KERANGKA ACUAN KERJA DAN
RINCIAN ANGGARAN BIAYA
1894.ABI.016
Percepatan Pengusahaan Migas Non Konvensional
DIREKTORAT PEMBINAAN USAHA HULU MINYAK DAN GAS BUMI DITJEN MINYAK DAN GAS BUMI
TAHUN 2022
KERANGKA ACUAN KERJA / TERM OF REFERENCE
Kementerian Negara/Lembaga : Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
Unit Eselon I/II : Ditjen Minyak dan Gas Bumi/ Direktorat Pembinaan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi Program : 020.JA-Program Energi dan Ketenagalistrikan
Sasaran Program : Terwujudnya ketahanan dan kemandirian energi migas melalui pasokan migas yang memadai dan dapat diakses masyarakat pada harga yang terjangkau secara berkelanjutan Indikator Kinerja Program : Indeks Ketersediaan Migas
Kegiatan : Pengelolaan Minyak dan Gas Bumi
Sasaran Kegiatan : Terwujudnya Avaibility, Accessibility, Affordability, Acceptability, dan Sustainability Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi
Indikator Kinerja Kegiatan : Reserve to Production Ratio
Klasifikasi Rincian Output : ABI - Kebijakan Bidang Sumber Daya Alam Indikator KRO : 1. Cadangan Minyak dan Gas Bumi
2. Produksi Minyak dan Gas Bumi
Rincian Output : Percepatan Pengusahaan Migas Non Konvensional
Indikator RO : -
Volume RO : 1 Satuan
Satuan RO : Rekomendasi Kebijakan
6348.ABI.016.051/052/053/054
A. Latar Belakang 1. Dasar Hukum
Peraturan perundang-undangan yang terkait dengan Wilayah Kerja Migas yang Disiapkan, Ditetapkan, dan Ditawarkan adalah sebagai berikut:
a. Undang-undang Nomor 22 Tahun 2001 Tentang Minyak dan Gas Bumi;
b. Peraturan Pemerintah Nomor 35 tahun 2004 Tentang Kegiatan Usaha Hulu Migas;
c. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 05 Tahun 2012 tentang Tata Cara Penetapan dan Penawaran Wilayah Kerja Migas Non Konvensional.
d. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pengusahaan Gas Metana Batubara; dan
e. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 38 Tahun 2015 tentang Percepatan Pengusahaan Minyak dan Gas Bumi Non Konvensional
2. Gambaran Umum
Minyak dan gas bumi non konvensional adalah minyak bumi dan/atau gas bumi yang berasal dari reservoir dengan permeabilitas yang rendah yang dapat dikembangkan dan diproduksikan dengan menggunakan teknologi tertentu, termasuk antara lain : Shale Oil, Shale Gas, Tight Sand Gas, Gas Metana Batubara dan Methane-Hydrate.
Seiring dengan semakin menurunnya kemampuan produksi minyak bumi saat ini, maka sebagian besar industri mulai mengalihkan penggunaan energinya pada gas bumi sebagai pengganti bahan bakar minyak. Namun demikian, jumlah gas bumi yang disalurkan masih belum mencukupi kebutuhan pasar. Dengan semakin berkembangnya industri-industri baru dan dalam rangka memenuhi kebutuhan pasar dan mensukseskan program diversifikasi energi, maka dipandang perlu untuk mencari alternatif energi baru dalam bentuk gas bumi.
Indonesia memiliki cadangan energi yang dapat mendukung program dan rencana tersebut di atas yaitu Migas Non Konvensional. Menurut para ahli, Indonesia memiliki 11 cekungan yang berpotensi mengandung Gas Metana Batubara, yang sebagian besar terletak di Sumatera dan Kalimantan. Berdasarkan kajian hasil studi, Indonesia memiliki cadangan Gas Metana Batubara sebesar 99 TCF (Badan Geologi, Januari 2017), dengan kedalaman lapisan antara 300 – 1000 meter.
