• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA TEORITIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA TEORITIS"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

10 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA TEORITIS

A. Penelitian Terdahulu

Kajian pustaka digunakan sebagai bahan perbandingan terhadap penelitian yang sudah ada. Kajian pustaka terdiri dari penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini.

1. Skripsi yang ditulis oleh Roif Noviyanto dengan judul implementasi pendidikan karakter melalui kegiatan keagamaan di MI Mathla’ul Anwar Landbaw Kecamatan Gisting Kabupaten Tanggamus. Skripsi ini dilatar belakangi karena banyaknya kemrosotan akhlak yang terjadi, serta upaya-upaya yang bisa dilakukan sekolah untuk membentuk karakter yang islami pada diri siswa. Dari skripsi ini juga memberikan penjelasan mengenai beberapa jenis kegaitan keagamaan yang ada di MI Mathla’ul Anwar diantaranya shalat Dhuha dan Dzuhur berjamaah, peringatan hari besar Islam, pembiasaan 5S, dan do’a bersama sebelum dan sesudah belajar. Yang didalamnya memuat nilai-nilai moral guna membiasakan peserta didiknya untuk mengikuti setiap kegaitan yang dilaksanakan. Metode yang digunakan yaitu melalui keteladanan guru dari sekolah tersebut untuk memberikan pengajaran kepada anak didiknya. Sehingga setiap warga sekolah diharapkan mampu memberikan pendidikan moral kepada anak-anak salah satunya dengan kegiatan-kegiatan keagamaan tersebut. Dari hasil dalam penelitian ini sekolah diharapkan mampu mengoptimalkan lagi terkait kegiatan keagamaan tersebut.13

2. Skripsi yang ditulis oleh Yuli Farida dengan judul pengaruh membaca Al-Qur’an dan lingkungan masyarakat terhadap kecerdasan spiritual siswa kelas VIII di MTsN Madiun tahun pelajaran 2018/2019. Dari skripsi ini memberikan penjelasan baik pembiasaan membaca Al-Qur’an maupun lingkungan masyarakat memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kecerdasan spiritual

13 Roif Noviyanto, Implementasi pendidikan karakter melalui kegiatan keagamaan di MI Mathla’ul Anwar Landbaw Kecamatan Gisting Kabupaten Tanggamus.(Skripsi Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negri Raden Intan Lampung 2017), 54

(2)

11

siswa. Dengan dilatarbelakangi perubahan sosial yang terjadi di tengah masyarakat, dan kurangnya perhatian masyarakat terhadap peningkatan kecerdasan seorang anak/siswa. Disini peneliti mengasumsikan bahwa madrasah merupakan tempat yang dapat memberikan pengajaran mengenai agama Islam dengan berbagai program yang dijalankan, salah satunya pembiasaan membaca Al-Qur’an guna memberikan pengalaman spiritual serta meningkatkan kecerdasan spiritual. Dari penelitian ini diperoleh hasil koefisien determinasi sebesar 11,55%, artinya pembiasaan membaca Alquran berpengaruh sebesar 11,55% terhadap kecerdasan spiritual siswa dan sisanya 88,45% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. Pembiasaan membaca Al-Qur’an merupakan salah satu bentuk kegiatan kegamaan yang dilakukan dalam meningkatkan kecerdasan spiritual siswa. Dari sini dapat diketahui bahwa kegiatan keganmaaan yang berupa pembiasaan membaca Al-Qur’an memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kecerdasan spiritual.

3. Skripsi yang ditulis oleh Qoori’ Sulika dengan judul pengaruh kecerdasan spiritual dan penanaman budaya religius terhadap prestasi belajar mata pelajaran pendidikan agama dan budi pekerti (pabp) siswa kelas x mipa di sma negeri 1 ponorogo tahun pelajaran: 2017/2018. Dari penelitian tersebut menjelaskan mengenai perhatian terhadap 3 aspek dalam proses pendidikan yaitu; kognitif, afektif serta psikomotorik. Jika kebanyakan dalam pembelajaran agama hanya memperhatikan aspek kognitifnya saja, namun melalui penanaman kebudayaan religius serta memperhatikan kecerdasan spiritual dapat memberikan pengaruh yang posotif terhadap pengembangan ketiga aspek tersebut. Adapun hasilnya adalah terdapat pengaruh antara kecerdasan spiritual dan penanaman budaya religius terhadap prestasi belajar mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi Pekerti (PABP) siswa kelas X MIPA di SMAN 1 Ponorogo sebesar 43,97% dan sisanya 56,03% sisanya dipengaruhi faktor lain yang tidak masuk dalam model.

