BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Kasus 1. Bayi Baru Lahir
A. Pengertian
Bayi baru lahir adalah bayi yang lahir dengan berat lahir 2500-4000 gram, cukup bulan dan tidak ada kelainan yang kemudian harus melakukan penyesuaian diri dari kehidupan intrauterine ke ekstrauterin. (Noorbaya,dkk.
2020:20)
Bayi baru lahir adalah seorang bayi yang mendadak mengalami perpisahan, kebebasan dan terlepas dari ketergantungan terhadap ibunya. Bayi didalam proses kelahirannya mengalami kesakitan,dingin dan syok. Dari sudut pandang bayi proses kelahiran merupakan pengalaman traumatic dimasa sebelumnya selam 9 bulan janin mendapatkan kehangatan, perlindungan,bebas rasa sakit, kedingininan dan dan hamper tidak mengalami ketegangan sehingga dengan adanya perubahan kehidupan yang mendadak tersebut BBL(Bayi Baru Lahir) sangan membutuhkan untuk bertahan, butuh rasa aman dan nyaman, serta membutuhkan rasa memiliki dan kasih sayang. ( Novadela,2015:3)
B. Ciri - Ciri Bayi Baru Lahir
Bayi baru lahir memiliki ciri sebagai berikut:
1. Berat badan 2500 - 4000 gram 2. Panjang badan 48 - 52 cm 3. Lingkar dada 30 - 38 cm 4. Lingkar kepala 33 - 35 cm 5. Suhu normal 36,5-37,5°C
6. Frekuensi jantung 120) - 160 kali/menit 7. Pernafasan 40-60 kali/menit
8. Kulit kemerah - merahan dan licin karena jaringan subkutan cukup 9. rambut kepala biasanya telah sempurna
10. Kuku agak Panjang dan lemas
7
11. Genitalia : perempuan labia mayora sudah menutupi labia minora, laki – laki testis sudah turun, skrotum sudah ada
12. Reflek hisap dan menelan sudah terbentuk dengan baik
13. Reflek morrow atau gerak memeluk bila dikagetkan sudah baik 14. Reflek graps atau menggenggam sudah baik
15. Eliminasi baik, mekonium akan keluar dalam 24 jam pertama, Meconium berwarna hitam kecoklatan
C. Perubahan-perubahan yang Terjadi pada Bayi Baru Lahir 1. Sistem Pernapasan
Sistem pernapasan merupakan sistem yang paling tertantang Ketika mengalami perubahan dari fase intrauterus menuju ekstrauterus Bayi baru lahir harus segera mulai bernafas. Selama kehamilan organ yang berperan dalam respirasi janin sampai janin lahir adalah plasenta.
(Novadela,2015:4)
Aktifnya pernafasan yang pertama menimbulkan serangkaian peristiwa diantaranya:
1) Membantu perubahan sirkulasi janin menjadi sirkulasi dewasa.
2) Mengosongkan cairan dari paru-paru
3) Menentukan volume paru neonatus dan karakteristik tungsi paru- paru bayi baru lahir.
Dengan tarikan nafas yang pertama, udara di ruangan mulai mengisi saluran napas besar trakhea neonatus dan bronkus, Oksigenasi yang memadai merupakan faktor yang sangat penting dalam mempertahankan kecukupan pertukaran udara. Peringkatan aliran darah paru akan memperlancar pertukaran gas dalan alveolus dan menghilangklan cairan paru.
Nafas pertama pada bayi normal terjadi dalam waktu 30 menit pertama sesudah lahir. Usaha hayi pertame kali antuk mempertahankan tekanan alveoli, selain adanya surfaktan yang dengan menarik nafas dan mengeluakan natas dengan merintih sehingga udara tertahan di dalam.
Respirasi pada neonatus biasanya pernafasan diafragmatik dan abdominal, sedangkan frekuensi dan dalamnya belum teratur. (Novadela,2015:5) 2. Sistem Kardiovaskuler
Pada sistem peredaran darah, terjadi pada bayi baru lahir, yaitu setelah bayi itu lahir terjadi pengantaran oksigen ke seluruh jaringan tubuh, maka terdapat perubahan yaitu penutupan foramen ovale pada atrium jantung dan penutupan duktus anteriosus antara arteri paru dan aorta. Perubahan ini terjadi akibat adanya tekanan pada seluruh system pembuluh darah, dimana oksigen dapat menyebabkan sistem pembuluh darah mengubah tenaga dengan cara meningkatkan atau mengurangi resistensi. (Novadela,2015:10)
3. Sistem Pencernaan
Kemampuan bayi untuk mencerna, menyerap dan metabolisme bahan makanan sudah adekuat tetapi terbatas pada fungsi-fungsi tertentu.
Terdapat enzim urtuk mengkatalisasi protein dan karbohidrat sederhana (Monosakarida dan Disakarida) tetapi untuk karbohidrat kompleks yang belum terdapat.
1. Mulut
bayi baru lahir harus kemerahan dan lidahnya harus rata dan simetris boleh memanjang atau menjulur diantara bibir. Atap dari mulut (langit-langit keras) harus tertutup, dan harus terdapat uvula (langit-langit lunak). Kadang- kadang terdapat tonjolan sepanjang langit-langit keras, yang di sebut " Epsteins Pearls ", tempat menyatunya bagian langit-langit keras. Tonjolan tersebut akan hilang sendirinya. Beberapa kelenjar saliva berfungsi pada saat labir, kebanyakan belum mensekresi saliva samapi dengan umur 2-3 bulan.
2. Lambung
Pada saat lahir, kapasitas lahir antara 30-60 ml dan meningkat dengan cepat sehingga pada hari ke tiga dan keemnpat, kapasitanya mencapai 90ml. Bayi inembutuhkan makan yang jumlahnya sedikit tapi frekuensinya sering. Lambung bay; akan kosong dalam waktu 2-4 jan.
Bayi di berikan susu formula dari botol atau dengan ASI payudara ibunya. Pada bayi yang di beri ASI, karena di berikan ASI, maka bayi akan menghisap puting atau udara. Hal ini akan menimbulkan rasa kenyang yang palsu karena lambung penuh. Maka harus di sendawakan sehingga bayi akan minum susu lebih banyak.
