• Tidak ada hasil yang ditemukan

BERITA DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BERITA DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BERITA DAERAH

KOTA TANGERANG SELATAN

No. 4,2021 PEMERINTAH KOTA TANGERANG SELATAN.

Pemberian Tambahan Penghasilan Pegawai Aparatur Sipil Negara.

PROVINSI BANTEN

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2021

TENTANG

PEMBERIAN TAMBAHAN PENGHASILAN PEGAWAI APARATUR SIPIL NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA TANGERANG SELATAN,

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 58 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019 tentang

Pengelolaan Keuangan Daerah, perlu menetapkan Peraturan Walikota tentang Pemberian Tambahan

Penghasilan Pegawai Aparatur Sipil Negara;

Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2008 tentang Pembentukan Kota Tangerang Selatan di Provinsi Banten (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 188, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4935);

3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494);

4. Undang–Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587), sebagaimana

telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 245, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 6573);

SALINAN

(2)

5. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6322);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2019 tentang Penilaian Kinerja Pegawai Negeri Sipil (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 77,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6340);

7. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 77 Tahun 2020 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Daerah

(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 1781);

8. Peraturan Daerah Kota Tangerang Selatan Nomor 8 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan

Perangkat Daerah (Lembaran Daerah Kota Tangerang Selatan Tahun 2016 Nomor 8, Tambahan Lembaran Daerah Kota Tangerang Selatan Nomor 72);

9. Peraturan Walikota Tangerang Selatan Nomor 41 Tahun 2010 tentang Hari dan Jam Kerja Bagi

Pegawai Dilingkungan Pemerintah Kota Tangerang

Selatan (Berita Daerah Kota Tangerang Selatan Tahun 2010 Nomor 41);

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN WALIKOTA TENTANG PEMBERIAN TAMBAHAN PENGHASILAN PEGAWAI APARATUR SIPIL NEGARA

BAB I

KETENTUAN UMUM Pasal 1

Dalam Peraturan Walikota ini yang dimaksud dengan:

1. Daerah adalah Kota Tangerang Selatan.

2. Pemerintah Daerah adalah Walikota sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah otonom.

3. Walikota adalah Walikota Tangerang Selatan.

(3)

4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD adalah lembaga perwakilan rakyat Daerah yang berkedudukan sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah.

5. Sekretaris Daerah adalah Sekretaris Daerah Kota Tangerang Selatan.

6. Perangkat Daerah adalah unsur pembantu Walikota dan DPRD dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah.

7. Tambahan Penghasilan Pegawai Aparatur Sipil Negara yang selanjutnya disingkat TPP adalah tambahan penghasilan selain gaji dan tunjangan lainnya yang diberikan Pemerintah Daerah kepada Aparatur Sipil Negara berdasarkan pertimbangan beban kerja, tempat bertugas, kondisi kerja, kelangkaan profesi, prestasi kerja, dan/atau pertimbangan objektif lainnya.

8. Aparatur Sipil Negara yang selanjutnya disingkat ASN adalah profesi bagi pegawai negeri sipil dan pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja yang bekerja pada instansi pemerintah.

9. Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disingkat PNS adalah Pegawai Negeri Sipil Pemerintah Kota Tangerang Selatan.

10. Calon Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disingkat CPNS adalah Calon PNS Pemerintah Kota Tangerang Selatan.

11. Kinerja ASN yang selanjutnya disebut Kinerja adalah hasil kerja yang dicapai oleh setiap ASN pada organisasi/unit sesuai dengan sasaran Kinerja pegawai dan Perilaku Kerja.

12. Sasaran Kinerja Pegawai yang selanjutnya disingkat SKP adalah rencana Kinerja dan target yang akan dicapai oleh seorang ASN yang harus dicapai setiap tahun.

13. Perilaku Kerja adalah setiap tingkah laku, sikap atau tindakan yang dilakukan oleh ASN atau tidak melakukan sesuatu yang seharusnya dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

14. Pejabat Penilai Kinerja ASN yang selanjutnya disebut Pejabat Penilai adalah atasan langsung ASN yang dinilai dengan ketentuan paling rendah pejabat pengawas atau pejabat lain yang diberi pendelegasian kewenangan.

15. Atasan Pejabat Penilai Kinerja ASN yang selanjutnya disebut Atasan Pejabat Penilai adalah atasan langsung dari Pejabat Penilai.

Pasal 2

Peraturan Walikota ini dimaksudkan sebagai pedoman dalam pelaksanaan pemberian TPP.

(4)

Pasal 3

Peraturan Walikota ini bertujuan untuk peningkatan : a. kualitas pelayanan publik;

b. kinerja ASN;

c. disiplin ASN; dan d. kesejahteraan ASN.

Pasal 4 Pemberian TPP dilakukan berdasarkan prinsip : a. kepastian hukum;

b. akuntabel;

c. proporsionalitas;

d. efektif dan efisien;

e. keadilan dan kesetaraan;

f. kesejahteraan; dan g. optimalisasi.