4. Skripsi yang ditulis oleh Shofa Kuni Silfiati dengan judul pengaruh intensitas mengikuti kegiatan keagamaan terhadap perilaku sosial islami siswa kelas xi ma al-hadi girikusuma mranggen demak tahun pelajaran 2014/2015. Dari penelitian ini menjelaskan bahwa bagaimana suatu kegiatan keagamaan yang dilakukan di

(3)

12

lingkungan sekolah dapat berpengaruh dalam kehidupan sosial siswanya.

Masyarakat adalah sebuah peradaban dengan kultur yang memiliki keragaman masing2 di setiap daerahnya. Dalam hal keagamaan misalnya, shalat berjama’ah, pengajian umum, yasinan, zakat, peringatan hari besar Islam dan sebagainya.

Dari hal tersebut dari skrisi ini mencoba menemukan keterkaitan dengan perilaku sosial islami. Adapu hasil dari penelitian ini adalah Intensitas Kegiatan Keagamaan siswa kelas XI MA Al-Hadi GirikusumaMranggen Demak memiliki nilai rata-rata ( ) = 43,688 dan standar deviasi ( ) = 4,836 termasuk dalam kategori cukup. Perilaku sosial Islami Siswa Kelas XI MA Al-Hadi Girikusuma Mranggen Demak memiliki nilai rata-rata ( ) = 46,375 dan standar deviasi ( ) = 4,294. Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara variabel intensitas mengikuti kegiatan keagamaan (X) terhadap perilaku sosial Islami siswa (Y) sebesar 0,677 atau 45,83%. Dibuktikan dengan persamaan regresi = 20,113 + 0,677X dan hasil varian regresi = 25,386 lebih besar dari pada dengan taraf signifikansi 1% yaitu = 7,562 berarti signifikan, = 25,386 lebih besar dari pada dengan taraf signifikansi 5% yaitu = 4,171 berarti signifikan. Dengan demikianterdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara intensitas mengikuti kegiatan keagamaan terhadap perilaku sosial Islami siswa kelas XI MA Al-Hadi Girikusuma Mranggen Demak, sehingga hipotesis diterima.

5. Skripsi yang ditulis Khoirul Muktadin, dengan judul pelaksanaan kegiatan keagamaan dalam membentuk perilaku siswa di Mts Negeri Malang III Gondanglegi. Dari penelitian ini memberikan penjelasan mengenai kegiatan keagamaan yang dilaksanakan di sekolah kemudian memberikan dampak terhadap perilaku siswa. Terdapat faktor penghambat maupun pendukung dalam pelaksanaan kegiatan tersebut. Penelitian yang menggunakan pendekatan deskripsif kualitatif dengan metode pengumpulan data yaitu interview, observasi, dan dokumentasi ini memberikan hasil bahwa tingkah laku siswa di Mts Negeri Malang III Gondanglegi sangatlah baik dengan adanya pendidikan dan pembinaan yang dilakukan di lingkungan sekolah dapat terlaksana maksimal dengan di dukung oleh sarana prasarana yang memadai di sekolah. Selain itu koordinasi dari para guru pembina serta pemberian reward kepada siswa yang

(4)

13

berprestasi di lingkungan sekolah. Sehingga memotivasi siswa lainnya untuk berbuat baik,

6. Skripsi yang ditulis Muhammad Nasrudin, dengan judul pengaruh keaktifan mengikuti kegiatan keagamaan terhadap pengalaman agama siswa kelas XI SMA Negeri 1 Raman utara kabupaten Lampung Timur. penelitian ini menjelaskan pengaruh keaktifan mengikuti kegiatan keagamaan terhadap pengamalan Agama siswa kelas XI SMA Negeri 1 Raman Utara. Permasalahan tersebut dibahas melalui penelitian studi lapangan yang dilaksanakan di kelas XI SMA Negeri 1 Raman Utara. Dengan menggunakan teknik analisis korelasi product moment yang kemudian dianalisis dengan analisis regresi sederhana.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa: terdapat pengaruh dari variabel X (keaktifan mengikuti kegiatan keagamaan) terhadap variabel Y (pengamalan Agama siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Raman Utara) sebesar 45,83% dengan persamaan regresi (Ŷ)= 20,113 + 0,677X dan hasil varian regresi Fhitung=

25,386 lebih besar dari pada Ftabel dengan taraf signifikansi 1% yaitu Ftabel = 7,562 berarti signifikan, Fhitung = 25,386 lebih besar dari pada Ftabel , dengan taraf signifikansi 5% yaitu Ftabel = 4,171 berarti signifikan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara keaktifan mengikuti kegiatan keagamaan terhadap pengamalan Agama siswa kelas XI SMA Negeri 1 Raman Utara

7. Skripsi yang ditulis oleh Miftakhun Nurul Jannah Program Kepala Sekolah Untuk Menciptakan Suasana Religius Di Smp N 1 Kedungjati Kecamatan Kedungjati abupaten Grobogan Tahun 2015/2016. Dalam penelitian studi kasus ini teknik pengumpulan data dengan wawancara, observasi, dan dokumentasi.

Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa; kepala sekolah dalam menciptakan suasana religius perlu dukungan dari semua pihak sekolah, untuk mengadakan pembiasaan kegiatan berbasis keagamaan. Selain itu faktor pendukung dalam kegiatan tersebut adalah kepala sekolah, karyawan, guru, dan peserta didik.

Sedangkan untuk faktor penghambatnya yaitu kurangnya kesadaran baik guru maupun siswa untuk turut serta dalam kegiatan yang menunjang terciptanya

(5)

14

suasana religius di lingkungan sekolah, disamping itu sarana dan prasarana yang kurang memadai di sekolah.

Berdasarkan kajian terhadap penelitian terdahulu di atas, fokus penelitian ini adalah pelaksanaan program birohim yang bdi selenggarakan di Mts Muhammadiyah 1 malang. Peneliti akan menganalisis mengenai nilai-nilai, aturan, serta materi apa saja yang diterapkan dalam program birohim. Selanjutnya, peneliti akan menganalisis dari hasil survei apakah dengan adanya program birohim ini, dapat memberikan pengaruh atau dampak terhadap kecerdasan spirirual siswa.9

Table 2.1

No Judul Penelitian Nama

Peneliti Persamaan Perbedaan 1 Implementasi

pendidikan karakter melalui kegiatan keagamaan di MI Mathla’ul Anwar Landbaw Kecamatan Gisting Kabupaten Tanggamus.

Roif Noviyanto

1. Sama –sama memberikan penjelasan mengenai kegiatan keagamaan yang ada di sekolah yang diterapkan guna

memberikan dampak yang positif terhadap akhlak

siswanya, 2. Serta upaya /

kegiatan yang dilakukan untuk

1. Menggunakan pendekatan penelitian kualitatif,

2. Tempat dan waktu penelitian

3. Subjek penelitian yang digunakan adalah tingkat MI

(6)

15

membentuk karakter islami.

2 Pengaruh membaca Al- Qur’an dan lingkungan masyarakat terhadap kecerdasan spiritual siswa kelas VIII di MTsN Madiun tahun pelajaran 2018/2019.

Yuli Farida 1. Sama-sama menggunakan pendekan penelitian kuantitatif.

2. Sama-sama menggunakan variabel dependen yaitu kecerdasan spiritual 3. Subjek

penelitian sama-sama pada jenjang kelas VIII

1. Penggunaan metode

independen yang berbeda yaitu membaca Al- Qur’an dan lingkungan masyarakat.

2. Waktu dan tempat penelitian

3. Metode analisis data yang digunakan

3 Pengaruh kecerdasan spiritual dan penanaman budaya religius terhadap prestasi belajar mata pelajaran pendidikan agama dan budi pekerti (pabp) siswa kelas X mipa di SMA negeri 1 ponorogo tahun pelajaran: 2017/2018.

Qoori’ Sulika 1. Sama-sama menggunakan pendekatan kuantitatif 2. Sama-sama

menggunakan variabel kecerdasan spiritual, dan penanaman budaya religius

1. Penggunaan kecerdasan spiritual sebagai variabel

independen 2. Penggunaan

prestasi belajar mata pelajaran pendidikan agama dan budi pekerti

(7)

16

yang mirip dengan kegiatan keagamaan

sebagai variabel dependen

3. Waktu dan tempat penelitian

4. Subjek penelitian yang digunakan adalah tingkat SMA yaitu pada kelas X

4 Pengaruh intensitas mengikuti kegiatan keagamaan terhadap perilaku sosial islami siswa kelas XI MA al- hadi girikusuma

mranggen demak tahun pelajaran 2014/2015

Shofa Kuni Silfiati

1. Sama-sama menggunakan pendekatan kuantitatif 2. Sama-sama

menggunakan variabel independen kegiatan keagamaan 3. Sama-sama

menggunakan metode analisis data product moment

1. Penggunaan perilaku sosial islami siswa sebagai variabel dependen

2. Waktu dan tempat penelitian

3. Subjek penelitian yang digunakan pada tingkat MA yaitu pada kelas XI

5 Pelaksanaan kegiatan keagamaan dalam membentuk perilaku siswa di Mts Negeri Malang III Gondanglegi.

Khoirul Muktadin

1. Sama-sama meneliti mengenai kegiatan

1. Menggunakan pendekatan kualitatif 2. Tempat dan

waktu penelitian

(8)

