• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II GEOLOGI REGIONAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II GEOLOGI REGIONAL"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

7

BAB II GEOLOGI REGIONAL

II.1. Fisiografi Regional

Menurut Mangga dkk (1994) Provinsi Lampung terbagi menjadi tiga zona fisiografi, yaitu lajur Jambi – Palembang di bagian timur–timurlaut, lajur Bukit Barisan di bagian tengah–baratdaya dan lajur Bengkulu di bagian barat (Gambar II.1). Secara umum daerah Lampung dapat dibagi menjadi tiga satuan morfologi, yaitu:

1. Dataran bergelombang di bagian timur dan timurlaut

Berdasarkan peta fisiografi daerah Lampung, daerah ini menempati 60% dari peta.

Material yang terdapat pada daerah ini adalah endapan vulkanik berumur Tersier hingga Kuarter dan endapan aluvium yang terletak pada ketinggian beberapa puluh meter dari permukaan laut.

2. Pegunungan kasar dibagian tengah dan baratdaya

Morfologi daerah ini merupakan bagian dari morfologi pegunungan bukit barisan yang menempati 25% - 60% dari luas peta. Batuan yang terdapat pada daerah ini adalah batuan beku sebagai batuan dasar, batuan metamorf, dan batuan gunungapi muda. Daerah ini memiliki lereng curam dengan ketinggian 500 - 1.680 meter di atas permukaan laut.

3. Daerah pantai berbukit sampai datar

Daerah ini memiliki topografi beraneka ragam dan sering kali terdiri dari perbukitan kasar. Batuan yang terdapat pada daerah ini adalah batuan gunungapi berumur Tersier hingga Kuarter dan batuan terobosan.

s e

(2)

8 II.2. Stratigrafi Regional

Stratigrafi dalam arti luas adalah ilmu yang membahas aturan, hubungan, dan kejadian (genesa) macam-macam batuan di alam dalam ruang dan waktu.

Sedangkan dalam arti sempit adalah ilmu penggambaran dan penjelasan lapisan- lapisan batuan (SSI, 1996). Geologi regional daerah penelitian jika dilihat dari peta geologi regional lembar Kota Agung (Amin dkk., 1993) berada pada Formasi Hulusimpang (Tomh), Formasi Gading (Tomg) dan Batuan Terobosan (Tm (gr, gd, di, da)) (Gambar II.2.). Berikut adalah penjelasan dari masing-masing satuan batuan yang terdapat pada daerah penelitian:

Formasi Hulusimpang (Tomh): Batuan penyusun formasi ini adalah breksi gunungapi, lava, tuf bersusunan andesitik-basal, terubah, berurat kuarsa dan bermineral sulfida. Formasi ini memiliki umur Tersier yaitu berada pada rentang Oligosen hingga Miosen awal.

Formasi Gading (Tomg): Batuan penyusun formasi ini adalah batupasir, batulanau dan batulempung dengan sisipan batugamping dan lignit. Formasi ini memiliki umur Tersier yaitu berada pada rentang Oligosen hingga Miosen awal.

Gambar II.1. Peta fisiografi daerah Lampung (Mangga dkk., 1994).

(3)

9

Batuan Terobosan (Tm (gr, gd, di, da)): Tmgr (granit), Tmgd (granodiorit), Tmdi (diorit), Tmgd (dasit). Formasi ini memiliki umur Miosen tengah.

II.3. Tektonik Regional

Tektonik Pulau Sumatera pada periode Tersier dipengaruhi oleh subduksi antara lempang Samudra India yang menunjam ke arah Sundaland. Akibat adanya subduksi ini terbentuk Sesar Semangko yang merupakan sesar regional pada pulau sumatera. Subduksi ini juga mengakibatkan terangkatnya Bukit Barisan. Barber dkk (2005) menjelaskan tektonik yang terjadi pada Sumatera dalam penampang penampang Pulau Sumatera yang berarah baratdaya-timurlaut dari umur Tersier hingga saat ini (Gambar II.3). Dalam penampang tersebut dijelaskan bahwa subduksi antara lempeng Samudra India yang menunjam ke arah Sundaland terjadi pada masa Eosen hingga saat ini.

