• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN TUGAS AKHIR RISK ASSESSMENT DI PT ADYAWINSA STAMPING INDUSTRIES. Oleh

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "LAPORAN TUGAS AKHIR RISK ASSESSMENT DI PT ADYAWINSA STAMPING INDUSTRIES. Oleh"

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)

DI PT ADYAWINSA STAMPING INDUSTRIES

Oleh

ZAKI MUBAROK NIM 13020105

PROGRAM STUDI FIRE AND SAFETY AKADEMI MINYAK DAN GAS BALONGAN

INDRAMAYU

2019

(2)

i

DI PT ADYAWINSA STAMPING INDUSTRIES

Oleh

ZAKI MUBAROK NIM 13020105

PROGRAM STUDI FIRE AND SAFETY AKADEMI MINYAK DAN GAS BALONGAN

INDRAMAYU

2019

(3)

ii

Pembimbing 1 : Sutangi, S.Kp, M.Kes

Pembimbing 2 : Pipit Marfiana, S.Tr.Keb,M.KM Pembimbing Lapangan : Imron Muhajir

ABSTRAK

Setiap perusahaan memiliki potensi bahaya dan risiko di setiap tahapan proses pekerjaannya. Jenis bahaya dan tingkat risiko tergantung dari kondisi lingkungan kerja. Mengetahui jenis bahaya dan tingkat risiko di lingkungan kerja adalah kunci pokok untuk dapat mengendalikan bahaya dan risiko agar tidak terjadi kecelakaan yang diinginkan.PT Adyawinsa Stamping Industries merupakan perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur otomotif, dalam proses kegiatan yang ada di PT Adyawinsa Stamping Industries memiliki potensi bahaya sehingga memerlukan Risk Assessment sebagai usaha untuk mengetahui, mengenal dan memperkirakan adanya potensi bahaya, mengetahui dampak dari bahaya, melakukan pengendalian, serta menilai resiko dari bahaya tersebut dalam melakukan suatu pekerjaan. Tugas Akhir ini bertujuan untuk mengetahui Program, prosedur dan implementasi Risk Assessment di PT Adyawinsa Stamping Industries. Kegiatan ini dilakukan di PT Adyawinsa Stamping Industries selama 1 bulan dimulai pada tanggal 06 Agustus 2018 sampai dengan 06 September 2018.

Dari hasil pelaksanaan tugas akhir ini disimpulkan bahwa program risk assessment di PT Adyawinsa Stamping Industries menggunakan metode HIRA.

Prosedur risk assessment yang dilakukan PT Adyawinsa Stamping Industries ialah dengan cara melakukan safety patrol, safety meeting dan Standar Operasional Operasi (SOP). Implementasi menjelaskan mengenai penerapan program dan prosedur di lapangan . Kesimpulan risk assessment di PT Adyawinsa Stamping Industries meliputi aspek yang ada dalam Program, Prosedur dan Implementasi, Saran yang diberikan meliputi perlu adanya program yang dimulai dengan trial atau percobaan terhadap mesin atau alat agar sesuai dengan fungsinya untuk efektifitas mengetahui bahaya kepada seluruh karyawan, Adanya improvment dan koordinasi antar departemen terhadap prosedur yang ada di PT Adyawinsa Stamping Industries dan peningkatan program dan prosedur agar lebih sesuai dengan implementasi di lapangan.

Kata kunci: HIRA, SOP, Safety Patrol, dan Safety Meeting.

(4)
(5)
(6)
(7)

vi

melimpahkan segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini dengan judul “ Risk Assessment di PT Adyawinsa Stamping Industries”. Laporan Tugas Akhir ini diajukan untuk memenuhi syarat untuk mendapatkan gelar Ahlimadya prodi Fire and Safety.

Tak lupa pula penyusun mengucapkan banyak terimakasih kepada :

1. Bapak Drs. H. Nahdudin Islami, Msi selaku Ketua Yayasan Bina Islami.

2. Ibu Hj. Hanifah Handayani, M.T selaku Direktur Akamigas Balongan.

3. Bapak Amiroel Pribadi, BSC, MM, SKM, MKKK selaku Kepala Prodi Fire and Safety.

4. Bapak H.Sutangi, S.Kp, M.Kes selaku Dosen Pembimbing.

5. Ibu Pipit Marfiana, S.Tr,Keb, M.KM selaku Dosen Pembimbing.

6. Orang Tuaku yang selalu saya cintai dan tak pernah lelah membimbingku.

7. Bapak Imron Muhajir selaku Pembimbing Perusahaan.

8. Teman-teman Fire and Safety Akamigas Balongan, Indramayu.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih banyak terdapat kekurangan baik dilihat dari segi menyajikan data maupun penulisannya.

Kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi penulisan selanjutnya yang lebih baik.

Indramayu, April 2019

Penyusun

(8)

vii

DAFTAR ISI

COVER ... i

ABSTRAK ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL... viii

DAFTAR SINGKATAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tema ... 3

1.3 Tujuan ... 3

1.3.1 Tujuan Umum ... 3

1.3.2 Tujuan Khusus ... 4

1.4 Manfaat ... 4

1.4.1 Manfaat Bagi Mahasiswa... ... 4

1.4.2 Manfaat Bagi Akamigas Balongan. ... 5

1.4.3 Manfaat Bagi Perusahaan ... 5

BAB II TINJAUAN TEORI ... 6

2.1 Pengetian Risk Asessment ... 6

2.2 Penilaian Risiko ( Risk Assesment ) ... 8

2.3 Tujuan Penilaian Risiko ... 11

2.4 Sumber – Sumber Bahaya Bisa Berasal Dari ... 13

(9)

viii

2.4.1 Manusia ... 13

2.4.2 Peralatan ... 13

2.4.3 Lingkungan ... 14

2.5 Hirarki Pengendalian Risiko ... 16

2.6.1 Eliminasi ... 18

2.6.2 Substitusi ... 18

2.6.3 Rekayasa ... 18

2.6.4 Administrasi ... 19

2.6.5 Alat Pelindung Diri ... 19

BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN ... 21

3.1 Pendahuluan ... 21

3.2 Tempat dan Waktu ... 21

3.3 Objek dan Ruang Lingkup ... 21

3.4 Sumber Data ... 21

3.4.1. Data Primer ... 22

3.4.2. Data Sekunder ... 22

3.5 Pengolahan Data ... 22

3.5.1. Metode Kualitatif ... 22

3.5.2. Metode Kuantitatif ... 22

BAB IV GAMBARAN PROFIL PERUSAHAAN ... 24

4.1 Data Perusahaan ... 24

4.2 Sejarah PT Adyawinsa Stamping Industries ... 24

4.3 Motto,Visi dan Misi PT Adyawinsa Stamping Industries ... 26

(10)

ix

4.4 Struktur Organisasi ... 27

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 28

5.1 Program Risk Assessment Pada PT ASI ... 28

5.1.1 Identifikasi Bahaya ... 29

5.1.2 Penilaian Risiko / Risk Assessment ... 30

5.1.3 Pengendalian / minimalisasi risiko ... 33

5.2 Prosedur Penerapan Risk Assessment Pada PT ASI ... 34

5.3 Implementasi Risk Assessment Pada PT ASI ... 38

5.3.1 Implementasi Program Risk Assessment Pada PT ASI ... 38

5.3.2 Implementasi Prosedur Risk Assessment Pada PT ASI ... 38

5.3.3 Implementasi Risk Assessment Pada PT ASI ... 39

BAB VI PENUTUP ... 47

6.1 Kesimpulan ... 47

6.2 Saran ... 48 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP

(11)

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Rangkaian Teori Domino ... 16

Gambar 4.1 Struktur Organisasi dan Mitra Perusahaan ... 27

Gambar 5.1 Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko ... 34

Gambar 5.2 Form Safety Patrol ... 35

Gambar 5.3 Toolbox Meeting ... 36

Gambar 5.4 Form HIRA ... 37

Gambar 5.5 SOP ... 37

(12)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Skala Kemungkinan atau Likelihood ... 10

Tabel 2.2 Level of Risk ... 10

Tabel 5.1 Potensi Bahaya Welding ... 29

Tabel 5.2 Potensi Bahaya Stemping ... 30

Tabel 5.3 Probability Metode HIRA ... 31

Tabel 5.4 Saverity Metode HIRA ... 31

Tabel 5.5 Level of Risk ... 32

Tabel 5.6 Pengendalian / Minimalisasi Risiko ... 33

Tabel 5.7 Hasil Identifikasi Bahaya Pekerjaan Stemping dan Tool Making 39 Tabel 5.8 Hasil Identifikasi Bahaya Pekerjaan Welding ... 41