Sementara itu, sumber daya Shale Hidrokarbon Indonesia ditaksir sebanyak 574 triliun kaki kubik (TCF). Shale Hidrokarbon telah dikembangkan di AS sejak 2000 dan pada 2004 diperkirakan dapat menghasilkan gas sebesar 16 TCF.
AS bahkan diperkirakan akan memproduksi shale gas 24 miliar kaki kubik per hari pada 2018.
Dalam rangka mewujudkan target produksi minyak 1 juta barel pada tahun 2030 salah satunya adalah mendorong pengembangan migas non konvensional. Pemerintah akan memfokuskan pada pengembangan Shale Oil karena Indonesia masih memerlukan minyak dalam jumlah besar. dalam pengembangan migas non konvensional ini, Pemerintah telah melakukan identifikasi potensi shale oil dan shale gas. secara teori, apabila terdapat reservoar minyak di suatu tempat, pasti ada "dapur". Inilah yang dikejar Pemerintah. "Dapur itu sudah diketahui tempatnya di mana. Dapurnya namanya non konvensional. Kita sudah petakan di mana tempatnya dan kita mau fokus ke satu tempat (shale oil). Saat ini telah diusulkan untuk menyatukan wilayah kerja migas konvensional dan non konvensional, sehingga diharapkan mempermudah dalam pengembangan migas non konvensional.
kebijakan dan rencana aksi dalam rangka percepatan pengembangan shale hidrokarbon dalam rangka mendukung target produksi minyak 1 juta BOPD dan 12 BSCFD , antara lain:
1. Perubahan dalam pengaturan tata cara dan pengusaahaan hidrokarbon non konvensional melalui revisi Peraturan Menteri yang terkait:
a. Pemberian hak kegiatan awal eksplorasi (pre-liminary study) hidrokarbon non konvensional kepada pemegang WK Migas Konvensional eksisting yang dapat menggunakan skema cost recovery untuk merangsang eksplorasi MNK ditahap “pembelajaran”.
b. Pengusahaan Sumber Daya Shale Oil, Shale Gas, Tight Sand Oil, Tight Sand Gas dan Gas Metana Batubara dapat dilakukan berdasarkan KKS Migas Konvensional eksisting tanpa harus menggunakan kontrak terpisah.
2. Pemerintah akan menyusun roadmap riset dan pengembangan hidrokarbon non konvensional bersama stakeholder (Pemerintah, Lembaga Riset, Universitas dan Industri), meliputi penyusunan peta sebaran batuan induk, peta kematangan, hingga area sweet spot hidrokarbon non konvensional. Pemerintah juga akan menyiapkan akses G&&
yang lebih mudah bagi industri maupun peneliti untuk melakukan eksplorasi lebih lanjut terhadap sumber daya hidrokarbon non konvensional.
3. Pilot project hidrokarbon non konvensional pada WK Konvensional eksisting, meliputi:
a. Pembuktian dan produktifitas sumur hidrokarbon non konvensional melalui sumur pilot multi stage fractured Horizontal (MSFH) di lapangan migas konvensional. Pemerintah menargetkan pada tahun 2025, telah mulai dilakukan MSFH pada beberapa blok migas prospek.
b. Pemerintah akan mensinkronkan KKKS dalam misi pemboran sumur/project shale hidrokarbon secara masif pada KKKS produksi untuk yang diharapkan dapat mereduce cost.
4. Perbaikan keekonomian dalam pengusahaan hidrokarbon non konvensional melalui penambahan split dan insentif lainnya.
Sasaran Bauran Energi Primer tahun 2025 (Perpres No. 5/2006) menargetkan peranan Energi Baru Terbarukan (EBT) sebesar 17%, dimana untuk Gas Metana Batubara sendiri diharapkan memberi dukungan sebesar 3%. Sehubungan dengan hal tersebut di atas, pengusahaan Migas Non Konvensional sangat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan energi nasional.
