3. METODE PENELITIAN
Metode penelitian merupakan penjelasan mengenai informasi yang berhubungan dengan penelitian tersebut yang meliputi jenis penelitian, teknik pengukuran variable, teknik pembuatan kuisioner, desain sampel, metode, dan program analisa data untuk membahas dan menjawab permasalahan dalam penelitian yang dilakukan mengenai pengaruh penerapan entrepreneurship dan suppy chain integration terhadap keunggulan bersaing pada sektor manufaktur di Makassar.
3.1. Model Analisis
Model analisis yang digunakan dalam penelitian tersebut untuk melakukan pengujian atas hipotesis adalah sebagai berikut:
Gambar 3.1. Model analisis hipotesis
3.2. Definisi Konseptual dan Operasional Variabel
Definisi operasional produkrut Cooper dan Emory (1996) adalah suatu definisi yang dinyatakan dalam kriteria yang dapat diuji secara khusus. Setiap variable yang digunakan dalam sebuah penelitian harus dapat dijelaskan secara operasional. Dalam penelitian tersebut terdapat 3 variabel yang akan diuji yaitu entrepreneurship, supply chain integration dan keunggulan bersaing.
Indikator empirik yang digunakan mengacu pada pendapat-pendapat para ahli yang disimpulkan dan dirangkum sehingga membentuk sebuah kalimat dalam indikator empirik. Pertanyaan-pertanyaan yang ada pada indikator empirik tersebut yang akan digunakan sebagai dasar dalam menyusun pertanyaan kuisioner.
3.2.1. Variabel Bebas (Variabel Independen)
Sugiyono (2007), variabel bebas merupakan variable yang mempengaruhi atau yang menyebabkan terjadinya perubahan atau timbulnya variable dependen.
Variabel independen yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah entrepreneurship.
- Konsep: Entrepreneurship (X)
Definisi Operasional: Enterpreneurship merupakan kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat dan sumber daya untuk mencari peluang menuju kesuksesan.
(Weerawaedeena , 2003).
Indikator Empirik:
1. Innovativeness
X1: Dalam lima tahun terakhir perusahaan kami banyak memasarkan produk baru.
X2: Dalam lima tahun terakhir perusahaan kami banyak melakukan perubahan atas produk.
2. Proactiveness
X3: Perusahaan kami memiliki inisiatif yang senantiasa ditiru oleh pesaing.
X4: Dalam menghadapi pesaing, perusahaan kami sering menjadi yang pertama dalam memperkenalkan produk baru dan pengelolaan organisasi.
3. Risk-Taking
X5: Top manajer di perusahaan kami memiliki kecenderungan untuk memilih investasi beresiko tinggi dengan kesempatan memperoleh tingkat pengembalian yang sangat tinggi (cabang baru, produk baru).
X6: Top manajer di perusahaan kami memiliki kebijakan pertumbuhan yang didanai melalui dana pinjaman.
3.2.2. Variabel Intervening
Sugiyono (2007), variabel intervening merupakan variabel penyela/antara yang terletak di antara variabel independen dan variabel dependen, sehingga variabel independen tidak langsung mempengaruhi berubahnya dan timbulnya variabel dependen. Variabel intervening yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah supply chain integration.
- Konsep: Supply Chain Integration (Y)
Definisi Operasional: Supply chain integration didefinisikan sebagai limit di mana perusahaan bekerja dengan partner nya secara strategis, dan mengatur proses internal dan eksternal dengan perilaku yang partisipatif. (Flynn, Huo dan Zhao, 2010).
Indikator Empirik:
1. Integrasi Internal
Y1: Terjadi komunikasi yang intensif antar departemen dalam perusahaan kami.
Y2: Semua fungsi dalam perusahaan kami bekerja sama dengan baik.
Y3: Semua fungsi dalam perusahaan kami senantiasa bekerja sama dalam menyelesaikan konflik yang terjadi.
Y4: Semua fungsi dalam perusahaan kami senantiasa mengkoordinasikan berbagai macam aktivitas.
Y5: Semua fungsi dalam perusahaan kami saling berinteraksi.
Y6: Kami senantiasa bekerja dalam tim yang berisikan anggota dari berbagai fungsi (pemasaran, proses produksi, dan sebagainya) dalam rangka memperkenalkan produk baru.
2. Integrasi dengan Supplier
Y7: Kami senantiasa menjalin hubungan kerjasama dengan pemasok.
