• Tidak ada hasil yang ditemukan

APLIKASI THEORY OF PLANNED BEHAVIOR PADA INTENSI MAHASISWA UNTUK BERWIRAUSAHA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "APLIKASI THEORY OF PLANNED BEHAVIOR PADA INTENSI MAHASISWA UNTUK BERWIRAUSAHA"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

APLIKASI THEORY OF PLANNED BEHAVIOR PADA INTENSI MAHASISWA UNTUK BERWIRAUSAHA

Burhanudin

Burhanudin_ujb@yahoo.co.id Fakultas Ekonomi Universitas Janabadra

ABSTRACT

The purpose of this study was: (1) To determine the influence of attitude toward the behavior on the intention of university students to become entrepreneurs; (2) To determine the influence of subjective norms to the intention of university students to become entrepreneurs; (3) To determine the influence of perceived behavioral control to the intention of university students to become entrepreneurs; and (4) To determine the influences of attitude toward the behavior, subjective norms, and perceived behavioral control to the intention of university students to become entrepreneurs.

The sample size was 100 respondents of university students in the Faculty of Economics, University of Janabadra Yogyakarta. Data analysis used multiple linear regression. Hypothesis testing used t- and F- tests. Results showed that the attitude towards the behavior influenced positively to the intention of students to become entrepreneurs, subjective norms influenced positively to the intention of students to become entrepreneurs, and perceived behavioral control influenced positively to the intention of students to become entrepreneurs.

To determine the ability of the independent variables in explaining the dependent variables, then it was used the coefficient of determination (R2). Based on the analysis results, the magnitude of the coefficient of determination was 0.433. It pointed out that 43.3% of the intention variation to become enterpreneurs was explained by the variable of attitude toward the behavior, subjective norms, and perceived behavioral control. As for the remaining of 56.7% was explained by other variables outside the model of this study.

Keywords: attitude toward the behavior, subjective norm, perceived behavioral control, dan intensi berwirausaha

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Penelitian

Masalah pengangguran merupakan masalah yang dihadapi oleh semua negara berkembang termasuk negara Indonesia.

Menurut Badan Pusat Statistik, jumlah pengangguran terbuka berdasar tingkat pendidikan sampai dengan bulan Februari 2013 sebanyak 7.170.523 orang, meliputi

lulusan sekolah dasar (SD) sebanyak 1.421.653 orang, lulusan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) sebanyak 1.822.395 orang, lulusan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) umum sebanyak 1.841.545 orang, lulusan SLTA kejuruan sebanyak 847.052 orang, lulusan diploma/Akademi sebanyak 192.762 orang, dan lulusan universitas

(2)

sebanyak 421.717 orang (www.bps.

go.id). Banyaknya pengangguran dari kalangan terdidik merupakan fenomena yang semakin mengkawatirkan, karena lapangan kerja yang tersedia semakin terbatas (http://ekonomi.kompasiana.

com/wirausaha/2010/12/16/semakin- tinggi-pendidikan-semakin-sulit-jadi- pengusaha-325181.html).

Salah satu upaya pemerintah yang dilakukan melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan adalah program mahasiswa wirausaha (PMW).

PMW ini bertujuan untuk memberikan bekal pengetahuan, keterampilan dan sikap atau jiwa wirausaha (entrepreneurship) berbasis iptek pada para mahasiswa agar mengubah pola pikir (mindset) dari pencari kerja (job seeker) menjadi pencipta lapangan pekerjaan (job creator) serta menjadi pengusaha yang tangguh dan sukses dalam menghadapi persaingan global (Pedoman Program Mahasiswa Wirausaha, 2013).

Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) menargetkan pada tahun 2014 ini jumlah wirausaha nasional menjadi 2 persen dari jumlah penduduk secara nasional. Tantangan utama Gerakan Kewirausahaan Nasional (GKN) adalah pola pikir masyarakat Indonesia yang memandang rendah pekerjaan sebagai wirausaha. Program GKN ditujukan untuk mengurangi jumlah pengangguran dan meningkatkan semangat dan jiwa kewirausahaan bagi masyarakat, khususnya generasi muda dari kalangan terdidik jenjang sarjana.

Meskipun sarjana yang berpendidikan diploma maupun sarjana S-1 masih banyak yang masih menganggur (http://

publikasi.menkokesra.go.id/wartakesra).

Lulusan perguruan tinggi yang berminat menjadi wirausaha hanya sekitar 6,4 persen dan lulusan tingkat SLTA

sebesar 22,4 persen, sedangkan potensi pemuda untuk menjadi wirausaha relatif masih besar, dimana tingkat kelulusan Strata- I mencapai 300 ribu orang dan SLTA mencapai 2,5 juta orang per tahun.

Selanjutnya era perdagangan bebas atau liberalisasi sektor jasa akan dimulai tanggal 31 Desember 2015 sehingga dalam kerangka Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015 potensi wirausaha masih harus terus ditingkatkan (http://

www.jurnas.com/news/ 92031).

Beberapa studi menggunakan TPB untuk mengetahui niat berwirausaha pada mahasiswa (Autio et al., 2001;

Gelderen et al., 2008; Tjahjono & Ardi, 2008; Rahayu et al., 2011; Astuti &

Martdianty, 2012; Miralles & Riverola, 2012). Demikian pula Wijaya (2009) menguji sikap entrepreneurial, norma subjektif, dan self efficacy terhadap perilaku entrepreneurial melalui niat.