Salah satu upaya untuk mewujudkan hal tersebut adalah dengan menarik minat investor melalui kegiatan-kegiatan promosi. Kegiatan promosi dilaksanakan untuk menawarkan Wilayah Kerja Migas Non konvensional, termasuk juga informasi tentang telah dilakukannya perubahan kebijakan Pemerintah Indonesia dalam sektor migas yang tujuannya adalah untuk menciptakan iklim yang kondusif bagi para calon investor.
Peluang penemuan giant discovery dan pengembangan shale hidrokarbon di Indonesia sangat tinggi, karena keberadaannya jelas di bawah lapangan-lapangan migas existing WK Migas Konvensional dan pengembangan dapat
melampar luas karena tidak ada batas struktur akumulasi. Infrastuktur permukaan juga telah mendukung dengan adanya fasilitas produksi lapangan migas konvensional. Namun demikian, terdapat beberapa kendala yang telah disebutkan di atas dan perlu upaya kolektif dan cepat untuk menanganinya.
B. Penerima Manfaat
Penerima manfaat dari Percepatan Pengusahaan Migas Non Konvensional adalah:
1. Pemerintah; dan
2. Stakeholder dan investor.
C. Strategi Pencapaian Keluaran 1. Metode Pelaksanaan Kegiatan
Metode pelaksanaan kegiatan ini dilaksanakan secara Swakelola melalui Tim Pelaksana Kegiatan dan secara Kontraktual.
2. Maksud dan Tujuan
a. Menginventarisasi potensi migas non konvensional yang berada di eksisiting wilayah kerja migas konvensional yang telah berproduksi;
b. Mengadministrasikan usulan adendum kontrak, perubahan bentuk kontrak, dan pengembangan lapangan migas non konvensional; dan
c. Memfasilitasi pertimbangan kebijakan insentif teknis dan fiskal pengusahaan migas non konvensional.
3. Tahapan dan Waktu Pelaksanaan
6348.ABI.016. Percepatan Pengusahaan Migas Non Konvensional
051-Inventarisasi, Evaluasi dan Rekomendasi Pengembangan Migas Non Konvensional di Wilayah Kerja Aktif
1) Melakukan inventarisasi data dan informasi basin-basin sumber daya Migas Non Konvensional di Indonesia dalam forum trilateral bersama Badan Geologi dan Badan Litbang dan SKK Migas;
2) Melakukan Koordinasi dengan SKK Migas, Badan Geologi, Lemigas dan Universitas untuk menginventarisasai Wilayah Kerja Aktif yang memiliki potensi Migas Non Konvensional;
3) Melakukan evaluasi terhadap wilayah kerja aktif yang memiliki potensi migas non konvensional di wilayahnya;
dan
4) Menyiapkan rekomendasi kepada Menteri untuk wilayah kerja yang wajib melaksanakan studi potensi migas non konvensional di wilayah kerjanya
5) Pelaksanaan Belanja Perjalanan Biasa (524111) berlokasi di Bandung, Palembang, Balikpapan dan Pekanbaru.
Adapun tujuan perjalanan dimaksud adalah untuk meninjau langsung wilayah kerja yang memiliki potensi migas non konvensional untuk dilakukan studi lanjutan.
052-Monitoring dan Pemantauan Pengembangan Migas Non Konvensional di Wilayah Kerja Aktif
1) Mengawasi jalannya Studi Migas Non Konvensional di wilayah kerja Aktif
2) Memberikan arahan pedoman dan standar kebijakan terkait Pengembangan Migas Non Konvensional di Wilayah Kerja Aktif
3) Melaksanakan Peninjauan langsung ke lapangan dalam rangka pengembangan migas non konvensional di wilayah kerja Aktif; dan
4) Pelaksanaan Belanja Perjalanan Biasa (524111) berlokasi di Bandung, Palembang, Balikpapan dan Pekanbaru.
Adapun tujuan perjalanan dimaksud adalah untuk melaksanakan Monitoring dan pemantauan langsung terhadap pengembangan Migas Non Konvensional di Wilayah Kerja Aktif serta berkoordinasi dengan Badan Geologi dan Universitas di Jawa Barat.