BAB II

KRITERIA, PERHITUNGAN, BESARAN, DAN PEMBAYARAN TPP Bagian Kesatu

Umum Pasal 5 (1) TPP dapat diberikan kepada pegawai ASN.

(2) TPP sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terdiri atas : a. TPP berdasarkan beban kerja;

b. TPP berdasarkan prestasi kerja;

c. TPP berdasarkan kondisi kerja; dan

d. TPP berdasarkan pertimbangan objektif lainnya.

(3) TPP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan setiap bulan, atau 12 (dua belas) kali dalam setahun.

(4) Selain TPP sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dapat diberikan : a. TPP tunjangan hari raya; dan

b. TPP ketigabelas.

(5) Pegawai ASN sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terdiri atas : a. PNS; dan

b. CPNS.

(5)

Pasal 6

(1) TPP berdasarkan beban kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) huruf a diberikan kepada pegawai ASN yang dibebani

pekerjaan untuk menyelesaikan tugas yang dinilai melampaui beban kerja normal dengan jumlah paling kurang 112,5 (seratus dua belas koma lima) jam per bulan.

(2) Besaran persentase TPP berdasarkan beban kerja sesuai kemampuan keuangan Daerah.

Pasal 7

(1) TPP berdasarkan prestasi kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) huruf b diberikan kepada pegawai ASN yang memiliki

prestasi kerja yang tinggi sesuai bidang keahliannya, atau inovasi dan diakui oleh pimpinan diatasnya.

(2) Besaran persentase TPP berdasarkan prestasi kerja sesuai kemampuan keuangan Daerah.

Pasal 8

(1) TPP berdasarkan kondisi kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) huruf c diberikan kepada pegawai ASN yang melaksanakan

tugas dan tanggungjawab memiliki risiko tinggi seperti risiko kesehatan, keamanan jiwa dan lainnya.

(2) Rincian kriteria TPP berdasarkan kondisi kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1), merupakan seluruh pegawai ASN yang melaksanakan tugas pada kriteria sebagai berikut :

a. pekerjaan yang berkaitan langsung dengan penyakit menular;

b. pekerjaan yang berkaitan langsung dengan bahan kimia berbahaya/

radiasi/bahan radioaktif;

c. pekerjaan yang berisiko dengan keselamatan kerja;

d. pekerjaan ini berisiko dengan aparat pemeriksa dan penegak hukum;

e. pekerjaan ini satu tingkat dibawahnya dibutuhkan analis atau jabatan yang setingkat, namun tidak ada pejabat pelaksananya; dan/ atau f. pekerjaan ini satu tingkat dibawahnya sudah didukung oleh jabatan

fungsional dan tidak ada jabatan struktural dibawahnya.

(3) Besaran persentase TPP berdasarkan kondisi kerja sesuai kemampuan keuangan Daerah.

(6)

Pasal 9

(1) TPP berdasarkan pertimbangan objektif lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) huruf d diberikan kepada pegawai ASN sepanjang diamanatkan oleh ketentuan peraturan perundang-undangan.

(2) Alokasi TPP berdasarkan pertimbangan objektif lainnya sesuai kemampuan keuangan Daerah dan karakteristik Daerah.

Pasal 10

(1) TPP tunjangan hari raya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (4) huruf a, diberikan kepada :

a. pegawai ASN yang diangkat dalam jabatan pimpinan tinggi pratama, administrator, pengawas dan pelaksana;

b. pegawai ASN yang diangkat dalam jabatan fungsional;

c. pegawai ASN yang diperbantukan, atau dipekerjakan pada instansi Pemerintah; dan

d. CPNS.

(2) TPP tunjangan hari raya sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diberikan 1 (satu) kali setahun.

(3) TPP tunjangan hari raya sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diberikan sebesar 100% (seratus per seratus) dari besaran TPP yang terima setiap bulan.

(4) Besaran dan waktu pembayaran TPP tunjangan hari raya sebagaimana dimaksud pada ayat (3), dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 11

(1) TPP ketigabelas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (4) huruf b, diberikan kepada :

a. pegawai ASN yang diangkat dalam jabatan pimpinan tinggi pratama, administrator, pengawas dan pelaksana;

b. pegawai ASN yang diangkat dalam jabatan fungsional;

c. pegawai ASN yang diperbantukan atau dipekerjakan pada Instansi Pemerintah; dan

d. CPNS.

(2) TPP ketigabelas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diberikan 1 (satu) kali setahun.

(3) TPP ketigabelas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diberikan sebesar 100% (seratus per seratus) dari besaran TPP yang terima setiap bulan.

(4) Besaran dan waktu pembayaran TPP ketigabelas sebagaimana dimaksud pada ayat (3), dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(7)

Bagian Kedua Perhitungan TPP

Paragraf 1 Umum Pasal 12 (1) TPP dihitung berdasarkan :

a. disiplin kerja; dan b. produktivitas kerja.

(2) Disiplin kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, merupakan tingkat kehadiran.

(3) Produktivitas kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, terdiri atas :

a. aktivitas harian; dan b. kinerja.