Tabel 5.9 HIRA Pekerjaan Stemping dan Tool Making ... 43

Tabel 5.10 HIRA Pada Pekerjaan Welding ... 45

(13)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Form HIRA ( Hazard Identification and Risk Assessment ) Lampiran 2. Form SOP ( Standar Operasional Prosedur )

Lampiran 3. Grafik Accident Report

Lampiran 4. Riwayat Hidup

(14)

xiii

DAFTAR SINGKATAN

APD = Alat Pelindung Diri

ASI = Adyawinsa Stamping Industries

HIRA = Hazard Identification and Risk Assessment K3 = Kesehatan dan Keselamatan Kerja

K3L = Kesehatan dan Keselamatan Kerja serta Lingkungan MSDS = Material Safety Data Sheet

OHSAS = Occupational Health And Safety Assessment Series PERMENAKER = Peraturan Menteri Tenaga Kerja

SHE = Safety Health Environment SOP = Standar Operasional Prosedur

UU = Undang – Undang

(15)

1 1.1 Latar Belakang

Dengan semakin pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan teknologi dan proses produksi, menuntut suatu sistem k3 yang memadai terutama pada risk assessment untuk menjamin produktivitas yang tinggi.

Sejalan dengan itu akan bermunculan lingkungan kerja berupa instalasi- instalasi yang canggih yang menimbulkan banyak risiko. ( Sajidi, 2014 )

Setiap perusahaan memiliki potensi bahaya dan risiko di setiap tahapan proses pekerjaannya. Jenis bahaya dan tingkat risiko tergantung dari kondisi lingkungan yang dihadapi termasuk di lingkungan kerja. Jenis bahaya dan tingkat risiko dari setiap tahapan proses dalam suatu proses industri adalah spesifik. Tidak semua pekerja mampu mengenali bahaya dan risiko dari pekerjaan yang mereka lakukan. Mengetahui jenis bahaya dan tingkat risiko di lingkungan kerja adalah kunci pokok untuk dapat mengendalikan bahaya dan risiko tersebut agar tidak menjadi malapetaka atau kecelakaan yang tidak diinginkan. Berbagai teknik telah dikembangkan untuk mengidentifikasi bahaya dan kajian risiko sehingga dapat dikembangkan sistem atau program pengendalian terhadap bahaya dan risiko di tempat kerja. ( Sajidi, 2014 )

.

(16)

Risiko yang kemungkinan terjadi tentu saja ada sebabnya, secara garis besar industri manufaktur otomotif mepunyai risiko tinggi terjadinya insiden, karena proses pekerjaan yang berbahaya.

Oleh karena itu Risk Assessment merupakan suatu metode yang penting dalam mencegah terjadinya kecelakaan, menjaga keselamatan dan kesehatan kerja bagi para pekerja serta mencegah terjadinya pencemaran serta kerusakan lingkungan. ( Sajidi, 2014 )

Identifikasi bahaya (hazards identification), penilaian risiko (risk

assessment) atau yang disingkat HIRA merupakan suatu elemen pokok

dalam sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang berkaitan

dengan upaya pencegahan dan pengendalian bahaya. HIRA dilakukan pada

seluruh aktivitas organisasi untuk menentukan kegiatan organisasi yang

mengandung potensi bahaya dan menimbulkan dampak serius terhadap

keselamatan dan kesehatan kerja. Keseluruhan proses dari HIRA yang

disebut juga dengan manajemen risiko (risk management), kemudian akan

menghasilkan dokumen HIRA yang sangat berguna untuk mencegah

terjadinya kecelakaan kerja. Pengetahuan ini haruslah ditunjang dengan

pembelajaran yang nyata melalui serangkaian kegiatan di lapangan. Hal ini

kemudian akan dipergunakan sebagai pembanding yang membangun dalam

mengetahui seberapa jauh teori yang telah didapat dan kenyataan di

lingkungan kerja yang nyata serta sebagai proses pembelajaran untuk dapat

beradaptasi dan berinteraksi dengan lingkungan kerja (Ramli, 2010).

(17)

1.2 Tema

Tema yang akan diambil dalam Tugas Akhir ini adalah “Risk Asessment”. Untuk tema yang lebih spesifik dapat disesuaikan dengan yang ada di lapangan.

1.3 Tujuan

Adapun tujuan yang ingin dicapai sehubungan dengan pelaksanaan Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut :

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui Risk Assessment yang ada di PT Adyawinsa Stamping Industries.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui program Risk Assessment di PT Adyawinsa Stamping Industries.

2. Mengetahui prosedur Risk Assessment di PT Adyawinsa Stamping Industries.

3. Mengetahui implementasi Risk Assessment di PT Adyawinsa Stamping Industries.

1.4 Manfaat

1.4.1 Bagi Mahasiswa

1. Menambahnya wawasan dan ilmu pengetahuan yang bersifat implementasi.

2. Menjadi bahan untuk mempersiapkan diri dalam proses

interaksi sosial dalam lingkungan kerja

(18)

3. Mampu menerapkan keilmuan K3 yang diperoleh di bangku kuliah dalam praktik pada kondisi kerja yang sesungguhnya.

4. Mampu memberikan konstribusi yang positif terhadap institusi atau perusahaan tempat Tugas Akhir khususnya dalam hal penerapan aspek Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).

5. Memperoleh ilmu dan pengalaman dari institusi tempat mahasiswa melaksanakan Tugas Akhir.

6. Mengenal secara dekat dan nyata karakteristik dan kondisi di lingkungan kerja.

1.4.2 Bagi Akademi Minyak dan Gas Balongan

1. Meningkatnya kapasitas dan kuantitas serta kualitas pendidikan dengan melibatkan tenaga terampil dari pembimbing di lapangan.

2. Tersusunnya kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan nyata di lapangan.

3. Terbinanya suatu jaringan kerjasama dengan institusi tempat

magang dalam upaya meningkatkan keterkaitan dan

kesepadanan antara substansi akademik dengan kegiatan

manajemen maupun operasional institusi tempat Tugas Akhir.

(19)

1.4.3 Bagi Perusahaan

1. Mahasiswa dapat membantu dan memberi masukan dalam penyelesaian tugas-tugas atau hal-hal yang berhubungan dengan program k3.

2. Terciptanya kerja sama yang saling menguntungkan dan

bermanfaat antara perusahaan dengan Akademi Minyak dan

Gas Balongan.

(20)

6 2.1 Pengertian Risk Assessment

Identifikasi bahaya adalah usaha-usaha mengenal dan mengetahui adanya bahaya pada suatu sistem (peralatan, unit kerja, prosedur) serta menganalisa bagaimana terjadinya. Identifikasi bahaya adalah proses untuk mengetahui adanya bahaya dan menentukan karakteristiknya. (Sajidi : 55, 2014)

Identifikasi bahaya merupakan suatu proses yang dapat dilakukan untuk mengenali seluruh situasi atau kejadian yang berpotensi sebagai penyebab terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang mungkin timbul di tempat kerja. Identifikasi sumber bahaya dilakukan dengan mempertimbangkan :

1. Kondisi dan kejadian yang dapat menimbulkan potensi bahaya 2. Jenis kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang mungkin dapat

terjadi

Kegiatan ini dilaksanakan melalui :

1. Konsultasi orang yang mempunyai pengalaman dalam bidang pekerjaan yang mereka sukai dan menimbulkan kegiatan bahaya.

2. Pemeriksaan-pemeriksaan fisik lingkungan kerja.

3. Catatan sakit dan cidera-cidera insiden waktu yang lalu yang

mengakibatkan cidera dan sakit, menjelaskan sumber bahaya yang

potensial.

(21)

4. Informasi/ nasehat identifikasi bahaya yang memerlukan nasehat, penelitiandan informasi dari seseorang ahli.

5. Analisa tugas dengan membagi kedalam unsur-unsurnya maka bahaya yang berhubungan dengan tugas dapat didefinisikan.

Kegunaan identifikasi bahaya adalah sebagai berikut : 1. Mengetahui bahaya-bahaya yang ada.

