• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB III METODE PENELITIAN"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

36 A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian jenis analitik observasional dengan pendekatan case control (kasus kontrol).

B. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Penumping dan Puskesmas Banyuanyar Kota Surakarta, karena kedua wilayah tersebut belum memenuhi target GAIN UCI tahun 2014, yaitu prosentase bayi usia 0-11 bulan yang mendapat imunisasi dasar lengkap 90%.

2. Waktu Penelitian

Waktu pengambilan data penelitian dilakukan bulan Maret-Mei 2016 C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi sasaran (target populasi) dalam penelitian ini adalah ibu yang mempunyai anak balita berusia >9 bulan. Populasi terjangkau (accessible population) dalam penelitian ini adalah ibu yang mempunyai anak balita berusia >9 bulan di wilayah kerja Puskesmas Penumping dan Puskesmas Banyuanyar Kota Surakarta, dengan jumlah 120 ibu.

(2)

2. Sampel

Dalam penelitian ini subjek dipilih dengan menggunakan teknik fixed disease sampling. Besar sampel dalam penelitian ini, menurut Hair et al.

(1998) yang dikutip oleh Murti (2013) bahwa rasio antara jumlah subjek dalam suatu penelitian dan jumlah variabel independen dalam analisis multivariat dianjurkan sekitar 15 sampai 20 subjek setiap variabel independen. Dalam penelitian ini menggunakan 5 variabel independen yaitu persepsi kerentanan, keparahan, ancaman, manfaat, dan hambatan. Total yang digunakan untuk sampel penelitian ini yaitu 120 responden. Dengan perbandingan 1:4 untuk kasus:kontrol. Jumlah ibu yang anaknya tidak mendapat imunisasi lengkap sejumlah 24 orang (kasus) dan ibu yang anaknya mendapat imunisasi lengkap sejumlah 96 orang (kontrol).

Kriteria eksklusi dalam penelitian ini meliputi :

a. Ibu yang anaknya sering mengalami sakit demam tinggi pada usia <9 bulan

b. Ibu yang anaknya menderita epilepsi

c. Ibu yang anaknya menderita penurunan daya tahan tubuh, misalnya AIDS dan kanker

d. Ibu dari anak balita yang tidak bersedia menjadi responden

(3)

D. Variabel Penelitian 1. Variabel eksogen

a. Persepsi kerentanan b. Persepsi keseriusan c. Persepsi manfaat d. Persepsi hambatan 2. Variabel endogen

a. Persepsi ancaman

b. Kelengkapan status imunisasi

Gambar 3.1 Path analysis hubungan antar variabel E. Definisi Operasional Variabel

1. Persepsi Kerentanan

a. Definisi: Persepsi individu tentang kemungkinannya terkena suatu penyakit. Semakin besar risiko yang dirasakan, semakin besar kemungkinan terlibat dalam perilaku untuk mengurangi risiko

(4)

b. Alat ukur: Kuesioner

c. Skala pengukuran: Kontinu, untuk kepentingan analisis dan deskripsi, data diubah menjadi kategorikal dengan kategori rentan dan tidak rentan.

2. Persepsi Keseriusan

a. Definisi: Keyakinan/ kepercayaan individu tentang keseriusan atau keparahan penyakit. Persepsi keseriusan sering didasarkan pada informasi medis atau pengetahuan, juga dapat berasal dari keyakinan seseorang bahwa ia akan mendapat kesulitan akibat penyakit dan akan membuat atau berefek pada hidupnya secara umum.

b. Alat ukur: Kuesioner

c. Skala pengukuran: Kontinu, untuk kepentingan analisis dan deskripsi, data diubah menjadi kategorikal dengan kategori serius dan tidak serius 3. Persepsi Ancaman

a. Definisi: Dorongan individu untuk melakukan tindakan pencegahan atau penyembuhan penyakit yang disebabkan adanya persepsi kerentanan dan persepsi keseriusan. Namun ancaman yang terlalu besar malah menimbulkan rasa takut dalam diri individu yang justru menghambatnya untuk melakukan tindakan karena individu itu merasa tidak berdaya melawan ancaman tersebut.