3.Usus
usus pada bayi jika di bandingkan dengan panjang tubuh bayi terlihat pada Feses pertama bayi adalah hitam kiijauan, tidak berbau, substansi yang kental/lengket yang di sebut mekonium.Yang biasanya keluar dalam 24 jam pe:tama. Feses ini mengandung sejumlah cairan amnion, vernix, sekresi saluran pencernaan, lanugo, dan zat sisa dari jaringan tubuh. Feses transisi yang berwarna kecoklatan keluar selama 2- 3 hari. Feses pada bayi yang menyusu pada hari ke 4 adalah hijau kekuningan/kuning emas, berair atau encer, dan bereaksi terhadap asam.
4. Sistem Ginjal Dan Keseimbangan Cairan
Pengeluaran urine pada janin terjadi pada bulan ke empat.
Sementara itu, pada saat lahir fungsi ginjal bayi sebanding dengan 30%
sampai 50% dari kapasitas dewasa. Artinya, pada semua bayi semua struktur ginjal sudah ada tetapi kemampuan ginjal untuk mengosentrasikan urine dan mengatur kondisi cairan setra luktuasi elektrolit belum maksimal namun terkumpul dalam kandung kemih bayi Volume pengeluaran urine total per 24 jam pada bayi baru lahir dengan akhir minggu pertama adalah sekita 200-300 ml, dengan frekunsi 2-6 kali hingga 20 kali/hari. Penting untuk mencatat saat berkemih pertarma kali bila teriadi anuria harus dilaporkan, karena hal ini mungin menandakan anomali kongenital dari sistem perkemiban. Berat badan bayi biasanya turun 15% pada hari ke empat sampai ke lima. Hal ini salah satu peningkatan buang air besar, pemasukan metabolisme meningkat. Setelah hari kelima berat badan bayi meningkat kembali. (Novadela,2015:21)
5. Sistem Hepatic
Hati dan kandungan empedu di bentuk pada minggu ke empat kehamilan. Pada bayi baru lahir, hati dapat di palpasi sekitar satu cm di bawah atas kanan iga karena hati besar dan menempati sekitar 40% rongga abdomen. Hati janin (yang berfungsi sebagai produksi hemoglobin setelah lahir) mulai menyimpan besi sejak dalam kandungan. apabila ibu mendapat cukup asupan besi selama hamil, bayi akan memiliki simpanan besi yang dapat bertahan sampai bulan ke 5 kehidupannya diluar rahim
6. Sistem Immunologi
Sistem imunitas bayi baru lahir masih belum matang, sehingga menyebabkan neonatus rentan terhadap berbagai infeksi dan alergi.
Sistem imunitas yang matang akan memberikan kekebalan alami maupun yang di dapat. Kekebalan ini terdiri dari struktur pertahanan tubuh yang mencegah infeksi. Berikut beberapa contoh kekebalan alami:
a. perlindungan oleh kulit membran mukosa b. fungsi saringan saluran napas
c. pembentukan kolon mikroba oleh klit dan usus d. perlindungan kimia oleh lingkungan asam lambung
kekebalan alami juga disediakan pada tingkat sel yaitu oleh sel dapat membantu BBL membunuh mikroorganisme asing. Tetapi pada BBL sel- sel darah ini belum matang, artinya BBL tersebut belum mampu memerangi infeksi secara efisien. Kekebalan yang didapat akan muncul kemudian dengan kekebabalan mengandung banyak virus dalam tubuh ibunya, Reaksi antibodi keseluruhan antigen asing masih belum dapat dilakukan sarnpai awal kehidupan anak. Salah satu tugas utama selama masa bayi dan balita adalah pembentukan sistem kekebalan tubuh.
Defisiensi kekebalan alami bayi menyebabkan bayi rentan sekali terjadi infeksi dan reaksi bayi terhadap infeksi masih lemah. Oleh karena itu, pencegahan terhadap miksoba (seperti pada praktek persalinan yang aman dan menyusui ASI dini terutarna kolostrum) dari deteksi dini serta pengobatan dini infeksi meniadi sangat penting. (Novadela,2015:21)
7. Sistem integument / Kulit
Struktur kulit bayi sudah terbentuk saat lahir, tetapi masih belum matang. Epidermis dan dermis tidak terikat dengan baik dan sangat tipis.
Verniks caseosa juga Melapisi epidermis dan berfungsi sebagai lapisan pelindung. Verniks caseosa berbentuk seperti keju yang di sekresi oleh kelenjar sebasea dan sel-sel epitel. Pada saat lahir beberapa bayi di lapisi oleh verniks caseosa yang tebal, sementara yang lainnya hanya tipis saja pada tubuhnya. Hilangnya pelindungnya yaitu verniks caseosa meningkatkan deskumasi kulit ( pengelupasan ), verniks biasanya menghilang dalam 2-3 hari. Pada bayi baru lahir sering kali terdapat bintik putih khas terlihat dihidung, dahi dan pipi bayi yang di sebut milia.
Bintik ini menyumbat Kelenjar sebasea yang belum berfungsi. Setelah sekitar 2 minggu, ketika kelenjar sebasea mulai bersekresi secara bertahap tersapu dan menghilang.Rambut halus atau lanugo dapat terlihat pada wajah, bahu, dan punggung, dan biasanya cenderung menghilang selama minggu pertama kehidupan. Pelepasan kulit (deskuamasi ) secara normal terjadi selama 2-4 minggu pertama kehidupan. Mungkin terlihat eritema toksikum ( ruam kemerahan ) pada saat lahir, yang bertahan sampai beberapa hari.
Pada kulit dan sklera mata bayi mungkin di temukan warna kekuningan yang disebut ikteri. Ikteri di sebabkan karena billirubin bebas yang berlebihan dalam darah dan jaringan, sebagai akibatnya pada sekitar hari ke dua atau ke tiga, terjadi hampir 50% hari ke 7 biasanya menghilang.
Ikteri ini di sebabkan ikterik fisiologis atau ikterik liconatorum. Bayi baru lahir yang schat dan cukup bulan tampah gemuk. Lemak subkutan yang berakumulasi selama trimester terakhir berfungsi menyekat bayi.