Dalam TPB ditunjukkan bahwa secara konseptual niat berperilaku dapat dipengaruhi oleh sikap terhadap perilaku, faktor sosial, dan tingkat kontrol perilaku yang dirasakan (Ajzen, 1991; 2002).

Dengan demikian jumlah pengangguran terdidik yang sangat besar ini diharapkan dapat dikurangi dengan mendorong para mahasiswa untuk menjadi wirausaha.

2. Rumusan Masalah

Dari uraian di atas maka masalah pokok dalam penelitian ini adalah:

a. Apakah sikap terhadap perilaku (attitude toward the behavior) berpengaruh positif terhadap intensi mahasiswa menjadi pengusaha?

b. Apakah norma subjektif (subjective norm) berpengaruh positif terhadap intensi mahasiswa untuk menjadi pengusaha?

c. Apakah kontrol keperilakuan yang dirasakan (perceived behavioral control) berpengaruh positif terhadap

(3)

intensi mahasiswa untuk menjadi pengusaha?

d. Apakah sikap terhadap perilaku, norma subjektif, dan kontrol keperilakuan yang dirasakan berpengaruh positif terhadap intensi mahasiswa untuk menjadi pengusaha?

TINJAUAN TEORI

1. Pengertian dan Karakteristik Wirausaha

Menurut Hisrich, D. Robert, wirausaha adalah seseorang yang membawa sumberdaya, pekerja, material dan aset lain menjadi suatu kombinasi yang membuat mereka memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan sebelumnya. Definisi lain menyatakan wirausaha adalah seseorang yang mampu melakukan inovasi dan perubahan (Suhardi, 2011). Selanjutnya wirausaha juga didefinisikan sebagai seseorang yang memiliki kemampuan dan sikap mandiri, kreatif, ulet, inovatif, berpandangan jauh ke depan, mengambil risiko serta tetap memperhatikan kepentingan orang lain dalam bidangnya (As’ad, 2000).

Wirausaha (entrepreneur) adalah seseorang yang memulai dan atau mengoperasikan bisnis. Wirausaha mendorong terjadinya perubahan, inovasi, dan kemajuan perekonomian.

Mereka adalah orang-orang yang memiliki kemampuan untuk mengambil risiko dan mempercepat pertumbuhan ekonomi. Berbagai kegiatan wirausaha memberikan berbagai imbalan potensial seperti laba, kebebasan, dan kepuasan hidup. Selain itu, seorang wirausaha juga menghadapi berbagai tantangan yang cukup melelahkan. Oleh sebab itu seorang wirausaha harus siap bekerja keras, mengelola tekanan emosional dan risiko, yang memerlukan komitmen

dan pengorbanan agar dapat menikmati imbalan berwirausaha.

Seorang wirausaha memiliki beberapa karakteristik yaitu memiliki kebutuhan akan keberhasilan tinggi, keinginan untuk mengambil risiko, memiliki rasa percaya diri, dan memiliki keinginan yang kuat untuk berbinis (Longenecker et al., 2001). Seorang wirausaha juga memiliki ciri antara lain rasa percaya diri dan mampu bersikap positif terhadap diri dan lingkungannya, berperilaku sebagai pemimpin, memiliki inisiatif, keuletan, kegigihan, dan dorongan untuk berprestasi, reaktif dan inovatif, mampu bekerja keras, berpandangan luas dan memiliki visi ke depan, berani mengambil risiko yang diperhitungkan, serta tanggap terhadap saran dan kritik (Pedoman Program Mahasiswa Wirausaha, 2013).

2. Proses Kewirausahaan

Proses yang mendorong seseorang untuk berwirausaha antara lain keinginan untuk berprestasi, sifat pemasaran, keberanian menanggung risiko, pendidikan, dan pengalaman. Sedangkan faktor-faktor yang mendorong seseorang untuk berwirausaha adalah: (1) Faktor lingkungan seperti peluang, pengalaman, dan kreativitas; (2) Faktor pemicu, antara lain ketidakpuasan dengan pekerjaan sekarang, terjadinya pemutusan hubungan kerja, belum mendapatkan pekerjaan baru, dan minat terhadap bisnis karena orang tua atau saudara juga memiliki bisnis; dan (3) Proses atau tahap pelaksanaan.

Proses atau tahap kewirausahaan dibedakan menjadi proses awal dan proses pertumbuhan. Pada proses awal, ditandai dengan adanya kesiapan mental, adanya komitmen yang tinggi terhadap bisnis, dan ada visi untuk mencapai tujuan.

Sedangkan pada proses pertumbuhan, ditandai dengan adanya pembentukan

(4)

tim kerja yang kompak, strategi usaha yang mantap, ada produk yang dapat dibanggakan, ada struktur dan budaya yang mantap, serta kebijakan pemerintah yang mendukung.

Proses kewirausahaan diawali dengan adanya inovasi. Inovasi adalah kegiatan kreatif untuk menciptakan suatu konsep baru dan keperluan baru guna mewujudkan dan mengimplementasikan kesuksesan bisnis. Inovasi merupakan fungsi kewirausahaan yang membawa sumberdaya dengan kapasitas baru untuk menciptakan kesejahteraan. Hal penting dari inovasi adalah gagasan, penerapan, dan kegunaan. Inovasi juga dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal (Basrowi, 2011).