Y8: Kami membantu pemasok dalam upaya meningkatkan kualitas mereka.
Y9: Kami menjalin komunikasi yang intensif dengan pemasok dalam rangka mempertimbangkan perubahan kualitas dan desain.
Y10: Pemasok secara aktif terlibat dalam proses pengembangan produk baru kami.
Y11: Pemasok utama mememberikan masukkan terhadap proyek pengembangan produk kami.
Y12: Kami berusaha menjalin hubungan jangka panjang dengan pemasok.
Y13: Kami secara aktif melibatkan pemasok dalam upaya peningkatan kualitas.
3. Integrasi dengan Customer
Y14: Kami senantiasa berinteraksi secara intensif dengan pelanggan.
Y15: Pelanggan memberikan umpan balik terhadap kualitas dan kinerja pengiriman kami.
Y16: Pelanggan secara aktif terlibat dalam proses pengembangan produk baru kami.
Y17: Kami senantiasa menempatkan diri sebagai mitra pelanggan.
Y18: Kami berusaha sangat responsif dalam memenuhi kebutuhan pelanggan.
Y19: Kami secara teratur melakukan survei terhadap kebutuhan pelanggan.
3.2.3. Variabel Terikat (Variabel Dependen)
Sugiyono. P (2007), variabel terikat adalah variable yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variable independen. Variabel terikat yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah keunggulan bersaing.
- Konsep: Keunggulan Bersaing (Z)
Definisi Operasional: Keunggulan bersaing adalah keuntungan lebih daripada pesaing yang diperoleh dengan menawarkan nilai konsumen yang lebih besar, baik harga yang lebih rendah atau dengan memberikan keuntungan lebih besar dan layanan yang membenarkan harga yang lebih tinggi (Porter, 1985).
Indikator Empirik:
1. Differentiation
Z1: Perusahaan kami memiliki kemampuan dalam mengembangkan dan memperkenalkan produk baru.
Z2: Perusahaan kami memiliki kemampuan untuk membedakan produk dari pesaing melalui desain yang inovatif.
Z3: Perusahaan kami memiliki kemampuan dalam membedakan produk dari pesaing melalui kualitas.
Z4: Perusahaan kami memiliki kemampuan untuk membesarkan/ melebarkan lini produk.
2. Cost leadership
Z5: Perusahaan kami memiliki kemampuan melakukan pembelian bahan baku secara konsisten.
Z6: Perusahaan kami memiliki kemampuan quality control dalam aktivitas produksi.
Z7: Perusahaan kami memiliki kemampuan dalam mengurangi biaya produksi.
Z8: Perusahaan kami melakukan inovasi dalam proses produksi.
3.3. Skala Pengukuran
Menurut Zikmund (1997), penentuan skala pada dasarnya adalah pemilihan ukuran suatu data yang akan diukur. Pengukuran diartikan sebagai pemberian angka, atau
simbol lainnya terhadap suatu karakteristik dari obyek sesuai dengan peraturan yang sudah ditentukan sebelumnya (Malhotra dan Birks, 2006).
Ada dua jenis skala pengukuran dalam tiap kategori tersebut, yaitu nominal dan ordinal untuk kategori non-metric, serta interval dan ratio untuk kategori metric.
Skala pengukuran yang digunakan pada penelitian ini untuk mengevaluasi jawaban dari responden yaitu skala pengukuran interval yang tergolong sebagai data metric, sedangkan instrumen yang digunakan adalah skala Likert. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang mengenai suatu fenomena sosial (Sugiyono, 2008). Dalam penelitian ini menggunakan 5 poin skala Likert. 5 poin skala Likert yang akan digunakan dirincikan sebagai berikut:
1 = Sangat Tidak Setuju 2 = Tidak Setuju 3 = Netral 4 = Setuju 5 = Sangat Setuju
3.4. Jenis dan Sumber Data 3.4.1 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang dipakai oleh peneliti adalah kuantitatif. Penelitian kuantitatif yang dilakukan umumnya dinyatakan dalam bentuk jumlah dan angka yang dapat dihitung secara matematika dan dalam penelitiannya dilakukan dengan menggunakan rumus- rumus statistik.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang akan diperoleh dengan penyebaran kuesioner. Penyebaran kuesioner akan dilakukan sendiri oleh peneliti untuk mengantisipasi munculnya pertanyaan yang berhubungan dengan kuesioner dari responden. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari pihak lain dan sumber umum (buku teks, internet, majalah, surat kabar, dan sebagainya). Dan juga dalam penelitian ini
menggunakan data sekunder yang diperoleh peneliti melalui buku-buku, jurnal, dan literatur lainnya.