Keadaan ini mungkin disebabkan oleh retensi cairan.
8. Sistem Persyarafan
Sistem persyarapan bayi cukup berkembang untuk bertahan hidup tetapi belum terintegrasi secara sempurna. Pertumbuhan otak setelah lahir mengikuti pola pertumbuhan cepat, yang dapat di prediksi selama periode
bayi sampai kanak-kanak. Pada akhir tahun pertama, perturnbuhan sereblum yang di mulai pada kehamilan pada sekitar 30 minggu, berakhir.
Hal inilah yang menyebab mengapa otak rentan terhadap trauma nutrisi dan trauma lain pada bayi. Fungsi tubuh dan respon-respon yang di berikan sebagian besar di lakukan oleh pusat yang lebih rendah dari otak dan refleks-refleks dalam midula spinalis. Adanya beberapa aktivitas refleks yang terdapat pada bayi baru lahir menandakan adanya kerja sama antara system saraf dan system musculoskeletal.
9. Termogulasi
Termogulasi adalah kemampuan untuk menjaga keseimbangan antara pembentukan panas dan kehilangan panas agar dapat mempertahankan suhu tubuh di dalam batas normal. Bayi segera setelah lahir dilakukan Inisiasi Menyusui Dini (kontak kulit ibu ke kulit bayi) dan Intake makanan yang adekuat merupakan suatu hal yang penting untuk mempertahankan suhu tubuh.
Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuhnya, sehingga akan cenderung mengalami stress fisik akibat adanya perubahan suhu di luar uterus. Fluktuasi (naik turunya) suhu di dalam uterus minimal, rentang maksimal hanya 0,6 °C karena cairan ketuban dalam uterus suhunya relatif tetap. Suhu di dalam uterus sekitar 36 °C-37 °C sedangkan suhu ruangan sekitar 24°C-32 °C maka bayi segera setelah lahir akan menyesuaikan diri terhadap lingkungan di luar uterus yang sangat berbeda dengan kondisi dalam uterus. (Novadela,2015:12) Bayi berada pada suhu yang aman jika melakukan kontak kulit dengan ibunya, bayi bisa diletakan diatas dada ibu suhu payudara ibu meningkat 0,5 °C dalam 2 menit, jika bayi yang diletakan didada ibu kepanasan, suhu dada ibu akan turun 1 °C jika bayi kedinginan maka suhu dada ibu akan meningkat 2 °C (Kusyati,2006) 3 Faktor yang paling berperan dalam kehilangan panas pada tubuh bayi :
1) Luas permukaan tubuh bayi.
2) Pusat pengaturan suhu tubuh bayi yg belum berfungsi secara sempurna.
3) Tubuh bayi terlalu kecil untuk memproduksi dan menyimpan panas.
pembentukan suhu tanpa mekanisme menggigil merupakan usaha utama seorang bayi yang kedinginan untuk mendapatkan Kembali panas tubuhnya. Pembentukan suhu tanpa menggigil ini merupakan hasil penggunaan lemak coklat untuk produksi panas. Timbunan lemak coklat terdapat di seluruh tubuh dan mampu meningkatkan panas tubuh sampai 100%. Untuk membakar lemak coklat, seorang bayi menggunakan glukosa untuk mendapatkan energi yang akan mengubah lemak menjadi panas.
Lemak coklat tidak dapat diproduksi ulang oleh seorang bayi baru lahir dan cadangan lemak coklat ini akan habis dalam waktu singkat dengan adanye stress dingin. Semakin lama usia kehamilan semakin banyak persediaan lemak coklat bayi. Jika seorang bayi kedinginan, dia akan mulai mengalami hipoglikemia, hipoksia dan asidosis. Sehingga upaya pencegahan kehilangan panas merupakan prioritas utama dan bidan berkewajiban untuk meminimalkan kehilangan panas pada bayi baru lahir.
Suhu tubuh normal pada neonatus adalah 36,5°C-37,5°C melalui pengukuran di aksila dan rektum, jika nilainya turun dibawah 36,5°C maka bayi mengalami hipotermia.
Hipotemia dapat terjadi setiap saat apabila suhu di sekeliling bayi rendah dan upaya mempertahankan suhu tubuh udak diterapkan secara tepat terutama pada masa stabilisasi yaitu 6-12 jam pertama setelah lahir.
Misalkan bayi baru lahir dibiarkan basah dan telanjang selama menunggu plasenta lahir meskipun lingkungan di sekitar bayi cukup hangat.
Hipotermia menyebabkan terjadinya perubahan metabolisme tubuh yang akan berakhir dengan kegagalan fungsi jantung, perdarahan terutama pada paru-paru, ikterus dan kematian. (Novadela,2015: 15)
Bayi bila dibiarkan dalam suhu kamar 25°C maka akan mengalami hipotermi melalui evaporasi, konveksi dan radiasi sebanyak 200 kalori/kg BB/menit, sedangkan pembentukan panas yang dapat diproduksi hanya persepuluh dari jumlah panas diatas, hal ini akan mengakibatkan penurunan suhu tubuh sebanyak 2°C dalam waktu 15menit. Kondisi ini
sangat berbahaya untuk bayi, bayi bias saja mengalami asfiksia karena tidak bias mengimbangi suhu tersebut dengan produksi panas yang dibuat sendiri. (Marmi,2012)
a. Tanda dan Gejala hipotermia:
1) Sejalan dengan menurunnya suhu tubuh, bayi menjadi kurang aktif, letargis, hipotonus, tidak kuat menghisap ASI dan menangis lemah.
2) Pernapasan megap-megar dan lambat, denyut jantung menurun.
3) Timbul sklerema : kulit mengeras berwarna kemerahan terutama dibagian punggung, tungkai dan lengan.