2. Untuk mengetahui potensi bahaya tersebut, baik akibat maupun frekuansi terjadinya.

3. Untuk mengetahui lokasi bahaya.

4. Untuk menunjukan bahwa bahaya-bahaya tersebut telah dapat memberikan perlindungan.

5. Untuk menunjukkan bawa bahaya tertentu tidak akan menimbulkan akibat kecelakaan, sehingga tidak diberikan perlindungan.

6. Untuk analisa lebih lanjut.

Keuntungan setelah melakukan analisa bahaya antara lain : 1. Dapat ditentukan sumber atau penyebab timbulnya bahaya.

2. Dapat ditentukan kualifikasi fisik dan mental seseorang yang diberi tugas.

3. Dapat ditentukan cara, prosedur, pergerakan, dan posisi-posisi yang berbahaya kemudian dicari cara untuk mengatasinya.

4. Dapat ditentukan lingkup yang harus dianalisa lebih lanjut. ( Sajidi :

56, 2014)

(22)

2.2 Penilaian Risiko ( Risk Assessment )

Penilaian risiko adalah proses untuk menentukan pengendalian terhadap tingkat risiko kecelakaan kerja/ penyakit akibat kerja. Penilaian risiko adalah proses evaluasi risiko-risiko yang diakibatkan adanya bahaya-bahaya, dengan memperhatikan kecukupan pengendalian yang dimiliki, dan menentukan apakah risikonya dapat diterima atau tidak, lalu melakukan tindakan pengendalian sehingga kondisi dapat dikategorikan sebagai acceptable risk. (Sajidi : 58, 2014)

Estimasi terhadap tingkat kekerapan atau keseringan terjadinya kecelakaan/ sakit akibat kerja, harus mempertimbangkan tentang seberapa sering dan berapa lama seorang tenaga kerja terpapar potensi bahaya.

Dengan demikian kita hadapat membuat keputusan tentang tingkat kekerapan kecelakaan / sakit dan risiko yang diterima di setiap potensi bahaya yang diidentifikasi. ( Sajidi : 59, 2014 )

Penilaian resiko ditentukan berdasarkan dua kriteria yaitu :

1. Frekuensi kejadian ( Probability), dibagi dalam lima kondisi yaitu : a. Hampir pasti terjadi.

b. Sangat mungkin terjadi.

c. Cukup mugkin terjadi.

d. Kemungkinan kecil terjadi.

e. Jarang terjadi.

(23)

2. Dampak dari kejadian (severity) : a. Fatal.

b. Besar.

c. Sedang.

d. Kecil.

e. Tidak penting.

Setelah kita dapat mengasumsikan tingkat kekerapan kecelakaan atau sakit yang terjadi, selanjutnya kita harus membuat keputusan tentang seberapa parah kecelakaan/ sakit yang mungkin terjadi. Penentuan tingkat keparahan dari suatu kecelakaan juga memerlukan suatu pertimbangan tentang beberapa banyak orang yang ikut terkena dampak akibat kecelakaan dan bagian-bagian tubuh mana saja yang dapat terpapar potensi bahaya.

Setelah dilakukan estimasi atau penaksiran terhadap tingkat kekerapan dan keparahan terjadinya kecelakaan atau penyakit yang mungkin timbul, selanjutnya dapat ditentukan tingkat risiko dari masing- masing hazard yang telah diidentifikasi dan dinilai.

Setelah penentuan tingkat resiko, selanjutnya harus dibuat skala resiko untuk setiap potensi bahaya yang diidentifikasi dalam upaya menyusun rencana pengendalian resiko yang tepat. Potensi bahaya dengan tingkat resiko ”URGENT” yang menjadi prioritas utama, ”HIGH",

”MEDIUM”, dan ”LOW”. Sedangkan tingkat resiko ”NONE” untuk

(24)

sementara dapat diabaikan dari rencana pengendalian risiko (Sajidi : 61, 2014).

Tingkat Dekripsi Keterangan

A Almost Certain Dapat tejadi setiap saat B Likely Kemungkinan sering terjadi C Possible Dapat terjadi sekali-kali D Unlikely Kemungkinan jarang terjadi

E Rare Hampir tidak pernah

Tabel 2.1 Skala Kemungkinan atau Likelihood (Sumber: AS/NZS 4360, 2004)

P E RI NGKAT KE M UN GK INA N T E RJA DI ( P ROB AB IL IT Y)

5 Hampir Pasti

M 5 H 1

0

H 15 E 20 E 25

4 Kemungkinan Besar

L 4 M 8 H 12 H 16 E 20

3 Ada

Kemungkinan

L 3 M 6 M 9 H 12 H 15

2 Kemungkinan Kecil

L 2 L 4 M 6 M 8 H 10

1

Jarang L 1 L 2 L 3 L 4 M 5

1Tidak Penting

2 Ringan 3 Sedang 4 Berat 5 Bencana

PERINGKAT KESERIUSAN (SEVERITY)

Tabel 2.2 Level of Risk (Sumber: Richo, 2015)

Penilaian tingkat risiko dilakukan berdasarkan bobot nilai probability

dikalikan bobot nilai saverity dalam bentuk kuantitatif (tingkatan angka). Dalam

(25)

hal ini telah ditetapkan risiko yang Memiliki Skor ≥ 9 merupakan risiko yang harus di tangani terlebih dahulu, sehingga manajemen memiliki skala prioritas dalam menerapkan program pengendalian dan improvisasi hingga risiko berada pada skor ≤ 9. Sedangkan jika risiko berada pada kategori skor ≤ 9 hanya dilakukan monitoring karena sudah dapat diterima. Penjelasan level tingkat risiko dan warna adalah sebagai berikut :

A. Warna Hijau menunjukan resiko Kecil (L=Low) B. Warna Coklat menunjukan resiko Sedang (M=Middle) C. Warna Kuning menunjukan resiko Tinggi (H=High) D. Warna Merah menunjukan resiko Extrim (E=Extrim)

2.3 Tujuan Penilaian Risiko

1. Untuk menentukan pengaruh atau akibat pemaparan potensi bahaya yang digunakan sebagai landasan dalam melakukan tindakan perbaikan mencegah terjadinya insiden akibat bahaya tersebut.

2. Untuk menyusun prioritas pengendalian semua jenis risiko, akibat yang bisa terjadi ditinjau dari tingkat keparahan, frekuensi kejadian dan cara pencegahan serta pengendalian bahaya.

Tempat kerja Menurut UU No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan

Kerja pasal 1 ayat 1, yang dimaksud tempat kerja adalah tiap ruangan atau

lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap, dimana tenaga kerja

bekerja, atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu

usaha dan dimana terdapat sumber atau sumber-sumber bahaya. Termasuk

tempat kerja ialah semua ruangan, lapangan, halaman dan sekelilingnya

(26)

yang merupakan bagian-bagian atau yang berhubungan dengan tempat kerja tersebut. Oleh karena pada tiap tempat kerja terdapat sumber bahaya maka pemerintah mengatur keselamatan kerja baik di darat, di tanah, di permukaan air, di dalam air, maupun di udara yang berada di wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia. Tempat kerja sangat mendukung adanya suatu pekerjaan, tempat kerja yang buruk dapat menurunkan derajat kesehatan dan juga daya kerja para pekerja. Menurut UU No. 1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja pengurus perusahaan mempunyai kewajiban untuk menyediakan tenpat kerja yang memenuhi syarat keselamatan dan kesehatan.

Bahaya adalah sumber, situasi atau tindakan yang berpotensi menciderai manusia atau sakit penyakit atau kombinasi dari semuanya.

Bahaya adalah aktifitas, kondisi, kejadian, gejala, proses, material, dan segala sesuatu yang ada di tempat kerja/ berhubungan dengan pekerjaan yang menjadi/ berpotensi menjadi sumber kecelakaan/ cidera/ penyakit/

dan kematian. Bahaya pekerjaan adalah faktor-faktor dalam hubungan pekerjaan yang dapat mendatangkan kecelakaan (Suma’mur, 1981).

Selain risiko yang berbeda-beda, setiap bahan mempunyai intensitas

atau tingkat bahaya yang berbeda, misalnya pengaruh dari suatu bahan

kimia ada yang akut dan ada yang kronis. Untuk mengetahui setiap

karakteristik suatu bahan dan penanganannya dibuat MSDS (Material

Safety Data Sheet) sebagai alat informasi kepada tenaga kerja agar dapat

(27)

mengenali karakteristik dan cara penanganan bahan-bahan kimia tersebut.