3.5. Instrumen dan Pengumpulan Data
Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini adalah:
1. Studi Pustaka
Studi pustaka ini memberikan landasan bagi perumusan hipotesis, penyusunan datar pertanyaan (kuesioner), serta pembahasan teoritis. Peneliti mengumpulkan data-data yang berkaitan dengan penelitian ini melalui beberapa artikel yang relevan yang bersumber dari literatur, jurnal, serta internet yang berkaitan dengan materi.
2. Penyebaran Kuesioner
Kuesioner merupakan terknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau penyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2007, p.199). Disini penulis menyebarkan secara langsung kuesioner yang telah dibuat kepada perusahaan yang dituju sebagai sampel dan menunggu hasil jawaban atas kuesioner yang diberikan.
3.6. Populasi
Menurut Sekaran (2003), populasi merupakan sekumpulan orang, kejadian, dan hal yang ingin diinvestigasi oleh peneliti.
Populasi dalam penelitian ini adalah manajer perusahaan manufaktur yang berada di Makassar yang menggunakan supply chain integration dan entrepreneurship.
3.7. Sampel dan Teknik Sampling 3.7.1. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2007). Produkrut Sugiyono yang dikutip dari Roscoe
(1982), sampel yang baik bagi seluruh penelitian adalah 30 sampai 500 sampel untuk hampir semua penelitian. Jika dalam penelitian tersebut akan dilakukan analisis dengan multivariate seperti korelasi, jumlah sampel yang diambil dapat ditentukan dengan mengalikan jumlah variabel dengan 10. Dalam penelitian tersebut terdapat 4 variabel. Oleh karena itu, berdasarkan pendapat yang dikemukakan di atas dan atas perhitungan yang dilakukan, sampel penelitian tersebut adalah 40 perusahaan manufaktur di Makassar sebagai sampel. Satu perusahaan diwakilkan oleh 2-4 orang dengan jabatan minimum menejer.
3.7.2. Teknik Sampling
Produkrut Sekaran (2003), sampel harus dapat mewakili karakteristik dari jumlah populasi. Teknik sampling yang digunakan untuk mengambil sampel untuk penelitian tersebut adalah non-probability sampling. Non-probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang atau kesempatan yang sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel (Sugiyono, 2007).
Cooper dan Emory (1996) mengatakan non-probability sampling dapat dikategorikan lagi menjadi 4 jenis pemilihan sampel yaitu convenience sampling, judgement sampling, quota sampling, dan snowball sampling. Tetapi jenis pemilihan yang akan digunakan dalam penelitian tersebut adalah judgement sampling dikarenakan kriteria-kriteria yang telah ditentukan oleh peneliti.
Judgement sampling memilih sampel dengan menyesuaikannya dengan kriteria- kriteria yang telah ditentukan oleh peneliti (Cooper dan Emory, 1996). Kriteria yang ditetapkan dalam penelitian tersebut adalah karyawan dengan jabatan minimum manager yang bekerja pada perusahaan manufaktur di Makassar dan merupakan karyawan tetap.
3.8. Unit Analisis
Unit analisis dalam penelitian tersebut adalah perusahaan manufaktur di Makassar.
3.9. Rancangan Kuesioner
Kuesioner dibuat berdasarkan rancangan kuesioner yang telah ada sebelumnya oleh peneliti terdahulu dan disusun menggunakan skala Likert.
Kuesioner tersebut terbagi menjadi 3 bagian, sebagai berikut:
1. Entrepreneurship yang diadopsi dari Weerawardena (2003).
2. Supply Chain Integration yang diadopsi dari L. Zhao, Huo, Sun, dan X. D. Zhao (2013).
3. Keunggulan bersaing yang diadopsi dari Hosseini, Azizi, dan Sheikhi (2012).
Kuesioner yang telah dibuat akan dilampirkan.