17

keagamaan di sekolah 2. Sama-sama

menjelaskan kegiatan keagamaan dalam membentuk perilaku yang baik bagi siswa 3. Sama-sama

menggunakan subjek

penelitian pada tingkat Mts

3. Disampaikan faktor-faktor penghambat dan pendukung dalam pelaksanaannya

6 Pengaruh keaktifan mengikuti kegiatan keagamaan terhadap pengalaman agama siswa kelas XI SMA Negeri 1 Raman utara kabupaten Lampung Timur

Muhammad Nasrudin

1. Sama-sama menggunakan pendekatan kuantitatif 2. Sama-sama

menggunakan kegiatan keagamaan sebagai variabel independen

1. Penggunaan pengalaman agama sebagai variabel dependennya.

2. Waktu dan tempat penelitian 3. Subjek penelitian yang digunakan pada tingkat SMA yaitu pada kelas XI

(9)

18 7 Program Kepala

Sekolah Untuk Menciptakan Suasana Religius Di Smp N 1 Kedungjati Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan Tahun 2015/2016

Miftakhun Nurul Jannah

1. Sama-sama meneliti mengenai kegiatan yang membentuk religiusitas pada lingkungan sekolah 2. Subjek

penelitian yang sama- sama digunakan pada tingkat SMP/Mts

1. Menggunakan pendekatan kualitatif

2. Waktu dan tempat penelitian

B. Kerangka Teoritis Masalah Penelitian

1) Pengertian Budaya Keagamaan Sekolah

Secara etimologis pengertian budaya (Culture) berasal dari bahasa latin yaitu colere (Daryanto:2015:1), yang berarti bmembajak tanah, mengolah, memelihara ladang. Sementara secara terminologis pengertian budaya menurut Montago dan Dawson (1993) merupakan way of life , yaitu cara hidup tertentu yang memancarkan identitas tertentu pula dari suatu bangsa. Kemudian The American Herritage Dictionary mendefinisikan kebudayaan secara formal, “sebagai suatu keseluruhan dari pola perilaku yang dikirimkan melalui kehidupan sosial, seni , agama, kelembagaan dan segala hasil kerja dan pemikiran manusia dari suatu kelompok manusia.”14

14 Eva maryamah, “Pengembangan budaya sekolah,” Tarbawi, Juli- Desember, 2016, 87

(10)

19

Sedangkan keagamaan berasal dari kata agama, mendapat awalan

“ke” dan akhiran “an”, yang memiliki arti sesuatu (segala tindakan) yang berhubungan dengan agama.15 Agama berarti kepercayaan kepada Tuhan dengan ajaran kebaktian dan kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan itu. Sedangkan, keagamaan adalah sifat-sifat yang terdapat di dalam agama16. Jadi jika di gabungkan kebudayaan keagamaan berarti pola perilaku yang dikirimkan melalui kehidupan sosial, seni , agama, kelembagaan, yang berhubungan dengan kepercayaan kepada Tuhan dengan ajaran kebaktian dan kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan itu.

Seiring berkembangnya waktu, pendidikan agama semakin menjadi perhatian ditengah maraknya sikap-sikap amoral yang terjadi. Sebagaian besar sekolah sudah menyediakan beberapa program keagamaan dalam pembentukan karakter, akan tetapi juga harus didukung dengan implementasinya secara personal dari peserta didik.

Pentingnya pendidikan agama di sekolah yang di tuangkan memalui program, atau kebudayaan di sekolah adalah untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaran Islam secara menyeluruh. Mengembangkan konsep lingkungan sekolah berwawasan mengembangkan budaya religius adalah sekumpulan nilai-nilai agama yang melandasi perilaku, tradisi, kebiasaan keseharian dan simbol-simbol yang dipraktikan oleh kepala sekolah, guru, petugas administrasi, peserta didik dan masyarakat sekolah. 17

15 Suharso dan Ana Retnoningsih, Kamus Besar Bahasa Indonesia... , hlm. 19.

16 TB. Aat Syafaat, dkk., “Peranan Pendidikan Agama Islam dalam Mencegah Kenakalan Remaja (Juvenile Delinquency),” Jakarta, 2008), 154

17 Rara Fransiska Noveart, “efektivitas pelaksanaan kegiatan keagamaan pada siswa di SMPN 21 kota Bengkulu,” An-Nizom Vol. 2, No. 2, (Agustus 2017), 408

(11)

20 2) Pengertian SQ (Spiritual Quotient)

Kita dilahirkan dengan memiliki beragam kecerdasan yang diberikan oleh Allah SWT, salah satunya yaitu kecerdasan spiritual. Secara konseptual kecerdasan spiritual terdiri atas gabungan kata kecerdasan dan spiritual.