( Sajidi : 54,2014 )

2.4 Sumber-sumber bahaya bisa berasal dari : 2.4.1 Manusia

Dari penyidikan, ternyata faktor manusia dalam timbulnya kecelakaan sangatlah penting. Selalu ditemui, dari hasil penelitian bahwa 80-85% kecelakaan disebabkan oleh kelalaian atau kesalahan manusia. Bahkan ada suatu pendapat bahwa akhirnya langsung atau tidak langsung, semua kecelakaan adalah dikarenakan faktor manusia. Kesalahan tersebut mungkin disebabkan oleh perancang pabrik, kontraktor yang membangun, pimpinan kelompok, pelaksana atau petugas yang melakukan penelitian mesin dan peralatan (Suma’mur, 1981).

2.4.2 Peralatan

Dalam industri digunakan berbagai peralatan yang

mengandung bahaya apabila tidak digunakan dengan semestinya,

tidak ada latihan tentang penggunaan alat tersebut, tidak dilengkapi

dengan perlindungan dan pengamanan, serta tidak ada perawatan

atau pemeriksaan. Perawatan dan pemeriksaan diadakan menurut

kondisi agar bagian-bagian mesin atau alat-alat yang berbahaya

dapat dideteksi. ( Richo : 80, 2015 )

(28)

2.4.3 Lingkungan

Faktor-faktor bahaya lingkungan menurut beberapa sumber, antara lain :

1. Faktor fisik, meliputi penerangan, suhu udara, kelembaban, cepat rambat udara, suara, vibrasi mekanis, radiasi, tekanan udara.

2. Faktor kimia, meliputi gas,uap, debu, kabut, asap, awan, cairan, dan benda-benda padat.

3. Faktor biologi, baik golongan hewan maupun tumbuhan.

4. Faktor fisiologis, seperti konstruksi mesin, sikap, dan cara kerja.

5. Faktor mental-psikologis, yaitu susunan kerja, hubungan di antara pekerja.

Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang jelas tidak dikehendaki dan sering kali tidak terduga semula yang dapat menimbulkan kerugian baik waktu, harta benda atau properti maupun korban jiwa yang terjadi di dalam suatu proses kerja industri atau yang berkaitan dengannya. (Sajidi : 30, 2014).

Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tidak terduga dan

tidak diharapkan. Tak terduga oleh karena di belakang peristiwa itu

tidak terdapat unsur kesengajaan, lebih-lebih dalam bentuk

perencanaan. Tidak diharapkan karena peristiwa kecelakaan tidak

disertai kerugian material maupun penderitaan dari yang paling

ringan sampai yang paling berat. (Suma’mur, 1981)

(29)

Secara umum kecelakaan selalu diartikan sebagai “kejadian yang tidak dapat diduga”. Sebenarnya setiap kecelakaan kerja itu dapat diramalkan atau diduga dari semula jika perbuatan dan kondisi tidak memenuhi persyaratan. Oleh karena itu, kewajiban berbuat secara selamat dan mengatur peralatan serta perlengkapan produksi sesuai dengan standar kewajiban oleh UU ini. (Sajidi : 23, 2014)

Kecelakaan akibat kerja adalah kecelakaan yang berhubungan dengan hubungan kerja pada perusahaan. Hubungan kerja di sini dapat berarti bahwa kecelakaan terjadi disebabkan oleh pekerjaan atau pada waktu melaksanakan pekerjaan.

Maka dalam hal ini, terdapat dua permasalahan penting, yaitu :

1. Kecelakaan adalah akibat langsung pekerjaan.

2. Kecelakaan terjadi pada saat pekerjaan sedang dilakukan.

Pada dasarnya kecelakaan disebabkan oleh dua hal yaitu

tindakan manusia yang tidak aman (unsafe act) dan keadaan

lingkungan yang tidak aman (unsafe condition). Dari data

kecelakaan didapatkan bahwa 85% sebab kecelakaan adalah faktor

manusia. Oleh karena itu sumber daya manusia dalam hal ini

memegang peranan penting dalam penciptaan keselamatan dan

kesehatan kerja. Tenaga kerja yang mau membiasakan dirinya

(30)

dalam keadaan yang aman akan sangat membantu dalam memperkecil angka kecelakaan kerja (Suma’mur,1996).

Adapun menurut H.W. Heinrich dengan teori dominonya yang disempurnakan oleh Frank E. Bird menyatakan bahwa suatu kecelakaan tidak datang dengan sendirinya, terjadinya kecelakaan merupakan suatu hasil dari tindakan tidak aman dan kondisi tidak aman dan kedua hal tersebut selanjutnya tergantung pada seluruh macam gabungan dari berbagai faktor, inilah dalam kaitan urutan tertentu akan mengakibatkan kecelakaan.

Gambar 1. Rangkaian Teori Domino ( Sumber : Sajidi, 2014 )

Maksud dari rangkaian domino ini cedera disebabkan oleh kecelakaan, dan kecelakaan disebabkan oleh bahaya mekanis/

sumber energi yang tidak terkendali dan tindakan yang tidak aman.

Ini terjadi karena kesalahan manusia yang disebabkan oleh faktor lingkungan. ( Sajidi : 31,2014 )

2.5 Hirarki Pengendalian Risiko

Pengendalian risiko adalah suatu upaya kontrol terhadap potensi

risiko bahaya yang ada sehingga bahaya itu dapat ditiadakan atau

(31)

dikurangi sampai batas yang dapat diterima. Dalam Permenaker RI.

No.05/MEN/1996, diteranglan bahwa perusahaan harus merencanakan manejemen dan pengendalian kegiatan-kegiatan produk barang dan jasa yang dapat mrnimbulkan risiko kecelakaan kerja yang tinggi. Hal ini dapat dicapai dengan mendokumentasikan dan menerapkan kebijaksanaan standar bagi tempat kerja, perencanaan pabrik dan bahan, prosedur dan intruksi kerja untuk mengatur dan mengendalikan kegiatan produk barang dan jasa. Dalam melakukan pengendalian, hal yang harus dilakukan adalah memulai dari tindakan terbesar. Jika tidak dapat dilakukan maka dengan menurunkan tingkat pengendaliannya ketingkat yang rendah atau mudah.

Hal yang harus diperhatikan dalam memilih atau menetapkan jenis tindakan pengendalian risiko adalah dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :

a) Tindakan itu merupakan alat pengendali yang tepat.

b) Tidak menimbulkan bahaya baru.

c) Diikuti oleh semua pekerja tanpa adanya ketidaknyamanan dan stres (Sajidi : 61,2014).

Pengendalian risiko dapat mengikuti pendekatan hirarki

pengendalian (hirarchy of control). Hirarki pengedalian risiko adalah suatu

urutan-urutan dalam pencegahan dan pengendalian risiko yang mungkin

timbul yang terdiri dari beberapa tingkatan secara berurutan (Sajidi : 63,

2014).

(32)

Hirarki atau metode yang dilakukan untuk mengendalikan risiko antara lain :

2.5.1 Eliminasi (Elimination)

Eliminasi dapat didefinisikan sebagai upaya menghilangkan bahaya. Eliminasi merupakan langkah ideal yang dapat dilakukan dan harus menjadi pilihan utama dalam melakukan pengendalian risiko bahaya. Hal ini berarti eliminasi dilakukan dengan upaya menghentikan peralatan atau sumber yang dapat menimbulkan bahaya.

2.5.2 Substitusi (Substitution)

Substitusi didefinisikan sebagai penggantian bahan yang berbahaya dengan bahan yang lebih aman. Prinsip pengendalian ini adalah menggantikan sumber risiko dengan sarana atau peralatan lain yang lebih aman atau lebih rendah tingkat risikonya.

2.5.3 Rekayasa (Engineering)

Rekayasa/Engineering merupakan upaya menurunkan

tingkat risiko dengan mengubah desain tempat kerja, mesin,

peralatan atau proses kerja menjadi lebih aman. Ciri khas dalam

tahap ini adalah melinatkan pemikiran yang lebih mendalam

bagaimana membuat lokasi kerja yang memodifikasi peralatan,

melakukan kombinasi kegiatan, perubahan prosedur, dan

mengurangi frekuansi dalam melakukan kegiatan berbahaya.

