PROPOSAL SKRIPSI
PERSEPSI GURU TERHADAP PEMBELAJARAN DARING MELALUI MEDIA WHATSAPP: STUDI KASUS DI SD N 3 BAWU JEPARA
Oleh
TITAH SIWI PUTRI NIM 201633213
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MURIA KUDUS 2021
ABSTRAK
Putri Siwi, Titah. 2021. Persepsi Guru Terhadap Pembelajaran Daring Melalui Media Whatsapp: Studi Kasus Di SD N 4 Bawu Jepara. Universitas Muria Kudus. Pembimbing (I) Dr. Irfai Fathurohman, S.Pd., M.Pd. (II) Jayanti Putri, S.Pd., M.Pd.
Penelitian ini betujuan untuk menganalisis persepsi guru sekolah dasar di SD N 4 Bawu Jepara terhadap pembelajaran daring melalui media whatsapp. Manfaat dari penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi guru di SD N 4 Bawu Jepara terhadap proses pembelajaran daring melalui media whatsapp yang telah dilakukan dan dampak guru dengan diadakannya pembelajaran daring melalui media whatsapp tersebut.
Pembelajaran daring dapat didefinisikan sebagai bentuk pendidikan jarak jauh yang penyampaian materinya dilakukan melalui internet. Sehingga pada pembelajaran daring ini baik guru maupun siswa tidak harus bertemu secara langsung tetapi melalui perantara yaitu media whatsapp.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif-studi kasus. Tempat penelitian ini dilaksanakan di SD N 4 Bawu, Desa Bawu, Kecamatan Batealit, Kabupaten Jepara. Objek yang akan diteliti adalah proses pembelajaran daring yang diterapkan oleh guru kelas V di SD N Bawu Jepara. Adapun sumber data primer dalam penelitian ini adalah guru kelas V. Sedangkan sumber data sekunder dalam penelitian ini didapatkan melalui dokumentasi, buku referensi, artikel, catatan penelitian serta data pendukung lainnya.
Teknik pengumpulan data berupa wawancara, dokumentasi dan pencatatan. Analisis data yang digunakan merupakan analisis data kualitatif
Kata kunci: Persepsi, Pembelajaran Daring, Whatsapp.
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... ii
DAFTAR ISI ... iii
BAB 1 ... 1
PENDAHULUAN... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 3
1.3 Tujuan Penelitian ... 4
1.4 Manfaat Penelitian ... 4
BAB II ... 6
KAJIAN PUSTAKA ... 6
2.1. Kajian Teori ... 6
2.2. Kajian Penelitian Relevan ... 17
2.3. Kerangka Berpikir ... 21
BAB III... 22
METODE PENELITIAN ... 22
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 22
3.2 Metode Penelitian ... 22
3.3 Peranan Peneliti ... 23
3.4 Data dan Sumber Data ... 24
3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 24
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Saat ini hampir semua bagian di dunia sedang mengalami wabah yang dinamakan Covid-19 termasuk Indonesia. Corona yang terjadi di Indonesia mulai awal tahun tepatnya pada bulan Maret tercatat satu kasus yang terjadi. Sejak saat itu beberapa kasus mulai terjadi di Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah dan menyebar ke seluruh Indonesia. Hingga saat ini berdasarkan data yang di keluarkan pemerintah per Desember ada penambahan 5.533 kasus sehingga total pasien terkonfirmasi saat ini sudah mencapai 549.508 kasus semenjak virus Corona mewabah di Indonesia.
(detikHealth 02/12/2020) Hal ini berdampak pada hampir semua sektor termasuk sosial, ekonomi, industri, dan pendidikan.
Pada tanggal 24 Maret 2020 Kementrian Pendidikan dan kebudayaan Republik Indoneisa mengeluarkan surat edaran No. 04 tahun 2020 yang berisi tentang pelaksanaan kebijakan pendidikan dalam masa darurat penyebaran covid-19, dalam surat edaran tersebut dijelaskan bahwa proses pembelajaran dilaksanakan dirumah melalui pembelajaran daring (dalam jaringan) dilaksanakan untuk memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa.
Virus corona akhirnya memaksa kehidupan social menjadi berubah termasuk metode pembelajaran disekolah. Selama ini, guru hanya berkutat dengan metode pembelajaran yang dilakukan secara konvensional yaitu tatap muka dikelas antara guru dengan siswa atau dosen dengan mahasiswa. Pembelajaran yang mulanya dilakukan secara diskusi, tanya jawab dan bimbingan yang dilakukan secara langsung kemudian berubah dengan metode belajar dalam jaringan (daring). Metode ini dilakukan tidak hanya dalam lingkup sekolah dasar tetapi juga meliputi lingkup universitas.
Dengan kondisi yang terjadi saat ini penggunaan jaringan internet meningkat pesat dikarenakan proses pembelajaran yang dilakukan dengan jarak jauh. Kitchenham (2011:9) berpendapat bahwa pemanfaatan smartphone dalam program pendidikan menjadikan perangkat ini sebagai salah satu bentuk perangkat yang dapat digunakan sebagai alternatif dalam pengembangan media. Hal ini yang membuat penggunaan smartphone menjadi penting dalam melakukan pembelajaran jarak jauh. Di dalam smartphone terdapat beberapa aplikasi seperti youtube, whatsapp, facebook, dll. Dalam hal ini gur memilih aplikasi whatsapp untuk digunakan selama pembelajaran daring berlangsung. Alasan whatsapp dipilih guru karena aplikasi tersebut mudah digunakan oleh semua kalangan termasuk peserta didik.