3. Intensi Berwirausaha

Intensi atau niat diasumsikan menangkap faktor-faktor motivasional yang mempengaruhi perilaku. Faktor- faktor itu adalah seberapa keras orang bersedia untuk berusaha, seberapa banyak upaya yang direncanakan untuk dikerahkan dalam berperilaku. Intensi individu untuk berperilaku tertentu, merupakan faktor sentral dalam Theory of Planned Behavior (TPB). Semakin kuat intensi untuk terlibat dalam suatu perilaku, maka semakin besar kemungkinan kinerjanya (Ajzen, 1991).

Intensi atau niat berwirausaha banyak dipelajari oleh para peneliti di bidang ekonomi, manajemen, sosiologi, psikologi, dan antropologi karena penting bagi pembangunan ekonomi dengan cara menciptakan lapangan kerja dan kekayaan (wealth). Penelitian mengenai intensi berwirausaha mencakup faktor- faktor yang mempengaruhi intensi berwirausaha seperti pendidikan dan pelatihan, ciri-ciri kepribadian, perceived feasibility, gender, agama, usia, budaya, dan etnis (Samuel et al., 2013).

Teori terjadinya wirausaha (the theory of the entrepreneurial event) menunjukkan bahwa penciptaan perusahaan sebagai akibat dari interaksi antara faktor-faktor kontekstual, yang akan bertindak melalui pengaruh mereka terhadap persepsi individu. Pertimbangan memilih berwirausaha merupakan konsekuensi dari beberapa perubahan eksternal sebagai a precipitating event.

Jawaban seseorang terhadap peristiwa eksternal tergantung pada persepsi mereka tentang alternatif yang tersedia.

Terdapat dua dasar jenis persepsi yaitu: (a) Perceived desirability mengacu pada sejauhmana seseorang merasa tertarik terhadap perilaku tertentu (untuk menjadi seorang pengusaha); dan (b) Perceived feasibility yang didefinisikan sebagai sejauhmana seseorang meng- anggap diri mereka secara pribadi mampu melaksanakan perilaku tersebut.

Kehadiran model peran, mentors atau partners akan menjadi unsur yang menentukan dalam membangun tingkat kelayakan individu. Kedua persepsi tersebut pada gilirannya akan ditentukan oleh faktor-faktor budaya dan sosial melalui pengaruh mereka pada sistem nilai individu. Oleh karena itu kondisi eksternal tidak akan menentukan perilaku secara langsung, melainkan akan menjadi hasil (sadar atau tidak sadar) analisis yang dilakukan oleh orang tentang keinginan (desirability) dan kelayakan (feasibility) dari alternatif yang mungkin berbeda dalam situasi (Linan, 2004).

4. Theory of Planned Behavior (TPB) TPB merupakan perluasan dari teori tindakan beralasan (theory of reasoned action - TRA) (Fishbein &

Ajzen, 1975; Ajzen & Fishbein, 1980 dikutip oleh Ajzen, 1991) yang dibuat karena keterbatasan model awal dalam menangani perilaku di mana orang

(5)

tidak memiliki kehendak kendali penuh (volitional control). Seperti dalam TRA, faktor sentral dalam TPB adalah intention atau niat individu untuk melakukan perilaku tertentu.

Intensi perilaku dapat ditemukan tandanya dalam perilaku hanya jika perilaku tersebut berada di bawah kontrol kehendak, yaitu jika seseorang dapat memutuskan menurut kehendaknya untuk melakukan atau tidak melakukan perilaku.

Meskipun beberapa perilaku mungkin sebenarnya memenuhi persyaratan ini dengan cukup baik, kinerja sebagian besar tergantung setidaknya sampai tingkat tertentu pada faktor-faktor non motivasi seperti ketersediaan peluang dan sumberdaya yang diperlukan (misalnya, waktu, uang, keterampilan, kerja sama orang lain dan sebagainya). Secara kolektif, faktor-faktor ini merupakan kontrol manusia yang sebenarnya atas perilaku. Sejauh seseorang memiliki kesempatan dan sumberdaya yang diperlukan, dan memiliki intensi untuk melakukan perilaku, sudah pasti seseorang berhasil dalam melakukannya.

TPB mempostulasikan tiga faktor penentu niat yang secara konseptual berdiri sendiri. Pertama adalah sikap terhadap perilaku yang mengacu pada sejauhmana seseorang memiliki evaluasi yang mendukung atau tidak mendukung atau penilaian dari perilaku yang bersangkutan (Ajzen, 1991). Sikap terhadap perilaku merupakan evaluasi keseluruhan seseorang melakukan perilaku yang bersangkutan (Ajzen, 2002).

Prediktor kedua adalah faktor sosial yang disebut norma subjektif yang mengacu pada tekanan sosial yang dirasakan untuk melakukan atau tidak melakukan perilaku. Anteseden ketiga adalah tingkat kontrol perilaku yang dirasakan yang mengacu pada persepsi kemudahan atau kesulitan untuk melakukan perilaku dan

diasumsikan mencerminkan pengalaman masa lalu serta antisipasi hambatan dan rintangan (Ajzen, 1991).

Pada umumnya, semakin men- dukung sikap dan norma subjektif dan semakin besar kontrol perilaku yang dirasakan, maka semakin kuat intensi seseorang untuk melakukan perilaku yang bersangkutan. Semua prediktor dalam TPB dapat dinilai secara langsung, dengan meminta responden untuk menilai masing-masing prediktor menurut serangkaian skala. Selain itu, sikap terhadap perilaku, norma subjektif, dan kontrol perilaku yang dirasakan dapat diukur secara tidak langsung, atas dasar keyakinan yang sesuai (Ajzen, 2002).