4) Muka bayi berwarna merah terang
b. Bayi baru lahir dapat kehilangan panas melalui empat mekanisme yaitu:
a. Konveksi
Konveksi adalah kehilangan panas tubuh yang terjadi saat bayi terpapar udara sekitar yang lebih dingin. Bayi yang dilahirkan atau ditempatkan di dalam ruangan yang dingin akan cepat mengalami kehilangan panas. Kehilangan panas juga terjadi jika konveksi aliran udara dari kipas angin, hembusan udara melalui ventilasi atau pendingin ruangan. (Novadela,2015: 16)
Contoh:
1. Bayi diletakan didekat pintu atau jendela yang terbuka 2. Aliran udara dari pipa AC.
Cara mengatasi : Hindari aliran udara (pendingin udara, kipas angin, lubang angin terbuka)
b. Radiasi
Radiasi adalah kehilangan panas yang terjadi karena bayi ditempatkan di dekat benda-benda yang mempunyai suhu tubuh lebih rendah dari suhu tubuh bayi. Bayi bisa kehilangan panas dengan cara ini
karena benda-benda tersebut menyerap radiasi panas tubuh bayi (walaupun tidak bersentuhan secara langsung) (Novadela,2015: 16)
Contoh :
1. Bayi baru lahir dibiarkan dalam keadaan telanjang atau di biarkan dalam ruangan air conditioner (AC).
2.Udara dingin pada dinding luar dan jendela
Cara mengatasi : Tempatkan ayunan bayi tempat tidur jauh dari tembok (diluar) atau jendela jika mungkin.
c. Konduksi
Konduksi adalah kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung antara tubuh bayi dengan permukaan yang dingin, meja, tempat tidur atau timbangan yang temperaturnya lebih rendah dari tubuh bayi akan menyerap panas tubuh bayi mekanisme konduksi apalagi bayi diletakkan diatas benda-benda tersebut. (Novadela,2015: 17)
Contoh: hilangnya menimbang bayi tanpa alas timbangan
d. Evaporasi
Evaporasi adalah jalan utana bayi kehilangan panas. Kehilangan panas dapat terjadi karena penguapan cairan ketuban pada permukaan tubuh oleh panas tubuh bayi sendiri karena setelah lahir, tubuh bayi tidak segera dikeringkan. Kehilangan panas juga terjadi pada bayi yang terlalu cepat dimandikan dan tubuhnya tidak segera dikeringkan dan diselimuti.
(Novadela,2015: 17) Contoh :
1. Bayi lahir tidak langsung dikeringkan dari cairan ketuban.
2.Selimut atau popok basah bersentuhan dengan kulit bayi.
Cara mengatasi:
1. Saat mandi, siapkan lingkungan yang hangat.
2. Basuh dan keringkan setiap bagian untuk mengurangi evaporasi 3. Batasi waktu kontak dengan pakaian atau selimut basah
c. Mencegah terjadinya kehilangan panas melalui upaya sebagai berikut:
1. Keringkan tubuh bayi tanpa menghilangkan verniks
Keringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Verniks akan membantu menghangatkan tubuh bayi. Ganti handuk basah dengan handuk/kain yang kering. Biarkan bayi di atas perut ibu.
2. Letakkan bayi agar terjadi kontak kulit ibu ke kulit bayi
Letakkan bayi tengkurap di dada ibu. Luruskan bahu bayi sehingga bayi diperut ibu. Usahakan kepala bayi berada di antara payudara ibu dengan posisi sedikit lebih rendah dari puting payudara ibu. Biarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit 1 jam.
Selmuti ibu dan bayi dan pakaikan topi di kepala bayi . bagian kepala bayi memiliki luas permukaan yang relatif luas dan bayi akan cepat kehilangan panas jika bagian tersebut tidak tertutup.
3. Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir
Lakukan penimbangan setelah satu jam kontak kulit ibu ke kulit bayi dan bayi selesai menyusu. Karena bayi baru lahir cepat dan mudah kchilangan panas tubuhnya (terutama jika tidak berpakaian), sebelum melakukan penimbangan, terlebih dahulu selimuti bayi dengan kain atau selimut bersih dan kering. Berat badan bayi dapat dinilai dari selisih, berat bayi pada saat berpakaian/diselimuti dikurangi dengan berat pakaian/selimut.Bayi sebaiknya dimandikan sekitar enam jam atau lebih setelah lahir. Memandikan bayi dalam beberapa jam pertama setelah lahir dapat menyebabkan hipotermia yang sangat membahayakan kesehatan bayi baru lahir. (Novadela,2015:18)
pencegahan penurunan suhu pada BBL bisa dilakukan dengan cara Inisiasi Menyusu Dini (IMD) yaitu dilakukan segera setelah bayi lahir, kemudian bayi dikeringkan kecuali kedua telapak tangan dan diletakkan didada ibu untuk skin to skin selama minimal satu jam.
2. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) A. Pengertian
Inisiasi menyusui dini (IMD) adalah Tindakan meletakan bayi diatas dada ibu dalam satu jam pertama awal kehidupan bayi. Biarkan bayi mencari puting payudara secara alami untuk menyusui. IMD dilakukan dengan cara skin to skin. (Wulandari, 2020:22)
Inisiasi menyusui dini (Early initiation/ the best crawl) atau permulaan menyusui dini adalah bayi setelah lahir dari Rahim ibu dapat menyusu dengan sendirinya. Inisiasi menyusui dini (IMD) adalah proses menyusu segera yang dilakukan dalam satu jam pertama setelah bayi lahir.
(Sudarmi,2020:1)
Inisiasi menyusui dini mempunyai arti permulaan kegiatan menyusu dalam satu jam pertama setelah bayi lahir. Bayi menyusu pada ibunya, bukan disusui ibunya Ketika bayi baru saja lahir, yang dapat diartikan juga sebagai cara bayi menyusu satu jam pertama setelah lahir dengan usaha sendiri bukan disusui. Cara bayi melakukan Inisiasi menyusu dini ini dinamakan “the beast crawl” atau merangkak mencari payudara (kemampuan alami yang ajaib). (Astuti; dkk,2015:164)
Gambar 1 Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
B. Manfaat MD
Manfaat IMD menurut (Wulandari, 2020:22) antara lain:
1. Bayi memperoleh cairan kolostrum untuk kekebalan alaminya.
Kolostrum menjadi asupan sempurna untuk bayi baru lahir, warnanya kekuningan dan keluar pertama kali sebelum ASI.