Kecerdasan berasal dari kata cerdas yang berarti pintar dan cerdik, cepat tanggap dalam menghadapi masalah dan cepat mengerti jika mendengar keterangan. Kecerdasan adalah kesempurnaan perkembangan akal budi. Kecerdasan adalah kemampuan seseorang untuk memecahkan masalah yang dihadapi, dalam hal ini adalah masalah yang menuntut kemampuan fikiran.18 Sementara kata spiritual sendiri dapat dimaknai sebagai hal-hal yang bersifat spirit atau berkenaan dengan spirit. Dari sini dapat diartikan spiritual sebagai suatu hal yang berkaitan dengan kemampuan dalam mengembangkan semangat.19

Ingersoll (1994) dalam Desmita (2009:264) meyampaikan bahwa kata spirit terdiri dari kata Latin “spiritus” yang berarti: luas atau dalam (breath), keteguhan hati atau keyakinan (courage), energi atau semangat (vigor), dan kehidupan. Spiritual sebagai wujud dari karakter spiritual, kualitas atau sifat dasar.

Pada awal tahun 2000, Zohar dan Marshall, memperkenalkan Spiritual Quotient (SQ) atau kecerdasan spiritual. SQ adalah kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan persoalan makna dan nilai, yaitu kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan yang lain.

SQ adalah landasan yang diperlukan untuk mengfungsikan IQ dan EQ

18 Daryanto, Kamus Bahasa Indonesia Lengkap, (Surabaya : Apollo, 2006), Hlm. 141

19 Abdul Wahab dan Umairso, Kepemimpinan Pendidikan Dan Kecerdasan Spiritual (Yogyakarta:

Ar-Ruzz Media, 2011), 46

(12)

21

secara efektif. Bahkan, SQ merupakan kecerdasan tertinggi kita20.Danah Zohar juga mengatakan bahwa kecerdasan spiritual adalah kecerdasan yang bertumpu pada bagian dalam individu yang berhubungan dengan kearifan di luar ego, atau jiwa sadar. Inilah kecerdasan yang manusia gunakan hanya untuk mengetahui nilainilai yang ada, melainkan juga untuk secara kreatif menemukan nilai-nilai baru. 21

Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan jiwa. Ia adalah kecerdasan yang dapat membantu kita menyembuhkan dan membangun diri kita secara utuh. SQ adalah kecerdasan yang paling dalam berhubungan dengan kearifan diluar ego atau pikiran sadar. 22

Berkaitan dengan SQ yang disebutkan oleh Danah Zohar, Ian Marshallsebagai kecerdasan yang tertinggi, terdapat penelitian dar Prof. Dr.

Daniel Colleman, “bapak manajemen” dari AS menunjukkan bahwa keberhasilan seseorang hanya 20% dipengaruhi oleh IQ, sementara 80%

lagi dipengaruhi oleh EQ dan SQ.23

Pengertian yang hampir sejalan dengan teori diatas yaitu menurut Hosnan dan Dipl (2016:204) yang mengatakan bahwa kecerdasan spiritual adalah kemampuan untuk memimpin diri, serta mengetahui tujuan hidup dan mengatasi frustasi dan depresi. SQ membuat seseorang bersikap tidak egois dan berempati terhadap orang lain.24

Menurut Marsha Sinetar, 2001 kecerdasan spiritual merupakan pemikiran yang terilhami. Ia adalah cahaya ciuman kehidupan yang membangunkan tidur indah kita. Ia menghidupkan orang dari segala usia, di segala situasi. Selain itu, Marsha juga mengutip W.E Vine dari buku An

20 Danah Zohar, Ian Marshall. SQ Kecerdasan Spiritual terj. Rahmani Astuti, Ahmad Nadjib (Bandung,2001), 14

21 Syaparuddin Syaparuddin; Elihami Elihami. Peningkatan Kecerdasan Emosional (Eq) Dan Kecerdasan Spiritual (Sq) Siswa Sekolah Dasar Sd Negeri 4 Bilokka Sebagai Upaya Meningkatkan Kualitas Diri Dalam Proses Pembelajaran Pkn. MAHAGURU: Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 5

22 Ibid , 11

23 Dr.M Hosnan, Dipl.Ed., M. Pd, Psikologi Perkembangan Peserta Didik Kiat Sukses Pendidikan Anak Dalam Era Modern (Jakarta:Ghalia Indonesia, 2016,204)

