• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

LANDASAN TEORI A. Media Pembelajaran

1. Pengertian media

Proses belajar terjadi karena adanya interaksi antara seseorang dengan lingkungannya, yang antara lain terdiri dari siswa, guru, bahan atau materi pelajaran dan berbagai sumber belajar. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mendorong dalam pemanfaatan hasil teknologi dalam proses belajar. Para guru dituntut agar mampu menggunakan alat- alat yang telah disediakan oleh sekolah, di samping mampu menggunakan guru juga dituntut untuk mengembangkan keterampilan membuat media pembelajaran yang akan digunakan.

Media (bentuk jamak dari kata medium), merupakan kata yang berasal dari bahasa latin medius, yang secarai harfiah berarti „tengah‟, „perantara‟ atau „pengantar‟. Dalam bahasa Arab, media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan (Arsyad, 2011:3). Sedangkan menurut Gerlach & Ely dalam (Arsyad, 2013: 3) media jika dipahami secara garis besar adalah manusia, materi atau kejadian yang membangun kondisi yang menyebabkan siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap.

Menurut Rohmawati dan Sukanti (2012:155) media pembelajaran merupakan salah satu faktor eksternal yang

(2)

mempengaruhi prestasi belajar. Penggunaan media pembelajaran adalah cara guru dalam menggunakan alat pengajaran sebagai perantara dalam proses pembelajaran sehingga memudahkan pencapaian tujuan pembelajaran. Penggunaan media pembelajaran haruslah disesuaikan dengan efektivitas dan efisiensi media, kualitas media, sesuai dengan minat, kebutuhan, kondisi siswa dan kemampuan guru dalam mengoprasikannya.

Media pembelajaran menurut Ibrahim dan syaodih dalam Rohmawati & Sukanti (2012:158) merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan atau kemampuan siswa, sehingga dapat mendorong proses belajar mengajar. Penggunaan media pembelajaran adalah cara guru dalam menggunakan alat pengajaran sebagai perantara dalam proses pembelajaran sehingga memudahkan pencapaian tujuan pengajaran. Penggunaan media pembelajaran sangat membantu proses belajar mengajar baik bagi guru ataupun siswa.

Kata media sebenarnya bukanlah kata asing, tetapi pemahaman banyak orang terhadap kata tersebut berbeda- beda. Dalam kehidupan sehari- hari, kata itu sendiri sering digunakan orang untuk beberapa hal yang berbeda-beda pula. Kata media berasal dari Bahasa Latin, yakni Medius yang secara harfiahnya berarti „tengah‟, „pengantar‟ atau „perantara‟. Dalam bahasa Arab, media disebut „wasail‟ bentuk jama dari „wasilah yakni sinonim al-wasth yang artinya juga „tengah‟. Kata

(3)

„tengah‟ itu sendiri berarti berada diantara dua sisi, maka disebut juga sebagai „perantara‟(wasilah) atau yang mengatarai kedua sisi tersebut. (Munadi 2010:6).

Rossi dan Breidle dalam Sanjana (2012:58) mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah seluruh alat dan bahan yang dapat dipakai untuk tujuan pendidikan seperti radio, televise, buku, Koran, majalah dan sebagainya. Menurut Rossi alat- alat semacam radio dan televise kalau digunakan dan deprogram untuk pendidikan maka merupakan media pembelajaran. Bagi Rossi media itu sama dengan alat- alat fisik yang mengadung informasi dan pesan pendidikan.

Menurut Hamalik dalam Safitri dkk (2013:31) mengemukakan bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis pada siswa. Media dalam pembelajaran memiliki fungsi sebagai alat bantu untuk memperjelas pesan yang disampaikan guru. Proses dan hasil belajar siswa menunjukan perbedaan yang berarti antara pembelajaran tanpa media dengan pembelajaran menggunakan media.

Salah satu gambaran yang banyak dijadikan acuan mengenai landasan teori penggunaan alat peraga adalah Dale’s Cone of Experience (kerucut pengalaman Dale dalam Arsyad (2011:11)

(4)

dikemukakan oleh Brunner. Hasil belajar seseorang diperoleh dari pengalaman secara langsung (kongkret), kenyataan di lingkungan seseorang melalui benda tiruan., sampai pada lambing verbal (abstrak). Sehingga semakin ke atas akan semakin abstrak media penyampaian pesan tersebut. Berdasarkan urutan tersebut tidak berarti proses pembelajaran dan interaksi dalam belajar harus dimulai dari pengalaman langsung, namun dimulai dari jenis pengalaman yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan siswa.