3.10. Teknis Analisis Data
Dalam sebuah penelitian, penting dilakukan analisis data untuk menguji hipotesis. Beberapa tahapan yang harus dilakukan dalam analisis data yaitu melakukan uji validitas dan uji reliabilitas. Penelitian ini menggunakan PLS (Partial Least Square) sebagai teknis analisis data dan menggunakan program aplikasi software smartPLS sebagai alat bantu. Analisis PLS adalah teknik statistika multivarian yang melakukan pembandingan antara variable dependen berganda dengan variable independen berganda (Jogiyanto dan Abdillah, 2009).
3.10.1. Partial Least Square (PLS)
Partial Least Square (PLS) adalah bagian sekaligus alternatif dari Structural Equation Model (SEM). SEM merupakan suatu teknik statistika untuk melakukan pengujian dan estimasi hubungan kausal dengan cara mengintegrasikan analisis faktor dan analisis jalur. Analisis PLS merupakan salah satu metode statistika SEM berbasis varian yang dirancang untuk melakukan penyelesaian atas regresi berganda ketika terjadi permasalahan spesifik pada data.
Contohnya ukuran sampel pada penelitian kecil atau adanya data yang hilang.
Beberapa keunggulan yang dari analisa PLS adalah kemampuan untuk memodelkan banyak variabel dependen dan variabel independen, hasil tetap kokoh walaupun terdapat data yang tidak normal dan hilang, dapat digunakan pada sampel kecil dan tidak mensyaratkan data berdistribusi normal.
Pengevaluasian model PLS dapat dilakukan dengan mengevaluasi outer model dan inner model.
3.10.2. Menkonstruksi Diagram Path
Diagram path merupakan representasi grafis tentang bagaimana beberapa variabel pada suatu model saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Diagram path memiliki fungsi untuk merekayasa dalam pembuatan gambar konsep alur hubungan kausal antara variabel eksogen dan variabel endogen. Hubungan kausal yang terbentuk merupakan pertimbangan dari teori yang telah ada ke dalam sebuah gambar agar lebih mudah untuk dipahami. Dalam menggambar diagram path, Jogiyanto dan Abdillah (2009) mengacu pada pemikiran Falk dan Miller (1992) yang merekomendasikan untuk memakai prosedur nomogram reticular action modeling (RAM) yang berbasis ketentuan sebagai berikut:
- Konstruk teoritikal (theoretical construct) yang produknjukkan suatu variabel laten digambar dengan bentuk oval atau lingkaran.
- Variabel-variabel terukur atau indikator digambar dengan bentuk kotak.
- Hubungan tidak simetris yang produknjukkan satu arah digambarkan dengan panah arah tunggal.
- Hubungan simetris yang produknjukkan dua arah bolak-balik digambarkan dengan panah arah dobel.
Keunggulan Bersaing
H2a H3a
H1
H2b H3b
Gambar 3.2. Diagram PATH
Z5 Z6 Z7
Z8 Supply
Chain Integration
Cost Leadership Differen-
tiation
Entrepre neurship
Z1
Z2 Z3
Z4
Integrasi Internal
Integrasi dengan supplier
Integrasi dengan customer Innovative
ness
Risk- taking
Proactiven ess
3.10.3. Evaluasi Outer Model
Jogiyanto dan Abdillah (2009) mengemukakan bahwa outer model merupakan model pengukuran untuk menilai validitas dan reliabilitas suatu model. Uji validitas dilakukan untuk mengetahui kemampuan instrumen penelitian dalam mengukur apa yang seharusnya diukur. Di sisi lain, uji reliabilitas digunakan untuk mengukur konsistensi alat ukur yang digunakan dalam mengukur suatu konsep. Selain itu, uji reliabilitas juga dapat digunakan untuk mengukur konsistensi responden penelitian dalam menjawab item pertanyaan yang disajikan dalam kuesioner.
3.10.3.1. Uji Validitas
Jogiyanto dan Abdillah (2009) mengemukakan bahwa validitas terdiri dari validitas eksternal dan validitas internal. Validitas eksternal produknjukkan bahwa hasil dari suatu penelitian adalah valid dan dapat digeneralisasikan ke semua obyek, situasi dan waktu yang berbeda. Di sisi lain, validitas internal produknjukkan kemampuan dari instrumen penelitian dalam mengukur apa yang seharusnya diukur dari suatu konsep. Validitas internal sendiri terbagi lagi menjadi validitas kualitatif dan validitas konstruk.
Validitas kualitatif terbagi menjadi validitas tampang dan validitas isi.