Gambar II.2. Stratigrafi peta geologi lembar Kota Agung (Amin dkk., 1993).

(4)

10

Pada masa Eosen subduksi baru terjadi antara lempeng Samudra India yang menunjam ke arah Sundaland. Pada masa Oligosen terbentuk horst dan graben akibat subduksi yang terus terjadi pada masa ini. Pembentukan horst dan graben pada masa ini menjadi pertanda bahwa sudah terbentuk cekungan depan busur dan belakang busur pada Pulau Sumatera.

Gambar II.3. Penampang pulau Sumatra dari baratdaya-timurlaut (Barber dkk., 2005).

(5)

11

Horst dan graben pada masa ini menunjukkan bahwa sudah ada kontrol struktur yang terjadi. Zona Sesar Sumatera diasumsikan terbentuk pada masa Oligosen akhir. Pada masa Miosen awal terjadi pengangkatan Bukit Barisan secara perlahan dan terjadi perubahan permukaan laut secara transgresi. Transgresi adalah suatu kondisi dimana terjadi perubahan garis pantai yang menuju (maju) ke arah daratan.

Hal ini terjadi karena beberapa sebab seperti pasokan sedimen lebih kecil dari pada tempat akomodasi, perubahan global, dan relatif sea level. Pada Miosen tengah merupakan fase maksimum transgresi. Pada masa Miosen akhir terjadi perubahan kondisi permukaan laut menjadi regresi dan terjadi pengangkatan bukit barisan secara cepat yang terjadi hingga saat ini. Regresi adalah suatu kondisi dimana terjadi perubahan garis pantai yang menuju (mundur) ke arah lautan. Hal ini terjadi karena beberapa sebab seperti pasokan sedimen lebih besar dari tempat akomodasi, perubahan global dan relatif sea level.

II.4. Airtanah (Groundwater)

Air adalah semua air yang terdapat pada, di atas, ataupun di bawah permukaan tanah, termasuk dalam pengertian ini air permukaan, air tanah, air hujan, dan air laut yang berada di darat (UU No. 17 Tahun 2019). Airtanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau batuan di bawah permukaan tanah (UU No. 17 Tahun 2019). Menurut Freeze dan Cherry (1979), Airtanah adalah air yang terdapat dibawah permukaan tanah termasuk air yang terdapat pada lapisan tanah dan air yang terdapat pada lapisan akuifer.

II.5. Mataair

Bear (1979) menjelaskan bahwa mataair adalah suatu titik atau areal kecil dimana airtanah muncul dari akuifer ke permukaan tanah. Mataair menurut Bear (1979) ada empat jenis (Gambar II.4), yaitu:

1. Mataair depresi (depresion springs) adalah mataair yang terjadi ketika tinggi muka airtanah mencapai permukaan tanah melalui titik atau areal kecil tempat keluarnya airtanah.

2. Perched springs adalah mataair yang terjadi ketika lapisan impermeabel di bawah akuifer bertemu dengan muka airtanah.

(6)

12

3. Mataair dalam rekahan (springs in cracked) adalah mataair yang terjadi pada lapisan impermeabel (batuan beku dan batuan metamorf) yang memiliki banyak rekahan sebagai media untuk bergeraknya airtanah ke permukaan.

4. Mataair dari akuifer tertekan.

Gambar II.4. Jenis Mataair (Bear, 1979).