b. Alat ukur: Kuesioner

c. Skala pengukuran: Kontinu, untuk kepentingan analisis dan deskripsi, data diubah menjadi kategorikal dengan kategori mengancam dan tidak mengancam

(5)

4. Persepsi Manfaat

a. Definisi: Manfaat yang akan dirasakan jika mengadopsi perilaku yang dianjurkan. Dengan kata lain, persepsi manfaat merupakan persepsi seseorang tentang nilai atau kegunaan dari suatu perilaku baru dalam mengurangi risiko terkena penyakit baik itu keuntungan dari segi fisik maupun psikis. Orang-orang cenderung mengadopsi perilaku sehat ketika mereka percaya perilaku baru akan mengurangi risiko mereka untuk berkembangnya suatu penyakit

b. Alat ukur: Kuesioner

c. Skala pengukuran: Kontinu, untuk kepentingan analisis dan deskripsi, data diubah menjadi kategorikal dengan kategori bermanfaat dan tidak bermanfaat

5. Persepsi Hambatan

a. Definisi: Berkaitan perilaku baru yang akan diadopsi, seseorang harus percaya bahwa manfaat dari perilaku baru lebih besar daripada konsekuensi melanjutkan perilaku lama. Hal ini memungkinkan hambatan yang harus diatasi dan perilaku baru yang akan diadopsi.

b. Alat ukur: Kuesioner

c. Skala pengukuran: Kontinu, untuk kepentingan analisis dan deskripsi, data diubah menjadi kategorikal dengan kategori ada hambatan dan tidak ada hambatan

(6)

6. Kelengkapan Imunisasi

a. Definisi: Pemberian imunisasi awal pada bayi yang baru lahir sampai usia satu tahun untuk mencapai kadar kekebalan diatas ambang perlindungan. Dalam program pemerintah, bayi wajib mendapatkan vaksin HB, BCG, DPT-Hib, Polio, dan Campak.

b. Alat ukur: Kuesioner

c. Skala pengukuran: Kontinu, untuk kepentingan analisis dan deskripsi, data diubah menjadi kategorikal dengan kategori lengkap dan tidak lengkap

F. Instrumen Penelitian 1. Alat Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner untuk mengetahui kelengkapan status imunisasi dan persepsi ibu tentang imunisasi ditinjau dengan Health Belief Model (HBM). Cara pengambilan data pada penelitian ini adalah dengan data sekunder, yaitu Kartu Menuju Sehat (KMS) berisi catatan imunisasi balita dan dengan data primer yaitu dari responden yang akan langsung mengisi kuesioner yang telah dibuat peneliti.

Kuesioner ini berisi pertanyaan mengenai kelengkapan status imunisasi dan ketepatan waktu imunisasi pada balita yang berjumlah 5 pertanyaan dengan skor minimal 0 dan maksimal 5. Pertanyaan tentang persepsi ibu tentang imunisasi ditinjau dengan Health Belief Model (HBM) berjumlah 124 pertanyaan menggunakan skala Likkert dengan skor minimal 124 dan maksimal 620.

(7)

2. Kisi-kisi Kuesioner Penelitian

Tabel 3.1 Instrumen untuk mengukur variabel persepsi kerentanan

Indikator No. Item Total

Item Favorable Unfavorable

1.

2.

Risiko

Sikap

1, 2, 4, 5, 7, 8, 10, 11, 13, 14, 16, 17, 19, 20, 22, 23, 25,

26

3, 6, 9, 12, 15, 18, 21, 24, 27

18

9

Total 18 9 27

Tabel 3.2 Instrumen untuk mengukur variabel persepsi keseriusan

Indikator No. Item Total

Item Favorable Unfavorable

1.

2.

Keyakinan Kesulitan

1, 4, 7, 10, 13, 16, 19, 22, 25 3, 6, 9, 12, 15, 18,

21, 24, 27

2, 5, 8, 11, 14, 17, 20, 23, 26

18 9

Total 18 9 27

Tabel 3.3 Instrumen untuk mengukur variabel persepsi ancaman

Indikator No. Item Total

Item Favorable Unfavorable

1.

