• Tidak ada hasil yang ditemukan

ESTIMASI BIAYA MANFAAT PENGEMBANGAN JARI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ESTIMASI BIAYA MANFAAT PENGEMBANGAN JARI"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

KONEKTIVITAS LOKAL DI KOTA BAUBAU

Fadly Ibrahim1, Fadhil Surur2, Andi Alifuddin3

1

PT. Yodya Karya (Persero) Kantor Wilayah II Makassar Jl. AP. Pettarani No. 74 Makassar email: fadly_surur@yahoo.co.id

2 Magister Ilmu Perencanaan Wilayah, Institut Pertanian Bogor (IPB) Jl. Meranti IPB Dramaga

email: fadhil.alfadhil@ymail.com

3

Jurusan Teknik Sipil Universitas Muslim Indonesia (UMI) Jl. Urip Sumiharjo Makassar email: andhy_alif@yahoo.com

ABSTRAK

Pengembangan jaringan jalan selain dapat memberikan manfaat dari sisi pengguna jalan berupa pengurangan Biaya Operasional Kendaraan (BOK) dan nilai waktu, serta manfaat dari sisi produsen khsusnya pada sektor-sektor yang menjadi komoditas unggulan di sepanjang koridor jalan berupa peningkatan produktivitas pertanian, juga dapat memberikan manfaat bagi pemerintah melalui peningkatan penerimaan pajak sebagai implikasi positif dari peningkatan aktivitas dan nilai lahan. Untuk itu makalah ini bertujuan untuk mengestimasi biaya manfaat yang dihasilkan dari peningkatan konektivitas lokal melalui pengembangan jaringan jalan di Kota Baubau. Biaya manfaat diestimasi dengan pendekatan customer surplus dan producer surplus, dan proyeksi penerimaan pajak. Hasil analisis mengindikasikan bahwa biaya manfaat dari hasil penghematan BOK dan nilai waktu mencapai Rp. 12.653 miliar/tahun, biaya manfaat dari keuntungan usaha tani sebesar Rp. 35.406 miliar/tahun. Selain itu, sebagai efek multiplier adalah meningkatnya pembangunan permukiman di koridor jalan lingkar sebagaimana arahan RTRW, maka pemerintah mendapatkan biaya manfaat dari potensi peningkatan penerimaan PPN sebesar Rp. 49.213 miliar dan penerimaan PBB sebesar Rp. 197 juta/tahun.

Kata kunci: manfaat, pengembangan jalan, konektivitas

1.

PENDAHULUAN

Perkembangan perekonomian, perdagangan, pariwisata dan pertambahan penduduk di Kota Baubau dewasa ini cukup pesat, sehingga berpengaruh pada meningkatnya arus penumpang, permintaan barang, dan jasa perhubungan darat. Di sisi lain terjadi penurunan kinerja pada ruas-ruas jalan yang sudah ada (eksisting), sehingga berdampak pada tidak optimalnya interaksi antar wilayah.

Peningkatan ekonomi dan pengembangan suatu wilayah kota sangat berkaitan dengan peran sektor transportasi darat dalam hal ini prasarana jaringan transportasi, untuk itu pelayanan transportasi yang efektif dan efisien memiliki peranan penting dan strategis dalam mendukung aktivitas dan mobilitas masyarakat pada suatu kawasan. Menurut Tamin, O.Z (2002) prasarana jaringan transportasi yang efisien dan berkualitas tinggi akan meningkatkan produktivitas dan memudahkan pergerakan angkutan barang melalui penurunan biaya transportasi.