(33)

2.5.4 Administrasi

Dalam upaya secara administrasi difokuskan pada penggunaan prosedur seperti SOP (standart operating procedure) sebagai langkah mengurangi tingkat risiko dengan melakukan pendekatan-pendekatan, seperti pelatihan, pembatasan waktu terjangkit bahaya, menerapkan manual handling yang aman, dll.

2.5.5 Alat Pelindung Diri (APD)

Alat pelindung diri merupakan langkah terakhir yang dilakukan yang berfungsi untuk mengurangi keparahan akibat dari bahaya yang ditimbulkan dan APD yang digunakan harus sesuai standar.

Identifikasi bahaya, penilaian, dan pengendalian risiko yang terkait

dengan aktivitas harus di pastikan sesuai, cukup dan selalu tersedia. Untuk

itu sebuah organisasi harus mengidentifikasi, mengevaluasi dan

mengendalikan risiko K3 di semua aktifitas-aktifitasnya, dan semua

tahapan ini menjadi dasar dalam pengembangan dan penerapan sistem

menejemen K3. hal ini sangat penting, karena itu identifikasi bahaya dan

pengendalian bahaya harus secara nyata ditetapkan. Setiap organisasi

berbeda dalam bentuk identifikasi, pengukuran dan pengendalian

bahayanya, tergantung pada ukuran, situasi lingkungan kerja organisasi

serta ditentukan juga oleh sifat, kompleksitas dan signifikasi bahaya yang

terjadi. Identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko harus

(34)

dilakukan dalam perhitungan yang matang, termasuk juga biaya dan waktu pelaksanaannya.

Data-data yang disajikan harus dipastikan akurat. Organisasi harus

menentukan apakah aspek K3 ini terkait dengan aktifitas sekarang atau

lampau.Tapi bagi organisasi yang belum menerapkan sistem menejemen

K3 dan belum memiliki data apapun yang terkait dengan aspek-aspek K3,

sebaiknya melakukan tinjauan awal bahaya potensial berdasarkan kondisi

sekarang segingga dapat menentukan suatu bahaya dalam pekerjaan dapat

diterima atau tidak.

(35)

21

Dalam melaksanakan kerja praktek mahasiswa diharapkan mampu melakukan studi kasus, yaitu mengangkat suatu masalah yang dihadapi pada saat melakukan kegiatan tugas akhir di PT.Adyawinsa Stamping Industries yang kemudian akan dikaji sesuai dengan bidang keahlian yang dimiliki.

3.2 Tempat dan Waktu

Tempat : PT Adyawinsa Stamping Industries

Alamat : Jl.Surotokunto No.109 Karawang Jawa Barat Waktu : 06 Agustus – 06 September 2018

3.3 Objek dan Ruang Lingkup

Objek penelitian dalam penulisan nanti adalah program risk assessment, prosedur risk assessment dan implementasi risk assessment pada perusahaan. Ruang lingkup memiliki fokus pembahasan tentang risk assessment di perusahaan.

3.4 Sumber Data

Dalam melakukan kegiatan pengambilan data, penulis akan

membutuhkan data primer dan sekunder.

(36)

Data yang berhubungan dengan risk assessment di PT Adyawinsa Stamping Industries, yaitu :

3.4.1 Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung di lapangan dalam melakukan kegiatan tugas akhir. Penulis akan melakukan observasi lapangan yang sesuai dengan program, prosedur dan implementasi risk assessment seperti mengetahui metode HIRA ( Hazard Identification and Risk Assessment ) pada observasi lapangan di perusahaan.

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder didapatkan dari dokumen, buku, dan laporan sebelumnya di perusahaan yang berkaitan dengan risk assessment.

3.5 Pengolahan Data

Untuk melakukan pengolahan data, penulis akan membandingkan sumber data primer dan sekunder yang didapat di PT Adyawinsa Stamping Industries dengan teori literatur yang berkaitan dengan risk assessment.

Hasil dari pengolahan data dengan menggunakan 2 metode, yaitu : 3.5.1 Metode Kualitatif

Metode ini menganalisa budaya K3 dalam implementasi K3

dengan cara membandingkan antara studi literatur dengan

implementasi seperti mengetahui risk assessment di perusahaan.

(37)

3.5.2 Metode Kuantitatif

Metode ini dilakukan dengan menentukan nilai dari

masing-masing parameter yang didapat dari hasil observasi

lapangan dianalisa lebih lanjut.

(38)

24

BAB IV

GAMBARAN PROFIL PERUSAHAAN

4.1 Data Perusahaan

Nama Perusahaan : PT.Adyawinsa Stamping Industries.

Alamat perusahaan : Jl.Surotokunto No.109 Karawang Jawa Barat 41313

Jenis Usaha : Manufaktur otomotif.

Telephone : 0267404555

Fax : 0267402031.

Email : asi@adyawinsa.com

4.2 Sejarah PT.Adyawinsa Stamping Industries

Adyawinsa Group merupakan penyedia die, making, fixtures, plastic injeksi, metal stamping, machining, welding, roofing manufaktur, lampu fitting manufaktur, perakitan listrik, infrastruktur telekomunikasi dan jasa telekomunikasi. Kami bekerja secara profesional di dunia dengan standar ISO 9001 & TS-16949 memenuhi untuk harapan pelanggan.

Adyawinsa Group didirikan pada tanggal 2 Maret 1994. Sekarang didukung oleh lebih dari 1.500 karyawan, kebanyakan dari mereka berada di industri manufaktur. Pelanggan kami menempatkan kami sebagai mitra untuk dapat memberikan nilai tambah dan keunggulan kompetitif melalui produk dan layanan kami.

Saat ini ia memiliki 4 divisi usaha: Luminaire, Telekomunikasi, Stamping

(39)

& Plastic Injection, dan Stamping Perindustrian.

PT. Adyawinsa Stamping Industri – Stamping Logam & Welding Divisi dan Metal Roofing Divisi, yang lain adalah perluasan Adyawinsa Bisnis yang berhasil ditambahkan pada tahun 2005 dan berlokasi di Karawang Timur, yang akan berkonsentrasi untuk Adyawinsa Stamping Perindustrian.

1992: Kecil dari “garasi” untuk pasokan kepala istirahat bingkai untuk Mitsubishi.

1994: Mitsubishi Motor telah ditugaskan untuk memproduksi produk lain di produksi massal, dan dipindahkan ke adw Jababeka 81B

1996: Ekspansi berlangsung dan meluas ke lokasi Jababeka 81A sebagai adw 1 Plant. Didedikasikan untuk Plastik Injection dan Tool Making.

2001: Ekspansi ke Hyundai Industrial Estate untuk Stamping Logam.

2002: Ditunjuk oleh Philips sebagai Management Co Maker untuk menangani lampu Housing & Manufaktur Majelis.

2003: PT.ADYAWINSA DINAMIKA telah disertifikasi oleh Badan Sertifikasi Internasional (SAI GLOBAL dan IATF) untuk mendapatkan The Sertifikat ISO / TS 16949: 2002 dan ISO 9001: 2000.

2004:Telekomunikasi unit usaha (Manufaktur, Services, & Trading) PT

Adyawinsa Dinamika didirikan.

(40)

2005: Kami telah berhasil ditambahkan dua pabrik, yang terletak di barat dan timur Karawang (PT. Adyawinsa Dinamika Karawang & PT.

Adyawinsa Stamping Industri)

4.3 Motto, Visi dan Misi serta Corporate Values nilai perusahaan PT.Adyawinsa Stamping Industries

a. Motto

Never give up / Pantang menyerah b. Visi

Untuk menjadi perusahaan kelas dunia untuk memberkati dan kehidupan manusia (menjadi berkat).

c. Misi

1. Untuk meningkatkan kualitas kehidupan manusia melalui kemitraan sejati, smart, kerja keras, ketekunan dan terus ditingkatkan.

2. Memberikan nilai tambah terhadap kualitas kehidupan melalui kerjasama yang tulus, kerja keras dan cerdas, pantang menyerah dan melakukan perbaikan secara terus menerus.

3. Memberikan nilai tambah terhadap kualitas kehidupan melalui kerjasama yang tulus, kerja keras dan cerdas, pantang menyerah dan melakukan perbaikan secara terus menerus.

d. Corporate Values nilai perusahaan

1. Memberikan kontribusi yang nyata dalam membangun nusa dan bangsa 2. Berkarakter yang luhur merupakan landasan kerja seluruh karyawan.