5. Penelitian Terdahulu

Autio et al. (2001) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi niat kewirausahaan di kalangan mahasiswa dengan menggunakan TPB yang melibatkan beberapa negara dengan budaya yang berbeda yaitu Finlandia (Helsinki University of Technology), Swedia (Linkoping University), USA (Stanford University and University of Colorado, Colorado Springs), dan Inggris (London Business School). Hasilnya perceived behavioural control muncul sebagai penentu paling penting dari intensi berwirausaha.

Selanjutnya studi Gelderen et al. (2008) dengan TPB tentang niat berwirausaha pada mahasiswa menunjukkan bahwa niat dianggap sebagai akibat dari sikap, perceived behavioural control, dan norma subjektif.

Hasilnya menyatakan bahwa variabel paling penting yang menjelaskan niat berwirausaha adalah kesiapan berwirausaha (entrepreneurial alertness) dan the importance attached to financial security.

(6)

Tjahjono & Ardi (2008) juga meneliti niat mahasiswa menjadi wirausaha dengan menginvestigasi apakah sikap, norma subjektif, dan kontrol perilaku yang dirasakan (perceived behavior control) merupakan prediktor niat untuk menjadi wirausaha. Hasilnya menunjukkan bahwa sikap, norma subjektif, dan kontrol perilaku yang dirasakan secara simultan berpengaruh pada niat mahasiswa jurusan Manajemen Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) untuk menjadi wirausaha. Selanjutnya sikap dan kontrol perilaku yang dirasakan berpengaruh secara signifikan pada niat mahasiswa untuk berwirausaha, sedangkan norma subjektif tidak berpengaruh secara signifikan pada niat mahasiswa untuk berwirausaha.

Studi Wijaya (2009) menguji model perilaku entreprenurial pada 344 pengusaha kecil menengah di DIY dan Jawa Tengah. Hasilnya menunjukkan model fit bahwa sikap entrepreneurial, norma subjektif, dan self efficacy berpengaruh terhadap perilaku entrepreneurial melalui niat. Self efficacy secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap perilaku entrepreneurial dan niat entrepreneurial.

Studi Rahayu et al. (2011) tentang intensi berwirausaha mahasiswa baru dengan menggunakan TPB menunjukkan bahwa intensi mahasiswa untuk menjadi wirausaha cukup tinggi. Semakin positif sikap pribadi mahasiswa terhadap profesi pengusaha, maka semakin tinggi intensi untuk berwirausaha. Variabel norma subjektif tidak berpengaruh langsung terhadap intensi berwirausaha, tetapi berpengaruh positif melalui sikap pribadi dan perceived behavioral control.

Studi Astuti & Martdianty (2012) terhadap intensi mahasiswa dalam berwirausaha dengan menggunakan TPB menunjukkan bahwa Model TPB secara signifikan memprediksi intensi

berwirausaha mahasiswa di Indonesia, khususnya mahasiswa di enam perguruan tinggi negeri yang dipilih dalam penelitian ini. Mahasiswa dengan sikap kewirausahaan yang lebih tinggi (yaitu ditantang untuk menjadi lebih sukses dan memiliki kesempatan untuk menerapkan impian dan ide mereka), perceived behavioral control (yaitu mereka suka membuat sesuatu yang berbeda dan mereka dianggap memiliki banyak ide- ide inovatif), dan norma subjektif (yaitu memiliki keluarga dan teman-teman yang mendukung mereka untuk menjadi pengusaha) memiliki niat yang lebih besar untuk menjadi wirausaha. Selanjutnya norma subjektif adalah variabel yang paling signifikan memprediksi intensi berwirausaha.

Demikian juga studi Miralles &

Riverola (2012) tentang niat berwirausaha dengan menggunakan TPB menunjukkan bahwa niat berwirausaha dipengaruhi oleh sikap pribadi dan perceived behavioural control, sebaliknya norma subjektif tidak mempengaruhi niat berwirausaha.

Pengusaha baru memberikan pandangan yang lebih luas mengenai bagaimana niat terbentuk.

6. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

Hipotesis 1: sikap terhadap perilaku berpengaruh positif terhadap intensi mahasiswa menjadi pengusaha.

Hipotesis 2: norma subjektif berpengaruh positif terhadap intensi mahasiswa untuk menjadi pengusaha.

Hipotesis 3: kontrol keperilakuan yang dirasakan berpengaruh positif terhadap intensi mahasiswa untuk menjadi pengusaha.

(7)

Hipotesis 4: Sikap terhadap perilaku, norma subjektif, dan kontrol keperilakuan yang dirasakan berpengaruh positif terhadap intensi mahasiswa untuk menjadi pengusaha.

METODE PENELITIAN 1. Populasi dan Sampel

Populasi penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Janabadra (FE UJB). Ukuran sampel ditentukan dengan mengacu pada pendapat Roscoe yang dikutip oleh Sekaran (2006) bahwa ukuran sampel lebih dari 30 dan kurang dari 500 adalah tepat untuk kebanyakan penelitian.

Berdasarkan pendapat Roscoe tersebut, maka ukuran sampel dalam penelitian ini ditetapkan 100 orang responden. Adapun kriteria responden adalah mahasiswa laki-laki atau perempuan dan berstatus aktif sebagai mahasiswa FE UJB.

2. Variabel Penelitian dan Peng- ukuran Variabel

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel dependent yaitu sikap terhadap perilaku, norma subjektif, dan kontrol perilaku yang dirasakan.

