• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Strategi Entrepreneurial Marketing Pada Industri Rumahan Kabupaten Kendal Serta Pengaruhnya Terhadap Kinerja Pemasaran

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Strategi Entrepreneurial Marketing Pada Industri Rumahan Kabupaten Kendal Serta Pengaruhnya Terhadap Kinerja Pemasaran"

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS STRATEGI

ENTREPRENEURIAL MARKETING

PADA INDUSTRI RUMAHAN KABUPATEN KENDAL SERTA

PENGARUHNYA TERHADAP KINERJA PEMASARAN

BIBI ARFANLY

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI THESIS DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa thesis berjudul Analisis Strategi Entrepreneurial Marketing Pada Industri Rumahan Kabupaten Kendal Serta Pengaruhnya Terhadap Kinerja Pemasaran adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir thesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(3)

RINGKASAN

BIBI ARFANLY. Analisis Strategi Entrepreneurial Marketing Pada Industri Rumahan Kabupaten Kendal Serta Pengaruhnya Terhadap Kinerja Pemasaran. Di bawah bimbingan MA’MUN SARMA dan MUHAMMAD SYAMSUN.

Kabupaten Kendal memiliki potensi pengembangan industri rumahan yang cukup baik. Pemasaran merupakan salah satu aspek penting yang dibutuhkan pada pengembangan industri rumahan Kabupaten Kendal. Salah satu pendekatan yang saat ini muncul dalam penerapan pemasaran produk oleh pelaku usaha kecil menengah adalah entrepreneurial marketing. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengidentifikasi karakteristik pelaku usaha dan profil usaha industri rumahan di Kabupaten Kendal, (2) menganalisis pencapaian entrepreneurial marketing yang diterapkan pelaku usaha industri rumahan di Kabupaten Kendal, (3) menganalisis pengaruh entrepreneurial marketing terhadap kinerja pemasaran pada industri rumahan di Kabupaten Kendal, dan (4) menganalisis prioritas strategi pemasaran untuk pengembangan industri rumahan melalui strategi entrepreneurial marketing. Penelitian ini dilakukan di dua kecamatan di Kabupaten Kendal yang telah dijadikan kawasan model percontohan industri rumahan nasional yaitu Kecamatan Kaliwungu dan Kecamatan Patebon. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui kuisioner dan wawancara mendalam kepada pakar. Sedangkan data sekunder diperoleh melalui data penelitian Kementerian Pemberdayaaan Perempuan dan Pengembangan Anak (KPPPA) yang bekerja sama Pusat Kajian Gender dan Anak (PKGA), Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Institut Pertanian Bogor pada tahun 2014. Analisis data yang digunakan meliputi analisis deskriptif, analisis transformasi indeks, analisis structural equation modeling (SEM) dengan pendekatan partial least squares (PLS), serta Analytic Network Process (ANP)

Hasil penelitian menunjukan bahwa karakteristik pelaku usaha secara umum memiliki tingkat pendidikan yang masih rendah, di mana mayoritas pelaku usaha (61,2%) tidak memperoleh pendidikan minimal 12 tahun. Dari sisi usia, mayoritas berapa pada rentang usia produktif 30-40 tahun. Berdasarkan karakteristik usaha industri rumahan, mayoritas usaha yang dijalankan berumur 1-3 tahun. Mayoritas pelaku usaha mengaku bahwa dengan usaha yang dijalankan merupakan tambahan pendapatan bagi keluarga dan dapat memenuhi kebutuhan keluarga hingga sebesar 50%. Kemampuan entrepreneurial marketing pelaku usaha industri rumahan secara keseluruhan mencapai 60%. Hal tersebut menunjukan bahwa entrepreneurial marketing yang telah diterapkan oleh pelaku usaha sudah cukup baik. Variabel konsep, strategi, dan intelegensi pasar pada entrepreneurial marketing berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja pemasaran. Di sisi lain, variabel metode pemasaran tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel kinerja pemasaran. Intelegensi pasar merupakan prioritas alternatif pemasaran yang paling penting untuk dilakukan dalam pengembangan industri rumahan dengan nilai rater agreement yang tinggi sebesar 78% (W=0,78).

(4)

SUMMARY

BIBI ARFANLY. Analysis of Entrepreneurial Marketing Strategy at Home Industry in Kendal Regency and Its Effect to the Marketing Performance. Supervised by MA’MUN SARMA and MUHAMMAD SYAMSUN.

Kendal Regency is one of the areas which have a great potential to be developed as home industry. Marketing is one of the important aspects that plays important role in the development of home industry at Kendal Regency. One of the approaches that is suitable in the implementation of the marketing of products by small and medium enterprises is an entrepreneurial marketing. This study aims to (1) identify characteristics of entrepreneurs and business characteristics of home industries in Kendal Regency, (2) analyze the ability of entrepreneurial marketing achieved by home industry entrepreneurs in Kendal regency, (3) analyze the effect of entrepreneurial marketing for marketing performance at home industry in Kendal regency, and (4) analyze the priority of marketing strategy for home industry development through entrepreneurial marketing approach.

This study was conducted in two districts of Kendal which became role models of national home industry, which were Kaliwungu district and Patebon district. Primary and secondary data were used in this study. Primary data was obtained using questionnaire and indepth interview while secondary data was obtained using data from Female Empowerment and Child Protection (KPPPA) that cooperates with Center for Gender and Child Studies (PKGA), The Institute of Research and Community Empowerment of Bogor Agricultural University in 2014. Analysis of data used included: a descriptive analysis, analysis of transformation index, analysis of structural equation modeling (SEM) with the approach of partial least squares (PLS) and Analytic Network Process (ANP).

The results of this study showed that the characteristics of entrepreneurs who owned the home industry were in a low education level (under 12 years), but they are in the range of productive age (30-40 years old). Based on the characteristics of home industry, the home industries were aged 1-3 years. The majority of entrepreneurs admitted that their enterprises were able to make additional incomes for the family and they are able to fulfill their needs of more than 50%. The ability of entrepreneurial marketing of home industry entrepreneurs reached about 60%. It indicated that the entrepreneurial marketing which implemented by entrepreneurs were good. Variable of concept, strategy, and market intelligence on entrepreneurial marketing were significantly affected on the marketing performance. However, variable of method did not significantly affected on the variable of marketing performance. Market intelligence was the important priority of marketing alternative to be done in order to develop the home industry with the high value of rater agreement by 78% (W=0,78). A relatively high value of rater agreement showed that respondents had the same perspective due to the marketing alternative priority determination to develop home industry.

(5)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

(6)

ANALISIS STRATEGI

ENTREPRENEURIAL MARKETING

PADA INDUSTRI RUMAHAN KABUPATEN KENDAL SERTA

PENGARUHNYA TERHADAP KINERJA PEMASARAN

BIBI ARFANLY

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

pada

Program Studi Ilmu Manajemen

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(7)
(8)
(9)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia-Nya sehingga Thesis yang berjudul Analisis Strategi Entrepreneurial Marketing Pada Industri Rumahan Kabupaten Kendal Serta Pengaruhnya Terhadap Kinerja Pemasaran ini berhasil diselesaikan. Penulisan karya ilmiah yang dimulai pada Januari 2016 hingga Agustus 2016 ini bertujuan untuk mengembangkan industri rumahan Kabupaten Kendal melalui sudut pandang pemasaran.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. Ma’mun Sarma, MS. M.Ec dan Bapak Dr. Ir. Muhammad Syamsun, M.Sc selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan saran. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. Jono M Munandar, M.Sc selaku dosen penguji luar komisi dan Bapak Dr.Ir. Abdul Kohar Irwanto, M.Sc selaku dosen penguji program studi atas arahan dan saran yang diberikan. Terima kasih penulis juga sampaikan kepada Ibu Dr. Heti Mulyati, S.TP, MT selaku dosen quality control atas saran dan perbaikan yang diberikan. Di samping itu, terima kasih penulis juga sampaikan kepada Bapak Hendra Sukma Arianto yang telah menemani dan membantu proses turun lapang di Kabupaten Kendal. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada orang tua, Bapak Thomin Jamin dan Ibu Sunalia atas segala doa dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, September 2016

(10)

DAFTAR ISI

RINGKASAN ii

PRAKATA viii

DAFTAR TABEL x

DAFTAR GAMBAR x

DAFTAR LAMPIRAN x

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 3

Tujuan Penelitian 4

Manfaat Penelitian 4

Ruang Lingkup Penelitian 4

TINJAUAN PUSTAKA 5

Entrepreneurial Marketing 5

Prinsip Kunci Entrepreneurial Marketing 5

Penerapan Studi Entrepreneurial Marketing di Indonesia 7

Klasifikasi Usaha 8

Industri Rumahan 9

Kinerja Pemasaran 9

Penelitian Terdahulu 10

METODE 13

Kerangka Pemikiran 13

Lokasi dan waktu Penelitian 15

Pengumpulan Data 15

Pengambilan Sampel 15

Pengolahan dan Analisis Data 15

Operasionalisasi Variabel 20

HASIL DAN PEMBAHASAN 21

Karakteristik Usaha dan Pelaku Usaha Industri Rumahan 21

Kemampuan Entrepreneurial Marketing 24

Pengaruh Entrepreneurial Marketing Terhadap Kinerja Pemasaran 25 Prioritas Strategi Pemasaran melalui Entrepreneurial Marketing 32