Berdasarkan berbagai pendapat, dapat disimpulkan bahwa media adalah perantara yang mengantar informasi kepada penerima pesan, serta merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari proses belajar mengajar demi tercapainya tujuan pembelajaran. Media pelajaran ini sebagai alat bantu mengajar yang dapat mempengaruhi kondisi dan lingkungan belajar yang diciptakan oleh guru.

2. Manfaat media pembelajaran

Salah satu fungsi utama media pembelajaran adalah sebagai alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi, dan lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru. Hamalik mengemukakan bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh- pengaruh psikologis terhadap siswa.

(5)

Berbagai manfaat media pembelajaran telah dibahas oleh banyak ahli. Menurut Kemp & Dayton dalam Arsyad (2013:21) meskipun sudah lama disadari bahwa banyak keuntungan penggunaan media pembelajaran, penerimaanya serta pengintegrasiannya ke dalam program-program pengajaran berjalan amat lambat. Mereka mengemukakan beberapa hasil penelitian yang menunjukan dampak positif dari penggunaan media sebagai bagian integral pembelajaran di kelas atau sebagai cara utama pembelajaran langsung sebagai berikut :

1) Penyampaian pelajaran menjadi lebih baku. 2) Pembelajaran lebih menarik.

3) Pembelajaran menjadi lebih interaktif dengan ditetapkannya teori belajar dan prinsip- prinsip psikologi yang diterima dalam hal partisipasi siswa, umpan balik dan penguatan.

4) Lama waktu pembelajaran yang diperlukan dapat dipersingkat karena kebanyakan media hanya memerlukan waktu singkat. 5) Sikap positif siswa terhadap apa yang mereka pelajari dan

terhadap proses belajar dapat ditingkatkan.

6) Pembelajaran dapat diberikan kapan dan di mana diperlukan, terutama jika medi dirancang untuk digunakan secara individu. 7) Peran guru dalam menjelaskan secara berulang-ulang mengenai

isi pelajaran dapat dikurangi, sehingga dapat memusatkan perhatian kepada aspek penting lainnya.

(6)

3. Pemilihan media pembelajaran

Media pada dasarnya adalah bahasanya guru artinya dalam proses penyampaian pesan pembelajaran, guru harus memilih bahasa apa yang mudah dimengerti dan dipahami siswanya. Berdasarkan komponen- komponen dari system intruksional inilah kriteria pemilihan media dibuat, kriteria- kriteria yang menjadi fokus di sini antara lain karakteristik siswa, tujuan pembelajaran, bahan ajar, karakteristik medianya itu sendiri dan sifat pemanfaatan media.

1. Karakteristik siswa

Karakteristik siswa adalah keseluruhan pola kelakuan dan kemampuan yang ada pada siswa sebagai hasil dari pembawaan dan pengalamannya sehingga menentukan pola aktivitas dalam meraih cita- citanya.

2. Tujuan belajar

Dasar pertimbangan lainnya adalah merumuskan tujuan belajar. Secara umum tujuan belajar yang diusahakan untuk dicapai meliputi tiga hal, yakni untuk mendapatkan pengetahuan, penanaman konsep dan keterampilan, serta pembentukan sikap. Ketiganya dimaksudkan untuk mencapai hasil yang diharapkan. 3. Sifat bahan ajar

Isi pelajaran atau bahan ajar memiliki keragaman dari sisi tugas yang ingin dilakukan siswa. Setiap kategori pembelajaran itu menuntut aktivitas atau perilaku yang berbeda- beda dan dengan

(7)

demikian akan mempengaruhi pemilihan media beserta teknik pemanfaatannya.

4. Pengadaan media

Dilihat dari pengadaannya, menurut Arief S. Sadiman, media dapat dibagi menjadi dua macam, pertama, media jadi yakni media yang sudah menjadi komoditi perdagangan. Kedua, media rancangan, yaitu media yang dirancang secara khusus untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran tertentu.

5. Kriteria Pemilihan

Pemelihan media harus dikembangkan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, kondisi dan keterbatasan yang ada dengan mengingat kemampuan dan sifat- sifat khasnya (karakteristik) media yang bersangkutan. Menurut Profesor Ely dalam Sadirman, dkk (2012: 84) dalam kuliahnya di Faskasarjana IKIP Malang tahun 1982 mengatakan bahwa pemilihan media seyogyanya tidak terlepas dari konteksnya bahwa media merupakan komponen dari system intruksional secara keseluruhan.

Menurut Arsyad (2011:75) kriteria pemilihan media bersumber dari konsep bahwa media merupakan bagian dari system intruksional ssecara keseluruhan. Ada beberapa kriteria yang patut diperhatikan dalam pemilihan media :

1. Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Media dipilih berdasarkan tujuan intruksional yang telah ditetapkan yang

(8)

secara umum mengacu kepada salah satu atau gabungan dari dua atau tiga ranah kognitif, afektif dan psikomotor. 2. Tepat untuk mendukung isi pelajaran yang sifatnya fakta,

konsep, prinsip atau generalisasi.