(4) Perhitungan TPP memiliki bobot :

a. kehadiran paling tinggi sebesar 30% (tiga puluh per seratus) dari nilai TPP;

b. aktivitas harian paling tinggi sebesar 50% (lima puluh per seratus) dari nilai TPP; dan

c. kinerja paling tinggi sebesar 20% (dua puluh per seratus) dari nilai TPP.

Paragraf 2 Kehadiran Pasal 13

(1) Kehadiran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (2), merupakan keberadaan pegawai ASN di tempat kerja sesuai dengan ketentuan jam kerja, atau di tempat tertentu dengan waktu yang telah ditentukan.

(2) Pegawai ASN wajib melakukan pencatatan kehadiran secara elektronik.

(3) Pencatatan kehadiran dilakukan pada : a. waktu masuk kerja dan pulang kerja;

b. upacara hari besar;

c. apel gabungan; dan

d. kegiatan Pemerintah Daerah yang memerlukan pencatatan kehadiran.

(4) Pencatatan kehadiran secara elektronik dilakukan melalui : a. mesin presensi; dan/atau

b. aplikasi.

(5) Dalam hal pencatatan kehadiran secara elektronik sebagaimana dimaksud pada ayat (4) mengalami gangguan, pencatatan kehadiran dilakukan secara manual.

(8)

(6) Dalam hal mesin presensi sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf a mengalami gangguan, kepala Perangkat Daerah, atau kepala unit pelaksana teknis Daerah membuat surat keterangan kerusakan mesin presensi.

(7) Gangguan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dan ayat (6), meliputi terjadi keadaan kahar, gangguan listrik dan gangguan teknis.

Pasal 14

(1) Pegawai ASN wajib melaporkan keterangan ketidakhadiran melalui aplikasi paling lambat pukul 24.00 WIB (dua puluh empat waktu indonesia bagian barat) pada hari ketidakhadirannya.

(2) Keterangan ketidakhadiran sebagaimana dimaksud pada ayat (1), disertai dengan dokumen pendukung antara lain :

a. foto;

b. surat keterangan sakit;

c. surat perintah tugas; dan/atau d. surat keterangan lainnya.

(3) Keterangan ketidakhadiran sebagaimana dimaksud pada ayat (2), disampaikan kepada Pejabat Penilai paling lambat 5 (lima) hari setelah hari ketidakhadiran.

(4) Keterangan ketidakhadiran wajib divalidasi oleh Pejabat Penilai paling lambat 3 (tiga) hari setelah disampaikan.

(5) Dalam hal Pejabat Penilai tidak melakukan validasi keterangan ketidakhadiran, laporan ketidakhadiran dianggap disetujui.

Pasal 15

(1) Pegawai ASN yang tidak melakukan pencatatan Kehadiran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (2), dikenakan pengurangan TPP kehadiran.

(2) Kriteria pengurangan TPP kehadiran sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi :

a. tidak hadir;

b. terlambat datang;

c. pulang cepat atau meninggalkan kantor sebelum waktunya;

d. tidak mengikuti upacara hari besar;

e. tidak mengikuti apel gabungan; dan

f. tidak mengikuti kegiatan tertentu lainnya.

(9)

(3) Dalam hal pegawai ASN melakukan pelanggaran ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) lebih dari 1 (satu) kali dalam 1 (satu) hari, dikenakan 1 (satu) pengurangan dengan bobot yang paling besar.

(4) Dikecualikan dari pengurangan TPP kehadiran sebagaimana dimaksud pada ayat (2), pegawai ASN yang memiliki jabatan dan/atau melaksanakan tugas sebagai :

a. ajudan Walikota;

b. ajudan Wakil Walikota;

c. ajudan pimpinan DPRD;

d. ajudan Sekretaris Daerah;

e. sekretaris pribadi Walikota;

f. sekretaris pribadi Wakil Walikota;

g. sekretaris pribadi pimpinan DPRD;

h. sekretaris pribadi Sekretaris Daerah;

i. pengemudi Walikota;

j. pengemudi Wakil Walikota;

k. pengemudi pimpinan DPRD;

l. pengemudi Sekretaris Daerah; dan

m. petugas hubungan masyarakat dan protokol yang sedang mendampingi Walikota, Wakil Walikota, pimpinan DPRD dan Sekretaris Daerah.

Pasal 16

Kriteria dan bobot pengurangan TPP karena tidak hadir sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (2) huruf a, terdiri atas :

a. sakit lebih dari 2 (dua) hari secara berturut-turut tanpa surat keterangan dokter dalam 1 (satu) bulan, diberikan pengurangan TPP sebesar 1% (satu per seratus) per hari; dan

b. tanpa keterangan, diberikan pengurangan TPP sebesar 3% (tiga per seratus) per hari; dan

c. tanpa keterangan lebih dari 9 (sembilan) hari, diberikan pengurangan TPP sebesar 30% (tiga per seratus).