Menurut Pranajaya dan Hendra Wicaksono (2017) WhatsApp merupakan media sosial paling populer yang dapat digunakan sebagai media komunikasi. Umumnya para pengguna whatsapp menyebutkan alasan memilih aplikasi ini adalah karena tersedianya berbagai kemudahan yang ada didalamnya disamping tidak mengeluarkan biaya alias gratis.
Caranya pun mudah yaitu dengan membagikan materi pelajaran di group whatsapp dan latihan soal yang nantinya akan dikerjakan oleh siswa.
Terjadinya proses pembelajaran secara daring yang dilakukan oleh guru akhirnya menimbulkan berbagai persepsi dikalangan mereka. Kotler berpendapat, “persepsi adalah proses yang digunakan oleh individu untuk memilih, mengorganisasi, dan menginterpretasi masukan informasi guna menciptakan gambaran dunia yang memiliki arti” (2005: 216).
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Persepsi sendiri memiliki arti tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu; serapan yang mana hal ini merujuk pada permasalahan pembelajaran daring ini.
Penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Ikhsan (2015) membahas tentang persepsi guru matematika SMA di Kayuagung terhadap kurikulum 2013. Dalam penelitian tersebut persepsi guru matematika
SMA di kayuagung lebih menyukai kurikulum 2013 yang bersifat operasional dibandingkan kurikulum 2013 yang bersifat teoretis.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Arifah dan Iis (2021) membahas tentang persepsi guru dampak pandemi COVID-19 terhadap pelaksanaan pembelajaran daring di PAUD. Dalam penelitian tersebut guru merasakan dampak dari adanya pembelajaran daring yaitu kurang memadainya sarana dan prasarana, kurang maksimalnya penyampaian materi, beban pembelian kuota internet, koneksi internet yang kadang menjadi lamban, gaya belajar yang cenderung visual, serta kurang leluasanya guru dalam mengontrol kegiatan siswa.
Bebeberapa guru mengeluhkan pembelajaran daring yang dilakukan sekarang ini. Khususnya sekolah dasar negeri 3 bawu. Berawal dari obrolan saudara yang bekerja sebagai guru di sekolah dasar tersebut. Mereka merasa bahwa pembelajaran daring ini membuat mereka merasa kesulitan. Proses pembelajaran daring yang dilakukan di rumah akhirnya menjadikan beberapa guru harus mengerti dalam mengoperasikan smartphone dengan baik. Hal ini yang akhirnya menuntut guru untuk menjadi lebih kreatif dan mengerti segala hal dengan kemajuan teknologi sekarang. Sehingga banyak dari mereka yang mengeluhkan bahwa fasilitas yang disediakan sekolah kurang memadai.
Kurangnya sosialiasi dalam penggunaan media sosial dengan baik dan benar menjadi masalah dalam proses pembelajaran daring. Hal ini disebabkan karena dari sekolah juga tidak memberikan fasilitas tersebut.
Akhirnya beberapa guru belajar dengan sendirinya menggunakan media social yang menunjang pembelajaran daring yang mereka lakukan. Beberapa media sosial yang guru gunakan seperti zoom, google meeting dan whatsapp.
Dari media sosial tersebut kebanyakan dari mereka menggunkan whatsapp.
Whatsapp dipilih karena dinilai lebih mudah untuk mengoperasikannya. Dari whatsapp mereka akhirnya membagikan materi dan tugas untuk siswa mereka. Akan tetapi permasalahan lain muncul yaitu tidak semua siswa bahkan wali murid memiliki dan menggunakan smartphone.
wawancara dilakukan di Rumah ibu Devi Auliya yang mengajar di SD N 3 Bawu Jepara. Hasil dari wawancara ini menjelaskan bahwa hampir semua sekolah menerapkan sistem pembelajaran daring termasuk sekolah tersebut.
Dalam wawancara tersebut ibu Devi Auliya merasa pembelajaran daring ini cukup sulit karena dilakukan secara online. Akan tetapi beliau memiliki cara lain agar siswanya tidak merasa kesulitan yaitu dengan menyuruh siswa datang ke sekolah setiap seminggu sekali untuk mengambil tugas sekaligus menyampaikan materi. Hal lain yang dilakukan ibu Devi Auliya yaitu dengan mengadakan sesi tanya jawab melalui chat personal via whatsApp.
Berdasarkan permasalahan yang terjadi diatas, peneliti merasa perlu untuk melakukan penelitian dengan judul “Persepsi Guru Terhadap Pembelajaran Daring Melalui Media Whatsapp: Studi Kasus Di SD N 3 Bawu Jepara”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana persepsi guru sekolah dasar di SD N 1 Bawu Jepara terhadap pembelajaran daring melalui media whatsapp
2. Bagaimana dampak guru sekolah dasar di SD N 1 Bawu Jepara terhadap pembelajaran daring melalui media whatsapp?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka dapat dirumuskan tujuan penelitian sebagai berikut:
1. Mendeskripsikan persepsi guru sekolah dasar di SD N 1 Bawu Jepara terhadap pembelajaran daring melalui media whatsapp.
2. Mendeskripsikan dampak persepsi guru sekolah dasar di SD N 1 Bawu
Jepara terhadap pembelajaran daring melalui media whatsapp.
1.4 Manfaat Penelitian
1.1.1 Manfaat Teoretis
Secara umum hasil penelitian ini akan menambah pengetahuan mengenai persepsi guru sekolah dasar di SD N 4 Bawu Jepara terhadap pembelajaran daring melalui media whatsapp sekaligus menjadi bahan rujukan bagi peneliti lain untuk melakukan penelitian yang serupa.
1.1.2 Manfaat Praktis
1.4.1.1 Bagi Siswa
Menambah pengetahuan siswa dalam proses pembelajaran daring yang dilakukan sekolah mereka masing-masing. Diharapkan nantinya siswa lebih mengerti bagaimana prosesn pembelajaran daring.