3. Praktis, luwes dan bertahan. Jika tidak tersedia waktu, dana, atau sumber daya lainnya untuk memproduksi, tidak perlu dipaksakan.

4. Guru terampil menggunakannya. Ini merupakan salah satu kreteria utama. Nilai dan manfaat media amat ditentukan oleh guru yang menggunakannya.

5. Pengelompokan sasaran. Media yang efektif untuk kelompok besar belum tentu sama efektifnya jika digunakan pada kelompok kecil atau perorangan.

6. Mutu teknis. Pengembangan visual baik gambar maupun fotograf harus memenuhi persyaratan teknis tertentu. B. Media Visual

1. Pengertian media visual

Media berbasis visual memegang peranan penting dalam proses pembelajaran. Media visual adalah media yang melibatkan indra penglihatan. Terdapat dua jenis pesan yang dimuat dalam media visual, yakni pesan verbal dan nonverbal. Pesan verbal-visual terdiri atas kata-kata (bahasa verbal) dalam bentuk tulisan; dan pesan nonverbal-visual adalah pesan yang dituangkan kedalam simbol-

(9)

simbol noverbal-visual. Secara garis besar unsur-unsur yang terdapat pada media visual terdiri atas garis, bentuk, warna dan tekstur (Munadi, 2010: 81)

Menurut Hamdani (2011: 248) mengemukakan media visual adalah media yang hanya dilihat dengan menggunakan indra penglihatan. Jenis media inilah yang sering digunakan oleh para guru untuk membantu menyelesaikan isi atau materi pelajaran. Media visual terdiri atas media yang tidak dapat diproyeksikan (non-projected visuals) dan media yang dapat diproyeksikan (project

visual). Media yang diproyeksikan bias berupa gambar diam (still

picture) atau bergerak (motion picture).

Adapun media yang tidak dapat diproyeksikan adalah gambar yang disajikan secara fotografik, misalnya gambar tentang manusia, binatang, tempat atau objek lainnya yang ada kaitannya dengan bahan atau isi pelajaran, yang akan disampaikan kepada siswa. Media yang diproyeksikan adalah media yang menggunakan alat proyeksi (proyektor) sehingga gambar atau tulisan tampak pada layar (screen). Kesimpulannya media visual merupakan media yang dapat dilihat dengan menggunakan indra penglihatan, baik yang penggunaanya diproyeksikan atau tidak diproyeksikan.

Media berbasis visual (image) memegang peran yang sangat penting dalam proses belajar. Media visual dapat memperlancar pemahaman dan memperkuat ingatan. Bentuk visual dapat berupa (a)

(10)

gambar representasi, seperti gambar lukisan atau foto yang

menunjukan bagaimana tampaknya sesuatu benda, (b) diagram yang melukiskan hubungan- hubungan konsep, organisasi dan struktur isi materi, (c) peta yang menunjukan hubungan- hubungan ruang di antara unsur- unsur dalam isi materi, (d) grafik, seperti tabel, grafik dan chart (bagan) yang menyajikan gambar/kecenderungan data atau antar hubungan seperangkat gambar atau angka- angka (Kusnadi & Sutiipto.2013:87).

2. Kelebihan dan kekurangan media visual 1) Kelebihan media visual

a) Dapat dibaca atau dipelajari berkali- kali dengan menyimpannya

b) Analisa lebih tajam, dapat membuat orang benar- benar mengerti isi berita dengan analisa yang lebih mendalam dan dapat membuat orang berpikir lebih spesifik tentang isi tulisan

c) Dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki oleh peserta didik

d) Media visual memungkinkan adanya interaksi antara peserta didik dengan lingkungan sekitarnya

e) Dapat menanamkan konsep yang benar

f) Dapat membangkitkan keinginan dan minat baru g) Meningkatkan daya Tarik dan perhatian siswa.

(11)

2) Kekurangan media visual a) Lambat dan kurang praktis

b) Media visual hanya berbentuk tulisan tentu tidak dapat didengar, sehingga kurang mendetail materi yang disampaikan

c) Media ini hanya bias memberikan visual berupa gambar yang mewakili isi berita

d) Biaya produksi cukup mahal karena media cetak harus menyetak dan mengirimkannya sebelum dapat dinikmati oleh masyarakat.

3. Alat peraga

Media pembelajaran dipandang sebagai segala bentuk peralatan fisik komunikasi berupa hadwere dan softwere dari teknologi pembelajaran yang diciptakan, digunakan dan dikelola untuk kebutuhan pembelajaran. Alat peraga adalah media alat bantu pembelajaran dan segala macam benda yang digunakan untuk memperagakan materi pelajaran.