Sedangkan variabel independent adalah intensi berwirausaha.

1) Intensi berwirausaha diasum- sikan menangkap faktor-faktor motivasi yang mempengaruhi perilaku. Faktor-faktor itu adalah seberapa keras orang bersedia untuk berusaha, seberapa banyak upaya yang direncanakan untuk dikerahkan dalam berperilaku (Ajzen, 1991). Intensi berwirausaha menunjukkan upaya bahwa orang tersebut akan melakukan

perilaku berwirausaha (Linan, 2008). Intensi berwirausaha dalam penelitian ini adalah intensi untuk menjadi seorang pengusaha. Intensi berwirausaha diukur dengan 6 item pertanyaan.

2) Sikap terhadap perilaku mengacu pada sejauhmana seseorang memiliki evaluasi yang mendukung atau tidak mendukung atau penilaian terhadap perilaku yang bersangkutan (Ajzen, 1991).

Sikap terhadap perilaku dalam penelitian ini mengacu pada tingkat dimana seseorang akan memberikan penilaian positif atau negatif tentang seseorang menjadi pengusaha (Linan, 2008). Sikap terhadap perilaku diukur dengan menggunakan 5 item pertanyaan.

3) Norma subjektif mengacu pada tekanan sosial yang dirasakan untuk melakukan atau tidak melakukan perilaku (Ajzen, 1991). Norma subjektif mengacu pada tekanan sosial yang dirasakan untuk melakukan perilaku atau tidak melakukan perilaku berwirausaha. Norma subjektif dalam penelitian ini mengacu pada tekanan sosial yang dirasakan untuk menjadi pengusaha atau tidak menjadi pengusaha. Norma subjektif diukur dengan 3 item pertanyaan.

4) Kontrol perilaku yang dirasakan mengacu pada persepsi kemudahan atau kesulitan untuk melakukan perilaku dan diasumsikan mencerminkan pengalaman masa lalu serta antisipasi hambatan dan rintangan (Ajzen, 1991). Kontrol perilaku yang dirasakan adalah persepsi kemudahan atau kesulitan untuk

(8)

menjadi seorang pengusaha (Linan, 2008). Kontrol perilaku yang dirasakan diukur dengan 4 item pertanyaan.

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik atau metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner. Kuesioner diberikan secara langsung pada responden dengan tipe pertanyaan terstruktur (structured questions) yaitu memberikan pada responden seperangkat pilihan yang tetap, yang sering juga disebut pertanyaan tertutup (closed question) (Cooper dan Schindler, 2001; Sekaran, 2006).

4. Uji Validitas dan Reliabiltas

Validitas adalah kemampuan sebuah skala untuk mengukur konsep yang dimaksudkan. Uji validitas dilakukan terhadap 30 responden, dengan menggunakan korelasi Pearson (Pearson correlations) pada taraf signifikansi 5%

(0,05), artinya jika taraf signifikansi yang dihasilkan oleh koefisien korelasi lebih kecil atau sama dengan 0,05, maka item-item pertanyaan dalam kuesioner

dinyatakan valid. Hasil uji validitas menunjukkan bahwa semua item- item dalam kuesioner memiliki taraf signifikansi 0,000 lebih kecil dari 0,05 dan r tabel sebesar 0,361 lebih kecil r hitung. Hasil uji validitas terlihat pada Tabel 1.

Selanjutnya reliabilitas (reliability) suatu pengukuran merupakan indikasi mengenai stabilitas dan konsistensi dimana instrumen mengukur konsep dan membantu menilai ketepatan sebuah pengukuran. Jadi reliabilitas membuktikan konsistensi dan stabilitas instrumen pengukuran (Sekaran, 2006).

Uji reliabilitas dilakukan terhadap 30 responden dengan menggunakan Cronbach’s Alpha. Hasil uji menunjukkan sikap terhadap perilaku, norma subjektif, kontrol perilaku yang dirasakan memiliki nilai Cronbach’s Alpha masing-masing sebesar 0,849; 0,760; dan 0,797 dan intensi menjadi pengusaha memiliki nilai Cronbach’s Alpha sebesar 0,954. Hal ini menunjukkan bahwa semua variabel memiliki nilai Cronbach’s Alpha lebih besar dari 0,60 sehingga dinyatakan reliabel.

Tabel 1. Hasil Uji Validitas

Variabel Nomor Item r hitung Signifikansi Keterangan Sikap terhadap Perilaku/Attitude

toward the Behavior (X1)

X1.1 0,799 0,000 Valid

X1.2 0,765 0,000 Valid

X1.3 0,850 0,000 Valid

X1.4 0,887 0,000 Valid

X1.5 0,710 0,000 Valid

Norma Subjektif/ Subjective Norm (X2)

X2.1 0,807 0,000 Valid

X2.2 0,857 0,000 Valid

X2.3 0,804 0,000 Valid

Kontrol Perilaku yang Dirasakan/

Perceived Behavioral Control (X3)

X3.1 0,725 0,000 Valid

X3.2 0,816 0,000 Valid

X3.3 0,867 0,000 Valid

X3.4 0,809 0,000 Valid

Intensi Menjadi Pengusaha (Y)

Y1 0,772 0,000 Valid

Y2 0,911 0,000 Valid

Y3 0,934 0,000 Valid

Y4 0,922 0,000 Valid

Y5 0,938 0,000 Valid

Y6 0,953 0,000 Valid

Sumber: Data Diolah

(9)

5. Analisis data

Data dalam penelitian ini dianalisis dengan statitstik deskriptif dan regresi linear berganda. Statistik deskriptif dilakukan untuk mengetahui nilai minimum, maximum, mean, standard deviation, dan variance data. Dalam regresi linear berganda ada tiga kriteria ketepatan/goodness of fit yaitu uji statistik t, uji statistik F, dan koefisien determinasi - R2 (Kuncoro, 2003). Analisis data menggunakan bantuan program SPSS 17.0.