1.4.1.2 Bagi Guru
Memberikan pengetahuan dan wawasan tentang penggunaan whatsaap pada proses pembelajaran daring. Sehigga guru dapat meningkatkan keprofesionalan,
pengetahuan dan keterampilan dalam mengajar pembelajaran daring di sekolah.
1.4.1.3 Bagi Sekolah
Diharapkan dapat memberikan masukan kepada sekolah dalam rangka perbaikan proses pembelajaran daring melalui whatsapp sehingga proses pembelajaran daring dan mutu pendidkan dapat meningkat.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Kajian Teori
Dalam kajian teori ini, peneliti akan menguraikan mengenai (1) persepsi, (2) pembelajaran daring, (3) whatsapp.
2.1.1 Persepsi
2.1.1.1 Pengertian Persepsi
Persepsi atau dalam bahasa Inggris perception berasal dari bahasa Latin perceptio, dari percipere yang artinya menerima atau mengambil (Sobur, 2003: 445). Menurut istilah, para ahli mengemukakan pendapat yang berbeda-beda mengenai persepsi. Leavitt dalam Sobur (2003: 445) mendefinisikan persepsi dalam arti sempit ialah penglihatan, bagaimana cara seseorang melihat sesuatu, sedangkan dalam arti luas ialah pandangan atau pengertian, yaitu bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) persepsi adalah tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu. Proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui panca indranya. Persepsi adalah proses mengumpulkan informasi mengenai dunia melalui pengindraan yang kita miliki. Persepsi adalah sebuah proses individu mengorganisasikan dan menginterpretasikan kesan sensoris untuk memberikan pengertian pada lingkungannya. Persepsi juga dapat dikatakan sebagai proses penanggapan terhadap stimulus (rangsangan) dari lingkungan yang mengakibatkan seseorang menanggapi rangsangan tersebut melalui proses penyeleksian secara terorganisir.
Jalaludin Rakhmat (2007: 51) menyatakan persepsi adalah pengamatan tentang objek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang
diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan.
Sedangkan, Suharman (2005: 23) menyatakan persepsi merupakan suatu proses menginterpretasikan atau menafsir informasi yang diperoleh melalui sistem alat indera manusia. Menurutnya ada tiga aspek di dalam persepsi yang dianggap relevan dengan kognisi manusia, yaitu pencatatan indera, pengenalan pola, dan perhatian.
Menurut Fadila dan Lestari (2013), persepsi adalah segala proses pemilihan, pengorganisasian dan penginterprestasian masukan informasi, sensasi yang diterima melalui penglihatan, perasaan, pendengaran, penciuman dan sentuhan untuk menghasilkan makna
Menurut Slameto (2010: 102), persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi kedalam otak manusia, melalui persepsi manusia terus menerus mengadakan hubungan dengan lingkungannya. Hubungan ini dilakukan lewat inderanya, yaitu indera pengelihat, pendengar, peraba, perasa, dan pencium. Menurut Desiderato dalam Rahmat (2007: 51), persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Jadi persepsi adalah memberikan makna stimuli inderawi.
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah proses memperhatikan, menyeleksi, dan mengumpulkan informasi yang ada di dunia menggunakan panca indra yang kita miliki. Persepsi didapatkan tidak hanya melalui hal diatas tetapi juga melalui pengalaman tentang objek itu sendiri hingga akhirnya diteruskan melalui otak. Persepsi juga dilakukan oleh individu sehingga nantinya akan memunculkan tanggapan secara langsung setelah melalui penyeleksian.
2.1.1.2 Faktor yang mempengaruhi persepsi
Persepsi setiap manusia terhadap suatu stimulus beragam dikarenakan adanya faktor yang mempengaruhi persepsi tersebut. Menurut Rivai (1998 : 23) dalam melakukan persepsi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:
1. Faktor yang ada pada pelaku persepsi yang menyangkut sikap, keutuhan atau motif, kepentingan, pengalaman, dan penghargaan.
2. Faktor yang ada pada obyek atau target yang meliputi hal-hal baru, gerakan, bunyi, ukuran, latar belakang dan kedekatan.
3. Faktor konteksi situasi dimana persepsi itu dilakukan yang meliputi waktu, keadaan, dan keadaan sosial.
Kemudian menurut Miftah Toha (2003: 154) yang menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang adalah sebagai berikut:
1. Faktor internal: perasaan, sikap dan kepribadian individu, prasangka, keinginan atau harapan, perhatian (fokus), proses belajar, keadaan fisik, gangguan kejiwaan, nilai dan kebutuhan juga minat, dan motivasi.
2. Faktor eksternal: latar belakang, keluarga, informasi yang diperoleh, pengetahuan dan kebutuhan sekitar, intensitas ukuran, keberlawanan, pengulangan gerak, hal-hal baru dan fasilitas atau ketidak asingan suatu objek.
Menurut Robbins dan Judge dalam Wibowo (2013: 60), persepsi dibentuk oleh tiga faktor, yaitu: (1) perceiver, orang yang memberikan prsepsi, (2) the object atau the target, orang atau objek yang menjadi sasaran persepsi, dan (3) the situation, keadaan pada saat persepsi dilakukan. Faktor perceiver mengandung komponen attitudes (sikap), motives (motif), interest (minat atau kepentingan), experience (pengalaman), dan expectations (harapan). Faktor target menggandung komponen novelty (sesuatu yang baru), motion (gerakan), sounds (suara), size (ukuran), background (latar belakang), proximity (kedekatan), dan similarity (kesamaan). Sedangkan faktor situasi mengandung komponen time (waktu), work setting (pengaturan kerja), dan social setting (pengaturan sosial).