Menurut Sudjana (2002: 59) alat peraga adalah suatu alat yang dapat diserap oleh mata dan telinga dengan tujuan membantu guru agar proses belajar mengajar siswa lebih efektif dan efisien. Alat peraga dalam mengajar memegang peranan penting sebagai alat bantu untuk menciptkan proses belajar mengajar yag efektif. Proses belajar

(12)

mengajar ditandai dengan adanya beberapa unsur antara lain tujuan, bahan, metode dan alat, serta evaluasi.

Menurut Annisah (2014:3) istilah alat peraga sering menggantikan istilah media pembelajaran. Alat peraga matematika dapat diartikan sebagai suatu perangkat benda konkrit yang dirancang, dibuat, dan disusun sengaja yang digunakan untuk membantu menanamkan konsep-konsep atau prinsip-prinsip matematika.

Alat peraga disini mengandung arti bahwa segala sesuatu yang masih bersifat abstrak, kemudian dikonkretkan dengan menggunakan alat agar dapat dijangkau dengan pikiran yang sederhana dan dapat dilihat, dipandang dan dirasakan. Dengan demikian, alat peraga lebih khusus dari media dan teknologi pembelajaran karena berfungsi hanya untuk memperagakan materi pelajaran yang bersifat abstrak.

Menurut Januszeswki dan Molenda 2008 dalam Arsyad (2013:10), memaparkan teknologi pembelajaran adalah kajian dan praktik etis untuk memfasilitasi belajar dan memperbaiki kinerja dengan menciptakan, menggunakan dan mengelola proses dan sumber teknologi yang sesuai. Sumber belajar dipahami sebagai perangkat, bahan/materi, peralatan, pengaturan dan orang di mana pembelajar dapat berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya yang bertujuan untuk memfasilitasi belajar dan memperbaiki kinerja.

Alat peraga menurut Kultsum (2014:11) diartikan sebagai alat untuk menerangkan atau mewujudkan konsep matematika. Dalam

(13)

pembelajaran matematika dalam tingkat sekolah dasar memerlukan konsep yang abstrak yang memerlukan benda-benda konkrit sebagai perantara atau visualisasi. Peranan alat bantu atau alat peraga memegang peranan penting sebab dengan adanya alat peraga ini dapat dengan mudah dipahami oleh siswa dan proses belajar mengajar yang efektif. Oleh karena itu, dalam pembelajaran matematika perlu menggunakan alat peraga.

Peranan alat bantu atau alat peraga memegang peranan penting sebab dengan adanya alat peraga ini bahan dengan mudah dapat dipahami oleh siswa. Alat peraga sering disebut audio visual, dari pengertian alat yang dapat diserap oleh mata dan telinga. Alat tersebut berguna agar pelajaran yang disampaikan guru lebih mudah dipahami oleh siswa.

Penggunaan alat peraga dalam proses pembelajaran untuk mewujudkan pemahaman konsep, menguasai teori dan dapat membantu kelancaran proses belajar mengajar. Dalam memilih alat peraga yang akan digunakan dalam proses pembelajaran harus didasarkan pada maksud dan tujuan pemilihan yang jelas serta karakteristik anak.

Media difungsikan sebagai jembatan untuk menyampaikan informasi dari guru kepada siswa dengan tepat. Penggunaan media yang berupa alat peraga, yaitu sebagai jembatan atau visualisasi untuk memahami konsep abstrak. Diharapkan juga dengan bantuan media

(14)

dalam proses belajar, siswa akan termotivasi, senang, terangsang, dan tertarik. Tetapi kegunaan alat peraga tersebut akan gagal bila konsep abstrak dari representasi kongkrit itu tidak tercapai. Untuk itu perlu dirancang media berupa alat peraga sebagai alat bantu memahami konsep dasar tentang penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat.

Kesimpulannya alat peraga adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi dalam proses belajar mengajar sehingga dapat merangsang perhatian dan minat siswa dalam belajar. Alat peraga ialah alat- alat yang digunakan guru yang berfungsi membantu guru dalam proses mengajarnya dan membantu peserta didik dalam proses belajarnya.

4. Fungsi dan Nilai Alat Peraga

Alat peraga memegang peranan penting dalam menciptakan proses pembelajaran. Menurut Sudjana (2005: 99) ada enam fungsi pokok dari alat peraga dalam proses belajar mengajar.

a. Penggunaan alat peraga dalam proses belajar mengajar bukan merupakan fungsi tambahan tetapi mempunyai fungsi tersendiri sebagai alat bantu untuk mewujudkan situasi belajar mengajar yang efektif.

b. Penggunaan alat peraga merupakan bagian yang integral dari keseluruhan situasi mengajar. Ini berarti bahwa alat peraga merupakan salah satu unsur yang harus dikembangkan guru.