Implikasi Manajerial 36

KESIMPULAN DAN SARAN 38

Kesimpulan 38

Saran 39

DAFTAR PUSTAKA 41

(11)

DAFTAR TABEL

1 Perkembangan UMKM di Indonesia berdasarkan unit usaha dan tenaga kerja

tahun 2011-2013 1

2 Prinsip pemasaran tradisional dan pemasaran kewirausahaan 6

3 Penelitian terdahulu 11

4 Operasionalisasi variabel 20

5 Karakteristik pelaku usaha industri rumahan Kabupaten Kendal 22

6 Karakteristik usaha industri rumahan Kabupaten Kendal 23

7 Ringkasan rule of thumb evaluasi outer model 26

8 Hasil penilaian kriteria dan standar nilai mode reflektif 27

9 Hasil penilaian kriteria inner model dan standar nilai inner model 29

10 Hasil pengolahan ANP 35

DAFTAR GAMBAR

1 Kebutuhan pengembangan industri rumahan 2

2 Kerangka pemikiran 14

3 Model penelitian SEM PLS 17

4 Indeks entrepreneurial marketing (%) 24

5 Model akhir SEM PLS 27

6 Hasil pengolahan bootstrapping pada model PLS 30

7 Jaringan umpan balik penelitian industri rumahan Kabupaten Kendal 32

DAFTAR LAMPIRAN

1 Kuesioner ANP 47

2 Evaluasi Outer Model 65

3 Evaluasi Inner Model 67

4 Kerangka penelitian ANP pada Perangkan Lunak Super Decisions 68

(12)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) memiliki peran yang sangat penting dalam pembangunan perekonomian nasional. UMKM dipercaya dapat menciptakan lapangan kerja baru sehingga dapat mengurangi pengangguran dan meningkatkan pemerataan pendapatan masyarakat. Pada saat krisis ekonomi terjadi, UMKM terbukti mampu bertahan disaat banyak usaha besar mengalami kebangkrutan. Jumlah unit usaha yang banyak dan kemampuannya dalam menyerap tenaga kerja memperlihatkan peran stategis UMKM dalam pengentasan kemiskinan dan pendorong kesejahteraan masyarakat. Perkembangan UMKM di Indonesia pada tahun 2011 sampai 2013 dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Perkembangan UMKM di Indonesia berdasarkan unit usaha dan tenaga kerja tahun 2011-2013

Indikator Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013

Jumlah % Jumlah % Jumlah %

Unit Usaha

A. Usaha Mikro, Kecil, Menengah (UMKM)

55 206 444 99,99 56 534 592 99,99 57 895 721 99,99

B. Usaha Besar (UB) 4 952 0,01 4 968 0,01 5 066 0,01 Tenaga Kerja

A. Usaha Mikro, Kecil, Menengah (UMKM)

101 722 458 97,24 107 657 509 97,16 114 114 082 96,99

B. Usaha Besar (UB) 2 891 224 2,76 3 150 645 2,84 3 537 162 3,01

Sumber: Kementerian Koperasi dan UMKM (2015)

Berdasarkan Tabel 1, jumlah unit UMKM mencapai 55,20 juta unit usaha pada tahun 2011 dan mengalami peningkatan sebesar 4,87% hingga mencapai 57,89 juta unit usaha pada tahun 2013. UMKM menjadi sumber pendapatan bagi sebagian besar masyarakat Indonesia dimana UMKM merupakan 99,99% dari pelaku usaha nasional. Peran penting UMKM juga dapat terlihat dari sisi penyerapan tenaga kerja. Pada tahun 2011, UMKM mampu menyerap tenaga kerja hingga sebanyak 101,72 juta orang. Jumlah tersebut terus mengalami peningkatan dimana pada tahun 2013 total tenaga kerja yang mampu diserap UMKM meningkat sebanyak 12,18% hingga menjadi 114,11 juta orang.

(13)

2

menunjukan bahwa pengembangan industri rumahan berkaitan dengan pemberdayaan kaum perempuan dalam upaya mewujudkan ketahanan dan kesejahteraan keluarga. Melalui industri rumahan, ibu rumah tangga dapat melakukan kegiatan produktif tanpa perlu mengurangi kewajiban pokok dalam berumahtangga. Artinya, ibu rumah tangga dapat berkontribusi terhadap pendapatan keluarga serta menciptakan lapangan pekerjaan.

Salah satu daerah yang memiliki potensi pengembangan industri rumahan adalah Kabupaten Kendal. Industri rumahan Kabupaten Kendal telah dijadikan sebagai model percontohan industri rumahan nasional pada tahun 2012. Kabupaten Kendal dijadikan sebagai model percontohan industri rumahan nasional karena keseriusan pemerintah daerah dalam mengembangkan industri tersebut. Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kabupaten Kendal (Bappeda Kabupaten Kendal 2014) mencatat bahwa industri rumahan Kabupaten Kendal memiliki jumlah unit usaha sebanyak 1 988 unit usaha yang mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 9 940 orang. Industri rumahan Kabupaten Kendal tumbuh dengan menawarkan berbagai kreatifitas dimana berbagai produk unggulan telah tercipta melalui industri rumahan, seperti ikan bandeng tanpa duri, batik tulis, industri bordir, kerupuk rambak, dan masih banyak lagi. Selain itu, pengembangan industri rumahan menjadi salah satu alternatif dalam menyelesaikan permasalahan pengangguran dan jumlah Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Kabupaten Kendal. Bappeda Kabupaten Kendal (2014) mencatat bahwa Kabupaten Kendal merupakan kabupaten kedua yang berkontribusi terbesar pada jumlah TKI di Jawa Tengah pada tahun 2013, yaitu sejumlah 5 296 orang.

Pengembangan industri rumahan perlu dilakukan di Kabupaten Kendal. Namun dalam pengembangannya, industri rumahan mengalami berbagai permasalahan. Sejumlah permasalahan yang terjadi meliputi permasalahan teknologi dan peralatan, kewirausahaan dan keahlian, inovasi produk dan usaha, pembukuan atau catatan keuangan, standardisasi, aksesibilitas terhadap sumber daya produktif, pemasaran, serta pembiayaan. Salah satu aspek penting yang perlu dikaji adalah pemasaran. Bappeda Kabupaten Kendal (2014) memaparkan bahwa pemasaran merupakan aspek terpenting yang dibutuhkan untuk pengembangan industri rumahan selain dari aspek teknologi, standarisasi, dan pembukuan keuangan. Kebutuhan pengembangan industri rumahan Kabupaten Kendal dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1 Kebutuhan pengembangan industri rumahan Sumber: Bappeda Kabupaten Kendal, 2014 (diolah)

(14)

3 Gambar 1 menunjukkan bahwa pemasaran merupakan aspek terpenting yang dibutuhkan untuk pengembangan industri rumahan selain dari aspek teknologi, standarisasi, dan pembukuan keuangan. Tentu saja selain keempat aspek tersebut masih terdapat aspek lain yang persentasenya lebih kecil atau sama dengan dengan persentase kebutuhan pemasaran.

Pemasaran menjadi salah satu kendala dalam pengembangan industri rumahan di Kabupaten Kendal. Permasalahan pemasaran yang terjadi antara lain tingginya tingkat persaingan, belum terdapatnya merek dan toko sendiri, lemah dalam tawar menawar harga, serta informasi dan wawasan mengenai pasar yang terbatas. Di sisi lain, skala usaha industri rumahan yang produksinya terbatas pada pesanan dan usaha yang masih bersifat individu memberikan kontribusi pada lemahnya pemasaran. Lemahnya inovasi produk, Keterbatasan modal, kemampuan pelaku usaha dan jiwa wirausaha yang masih rendah juga mempengaruhi cakupan pemasaran produk. Berbagai permasalahan pemasaran ini membuat omset industri rumahan masih kecil dan sulit berkembang.

Metode dan strategi pemasaran yang tepat sangat dibutuhkan untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Salah satu pendekatan yang saat ini muncul dalam penerapan pemasaran produk oleh pelaku usaha kecil menengah adalah entrepreneurial marketing. Konsep entrepreneurial marketing merupakan konsep yang awalnya muncul pada pelaku usaha skala kecil atau pelaku usaha yang baru memulai bisnisnya (Stokes 2000). Carson dan Cromie (1990) berpendapat bahwa karakteristik UMKM mengakibatkan pemasaran konvensional tidak dapat diterapkan, sehingga diperlukan strategi pemasaran yang beradaptasi dengan karakteristik UMKM dan dapat diterapkan oleh pelaku usaha dengan baik. Stokes (2000) menjelaskan bahwa entrepreneurial marketing merupakan pendekatan konsep yang lebih sesuai ditinjau dari keterbatasan sumber daya dan permasalahan yang ada pada UMKM. Pada penerapan entrepreneurial marketing, pelaku usaha cenderung memanfaatkan jaringan informal dalam pengumpulan informasi dan berorientasi inovasi. Hal tersebut sangat sesuai dengan permasalahan industri rumahan mengenai kurangnya wawasan mengenai pasar dan kelemahan dalam berinovasi produk. Sehingga entrepreneurial marketing merupakan pendekatan yang sesuai bila diterapkan pada industri rumahan khususnya industri rumahan di Kabupaten Kendal.