24 Ibid, 204

(13)

22

Expository Dictionary of New Testament Word , yang menjelaskan bahwa kecerdasan spiritual adalah pemikiran yang terilhami. Kecerdasan ini terilhami oleh dorongan efektivitas, keberadaan atau hidup keilahian yang mempersatukan kita sebagai bagian-bagiannya. “Allah” adalah kata yang saya pilih untuk sumber kegairahan tersebut:”eksistensi tanpa asal, kekal, abadi lengkap pada dirinya, dan daya kreatif.25

Melalui kecerdasan spiritual manusia mampu menciptakan makna- serta tujuan-tujuannya. Dengan kecerdasan spiritual pula manusia mampu bahagia dalam perjalanan meraih cita-cita yang sehingga jadi lebih bermakna. Kecerdasan spiritual terkait dengan masalah makna, motivasi, dan tujuan hidup. Manusia dapat memberi makna melalui berbagai keyakinan. Sebagaimana kita merasa bermakna apa bila bisa membantu sesama, atau kita merasa bermakna karena bisa memwujudkan cita-cita yang kita impikan.

3) Ciri-ciri SQ

Menurut Danah zohar, Ian Marshall, (2007:13) tanda-tanda atau ciri bila SQ berkembang dengan baik diantaranya:26

a) Kemampuan bersifat fleksibel adaptif secara spontan dan aktif b. Kemampuan menghadapi dan memanfaatkan penderitaan c. Kemampuan untuk menghadapi dan melampaui rasa sakit d. Mempunyai tingkat kesadaran diri yang tinggi

e. Kecenderungan untuk mengaitkan antara hal-hal yang dilakukan berkaitan dengan makna dan nilai

f. Keenggangan untuk menyebabkan kerugian g. Menjadi seseorang yang mandiri

Menurut Marsha Sinetar (2000):7 pribadi yang memiliki kecerdasan spiritual (SQ). Orang yang mempunyai kecerdasan spiritual memiliki banyak sifat yang tidak semuanya terlihat dengan jelas dalam diri setiap

25 Marsha Sinetar, Spiritual Intellegence Kecerdasan Spiritual Belajar Dari Anak Yang Mempunyai Kesadaran Dini, terj Soesanto Boedidarmo (Jakarta, 2001), 13

26 Danah zohar, ian marshall. SQ Kecerdasan Spiritual. (Bandung,2007), 13

(14)

23

anak. Dengan demikian terdapat ciri-ciri anak yang mempunyai kecerdasan spiritual adalah sebagai berikut:

a. Kesadaran diri mendalam, intuisi, kekuatan “keakuan” atau otoritas bawaan

b. Pandangan luas terhadap dunia, melihat diri sendiri dengan orang lain saling terkait.

c. Moral tinggi , pendapat yang kokoh, kecenderungan untuk merasa gembira, “pengalaman puncak”/ bakat-bakat estetis. Seperti hal nya dia menyadari bahwasanya ada sesuatu dalam dirinya “potensi” yang bisa digali.

d. Pemahaman mengenai tujuan hidupnya, Seseorang yang cerdas secara spiritual akan memiliki tujuan hidup berdasarkan alasan-alasan yang jelas dan bisa dipertanggungjawabkan, baik secara moral maupun di hadapan Allah SWT nantinya. Dia dapat merasakan bagaimana nasibnya kelak, melihat berbagai kemungkinan, seperti cita-cita yang suci dan sempurna, diantara hal-hal yang biasa. Orang dengan tujuan hidup yang jelas akan memperoleh manfaat yang banyak dari apa yang telah dicita- citakannya, diantaranya: a) Mendorong untuk berpikir lebih mendalam tentang kehidupan; b) Membantu memeriksa pikiran-pikiran yang terdalam; c) Menjelaskan hal-hal yang benar-benar penting untuk dilakukan; d) Memperluas cakrawala pandangan; e) Memberikan arah dan komitmen terhadap nilai-nilai yang diyakini; f) Membantu dalam mengarahkan kehidupan; g) Mempermudah dalam mengelola potensi dan karunia yang ada.

e. Menyadari tentang kehidupan dengan orang lain. Pada umumnya mementingkan kepentingan orang lain (altruistis) atau keinginan untuk berkontribusi kepada orang lain.

f. Memiliki gagasan-gagasan segar dan aneh. Terkadang kita berfikir apakah ini jiwa-jiwa tua yang tinggal dalam tubuh yang masih muda?.

Dalam hal ini terkadang seorang anak tiba-tiba menanyakan hal-hal yang

(15)

24

dirasa aneh dan dari mana dia berfikir tentang hal itu, misalnya mengenai kehidupan setelah mati,dan lainya.