Validitas isi produknjukkan kemampuan item-item pada suatu instrumen mewakili konsep yang diukur. Validitas tampang produknjukkan bahwa item-item mengukur suatu konsep apabila dari penampilan tampangnya seperti mengukur konsep tersebut. Validitas konstruk produknjukkan seberapa baik hasil yang didapatkan dari penggunaan suatu pengukuran sesuai dengan teori-teori yang digunakan untuk mendefinisikan suatu konstruk. Validitas konstruk disini terbagi lagi menjadi validitas konvergen dan validitas diskriminan.
a. Validitas Konvergen (Convergent Validity)
Validitas konvergen merupakan pengukuran hubungan antar skor indikator dengan skor variabel latennya. Validitas konvergen berhubungan dengan prinsip bahwa pengukur-pengukur dari suatu konstruk seharusnya berhubungan tinggi. Validitas konvergen tersebut terjadi jika skor yang
diperoleh dari dua instrumen berbeda yang mengukur konstruk yang sama mempunyai korelasi yang tinggi. Dalam PLS, uji validitas konvergen dengan indikator reflektif dinilai berdasarkan loading factor indikator- indikator yang mengukur konstruk tersebut. Loading factor adalah korelasi antara skor item atau skor komponen dengan skor konstruk. Dalam validitas konvergen, rule of thumb yang dipakai adalah outer loading lebih besar dari 0.5, communality lebih besar dari 0.5 dan average variance extracted (AVE) lebih besar dari 0.5. Semakin tinggi nilai dari loading factor maka semakin penting peranan loading dalam menginterpretasikan matrik faktor. Rumus untuk menghitung AVE adalah sebagai berikut:
Dimana = faktor loading dan
b. Validitas Diskriminan (Discriminant Validity)
Validitas diskriminan adalah pengukuran indikator dengan variabel latennya. Validitas diskriminan berhubungan dengan prinsip bahwa pengukur-pengukur konstruk yang berbeda seharusnya tidak berkorelasi dengan tinggi. Uji validitas diskriminan dinilai berdasarkan cross loading pengukuran dengan konstruknya.
Metode lain yang dapat digunakan untuk menilai validitas diskriminan adalah dengan cara membandingkan akar AVE (average variance extracted) setiap konstruk dengan korelasi antar konstruk tersebut terhadap konstruk lainnya dalam model. Apabila nilai akar AVE setiap konstruk lebih besar dibandingkan dengan nilai korelasi antar konstruk dengan konstruk lainnya dalam model maka dapat disimpulkan bahwa model mempunyai validitas diskriminan yang cukup.
3.10.3.2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas produknjukkan akurasi, konsistensi dan ketepatan suatu alat ukur dalam melakukan pengukuran. Produkrut Jogiyanto dan Abdillah (2009), uji
reliabilitas dapat dilakukan dengan menggunakan 2 metode yaitu Cronbach’s alpha dan Composite reliability. Cronbach’s alpha mengukur batas bawah nilai reliabilitas suatu konstruk sedangkan di sisi lainnya composite reliability mengukur nilai sesungguhnya reliabilitas suatu konstruk. Dalam uji reliabilitas tersebut, composite reliability dinilai lebih baik dalam mengestimasi konsistensi internal suatu konstruk. Rumus untuk menghitung composite reliability adalah sebagai berikut:
Dimana = faktor loading dan
Rule of thumb nilai composite reliability harus lebih besar dari 0.7.
walaupun angka 0.6 masih bisa diterima. Tetapi uji konsistensi internal tidak mutlak untuk dilakukan apabila validitas konstruk telah dilakukan atau terpenuhi.
Hal ini dikarenakan konstruk valid adalah konstruk yang reliable dan sebaliknya konstruk yang reliable belum tentu valid.
3.10.4. Evaluasi Inner Model
Inner model atau model struktural dilakukan dengan melihat presentase varian yang dijelaslan yaitu dengan melihat R2 untuk konstruk laten dependen dengan menggunakan ukuran Stone-Geisser Q-square test (Stone, 1974; Geisser, 1975 dalam Ghozali, 2011, p. 23) dan juga melihat besarnya jalur koefisien jalur strukturalnya.
Stabilitas dari estimasi ini dievaluasi dengan uji t-statistik dan pengaruh positif dan negatif dilihat dari original sample (O) yang didapat lewat prosedur booststrapping.