Faktor-faktor yang telah dijelaskan tadi kemudian menjadikan persepsi individu yang berbeda satu sama lain dan akan berpengaruh pada individu dalam mempersepsikan objek, stimulus walaupun objek tersebut benar-benar sama.
Persepsi individu atau kelompok dapat berbeda-beda dengan persepsi individu atau individu lain sekalipun situasinya sama. Pada dasarnya proses pembentukan persepsi terjadi pada setiap individu.
2.1.1.3 Jenis-jenis Persepsi
Proses pemahaman terhadap rangsangan atau stimulus oleh panca indera menyebabkan persepsi dibagi menjadi beberapa jenis yaitu:
a) Persepsi Visual
Persepsi visual didapatkan dari penglihatan. Penglihatan adalah kemampuan untuk mengenali cahaya dan menafsirkannya, salah satu dari indra. Alat tubuh yang digunakan untuk melihat adalah mata. Persepsi ini adalah persepsi yang paling awal berkembang pada bayi dan mempengaruhi bayi dan balita untuk memahami dunianya. Persepsi visual merupakan topik utama dari bahasan persepsi secara umum sekaligus persepsi yang biasanya paling sering dibicarakan dalam konteks sehari- hari.
b) Persepsi Auditori
Persepsi auditori didapatkan dari indera pendengaran yaitu telinga, pendengaran adalah kemampuan untuk mengenali suara. Melalui pendegaran manusia mendapatkan informasi dari televisi, radio, dan media sosial. Dari hasil mendengarkan tersebut akhirnya muncul persepsi antara manusia satu dengan manusia lainnya.
c) Persepsi Perabaan
Persepsi perabaan merupakan persepsi yang didapatkan dari indera perabaan yaitu kulit. Seseorang dapat mempersepsikan sesuatu dari apa yang disentuhnya atau akibat persentuhan sesuatu dengan kulitnya.
d) Persepsi Penciuman
Persepsi penciuman atau olfaktori didapatkan dari indera penciuman yaitu hidung. Pemciuman, penghiduan, atau olfaksi, adalah penangkapan atau perasaan bau. Dari penciuman ini sesorang dapat memunculkan persepsi terhadap dirinya sendiri.
e) Persepsi Pengecapan
Persepsi pengecapan atau rasa didapatkan dari indera pengecapan yaitu lidah. Pengecapan atau gustasi adalah suatu bentuk kemoreseptor langsung dan merupakan satu dari lima indera tradisional. Indera ini merujuk pada kemampuan mendeteksi rasa suatu zat seperti makanan atau racun.
Dari beberapa jenis persepsi yang sudah disebutkan diatas peneliti menggunakan jenis persepsi auditori. Persepsi auditoria yaitu menggunakan indera pendengaran. Dalam hal ini indera yang digunakan yaitu telinga, melalui indera tersebut diharapkan timbul persepsi yang didaptkan dari mendengarkan obrolan, radio, dll. Persepsi lain yang digunakan oleh peneliti yaitu persepsi visual. Persepsi visual yaitu menggunakan indera penglihatan (mata), dalam penelitian ini menggunakan media WhatsApp yang digunakan saat pembelajaran oleh guru dan siswa sehingga membutuhkan indera penglihatan.
2.1.1.4 Proses Terjadinya Persepsi
Menurut Miftah Toha (2003: 145), proses terbentuknya persepsi didasari pada beberapa tahapan, yaitu:
a. Stimulus atau Rangsangan
Terjadinya persepsi diawali ketika seseorang dihadapkan pada suatu stimulus/rangsangan yang hadir dari lingkungannya.
b. Registrasi
Dalam proses registrasi, suatu gejala yang nampak adalah mekanisme fisik yang berupa penginderaan dan syarat seseorang berpengaruh melalui alat indera yang dimilikinya. Seseorang dapat mendengarkan atau melihat informasi yang terkirim kepadanya, kemudian mendaftar semua informasi yang terkirim kepadanya tersebut.
c. Interpretasi
Interpretasi merupakan suatu aspek kognitif dari persepsi yang sangat penting yaitu proses memberikan arti kepada stimulus yang diterimanya. Proses interpretasi tersebut bergantung pada cara pendalaman, motivasi, dan kepribadian seseorang.
Sementara itu menurut Sobur (2003: 447), dalam proses persepsi terdapat tiga komponen utama, yaitu:
a) Seleksi adalah proses penyaringan oleh indra terhadap rangsangan dari luar, intensitas dan jenisnya dapat banyak atau sedikit.
b) Interpretasi, yaitu proses mengorganisasikan informasi sehingga mempunyai arti bagi seseorang. Interpretasi dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti pengalaman masa lalu, sistem nilai yang dianut, motivasi, kepribadian, dan kecerdasan.
c) Interpretasi dan persepsi kemudian diterjemahkan dalam tingkah laku sebagai reaksi. Jadi proses persepsi adalah melakukan seleksi, iterpretasi, dan pembulatan terhadap informasi yang sampai.
2.1.2 Pembelajaran daring
2.1.2.1 Pengertian pembelajaran daring
Secara sederhana pembelajaran dapat diartikan sebagai aktifitas menyampaikan informasi dari pengajar dan pelajar. Menurut azhar (2011) menjelaskan bahwa pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat membawa informasi dan pengetahuan dalam interaksi yang berlangsung antara pendidik dan peserta didik. Alat yang digunakan dalam pembelajaran sesuai dengan materi pelajaran yang diajarkan.
Menurut undang-undang nomor 20 tahun 2003 pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pendidik harus memenuhi kualifikasi sesuai dengan tingkatan peserta didik yang diajari, mata pelajaran yang diampu dan ketentuan yang intruksional lainnya.