4) Perkembangan spiritual pada diri Remaja

Spiritualitas pada diri seorang remaja memanglah lebih tersetruktur dengan lebih berarti dari pada sebelumnya yaitu dimasa anak-anak. Menurut Inggersoll ,1994 (dalam Hosnan, Dipl.Ed, 2016), menyampaikan bahwa setidaknya penggambaran spiritualitas dalam tujuh dimensi yaitu; makna (meaning), konsep tentang ketuhanan (conception of divinity), hubungan (relationship), misteri (mistery), pengalaman (misalnyaperince), perbuatan atau permainana (play), dan integrasi (integration). Jika pada anak-anak konsep tentang spiritualitas bersifat lebih operasional konkret, dimana yang dulunya konsep-konsep keagamaan dipahami secara konkret mulai dipahami secara abstrak. Maka dalam perkembangan di masa remaja meraka mulai mencari sebuah konsep yang lebih mendalam tentang Tuhan dan eksistensi.27 Perkembangan pemahaman terhadap keyakinan agama sangat dipengaruhi oleh perkembangan kognitifnya/pengetahuannya.

Sehingga dari apa yang disampaikan oleh Ingersoll dalam masa remaja ini sudah mulai terlihat, seperti mengenal konsep Tuhan dari apa yang ia pelajari, belajar dari pengalaman yang ia lalui, atau pemaknaan terhadap situasi.

Mengacu pada teori perkembangan spiritualitas Fowler, remaja berada dalam tahap syntetic-conventional faith, tahap dimana remaja mulai bersifat konformistis dan melakukan penyesuaian-penyesuaian diri dengan harapan –harapan sosial. Oleh karena itu, sistem kepercayaan remaja mencerminkan pola kepercayaan masyarakat pada umumnya. Pada dahap ini remaja mulai mencapai pengalaman bersatu dengan Yang Transenden melalui simbol dan upacara keagamaan yang sakral. Allah dipandang sebagai “pribadi lain” yang berperan penting dalam kehidupan mereka.

27 Dr.M Hosnan, Dipl.Ed., M. Pd, Psikologi Perkembangan Peserta Didik Kiat Sukses Pendidikan Anak Dalam Era Modern (Jakarta:Ghalia Indonesia, 2016,199)

(16)

25

Selanjutnya muncul pengakuan bahwa Allah lebih dekat dengan dirinya dibandingkan remaja itu sendiri dengan dirinya.28

C. Pengaruh program birohim terhadap kecerdasan spiritual siswa

Penulis maksudkan dari program birohim dalam pembahasan ini ialah penghayatan dan pengamalan ajaran Islam. Jadi yang akan diuraikan di bawah ini hanya sebatas tentang pengaruh program birohim di sekolah terhadap kecerdasan spiritual siswa MTs Muhammadiyah 1 Malang.

Salah satu teori perkembangan kecerdasan spiritual yang digagas oleh James Fowler (Desmita, 2009: 278), teori perkembangan spiritual dalam konteks teori perkembangan Fowler dikenal dengan faith development, dipandang sebagai inti dari perkembangan kecerdasan spiritual. Teori Fowler menjelaskan bahwa sepanjang rentang kehidupan manusia, keimanan sebagai orientasi holistik yang menunjukkan adanya hubungan antara individu dengan alam semesta mengalami tahap perkembangan (stages of faith development). Teori dari Fowler ini dimaksudkan untuk menunjukkan penelitian empiris dan refleksi teoritis yang sementara ini diakui secara internasional sebagai psikolog agama yang sangat penting.

Konsep tentang spiritualitas dan kepercayaan yang digunakan Fowler merujuk pada apa yang dikemukakan oleh Willfred Cantwell Smith, bahwa kepercayaan esensial merupakan kualitas pribadi, yaitu suatu orientasi kepribadian seseorang yang menanggapi nilai dan kekuasaan tresenden, orientasi terhadap dirinya, sesamanya, alam semesta yang dilihat dan dipahami melalui bentuk-bentuk kumulatif. Smith juga menyatakan, kepercayaan itu bersifat universal yang dimiliki semua manusia. Artinya kepercayaan merupakan suatu kodrat alamiah.29

28 Dra. Desmita, M.Si, Psikologi Perkembangan Peserta Didik Panduan bagi Orang tua dan Guru dalam Memahami Psikologi Anak usia SD, SMP, dan SMA. (Bandung:2009). 282

29 Ibid, 278

(17)

26

Seperti yang telah diuraikan di atas, bahwa salah satu faktor pendukung dalam kecerdasan spiritual adalah mengikuti program birohim.