2.

Dorongan

Ketakutan

1, 2, 4, 5, 7, 8, 10, 11, 13, 14, 16, 17, 19, 20, 22, 23, 25,

26

3, 6, 9, 12, 15, 18, 21, 24, 27

18

9

Total 18 9 27

Tabel 3.4 Instrumen untuk mengukur variabel persepsi manfaat

Indikator No. Item Total

Favorable Unfavorable Item 1.

2.

Keuntungan Fisik

Kuntungan Psikis

1, 2, 4, 5, 7, 8, 10, 11, 13, 14, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22,

23

3, 6, 9, 12, 15

18

5

Total 18 5 23

(8)

Tabel 3.5 Instrumen untuk mengukur variabel persepsi hambatan

Indikator No. Item Total

Favorable Unfavorable Item 1.

2.

3.

Kerugian Jarak Budaya

1, 2, 5, 6, 9, 10, 13, 14, 17, 18 3, 7, 11, 15, 19 4, 8, 12, 16, 20

10 5 5

Total 20 20

3. Uji Validitas

Menurut Last (2001) yang dikutip oleh Murti (2013), bahwa validitas pengukuran adalah derajat kebenaran dari suatu kesimpulan yang ditarik dari sebuah penelitian, yang dipengaruhi dan dinilai berdasarkan metode penelitian yang digunakan keterwakilan dari sampel penelitian serta sifat populasi asal sampel. Ada empat macam validitas, yaitu validitas isi, muka, konstruk dan kriteria. Validitas isi adalah validitas dimana kuesioner dinilai dengan cara memeriksa tentang item-item pertanyaan di dalam kuesioner tersebut memang sudah sesuai dengan isi (content) dari masing-masing variabel yang akan diteliti, khususnya variabel-variabel komposit seperti kerentaan, keparahan, ancaman, manfaat, dan hambatan. Isi masing-masing variabel tersebut dinilai kesesuaiannya dengan definisi variabel sebagai hasil sintesis dari teori-teori yang sesuai, yang umumnya digunakan oleh peneliti lain dalam penelitian yang serupa sebelumnya dan penelitian para ahli di bidang penelitian tersebut.

Validitas muka merujuk pada derajat kesesuaian dari penampilan luar alat ukur dan variabel yang diukur. Penelitian ini menggunakan alat ukur kuesioner, yang disusun dengan memperhatikan tata bahasa yang baik, jelas dan tidak membingungkan serta tidak ambigu sehingga susunan pertanyaan

(9)

masing-masing item dapat dipahami oleh subjek penelitian dengan benar.

Penilaian validitas muka dapat dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif.

Pada prinsipnya untuk memastikan validitas muka, peneliti mengkaji sejauh mana item-item pertanyaan dalam kuesioner telah disusun dengan kalimat yang baik, jelas, tidak terlalu panjang, dan setiap item pertanyaan hanya menanyakan sebuah pertanyaan. Sehingga masing-masing item pertanyaan tidak menimbulkan salah penafsiran, dan jawaban yang diperoleh adalah jawaban yang sebenarnya (Murti, 2013).

Validitas konstruk merupakan validitas yang merujuk kepada kesesuaian antara antara hasil pengukuran dari alat ukur yang digunakan dengan konsep teori dari variabel-variabel yang diteliti. Validitas konstruk dibagi menjadi dua, yaitu validitas konvergen yang merujuk kepada kesesuaian antara atribut hasil pengukuran alat ukur dengan konsep teori yang menjelaskan variabel-variabelnya. Kedua, variabel diskriminan dimana yang merujuk kepada ketidaksesuaian antara antribut dari variabel yang tidak diukur dengan alat ukur dengan teori dari variabel tersebut.

Berdasarkan dari tinjauan sejumlah teori, penelitian ini memastikan bahwa variabel-variabel yang diteliti diukur dengan benar sesuai dengan teori yang relevan (concurrent validity), dan tidak sesuai dengan teori-teori yang tidak relevan (discriminant validity) (Murti, 2013).