Dengan kondisi yang terjadi saat ini pembelajaran daring sangat mendukung untuk dilakukan. Walaupun pembelajaran daring ini memiliki pro dan kontra akan tetapi hal ini yang paling benar untuk dilakukan.
Apalagi dengan kemajuan teknologi yang ada di era sekarang ini.
Sangatlah mudah untuk mengakses jaringan internet dimanapun kita berada.
Pembelajaran daring dapat didefinisikan sebagai bentuk pendidikan jarak jauh yang penyampaian materinya dilakukan lewat internet secara synchronous atau asynchronous (Bates, 2018). Pembelajaran daring biasanya dikenal dengan e-learning, pembelajaran virtual, pembelajaran dengan model komputer, pembelajaran berbasis web, dan pembelajaran jarak jauh. Semua ini adalah istilah bahwa pelajar dan pengajar tidak berada pada satu lokasi melainkan beda lokasi. Media yang digunakan pun berupa komputer untuk mengakses materi dan tugas dari pengajar/guru.
Dalam literature pembelajaran daring ada banyak perdebatan tentang peran teknologi untuk pembelajaran siswa. Clark (2001) mengatakan bahwa teknologi digital hanyalah alat yang membantu guru menyampaikan intruski mereka, tetapi teknologi itu sendiri tidak secara langsung mempengaruhi prestasi siswa.
Menurut isman (2016) pembelajaran daring adalah pemanfaatan jaringan internet dalam proses pembelajaran. Pemanfaatan ini dapat menggunakan media berupa web, whatsapp, zoom, dll. Sedangkan menurut Meidawati, dkk (2019) pembelajaran daring learning sendiri dapat dipahami sebagai pendidikan formal yang diselenggarakan oleh sekolah yang peserta didik dan instrukturnya (guru) berada di lokasi terpisah sehingga memerlukan sistem telekomunikasi interaktif untuk mengubungkan keduanya dan berbagai sumber daya yang diperlukan didalamnya.
Berdasarkan uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran adalah suatu aktifitas yang terjadi antara pengajar dan pelajar guna menyampaikan informasi. Sedangkan daring yaitu dalam jaringan yang berarti menggunakan jaringan internet. Kemudian pembelajaran daring adalah suatu pembelajaran dengan adanya aktifitas yang terjadi antara pengajar dan pelajar yang dilakukan secara jarak jauh menggunakan jaringan.
2.1.2.2 Proses pembelajaran daring
Pembelajaran yang terjadi saat ini sangatlah berbeda dengan bulan- bulan yang lalu. Proses pembelajaran yang mulanya bertatap muka dengan hadirnya guru sebagai penyampai materi dan siswa sebagai penerima materi sekarang berubah sedemikan rupa. Kondisi saat inilah yang pada akhirnya merubah semua proses pembelajaran. Padahal seharusnya pembelajaran yang ideal dilakukan dengan bertatap muka dan menggunakan media yang menarik siswa untuk belajar secara lebih.
Dengan adanya permasalahan yang terjadi saat inilah proses pembelajaran daring diberlakukan guna meminimalisir penyebaran virus yang terjadi saat ini.
Proses pembelajaran daring yang dilaksanakan oleh beberapa sekolah menggunakan media whatsapp. Pada media ini guru biasanya melakukan pembelajaran dengan membagikan video yang berisi materi dan soal-soalnya.
Dalam video tersebut biasanya guru menjelaskan materi dengan langkah-langkah yang biasanya mereka ajarkan di kelas. Setelah menjelaskan materi melalui video guru kemudian membagikan tugas melalui group whatsapp yang berisikan orangtua siswa. Tugas ini biasanya diberikan tenggat waktu tertentu. Ada yang dikumpulkan melalui whatsapp ada pula yang dikumpulkan ke sekolah.
Setelah proses pembelajaran daring berlangsung guru memberikan umpan balik kepada siswa jika ada materi atau soal yang belum dimengerti. Dalam hal ini baik siswa maupun orangtua dapat mengajukan pertanyaan melalui chat pribadi ke masing-masing guru kelas.
2.1.3 WhatsApp
2.1.3.1 Pengertian WhatsApp
Salah satu media social yang sangat popular saat ini dan sering dimanfaatkan pengguanaanya dalam dunia pendidikan adalah aplikasi whatsapp. Melalui aplikasi tersebut guru dapat dengan mudah membagikan materi dan tugas yang diberikan kepada siswa. Selain itu siswa juga dapat berdiskusi dengan teman temannya ataupun gurunya meskipun tidak bertatap muka secara langsung.
Penggunaan nama whatsapp berasal dari frasa “What’s Up”
sebagai bahasa sapaan dalam menanyakan kabar. WhatsApp didirikan oleh Jan Koum dan Brian Acton. Pada tahun 2014 whatsapp bergabung dengan facebook, namun beroperasi secara terpisah sebagai aplikasi yang fokus untuk melayani pertukaran pesan yang cepat dan mudah.
Jumiatmoko (2016) mengatakan, whatsapp merupakan aplikasi berbasis internet yang memungkinkan setiap penggunanya dapat saling berbagi berbagai macam konten sesuai dengan fitur pendukungnya.
whatsapp juga memiliki berbagai fitur yang dapat digunakan untuk berkomunikasi dengan bantuan layanan internet.
Menurut Pranajaya dan Hendra Wicaknono, whatsapp merupakan media sosial paling populer yang dapat digunakan sebagai media komunikasi. Umumnya para pengguna whatsapp menyebutkan alasan memilih aplikasi ini adalah karena tersedianya berbagai kemudahan yang ada didalamnya disamping tidak mengeluarkan biaya alias gratis (Pranajaya & Hendra Wicaksono, 2017).