Pasal 17

Kriteria dan bobot pengurangan TPP karena terlambat datang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (2) huruf b, terdiri atas :

a. terlambat datang sampai dengan 30 (tiga puluh) menit, diberikan pengurangan TPP sebesar 0,5% (nol koma lima per seratus) per hari;

(10)

b. terlambat datang lebih dari 30 (tiga puluh) menit sampai dengan 60 (enam puluh) menit, diberikan pengurangan TPP sebesar 1% (satu per seratus) per hari;

c. terlambat datang lebih dari 60 (enam puluh) menit sampai dengan 90 (sembilan puluh) menit, diberikan pengurangan TPP sebesar 1,25%

(satu koma dua puluh lima per seratus) per hari;

d. terlambat datang lebih dari 90 (sembilan puluh) menit, diberikan pengurangan TPP sebesar 1,5% (satu koma lima per seratus) per hari;

e. tidak melakukan pencatatan kedatangan kehadiran, diberikan pengurangan TPP sebesar 1,5% (satu koma lima per seratus) per hari.

Pasal 18

Kriteria dan bobot pengurangan TPP karena pulang cepat atau meninggalkan kantor sebelum waktunya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (2) huruf c, terdiri atas :

a. pulang cepat atau meninggalkan kantor sebelum waktunya sampai dengan 30 (tiga puluh) menit, diberikan pengurangan TPP sebesar 0,5%

(nol koma lima per seratus) per hari;

b. pulang cepat atau meninggalkan kantor sebelum waktunya lebih dari 30 (tiga puluh) menit sampai dengan 60 (enam puluh) menit, diberikan pengurangan TPP sebesar 1% (satu per seratus) per hari;

c. pulang cepat atau meninggalkan kantor sebelum waktunya lebih dari 60 (enam puluh) menit sampai dengan 90 (sembilan puluh) menit,

diberikan pengurangan TPP sebesar 1,25% (satu koma dua puluh lima per seratus) per hari; dan

d. pulang cepat atau meninggalkan kantor sebelum waktunya lebih dari 90 (sembilan puluh) menit, diberikan pengurangan TPP sebesar 1,5% (satu

koma lima per seratus) per hari.

Pasal 19

Kriteria dan bobot pengurangan TPP karena tidak mengikuti upacara hari

besar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (2) huruf d, diberikan pengurangan TPP sebesar 2% (dua per seratus) per hari.

Pasal 20

(1) Kriteria dan bobot pengurangan TPP karena tidak mengikuti Apel gabungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (2) huruf e, diberikan pengurangan TPP sebesar 2% (dua per seratus) per hari.

(11)

(2) Dikecualikan dari pengurangan TPP kehadiran sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pegawai ASN yang tidak mengikuti apel gabungan karena alasan yang sah.

(3) Alasan yang sah sebagaimana dimaksud pada ayat (2), antara lain : a. tugas kedinasan dilengkapi dengan surat perintah tugas;

b. cuti dilengkapi dengan surat ijin cuti; dan/atau c. sakit.

Pasal 21

Kriteria dan bobot pengurangan TPP karena tidak mengikuti kegiatan tertentu lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (2) huruf f,

diberikan pengurangan TPP sebesar 2% (dua per seratus) per hari.

Pasal 22

Pengurangan TPP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 sampai dengan Pasal 21, dihitung dari bobot TPP kehadiran, atau paling banyak sebesar 30%

(tiga puluh per seratus) dari nilai TPP.

Pasal 23

Pejabat Penilai dapat membatalkan pencatatan kehadiran pegawai ASN yang telah melakukan pencatatan kehadiran, tetapi tidak melaksanakan aktivitas harian.

Paragraf 3 Aktivitas Harian

Pasal 24

(1) Aktivitas harian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (3) huruf a, merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pegawai ASN yang berhubungan dengan tugas dan fungsi.

(2) Aktivitas harian terdiri atas : a. kuantitas; dan

b. waktu.

(3) Kuantitas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a, dihitung berdasarkan volume pekerjaan yang dilaksanakan pada hari dan jam kerja.

(4) Waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b, merupakan batas waktu tertinggi dalam 1 (satu) hari yang dihitung selama 330 (tiga ratus tiga puluh) menit per hari.

(12)

(5) Kuantitas dan waktu dapat diakumulasi dalam l (satu) minggu.

(6) Kuantitas dan waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (5), dapat dilakukan di luar jam kerja dengan tidak melakukan pencatatan

kehadiran.

Pasal 25

(1) Pegawai ASN wajib mengisi aktivitas harian secara elektronik.

(2) Pengisian aktivitas harian secara elektronik sebagaimana dimaksud pada ayat (1), disampaikan kepada Pejabat Penilai paling lambat 5 (lima)

hari setelah hari pelaksanaan aktivitas harian.

(3) Aktivitas harian wajib divalidasi oleh Pejabat Penilai paling lambat 3 (tiga) hari setelah disampaikan.

(4) Dalam hal Pejabat Penilai tidak melakukan validasi aktivitas harian sebagaimana dimaksud pada ayat (3), aktivitas harian dianggap disetujui.