Menurut Murti (2013), validitas kriteria merujuk kepada kesuaian antara hasil pengukuran dari sebuah alat ukur dengan alat ukur yang ideal terhadap variabel yang diteliti. Untuk menilai validitas kriteria dapat

(10)

menggunakan sebuah alat ukur dengan membandingkannya secara kuantitatif dengan alat ukur standar emas. Dalam penelitian ini untuk setiap variabel tidak ada standar emasnya, maka dibuatkan instrumen baru dengan cara menjadikan sintesis-sintesis dari kajian teori sebagai patokan dalam pembuatan kuesioner. Karena instrumen ini ada yang bersifat baku dan belum baku, maka dilakukan uji validitas dan reliabilitas di populasi sumber dan berada di dalam sampel.

4. Uji Reliabilitas

Pengukuran variabel yang konsisten harus menunjukkan 2 aspek reliabilitas: (1) Konsistensi internal; dan (2) Stabilitas. Aspek konsistensi internal merujuk kepada korelasi antar item-item pertanyaan yang masing- masing bertujuan untuk mengukur suatu variabel komposit yang sama.

Semua item hendaknya dengan homogen mengukur berbagai aspek yang berbeda dari variabel yang sama, bukan mengukur berbagai aspek yang berbeda dari variabel yang sama. Menurut Streiner dan Norman (2000) yang dikutip oleh Murti (2013), alat ukur yang bertujuan untuk mengukur dan mendeskripsikan sebuah variabel komoposit hendaknya memenuhi syarat seperti ini: (1) masing-masing pertanyaan hendaknya berkorelasi satu sama lain, (2) masing-masing pertanyaan hendaknya berkorelasi dengan skor total pengukuran. Konsistensi internal yang akan diukur secara kuantitatif dalam penelitian ini dari masing-masing variabel komposit meliputi: (1) Korelasi item total (Item Total Correlation) dan (2) Reliabilitas belah paroh (Split Half Reliability).

(11)

Dalam penelitian ini akan dinilai korelasi item total (item total correlation), yaitu suatu indikator untuk menilai konsistensi internal alat

ukur dengan menunjukkan kekuatan korelasi antara masing-masing item dan total pengukuran dikurangi dengan item yang bersangkutan. Karena dikurangi dengan item yang bersangkutan, maka korelasi item-total disebut juga korelasi item-sisa (item-rest correlation). Suatu item dapat digunakan dalam alat ukur jika memiliki korelasi item-total ≥0,20. Apabila item berkorelasi lebih rendah maka tidak akan digunakan, jika perlu diganti dengan membuat item baru. Sedangkan apabila item terlalu tinggi (>0,90) maka perlu diperhatikan ulang karena mungkin merupakan akibat dari redundansi (duplikasi) pengukuran, sehingga salah satu item perlu disingkirkan.

Dalam penelitian ini akan dinilai reliabilitas belah-paroh (split-half reliability) yaitu penilaian konsistensi internal (homogenitas) alat ukur

dengan cara membagi item-item secara random ke dalam dua bagian alat ukur, lalu mengorelasikan kedua bagian tersebut. Apabila alat ukur memiliki konsistensi internal, maka kedua bagian akan berkorelasi tinggi.

Penunjukkan item secara random bertujuan untuk kedua bagian alat ukur agar memiliki varian yang sama. Reliabilitas Belah-Paroh yang akan dinilai dalam penelitian ini adalah Alpha () Cronbach.

Alat ukur menunjukkan konsistensi internal jika memiliki Alpha Cronbach ≥0.60. Makin tinggi Alpha Cronbach, makin baik (konsisten) alat ukur. Tetapi ada beberapa keadaan di mana Alpha Cronbach tinggi tidak

(12)

menunjukkan alat ukur yang baik. Pertama, nilai Alpha Cronbach tergantung dari besarnya korelasi antar item dan jumlah item di dalam alat ukur. Jika jumlah item pertanyaan alat ukur banyak, Alpha Cronbach akan meningkat, meskipun tidak berarti alat ukur tersebut baik. Kedua, apabila dua buah alat ukur tersebut dengan konstruk yang berbeda digabungkan membentuk sebuah alat ukur, maka Alpha Cronbach dapat menunjukan nilai tinggi, namun hal tersebut dapat menyesatkan. Ketiga, jika Alpha Cronbach terlalu tinggi maka ada kemungkinan telah terjadi redundansi yaitu dimana sejumlah item menanyakan hal yang sama dari sebuah variabel dengan cara sedikit berbeda, sehingga dapat mempersempit cakupan alat ukur dan menurunkan validitas ukur.