2. Kolostrum mencegah gizi buruk karna banyak mengandung zat antibody dan nutrisi yang penting untuk bayi baru lahir.
3. IMD juga mampu mengurangi stress pada bayi. Sebab, suhu kulit ibu mampu menyesuaikan dengan suhu yang dibutuhkan oleh bayi sehingga bayi akan merasa lebih tenang dan denyut jantungnya pun stabil.
4. Mempererat ikatan emosional antara ibu dan bayi.
5. Menurunkan angka kematian bayi.
6. Merangsang produksi ASI.
7. Mempercepat pelepasan plasenta.
8. Mencegah perdarahan setelah melahirkan.
Manfaat IMD menurut (Astuti; dkk,2015:168) antara lain:
1. Dada ibu menghangatkan bayi dengan tepat. Kulit ibu menyesuaikan suhunya dengan kebutuhan bayi. Kehangatan saat menyusu menurunkan risiko kematian kerena hipotermia (kedinginan).
2. Bayi memperoleh bakteri yang tidak berbahaya (bakteri baik) dari ASI ibu. Bakteri baik ini akan membuat koloni diusus dan kulit bayi untuk menyayingi bakteri yang lebih ganas dari lingkungan.
3. Antibody dalam ASI penting untuk ketahanan terhadap infeksi, sehingga menjamin kelangsungan hidup sang abyi. Bayi memperoleh ASI (makanan awal) yang tidak menyebabkan alergi.
4. Bayi yang menyusu dini akan lebih berhasil menyusu ASI Ekslusif dan mempertahankan menyusu setelah 6 bulan.
5. Sentuhan, kuluman dan jilatan bayi pada putting ibu akan merangsang keluarnya hormone oksitosin. Hormone ini penting karna perannya dalam:
a. Mengurangi perdarahan pascapersalinan dan mempercepat pengecilan uterus.
b. Merupakan hormone yang membuat ibu menjadi tenang, relaks dan mencintai bayi, lebih kuat menahan sakit/nyeri (karna hormone meningkatkan ambang nyeri) dan menimbulkn rasa sukacita/Bahagia.
c. Mengontraksikan otot-otot disekeliling kelenjar ASI sehingga ASI dapat terpencar keluar.
6. Pada menit-menit Ketika bayi merayap diperut dan dada ibu, bayi mulai mengecap-ngecapkan bibir dan menjilati permukaan kulit ibunya. Ini adalah cara alami bayi mengumpulkan bakteri-bakteri baik yang ia perlukan untuk membangun kekbalan tubuhnya layaknya suatu imunisasi alami.
C. Tahapan IMD
Penolong persalinan sebaiknya melakukan Langkah-langkah berikut agar bayi dapat melakukan IMD.
1. Mengeringkan bayi mulai dari muka,kepala,serta bagian tubuh lainnya kecuali kedua tangannya, karna bau cairan amnion ditangan bayi akan membantunya mencari putting ibu yang baunya sama.selain itu, dada ibu tidak boleh dibersihkan dahulu agar baunya tetap sama.
2. Setelah dua menit, tali pusat dipotong dan diikat kemudian bayi ditengkurapkan diperut ibunya dengan kepala bayi menghadap ke kepala ibu. Kalau ruang bersalin dingin, kepala bayi diberi topi dan punggung bayi ditutupi dengan selimut yang telah dihangatkan.
(Astuti; dkk,2015:169)
Tahap-tahap IMD menurut (Wulandari, 2020:24) yaitu:
Tahap 1
1. Tempelkan bayi didada ibu segera setelah ia lahir.
2. Biarkan terjadi kontak kulit diatas dada ibu, bukan payudara atau puting.
3. Tutup bayi dengan selimt tipis dan topi bayi.
Tahap 2
1. Biarkan bayi istirahat “quiet alert”
2. Bayi mulai memasukan tangan ke mulut, menghisap, mengeluarkan air liur dan bersuara.
3. Bayi mulai siap mencari putting Tahap 3
1. Bayi mulai merangkak mencari payudara ibu.
2. Pijakan kaki bayi diatas Rahim ibu.
3. Mempercepat lahirnya plasenta.
4. menghindari risiko perdarahan
5. adanya gesekan kulit bayi dan ibu memunculkan bakteri baik untuk melindungi kulit.
Tahap 4
1. hentakan kepala bayi pada payudara ibu sama dengan pijat payudara.
2. Bayi menjilati kulit ibu memunculkan bakteri baik.
3. Bayi meremas putting ibu sama dengan “mengeluarkan” puting dan merangsang hormone oksitosin.
Tahap 5
1. Bayi menemukan putting ibu.
2. Bayi tidak langsung menghisap, namun menjilat dan mengulum.
3. Setelah itu, bayi akan mulai menyusu sendiri.
D. Tatalaksana IMD
1. Dianjurkan suami atau keluarga mendampingi ibu saat persalinan.
2. Biarkan ibu menentukan cara melahirkan yang diinginkan, misalnya dengan jongkok
3. Seluruh badan dan kepala bayi dikeringkan secepatnya, kecuali kedua tangannya. Lemak putih (vernix) yang menyamankan kulit bayi sebaiknya dibiarkan.
4. Bayi ditengkurapkan didada atau perut ibu. Biarkan kulit bayi melekat dengan kulit ibu, posisi kontak kulit dengan kulit ini dipertahankan minimum satu jam setelah menyusu awal.
5. Bayi dibiarkan mencari putting ibu, ibu dapat merangsang bayi dengan sentuhan lembut.
6. Ayah didukung agar membantu ibu untuk mengenali tanda-tanda sebelum menyusu. Hal ini dapat berlangsung selama beberapa menit hingga satu jam bahkan lebih. Dukungan ayah akan meningkatkan rasa percaya diri ibu. Jika dalam waktu satu jam bayi belum dapat
menemukan putting ibu maka tetap biarkan bayi bersentuhan dengan kulit ibunya sampai berhasil menyusu pertama.
7. Bayi dipisahkan dari ibu untuk ditimbang, diukur, dicap setelah satu jam atau menyusu awal selesai. Prosedur yang invasif, misalnya suntikan vitamin K dan tetesan mata bayi dapat ditunda.