(7)

13 II.6. Tipe Akuifer

Sifat batuan terhadap airtanah dapat dibedakan menjadi empat, yaitu akuifer, akuitar, akuiklud dan akuifug. Akuifer adalah lapisan batuan yang dapat menyimpan dan mengalirkan air dalam jumlah yang ekonomis. Akuitar adalah lapisan batuan yang mampu menyimpan dan mengalirkan air dalam jumlah terbatas. Akuiklud adalah lapisan batuan yang dapat menyimpan air tetapi tidak dapat mengalirkan air. Kruseman dan de Ridder (1994) membagi tipe akuifer menjadi tiga (Gambar II.5), yaitu:

1. Akuifer tertekan (Confined aquifer) adalah akuifer yang bagian atas dan bawahnya dibatasi oleh lapisan bersifat akifug atau akiklud.

2. Akuifer bebas (Unconfined aquifer) adalah akuifer yang dibatasi oleh lapisan impermeabel dibagian bawahnya tetapi pada bagian atasnya tidak ada lapisan penutup.

3. Akuifer bocor (Leaky aquifer) adalah akuifer yang dibatasi oleh lapisan semi permeabel di bagian atas dan atau di bagian bawahnya.

Gambar II.5. A. Akuifer tertekan; B. Akuifer semi tertekan; C. Akuifer bocor (Kruseman dan de Ridder, 1994).

(8)

14 II.7. Jaring Aliran Airtanah

Jaring airtanah merupakan kombinasi dari beberapa garis aliran dan garis ekuipotensial. Garis ekuipotensial merupakan garis yang menghubungkan titik-titik dengan nilai ketinggian airtanah yang sama. Garis ekuipotensial ini yang nantinya disebut dengan kontur airtanah. Garis aliran airtanah dapat ditentukan dengan menarik garis tegak lurus kontur tinggi muka air tanah. Kontur airtanah dapat dibuat menggunakan tiga elevasi airtanah yang diketahui dari sumur gali (Gambar II.6).

Gambar II.6. Kontur air tanah dan arah aliran dari elevasi muka air tanah di tiga sumur (Tood dan Mays, 2005).

(9)

15 II.8. Hubungan Air Sungai Dengan Airtanah

Lee (1980) dalam Carolina (2012) membagi hubungan antara air sungai dengan airtanah menjadi empat (Gambar II.7) yaitu:

1. Airtanah mengisi sungai (efluent stream).

2. Sungai mengisi airtanah (influent stream).

3. Air sungai dan airtanah tidak saling terhubung karena dipisahkan oleh lapisan impermeabel.

4. Perched stream adalah air sungai dengan airtanah tidak saling terhubung karena dipisahkan oleh lapisan tidak jenuh air.

Gambar II.7. Hubungan air sungai dengan airtanah (Lee, 1980).

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan menggunakan model Miles and Huberman yang meliputi reduksi data (data reduction), penyajian data (data

However first, we will certainly ask you, just how much do you like to review a book The Complete Dusty Springfield By Paul Howes Does it always up until surface.. Wherefore does

1) Pendidik menjelaskan materi hal-hal yang termasuk cinta tanah air. 2) Warga belajar menulis soal dan jawaban yang telah dicontohkan. 3) Warga belajar mengerjakan beberapa

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa hipotesis kelima tidak diterima dimana variabel moderasi kepemilikan negara hanya memperkuat

Secara umum terdapat beberapa keuntungan dari metode granulasi basah, diantaranya adalah sifat kohesi dan kompresibilitas serbuk ditingkatkan melalui penambahan pengikat

tera dan tera ulang terdapat penjelasannya dalam pasal 1, yaitu: "menera adalah menandai dengan tanda yang sah atau tanda tera batal yang berlaku, atau

Pati Thailand dengan tingkat kristalinitas yang lebih rendah serta kadar abu, lemak dan amilosa yang lebih tinggi memiliki suhu pasting terendah.. Suhu pasting

 Dikemas dalam bentuk cairan, tidak berwarna, tidak eksplosif, tidak berbau, tidak bersifat iritatif terhadap jalan nafas  digemari untuk induksi inhalasi disamping halotan.