Salah satu kebijakan pemerintah Kota Baubau dalam rangka mendukung penguatan konektivitas wilayah sekaligus meningkatkan kualitas pelayanan transportasi adalah ditetapkannya rencana pengembangan jaringan jalan melingkari Kota Baubau yang

(2)

terdiri dari 2 segmen yakni ruas Bungi – Surowalio dan ruas Betoambarai – Surowalio dengan total sepanjang 40,80 km. Pengembangan ruas tersebut dinilai dapat menghemat jarak tempuh sepanjang 15,40 km dan waktu tempuh antara 30 s/d 90 menit. Disamping itu, pengembangan jaringan jalan diharapkan dapat mendukung aglomerasi wilayah sebagai implikasi positif meningkatnya aksesibilitas kawasan. Perkembangan wilayah tersebut didorong dengan pengembangan kawasan perumahan dan perluasan kawasan pertanian produktif sebagaimana arahan RTRW Kota Baubau. Untuk itu makalah ini bertujuan mengestimasi biaya manfaat yang dihasilkan dari peningkatan konektivitas lokal melalui pengembangan jaringan jalan di Kota Baubau.

2.

TINJAUAN PUSTAKA

Jalan merupakan infrastruktur dasar yang dibutuhkan manusia untuk dapat melakukan pergerakan dari suatu lokasi ke lokasi lainnya untuk tujuan tertentu. Sehingga infrastruktur jalan memiliki urgensitas dalam mendukung sistem interaksi masyarakat pada suatu wilayah. Menurut Ibrahim, F (2013) kekuatan interaksi suatu wilayah ditentukan dengan indeks konektivitas, semakin banyak jalan yang menghubungkan antar wilayah semakin tinggi indeks konektivitasnya, yang tentunya akan berpengaruh terhadap potensi pergerakan manusia, barang dan jasa karena infrastruktur jalan dapat meningkatkan aksesibilitas wilayah dan mobilitas masyarakat.

Oleh karena itu untuk mendukung interaksi antara pusat-pusat pelayanan dan mencapai tingkat perkembangan wilayah perkotaan yang optimal, dibutuhkan kontribusi sektor transportasi sebagai prasarana dan sarana dalam mendorong perkembangan wilayah. Menurut Kaiser, EJ et.al (1995), bahwa interaksi antara sistem transportasi dengan tata guna lahan betujuan untuk mencapai keseimbangan, dan interkasi tersebut dijadikan sebagai dasar perencanaan mengingat transportasi merupakan determinan penting dalam proyeksi perkembangan wilayah dan rencana tata guna lahan. Permintaan lahan menjadi turun untuk lokasi yang berada di daerah pinggiran dengan aksesibilitas yang rendah dan biaya transportasi yang tinggi (Balchin et.al 1982). Sedangkan menurut Wegener, M (1995) kebijaksanaan transportasi merupakan cara cepat untuk mempengaruhi pertumbuhan kota, begitupun sebaliknya kebijaksanaan tata guna lahan juga merupakan cara cepat untuk mempengaruhi sistem transportasi.

Disamping itu menurut Giuliano, G (1995) prasarana jalan raya memiliki dampak yang signifikan pada meningkatnya jumlah dan kebutuhan lokasi untuk pembangunan. Sebuah jalan baru yang melintasi batas-batas perkotaan dapat menciptakan satu set pola perjalanan dan komuter baru, yang berfungsi untuk meningkatkan kemandirian pinggiran kota. Pada saat yang sama, simpul-simpul jalan akan mendorong pengembangan kawasan industri, perumahan, dan komersial.

(3)

Janganmenulisapapunpada footer

Pada sisi pengguna jalan, peningkatan kualitas pelayanan transportasi akan berdampak pada menurunnya biaya operasional kendaraan dan meningkatnya produktivitas masyarakat. Menurut Tamin, OZ (2008) terdapat 2 metode pendekatan dalam memprediksi manfaat suatu proyek, yaitu pendekatan customer surplus dan producer surplus. Pendekatan customer surplus adalah pengurangan harga yang harus dikeluarkan oleh konsumen untuk memperoleh atau menggunakan produk tertentu, selisih tersebut merupakan biaya yang dihemat (saving) bagi konsumen dari hasil pengurangan Biaya Operasional Kendaraan (BOK) dan adanya potensi pendapatan (nilai waktu). Sedangkan producer surplus merupakan surplus yang dinikmati oleh produsen barang dan jasa yang dijual dan termasuk dalam daerah pengaruh proyek. Pembangunan jalan baru dapat mendorong peningkatan luas areal tanam atau peningkatan produksi, merupakan salah satu asumsi yang digunakan pada pendekatan

producer surplus.