3. Berkarya dan melayani dengan sepenuh hati merupakan komitmen kami

(41)

4. Berusaha selalu memperbaiki tingkat kesejahteraan karyawan 4.4 Struktur Organisasi

ADMINISTRATION DIRECTOR CHRISTINE L CHAIRMAN :

MARKUS M.

CEO : GILARSI WS

ENGINEERING DIRECTOR KRISHARTANTO

MANAGING DIRECTOR : MATEUS SUWARNO

MANUFACTURING

DIRECTOR

BUDI HEKSAWANTO

(42)

28

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Program Risk Assessment Pada PT Adyawinsa Stamping Industries.

Dalam proses operasional kegiatan di PT Adyawinsa Stamping Industries terdapat pekerjaan yang memiliki kategori risiko yang tinggi diantaranya stamping, welding dan tool making.

Melalui metode HIRA (Hazard Identification and Risk Assesment) PT Adyawinsa Stamping Industries melakukan program penerapan risk assessment sebagai bentuk kepatuhan terhadap kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja serta lingkungan (K3L). Rangkaian program tersebut dilakukan melalui metode :

5.1.1 Identifikasi bahaya

PT Adyawinsa Stamping Industries telah melakukan identifikasi bahaya sebagai upaya mendeteksi secara dini adanya potensi dan faktor bahaya ditempat kerja dan segera memperbaikinya sebelum potensi tersebut menyebabkan suatu kecelakaan. Tujuan dari identifikasi bahaya adalah mengetahui potensi bahaya dari suatu bahan, alat dan sistem kerja. Kegiatan ini dilaksanakan melalui :

1. Konsultasi atau wawancara dengan pekerja yang mempunyai

pengalaman dalam bidang pekerjaan dan menimbulkan kegiatan

yang bahaya.

(43)

2. Pemeriksaan-pemeriksaan fisik lingkungan kerja atau observasi lapangan

Adapun bahaya yang diketahui dalam proses pekerjaan di PT Adyawinsa Stamping Industries melalui metode HIRA, diantaranya : 1. Bahaya Aktivitas Pekerjaan welding

Tabel 5.1 Potensi Bahaya Welding Nomor Potensi bahaya

1 Tubuh terbakar 2 Anggota tubuh terjepit 3 Sinar api plasma

4 Asap gas hasil pembakaran 5 Potensi ledakan dari tabung gas 6 Terpeleset dari meja kerja 7 Tergores Benda Tajam 8 Terkena benda panas 9 Tertimpa benda padat 10 Mengangkat beban berat 11 Sling putus

Sumber : PT Adyawinsa Stamping Industries, 2018 2. Bahaya Aktivitas Pekerjaan Stamping

Tabel 5.2 Potensi Bahaya Stamping Nomor Potensi bahaya

1 Bunyi mesin

2 Anggota tubuh terjepit 3 Tertimpa benda padat 4 Sling putus

5 Mengangkat beban berat 6 Tangan terpotong 7 Terpeleset

8 Tergores Benda Tajam

9 Debu

Sumber : PT Adyawinsa Stamping Industries, 2018

(44)

5.1.2 Penilaian Risiko / Risk assessment

Risk assessment yang dilakukan PT Adyawinsa Stamping Industries untuk mengetahui nilai dari dampak yang dihasilkan setiap bahaya yang telah diketahui pada setiap tahapan pekerjaan.

Menurut PT Adyawinsa Stamping Industries, nilai suatu risiko dapat ditentukan oleh :

1. Kemungkinan / Probability besarnya kesempatan terjadinya suatu cidera, kerusakan, atau kerugian akibat bahaya. Nilai dari kemungkinan yang diberikan :

Tabel 5.3 Probability Metode HIRA

P PROBABILITY

Kemungkinan terjadi 1 Hampir tidak mungkin terjadi /

tidak pernah terjadi dalam kurun waktu di atas 5 tahun

2 Mungkin terjadi pada kondisi non-rutin / terjadi dalam kurun waktu 1 - 5 tahun

3 Mungkin terjadi pada kondisi darurat / terjadi dalam kurun waktu 1 bulan - 12 bulan 4 Terjadi pada kondisi rutin / terjadi pada setiap minggu /

setiap hari melakukan

Aktivitas

Sumber : PT Adyawinsa Stamping Industries,2018

2. Keseriusan / Severity yang mungkin terjadi jika suatu incident

menyebabkan terjadinya cidera, kerusakan dan kerugian. Nilai

keparahan yang diberikan :

(45)

Tabel 5.4 Severity Metode HIRA Untuk K3

S

SEVERITY Keseriusan Risiko 1 Tidak mempengaruhi K3 /

kerusakan aset < Rp. 1 jt 2 Menyebabkan karyawan sakit / kerusakan aset

Rp. 1 jt - < Rp. 100 jt 3 Menyebabkan cacat tubuh / kerusakan aset

Rp. 100 jt - < Rp. 500 jt 4 Menyebabkan kematian /

Rp. 500 jt <

Sumber : PT Adyawinsa Stamping Industries,2018

3. Penentuan tingkat risiko dilakukan setelah melakukan estimasi terhadap tingkat keparahan dan keseriusan terjadinya kecelakaan atau penyakit dan kerusakan lingkungan yang mungkin timbul dari masing masing bahaya yang telah diidentifikasi sehingga mengetahui nilai dari setiap risiko.

Tabel 5.5 Level Of Risk

P E RI NGKAT KE M UN GK INA N T E RJA DI ( P ROB AB IL IT Y)

5

Hampir Pasti M 5 H 10 H 15 E 20 E 25

4 Kemungkinan Besar

L 4 M 8 H 12 H 16 E 20

3 Ada

Kemungkinan

L 3 M 6 M 9 H 12 H 15

2 Kemungkinan Kecil

L 2 L 4 M 6 M 8 H 10

1

Jarang L 1 L 2 L 3 L 4 M 5

1Tidak Penting

2 Ringan 3 Sedang 4 Berat 5 Bencana

PERINGKAT KESERIUSAN (SEVERITY)

Sumber : PT Adyawinsa Stamping Industries,2018

(46)

Penilaian tingkat risiko dilakukan berdasarkan bobot nilai probability dikalikan bobot nilai severity dalam bentuk kuantitatif (tingkatan angka). Dalam hal ini PT Adyawinsa Stamping Industries telah menetapkan risiko yang Memiliki Skor ≥ 9 merupakan risiko yang harus di tangani terlebih dahulu, sehingga manajemen memiliki skala prioritas dalam menerapkan program pengendalian dan improvisasi hingga risiko berada pada skor ≤ 9. Sedangkan jika risiko berada pada kategori skor ≤ 9 hanya dilakukan monitoring karena sudah dapat diterima. Penjelasan level tingkat risiko dan warna adalah sebagai berikut :

A. Warna Hijau menunjukan resiko Kecil (L=Low) B. Warna Coklat menunjukan resiko Sedang (M=Middle) C. Warna Kuning menunjukan resiko Tinggi (H=High) D. Warna Merah menunjukan resiko Extrim (E=Extreme) 5.1.3 Pengendalian / minimalisasi risiko

Pengendalian yang dilakukan di PT Adyawinsa Stamping

Industries yaitu dengan merencanakan manajemen dan

pengendalian terhadap kegiatan atau pekerjaan yang dapat

menimbulkan risiko kecelakaan kerja yang tinggi dan dampak

bagi lingkungan metode yamg dilakukan antara lain :

(47)

Tabel 5.6 Pengendalian Metode HIRA Untuk K3

RENCANA PENGENDALIAN

1 Eliminasi

2 Substitusi

3 Rekayasa engineering

4 Rambu-rambu K3 atau

Lingkungan

5 Instruksi kerja

6 Sosialisasi atau pelatihan

7 Sasaran dan program

Manajemen

8 Pemantauan dan pengukuran

9 Alat pelindung diri

Sumber : PT Adyawinsa Stamping Industries, 2018

Gambar 5.1 Identifikasi bahaya dan penilaian risiko

(48)

5.2 Prosedur Penerapan Risk Assessment Pada PT Adyawinsa Stamping Industries.

Prosedur Penerapan Risk Assessment merupakan langkah-langkah atau urutan pelaksanaan dari program yang telah dibuat. Prosedur bertujuan untuk mengetahui langkah kerja yang telah ditentukan sehingga dapat mengetahui bahaya yang ada, melakukan penilaian risiko dan pengendalian risiko tersebut hingga risiko dapat diterima. Beberapa prosedur juga dibuat sebagai dukungan dan pertimbangan terhadap program penerapan risk assessment melalui metode HIRA (terlampir).