8. Rawat gabung bayi: Ibu – bayi dirawat dalam satu kamar, dalam jangkauan ibu selama 24 jam (Astuti,dkk.2015:167)
Menurut pengamatan (Sudarmi,2020) penggunaan SIMDi pada saat IMD suhu tubuh bayi menjadi lebih cepat hangat, menyebabkan bayi lebih cepat menyesuaikan/ beradaptasi dengan lingkungan di luar rahim. didapatkan adanya pengaruh penggunaan turtle blanket terhadap suhu tubuh bayi setelah 60 menit pelaksanaan IMD ada perbedaan peningkatan suhu tubuh rata-rata 0.46°C pada bayi yang tidak menggunkan SIMDi.
3. Selimut Inisiasi Menyusu Dini (SIMDi) A. Pengertian
Selimut Inisiasi Menyusu Dini (SIMDi) merupakan selimut yang didesain khusus untuk IMD yang berfungsi terutama untuk mencegah hilangnya panas tubuh bayi secara konveksi. Selimut ini memiliki Ke- khasan yaitu digunakannya aluminium foil dibawah selimut area punggung bayi, yang berfungsi untuk menahan panas tubuh bayi.
Aluminium foil juga merupakan penghantar panas yang baik untuk energi listrik dan penghangat ruangan, selain itu Almunium foil juga bekerja sebagai penghambat oksigen dan cahaya. Pembuatan Selimut ini terinspirasi dari binatang kura-kura, kura-kura mempunyai alat pelindung diri yang khas yaitu dibagian punggungnya berbantuk oval0bulat dan keras berfungsi untuk pertahankan diri dan perlindungan diri terhadap serangan dari luar baik ancaman terhadap benturan ataupun oleh karena cuaca lingkungan yang ekstrim. (Sudarmi,2020:26)
Gambar 2 Selimut SIMDi B. Bahan Selimut Inisiasi Menyusu Dini (SIMDi)
SIMDi terbuat dari bahan dasar Kain planel, kain bulu sinthesis, Almunium foil dan Karet pengikat. Selimut ini terdiri dua lapis bahan, yang pertama bagian dalam dibuat menggunakan bahan flanel yang halus, dingin dan menyerap keringat, yang kedua pembungkus luar menggunakan bahan Bulu sintetis, terbuat dari 100 persen katun dan memiliki sifat sangat lembut, sehingga membuat bayi lebih nyaman jika menggunakannya. (Sudarmi,2020:27)
C. Pola Selimut Inisiasi Menyusu Dini (SIMDi) Pola selimut terdiri dari dua pola yaitu:
pola 1. berbentuk oval/bulat seperti kura-kura yang terbuat dari kain wol dan di lapisi kain fanel untuk menyerap air, selimut ini akan berfungsi menutup daerah punggung bayi dan daerah perut ibu, ukuran selimut panjang 40cm (ukuran maksimal mac donal) + 20 cm total 60 cm dan lebar 75 cm.
Pola 2. adalah pola punggung bayi yang merupakan tempat menyelipkan/menempelkan aluminium foil sebagai bahan untuk melindungi tubuh bayi dari udara luar dan untuk mempertahankan panas tubuh bayi, dasar pembuatan pola didasarkan atas ukuran antopometri bayi baru lahir normal. Yaitu panjang bayi: 45-52 CM, Lingkar Dada: 30-38 CM. Ke khasan SIMDi ini terletak dari pemakaian almunium foil.
Kekhasan selimut kura-kura ini terletak dari pengunaan alumunium foil yang disisipkan diantara dua bahan selimut yang diletakkan pada posisi punggung bayi untuk melindungi bayi dari udara di lingkungan bayi. Aluminium foil merupakan paduan aluminium yang dibuat dalam bentuk lembaran tipis. Ketebalan aluminium foil berkisar 0,2 mm dan mengandung sekitar 92% sampai 99% aluminium. Aluminium adalah sejenis logam yang setelah melalui beberapa proses, disusun menjadi lembaran tipis dengan ketebalan kurang dari 0,2 mm. (Sudarmi,2020:28) Lembaran aluminium dengan ketebalan kurang dari 0,2mm.
Aluminium foil ini bersifat antara lain: fleksibel, kedap udara, air dan lemak, bersih (hygiene), tidak beracun, tidak mempengaruhi rasa dan bau, dan bersifat melindungi objek atau foil juga merupakan penghantar panas yang produk. Aluminium baik untuk energi listrik dan penghangat ruangan, selain Almunium foil juga bekerja scbagai penghambat oksigen dan cahaya. Dengan tercipta nya SIMDi ini di harapkan dapat membantu bayi sukses dalam tahapan-tahapan pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan dapat meningkatkan suhu tubuh bayi. (Sudarmi,2020:29)
Gambar 3 Pola SIMDi
D. Kelebihan Selimut Inisiasi Menyusu Dini (SIMDi) a. Mencegah Hypothermi
Selimut Inisiasi Menyusu Dini (SIMDi) ini, daerah punggung nya di lapisi dengan aluminium foil yang berfungsi sebagai konveksi yaitu menahan udara dingin dari luar akan terpapar terutama areal punggung bayi,dan mencegah keluar nya panas secara evaporasi dari tubuh bayi, saat pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD).
b. Memberi Rasa Nyaman:
Selimut Inisiasi Menyusu Dini (SIMDi) ini akan berdampak memberikan rasa nyaman ke pada bayi, di karenakan selimut kura-kura ini terbuat dari kain wool dan di lapisi kain fanel yang lembut di bagian dalam nya yang memberikan efek kehangatan pada bayi.