3.

METODOLOGI PENDEKATAN

Metode pendekatan analisis yang digunakan dalam penyusunan makalah ini adalah metode With and Without Project dan atas dasar pendekatan Economic Analysis. Adapun tahapan analisis yang dilakukan terdiri dari:

Tahap pertama, mengestimasi biaya manfaat pengembangan jaringan jalan berdasarkan pendekatan customer surplus yang meliputi analisis Biaya Operasional Kendaraan (BOK) dan Nilai Waktu. Untuk menghitung BOK kendaraan ringan dan berat digunakan formulasi yang dikembangkan oleh LAPI-ITB (Persamaan 1 dan 2), sedangkan perhitungan BOK untuk sepeda motor didasarkan pada formulasi yang dikembangkan oleh DLLAJ Provinsi Bali (Persamaan 3), sebagai berikut.

k l r

dasar k k k

KBB

KBB 1   ... (1)

 

 

 

 

 

 

 

1000

8 7

6 5

4 3

2

1 bb Y mp Y b Y sc Y u Y p Y m Y a

Y

BOKLVHV                 ... (2)

Dimana:

BOKLVHV = biaya operasional kendaraan ringan dan berat (Rp/km)

V = kecepatan kendaraan (km/jam)

KBB = konsumsi bahan bakar

kk = faftor koreksi kelandaian (-0,337 dan 0,400)

kl = faktor koreksi akibat arus (0,253)

kr = faktor koreksi kekasaran jalan

bb = harga bahan bakar

mp = harga minyak pelumas

b = harga ban

sc = biaya suku cadang rata-rata

u = upah montir

a = biaya asuransi

(4)

2

BOKMC = Biaya operasional kendaraan sepeda motor (Rp/km)

V = Kecepatan kendaraan (km/jam)

Untuk menghitung nilai komponen biaya ( Y1 s/d Y8) masing-masing jenis kendaraan

(Golongan I, II dan III) dapat menggunakan persamaan yang dikembangkan oleh LAPI-ITB pada tabel 1 berikut.

Tabel 1. Persamaan komponen BOK

No. Komponen

Biaya Golongan I Golongan II Golongan III

1.

Analisis nilai waktu didasarkan pada pendekatan income approach yang dikembangkan oleh IRMS yang dipengaruhi oleh parameter (1) pendapatan bulanan penumpang menurut kelompok kendaraan, (2) tingkat upah bayangan 85%, (3) waktu kerja bulanan 191 jam, (4) nilai waktu istirahat 28% dari nilai waktu kerja, (5) persentase tujuan perjalanan untuk bekerja dan perjalanan bukan untuk bekerja menurut kelompok kendaraan, dan (6) jumlah penumpang setiap kendaraan.

Data-data yang digunakan dalam analisis ini yang meliputi data LHR, kecepatan kendaraan, harga kendaraan, panjang jalan, harga bahan bakar, harga sparepart

kendaraan, asuransi, upah, dan tingkat pendapatan bersumber dari hasil survei lapangan.

(5)

Janganmenulisapapunpada footer

berhasil diterapkan di beberapa daerah. Sedangkan biaya produksi mengacu pada rata-rata biaya yang harus dikeluarkan masyarakat untuk mengusahakan suatu komoditi pertanian tersebut.

Tahap ketiga, mengestimasi biaya manfaat pengembangan jaringan jalan berdasarkan potensi penerimaan pajak dari meningkatnya nilai lahan dan aktivitas pembangunan perumahan pada kawasan di sekitar koridor jalan lingkar. Proyeksi kebutuhan rumah didasarkan pada parameter (1) jumlah penduduk, (2) jumlah rumah tangga, dan (3) jumlah unit rumah. Berdasarkan kebijakan pemenuhan backlog rumah di Kota Baubau, 70% akan diinisiasi secara swadaya dan 30% akan difasilitasi oleh developer/pemerintah. Data harga rumah dan NJOP yang digunakan pada analisis ini bersumber dari hasi survei, sedangkan data jumlah penduduk, jumlah rumah tangga dan jumlah unit rumah bersumber dari publikasi BPS tahun 2013.