Pasal 26

(1) Penilaian aktivitas harian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (2), dilakukan dengan menggunakan rumus perbandingan capaian waktu aktivitas harian dengan batas waktu tertinggi dikali besaran TPP.

(2) Dalam hal capaian waktu aktivitas harian melampaui batas waktu tertinggi, aktivitas harian tetap dihitung 330 (tiga ratus tiga puluh) menit.

(3) Rumus penilaian aktivitas harian sebagaimana dimaksud pada ayat (1), tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Walikota ini.

Paragraf 4 Kinerja Pasal 27

(1) Kinerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (3) huruf b, meliputi:

a. SKP; dan b. Perilaku Kerja.

(2) SKP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, terdiri atas : a. uraian tugas jabatan;

b. indikator kinerja utama;

c. perjanjian kinerja;

d. indikator kinerja individu; atau

e. target kinerja kegiatan/sub kegiatan/tolok ukur.

(13)

(3) SKP sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(4) Perilaku Kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi aspek :

a. orientasi pelayanan;

b. komitmen;

c. inisiatif kerja;

d. kerjasama; dan e. kepemimpinan.

Pasal 28

(1) Pegawai ASN wajib menyusun SKP secara elektronik.

(2) Penyusunan SKP secara elektronik sebagaimana dimaksud pada ayat (1), disampaikan kepada Pejabat Penilai paling lambat tanggal 5 bulan Januari tahun berjalan.

(3) SKP wajib divalidasi oleh Pejabat Penilai paling lambat 5 (lima) hari setelah disampaikan.

(4) Dalam hal Pejabat Penilai tidak melakukan validasi SKP sebagaimana dimaksud pada ayat (3), SKP dianggap disetujui.

(5) Dalam kondisi tertentu, SKP dapat diubah.

(6) Kondisi tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (5), meliputi : a. perubahan pemangku jabatan, atau dimutasi;

b. perubahan dalam strategi yang mempengaruhi pencapaian tujuan dan sasaran, antara lain perubahan program, kegiatan, sub kegiatan, tolok ukur dan anggaran;

c. perubahan prioritas dan asumsi yang berakibat secara signifikan dalam proses pencapaian tujuan dan sasaran;

d. perubahan dikarenakan sakit atau cuti yang waktunya lebih dari 1 (satu) bulan;

e. perubahan dikarenakan penugasan kedinasan lain yang waktunya lebih dari 1 (satu) bulan, antara lain mengikuti pendidikan dan pelatihan, tugas belajar serta penugasan mewakili Perangkat Daerah atau Pemerintah Daerah; dan/atau

f. perubahan dikarenakan terjadi keadaan kahar atau luar biasa sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 29

(1) Pegawai ASN wajib mengisi capaian SKP bulanan secara elektronik.

(2) Pengisian capaian SKP bulanan secara elektronik sebagaimana dimaksud

pada ayat (1), disampaikan kepada Pejabat Penilai paling lambat tanggal 5 bulan berikutnya.

(14)

(3) Capaian SKP bulanan wajib dinilai oleh Pejabat Penilai paling lambat 3 (tiga) hari setelah disampaikan.

(4) Dalam hal Pejabat Penilai tidak melakukan penilaian SKP bulanan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), capaian SKP bulanan dianggap disetujui.

Pasal 30

(1) Pejabat Penilai wajib melakukan penilaian Perilaku Kerja bulanan paling lambat setiap tanggal 5 bulan berikutnya.

(2) Dalam hal Pejabat Penilai tidak melakukan penilaian Perilaku Kerja bulanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), penilaian dilakukan oleh Atasan Pejabat Penilai.

Pasal 31 (1) Nilai capaian Kinerja terdiri atas :

a. nilai SKP bulanan; dan b. nilai Perilaku Kerja bulanan.

(2) Pegawai ASN yang tidak memenuhi nilai capaian Kinerja, dikenakan pengurangan TPP Kinerja.

(3) Kriteria pengurangan TPP Kinerja sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dilakukan berdasarkan nilai capaian Kinerja setiap bulan.

(4) Nilai capaian Kinerja setiap bulan dan kriteria pengurangan TPP Kinerja sebagaimana dimaksud pada ayat (3) terdiri atas :

a. nilai capaian Kinerja setiap bulan sampai dengan 50, besaran TPP sebesar 50% (lima puluh per seratus) dari nilai TPP;

b. nilai capaian Kinerja setiap bulan lebih dari 50 sampai dengan 70, besaran TPP sebesar 70% (lima puluh per seratus) dari nilai TPP;

c. nilai capaian Kinerja setiap bulan lebih dari 70 sampai dengan 90, besaran TPP Kinerja sebesar 90% (sembilan puluh per seratus) dari nilai TPP; dan

d. nilai capaian Kinerja setiap bulan lebih dari 90 sampai dengan 100, besaran TPP Kinerja sebesar 100% (seratus per seratus) dari nilai TPP.

(5) Pengurangan TPP sebagaimana dimaksud pada ayat (4), dihitung dari

bobot TPP Kinerja, atau paling banyak sebesar 20% (dua puluh per seratus) dari nilai TPP.