Evaluasi goodness-of-fit inner model dievaluasi dengan menggunakan R-square untuk variabel laten dependen dengan interpretasi yang sama dengan regresi. R-square mengartikan keragaman konstruk endogen yang mampu dijelaskan oleh konstruk- konstruk eksogen secara serentak (Vinzi, Chin, Henseler, dan Wang, 2010). Sedangkan untuk mengukur model konstruk digunakan Q-square predictive relevance. Q-square dapat mengukur seberapa baik nilai observasi yang dihasilkan oleh model dan juga estimasi parameternya. Jika Q-square > 0 berarti menunjukkan bahwa model memiliki predictive relevance, sebaliknya jika nilai Q-square < 0 menunjukkan model kurang memiliki predictive relevance (Ghozali, 2011, p. 26).
Nilai koefisien path atau inner model produknjukkan tingkat signifikansi dalam pengujian hipotesis. Skor koefisien path atau inner model yang ditunjukkan oleh nilai t-statistic harus di atas 1,96 untuk hipotesis dua ekor atau two-tailed.
Sedangkan untuk hipotesis satu ekor atau one-tailed harus di atas 1,64 untuk pengujian hipotesis pada alpha 5 persen dan power 80 persen.
Selain itu, untuk mengukur seberapa baik nilai observasi dihasilkan oleh model dan juga estimasi parameternya maka digunakan uji Stone-Geisser (Q2).
Perhitungan Q2 dapat dirumuskan sebagai berikut:
Dimana:
E merupakan akar dari total errors (predicted value-actual value) untuk data poin yang dikeluarkan.
O merupakan error kuadrat yang menggunakan nilai rerata (mean) sebagai pengganti data poin yang dikeluarkan.
Q2 = 1 produknjukkan model yang diuji menghasilkan nilai aktual tanpa error dan ketika Q2 = 0 berarti model yang diajukan tidak lebih baik dari nilai rerata yang mengganti nilai yang telah dihapus sebelumnya (mean replacement).
3.11. Rumusan Hipotesis dan Uji Hipotesis Penelitian 3.11.1. Rumusan Hipotesis
Berdasarkan penjelasan yang telah dipaparkan di atas, maka hipotesis yang akan diuji dirumuskan sebagai berikut:
1. Pengaruh antara entrepreneurship terhadap supply chain integration H10: Entrepreneurship tidak berpengaruh positif terhadap supply chain integration pada perusahaan manufaktur di Makassar.
H11: Entrepreneurship berpengaruh positif terhadap supply chain integration pada perusahaan manufaktur di Makassar.
2. Pengaruh antara entrepreneurship terhadap keunggulan bersaing
H2a0: Entrepreneurship tidak berpengaruh positif terhadap differentiation pada perusahaan manufaktur di Makassar.
H2a1: Entrepreneurship berpengaruh positif terhadap differentiation pada perusahaan manufaktur di Makassar.
H2b0: Entrepreneurship tidak berpengaruh positif terhadap cost leadership pada perusahaan manufaktur di Makassar.
H2b1: Entrepreneurship berpengaruh positif terhadap cost leadership pada perusahaan manufaktur di Makassar.
3. Pengaruh antara supply chain integration terhadap keunggulan bersaing H3a0: Supply chain integration tidak berpengaruh positif terhadap differentiation pada perusahaan manufaktur di Makassar.
H3a1: Supply chain integration berpengaruh positif terhadap differentiation pada perusahaan manufaktur di Makassar.
H3b0: Supply chain integration tidak berpengaruh positif terhadap cost leadership pada perusahaan manufaktur di Makassar.
H3b1: Supply chain integration berpengaruh positif terhadap cost leadership pada perusahaan manufaktur di Makassar.
3.11.2. Uji Hipotesis Penelitian
Setelah merumuskan hipotesis penelitian, maka perlu dilakukan uji statistik untuk menentukan daerah penolakan H0 sehingga dapat diperoleh kesimpulan hasil hipotesis penelitian. Uji statistik yang digunakan adalah uji t dan original sample estimate yang ditunjukkan oleh tabel result for inner model pada output PLS. Daerah penolakan H0 adalah: Tolak H0 jika [T-statistic] > TTabel yaitu sebesar 1,96 dan original sample estimate positif. Masing-masing nilai T-statistik variabel eksogen terhadap variabel endogen dilihat untuk dapat diambil kesimpulan pengaruh tiap variabel tersebut secara parsial.