4.

PEMBAHASAN

Manfaat Pengguna Jalan

Hasil proses sintesis parameter BOK dalam formulasi yang dikembangkan LAPI ITB diperoleh hubungan bersifat polynomial antara kecepatan kedaraan (kendaraan ringan dan berat) dengan biaya operasional kendaraan. Semakin rendah kecepatan maka semakin tinggi biaya operasional kendaraan yang harus dikeluarkan masyarakat, begitupula sebaliknya. Namun demikian untuk kecepatan tertentu kondisi tersebut akan mengalami perubahan nilai BOK. Untuk kendaraan ringan pada kecepatan 20 km/jam nilai BOK yang dikeluarkan sebesar Rp. 2.202/km, sedangkan kendaraan berat sebesar Rp. 5.022/km. Apabila kecepatan kendaraan ditingkatkan menjadi 50 km/jam, maka nilai BOK yang harus dikeluarkan masyarakat menurun menjadi Rp. 1.415/km untuk kendaraan ringan dan Rp. 3.528/km untuk kendaraan berat.

Kondisi yang sama juga terjadi pada kendaraan bermotor roda dua, apabila parameter kecepatan divariasikan pada formulasi yang digunakan pada studi DLLAJ Provinsi Bali maka akan diperoleh perubahan nilai BOK sepeda motor. Pada kecepatan 20 km/jam nilai BOK yang dikeluarkan sebesar Rp. 55,28/km, dan menurun menjadi Rp. 44,82/km apabila kecepatan ditingkatkan menjadi 40 km/jam. Hasil ini mengindikasikan bahwa BOK sepeda motor jauh lebih rendah dibanding kendaraan ringan dan kendaraan berat.

(6)

Hasil analisis nilai waktu dengan pendekatan tingkat pendapatan (income approach) yang dikembangkan oleh IRMS, mendeskripsikan bahwa untuk pengguna jalan yang menggunakan kendaraan ringan memiliki nilai waktu atau potensi pendapatan yang hilang sebesar Rp. 28.168,38/jam, kendaraan berat Rp. 6.634,81/jam, dan kendaraan bermotor sebesar Rp. 9.826,00/jam.

Tabel 2. Saving BOK dan Nilai Waktu

No. Ruas LHR Saving (Rp)

LV HV MC BOK Nilai Waktu Jumlah 1. Akses Bungi - Surowalio 178 121 920 6.657.00 4.016,10 10.673,10 2. Akses Betoambari - Surowalio 70 48 364 1.138,81 841,15 1.979,96

Jumlah 7.795,81 4.857,25 12.653,06

Hasil analisis biaya manfaat dengan pendekatan customer surplus mengindikasikan bahwa biaya manfaat yang dihemat masyarakat setelah pengembangan jalan cukup tinggi sebagai akibat perubahan jarak tempuh dan waktu tempuh. Total nilai manfaat yang diperoleh sebesar Rp. 12.653 miliar/tahun yang dikonstribusikan oleh hasil penghematan BOK sebesar Rp. 7.795 miliar/tahun dan potensi pendapatan dari nilai waktu sebesar Rp. 4.857 miliar/tahun.

Manfaat Produsen

Berdasarkan RTRW Kota Baubau kawasan yang potensial dimanfaatkan untuk pertanian di sekitar koridor Bungi – Surowalio seluas 855 ha. Pembangunan jalan lingkar diprediksi dapat mendorong peningkatan luas kawasan pertanian tanaman pangan dan perkebunan. Komoditi yang akan diekstensifikasi merupakan komoditi unggulan pertanian daerah yang sudah diusahakan masyarakat setempat berupa padi, ubi kayu, ubi jalar, mente, kakao dan kelapa dalam.