(15)

c. Alat peraga dalam pengajaran penggunaanya integral dengan tujuan da isi pelajaran. Fungsi ini mengandung pengertian bahwa penggunaan alat peraga harus melihat tujuan dan bahan pelajaran.

d. Penggunaan alat peraga dalam pengajaran bukan semata-mata alat hiburan, dalam arti digunakan sekedar melengkapi proses belajar supaya lebih menarik perhatian siswa.

e. Penggunaan alat peraga dalam pengajaran lebih diutamakan untuk mempercepat proses belajar mengajar dan membantu siswa dalam menangkap pengertian yang diberikan guru. 5. Kelebihan dan kekurangan penggunaan Alat peraga

Kelebihan penggunaan alat peraga dalam pembelajaran (Sudjana, 2002:64) :

a. Menumbuhkan minat siswa karena pelajaran menjadi lebih menarik

b. Memperjelas makna bahan pelajaran sehingga siswa lebih mudah memahaminya

c. Metode mengajar akan lebih bervariasi sehingga siswa tidak akan mudah bosan

d. Membuat lebih aktif melakukan kegiatan belajar seperti :mengamati, melakukan dan mendemontrasikan dan sebagainya. Kekurangan penggunaan alat peraga dalam pengajaran (Sudjana, 2002:64)

(16)

a. Memerlukan alat peraga yang cukup banyak

Dalam proses pembelajaran membutuhkan berbagai alat penunjang dalam penggunaan alat peraga.

b. Banyak waktu yang diperlukan untuk persiapan

Dalam kegiatan proses belajar mengajar banyak waktu yang diperlukan guru untuk mempersiapkan terlebih dahulu.

c. Membutuhkan perencanaan yang cukup matang. 6. Prinsip- prinsip Penggunaan Alat Peraga

Dengan menggunakan alat peraga hendaknya guru memperhatikan sejumlah prinsip tertentu agar penggunaan alat peraga agar mencapai hasil yang baik. Menurut Nana Sudjana dalam Kultsul (2014: 14) prinsip- prinsip ini adalah:

1) Menentukan jenis alat peraga dengan tepat sesuai dengan tujuan dan bahan pelajaran yang akan diajarkan

2) Menetapkan atau memperhitungkan subjek dengan tepat Artinya diperhitungkan apakah penggunaan alat peraga sesuai dengan tingkat kemampuan siswa

3) Menyajikan alat peraga dengan tepat, teknik dan metode penggunaan alat peraga dalam pengajaran harus disesuaikan dengan tujuan, bahan, metode, waktu dan sarana yang ada 4) Menempatkan atau memperhatikan alat peragaan pada

(17)

7. Pentingnya alat peraga dalam pembelajaran matematika

Menurut Annisah (2014:6) beberapa alasan penggunaan alat peraga dalam pembelajaran matematika di MI/SD, yaitu :

1) Pada siswa usia anak MI/SD, menurut Piaget, masih pada tahap operasi konkrit, yang belum bisa menangkap informasi –informasi yang sifatnya abstrak, padahal matematika adalah pengetahuan yang bersifat abstrak. Jadi matematika hanya akan dipahami dengan baik oleh siswa MI/SD jika matematika disajikan dengan menggunakan benda-benda konkrit.

2) Bruner dalam teorinya mengungkapkan bahwa dalam proses belajar anak sebaiknya diberi kesempatan untuk memanipulasi benda-benda (alat peraga). Melalui alat peraga yang ditelitinya tersebut, anak akan melihat langsung bagaimana keteraturan dan pola struktur yang terdapat pada benda yang sedang diperhatikannya itu.

C. Hasil Belajar

1. Belajar dan pembelajaran

Berbicara belajar dan pembelajaran adalah berbicara tentang sesuatu yang berkembang di muka bumi sampai akhir zaman nanti. Menurut Suryono dan Hariyanto (2012:1) belajar adalah suatu proses dan aktivitas yang selalu dilakukan dan dialami manusia sejak manusia di dalam kandungan, buaian, tumbuh berkembang dari

(18)

anak-anak, remaja sehingga menjadi dewasa, samapi ke liang lahat sesuai dengan prinsip pembelajaran sepanjang hayat.

Belajar merupakan sebuah proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak masih bayi (bahkan dalam kandungan) hingga liang lahat (Eveline Siregar dan Hartini Nara, 2010). Salah satu pertanda bahwa seseorang telah belajar sesuatu adalah perubahan tingkah laku dalam dirinya. Perubahan tingkah laku tersebut menyangkut perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif) dan keterampilan (psikomotor) maupun yang menyangkut nilai dan sikap (afektif).