(15)

Bagian Ketiga Besaran TPP

Pasal 32

(1) Besaran nilai TPP didasarkan pada parameter : a. kelas jabatan;

b. indeks kapasitas fiskal Daerah;

c. indeks kemahalan konstruksi; dan

d. indeks penyelenggaraan Pemerintah Daerah.

(2) Besaran nilai TPP sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan dengan Keputusan Walikota.

Bagian Keempat Pembayaran TPP

Pasal 33 (1) TPP dibayarkan pada bulan berikutnya.

(2) TPP pada bulan Januari dibayarkan berdasarkan perhitungan bulan Desember tahun sebelumnya.

(3) TPP dibayarkan terhitung setelah pegawai ASN melaksanakan tugas.

(4) Dalam hal PNS mutasi masuk ke Pemerintah Daerah, pembayaran TPP diberikan setelah 1 (satu) bulan mendapatkan penilaian dari Pejabat Penilai.

(5) Penilaian sebagaimana dimaksud pada ayat (4), paling lambat dilakukan mulai tanggal 1 bulan berikutnya.

(6) TPP dibayarkan melalui rekening ASN.

Pasal 34

(1) Pegawai ASN yang tidak mengisi aplikasi sampai dengan batas waktu yang ditentukan, mendapat TPP sebesar nilai pada aplikasi pada bulan berkenaan.

(2) Pejabat yang membidangi keuangan pada Perangkat Daerah, mengajukan pembayaran TPP berdasarkan pegawai ASN yang telah mengisi aplikasi sampai dengan batas waktu yang ditentukan.

Pasal 35

(1) Pembayaran TPP dihentikan, apabila pegawai ASN : a. mutasi keluar Daerah;

b. meninggal dunia;

c. pensiun; dan

d. diberhentikan dari ASN.

(2) Penghentian TPP sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terhitung mulai tanggal berlakunya surat keterangan/keputusan, atau paling lambat awal bulan berikutnya tanggal penetapan surat keterangan/keputusan.

(16)

BAB III

PEGAWAI ASN YANG DIBERIKAN TAMBAHAN, TIDAK DIBERIKAN, YANG DIBERIKAN SEBAGIAN, DAN TIDAK DIKENAKAN PENGURANGAN TPP

Bagian Kesatu

Pegawai ASN Yang Diberikan Tambahan TPP Pasal 36

(1) Pegawai ASN yang diberi tugas tambahan sebagai penjabat, pelaksana tugas, atau pelaksana harian yang menjabat dalam waktu paling singkat 1 (satu) bulan diberikan TPP dengan ketentuan :

a. pejabat atasan langsung, atau atasan tidak langsung yang merangkap sebagai penjabat, pelaksana tugas, atau pelaksana harian menerima TPP sesuai jabatan definitifnya, ditambah 20% (dua puluh per seratus) dari TPP pada Jabatan yang dirangkapnya;

b. pejabat setingkat yang merangkap sebagai penjabat, pelaksana tugas, atau pelaksana harian menerima TPP sesuai jabatan definitifnya, ditambah 20% (dua puluh per seratus) dari TPP yang lebih rendah diantara jabatan definitif, atau jabatan yang dirangkapnya; dan

c. pelaksana atau pejabat satu tingkat dibawah pejabat definitif yang merangkap sebagai penjabat, pelaksana tugas, atau pelaksana harian menerima TPP pada jabatan yang nilai TPP nya lebih tinggi.

(2) TPP tambahan pegawai ASN yang merangkap sebagai penjabat, pelaksana tugas, atau pelaksana harian, dibayarkan terhitung mulai tanggal menjabat sebagai penjabat, pelaksana tugas, atau pelaksana harian.

Pasal 37

(1) Pelaksana yang menjabat lebih dari 1 (satu) nomenklatur jabatan, hanya diberikan TPP terhadap 1 (satu) jenis nomenklatur jabatan.

(2) Nomenklatur jabatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), berpedoman pada ketentuan peraturan perundang- undangan.

Bagian Kedua

Pegawai ASN Yang Tidak Diberikan TPP Pasal 38

(1) Pegawai ASN yang tidak diberikan TPP terdiri atas :

a. pegawai ASN yang tidak memiliki tugas, jabatan, dan/atau pekerjaan tertentu pada Perangkat Daerah;

b. pegawai ASN yang diberhentikan untuk sementara, atau dinonaktifkan;

(17)

c. pegawai ASN yang diberhentikan dengan hormat, atau tidak dengan hormat;

d. pegawai ASN yang diperbantukan atau dipekerjakan pada instansi/lembaga Negara dan/atau lembaga lainnya di luar Pemerintah Daerah; dan

e. pegawai ASN yang diberikan cuti di luar tanggungan negara atau dalam bebas tugas unuk menjalani masa persiapan pensiun.

(2) Dikecualikan terhadap pegawai ASN yang tidak diberikan TPP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, pegawai ASN yang diperbantukan atau dipekerjakan pada sekretariat komisi pemilihan umum Daerah dan satuan pendidikan non negeri.