Tabel 3. Ekstensifikasi lahan pertanian tanaman pangan/perkebunan

Komoditi Unggulan Luas (ha) Ekstensifikasi 10% (Ha)

Padi 2344 234,4

Tabel 4. Manfaat ekonomi akibat surplus produksi (Rp/tahun)

Komoditas Ekstensifikasi

Hasil analisis mengindikasikan bahwa biaya manfaat yang didapatkan masyarakat dari

(7)

Janganmenulisapapunpada footer

Rp. 35 miliar/tahun. Angka tertinggi dikontribusikan oleh komoditi unggulan ubi kayu dengan nilai produksi Rp. 19.580 miliar/tahun dan keuntungan Rp. 19.369 miliar/tahun, selanjutnya komoditi unggulan padi dengan nilai produksi sebesar Rp. 12.188 miliar/tahun dan keuntungan Rp. 10.932 miliar/tahun. Adapun 3 komoditi lainnya seperti mente, kakao, ubi jalar, dan kelapa dalam diestimasi hanya memberikan kontribusi keuntungan < Rp. 2 miliar/tahun.

Manfaat Penerimaan Pajak

Sejalan dengan penerapan konsep pembangunan Kota Baubau sebagai kota jasa, maka untuk memperoleh kualitas lingkungan kota yang baik dan nyaman, dilakukan penataan guna lahan perumahan. Dalam dokumen Strategi Pengembangan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP) Kota Baubau rencana pengembangan kawasan permukiman baru akan dilakukan melalui 3 pendekatan yaitu; perumahan swadaya, perumahan bagi pengembang/pemerintah dan juga rumah susun. Perumahan swadaya lebih diutamakan dikembangkan pada wilayah pusat kota dan kawasan-kawasan pengembangan. Sedangkan perumahan bagi pengembang/pemerintah akan lebih difokuskan di wilayah kawasan pengembangan di sekitar koridor jalan lingkar dengan pola penyediaan perumahan skala besar (kasiba), dan rumah susun akan didistribusikan pada kawasan dengan kebutuhan rumah sewa tinggal atau pada kawasan-kawasan yang diremajakan/direvitalisasi.

Pada backlog kebutuhan rumah akan mengalami peningkatan seiring dengan pertambahan penduduk di Kota Baubau. Untuk itu dengan menggunakan data jumlah penduduk tahun 2014, jumlah rumah tangga (KK) dan jumlah pelanggan listrik untuk rumah tangga dapat diestimasi kebutuhan unit rumah di Kota Baubau, seperti yang diuraikan pada tabel 5 berikut.

Tabel 5. Kebutuhan rumah tinggal di Kota Baubau

(8)

Tabel 6. Manfaat ekonomi dari penerimaan pajak

Type

Harga perunit (Rp

x 1000)

Jumlah unit

Total Harga (Rp x 1000)

PPN (Rp x 1000)

NJOP Selisih NJOP (Rp/tahun x

1000) Tanah Tanah+

bangunan

36/96 90.000 2095 188.550.000 18.855.000 25.000,00 38.500,00 80.605.125

45/120 130.000 1397 181.610.000 18.161.000 25.000,00 42.500,00 59.337.575

60/140 175.000 697 121.975.000 12.197.500 25.000,00 83.000,00 57.833.575

Jumlah 4189 49.213.500 197.776.275

Berdasarkan tabel diatas dapat diinterpretasikan bahwa biaya manfaat yang didapatkan dari peningkatan perolehan pajak PPN sebesar Rp. 49.213 miliar, sedangkan penambahan nilai pajak yang didapatkan sebagai akibat dari perubahan NJOP sebesar Rp. 197.776 juta/tahun. Angka tersebut dikontribusikan oleh potensi transaksi rumah tipe 36 sebanyak 2.095 unit, rumah tipe 45 sebanyak 1.397 unit dan rumah tipe 70 sebanyak 697 unit.

5.