Berikut daftar prosedur yang digunakan untuk menjalankan program penerapan risk assessment yang ada :

1. Identifikasi bahaya K3 merupakan bentuk prosedur perusahaan dari manajemen tertinggi untuk melakukan identifikasi bahaya dan aspek kerja di PT Adyawinsa Stamping Industries dengan cara melakukan : a. Safety patrol untuk mengetahui sumber – sumber bahaya yang bisa

menyebabkan cedera, seperti kondisi tempat kerja, bahan atau material

(49)

yang digunakan, alat atau mesin serta cara bekerja.

Gambar 5.2 Form Safety Patrol

(50)

b. Toolbox meeting dilaksanakan oleh para petinggi pekerja untuk membahas dan mencari solusi dari berbagai masalah yang terjadi pada pekerjaan.

Gambar 5.3 Toolbox meeting

2. HIRA (Hazard Identification and Risk Assessment) bertujuan menilai risiko yang ditimbulkan dari suatu tahapan pekerjaan terhadap pekerja yang melakukan pekerjaan tersebut. Setelah diketahui tingkat risiko maka dilakukan tindakan pengontrolan untuk meminimalisir risiko yang tidak dapat diterima hingga bisa dikendalikan atau dikontrol ( terlampir ).

3. SOP ( Standar Operasional Prosedur) merupakan langkah yang harus

dilakukan pekerja di setiap tahapan pekerjaan, melalui SOP pekerja dapat

mengetahui langkah operasional dalam bekerja dan memiliki fungsi

(51)

mengingatkan pekerja terhadap pekerjaan yang harus dilakukan (terlampir).

5.3 Implementasi Risk Assessment Pada PT Adyawinsa Stamping Industries.

5.3.1 Implementasi program risk assessment pada PT Adyawinsa Stamping Industries.

Program risk assessment di PT Adyawinsa Stamping

Industries sudah diimplementasikan melalui metode HIRA, dengan

melaksanakan identifikasi pada alat, mesin dan manusia.

(52)

5.3.2 Implementasi Prosedur Risk Assessment Pada PT Adyawinsa Stamping Industries

Prosedur penerapan risk assessment di PT Adyawinsa Stamping Industries sudah diimplementasikan namun belum berjalan dengan baik karena banyak pekerja yang belum memahami standar operasional prosedur yang ada karena masih dianggap tidak begitu penting dan hanya disosialisasikan sekali saat pekerja menjadi pekerja baru dan ada pekerjaan yang belum dilakukan risk assessment namun pekerjaan tetap dilaksanakan karena mengejar target yang diberikan customer.

5.3.3 Implementasi Risk Assessment Melalui Metode HIRA ( Hazard Identification and Risk Assessment )

Langkah-langkah metode HIRA ( Hazard Identification and Risk Assessment ) yaitu:

1. Identifikasi Bahaya

Identifikasi bahaya melalui proses observasi lapangan secara langsung dan wawancara kepada pekerja, hasilnya : A. Identifikasi Bahaya pada pekerjaan Stemping dan Tool

Making.

(53)

Tabel 5.7 Hasil identifikasi bahaya pekerjaan stamping dan tool making.

No Sumber

Bahaya Bahaya Risiko

1 Pergerakan mesin

Anggota tubuh terjepit Amputasi

Tertabrak Amputasi

2 Mobilitas material

Tertimpa & terbentur

benda padat Cacat

Anggota tubuh terjepit Cacat

Ergonomi

Mengganggu kenyamanan kerja, sakit 3 Area kerja

licin/terhalang Terpeleset/tersandung Cidera 4 Malfungsi

selang hidraulik

Terkena selang hidrolik yang lepas (benda panas)

Cacat, amputasi

5

Peralatan kerja/material

tajam

Tergores Benda Tajam Cidera

6 Area kerja tidak

rapi Tersandung Cidera

7 Area kerja licin Terpeleset Cidera

8 Malfungsi sensor

Operator

terjepit/tergilas/tertabrak Cidera,cacat

(54)

9 Ledakan

kompresor Kebakaran

Meninggal dunia, cidera,

cacat

10

Penggantian tools tanpa non-

aktifkan mesin

Anggota tubuh terjepit Cacat

11 Miss

commucation Anggota tubuh terjepit Cacat

12 Kesalahan input

mesin Malfungsi mesin Cidera

13 Sling tidak

layak Tertimpa material Cacat 14 Listrik Tersetrum, kebakaran

Meninggal dunia

15 Crane rubuh Tertimpa crane Cacat,cedera

Sumber : PT Adyawinsa Stamping Industries,2018

(55)

B. Welding

Tabel 5.8 Hasil identifikasi bahaya pekerjaan welding

No Sumber Bahaya Bahaya Resiko

1 Pergerakan robot

welding Anggota tertabrak. Amputasi, cidera

2

Mobilitas material

Kesetrum listrik Cidera, terbakar

Anggota tubuh terjepit Cacat

Ergonomi

Mengganggu kenyamanan

kerja, sakit 3 Area kerja

licin/terhalang Terpeleset/tersandung Cidera 4 Gas Malfungsi regulator gas Meninggal

dunia 5 Komponen hasil

produksi tajam Tergores Benda Tajam Cidera Area kerja tidak

rapih Tersandung Cidera

7 Penggunaan

Listrik Tersetrum Cidera

8 Sling crane tidak

layak Tertimpa material Meninggal dunia 9 Percikan api Terkena benda panas Cidera

10 Sinar plasma Radiasi UV Cacat

11 Pekerjaan panas Terpajan panas

Mengganggu kenyamanan

kerja

(56)

12 Percikan

gramase panas Terkena benda panas Cidera, cacat

13 Ledakan

kompresor Kebakaran Meninggal

dunia

14

Operator tidak mematikan mesin

saat handling material di meja

produksi

Operator tergilas mesin Meninggal dunia, cacat

15 Crane rubuh Tertimpa crane Cacat,cidera

Sumber : PT Adyawinsa Stamping Industries, 2018

2. Penilaian Risiko / Risk Assessment

Setelah bahaya diketahui langkah selanjutnya adalah penilaian risiko pada bahaya yang ada untuk mengetahui risiko dapat diterima atau tidak. Risk assessment ini mendapatkan hasil dimana beberapa bahaya memerlukan pengendalian dan dampak pada lingkungan kerja memerlukan tindakan lebih lanjut.

3. Pengendalian

Setelah bahaya dilakukan penilaian maka dapat diketahui

bahaya apa saja yang harus dikendalikan / dikontrol, agar suatu

bahaya yang memiliki kategori risiko dengan skor ≥ 9 dapat

dikurangi hingga skor berada ≤ 9 sehingga risiko dapat diterima

(Acceptable Risk).

(57)

A. Penilaian risiko dan pengendalian melalui metode HIRA Tabel 5.9 HIRA pekerjaan stamping dan tool making

No

Sumber

Bahaya Bahaya Risiko

Tingkat risiko Awal

Pengendalian

Tingkat Resiko Sisa

S P Kat. S P Kat.