Perumusan Masalah

Berdasarkan perumusan latar belakang diatas, maka perumusan masalah pada penelitian ini adalah:

1. Bagaimana karakteristik pelaku usaha dan karakteristik usaha industri rumahan di Kabupaten Kendal?

2. Sejauh mana kemampuan entrepreneurial marketing pada pelaku usaha industri rumahan di Kabupaten Kendal?

3. Bagaimana pengaruh entreprenerial marketing terhadap kinerja pemasaran pada industri rumahan di Kabupaten Kendal?

(15)

4

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mengidentifikasi karakteristik pelaku usaha dan profil usaha industri rumahan di Kabupaten Kendal

2. Menganalisis pencapaian entrepreneurial marketing yang diterapkan pelaku usaha industri rumahan di Kabupaten Kendal

3. Menganalisis pengaruh entrepreneurial marketing terhadap kinerja pemasaran pada industri rumahan di Kabupaten Kendal

4. Menganalisis prioritas strategi pemasaran untuk pengembangan industri rumahan melalui strategi entrepreneurial marketing.

Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak, diantaranya:

1. Pelaku usaha industri rumahan

Pelaku industri rumahan dapat memperoleh gambaran mengenai potensi untuk berkembang melalui pendekatan entrepreneurial marketing baik itu secara teoritis maupun secara praktis yang diimplementasikan kedalam rencana pemasaran. 2. Pemerintah Daerah Kendal

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan untuk pengambil kebijakan baik itu pemerintah daerah maupun pemerintah pusat dalam rangka perencanaan dan implementasi kebijakan untuk memajukan industri rumahan Kendal.

3. Kalangan Akademisi dan Masyarakat luas

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan bacaan, bahan referensi atau sebagai data dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan penambahan wawasan di bidang usaha mikro kecil menengah dan entrepreneurial marketing.

Ruang Lingkup Penelitian

(16)

5

TINJAUAN PUSTAKA

Entrepreneurial Marketing

Konsep entrepreneurial marketing merupakan penggabungan konsep dari entrepreneurship dan marketing. Meskipun entrepreneurship dan marketing telah dianggap sebagai dua bidang ilmu yang berbeda, penekanan pada bentuk pemasaran yang sesuai untuk usaha kecil dan menengah serta peran penting entrepreneurship dalam kegiatan pemasaran menjadi dorongan munculnya konsep entrepreneurial marketing (Stokes 2000). Sesuai pendapat tersebut, Hamali (2015) menjelaskan bahwa munculnya entrepreneurial marketing berasal dari kesadaran akan pentingnya entrepreneurship dan inovasi untuk pemasaran serta pemasaran untuk kesuksesan dalam berwirausaha.

Entrepreneurial marketing merupakan konsep yang awalnya muncul pada pelaku usaha skala kecil atau pelaku usaha yang baru memulai bisnisnya (Stokes 2000). Hal tersebut sesuai dengan pendapat Bjerke dan Hultman (2002), yang mendefinisikan entrepreneurial marketing sebagai konsep pemasaran perushaan retailer yang tumbuh melalui kewirausahaan. Menurut Moriaty et al., (2008) keunikan usaha kecil dalam berhubungan dengan pelanggan, mendapatkan informasi tentang pesaing dan juga informasi tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pasar dan pengembangan bauran pemasarannya, menyebabkan terminologi pemasaran konvensional tidak bisa digeneralisir pada skala usaha kecil. Selain itu, perilaku wirausaha juga menyebabkan pemasaran konvensional yang dianut perusahaan berskala besar tidak dapat diterapkan (Reynolds 2000).

Morris et al., (2002) mendefinisikan entrepreneurial marketing sebagai sebuah sikap proaktif dalam mengidentifikasi dan mengeksploitasi berbagai peluang dalam rangka mendapatkan dan mempertahankan pelanggan yang menguntungkan melalui berbagai pendekatan yang inovatif untuk mengelola resiko, mengoptimalkan sumberdaya dan menciptakan nilai. Sedangkan Kraus et al., (2010) mendefinisikan entrepreneurial marketing sebagai fungsi organisasi dan serangkaian proses untuk menciptakan, mengkomunikasikan dan menghantarkan nilai kepada konsumen serta mengelola hubungan jangka panjang yang menguntungkan bagi organisasi dan stakeholder yang dikarakteristikan melalui inovasi, pengambilan risiko, proaktif, dan mungkin untuk dilakukan tanpa sumberdaya yang dikontrol saat itu. Pendekatan pemasaran kewirausahaan pengusaha kecil mampu menciptakan suatu kondisi usaha yang lebih terarah terkait dengan usaha pencapaian tujuan yang telah ditetapkan (Hadiyati 2009).

Prinsip Kunci Entrepreneurial Marketing

(17)

6

intelegensi pasar. Perbandingan prinsip pemasaran tradisional dan pemasaran kewirausahaan dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Prinsip pemasaran tradisional dan pemasaran kewirausahaan

Prinsip Pemasaran

Pemasaran Tradisional Pemasaran Kewirausahaan (Entrepreneurial Marketing)

Konsep Berorientasi konsumen

(dorongan pasar) pengembangan produk melalui penilaian formal

Berorientasi inovasi (dorongan ide) taksiran intuitif tentang kebutuhan pasar

Strategi Pendekatan top down

(segmentation, targeting, dan

positioning)

Pendekatan bottom up dari

konsumen dan kelompok pengaruh lainnya

Metode Bauran pemasaran 4P/7P Metode pemasaran interaktif, word of mouth marketing dan penjualan langsung.

Inteligensi Pasar

Riset pasar formal dan sistem inteligensi

Jaringan informal dan pengumpulan informasi

Sumber: Stokes (2000)

Berdasarkan pada Tabel 2, terdapat perbedaan antara pemasaran tradisional dan pemasaran kewirausahaan. Perbedaan tersebut diuraikan sebagai berikut:

1. Dalam hal orientasi bisnis, ditemukan bahwa tidak seperti pemasaran tradisional yang didefinisikan oleh orientasi pelanggan, entrepreneurial marketing didefinisikan oleh kewirausahaan dan orientasi inovasi. Jika pada konsep pemasaran tradisional membutuhkan penilaian kebutuhan pasar dengan pasti sebelum mengembangkan produk, pelaku usaha memulainya dengansebuah ide dan kemudian menemukan pasar tersebut.

2. Pada tingkat strategis, entrepreneurial marketing mentargetkan konsumen melalui pendekatan bottom-up ke pasar, tidak menggunakan pendekatan proses segmentasi, targeting dan positioning top-down seperti yang biasa digunakan pada praktik pemasaran tradisional. Pada strategi ini pertama-tama dilakukan dengan mengidentifikasi peluang pasar yang mungkin dan selanjutnya dilakukan uji coba. Setelah itu perusahaan mulai melayani kebutuhan beberapa klien, mengetahui preferensi dan kebutuhan mereka serta memperluas basis konsumen dengan dengan profil yang sama.

3. Pada prinsip metode, para pelaku usaha lebih memilih metode pemasaran interaktif melalui kontak langsung dengan pelanggan misalnya penjualan personal dan selanjutnya hasil interaksi dapat ditingkatkan dengan pemasaran word of mouth. Pemasaran interaktif pada usaha kecil dan menengah berisi tentang responsivitas atau kemampuan untuk mengkomunikasikan dan merespon cepat konsumen individu (Sarma 2013).

(18)

7 Penerapan Studi Entrepreneurial Marketing di Indonesia

Penelitian di bidang entrepreneurial marketing sudah cukup banyak diterapkan di Indonesia. Beberapa peneliti di Indonesia sudah berfokus di bidang entrepreneurial marketing untuk memajukan UMKM Indonesia. Seperti penelitian Hadiyati (2009) yang melakukan penelitian terhadap 65 pelaku usaha keripik tempe di Kota Malang. Pada penelitian tersebut dilakukan pengujian pada entrepreneurial marketing yang meliputi konsep, strategi, metode dan intelegensi pasar terhadap kinerja penjualan baik secara simultan maupun secara parsial. Hadiyati (2009) menemukan bahwa entrepreneurial marketing berpengaruh secara simultan terhadap kinerja penjualan pada usaha kecil industri tempe di Kota Malang. Selain itu, hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa entrepreneurial marketing juga berpengaruh secara parsial terhadap kinerja penjualan dimana strategi bottom-up ke pasar merupakan variabel yang sangat berpengaruh terhadap kinerja penjualan pada industri tersebut.

Sarma et al., (2013) melakukan penelitian pada pelaku usaha alas kaki di Bogor, Jawa Barat. Penelitian tersebut mengukur pengaruh variabel entrepreneurial marketing yang meliputi konsep, strategi, metode dan intelegensi pasar terhadap pengembangan dan keberlanjutan usaha. Dengan melakukan analisis Structural Equation Modelling (SEM), ditemukan bahwa entrepreneurial marketing berpengaruh secara signifikan terhadap pengembangan dan keberlanjutan usaha, dimana variabel laten entrepreneurial marketing direfleksikan oleh lima indikator, yaitu frekuensi diversifikasi produk, tingkat diversitas produk, kemampuan untuk membangun hubungan dengan usaha menengah, kemampuan untuk membangun hubungan baik dengan usaha besar, dan aktivitas mencari informasi bisnis. Selain itu, dengan analisis transformasi indeks diketahui bahwa dari kelima indikator yang merefleksikan entrepreneurial marketing tersebut, indikator frekuensi diversifikasi produk merupakan kemampuan tertinggi yang dapat dicapai oleh pelaku usaha. Pada penelitian lain yang juga dilakukan di industri alas kaki Bogor, Septiani (2012) mengemukakan bahwa entrepreneurial marketing berpengaruh signifikan terhadap daya saing usaha. Hasil penelitian tersebut juga mengemukakan bahwa kebijakan pemerintah dapat berpengaruh signifikan terhadap daya saing melalui pendekatan entrepreneurial marketing.