KESIMPULAN

Berdasarkan pendekatan coustemer surplus rencana pengembangan jaringan jalan akan memberikan manfaat terhadap peningkatan kecepatan dan penurunan waktu tempuh, sehingga akan berimplikasi terhadap penurunan Biaya Operasional Kendaraan (BOK) dan meningkatnya potensi pendapatan masyarakat. Biaya manfaat yang diperoleh mencapai Rp. 12.653 miliar/tahun yang dikonstribusikan dari hasil penghematan BOK sebesar Rp. 7.795 miliar/tahun dan nilai waktu sebesar Rp. 4.857 miliar/tahun. Sedangkan aspek producer surplus akan mendorong terjadinya ekstensifikasi pertanian tanaman pangan dan perkebunan yang akan meningkatkan produktivitas pertanian dengan total biaya manfaat dari keuntungan usaha tani sebesar Rp. 35.406 miliar/tahun. Di samping itu, sebagai multiplier effect adalah meningkatnya pembangunan permukiman pada koridor jalan lingkar sebagaimana arahan RTRW, maka pemerintah mendapatkan biaya manfaat dari potensi peningkatan penerimaan PPN sebesar Rp. 49.213 miliar dan penerimaan PBB sebesar Rp. 197 juta/tahun.

6.

DAFTAR PUSTAKA

1. Balchin, Paul N, dan Jeffrey, L.K (1982). Urban Land Economics Second Edition. London: Macmillan Press.

2. Giuliano, G. (1995). Land Use Impacts of Transportation Investments: Highway and Transit. In S. Hansen, The Geography of Urban Transportation, New York, The Guilford Press.

3. Ibrahim, F.(2013). Penguatan Konektivitas Regional Melalui Pembangunan Infrastruktur Jalan Provinsi Dengan Skema Investasi Lembaga Pembiayaan. Proceeding Konferensi Kebijakan Pembangunan Nasional 2013. Jakarta, Bappenas-USAID.

(9)

Janganmenulisapapunpada footer

5. Setyoko, F (2007). Kajian Perubahan Harga Lahan Di Koridor Jalan Kasipah Berdasarkan Persepsi Masyarakat Berkaitan Dengan Pembangunan Perumahan Graha Candi Golf Semarang. Tugas Akhir tidak diterbitkan. Semarang, Jurusan Planologi universitas Diponegoro.

6. Tamin, O. Z. (2008). Perencanaan Pemodelan dan Rekayasa Transportasi: Teori contoh Soal dan Aplikasi. Bandung. Penerbit ITB

7. Tamin, O. Z. (2002). Konsep Pengembangan Transportasi Wilayah di Era Otonomi Daerah. Makalah pada Kuliah Tamu Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin. 17-18 Januari 2002.

Gambar

Tabel 1. Persamaan komponen BOK
Gambar 1. Hubungan kecepatan dan BOK
Tabel 5. Kebutuhan rumah tinggal di Kota Baubau
Tabel 6.  Manfaat ekonomi dari penerimaan pajak

Referensi

Dokumen terkait

Apabila menjadi sponsor tunggal dalam rangkaian kegiatan acara ini.akan mendapat bentuk penawaran ekslusif dengan kompensasi pembiayaan 100% dari kekurangan dana yang dibutuhkan

Terus mencapai tingkat utilisasi kapasitas yang tinggi terutama karena permintaan yang kuat dari pasar domestik di Indonesia, negara pengimpor petrokimia, dan berfokus

Dari berbagai penjelasan mengenai definisi diatas, maka dapat ditarik kesimpulan definisi bank sebagai berikut: Bank merupakan suatu lembaga keuangan yang berperan

Četvrta knjiga Zbornika Lovranšćine obuhvaća različite teme bogate lovranske prošlosti i svojom interdisciplinarnošću predstavlja jedan od pri- mjera kako na najbolji

Hal ini dapat dilihat dari cara perhitungan yang di lakukan oleh perusahaan tersebut yaitu dengan menjumlahkan semua unsur biaya produksi, yang terdiri biaya

Disain Sistem Operasi Optimisasi Operasi dan Perbaikan Berkelanjutan Identifikasi Kebutuhan dan Arah Pembaharuan Fase Engineering Fase Produksi Manajemen Rekayasa Industri

Biaya penggabungan usaha adalah keseluruhan nilai wajar (pada tanggal pertukaran) dari aset yang diperoleh, liabilitas yang terjadi atau yang ditanggung dan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan adanya bangunan prasarana transportasi berdampak pada: (1) mobilitas masyarakat meningkat, waktu tempuh dan biaya transportasi ke