Bagian Ketiga

Pegawai ASN Yang Diberikan Sebagian TPP Pasal 39

(1) Pegawai ASN yang diberikan sebagian TPP, meliputi : a. pegawai ASN yang mengambil cuti tahunan;

b. pegawai ASN yang mengambil cuti besar;

c. pegawai ASN yang mengambil cuti sakit;

d. pegawai ASN yang mengambil cuti melahirkan; dan

e. pegawai ASN yang mengambil cuti karena alasan penting.

(2) Pegawai ASN yang mengambil cuti sebagaimana dimaksud pada ayat (1), mendapatkan TPP sebesar bobot pencatatan kehadiran dan nilai capaian Kinerja.

(3) Dikecualikan terhadap pegawai ASN yang diberikan sebagian TPP sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi :

a. PNS yang melaksanakan tugas belajar; dan

b. pegawai ASN yang melaksanakan pendidikan dan pelatihan.

(4) PNS yang melaksanakan tugas belajar sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a, dapat diberikan TPP tugas belajar.

Bagian Keempat

Pegawai ASN Yang Tidak Dikenakan Pengurangan TPP Pasal 40

Pegawai ASN yang menduduki jabatan fungsional guru, atau melaksanakan tugas guru, tidak dikenakan pengurangan TPP.

(18)

BAB IV PEMBIAYAAN

Pasal 41

(1) TPP dibebankan pada anggaran pendapatan dan belanja Daerah.

(2) TPP pegawai ASN yang diperbantukan atau dipekerjakan pada instansi selain Perangkat Daerah, dianggarkan pada :

a. Sekretariat Daerah bagi PNS yang diperbantukan pada sekretariat komisi pemilihan umum Daerah; dan

b. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan bagi PNS yang diperbantukan pada satuan pendidikan dasar non negeri dan atau satuan pendidikan menengah pertama non negeri.

(3) TPP yang terutang atas penghasilan tetap dan teratur dikenakan pajak penghasilan.

(4) Pajak penghasilan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), dibebankan pada anggaran pendapatan dan belanja Daerah.

BAB V

PEMANTAUAN DAN EVALUASI Pasal 42

(1) Walikota melakukan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan TPP.

(2) Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan TPP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh tim.

(3) Tim sebagaimana dimaksud pada ayat (2) memiliki tugas pokok memantau, dan mengevaluasi pelaksanaan TPP.

(4) Tim sebagaimana dimaksud pada ayat (3) paling sedikit terdiri atas : a. Pejabat dari Perangkat Daerah yang membidangi pengelolaan

keuangan Daerah;

b. Pejabat dari Perangkat Daerah yang membidangi kepegawaian;

c. Pejabat dari Perangkat Daerah yang membidangi perencanaan;

d. Pejabat dari Perangkat Daerah yang membidangi pengawasan;

e. Pejabat dari unit kerja yang membidangi organisasi; dan f. Pejabat dari unit kerja yang membidangi hukum.

(5) Tim sebagaimana dimaksud pada ayat (4) ditetapkan dengan Keputusan Walikota.

(6) Tim dapat dibantu oleh sekretariat yang berkedudukan pada Perangkat Daerah yang membidangi kepegawaian.

(19)

Pasal 43

(1) Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan TPP dilakukan untuk memberikan informasi mengenai kondisi dan permasalahan dari pelaksanaan TPP.

(2) Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan TPP sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan dengan cara antara lain penyusunan pedoman,

permintaan data/informasi kepada Perangkat Daerah, dan melakukan survei kepada pegawai ASN.

BAB VI LARANGAN

Pasal 44

(1) Pegawai ASN dilarang menyalahgunakan kebijakan TPP yang dilakukan sendiri, atau dengan bantuan pihak lain.

(2) Bentuk penyalahgunaan kebijakan TPP sebagaimana dimaksud pada ayat (1), antara lain :

a. memanipulasi/menyiasati aplikasi;

b. menggunakan, atau menyuruh pihak lain untuk melakukan presensi;

c. manipulasi kinerja; dan

d. melakukan kolusi dalam penilaian kinerja antar pegawai ASN.

(3) Bentuk temuan mengenai penyalahgunaan kebijakan TPP sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dapat diperoleh melalui :

a. temuan/laporan atasan langsung;

b. temuan Perangkat Daerah yang membidangi kepegawaian;

c. temuan/laporan hasil pemeriksaan/pengawasan; dan/atau d. temuan tim pemantauan dan evaluasi pelaksanaan TPP.

BAB VII

SANKSI ADMINISTRATIF Pasal 45

Pegawai ASN yang melanggar ketentuan Pasal 13 ayat (2), Pasal 14 ayat (1)

dan ayat (4), Pasal 25 ayat (1) dan ayat (3), Pasal 28 ayat (1) dan ayat (3), Pasal 29 ayat (1) dan ayat (3), Pasal 30 ayat (1), serta Pasal 44 ayat (1), dapat dikenakan sanksi administratif berupa :

a. teguran lisan;

b. peringatan tertulis;

c. penundaan pembayaran TPP;

d. pengurangan TPP; dan e. tidak diberikan TPP.