Hamali (2015) mengukur dampak dari dimensi entrepreneurial marketing terhadap kinerja usaha pada industri garmen kecil di Kota Bandung. Dimensi entrepreneurial marketing meliputi tujuh hal yaitu sikap proaktif, penghitungan dalam pengambilan risiko, kemampuan inovasi, fokus terhadap peluang, pengoptimalan sumberdaya, penciptaan nilai, peningkatan intensitas pelanggan, serta legitimasi. Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa sikap proaktif, pengoptimalan sumberdaya, penciptaan nilai, serta peningkatan intensitas pelanggan berpengaruh terhadap kinerja usaha, dengan kata lain kinerja usaha yang baik dapat dicapai melalui peningkatan sikap proaktif, pengoptimalan sumberdaya, penciptaan nilai, serta peningkatan intensitas pelanggan pada industri garmen kecil di Kota Bandung. Penciptaan nilai merupakan dimensi dengan nilai terbesar dalam menjelaskan kinerja usaha diikuti secara berturut-turut oleh sikap proaktif, peningkatan intensitas pelanggan serta pengoptimalan sumberdaya.

(19)

8

membagi entrepreneurial marketing ke dalam dua orientasi yaitu orientasi pasar dan orientasi kewirausahaan dan melakukan pengujian pengaruh kedua variabel tersebut terhadap kinerja usaha. Pada penelitian tersebut ditemukan bahwa orientasi pasar berpengaruh positif terhadap kinerja usaha pada industri kerajinan bordir dan sulaman di Sumatera Barat. Sedangkan orientasi kewirausahaan berpengaruh positif terhadap kinerja usaha yang dimediator oleh orientasi pasar. Yeni et al., (2014) menambahkan bahwa orientasi pasar sangat berperan dalam memperkuat orientasi kewirausahaan dan menyarankan kedua orientasi tersebut saling melengkapi satu sama lain untuk meningkatkan keuntungan usaha kecil.

Klasifikasi Usaha

Bank Dunia (World Bank) mendefinisikan Usaha Kecil dengan kriteria jumlah karyawan kurang dari 30 orang, pendapatan dalam setahun tidak melebihi $ 3 juta dan jumlah aset yang dimiliki tidak melebihi $ 3 juta. Usaha Menengah didefinisikan sebagai usaha dengan kriteria jumlah karyawan maksimal 300 orang, pendapatan setahun hingga sejumlah $ 15 juta dan jumlah aset hingga sejumlah $ 15 juta.

Di Indonesia, definisi usaha kecil menengah diatur oleh Undang-Undang (UU) Nomor 20 Tahun 2008 tentang UMKM yang menggantikan UU Nomor 9 Tahun 2005 tentang Usaha Kecil. Berdasarkan UU No. 20 Tahun 2008 tentang UMKM, definisi UMKM adalah sebagai berikut:

1. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro. Kriteria usaha mikro adalah sebagai berikut:

a. memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 50 000 000.00 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

b. memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 300 000 000.00 (tiga ratus juta rupiah).

2. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari Usaha Menengah atau Usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil. Kriteria usaha kecil adalah sebagai berikut:

a. memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 50 000 000.00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 500 000 000.00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

b. memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 300 000 000.00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 2 500 000 000.00 (dua milyar lima ratus juta rupiah).

(20)

9 a. memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 500 000 000.00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 10 000 000 000.00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

b. memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 2 500 000 000.00 (dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 50 000 000 000.00 (lima puluh milyar rupiah).

Berbeda dengan UU No. 20 Tahun 2008 yang mendefinisikan UMKM berdasarkan asset dan pendapatan, Badan Pusat Statistik (BPS) mendefinisikan UMKM berdasarkan kuantitas tenaga kerja. Menurut BPS, usaha mikro merupakan entitas usaha yang memiliki jumlah tenaga kerja 1 sampai 4 orang. Sedangkan usaha kecil merupakan entitas usaha yang memiliki jumlah tenaga kerja 5 sampai dengan 19 orang dan usaha menengah memiliki tenaga kerja 20 sampai dengan 99 orang.

Industri Rumahan

Tambunan (2001) mengklasifikasikan industri rumahan ke dalam industri kecil yang didefinisikan sebagai kegiatan yang dikerjakan di rumah rumah penduduk, yang pekerjanya merupakan anggota keluarga sendiri yang tidak terikat jam kerja dan tempat. Sedangkan menurut Siahaan (1996) industri rumahan merupakan industri yang menggunakan tenaga kerja kurang dari empat orang dengan ciri ciri memiliki modal yang sangat terbatas, tenaga kerja berasal dari anggota keluarga, dan pemilik atau pengelola industri biasanya kepala rumah tangga itu sendiri atau anggota keluarganya.

Bappeda Kabupaten Kendal (2014) mendefinisikan Industri rumahan sebagai suatu sistem produksi dari bahan baku tertentu untuk menghasilkan suatu produk yang memiliki nilai tambah dimana proses produksinya dikerjakan di lokasi rumah dan bukan pabrik. Bappeda Kabupaten Kendal (2014) menyebutkan ciri dari industri rumahan memiliki modal yang sangat terbatas dengan jumlah tenaga kerja berkisar antara 1-19 orang. Berdasarkan ciri tersebut, industri rumahan tergolong kedalam usaha mikro dan usaha kecil bila dilihat berdasarkan kriteria BPS, dimana usaha mikro merupakan entitas usaha yang miliki jumlah tenaga kerja 1 sampai 4 orang dan usaha kecil memiliki jumlah tenaga kerja 5 sampai dengan 19 orang.

Kinerja Pemasaran

Kinerja pemasaran merupakan sebuah variabel yang dapat digunakan untuk mengukur prestasi pemasaran dari suatu usaha. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Permadi (1998) yang menyatakan bahwa kinerja pemasaran merupakan konsep untuk mengukur prestasi pasar suatu produk. Ismawanti (2008) menyatakan bahwa kinerja pemasaran merupakan elemen penting dari kinerja perusahaan secara umum karena kinerja suatu perusahaan dapat dilihat dari kinerja pemasarannya.

(21)

10

variabel pengukuran kinerja usaha dirasa kurang tepat. Ukuran-ukuran tersebut merupakan ukuran agregatif yang dihasilkan melalui proses akuntansi dan keuangan, tetapi tidak secara langsung menggambarkan aktifitas pemasaran (Ferdinand 2000). Sehingga ukuran yang sebaiknya digunakan adalah ukuran yang yang dapat menjelaskan aktivitas-aktivitas pemasaran yang menghasilkan kinerja pemasaran (Ismawanti 2008).

Voss dan Voss (2000) mendefinisikan kinerja pasar sebagai usaha pengukuran tingkat kinerja yang meliputi jumlah penjualan, jumlah pelanggan, keuntungan dan pertumbuhan penjualan. Halim et al., (2012) dalam penelitiannya mengukur kinerja pemasaran melalui empat indikator, yaitu kepuasan pelanggan, penyampaian nilai, efektifitas program pemasaran, dan kesuksesan produk baru. Ferdinand (2002) yang menyatakan bahwa kinerja pemasaran yang baik dinyatakan dalam tiga besaran utama yaitu: pertumbuhan pelanggan, pertumbuhan penjualan, dan porsi pasar, yang pada akhirnya bermuara pada keuntungan perusahaan

Penelitian Terdahulu

Berdasarkan penelitian terdahulu, konsep entrepreneurial marketing yang digunakan pada penelitian ini sesuai dengan penelitian Hadiyati (2009) dan Septiani (2012) dimana entrepreneurial marketing dibagi menjadi empat aspek yaitu konsep, strategi, metode dan intelegensi pasar. Berbeda dengan penelitian sebelumnya, pada penelitian ini variabel entrepreneurial marketing dilakukan pengujian pengaruh terhadap variabel kinerja pemasaran. Hal tersebut berbeda dengan penelitian Hamali (2015) yang menguji pengaruh entrepreneurial marketing terhadap variabel kinerja usaha, Hadiyati (2009) menguji pengaruh entrepreneurial marketing terhadap variabel kinerja penjualan, dan Septiani (2012) menguji pengaruh entrepreneurial marketing terhadap variabel pengembangan dan keberlanjutan usaha. Uji pengaruh entrepreneurial marketing terhadap kinerja pemasaran pernah dilakukan oleh Reijonen et al., (2012), namun pada penelitian ini memiliki perbedaan yaitu variabel entrepreneurial marketing yang digunakan mengacu kepada pendapat Stokes (2012) dimana entrepreneurial marketing terbagi menjadi konsep, strategi, metode dan intelegensi pasar. Sedangkan pada penelitian yang dilakukan oleh Reijonen et al., (2012), variabel entrepreneurial marketing mengikuti pendapat dari Jones dan Rowley (2011) dimana entrepreneurial marketing terbagi menjadi orientasi pasar, orientasi konsumen, orientasi kewirausahaan dan orientasi inovasi.