Berdasarkan pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa whatsapp adalah sebuah aplikasi modern yang memiliki kemiripan dengan SMS akan tetapi whatsapp menggunakan kuota sedangkan SMS menggunakan pulsa. Penggunaan whatsapp juga dinilai lebih menarik dan mudah karena beberapa fiturnya. Ditambah lagi saat ini penggunaan whatsapp menjadi semakin popular dikarenakan proses pembelajaran yang dilakukan saat ini.
2.1.3.2 Fitur-fitur WhatsApp
Media social whatsapp memanglah sangat popular dikalangan masyarakat. Dengan adanya whatsapp masyarakat merasa terbantu karena beberapa fiturnya. Whatsapp mendekatkan yang jauh dan membantu mereka dalam melakukan pekerjaanya. Berikut ini adalah beberapa fitur yang ada di whatsapp:
1. Chat Group
Di dalam fitur Chat Group ini, pengguna whatsapp dapat membagikan pesan, foto, dan video hingga 256 orang sekaligus. Pengguna whatsapp juga dapat membisukan atau menyesuaikan pemberitahuan, dan masih banyak lagi. Dengan menggunakan fitur tersebut, pengguna whatsapp dapat tetap terhubung dengan orang-orang terdekat dan penting seperti keluarga, rekan kerja, dan lain-lain.
2. Media Pendidikan
Di era sekarang ini banyak orang yang menggunakan whatsapp sebagai media untuk belajar seperti kursus/les (baik didalam group chat atau personal chat), seminar dan juga workshop secara daring. Cukup dengan membuat group chat kemudian mengundang para partisipan masuk ke grup maka kelas pun dapat dimulai. Melalui whatsapp kita juga dapat membatasi berapa orang yang kita inginkan untuk masuk kedalam kelas kita.
3. WhatsApp di Web
Dengan fitur ini, para pengguna whatsapp dapat dengan lancar menyinkronkan semua chat ke komputer agar dapat melakukan chat dengan perangkat apa pun yang paling nyaman. Apalagi jika penggunanya menggunakan whatsapp untuk bekerja. Akan lebih nyaman jika mengguunakan whatsapp web ini.
4. Panggilan Suara (telefon) dan Video WhatsApp
Dengan fitur ini, para pengguna whatsapp dapat berbicara dengan siapa saja secara gratis bahkan jika mereka berada di negara lain. Melalui panggilan video yang disediakan, pengguna dapat melakukan percakapan tatap muka saat suara atau teks saja tidak cukup. Panggilan suara dan
internet. Berbeda jika kita menggunakan panggilan telefon menggunakan pulsa akan lebih mahal.
5. Foto dan Video
Fitur whatsapp yang satu ini bisa dikatakan sebagai fitur yang paling favorit. Karena dengan fitur ini, pengguna dapat mengirim foto dan video di whatsapp dengan segera. Bahkan pengguna dapat menangkap momen penting dengan kamera bawaan dari ponselnya masing-masing. Apalagi jika penggunanya menginginkan kualitas foto yang lebih bagus biasanya mereka menggunakan fitur ini.
6. Dokumen
Fitur yang satu ini sangat bermanfaat bagi pelajar, mahasiswa, bahkan pekerja kantor dalam mengirim PDF, dokumen, spreadsheet, slideshow, dan masih banyak lagi. Fitur ini memudahkan pengiriman file tanpa harus menggunakan email atau aplikasi berbagai file. Masimal dokumen yang dikirim ukurannya hingga 100 MB.
7. Pesan Suara
Melalui fitur ini, pengguna dapat mengatakan segalahal hanya dengan satu ketukan. Pesan Suara bisa dilakukan untuk hanya menyapa atau pun bercerita panjang.
2.1.3.3 Kelebihan dan Kekurangan WhatsApp
Kelebihan yang terjadi jika pembelajaran daring dilakukan melalui WhatsApp yaitu:
1. Orangtua menjadi lebih perhatian kepada anak dan mendapingi anak dalam mengerjakan tugas.
2. Tidak adanya batasanya tempat dan waktu. Maksudnya yaitu baik siswa ataupun orangtua dapat membantu tugas anak dan anak juga dapat mengerjakannya kapan saja sesuai dengan tenggat waktu yang diberikan 3. Penggunaan WhatsApp dianggap lebih efektif dan efisien dilakukan untuk
kondisi saat ini.
Disamping ada kelebihan, pembelajaran daring juga memiliki kekurangan yaitu:
1. Tidak adanya komunikasi secara langsung. Dalam hal ini guru tidak tahu apakah siswa tersebut sudah mengerti atau belum terkait dengan materi atau tugas yang diberikan.
2. Kurang bias mengukur kemampuan kompetensi siswa karena bias jadi tugas siswa justru dikerjakan oleh orangtua.
3. Tidak adanya interaksi antara guru dengan siswa atau antara siswa satu dengan siswa lainnya.
4. Tidak semua siswa memiliki jaringan internet yang memdaia bahkan mungkin tidak memiliki smartphone.
5. Tidak semua orangtua dapat menggunakan smartphone dengan baik.
2.2. Kajian Penelitian Relevan
Kajian penelitian yang relevan dalam penelitian ini adalah penelitian penelitian yang dilakukan oleh Jeck Prodes Wijaya (2017). Dalam penelitiannya Jeck Prodes Wijaya mengkaji tentang Persepsi Guru Terhadap Implementasi Instrumen Penilaian Sikap Sosial Pada Mata Pelajaran PPKN di SMP Negeri 26 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2016/2017. Didalam penelitiannya Jeck Prodes Wijaya (2017) menyatakan bahwa mata pelajaran PKN memiliki pengaruh yang besar terhadap sikap social siswa. Peran guru dalam hal ini dianggap penting karena melalui sikap yang ditonjolkan oleh guru kemudian akan ditiru oleh siswanya. Hal lain yang dibahas dalam penelitian ini yaitu tentang teori belajar behavioristic yang diajarkan oleh guru PKN di SMP Negeri 26 Bandar Lampung.