Alat ukur yang reliabel menunjukkan konsistensi internal dan stabilitas pada saat digunakan untuk mengukur variabel subjek penelitian pada kondisi yang identik. Stabilitas (reprodusibilitas) merupakan alat ukur yang akan dinilai dalam penelitian ini adalah stabilitas pengukuran pada dua kesempatan yang dipisahkan oleh interval waktu yang berbeda (test-retest reliability). Jika variabel yang akan diukur dalam skala kontinu dan

stabilitas pengukuran dikatakan cukup jika hasil pengukuran dari dua waktu menghasilkan korelasi Pearson (r) ≥ 0,50. Terdapat sejumlah ukuran reliabilitas yang dapat digunakan untuk mengukur derajat dari stabilitas alat ukur (Murti, 2013).

Untuk penelitian ini, telah dilakukan uji validitas dan reliabilitas kuesioner. Uji validitas dan reliabilitas dilakukan pada 20 responden dalam

(13)

populasi terjangkau. 50% responden uji validitas dan reliabilitas yaitu sebesar 10 orang responden yang berasal dari wilayah kerja Puskesmas Penumping dan 50% sisanya, yaitu sebanyak 10 orang responden yang berasal dari wilayah kerja Puskesmas Banyuanyar. Hasil yang didapat dari uji validitas dan reliabilitas adalah tidak ada item pertanyaan yang dikeluarkan karena tiap item pertanyaan memiliki korelasi item-total ≥0,20 dengan Alpha Cronbach ≥0.60.

G. Analisis Jalur

Analisis jalur digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh suatu variabel lainya baik pengaruh secara langsung maupun tidak langsung.

Besarnya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat disebut koefisien jalur. Sedangkan koefisien jalur sendiri tidak memiliki satuan jadi dapat disimpulkan bahwa semakin besar koefisien jalur maka akan semakin besar pula pengaruh yang diberikan dari variabel itu. Syarat-syarat yang diperlukan adalah hubungan antara variabel merupakan hubungan linier, semua variabel residu tidak mempunyai korelasi satu sama lain, pola hubungan antar variabel adalah rekursif, skala pengukuran baik variabel bebas maupun variabel terikat sekurang-kurangnya adalah interval.

Menurut Murti (2015) langkah-langkah dalam melakukan analisis data dengan menggunakan analisis jalur, yaitu sebagai berikut:

1. Spesifikasi model

Didalam spesifikasi model digambarkan hubungan antara variabel- variabel yang akan diteliti. Variabel yang diteliti dibedakan menurut

(14)

variabel eksogen, intervening variable dan variabel endogen. Variabel eksogen adalah variabel yang di dalam model tidak dipengaruhi variabel lain. Penelitian ini terdiri dari empat variabel eksogen yaitu persepsi kerentanan, keseriusan, manfaat dan hambatan. Intervening variable adalah variabel yang dipengaruhi dan mempengaruhi variabel lain. Dalam penelitian ini, yang dimaksud intervening variable adalah persepsi ancaman.

Variabel endogen adalah variabel yang dipengaruhi variabel lain. Variabel endogen dalam penelitian ini yaitu kelengkapan status imunisasi. Dalam penelitian ini terdapat enam variabel yang terukur (observed variable) yaitu persepsi kerentanan, keseriusan, ancaman, manfaat, hambatan dan kelengkapan imunisasi.

Model analisis jalur tersebut dispesifikasikan sesuai dengan teori Woo dan Mc Eneaney (2010); Price dan Wilson (2006); Perry dan Potter (2006);

Varney (2006); Mandhubala dan Jyoti (2012); Kordi et al. (2003), termasuk hubungan antara variabel yang mempengaruhi maupun variabel yang dipengaruhi, serta variabel yang berkorelasi atau berkovariasi.