c. Memberikan Rasa Aman:
Selimut Inisiasi Menyusu Dini (SIMDi) ini akan berdampak memberikan rasa aman pada bayi, ibu dan bidan, dikarenakan SIMDi ini di sertai sabuk pengaman bayi dan karet pengikat pada lengan dan paha bayi, sehingga kemungkinan bayi terjatuh akan dapat di minimalisir. SIMDi memberikan rasa aman pada ibu dan bidan, ibu tidak merasa khawatir jatuh bayinya saat pelaksanaan IMD. Dan pelaksaaan IMD selama 60 menit tidak selalu ditunggui oleh bidan, sehingga bidan bisa menghemat waktu kerjanya bidan bisa melaksanakan tugas lainnya. (Sudarmi,2020:30)
d. Bentuk simple dan menarik
Dari segi estetika tampilan Selimut Inisiasi Menyusu Dini (SIMDi) ini terlihat lebih menarik, simple dan praktis saat digunakan pada pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD). (Sudarmi,2020:31)
E. Langkah-Largkah Inisiasi Menyusui Dini menggunakan SIMDi Dalam Asuhan Bayi Baru Lahir.
langkah 1. lahirkan, lakukan penilaian sesaat pada bayi, keringkan:
a. Saat bayi lahir, catat waktu kelahiran.
b. Sambil meletakkan bayi di perut bawah ibu lakukan penilaian apakah bayi perlu resusitasi atau tidak
c. jika bayi stabil dan tidak memerlukan resusitasi, keringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya dengan halus tanpa menghilangkan verniks. Verniks akan membantu menyamankan bayi.
Setelah dikeringkan, selimuti bayi dengan kain kering untuk menunggu 2 menit sebelum tali pusat di klem.
d. Hindari mengeringkan punggung tangan bayi. Bau cairan amnion pada tangan bayi membantu bayi mencari putting ibunya yang berbau sama.
Periksa uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus (hamil tunggal) kemudian suntikkan oksitosin 10 UI intra muskular pada ibu.
Langkah 2 : Lakukan kontak kulit ibu dengan kulit bayi selama paling sedikit satu jam
a. Potong tali pusat dan diikat.
b. ukur suhu tubuh bayi sebelum pelaksanaan IMD dengan thermometer c. Buka Selimut Inisiasi Menyusu Dini (SIMDi)
d. Letakkan SIMDi secara terbalik diatas perut ibu.
e. Letakkan bayi diatas SIMDi
f. Rekatkan karet pengikat di dada bayi.
g. Tengkurapkan bayi ke perut dan dada ibu, dengan kulit bayi melekat pada kulit ibu
h. Luruskan bahu bayi sehingga bayi menempel di dada ibu. Kepala bayi harus berada di antara payudara ibu tapi lebih rendah dari puting.
i. Atur tangan dan kaki bayi senyaman mungkin j. Pasangkan sabuk pengaman bayi ke lengan ibu.
k. Selimuti ibu dan bayi dengan SIMDi dan pasang topi dikepala bayi l. Catat waktu pertama kali bayi di mulai IMD
m. Lakukan kontak kulit bayi ke kulit ibu di dada ibu paling sedikit satu jam.
Mintalah ibu untuk memeluk dan membelai bayinya. Jika perlu letakkan bantal di bawah kepala ibu untuk mempermudah kontak visual antara ibu dan bayi. Hindari membersihkan payudara ibu .
n. Selama kontak kulit bayi ke kulit ibu tersebut, lakukan Manajemen Aktif Kala3 persalinan.
Langkah 3 Biarkan bayi mencari dan menemukan puting ibu dan mulai menyusu :
a. biarkan bayi mencari dan menemukan puting dan mulai menyusu b. Petugas mengamati setiap reaksi perilaku bayi setiap fase pre-feeding
1) Fase 1 pre-feeding, bayi dalam keadaan siaga
Dalam 30 menit pertama : stadium istirahat/ diam namun dalam keadaan siaga (rest/quite alert stage). Bayi dalam keadaan istirahat (quite alert) Bayi diam tidak bergerak, sesekali matanya terbuka lebar melihat ibunya. Masa tenang yang istimewa ini merupakan penyesuaian peralihan dari keadaan dalam kandungan ke keadaan luar kandungan. Bonding (hubungan kasih sayang) ini merupakan dasar pertumbuhan bayi dalam suasana aman. Hal ini meningkatkan kepercayaan diri ibu terhadap kemampuan menyusui.
2) Antara 30-40 menit, bayi mengeluarkan suara Gerakan mulut seperti mau minum, mencium dan menjilat tangan. Bayi mencium dan merasakan cairan ketuban yang ada di tangannya. Bau ini sama dengan bau cairan yang dikeluarkan payudara ibu. Bau dan rasa ini
akan membimbing bayi untuk menemukan payudara dan puting susu ibu.
3) Bayi mengeluarkan air liur.
Saat menyadari bahwa ada makanan di sekitarnya, bayi mulai mengeluarkan air liurnya.
4) Bayi mulai bergerak ke arah payudara. Areola sebagai sasaran, dengan kaki menekan perut
ibu. Ia menjilat-jilati kulit ibu, menghentak-hentakkan kepala ke dada ibu, menoleh ke kanan dan kiri, serta menyentuh dan meremas daerah puting susu dan sekitar dengan tangannya.
5) Menemukan, menjilati, mengulum puting, membuka mulut lebar dan melekat dengan baik.
c. Anjurkan ibu dan orang menyusu misalnya memindahkan bayi dari satu payudara ke payudara lainnya. Menyusu pertama biasanya berlangsung sekitar 10-15 menit. Bayi cukup menyusu dari satu payudara. Sebagian besar bayi akan berhasil menemukan puting ibu dalam waktu 30-60 menit tapi tetap biarkan kontak kulit bayi dan ibu setidaknya 1 jam walaupun bayi sudah menemukan puting kurang dari l jam.
d. Menunda semua asuhan bayi baru lahir normal lainnya hingga bayi selesai menyusu setidaknya 1 jam atau lebih bila bayi baru menemukan puting setelah 1 jam.
e. Bila bayi harus dipindah dari kamar bersalin sebelum 1 jam atau sebelum bayi menyusu, usahakan ibu dan bayi dipindah bersama dengan mempertahankan kontak kulit ibu dan bayi.
f. Jika bayi belum menemukan puting ibu - IMD dalam waktu I jam, posisikan bayi lebih dekat dengan puting ibu dan biarkan kontak kulit dengan kulit selama 30-60 menit berikutnya.
g. Jika bayi masih belum melakukan IMD dalam waktu 2 jam, pindahkan ibu ke ruang pemulihan dengan bayi tetap di dada ibu, Lanjutkan asuhan perawatan neonatal esensial lainnya (menimbang, pemberian vitamin Kl, salep mata) dan kemudian kembalikan bayi kepada ibu untuk menyusu.
h. Kenakan pakaian pada bayi atau tetap diselimuti untuk menjaga kehangatannya. Tetap tutupi kepala bayi dengan topi selama beberapa hari pertama. Bila suatu saat kaki bayi terasa dingin saat
disentuh, buka pakaiannya kemudian telungkupkan kembali di dada ibu dan selimuti keduanya sampai bayi hangat kembali.
i. Tempatkan ibu dan bayi di ruangan yang sama. Bayi harus selalu dalam jangkauan ibu 24 jam dalam sehari sehingga bayi bisa menyusu sesering keinginannya.