Pembelajaran adalah seperangkat tindakan yang dirancang untuk mendukung proses belajar siswa, dengan memperhitungkan kejadian- kejadian ekstrim yang berperan terhadap rangkaian kejadian- kejadian intern yang berlangsung dialami siswa. Pengertian pembelajaran yang dikemukakan oleh Miarso menyatakan bahwa “pembelajaran adalah usaha pendidikan yang dilaksanakan secara sengaja, dengan tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu sebelum proses dilaksanakan, serta pelaksanaanya terkendali”.

Menurut Degeng dalam Hamzah Uno (2012:2) pembelajaran atau pengajaran adalah upaya untuk membelajarkan siswa. Dalam pengertian ini secara implisit dalam pengajaran terdapat kegiatan memilih, menetapkan, mengembangkan metode untuk mencapai hasil pengajaran yang diinginkan. Pembelajaran yang akan direncanakan

(19)

memerlukan berbagai teori yang merancangnya agar rencana pembelajaran tersebut dapat terpenuhi sesuai dengan harapan dan tujuan pembelajaran.

Gagne mendefinisikan pembelajaran sebagai pengaturan peristiwa secara seksama dengan maksud agar terjadi belajar dan membuatnya berhasil guna. Proses belajar dapat terjadi kapan saja terlepas dari ada yang mengajar atau tidak. Proses belajar terjadi karena adanya interaksi individu dengan lingkungannya.

2. Faktor yang mempengaruhi hasil belajar 1) Faktor internal

a. Faktor fisiologis

Secara umum kondisi fisiologis, seperti kesehatan yang prima, tidak dalam keadaan lelah dan cape, tidak dalam keadaan cacat jasmani, semuanya akan membantu dalam proses dan hasil belajar.

b. Faktor psikologis

Setiap manusia atau anak didik pada dasarnya memiliki kondisi psikologis yang berbeda- beda, terutama dalam hal kadar bukan dalam hal jenis, tentunya perbedaan- perbedaan ini akan berpengaruh pada proses dan hasil belajarnya.

(20)

2) Faktor eksternal a. Faktor lingkungan

Kondisi lingkungan juga mempengaruhi proses dan hasil belajar. Lingkungan ini dapat berupa lingkungan fisik atau alam dan dapat pula berupa lingkungan sosial.

b. Faktor Instrumental

Faktor instrumental adalah faktor yang keberadaan dan penggunaannya dirancang sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan. Faktor-faktor ini diharapkan dapat berfungsi sebagai sarana untuk tercapainya tujuan-tujuan pembelajaran yang telah direncanakan.

3. Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan semua akibat yang dapat dijadikan sebagai indikator tentang nilai dari penggunaan suatu metode di bawah kondisi yang berbeda menurut Reigeluth sebagaimana dikutip Rusmono (2012: 7). Akibat ini dapat berupa akibat yang sengaja dirancang, karena itu ia merupakan akibat yang diinginkan dan bias juga berupa akibat nyata sebagai hasil penggunaan media pengajaran tersebut.

Hasil belajar menurut Bloom dalam Rusmono (2012: 8) merupakan perubahan perilaku yang meliputi tiga ranah, yaitu ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Ranah kognitif meliputi tujuan- tujuan belajar yang berhubungan dengan memanggil kembali

(21)

pengetahuan dan pengembangan kemampuan intelektual dan keterampilan. Ranah afektif meliputi tujuan- tujuan belajar yang menjelaskan perubahan sikap, minat, nilai- nilai dan pengembangan apresiasi serta penyesuaian. Ranah psikomotorik mencakup perubahan perilaku yang menunjukan bahwa siswa telah mempelajari keterampilan manipulasi fisik tertentu.

Menurut Reigeluth dalam Jamil Suprihatiningrum (2013:37) berpendapat bahwa hasil belajar atau pembelajaran dapat juga dipakai sebagai pengaruh yang memberikan suatu ukuran nilai dari metode(strategi) alternatif dalam kondisi yang berbeda. Ia juga mengatakan secara spesifik bahwa hasil belajar adalah suatu kinerja (performance) yang diindikasikan sebagai suatu kapabilitas (kemampuan) yang telah diperoleh. Hasil belajar selalu dinyatakan dalam bentuk tujuan (khusus) perilaku (unjuk kerja).

Semua akibat yang dapat terjadi dan dapat dijadikan sebagai indikator tentang nilai dari penggunaan suatu metode di bawah kondisi yang berbeda menurut Reigeluth sebagaimana dikutip Keller dalam Rusmono (2014: 7) adalah merupakan hasil belajar. Akibat ini dapat berupa akibat yang sengaja dirancang, Karena itu merupakan akibat yang diinginkan dan bisa juga berupa akibat nyata sebagai hasil penggunaan metode pengajaran tertentu.