HASIL PENELITIAN 1. Profil Responden

Responden dalam penelitian yang berjumlah 100 orang memiliki kriteria yaitu mahasiswa laki-laki atau perempuan dan berstatus aktif sebagai mahasiswa semester gasal tahun akademik 2014/2015 pada FE UJB. Profil responden dalam penelitian ini dikelompokkan berdasarkan jenis kelamin dan jurusan. Responden dengan berjenis kelamin laki-laki ada 50 orang dan perempuan 50 orang.

Sedangkan responden pada jurusan Akuntansi ada 8 orang, jurusan Ekonomi Pembangunan sebanyak 6 orang, dan jurusan Manajemen sebanyak 86 orang.

2. Statistik Deskriptif

Berdasarkan statistik deskriptif tersebut tampak bahwa variabel sikap terhadap perilaku memiliki nilai minimum sebesar 15, maksimum 35, rata-rata sebesar 29,56, standar deviasi 4,258, dan variance 18,128. Variabel norma subjektif memiliki nilai minumum 4, maksimum 21, rata-rata 15,63, standar deviasi 3,530, dan variance sebesar 12,458. Untuk variabel kontrol perilaku yang dirasakan memiliki nilai minimum sebesar 7, maksimum 28, mean 21,87, standar deviasi 4,204, dan variance 17,670. Variabel intensi menjadi

pengusaha memiliki nilai minimum sebesar 7, maksimum 42, mean 34,03, standar deviasi 7,039, dan variance 49,545.

3. Analisis Data

Penelitian ini menggunakan tingkat keyakinan sebesar 95% atau α sebesar 5%.

Hal ini berarti akurasi statistik sampel yang dapat mengestimasi parameter populasi dengan benar adalah 95% dan probabilitas bahwa estimasi hasil penelitian tidak benar (tingkat signifikansinya) adalah 5%. Tingkat signifikansi merupakan tingkat probabilitas yang ditentukan oleh peneliti untuk membuat keputusan menolak atau menerima hipotesis.

Jadi tingkat keyakinan merupakan tingkat probalitas yang ditentukan oleh peneliti bahwa sampel statistik dapat mengestimasi parameter populasi dengan akurat, sedangkan tingkat signifikansi menunjukkan probabilitas kesalahan yang dibuat oleh peneliti untuk menolak atau menerima hipotesis (Indriantoro dan Supomo, 2002). Hasil analisis regresi linear berganda dengan bantuan SPSS 17.0 adalah sebagai berikut.

Tabel 2. Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients t Sig.

B Std.

Error 1 (Constant)

Sikap terhadap Perilaku Norma Subjektif Kontrol Perilaku yang Dirasakan

0,657 0,522 0,510 0,456

4,040 0,172 0,161 0,171

0,163 3,035 3,172 2,672

0,871 0,003 0,002 0,009

FR R Square Adjusted R Square

24,429 0,658a 0,433 0,415

0,000a

Dependent variable: Intensi Menjadi Pengusaha

Sumber: Data Diolah

(10)

Hasil regresi linear berganda menunjukkan nilai konstanta (constant) adalah 0,657, nilai koefisien variabel sikap terhadap perilaku (X1) sebesar 0522, koefisien variabel norma subjektif (X2) 0,510, dan koefisien kontrol perilaku yang dirasakan (X3) adalah 0,456, sehingga dapat dibuat persamaan:

Y= 0,657 + 0,522.X1 + 0,510.X2 + 0,456. X3 a. Pengujian Hipotesis 1

Uji statistik t merupakan pengujian terhadap pengaruh variabel independent secara individual terhadap variabel dependent (Kuncoro, 2003). Hasil analisis menunjukkan variabel sikap terhadap perilaku (X1) memiliki nilai signifikansi sebesar 0,003 lebih kecil dari 0,05 dan nilai t hitung sebesar 3,035.

Dengan df = 96 dan level of significance 0,05 diperoleh nilai t tabel sebesar 1,985.

Perbandingan nilai t hitung dengan t tabel menunjukkan nilai t hitung 3,035 lebih besar daripada nilai t tabel 1,985.

Jadi hipotesis 1 yang menyatakan sikap terhadap perilaku berpengaruh positif terhadap intensi mahasiswa menjadi pengusaha, terdukung.

b. Pengujian Hipotesis 2

Hasil analisis menunjukkan variabel norma subjektif (X2) memiliki nilai signifikansi sebesar 0,002 lebih kecil dari 0,05 dan nilai t hitung sebesar 3,172.