B. Kewenangan Bidan Terhadap Kasus Tersebut
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2019 Tentang Kebidanan, bahwa pelayanan kesehatan kepada masyarakat khususnya perempuan, bayi, dan anak yang dilaksanakan oleh bidan masih dihadapkan pada kendala profesionalitas, kompetensi, dan kewenangan.
Berdasarkan peraturan mentri kesehatan (permenkes) nomor 28 tahun 2017 tentang izin dan penyelengaraan praktik bidan.
1. Pasal 18 Dalam penyelenggaraan Praktik Kebidanan, Bidan memiliki kewenangan untuk memberikan:
a. Pelayanan kesehatan ibu;
b. Pelayanan kesehatan anak; dan
c. Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana.
2. Pasal 19
a. Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 huruf a diberikan pada masa sebelum hamil, masa hamil, masa persalinan, masa nifas, masa menyusui, dan masa antara dua kehamilan.
b. Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi pelayanan:
1) Konseling pada masa sebelum hamil;
2) Antenatal pada kehamilan normal;
3) Persalinan normal;
4) Ibu nifas normal;
5) Ibu menyusui; dan
6) Konseling pada masa antara dua kehamilan.
c. Memberikan pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Bidan berwenang melakukan:
1) Episiotomi;
2) Pertolongan persalinan normal;
3) Penjahitan luka jalan lahir tingkat i dan ii;
4) Penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan perujukan;
5) Pemberian tablet tambah darah pada ibu hamil
6) Pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala tiga dan postpartum;
7) Penyuluhan dan konseling;
8) Bimbingan pada kelompok ibu hamil; dan
9) Pemberian surat keterangan kehamilan dan kelahiran.
Berdasar Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2012 Tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif BAB III Air Susu Ibu Eksklusif Bagian Kedua tentang Inisiasi Menyusu Dini
Pasal 9
1. Tenaga Kesehatan dan penyelenggara Fasilitas Pelayanan Kesehatan wajib melakukan inisiasi menyusu dini terhadap Bayi yang baru lahir kepada ibunya paling singkat selama 1 (satu) jam.
2. Inisiasi menyusu dini sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan cara meletakkan Bayi secara tengkurap di dada atau perut ibu sehingga kulit Bayi melekat pada kulit ibu
Pasal 10
1. Tenaga Kesehatan dan penyelenggara Fasilitas Pelayanan Kesehatan wajib menempatkan ibu dan Bayi dalam 1 (satu) ruangan atau rawat gabung kecuali atas indikasi medis yang ditetapkan oleh dokter.
2. Penempatan dalam 1 (satu) ruangan atau rawat gabung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dimaksudkan untuk memudahkan ibu setiap saat memberikan ASI Eksklusif kepada Bayi
C. Hasil Penelitian Terkait
Penelitian dilakukan oleh (Sudarmi.2019) adalah Jenis penelitian eksperimen dengan desain true-experiment. Rancangan penelitian Pretest Postest Control Group Design. dengan desain faktorial 2x2. Kelompok (A1) adalah 60 menit setelah perlakuan terhadap bayi, sedangkan kelompok (A2) adalah sebelum perlakuan terhadap bayi. Populasi keseluruhan objek penelitian atau objek yang akan diteliti (Notoatmojo 2012).
Dari hasil penelitian didapatkan adanya pengaruh penggunaan turtle blanket terhadap suhu tubuh bayi setelah 60 menit pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD), dengan rata-rata suhu tubuh bayi setelah intervensi terjadi peningkat menjadi 36.82°C, sedangkan suhu tubuh bayi yang menggunakan selimut kontemporer (kontrol) setelah 60 menit pelaksanaan IMD hanya meningkat rata-rata 36,36°C. ada perbedaan peningkatan suhu tubuh rata-rata 0.46°C. Menurut pengamatan penulis dengan penggunaan turtle blanket suhu tubuh bayi menjadi lebih cepat hangat, dengan tubuh yang hangat menyebabkan bayi lebih cepat menyesuaikan/ beradaptasi dengan lingkungan di luar rahim.
D. Kerangka Teori
Sumber : (Novadela.2015), (Sudarmi.2020)
INISIASI MENYUSU DINI (IMD) Langkah-langkah IMD
1. Keringkan bayi 2. Potong tali pusat
3. Tengkurapkan bayi kepada ibu selama 60 mnt
4. Pakaikan selimut/topi
5. Biarkan bayi menemukan putting sendiri
Manfaat IMD Bagi ibu:
1. Mempercepat involusi 2. Mencegah perdarahan 3. Bonding ibu-bayi
4. Merangsang produksi ASI Bagi Bayi:
1. Bonding ibu-bayi 2. Kolostrum
3. Melatih kemampuan menyusu
4. Mencegah hypotermi Menggunakan SIMDi
SIMDi adalah selimut yang didesain khusus untuk IMD yang berfungsi terutama untuk mencegah hilangnya panas tubuh bayi secara konveksi.
Kelebihan SIMDi :
1. Mencegah hypotermi 2. Memberi rasa nyaman 3. Memberi rasa aman
4. Bentuk simple dan menarik
BAYI BARU LAHIR Perubahan yang terjadi pada bbl:
1. System pernafasan 2. System kardiovaskuler 3. Termogulasi
4. System pencernaan 5. Keseimbangan cairan 6. System hepatic 7. System imunologi 8. System integument 9. System persyarafan