(22)

4. Hasil Belajar Matematika

Matematika menurut Suparni (2013:143) merupakan suatu ilmu yang bidang penelaahannya adalah bentuk-bentu atau struktur yang abstrak. Karena sifatnya yang abstrak, maka dalam pembelajarannya dibutuhkan benda-benda konkrit sebagai perantara atau alat peraga yang fungsinya menjembatani antara karakteristik matematika yang abstrak dengan tingkat perkembangan berpikir siswa khusunya siswa tingkat Sekolah Dasar yang masih berada pada taraf operasional konkrit. Dalam hal inilah alat bantu atau alat peraga sangat diperlukan ketika proses belajar berlangsung.

Dalam (Sudjana,1997:10) hasil belajar matematika merupakan kapasitas dan kapabilitas yang dimiliki oleh siswa setelah menerima pengalaman dalam belajar matematika. Belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relative menetap. Dalam kegiatan pembelajaran atau kegiatan intruksional, biasanya guru menetapkan tujuan belajar. Siswa yang berhasil dalam belajar adalah yang berhasil mencapai tujuan pembelajaran atau tujuan intruksional.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku individu yang meliputi ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Perubahan prilaku tersebut diperolah setelah

(23)

siswa menyelesaikan program pembelajarnnya melalui interaksi dengan berbagai sumber belajar dan lingkungan belajar.

Menurut Suwangsih dalam Ummu Kultsum (2014:26) Kata matematika berasal dari perkataan latin mathematika yang mulanya diambil dari perkataan Yunani mathematike yang berarti mempelajari. Perkataan itu mempunyai asal katanya mathema yang berarti pengetahuan atau ilmu (knowledge, science). Kata mathematike berhubungan pula dengan kata lainnya yang hampir sama yaitu, methein atau mathenein yang artinya belajar (berfikir). Teorema Bruner berpendapat bahwa belajar matematika ialah belajar tentang konsep-konsep dan struktur-struktur matematika yang terdapat di dalam materi yang dipelajari serta mencari hubungan antara konsep-konsep dan struktur matematika tersebut (Herman Handoyo, 1998: 56).

Matematika merupakan bidang studi yang dipelajari oleh semua siswa dari SD hingga SLTA dan bahkan juga di perguruan tinggi. Ada banyak alasan tentang perlunya siswa belajar matematika. Cornelius (Abdurrahman Mulyono, 2003: 253) mengemukakan lima alasan perlunya belajar metematika karena metematika merupakan:

a. sarana berpikir yang jelas dan logis,

(24)

c. saran mengenal pola-pola hubungan dan generalisasi pengalaman,

d. sarana untuk mengembangkan kreativitas,

e. sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap perkembangan budaya.

Pembelajaran matematika merupakan proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Pembelajaran matematika dipelajari oleh peserta didik mulai dari pemahaman konsep lalu menerapkan konsep . Tujuan mata pelajaran matematika dalam KTSP pada SDMI adalah sebagai berikut :

a). Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antara konsep dan mengaplikasikan konsep atau alogaritma, secara luwes, akurat, efisien, dan dapat memecahkan masalah

b) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pertanyaan matematika.

c) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model matematika, menafsirkan solusi yang diperoleh. d) Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram,

(25)

D. Kerangka Pemikiran

Belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon. Dengan kata lain, belajar merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulan dan respon.

Pada dasarnya matematika itu memiliki sifat yang abstrak dan tidak dapat diamati dengan pancaindra. Dan sering kali matematika sulit untuk dipahami oleh usia sekolah dasar bahkan siswa SMA sekalipun, sehingga dirasakan ada beberapa hal yang harus dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut, maka dalam setiap konsep matematika sangat diperlukan pengalaman melalui benda-benda yang nyata (kongkrit), salah satunya yaitu dengan penggunaan media alat peraga yang dapat digunakan oleh siswa untuk mampu berpikir abstrak.

Keberhasilan siswa dalam belajar sangat ditentukan oleh strategi yang dilakukan oleh guru, karena guru dituntut untuk memahami komponen-komponen dasar dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran didalam kelas. Guru harus menciptakan kondisi dan situasi serta ketertarikan siswa untuk belajar.