Meski bukan satu-satunya penentu/ faktor yang mempengaruhi keberhasilan seseorang dalam kecerdasan spiritual, namun keikutsertaan dalam program birohim ini menjadi awal bagi peserta didik untuk mempelajari dan mendalami ilmu agama sehingga cerdas secara spiritual.

Berdasarkan teori yang disampaika oleh Gardner tentang ragam kecerdasan manusia yang dikenal dengan mutiple intelence yaitu IQ, EQ, dan SQ, 30 dari situ dapat dipahami bahwa semua kecerdasan yang ada dalam diri manusia saling terkait. Maka seseorang yang cerdas spiritualnya, yaitu hubungan saraf serial yang menjadi dasar IQ yang memungkinkan otak untuk mengikuti aturan, berpikir logis dan rasional dan kemudian jaringan saraf terdapat ikatan, kemudian menyatu dengan jaringan saraf yang akan menjadi dasar bagi EQ, yakni kecerdasan yang diarahkan oleh emosi, kemudian membentuk kebiasaan apalagi kebiasaan yang terbentuk adalah kegiatan keagamaan seperti halnya program birohim ini. Kemudian kebiasaan keagamaan tersebut menjadi kebutuhan untuk setiap orang yang haus akan rohani (spiritual), karena dengan demikian akan mengembalikan keyakinan, memenuhi kewajiban agama, serta menyeimbangkan kemampuan intelaktual dan emosional yang dimiliki seseorang. Intensias/

kebiasaan yang sering dilakukan seseorang dalam mengikuti kegiatan keagamaan (Birohim) tentu juga akan berpengaruh dalam kecerdasan spiritual (SQ) seseorang.

30 Danah zohar, Ian marshall. SQ Kecerdasan Spiritual. (Bandung,2007), 4

(18)

27 D. Kerangka Pikir Peneliti

Berdasarkan landasan teori dan telaah pustaka di atas, maka dapat diajukan kerangka berfikir sebagai berikut:

a. Hipotesis

E. Pengajuan Hipotesis

Tujuan peneliti mengajukan hipotesis adalah agar dalam kegiatan penelitiannya, perhatian penelitian tersebut terfokus hanya pada informasi atau data yang diperlukan bagi pengujian hipotesis. Hipotesis yang peneliti ajukan dalam penelitian ini adalah program birohim di sekolah memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kecerdasan spiritual siswa di MTs Muhammadiyah 1 Malang

H0 = Tidak terdapat pengaruh program birohim yang dilakukan disekolah terhadap kecerdasan spiritual siswa di MTs Muhammadiyah 1 Malang

Ha = Terdapat pengaruh program birohim yang dilakukan disekolah terhadap kecerdasan spiritual siswa di MTs Muhammadiyah 1 Malang

Variabel X Program Birohim:

a) Aturan program birohim yang diterapkan di sekolah b) Nilai- nilai dari program

birohim

c) Manfaat dari program birohim

Variabel Y Kecerdasan Spiritual siswa :

a) Kemauan dari dalam diri sendiri untuk mengikuti birohim

b) Menjalankan ibadah wajib dan sunnah tanpa terpaksa

c) Penghayatan terhadap birohim yang

dilaksanakan di sekolah.

MEMPENGARUHI

Referensi

Dokumen terkait

(2) Dalam hal penggunaan narkotika terhadap orang lain atau pemberian Narkotika Golongan I untuk digunakan orang lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

Untuk itu perlu adanya proses penyajian data dan informasi serta sistem penjualan yang baru pada Toko Bintang Collection yaitu Web E- commerce. Adapun sistem DAD

Untuk hal itu akan ditampilkan data nilai kapasitansi dan konstanta dielektrik minyak goreng curah dan minyak goreng kemasan pada saat sebelum digunakan dan

Penyesuaian bentuk sel darah merah terhadap proses fisiologis tubuh unggas antara lain dengan tingkat fleksibilitas sel darah untuk mampu bergerak bebas dengan

Pada hasil pemeriksaan hemoglobin didapatkan nilai d 2,2%, yang berarti bahwa hasil pemeriksaan sampel yang diperoleh memiliki ketidak tepatan sebesar 2,2% dan batas

2 Wonosari yang melakukan kesalahan konsep, prinsip, dan perhitungan dalam menyelesaikan soal persamaan dan fungsi kuadrat, 2) jenis dan letak kesalahan yang dilakukan

MS 004 /POKJA/BULUSPESANTREN/2017 YULIANTI P CILACAP, 07 JULI 1981 DS SETROJENAR RT 01/V

Raya Palembang Prabumulih Km... Raya Palembang