2. Identifikasi model

Disini dilakukan identifikasi jumlah variabel yang terukur, jumlah variabel endogen, variabel eksogen, dan parameter yang akan diestimasi.

Pada tahap ini dihitung degree of freedom (df) yang menunjukan analisis jalur bisa dilakukan.

(15)

Rumus degree of freedom sebagai berikut :

df = ( jumlah variabel terukur x ( jumlah variabel terukur + 1) / 2 – ( variabel endogen + variabel eksogen + jumlah parameter) Analisis jalur bisa dilakukan apabila df ≥ 0, jika df = 0 maka model analisis jalur disebut identified. Sedangkan apabila df > 0 maka model analisis jalur disebut over identified dan jika df < 0 maka dikatakan model analisis jalur tersebut under identified.

3. Kesesuaian model

Model analisis jalur yang dibuat oleh peneliti berdasarkan teori dicek/

dites kesesuaianya dengan model hubungan variabel yang terbaik menurut komputer (SPSS) disebut model saturasi, yang dibuat berdasarkan data sampel yang dikumpulkan peneliti. Jika tidak ada perbedaan yang secara statistik signifikan antara kedua model tersebut maka model yang dibuat oleh peneliti merupakan model yang sesuai dengan data yang mencerminkan realitas hubungan antara variabel. Indikator yang menunjukan kesesuaian model analisis jalur yang dibuat peneliti dan model saturasi sebagai berikut:

1) Chi kuadrat (CMIN) bernilai kecil, dengan p ≥ 0,05 2) GFI, NFI, CFI masing-masing bernilai ≥ 0,90 3) RMSEA bernilai ≤ 0,05

4. Estimasi parameter

Hubungan sebab akibat variabel ditunjukan oleh koefisien regresi (b), baik yang belum terstandarisasi (unstandardized) maupun yang sudah

(16)

distandarisasi (standardized). Koefisien regresi yang belum terstandarisasi menunjukan hubungan variabel independen dan dependen dalam unit pengukuran yang asli. Koefisien regresi dengan standarisasi telah memperhitungkan standard error masing-masing sehingga besarnya estimasi koefisien regresi antara satu variabel independen dengan variabel yang lain bisa dibandingkan kepentingan relatifnya.

5. Respesifikasi Model

Jika model yang dibuat peneliti tidak sesuai dengan data sampel sebagai mana ditunjukan oleh model saturasi dan juga terdapat koefisien regresi yang bernilai sangat kecil mendekati nol serta secara statistik tidak signifikan, maka perlu dibuat ulang model analisis jalur sehingga diperoleh model yang sesuai dengan data sampel.

Referensi

Dokumen terkait

Diversifikasi produk merupakan suatu penganekaragaman produk yang selama ini sudah kita pasarkan. Apabila produk kita dapat beraneka ragam maka kita akan dapat

Uniform-cost search Greedy (best-first) search A ∗ search IKI30320 Kuliah 5 12 Sep 2007 Ruli Manurung Best-first search Greedy best-first search A ∗ search Merancang heuristic Search

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa hasil isolasi kulit batang kangkang katup ( Bauhinia semibifida Roxb) didapatkan suatu senyawa murni BS

Dalam menguruskan risiko pelaburan bagi IDS, Pengurus Dana akan melakukan penyelidikan dan analisis meluas ke atas penerbit, penarafan kredit, faktor matang,

Oleh karena itu, perhitungan LCC dapat digunakan untuk memperkirakan alternatif barang/sistem yang lebih hemat biaya karena perhitungan LCC menghitung keseluruhan

Waktu dan suhu pengeringan yang dipergunakan tidak dapat diatur dengan sempurna untuk bahan pangan yang berbeda-beda, namun hal tersebut bergantung pada tipe

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana merancang suatu sistem pembangkit listrik untuk mendapatkan

Pembuatan hiasan dari batu dilakukan dengan cara, pertama batu dipukul-pukul sampai menjadi bentuk gepeng. Setelah itu kedua sisi yang rata dicekungkan dengan cara