Perbedaan penelitian dari Jeck Prodes Wijaya dengan penelitian ini adalah terletak pada subjek dan lokasi penelitian, dimana penelitian yang dilakukan oleh Jeck Prodes Wijaya memfokuskan pada siswa SMP Negeri 26 di daerah Bandar Lampung sedangkan penelitian ini difokuskan pada presepsi guru sekolah dasar di Jepara.
Berikutnya adalah penelitian yang dilakukan oleh Nur Lia Pangestika (2018). Dalam penelitiannya Nur Lia Pangestika mengkaji tentang Pengaruh Pemanfaatan Media Sosial Whatsapp Terhadap Penyebaran Informasi Pembelajaran Di SMA Negeri 5 Depok. Didalam penelitiannya Nur Lia Pangestika (2018) menyatakan bahwa penggunaan WhatsApp dalam pembelajaran sangan disetujui oleh siswa di SMA Negeri 5 Depok. Dalam hal ini penelitian tersebut hanya melakukan penyebaran informasi melalui WhatsApp dan tidak secara spesifik menggunakan WhatsApp untuk keperluan yang lain.
Perbedaan penelitian dari Nur Lia Pangestika dengan penelitian ini adalah terletak pada subjek dan lokasi penelitian, dimana penelitian yang dilakukan oleh Nur Lia Pangestika memfokuskan pada siswa SMA Negeri 5 Depok sedangkan penelitian ini difokuskan pada penggunaan media WhatsApp pada sekolah dasar di jepara. Pada penelitian Nur Lia Pangestika yang hanya menyampaikan informasi berbeda dengan penelitian ini yang memanfaatkan WhatsApp sebagai media untuk membagikan materi yang diberikan guru. Materi ini berupa video dan tugas.
Selanjutnya adalah penelitia yang dilakukan oleh Mila (2018). Dalam penelitiannya Mila mengkaji tentang Pengembangan Media Multi Representasi Berbasis Instagram Sebagai Alternatif Pembelajaran Daring. Didalam penelitiannya Mila (2018) menyatalakan bahwa media multi representasi berbasis Instagram sebagai alternatif pembelajaran daring pada materi suhu dan kalor.
Kelayakan media multi representasi berbasis Instagram sebagai alternatif pembelajaran daring pada materi suhu dan kalor menurut para ahli yaitu sangat layak. Respon guru dan peserta didik terhadap kemenarikan media multi representasi berbasis Instagram sebagai alternatif pembelajaran daring pada materi suhu dan kalor yaitu sangat menarik.
Perbedaan penelitian dari Mila dengan penelitian ini adalah terletak pada subjek dan lokasi penelitian, dimana penelitian yang dilakukan oleh Mila memfokuskan pada siswa SMPN 1 Bandar Lampung dan di SMPN 25 Bandar Lampung sedangkan penelitian ini difokuskan pada penggunaan media WhatsApp pada Sekolah Dasar di jepara. Penelitian yang dilakukan oleh Mila lebih terfokuskan pada penggunaan media instagram sedangkan penelitian ini difokuskan pada media WhatsApp.
Berikut ini merupakan tabel persamaan, perbedaan dan orisinalitas kajian relevan.
Tabel 2.1 Persamaan, perbedaan dan orisinalitas kajian relevan.
No. Nama Peneliti
Judul Penelitian
Persamaan Perbedaan Orisinalitas
1. Jeck Persepsi Guru Penelitian Penelitian Penelitian
Prodes Wijaya
Terhadap Implementasi Instrumen Penilaian Sikap Sosial Pada Mata Pelajaran PPKN di SMP Negeri 26 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2016/2017.
ini sama- sama
membahas tentang persepsi guru
yang telah dilakukan menekanka n pada implementa si penliaian sikap social pada mata pelajaran PKN
yang akan dilakukan menekanka n pada persepsi guru Sekolah Dasar terhadap pembelajara n daring
2 ..
Nur Lia Pangestik a
Pengaruh Pemanfaatan Media Sosial Whatsapp Terhadap Penyebaran Informasi Pembelajaran
Di SMA
Negeri 5 Depok.
Penelitian ini sama- sama
membahas tentang penggunaan WhatsApp
Penelitian yang telah dilakukan menekanka n pada media social WhatsApp terhadap penyebaran informasi
Penelitian yang akan dilakukan menekanka n pada penggunaan media WhatsApp terhadap pembelajara n daring di Sekolah Dasar 3. Mila Pengembanga
n Media
Multi
Penelitian ini sama- sama
Penelitian yang telah dilakukan
Penelitian yang akan dilakukan
Representasi Berbasis Instagram Sebagai Alternatif Pembelajaran Daring.
membahas tentang pembelajara n daring
menekanka n pada penggunaan media instagram
menekanka n pada penggunaan media WhatsApp
Pembelajaran Daring
Guru Siswa
Persepsi Guru Kelebihan
2.3. Kerangka Berpikir
Tabel 2.2 Kerangka Berpikir
Sesuai dengan bagan yang terdapat pada kerangka berpikir diuraikan mulai dari pembelajaran daring yang terjadi di Sekolah Dasar di Jepara. Dalam pembelajaran daring tesebut melibatkan antara siswa dan guru. Kemudian melalui media whatsapp pembelajaran daring yang dilakukan oleh guru dan siswa terdapat kelebihan dan kekurangan. Melalui media whatsapp juga menyebabkan terjadinya persepsi guru atas dilaksanakannya pembelajaran daring di Sekolah Dasar di Jepara.