Dengan demikian nilai t hitung 3,172 lebih besar daripada nilai t tabel 1,985. Hal ini berarti hipotesis 2 yang menyatakan bahwa norma subjektif berpengaruh positif terhadap intensi mahasiswa menjadi pengusaha, terdukung.

c. Pengujian Hipotesis 3

Hasil analisis menunjukkan variabel kontrol perilaku yang dirasakan (X3) memiliki nilai signifikansi sebesar 0,009 lebih kecil dari 0,05 dan nilai t hitung sebesar 2,672. Dengan demikian nilai t

hitung 2,672 lebih besar daripada nilai t tabel 1,985. Hal ini berarti hipotesis 3 yang menyatakan bahwa kontrol perilaku yang dirasakan berpengaruh positif terhadap intensi mahasiswa menjadi pengusaha, terdukung.

d. Pengujian Hipotesis 4

Hasil analisis menunjukkan nilai F hitung sebesar 24,429 dan signifikansi sebesar 0,000. Pada level of significance 0,05 serta df1= 3 dan df2=96 diperoleh nilai F tabel sebesar 2,699. Hal ini berarti nilai F hitung 24,429 lebih besar dari nilai F tabel 2,699. Dengan demikian hipotesis 4 yang menyatakan bahwa sikap terhadap perilaku, norma subjektif, dan kontrol keperilakuan yang dirasakan berpengaruh positif terhadap intensi mahasiswa untuk menjadi pengusaha, terdukung.

Selanjutnya untuk mengetahui kemampuan variabel-variabel bebas dalam menjelaskan variabel dependent, maka digunakan koefisien determinasi (R2). Koefisien determinasi memiliki nilai antara 0-1 (Kuncoro, 2003). Hasil analisis menunjukkan nilai koefisien determinasi sebesar 0,433 yang berarti bahwa 43,3% variasi intensi menjadi pengusaha dijelaskan oleh variabel sikap terhadap perilaku, norma subjektif, dan kontrol keperilakuan yang dirasakan, sedangkan sisanya yaitu 56,7% dijelaskan oleh variabel-variabel lain di luar model penelitian ini.

KESIMPULAN, SARAN, DAN KETERBATASAN

Kesimpulan

Hasil pengujian menunjukkan bahwa hipotesis 1, 2, 3, dan 4 terdukung bahwa variabel sikap terhadap perilaku berpengaruh positif terhadap intensi mahasiswa menjadi pengusaha, norma subjektif berpengaruh positif

(11)

terhadap intensi mahasiswa menjadi pengusaha, dan kontrol perilaku yang dirasakan berpengaruh positif terhadap intensi mahasiswa menjadi pengusaha.

Selanjutnya sikap terhadap perilaku, norma subjektif, dan kontrol keperilakuan yang dirasakan berpengaruh positif terhadap intensi mahasiswa untuk menjadi pengusaha. Intensi menjadi pengusaha yang dijelaskan oleh variabel sikap terhadap perilaku, norma subjektif, dan kontrol keperilakuan yang dirasakan sebesar 43,3%, sedangkan sisanya yaitu 56,7% dijelaskan oleh variabel-variabel lain di luar model dalam penelitian ini.

Saran

Sikap terhadap perilaku, norma subjektif, dan kontrol perilaku yang dirasakan berpengaruh positif terhadap intensi mahasiswa untuk menjadi pengusaha maka dapat diberikan beberapa saran sebagai berikut:

1. Sebagian besar mahasiswa memiliki sikap positif terhadap profesi pengusaha sehingga perlu dukungan semua pihak untuk mengembangkan dan membangun sikap positif mahasiswa untuk berwirausaha.

2. Peran keluarga, teman, dan tetangga penting dan dapat menjadi pertimbangan utama ketika seorang mahasiswa ingin menjadi pengusaha.

3. Sebagian besar mahasiswa merasa tidak kesulitan untuk menjadi pengusaha sehingga pihak-pihak yang terakit sebaiknya memfasilitasi dan membantu untuk mengurangi berbagai hambatan ketika seorang mahasiswa berniat menjadi pengusaha. Hal ini sesuai dengan program yang digulirkan oleh Dirjen Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dengan Program Mahasiswa Wirausaha, serta Kementerian Koperasi dan

Usaha Kecil Menengah dengan Gerakan Kewirausahaan Nasional (GKN) yang memberikan bantuan modal kepada setiap orang yang akan berwirausaha.

Keterbatasan

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, yaitu:

a. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional dan ukuran sampel yang digunakan sangat terbatas, sehingga hasilnya tidak dapat digeneralisasi. Dengan demikian diperlukan ukuran sampel yang lebih besar dengan memperluas ke mahasiswa pada jurusan atau fakultas lain.

b. Variabel-variabel yang digunakan sebagai prediktor intensi mahasiswa untuk berwirausaha atau menjadi pengusaha dalam penelitian ini hanya mengacu pada Theory of Planned Behavior (TPB) sehingga selanjutnya sebaiknya menginvestigasi variabel- variabel lain yang diduga menjadi prediktor intensi mahasiswa untuk berwirausaha.

DAFTAR PUSTAKA

Ajzen, I. (1991). The theory of planned behavior. Organizational Behavior and Decision Processes, 50, 179-211.

Ajzen, I. (2002). Constructing a tpb questionnaire: conceptual and methodological condi- derations, 1-14. Retrieved January 18, 2014, from chuang.epage.au.edu.tw/.../

pta_41176_7688352.

As’ad, M. (2000). Psikologi Industri (4th Edition), Yogyakarta: Liberty.

(12)

Astuti, R. D. & Martdianty, F. (2012).

Students’ entrepreneurial in- tentions by using theory of planned behavior the case in indonesia. The South East Asian Journal of Management, 6(2), 100-112.

Autio, E., Keeley, R. H., Klofsten, M., Parker, G.G.C., & Hay, M.