(22)

11 Selain menguji pengaruh entrepreneurial marketing terhadap kinerja pemasaran, pada penelitian ini juga dilakukan pemilihan prioritas strategi pemasaran berdasarkan pendekatan entrepreneurial marketing. Sesuai dengan penelitian Jaharnsyah et al., (2013) dan Rahayu et al., (2015), dalam pemilihan prioritas strategi analisis yang digunakan adalah ANP. Namun pada penelitian ini prioritas strategi pemasaran disusun berdasarkan pendekatan entrepreneurial marketing yang terdiri atas empat aspek yaitu konsep, strategi, metode dan intelegensi pasar. Berbeda dengan penelitian Jaharnsyah et al., (2013) yang menggunakan metode delphi dan Rahayu et al., (2015) yang menggunakan metode PESTEL dan diamond porter untuk menganalisis lingkungan eksternal dan internal, pada penelitian ini permasalahan internal dan eksternal diperoleh melalui kajian pustaka dan wawancara mendalam kepada para pakar.

Beberapa penelitian terdahulu yang dijadikan acuan oleh penulis disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3 Penelitian terdahulu

(23)

12

Tabel 3 Penelitian terdahulu (Lanjutan)

Peneliti Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian Septiani

(24)

13 Tabel 3 Penelitian terdahulu (Lanjutan)

Peneliti Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian Rahayu et

(25)

14

pemasaran untuk pengembangan industri rumahan Kabupaten Kendal dengan menggunakan metode Analytic Netwok Process (ANP). Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan rekomendasi strategis kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Kendal mengenai pengembangan industri rumahan melalui pendekatan entrepreneurial marketing. Kerangka pemikiran pada penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2 Kerangka pemikiran

Studi entrepreneurial marketing Karakteristik pengusaha dan

Profil Industri rumahan

Analisis Deskriptif

Mengukur kemampuan entrepreneurial marketing

Transformasi indeks

Program Pengembangan Industri Rumahan Kabupaten Kendal

Dibutuhkan pemasaran yang tepat agar Industri rumahan dapat berkembang dengan baik

SEM PLS Mengukur Pengaruh entrepreneurial marketing terhadap kinerja pemasaran

Prioritas pemasaran untuk pengembangan industri rumahan Kabupaten Kendal

Analytic Netwok Process

Implikasi Manajerial

(26)

15 Lokasi dan waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di dua kecamatan di Kabupaten Kendal yang telah dijadikan kawasan model percontohan industri rumahan nasional yaitu Kecamatan Kaliwungu dan Kecamatan Patebon. Data sekunder pada penelitian ini dilaksanakan pada bulan April dan Mei 2014. Sedangkan pengumpulan data primer dengan pakar dilaksanakan pada bulan April 2016.

Pengumpulan Data

Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui kuisioner dan wawancara mendalam kepada tiga orang pakar yang terdiri dari satu perwakilan Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Kendal, satu perwakilan Bappeda Kabupaten Kendal, dan satu orang akademisi ahli pemasaran pada industri kecil dan menengah. Kuisioner pada penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran 1. Data sekunder diperoleh melalui data penelitian Kementerian Pemberdayaaan Perempuan dan Pengembangan Anak (KPPPA) yang bekerja sama Pusat Kajian Gender dan Anak (PKGA), Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Institut Pertanian Bogor pada tahun 2014, dengan judul penelitian

“Penanggulangan Kemiskinan Melalui Industri Rumahan Dalam Mewujudkan

Ketahanan Keluarga”. Data sekunder pada penelitian ini digunakan pada pengolahan analisis deskriptif, analisis transformasi indeks, dan SEM PLS. Selain itu data sekunder juga diperoleh dari buku, jurnal, serta penelitian terdahulu yang berhubungan dengan industri rumahan dan entrepreneurial marketing guna melengkapi data atau informasi yang diperlukan.

Pengambilan Sampel

Responden pada penelitian ini merupakan tiga orang pakar yang terdiri dari satu perwakilan Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Kendal, satu perwakilan Bappeda Kabupaten Kendal, dan satu orang akademisi ahli pemasaran pada industri kecil dan menengah. Metode pengambilan sampel menggunakan metode non probability sampling dengan menggunakan teknik purposive sampling. Peneliti mengambil sampel berdasarkan persyaratan dimana sampel yang dipilih adalah mereka yang memahami secara mendalam mengenai permasalahan yang dihadapi oleh industri rumahan Kabupaten Kendal.

Pengolahan dan Analisis Data

Analisis Deskriptif

(27)

16

bertujuan untuk mendeskripsikan suatu objek penelitian melalui data yang telah terkumpul. Pada penelitian ini analisis deskriptif digunakan untuk menganalisis karakteristik pelaku usaha dan profil usaha industri rumahan.

Analisis Transformasi Indeks

Sumardjo (1999) menyatakan bahwa transformasi indeks dapat digunakan untuk nilai keragaman yang terjadi pada setiap variabel penelitian yang berskala ordinal. Pengukuran parameter atau indikator-indikator dari setiap variabel dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai tingkat pencapaian dalam kontinum nilai total terendah (sama dengan jumlah indikator) dan tertinggi (sama dengan jumlah skor maksimum), dimana skor setiap indikator merupakan skala ordinalnya itu sendiri. Pada transformasi indeks tiap indikator memiliki nilai 0 sampai 100. Pedoman transformasi indeks menyatakan bahwa nilai indeks terkecil diberikan untuk jumlah skor terendah dan nilai 100 jumlah skor tertinggi dari tiap indikator.

Analisis transformasi indeks pada penelitian ini dilakukan untuk mengukur kemampuan entrepreneurial marketing pelaku usaha industri rumahan yang terdiri dari kemampuan konsep, strategi, metode, dan intelegensi pasar. Pada penelitian ini digunakan skala ordinal 1 sampai 4. Sehingga nilai transformasi indek minimum dicapai apabila setiap indikator merupakan skor 1 dan indek maksimum dicapai apabila nilai skor setiap indikator adalah 4.

Structural Equation Modeling (SEM) dengan pendekatan Partial Least Square (PLS)

Structural Equation Modeling (SEM) merupakan suatu teknik analisis statistik multivariat yang memungkinkan peneliti untuk menguji pengaruh langsung dan tidak langsung antara variabel yang kompleks, baik recursive maupun non-recursive untuk memperoleh gambaran menyeluruh mengenai suatu model (Ghozali 2005). Pada analisis SEM pengukuran dilakukan pada dua buah peubah, yaitu peubah laten dan peubah manifest. Peubah laten dalam SEM merupakan variabel-variabel yang tidak dapat diukur secara langsung. Pengamatan pada variabel laten dilakukan melalui efek dari variabel-variabel manifest. Variabel manifest adalah indikator-indikator yang dapat diukur. Dalam model SEM, konstruk laten berdasarkan fungsinya dibagi menjadi dua, yaitu variabel eksogen dan variabel endogen. Variabel eksogen adalah suatu variabel yang tidak dapat dipengaruhi oleh variabel lain (variabel independen didalam model regresi). Sedangkan variabel endogen adalah variabel yang dapat dipengaruhi variabel lain (variabel dependen dalam model regresi).

(28)

17 koefisien determinasi. Oleh karena itu PLS sangat tepat digunakan pada penelitian yang bertujuan mengembangkan teori.

Metode PLS merupakan analisis yang powerfull dan sering disebut juga sebagai soft modeling karena meniadakan asumsi OLS (Ordinary Least Square) regresi, seperti data harus terdistribusi normal secara multivariate dan tidak adanya problem multikoliniearitas antar variabel eksogen (Ghozali 2015). Artinya, data berupa nominal, kategori, ordinal, interval dan rasio dapat digunakan pada model yang sama dan dengan sampel yang tidak besar.

Analisis SEM PLS digunakan untuk melihat pengaruh langsung antar variabel entrepreneurial marketing dan kinerja pemasaran. Mengacu kepada Stokes (2000), entrepreneurial marketing pada penelitian ini dibagi menjadi empat variabel utama yaitu konsep, strategi, metode, dan intelegensi pasar. Pada masing-masing variabel dilakukan uji pengaruh langsung terhadap kinerja pemasaran. Model penelitian SEM PLS dapat dilihat pada Gambar 3 berikut ini.

Gambar 3 Model penelitian SEM PLS

(29)

18

Analytic Network Process (ANP)

Analytic Network Process (ANP) adalah teori umum pengukuran relatif yang digunakan untuk menurunkan rasio prioritas komposit dari skala rasio individu yang mencerminkan pengukuran relatif dari pengaruh elemen-elemen yang saling berinteraksi berkenaan dengan kriteria kontrol (Saaty 1999). Ascarya (2005) berpendapat bahwa ANP merupakan teori matematika yang memungkinkan seseorang untuk memperlakukan dependence dan umpan balik (feedback) secara sistematis yang dapat menangkap dan mengkombinasi faktor-faktor tangible dan intangible. ANP merupakan pendekatan baru dalam proses pengambilan keputusan yang memberikan kerangka kerja umum dalam memperlakukan keputusan keputusan tanpa membuat asumsi-asumsi tentang independensi elemen-elemen pada level yang lebih tinggi dari elemen-elemen pada level yang lebih rendah dan tentang indepedensi elemen-elemen dalam suatu level.