Pengetahuan yang kita proleh 75% diperoleh dari melihat, artinya belajar dengan menggunakan alat peraga yang dapat dilihat oleh peserta didik dan diharapkan mencapai hasil yang maksimal. Melalui media dan alat peraga yang menyenangkan bisa membawa siswa masuk dalam dunia

(26)

matematika yang abstrak dapat menjadi konkrit. Anak- anak mudah memahami sebuah konsep yang rumit dan abstrak apabila disertai dengan contoh kongkret dengan pengalaman dan mempraktekan secara langsung. Guru harus menumbuhkan minat siswa terhadap matematika, sehingga hasil belajar siswa meningkat. Dengan penggunaan alat peraga visual ini dapat membantu siswa dalam memahami konsep matematika yang nantinya berpengaruh pada hasil belajar yang lebih baik. Hasil belajar baik ditentukan oleh proses serta desain pembelajarannya. Secara grafis, penulis menggambarkan kerangka berpikir dalam penelitian sebagai berikut:

Keterangan :

X : Alat peraga visual : Pengaruh

Y : Hasil belajar matematika E. Penelitian Terdahulu

Dari hasil penelusuran yang dilakukan oleh penulis, ditemukan beberapa hasil penelitian yang memiliki kemiripan dengan masalah penelitian yang akan diteliti, yaitu :

1. Penelitian yang dilakukan oleh Siti Nurul Kholisoh mahasiswa jurusan PGMI Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Institut Agama Islam

X

Y

(27)

Negeri (IAIN) Syekh Nurjati Cirebon untuk kepentingan skripsi dengan judul “Pengaruh Kartu Bilangan terhadap Hasil Belajar Siswa pada Materi Penjumlahan Bilangan Bulat di Kelas IV B MI Hidayatus Shibyan Kecematan Talun Kabupaten Cirebon”. persamaan dalam penelitian di atas dengan penelitian penulis adalah terletak pada variabel Y yaitu Hasil Belajar Matematika. Sedangkan perbedaanya terletak pada variabel X, pada penelitian Siti Nurul Khotimah menggunakan varibel X yaitu pengaruh kartu bilangan, sedangkan penulis menggunakan variabel X yaitu pengaruh Alat peraga visual. 2. Penelitian yang berjudul “Pengaruh Penggunaan Alat Peraga Lidi

dengan Warna yang Berbeda Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa SDN 2 Cangkring Kecamatan Plered Kabupaten Cirebon‟. penelitian ini dilakukan oleh Yayan Komalasari, mahasiswa jurusan PGMI Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syekh Nurjati Cirebon untuk kepentingan skripsi. Persamaan dalam penelitian di atas dengan penelitian penulis adalah terletak pada variabel Y yaitu Hasil Belajar Matematika. Sedangkan perbedaanya terletak pada variabel X, pada penelitian Yayah Komalasari menggunakan varibel X yaitu pengaruh Alat Peraga Lidi dengan warna berbeda, sedangkan penulis menggunakan variabel X yaitu pengaruh Alat peraga visual.

(28)

F. Hipotesis Penelitian

Setelah peneliti mengemukakan landasan teori dan kerangka berfikir, langkah selanjutnya adalah hipotesis. Hipotesis merupakan perkiraan sementara atas penelitian yang akan dilakukan.

Berdasarkan teori- teori dan kerangka pemikiran di atas, maka hipotesis dalam penelitin ini yaitu :

Hipotesis : Terdapat pengaruh penggunaan alat peraga visual terhadap hasil belajar matematika di MI AN-NUR kota Cirebon.

Referensi

Dokumen terkait

(3) memberdayakan masyarakat pengolah sabut kelapa (UMKM) dalam upaya menemukan strategi pengembangan dengan menggunakan teknologi tepat guna dalam pengolahan sabut

(2) Permohonan pembetulan, pembatalan, pengurangan ketetapan dan penghapusan atau pengurangan sanksi administrasi atas SKPD, SKPDKB, SKPDKBT, dan STPD sebagaimana

baru yaitu Datum Geodesi Nasional (DGN-95). Datum ini ditentukan dengan pengamatan GPS dan menggunakan ellipsoid referensi WGS-84. Berkaitan dengan batas maritim, Datum

– Cantumkan semua attribute dari relationship R sebagai attribute biasa dalam skema relasi – Primary key dari S biasanya berupa kombinasi dari semua FK yang terbentuk di atas.

Persinggungan yang berisukan ras dan agama kembali terjadi di Indonesia pada tahun 2016-2017 dalam levelnya yang cukup tinggi, yakni berkenaan dengan dugaan penistaan agama Islam

Konsep ini disebut modal kerja bersih atau ( net working capital ). Keuntungan konsep ini adalah terlihat tingkat likuiditas perusahaan. Aktiva lancar yang lebih besar

Kewenangan artibusi KPK yang dilihat dari Pasal 50 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Tindak Pidana Korupsi bahwa KPK sangat diutamakan menjalankan