053-Penyiapan Amandemen KKS untuk pengusahaan Migas Non Konvensional pada WK Eksisting
1) Melakukan penyiapan Amandemen Kontrak Kerja Sama Migas Konvensional/eksisting dalam skema “antara lain penerimaan negara, wilayah kerja dan pengembaliannya, kewajiban pengeluaran dana, perpindahan kepemilikan hasil produksi, jangka waktu kontrak dan kondisi perpanjangan kontrak, penyelesaian perselisihan, kewajiban pemasokan untuk pemenuhan kebutuhan dalam negeri, berakhirnya kontrak, kewajiban pasca operasi pertambangan, keselamatan dan kesehatan kerja, pengelolaan lingkungan hidup, pengalihan hak dan kewajiban, pelaporan yang diperlukan, rencana pengembangan lapangan, pengutamaan pemanfaatan barang dan jasa dalam negeri, pengembangan masyarakat sekitar, dan pengutamaan penggunaan tenaga kerja Indonesia;
2) Menyusun hasil rumusan ketentuan-ketentuan pokok kontrak kerja sama yang akan diberlakukan dalam Kontrak WK Migas Non Konvensional;
3) Melakukan koordinasi pelaksanaan Penyiapan amandemen Draft Kontrak Kerja Sama Wilayah Kerja Migas Non Konvensional dengan instansi terkait; dan
4) Pelaksanaan Belanja Perjalanan Biasa (524111) berlokasi di Bandung, Palembang, Balikpapan dan Pekanbaru.
Adapun tujuan perjalanan dimaksud adalah untuk melaksanakan Monitoring dan pemantauan langsung terhadap pengembangan Migas Non Konvensional di Wilayah Kerja Aktif dalam rangka Penyiapan Amandemen KKS serta berkoordinasi dengan Badan Geologi dan Universitas di Jawa Barat.
054-Penyiapan Term & Conditions Pengusahaan Migas Non Konvensional pada WK Eksisting
1) Merumuskan bentuk dan ketentuan-ketentuan pokok (term & conditions) Kontrak Kerja Sama berdasarkan pertimbangan teknis dan keekonomian hasil Studi Wilayah Kerja Migas Non Eksisting;
2) Mengevaluasi surat pertimbangan Satuan Kerja Khusus (SKK Migas) atas Perubahan bentuk dan ketentuan- ketentuan pokok (term & conditions) Wilayah Kerja Migas yang memiliki potensi migas non konvensional;
3) Menyiapkan usulan perubahan bentuk dan ketentuan-ketentuan pokok (term & conditions) Wilayah Kerja Migas eksisting dalam rangka pengusahaan Migas Non konvensional kepada Menteri ESDM; dan
4) Pelaksanaan Belanja Perjalanan Biasa (524111) berlokasi di Bandung, Palembang, dan Pekanbaru. Adapun tujuan perjalanan dimaksud adalah untuk melaksanakan Monitoring dan pemantauan langsung terhadap pengembangan Migas Non Konvensional di Wilayah Kerja Aktif dalam rangka Penyiapan Term & Conditions Pengusahaan Migas serta berkoordinasi dengan Badan Geologi dan Universitas di Jawa Barat.
URAIAN KEGIATAN BULAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
051-Inventarisasi, Evaluasi dan Rekomendasi Pengembangan Migas Non Konvensional di Wilayah Kerja Aktif
v v v v v v v v v v v v
052-Monitoring dan Pemantauan Pengembangan Migas Non Konvensional di Wilayah Kerja Aktif
v v v v v v v v v v v v
053-Penyiapan Amandemen KKS untuk pengusahaan Migas Non Konvensional pada WK Eksisting
v v v v v v v v v v v v
054-Penyiapan Term & Conditions Pengusahaan Migas Non Konvensional pada WK Eksisting
v v v v v v v v v v v v
D. Kurun Waktu Pencapaian Keluaran
Waktu yang diperlukan dalam rangka melaksanakan seluruh kegiatan Percepatan Pengusahaan Migas Non Konvensional adalah 12 Bulan.
E. Biaya yang Dikeluarkan