(2001). Entrepreneurial intent among students in scandinavia and in the USA, Enterprise and Innovation Management Studies, 2(2), 145–160.

Basrowi. (2011), Kewirausahaan Untuk Perguruan Tinggi, Bogor:

Ghalia Indonesia.

Cooper, D., R. & Schindler, P., S. (2001).

Business Research Methods (7th Edition), New York:

Irwin McGraw-Hill.

Gelderen, M. V., Brand, M., Praag, M. V., Bodewes, W., Poutsma, E., &

Gils A. V. (2008). Explaining entrepreneurial intentions by means of the theory of planned behaviour. Career Development International, 13(6), 538-559.

Indriantoro, N. Dan Supomo, B. (2002), Metodologi Penelitian Bisnis untuk Manajemen &

Akuntansi, Yogyakarta: BPFE.

Kuncoro, M. (2003). Metode Riset untuk Bisnis & Ekonomi, Jakarta:

Erlangga.

Linan, F. & Rodriguez Cohard, J. C.

(2008, August). Temporal stability of entrepreneurial intentions: a longitudinal study. 48th Congress of European Regional Science Association, Liverpool, UK.

Liñán, F. (2004). Intention-based models of entrepreneurship education. Piccolla Impresa/

Small Business, Iss. 3, 11-35.

Longenecker, J.G., Moore, C.W. dan Petty, J.W. (2001). Kewirausahaan Manajemen Usaha Kecil (Buku 1), Jakarta: Salemba Empat.

Miralles, F. & Riverola, C. (2012, June).

Entrepreneurial intention: an empirical insight to nascent entrepreneurs.This paper was presented at The XXIII ISPIM Conference – Action for Innovation: Innovating from Experience, in Barcelona, Spain.

Mustafa EQ, Z. (2013). Mengurai Variabel Hingga Instrumentasi, Yogya- karta: Graha Ilmu.

Pedoman Program Mahasiswa Wirausaha. (2013). Jakarta:

Direktorat Pembelajaran Dan Kemahasiswaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Rahayu, M., Novadjaja, L.H. &

Indrawati, N.K. (2011).

Intensi berwirausaha pada mahasiswa baru. Jurnal Aplikasi Manajemen, 9(2), 329-339.

Samuel, Y. A., Ernest, K. & Awuah, J.B.

(2013). An assessment of entrepreneurship intention among sunyani polytechnic marketing students. Inter- national Review of Mana- gement and Marketing, 3(1), 37-49.

(13)

Sekaran, U. (2006). Research Methods For Business (4th Edition), New York: John Wiley &

Sons, Inc.

Suhardi, Y. (2011). Kewirausahaan, Bogor: Ghalia Indonesia.

Tjahjono, H. K. & Ardi, H. (2008). Kajian niat mahasiswa manajemen universitas muhammadiyah yogyakarta untuk menjadi wirausaha. Utilitas Jurnal Manajemen dan Bisnis, 16(1), 46-63. Retrieved February 08, 2014, from hkt.staff.umy.

ac.id/files/2010/07/Artikel- TPB-UTILITAS1.doc‎.

Wijaya, T. (2008). Kajian model empiris perilaku berwirausaha UKM DIY dan Jawa Tengah.

Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, 10(2), 93- 104.

http://ernirismayana.blogspot.com/

2011/12/prose s -kew i r a- usahaan.html.

http://ekonomi.kompasiana.com/wira- usaha/2010/12/16/semakin- tinggi-pendidikan-semakin- sulit-jadi-pengusaha-325181.

html.

http://kabarbisnis.com/read/2845319.

http://publikasi.menkokesra.go.id/warta- kesra.

http://www.beritasatu.com/industri-per- dagangan/173682-kemenkop- target-jumlah-wirausaha- nasional-2014-jadi-2-persen.

html.

http://www.jurnas.com/news/92031.

www.bps.go.id.

Referensi

Dokumen terkait

selaku Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta dan selaku Pembimbing I yang telah memberikan ijin, bimbingan, dan pengarahan yang berharga selama Praktek

This thesis under the title “AN ERROR ANALYSIS OF STUDENTS’ SPEAKING ON DRAMA PERFORMANCE AT MA’HAD AL- JAMIA’H IAIN SYEKH NURJATI is submitted to fulfill one of

Pengembangan jaringan jalan selain dapat memberikan manfaat dari sisi pengguna jalan berupa pengurangan Biaya Operasional Kendaraan (BOK) dan nilai waktu, serta

Konsep pendidikan karakter dalam perspektif pendidikan Islam adalah Pendidikan karakter berdasarkan dalil Al-Qur’an dan Sunnah memiliki kesamaan dengan yang

Berdasarkan rumus mencari rata-rata (mean) hitung (aritmatik) dan SNI tentang Kriteria Teknis Penataan Ruang Kawasan Budidaya, serta Peraturan Menteri PU No:

Simulator: re-calculates the values of the chip’s internal and output pins (i.e. applies the chip logic to the new input values).. To continue interactive testing,

Dalam hal ini informan yang terjaring peneliti yaitu: kepala sekolah dan guru-guru yang berada di MTs Madinatussalam berjumlah 3 (tiga) orang guru. Hasil penelitian

Seluruh populasi kelelawar anggota Subordo Microchiroptera di gua Lawa Temandang terdiri dari 5.747 individu, artinya populasi kelelawar di dalam gua Lawa Temandang mampu memangsa