(20)

Pasal 46

(1) Pegawai ASN pada Perangkat Daerah dapat diberikan sanksi administratif berupa pengurangan, atau tidak diberikan TPP, apabila :

a. tidak memenuhi capaian realisasi fisik atau keuangan;

b. tidak memenuhi capaian target program rencana pembangunan jangka menengah Daerah;

c. mendapatkan nilai rendah berdasarkan hasil penilaian dari Pemerintah; dan

d. tindak lanjut hasil pemeriksaan.

(2) Capaian realisasi fisik atau keuangan, capaian target program rencana pembangunan jangka menengah Daerah, penilaian dari Pemerintah, dan tindak lanjut hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dinilai setiap akhir tahun.

(3) Indikator sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung secara akumulasi dengan bobot :

a. capaian realisasi fisik atau keuangan sebesar 50 (lima puluh);

b. capaian target program rencana pembangunan jangka menengah daerah sebesar 20 (dua puluh);

c. mendapatkan nilai rendah berdasarkan hasil penilaian dari Pemerintah sebesar 15 (lima belas); dan

d. tindak lanjut hasil pemeriksaan sebesar 15 (lima belas).

(4) Sanksi administratif berupa pengurangan, atau tidak diberikan TPP sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dikenakan pada bulan berikutnya.

BAB VIII

KETENTUAN LAIN-LAIN Pasal 47

(1) Dalam hal kondisi keuangan Daerah tidak memungkinkan untuk membayar TPP secara penuh, Walikota dapat memberikan pengurangan besaran nilai TPP yang diterima Pegawai ASN.

(2) Pengurangan persentase besaran nilai TPP sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan dengan Keputusan Walikota.

(21)

Pasal 48

(1) Validasi keterangan ketidakhadiran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (4), pembatalan pencatatan kehadiran sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 23, validasi aktivitas harian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (3), validasi SKP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (3), penilaian capaian SKP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat (3), dan penilaian Perilaku Kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (1) dilaksanakan oleh atasan langsung, atau pejabat yang diberikan kewenangan.

(2) Dikecualikan dilakukan oleh atasan langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (1), bagi pejabat yang terdiri atas :

a. Sekretaris Daerah melakukan validasi dan penilaian untuk Staf Ahli Walikota; dan

b. Asisten sesuai perumpunan melakukan validasi dan penilaian untuk kepala Perangkat Daerah.

BAB IX

KETENTUAN PENUTUP Pasal 49

Pada saat Peraturan Walikota ini mulai berlaku, Peraturan Walikota Tangerang Selatan Nomor 5 Tahun 2018 tentang Pemberian Tambahan

Penghasilan Pegawai Negeri Sipil Dan Calon Pegawai Negeri Sipil Di Lingkungan Pemerintah Kota Tangerang Selatan (Berita Daerah Kota Tangerang Selatan Tahun 2018 Nomor 5) sebagaimana telah beberapa

kali diubah, terakhir dengan Peraturan Walikota Tangerang Selatan Nomor 58 Tahun 2020 tentang Perubahan Ketujuh Atas Peraturan Walikota

Nomor 5 Tahun 2018 tentang Pemberian Tambahan Penghasilan Pegawai

Negeri Sipil Dan Calon Pegawai Negeri Sipil Di Lingkungan Pemerintah Kota Tangerang Selatan (Berita Daerah Kota Tangerang Selatan Tahun 2020

Nomor 58) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

(22)
(23)

Referensi

Dokumen terkait

Tuturan pada contoh (27) di atas termasuk dalam kategori tindak ilokusi komisif, karena tuturan tersebut mengikat penutur untuk melakukan sesuatu seperti yang telah diujarkanya,

(3) Dalam hal Aparatur Negara dan pensiunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), menerima lebih dari 1 (satu) Tunjangan Hari Raya dan Gaji

Pemilihan merupakan proses kegiatan sejak dari meninjau masalah kesehatan yang terjadi di rumah sakit, identifikasi pemilihan terapi, bentuk dan dosis, menentukan kriteria

Permintaan akan produk air isi ulang pada lokasi baru ini diperkirakan akan lebih tinggi dari lokasi yang lama, karena lokasi baru merupakan jalan akses masuk pada perumahan

Daun jeruk purut (Citrus hystrix D. C.) adalah tanaman dari suku jeruk yang umumnya digunakan sebagai penambah cita rasa pada makanan dan minuman. Tanaman ini merupakan tanaman

Penyampaian permohonan hak akses sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) dan formulir nama dan jabatan Petugas Pelapor, Petugas Penghubung, dan

Dalam organisasi, setiap karyawan telah memiliki perannya masing- masing sesuai dengan tugasnya seperti yang diharapkan atasan.. tanpa menimbulkan masalah. Fungsi peran yang

Selain itu, menurut Lupton (2010) two-column grid efektif digunakan untuk membuat desain layout yang sederhana, two- column grid lebih fleksibel untuk mendesain sebuah layout