Metode ANP merupakan pengembangan metode Analytical Hierarchy Process (AHP). Metode ANP mampu memperbaiki kelemahan AHP berupa kemampuan mengakomodasi keterkaitan antar kriteria atau alternatif (Saaty 1999). ANP menggunakan jaringan tanpa harus menetapkan level seperti pada hirarki yang digunakan AHP. Konsep utama dalam ANP adalah pengaruh, sementara konsep utama dalam AHP adalah preferensi. AHP dengan asumsi-asumsi dependensinya tentang cluster dan elemen merupakan kasus khusus ANP. Pada jaringan AHP terdapat level tujuan, kriteria, subkriteria, dan alternatif, dimana masing-masing level memiliki elemen. Sedangkan pada jaringan ANP, level dalam AHP disebut cluster yang dapat memiliki kriteria dan alternatif di dalamnya, yang disebut simpul.

Melalui umpan balik, alternatif-alternatif dapat bergantung pada kriteria seperti pada hierarki tetapi dapat juga bergantung pada sesama alternatif. Lebih jauh lagi, kriteria-kriteria itu sendiri dapat tergantung pada alternatif-alternatif dan pada sesama kriteria. Sementara itu, umpan balik meningkatkan prioritas yang diturunkan dari penilaian dan membuat prediksi menjadi lebih akurat. Oleh karena itu, hasil dari ANP diperkirakan akan lebih stabil. Elemen dalam suatu komponen/cluster dapat mempengaruhi elemen lain dalam komponen/cluster yang sama (inner dependence), dan dapat pula mempengaruhi elemen pada cluster yang lain (outer dependence) dengan memperhatikan setiap kriteria. Yang diinginkan dalam ANP adalah mengetahui keseluruhan pengaruh dari semua elemen. Oleh karena itu, semua kriteria harus diatur dan dibuat prioritas dalam suatu kerangka kerja hierarki kontrol atau jaringan, melakukan perbandingan dan sintesis untuk memperoleh urutan prioritas dari sekumpulan kriteria ini. Kemudian kita turunkan pengaruh dari elemen dalam sistem umpan balik dengan memperhatikan masing-masing kriteria. Akhirnya, hasil dari pengaruh ini dibobot dengan tingkat kepentingan dari kriteria, dan ditambahkan untuk memperoleh pengaruh keseluruhan dari masing-masing elemen.

(30)

19 diperoleh dari pembandingan berpasangan dengan menggunakan penilaian atau rasio dominasi pasangan dengan menggunakan pengukuran aktual.

Menurut Saaty (1999) terdapat tiga prinsip dasar pada ANP, yaitu dekomposisi, penilaian komparasi, dan komposisi hierarkis atau sistesis dari prioritas. Prinsip yang pertama yaitu dekomposisi diterapkan untuk menstrukturkan masalah yang kompleks menjadi kerangka hierarki atau jaringan cluster, subcluster, sus-sub cluster, dan seterusnya. Dengan kata lain dekomposisi adalah memodelkan masalah ke dalam kerangka ANP. Pada prinsip kedua, prinsip penilaian komparasi diterapkan untuk membangun pembandingan pasangan dari semua kombinasi elemen-elemen dalam cluster dilihat dari cluster induknya. Pembandingan pasangan ini digunakan untuk mendapatkan prioritas lokal dari elemen-elemen dalam suatu cluster dilihat dari cluster induknya. Prinsip ketiga yaitu sintesis diterapkan untuk mengalikan prioritas lokal dari elemen elemen dalam cluster dengan prioritas global dari elemen induk, yang akan menghasilkan prioritas global seluruh hierarki dan menjumlahkannya untuk menghasilkan prioritas global untuk elemen level terendah (biasanya merupakan alternatif).

Ascarya (2005) menentukan beberapa tahapan atau langkah yang harus dilakukan dalam penelitian yang menggunakan ANP, yaitu:

1. Mengumpulkan data dan informasi mengenai permasalahan yang akan diteliti selengkap mungkin dari para ahli yang menguasai permasalahan tersebut. Hal ini diperlukan untuk memahami permasalahan yang ada secara mendalam agar kerangka model yang dikembangkan sebisa mungkin mencerminkan keadaan yang sebenarnya. Beberapa teknik yang dapat dilakukan untuk tujuan ini antara lain dengan mengadakan diskusi kelompok terfokus dan wawancara mendalam dengan responden yang benar-benar menguasai masalah dari berbagai kalangan, seperti pelaku, pakar, akademisi, dan lain sebagainya.

2. Dekomposisi atau analisis untuk menstruktur kompleksitas masalah, yang akan menghasilkan kerangka ANP dari permasalahan yang telah dipahami secara mendalam, lengkap dengan semua cluster elemen dan hubungan-hubungannya. 3. Merancang kuisioner sesuai dengan kerangka ANP yang telah dibuat, yang nantinya akan disebarkan kepada para ahli yang benar-benar menguasai masalah untuk pengukuran menggunakan skala rasio.

4. Memproses dan mensintesis data yang telah dikumpulkan melalui kuisioner dengan kerangka ANP menggunakan perangkat lunak ANP

5. Menganalisis output yang dihasilkan, yang selanjutnya dipergunakan sebagai dasar untuk memberikan rekomendasi kebijaan yang sesuai untuk masalah yang ada.

Rater Agreement

(31)

20

Operasionalisasi Variabel

Operasionalisasi variabel yang menjadi kerangka pemikiran dalam penyusunan model penelitian diatas dapat dilihat pada Tabel 4 berikut ini.

Tabel 4 Operasionalisasi variabel

Variabel Sub variabel

Definisi Indikator Kode

(32)

21 Tabel 4 Operasionalisasi variabel (Lanjutan)

Variabel Sub variabel

Definisi Indikator Kode

Kinerja Pemasaran

Kinerja pemasaran dapat diukur melalui volume penjualan, pertumbuhan pelanggan dan pertumbuhan penjualan (Fatonah 2009) (Ismawanti 2008)

1 Pertumbuhan penjualan 2 Pertumbuhan

pelanggan

3 Volume penjualan

KP1

KP2

KP3

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Usaha dan Pelaku Usaha Industri Rumahan

Karakteristik Pelaku Usaha Industri Rumahan

Karakteristik pelaku usaha pada penelitian ini diperoleh melalui data penelitian KPPPA dan PKGA (2014). Berdasarkan karakteristik umur pelaku usaha, mayoritas pelaku usaha berada pada rentang usia 30-40 yaitu sebesar 37,3%. Selain itu, angka yang besar juga ditunjukan oleh rentang usia 40-50 tahun yaitu sebesar 32,8%. Hal tersebut menunjukan bahwa mayoritas pelaku usaha berada pada rentang usia produktif dalam bekerja dimana diharapkan terjaganya semangat kerja yang tinggi serta visi misi usaha yang baik. Sedangkan sebagian kecil lainnya memiliki rentang usia diatas 50 tahun sebesar 17,9% dan dibawah 30 tahun sebesar 12%.

(33)

22

Tabel 5 Karakteristik pelaku usaha industri rumahan Kabupaten Kendal No Karakteristik Pelaku Usaha Industri Rumahan Jumlah (n=67)

N %

1) Mengikuti jejak orang tua 2) Diajak teman/tetangga 3) Tidak punya pilihan lain

4) Usaha ini ada harapan (menguntungkan)

9 5 Apa pekerjaan tersebut masih berlangsung?

1) Ya Sumber: Penelitian KPPPA dan PKGA (data diolah 2016)

Banyak alasan yang melandasi para pelaku usaha dalam menjalankan usahanya. Beberapa alasan yang ada adalah mengikuti jejak orang tua, diajak teman, tidak memiliki pilihan lain, dan juga melihat bahwa usaha yang dijalankan memiliki harapan yang bagus. Mayoritas pelaku usaha industri rumahan memiliki alasan bahwa usaha yang dijalani memiliki harapan yang bagus (62,8%). Hal tersebut menggambarkan bahwa ada kesadaran yang tinggi dari pelaku usaha bahwa berbisnis dapat menciptakan berbagai peluang untuk sukses dan memberikan keuntungan. Sebagian kecil lainnya menyatakan bahwa alasan berusaha merupakan mengikuti orang tua (13,4%), tidak punya pilihan lain (13,4%), dan diajak teman (10,4%).

Industri rumahan memainkan peran yang sangat penting bagi para perempuan pelaku usaha industri rumahan. Industri rumahan memberikan kegiatan yang positif bagi ibu rumah tangga sehingga mereka tidak hanya diam dirumah namun memiliki usaha yang dapat menjadi sumber pemasukan bagi keuangan keluarganya. Hal tersebut semakin penting mengingat 65,7% pelaku usaha tidak memiliki pekerjaan sebelum mereka merintis usaha yang hingga saat ini dijalani. Sedangkan sebagian kecil lainnya bekerja sebagai karyawan, petani, dan guru.

