangkan kualitas pendidikan, salah satunya melalui penyempurnaan kurikulum. Kualitas pendidikan yang tinggi diperlukan untuk menciptakan kehidupan yang cerdas, damai, terbuka, demokratis, dan mampu bersaing. Dalam konteks madrasah agar lulusan nya memiliki keunggulan kompetitif dan komparatif, maka kurikulum Madrasah perlu diterbangkan dengan pendekatan berbasis kompetensi. Hal ini dilakukan agar madrasah secara Kelembagaan dapat merespon secara proaktif berbagai perkembangan informasi, ilmu pengetahuan, teknologi dan seni, serta tuntutan desentralisasi. Dengan cara seperti itu, Madrasah tidak akan kehilangan relevansi program pembelajarannya
Selanjutnya basis kompetensi yang dikembangkan di Madrasah harus menjamin pertumbuhan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT, penguasaan ketrampilan hidup, penguasaan kemampuan akademik, seni dan pengembangan kepribadian yang paripurna dengan pertimbangan ini, maka disusun kurikulum nasional Pendidikan Agama di Madrasah yang berbasis kompetensi dasar yang mencerminkan kebutuhan keberagaman peserta didik
Madrasah secara nasional. Standar ini diharapkan dapat dipergunakan sebagai acuan dalam mengembangkan kurikulum Qur'an hadits, di madrasah sesuai dengan kurikulum daerah/ Madrasah.
Oleh karena itu, peranan dan afektivitas pendidikan agama di Madrasah sebagai landasan bagi pengembangan spiritual terhadap kesejahteraan masyarakat mutlak harus ditingkatkan, karena asumsinya adalah jika pendidikan agama (yang meliputi Al-Qur'an dan Hadits, Aqidah dan Akhlaq, Figih dan Sejarah Kebudayaan Islam) yang dijadikan landasan pengembangan nilai spiritual dilakukan dengan baik, maka kehidupan masyarakat akan lebih baik.
Pendidikan Al-Qur'an dan Hadits di Madrasah Tsanawiyah sebagai landasan yang integral dari pendidikan Agama, memang bukan satu-satunya faktor yang menentukan dalam pembentukan watak dan kepribadian peserta didik, tetapi secara substansial mata pelajaran Al-quran dan Hadits memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mempraktekkan nilai-nilai keyakinan keagamaan (tauhid) dan Ahlakul karimah dalam kehidupan sehari hari. Mata pelajaran Al-Qur'an Hadits adalah bagian dari mata pelajaran Pendidikan Agama Islam pada Madrasah Tsanawiyah yang dimaksud untuk memberikan motivasi, bimbingan, pemahaman, kemampuan dan penghayatan terhadap isi yang terkandung dalam Al Qur'an dan hadits sehingga dapat diwujudkan dalam perilaku sehari hari sebagai manifestasi iman dan taqwa kepada Allah SWT. Sesuai dengan kerangka pikir di atas, Kurikulum Al-Qur'an dan Hadits Madrasah Tsanawiyah (MTs) dikembangkan dengan pendekatan sebagai berikut:
a) Lebih menitikberatkan target kompetensi dari penguasaan materi.
b) Lebih mengakomodasikan keragaman kebutuhan dan sumber Jaya pendidikan yang tersedia
c) Memberikan kebebasan yang lebih lugas kepada pelaksana pendidikan di lapangan untuk mengembangkan dan melaksanakan program pembelajaran sesuai dengan kebutuhan.
Kurikulum Al-Qur'an dan Hadits MTs yang dikembangkan dengan pendekatan tersebut diharapkan mampu menjamin pertumbuhan keimanan dan ketakwaan terhadap Allah SWT, peningkatan penguasaan kecakapan hidup kemampuan bekerja dan bersikap ilmiah sekaligus menjamin pengembangan kepribadian Indonesia yang kuat dan berakhlak mulia.
Al-Quran Hadits adalah salah satu mata pelajaran di sekolah atau madrasah berbasis islam. Al-Quran Hadits adalah pelajaran yang diberikan seorang guru yang telah memiliki kemampuan untuk mengajarkannya, dan berkaitan dengan ilmu tajwid dalam rangka memberikan pemahaman bagi peserta didik tentang ilmu tajwid agar peserta didik dalam mengamalakan dan mempraktikan.
Tajwid adalah memperbaiki atau memperindah mengucapkan setiap huruf dan makhraj (tempat keluarnya)serta memberikan haq dan mustahaq dari sifat-sifatnya.Ilmu tajwid adalah salah satu komponen materi yang terdapat dalam materi Pendidikan Agama Islam yang diberikan pada setiap tingkatan sekolah. Materi ini berhubungan dengan ketrampilan membaca Al-Qur‟an, dimana dalam ilmu tajwid menjelaskan cara membaca bacaan dalam Al-Qur‟an sehingga pelafalan dan hukum bacaan dapat dibaca dengan benar serta sesuai dengan kaidahnya. Menurut Kurnaedi (2014 : 40) Manfaat mempelajari ilmu tajwid adalah menjaga lidah dari lahn (kesalahan) ketika membaca Al-Qur‟an.