1 Pergerakan mesin

Anggota tubuh

terjepit Amputasi 4 4 HR

Rambu larangan memasukkan lengan & tubuh ke

mesin saat mesin aktif

3 3 MR

Tertabrak Amputasi 4 4 HR Sensor 3 3 MR

2 Mobilitas material

Tertimpa &

terbentur benda padat

Cacat 4 4 HR Rambu 7 T 3 2 MR

Anggota tubuh

terjepit Cacat 4 4 HR Rambu terjepit 3 2 MR

3 2 MR

Ergonomi

Menggang gu kenyamana

n kerja, sakit

3 3 MR Prosedur langkah

pekerjaan 3 1 LR

3

Area kerja licin/terhala

ng

Terpeleset/tersa

ndung Cidera 3 5 HR

Anti slip menggunakan

plate

2 3 MR

4

Malfungsi selang hidraulik

Terkena selang hidrolik yang

lepas (benda panas)

Cacat,

Amputasi 4 4 HR Preventif

maintenance 3 3 MR

5

Peralatan kerja/mater

ial tajam

Tergores Benda

Tajam Cidera 3 5 HR Penggunaan

sarung tangan 1 2 LR

6 Area kerja

tidak rapi Tersandung Cidera 4 4 HR Inspeksi K3 5R 2 2 LR

(58)

7 Area kerja

licin Terpeleset Cidera 4 4 HR Penggunaan lantai

anti slip 1 3 LR

8 Malfungsi sensor

Operator terjepit/tergilas/t

ertabrak

Cidera,

cacat 4 4 HR Pre-inspection

sebelum bekerja 4 2 MR 9 Ledakan

kompresor Kebakaran Meninggal

dunia 5 3 HR Pemeriksaan

sebelum bekerja 4 2 MR

10

Penggantia n tools tanpa non-

aktifkan mesin

Anggota tubuh

terjepit Cacat 4 4 HR

Rambu larangan memasukkan lengan ke mesin

saat mesin aktif 4 2 MR Sensor otomatis

11

Miss communica

tion operator dan helper

Anggota tubuh

terjepit Cacat 4 4 HR

Sosialisasi mengenai koordinasi antara

operator dan helper

4 4 HR

12 Kesalahan input mesin

Malfungsi

mesin Cidera 4 2 HR Operator terlatih 3 1 LR 13 Sling tidak

layak

Tertimpa

material Cacat 3 5 HR Perawatan berkala 3 2 MR 14 Listrik

Tersetrum, kebakaran

Meninggal dunia

4

4

HR

Rambu, perawatan berkala

4

2

MR 15 Crane

rubuh Tertimpa crane Cacat,

cedera 4 4 HR Perawatan berkala 4 2 MR Sumber : PT Adyawinsa Stamping Industries, 2018

Hasil tabel 5.9 Hazard Identification and Risk Assesment

(HIRA) pada pekerjaan stamping dan tool making menunjukan

93 % risiko termasuk kategori high risk sehingga risiko tidak

dapat diterima dan diperlukan pengendalian. Setelah dilakukan

pengendalian tersisa 7% risiko belum dapat diterima sehingga

diperlukannya pengendalian lebih terhadap aspek bahaya

tersebut.

(59)

Tabel 5.10 HIRA pada pekerjaan welding

No Sumber

Bahaya Bahaya Resiko

Tingkat Resiko Awal

Pengendalian

Tingkat Resiko Sisa S P Kat.

1 Pergerakan robot welding

Anggota tubuh

terjepit, tertabrak. Amputasi 4 4 HR

Rambu larangan memasukkan

lengan ke mesin saat mesin aktif

3 3 MR

Sensor

otomasis 3 3 MR

2 Mobilitas material

Tertimpa &

terbentur benda padat

Cacat 4 4 HR Rambu 7 T 3 2 MR

Anggota tubuh

terjepit Cacat 4 4 HR Rambu terjepit

3 2 MR 3 2 MR

Ergonomi

Mengganggu kenyamanan kerja, sakit

3 3 MR

Prosedur langkah pekerjaan

3 1 LR

3

Area kerja licin/

terhalang

Terpeleset/tersand

ung Cidera 3 5 HR

Anti slip menggunakan

plate

2 3 MR

4 Gas Malfungsi

regulator gas

Meninggal

dunia 4 4 HR Pemeriksaan

kelayakan gas 3 3 MR 5

Komponen hasil produksi

tajam

Tergores benda

tajam Cidera 3 5 HR Penggunaan

sarung tangan 1 2 LR 6 Area kerja

tidak rapi Tersandung Cidera 4 4 HR Inspeksi K3

5R 2 2 LR

7 Penggunaan

Listrik Tersetrum Cidera 3 2 MR Rambu 2 2 LR

8 Sling crane

tidak layak Tertimpa material Meninggal

dunia 5 3 HR Perawatan

berkala 3 2 MR 9 Percikan Api Terkena benda

panas Cidera 4 3 HR Jaket 3 2 MR

10 Sinar plasma Radiasi UV Cacat 4 3 MR Kaca mata 3 2 MR

(60)

11 Pekerjaan

panas Terpajan panas

Mengganggu kenyamanan

kerja

1 2 LR Werpak full

body 2 3 MR

12 Percikan gramase panas

Terkena benda

panas Cidera, cacat 4 4 HR Kacamata anti

gram 2 3 MR

13 Ledakan

kompresor Kebakaran Meninggal

dunia 5 3 HR

Pemeriksaan sebelum

bekerja

4 2 MR

14

Operator tidak mematikan

mesin saat handling material di meja produksi

Operator tergilas mesin

Meninggal

dunia 5 3 HR

Pengaturan lokasi aman operator

4 2 MR

15

Miss communicatio n operator dan

helper

Anggota tubuh

terjepit Cacat 4 4 HR

Sosialisasi mengenai

kordinasi antara operator

dan helper

4 4 HR

Sumber : PT Adyawinsa Stamping Industries, 2018

Hasil tabel 5.10 Hazard Identification and Risk

Assessment (HIRA) pada pekerjaan welding menunjukkan 73 %

risiko termasuk kategori high risk sehingga risiko tidak dapat

diterima dan diperlukan pengendalian. Setelah dilakukan

pengendalian tersisa 27% risiko belum dapat diterima sehingga

diperlukannya pengendalian lebih terhadap aspek bahaya

tersebut.

(61)

47

Berdasarkan pengamatan langsung serta data yang diperoleh dari perusahaan maka dapat diambil beberapa kesimpulan yang berkaitan dengan judul yaitu:

1. PT Adyawinsa Stamping Industries menjalankan program Risk Assessment dengan metode HIRA, dengan melakukan identifikasi bahaya terlebih dahulu sebagai upaya mendeteksi secara dini adanya potensi dan faktor bahaya ditempat kerja dan segera memperbaikinya sebelum potensi tersebut menyebabkan suatu kecelakaan. Tujuan dari identifikasi bahaya adalah mengetahui potensi bahaya dari suatu bahan, alat dan sistem kerja. Kemudian melakukan risk assessment untuk mengetahui nilai dari dampak yang dihasilkan setiap bahaya yang telah diketahui pada setiap tahapan pekerjaan. Dan yang terakhir melakukan pengendalian atau meminimalisasi risiko dengan cara eliminasi, substitusi, rekayasa engineering, rambu-rambu k3, instruksi kerja, sosialisasi atau pelatihan, sasaran dan program manajemen, pemantauan dan pengukuran serta alat pelindung diri.

2. Prosedur risk assessment pada PT Adyawinsa Stamping Industries

ialah pertama mengidentifikasi bahaya terlebih dahulu, lalu

menentukan tingkat risiko dari bahaya tersebut, kemudian

memasukkannya ke dalam tabel Risk Assessment Matrix. Setelah

Gambar

Tabel 2.2 Level of Risk  (Sumber: Richo, 2015)
Gambar 1. Rangkaian Teori Domino  ( Sumber : Sajidi, 2014 )
Tabel 5.1 Potensi Bahaya Welding  Nomor  Potensi bahaya
Tabel 5.3 Probability Metode HIRA
+7

Referensi

Dokumen terkait

Data historis kecelakaan kerja adalah data tentang kecelakaan yang pernah terjadi di perusahaan tersebut, nantinya data ini berguna untuk melakukan identifikasi bahaya

Dari potensi bahaya di atas merupakan potensi bahaya dengan risiko tinggi yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja, risiko tinggi tersebut berasal dari mesin atau alat

Bahaya pada tingkat risiko tinggi antara lain bahaya karena pengemudi kendaraan tidak mematuhi rambu larangan melintas di pintu masuk dan keluar terminal, pengemudi bus

Abstrak— Setiap tempat kerja dan aktivitas memiliki potensi bahaya dan risiko yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja, begitu juga dengan Laboratorium yang ada di lingkungan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan manajemen risiko dengan metode Job Safety Analysis (JSA) sebagai upaya pencegahan kecelakaan kerja pada

Simpulan : Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa potensi bahaya dan risiko akan selalu ada di lingkungan kerja sehingga perlu identifikasi dan dilakukan

Menurut Syukri Sahab (1997) kecelakaan dan penyakit akibat kerja terjadi karena adanya sumber-sumber bahaya di lingkungan kerja. Sumber bahaya berasal dari :.. commit to user 1)

Tabel 10 Identifikasi bahaya kerja st ketel Stasiun Ketel No Jenis Kecelakaan Bahaya Risiko Rekomendasi Perbaikan 1 Terjadi kebakaran pada saat pembakar ampas ketel