Karakteristik Usaha Industri Rumahan

(34)

23 diketahui bahwa mayoritas lamanya usaha yang dijalankan berada pada rentang 1-3 tahun, yaitu 47,8%. Hal tersebut menunjukan banyak usaha yang baru dirintis dan memiliki potensi untuk berkembang. Mayoritas usaha yang dijalankan merupakan pengolahan makanan yaitu 59,7%. Sedangkan sebagian kecil lainnya menjalankan jenis usaha batik bordir, handycraft (37,3%), pertanian (1,5%) dan jasa salon (1,5%). Jenis usaha olahan makanan terdiri atas aneka kue, kerupuk, opak, gorengan, snack, bakso, tempe, jajanan, pisang coklat, emping, dan sate pisang. Jenis pertanian adalah budidaya jamur. Sedangkan pada handycraft usaha yang dijalankan adalah memanfaatkan sampah kemasan minuman menjadi kerajinan tas dan dompet.

Dari sisi omset yang diperoleh, mayoritas pelaku usaha memperoleh kurang dari 2 juta perbulan (47,8%). Sedangkan 30% lainnya mendapatkan omset sebanyak 2 juta sampai 4 juta rupiah perbulan. Berdasarkan data tersebut dapat dikatakan bahwa omset yang diperoleh pelaku usaha berada pada tingkat yang cukup rendah. Karakteristik usaha industri rumahan dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Karakteristik usaha industri rumahan Kabupaten Kendal

No Karakteristik Usaha Industri Rumahan Saat Ini Jumlah (n=67)

N % 2 Omset rata-rata perbulan (Rp)

1) <2 000 000 4) Diatas 11 kali/per bulan 5) Missing data 4 Apakah usaha ini menjadi sumber pendapatan utama keluarga ?

1) Sebagai tambahan pendapatan keluaga 2) Menjadi sumber utama 3) Sangat menjadi sumber utama

41 5 Dengan usaha ini kebutuhan keluarga terpenuhi berapa persen ?

(35)

24

Industri rumahan memiliki peran yang sangat penting bagi perbaikan kondisi ekonomi keluarga pelaku usaha. Mayoritas pelaku usaha mengaku bahwa dengan usaha yang dijalankan merupakan tambahan pendapatan bagi keluarga (61,2%). Hal tersebut menunjukan bahwa industri rumahan mampu memberikan tambahan pendapatan bagi keluarga dan membantu suami dalam mencari nafkah untuk kesejahteraan keluarganya. Sebagian kecil lainnya merasa industri rumahan yang dijalankan merupakan sumber utama pendapatan (22,4%) dan sangat menjadi sumber utama (16,4%). Hal tersebut berarti industri rumahan yang saat ini dijalankan merupakan tumpuan perekonomian utama bagi keluarganya.

Dengan usaha yang dijalaninya, mayoritas pelaku usaha (40,3%) menyatakan bahwa industri rumahan dapat memenuhi kebutuhan keluarga sebesar 26-50%. Sedangkan lainnya, sebanyak 29,9% merasa terpenuhi sebesar 0-25%, 22,4% merasa terpenuhi 51-75% dan 7,5% merasa terpenuhi sebanyak 76-100%. Hal tersebut menunjukan industri rumahan memiliki peran yang sangat tinggi dalam membantu memenuhi kebutuhan keluarga pelaku usaha. Kondisi tersebut sangat penting mengingat bahwa pelaku usaha tersebut berstatus sebagai istri dan ibu rumah tangga, sehingga para ibu rumah tangga dapat melakukan kegiatan produktif yang bermanfaat bagi pendapatan keluarganya.

Kemampuan Entrepreneurial Marketing

Berdasarkan analisis transformasi indeks, diketahui bahwa kemampuan entrepreneurial marketing pelaku usaha industri rumahan secara keseluruhan mencapai 60%. Hal tersebut menunjukan bahwa entrepreneurial marketing yang telah diterapkan oleh pelaku usaha sudah cukup baik. Dengan adanya kemampuan tersebut, terdapat peluang yang besar agar usaha yang dijalankan dapat berkembang dan berkelanjutan. Kemampuan entrepreneurial marketing pada masing-masing indikator ditunjukan pada Gambar 4.

Gambar 4 Indeks entrepreneurial marketing (%)

Sumber: Penelitian KPPPA dan PKGA IPB (data diolah 2016)

Berdasarkan Gambar 4, diketahui bahwa kemampuan entrepreneurial marketing terbesar ditunjukan oleh kemampuan strategi, yaitu dengan pencapaian sebesar 65%. Hal tersebut menunjukan bahwa pelaku usaha memiliki kemampuan

59

65

64

58

54 56 58 60 62 64 66

(36)

25 yang baik untuk menyesuaikan produk dengan selera pelanggan. Pada strategi ini, pelaku usaha tidak menetapkan segmentasi dari produk yang mereka buat. Pelaku usaha melakukannya dengan melayani kebutuhan beberapa klien, mengetahui kebutuhannya dengan baik, serta memperluas basis konsumen dengan profil yang sama. Agar dapat menciptakan produk yang sesuai dengan selera pelanggan, pelaku usaha dapat melakukannya dengan berkontak langsung dengan pelanggan dan melakukan pembandingan secara informal terhadap pelaku usaha lain.

Selanjutnya, kemampuan entrepreneurial marketing yang cukup tinggi juga ditunjukan oleh kemampuan metode, yaitu sebesar 64%. Hal tersebut menunjukan bahwa pelaku usaha memiliki kemampuan yang baik dalam menjalin hubungan yang baik dengan pelanggan, baik itu pelanggan lama maupun pelanggan baru. Dengan terjalinnya hubungan yang baik dengan pelanggan, diharapkan pada terciptanya pemasaran yang interaktif dalam penjualan langsung serta respon yang cepat terhadap konsumen individu.

Kemampuan konsep yang mencerminkan kemampuan dalam melakukan inovasi dan keunggulan ide, memiliki pencapaian yang cukup baik yaitu sebesar 59%. Pada kemampuan konsep, penekanan pada ide untuk melakukan inovasi dan diversifikasi produk sangat diperlukan. Selain itu, juga diperlukan intuitif yang baik terhadap kebutuhan pasar.

Kemampuan dengan pencapaian paling rendah ditunjukan oleh kemampuan intelegensi pasar, yaitu sebesar 58%. Meskipun pencapaian pada level tersebut sudah cukup baik, dapat dikatakan bahwa masih terdapat akses yang terbatas dalam menjalin hubungan dengan pihak luar. Kendala terbesar pada kemampuan ini adalah kemampuan untuk mencari modal usaha dari kebijakan pemerintah yang merupakan dampak dari lemahnya hubungan dengan petugas dinas terkait. Menurut Septiani (2012), tingkat pendidikan yang semakin tinggi akan berkaitan dengan kemampuan networking yang semakin baik dari pelaku usaha.

Pengaruh Entrepreneurial Marketing Terhadap Kinerja Pemasaran

Evaluasi outer model terlebih dahulu dilakukan dengan melakukan evaluasi pada validitas convergent dan validitas diskriminan. Validitas convergent berhubungan dengan prinsip bahwa pengukur-pengukur dari suatu konstruk seharusnya berkorelasi tinggi. Evaluasi validitas convergent dilakukan dengan pengukuran loading factor dan nilai Average Variance Extracted (AVE). Nilai loading factor menunjukan korelasi antara skor indikator dengan konstruknya dimana nilai validitas yang baik ketika nilai loading faktor lebih dari 0,7 untuk penelitian yang bersifat confirmatory dan nilai loading factor antara 0.6-0,7 untuk penelitian yang bersifat exploratory. Sedangkan nilai AVE direkomendasikan harus lebih besar dari 0,5 yang berarti bahwa 50 persen atau lebih variance dari indikator dapat dijelaskan.

(37)

26

konstruk lebih besar daripada korelasi antara konstruk dan konstruk lainnya. Sedangkan pada nilai cross loading, model dikatakan baik apabila setiap indikator memiliki loading factor lebih tinggi untuk setiap laten yang diukur dibandingkan dengan indikator untuk laten lainnya.

Selain uji validitas, evaluasi outer model juga dilakukan untuk menguji reliabilitas suatu konstruk. Uji reliabilitas dilakukan untuk membuktikan akurasi, konsistensi, dan ketepatan instrumen dalam mengukur konstruk. Reliabilitas dikatakan baik apabila nilai composite reliability lebih besar dari 0,7 untuk penelitian confirmatory dan nilai 0,6-0,7 masih dapat diterima untuk penelitian yang bersifat exploratory. Ringkasan rule of thumb evaluasi outer model yang digunakan pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 7 berikut.

Tabel 7 Ringkasan rule of thumb evaluasi outer model

Validitas dan Reliabilitas Parameter Rule of Thumb

Validitas Convergent Loading Factor  > 0,70 untuk

confirmatory research

 > 0,60 untuk

exploratory research Average Variance

Extracted (AVE)

Lebih besar dari 0,5

Validitas Diskriminan Akar kuadrat AVE dan korelasi antar konstruk laten

Akar kuadrat AVE lebih besar dari korelasi antar konstruk laten

Cross Loading Setiap indikator memiliki loading factor lebih tinggi untuk setiap laten yang diukur dibandingkan dengan indikator untuk laten lainnya Reliabilitas Composite Reliability  > 0,70 untuk

confirmatory research

 > 0,60 untuk

exploratory research

Sumber : Ghozali, 2015 (diolah 2016)

Berdasarkan pengolahan data dengan bantuan perangkat lunak SMART PLS diperoleh hasil penilaian kriteria yang terangkum dalam Tabel 8. Dari Tabel 8 diketahui bahwa model ini telah memenuhi nilai standar pada kriteria outer model. Hal tersebut mengindikasikan bahwa model ini memiliki validitas dan reliabilitas yang baik. Hasil kriteria outer model secara lebih lengkap dapat dilihat pada Lampiran 2.

(38)

27 indikator, indikator keragaman jenis produk mencerminkan interelasi terbesar dengan nilai loading factor 0,791.

Tabel 8 Hasil penilaian kriteria dan standar nilai mode reflektif

No Kriteria Standar Hasil Penilaian Kesimpulan

1 Loading Factor ≥ 0,6 K2 = 0,791 M1 = 0,666 K3 = 0,712 M2 = 0,774 K4 = 0,762 KP1 = 0,652 S1 = 0,862 KP2 = 0,817 S2 = 0,676 KP3 = 0,742

Memenuhi

2 Composite Reliability

≥ 0,6 K = 0,799

S = 0,747 M = 0,684 I = 0,769 KP = 0,783

Memenuhi

3 Average Variance Extracted (AVE)

≥ 0,5 K = 0,571

S = 0,600 M = 0,521 I = 0,630 KP = 0,548

Memenuhi

4 Akar Kuadrat AVE

Lebih besar dari nilai korelasi antar variabel

Semua nilai akar kuadrat AVE dari peubah laten lebih besar dari korelasi antar variabel

Memenuhi

5 Cross Loading Setiap indikator memiliki loading factor lebih tinggi untuk setiap laten

yang diukur

dibandingkan dengan indikator untuk laten lainnya

Semua indikator memiliki korelasi yang lebih besar pada laten sendiri daripada korelasi laten lainnnya

Memenuhi

Sumber : Penelitian KPPPA dan PKGA IPB (data diolah 2016)

(39)

28

Variabel strategi dicerminkan oleh dua indikator utama yaitu ekspansi ke daerah pemasaran baru (S1) dan kemampuan mengikuti selera pelanggan (S2). Dari kedua indikator tersebut, indikator ekspansi ke daerah pemasaran baru mencerminkan nilai terbesar dengan nilai loading factor 0,862. Variabel metode dicerminkan oleh dua indikator utama, yaitu kemampuan menjalin hubungan baik dengan pelanggan baru (M1) dan kemampuan menjalin hubungan baik dengan pelanggan lama (M2). Dari kedua indikator tersebut, indikator kemampuan menjalin hubungan baik dengan pelanggan lama mencerminkan nilai terbesar dengan nilai loading factor 0,774. Selanjutnya pada variabel intelegensi pasar terdapat dua indikator utama yaitu kemampuan menjalin hubungan baik dengan instansi pemerintah (I2) dan keaktifan mencari modal dari pemerintah (I3). Dari kedua indikator tersebut, indikator keaktifan mencari modal dari pemerintah mencerminkan nilai terbesar dengan nilai loading factor 0,903.

Pada variabel kinerja pemasaran, terdapat tiga indikator utama yaitu pertumbuhan penjualan (KP1), pertumbuhan pelanggan (KP2) dan volume penjualan (KP3). Hal ini berarti bahwa, berdasarkan persepsi pelaku usaha, kemampuan kinerja pemasaran yang baik adalah ketika setidaknya tiga indikator utama reflektif tersebut dapat terlaksana dengan optimal.

Secara keseluruhan terdapat sembilan indikator utama yang merefleksikan entrepreneurial marketing. Sembilan indikator tersebut terdiri dari tiga indikator pada variabel konsep, dua indikator pada variabel strategi, dua indikator pada variabel metode dan dua indikator pada variabel intelegensi pasar. Dari keseluruhan indikator tersebut, indikator keaktifan mencari modal dari pemerintah mencerminkan nilai terbesar dengan nilai loading factor 0,903. Hasil tersebut memberi gambaran bahwa, keaktifan mencari modal dari pemerintah merupakan hal yang paling dominan dalam mencerminkan kemampuan entrepreneurial marketing, yang nantinya akan berpengaruh pada peningkatan kinerja pemasaran pada industri rumahan Kabupaten Kendal.

Analisis Inner Model

(40)

29 Tabel 9 Hasil penilaian kriteria inner model dan standar nilai inner model

No Kriteria Standar Hasil Penilaiana Kesimpulan

1 �2 dari

Sumber: Penelitian KPPPA dan PKGA IPB (data diolah 2016)

Berdasarkan Tabel 9, hasil �2 untuk variabel endogen kinerja pemasaran (KP) adalah sebesar 0,42. Hal tersebut menunjukan bahwa variabel laten kinerja pemasaran dapat dijelaskan oleh variabel entrepreneurial marketing yang meliputi konsep, strategi, metode dan intelegensi pasar sebesar 42%. Sedangkan 58% lainnya dijelaskan oleh variabel lain diluar variabel yang diteliti.

Evaluasi inner model selanjutnya yaitu dengan melihat nilai estimasi koefisien jalur meliputi pengaruh positif langsung suatu konstruk laten dengan konstruk laten lainnya melalui metode bootstraping. Evaluasi ini melihat hasil pengolahan SmartPLS pada korelasi jalur untuk melihat pengaruh langsung. Nilai t-statistik sebagai dasar dalam menilai pengaruh signifikan suatu konstruk dan melihat nilai original sample sebagai dasar dalam menilai seberapa besar pengaruhnya. Inner model dapat dilihat berdasarkan hasil bootstraping seperti pada Gambar 6.

(41)

30

Gambar 6 Hasil pengolahan bootstrapping pada model PLS

Berdasarkan nilai koefisien jalur, konsep mempunyai pengaruh positif terhadap kinerja pemasaran dengan nilai sebesar 0,370. Hal tersebut dapat diintrepretasikan bahwa ketika terjadi peningkatan dalam kemampuan konsep pada entrepreneurial marketing maka akan meningkatkan kinerja pemasaran sebesar 37%. Kemampuan konsep berkaitan dengan kemampuan inovasi dan dorongan ide. Inovasi merupakan hal sangat penting untuk dilakukan oleh pelaku usaha. Sebuah inovasi dapat memberikan produk yang unik dan bernilai tambah tinggi sehingga pelaku usaha dapat memperoleh keuntungan di atas rata-rata. Hal ini memungkinkan sebuah usaha untuk membangun produk baru dan mengekploitasi pasar baru. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian Suendro (2010) dan Wachjuni (2014) yang menemukan bahwa kemampuan berinovasi berpengaruh positif terhadap kinerja pemasaran. Artinya, inovasi produk yang baik akan meningkatkan kinerja pemasaran. Misalnya pada industri batik tulis, inovasi dapat dilakukan dengan memberikan sentuhan artistik pada pembuatan pola batik yang baru sehingga menarik minat konsumen. Selain itu, banyak pelaku usaha yang tidak mencantumkan merek (brand) pada produk yang dibuatnya. Inovasi perlu dilakukan dengan penciptaan merek yang bernuansa lokal dan berciri khas Kabupaten Kendal sehingga batik yang dibuat dapat memiliki daya saing yang tinggi. Batik yang diproduksi juga tidak dikemas dengan menarik. Inovasi pada bentuk kemasan serta cindera mata dapat menciptakan daya tarik tersendiri di mata konsumen misalnya dengan menciptakan kemasan plastik berpola batik ataupun menciptakan kemasan bertema cinta lingkungan dengan berbahan baku kertas.

Gambar

Gambar 1 Kebutuhan pengembangan industri rumahan
Tabel 3 Penelitian terdahulu
Tabel 3 Penelitian terdahulu (Lanjutan)
Tabel 3 Penelitian terdahulu (Lanjutan)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada tahun 1999 the Surgeon General, mendefinisikan kesehatan mental adalah kondisi prima dari keberfungsian mental yang menjadikan individu terlibat dalam

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian pupuk organik cair limbah ampas teh dan limbah biji nangka terhadap pertumbuhan tanaman sawi

Daripada 75 sampel yang digunakan bagi setiap larva mangsa, 61 sampel (81%) berjaya melengkap kitar hidup daripada peringkat nimfa pertama hingga dewasa dengan larva T.. molitor

Disunahkan mengafani mayit laki-laki dengan tiga lapisan kain dan mengafani mayit perempuan dengan lima lembar kain yang terdiri dari: sarung,kerudung,dan dua

ejala0gejala yang dirasakan pasien yaitu berupa mata merah yang berulang pada mata kanan dan kiri secara bergantian tapi lebih sering yang kanan, kemudian diikuti rasa

negara dalam 8 tahun terakhir rata-rata sebesar 38,4 triliun per tahun, (berarti 3,2 triliun setiap bulan /1,7 miliar setiap hari). • DJKN telah melakukan penilaian aset-aset

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diolah oleh penulis, menunjukkan bahwa entrepreneurial creativity memiliki pengaruh terhadap entrepreneurial spirit dengan bukti nilai

Berbeda dengan karakteristik usaha besar, usaha mikro kecil memiliki beberapa keterbatasan seperti permasalahan modal, informasi pasar, ketrampilan dan pengetahuan pemasaran