Kekurangan
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.1.1. Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di Desa Bawu, Kecamatan Batealit, Kabupaten Jepara dan dalam prosesnya penelitian ini akan meneliti persepsi guru sekolah dasar di SD N 3 Bawu Jepara terhadap pembelajaran daring melalui media WhatsApp.
3.1.2. Waktu Penelitian
Penelitian ini meliputi tiga tahap yaitu tahap perencanaan, tahap pengumpulan data dan tahap pelaporan. Adapun tahap persiapan penelitian akan dilakukan pada Bulan November 2020, kemudian tahap pengumpulan data akan dilakukan pada Bulan Mei-Juni 2021 dan tahap pelaporan akan dilakukan pada Bulan Juli-Agustus 2021. Dengan adanya acuan waktu penelitian, diharapkan penelitian yang akan dilakukan dapat berjalan tepat waktu dan dapat memperolah hasil yang diharapkan sebelumnya.
3.2 Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Penelitian kualitatif deskriptif ini berupa penelitian dengan metode atau pendekatan studi kasus (case study). Penelitian ini memusatkan diri secara intensif pada satu obyek tertentu yang mempelajarinya sebagai suatu kasus. Data studi kasus dapat diperoleh dari semua pihak yang bersangkutan, dengan kata lain dalam studi ini dikumpulkan dari berbagai sumber (Nawawi, 2003: 1). Sebagai penelitian studi kasus data yang dibutuhkan dan dikumpulkan berasal dari berbagai sumber dan hasil penelitian ini hanya berlaku pada penelitian ini saja.
Menurut Arikunto (1986) Penelitian kualitatif ini dilakukan dengan mengungkapkan kejadian atau fakta yang terjadi di lapangan saat penelitian.
Penelitian ini dilakukan dengan mengutamakan observasi dan wawancara secara langsung, kemudian melakukan proses pendataan, mengolah data dan menganalisis data secara mendalam. Adapun rancangan penelitian yang akan dilakukan sebagai berikut:
1. Setelah menentukan permasalahan dan tempat yang digunakan untuk melakukan penelitian, kemudian peneliti langsung melakukan studi pendahuluan ke SD N 3 Bawu Jepara.
2. Selanjutnya peneliti menentukan informasi dan metode-metode yang digunakan untuk menggali informasi agar memperoleh data yang diperlukan diantaranya menggunakan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi.
3. Setelah seluruh data terkumpul, langkah terakhir adalah mengidentifikasi dan menyajikan data dari hasil penelitian di SD N 3 Bawu Jepara.
3.3 Peranan Peneliti
Peran peneliti sangat penting dalam penelitian ini agar dapat mencapai hasil yang diharapkan. Peneliti adalah individu yang bertanggung jawab sepenuhnya atas penelitian yang dilakukan, mulai dari menciptakan ide atau gagasan terhadap, persiapan, pencarian data, pengolahan data, analisis data hingga menyimpulkan hasil penelitian. Selain sebagai individu yang murni mengumpulkan data, peneliti juga berperan sebagai pendamping dari objek yang akan diteliti.
Kaitannya dengan pendidikan siswa di sekolah dasar, peneliti berusaha mengumpulkan data sebanyak-banyaknya mengenai fenomena yang terjadi saat ini yaitu pembelajaran daring. Kemudian melalui pembelajaran daring ini munculah persepsi guru yang terjadi saat proses pembelajaran daring dengan menggunakan media WhatsApp di SD N 3 Bawu Jepara.
3.4 Data dan Sumber Data
3.4.1. Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data kualitatif, data yang dikumpulkan baik secara lisan maupun secara tertulis merupakan hasil observasi hasil wawancara secara mendalam kepada narasumber, selain itu data lain berupa tulisan yang diperoleh dari pendapat atau teori para ahli, baik secara daring maupun secara luring.
3.4.2. Sumber Data
Sumber data dibagi menjadi dua jenis yaitu data primer dan data sekunder, berikut ini adalah penjelasan Sugiyono (2016: 308):
1. Sumber data primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data.
2. Sumber data sekunder adalah sumber data yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misal lewat orang lain atau lewat dokumen.
Dalam penelitian ini, sumber data dibagi menjadi 2 yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder:
1. Sumber data primer, yang berasal dari observasi yang dilakukan dengan wawancara kepada guru sekolah dasar yang dapat dilakukan dimana saja (rumah, sekolah, dll).
2. Sumber data sekunder, yang berasal dari dokumentasi penelitian, catatan penelitian dan penelitian terdahulu data pendukung lainnya akan digunakan sebagai data pendukung penelitian.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Sugiyono (2016: 308), teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam sebuah penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data.
Berdasarkan pendapat tersebut, peneliti megutamakan pengumpulan data secara langsung dan sebanyak-banyaknya agar penelitian yang dilakukan dapat
menghasilkan data sesuai harapan sebelum dilakukannya proses analisis data, berikut ini merupakan teknik pengumpulan data yang akan dilakukan oleh peneliti:
3.1.1 Observasi
Menurut Jonathan (2016: 224), kegiatan observasi meliputi melakukan pencatatan secara sistematik kejadian-kejadian, perilaku, objek yang dilihat dan hal-hal lain yang diperlukan dalam mendukung penelitian yang sedang dilakukan.
Kegiatan observasi yang dilakukan peneliti yaitu dengan melakukan pengamatan langsung terhadap objek yang sedang diteliti. Dalam penelitian ini teknik observasi digunakan untuk memperkuat data, terutama aktivitas yang berkenaan dengan persepsi guru SD N 4 Bawu di Jepara terhadap pembelejaran daring melalui media Whatsapp. Dengan demikian hasil observasi ini sekaligus untuk mengkonfirmasi data yang telah terkumpul melalui wawancara dengan kenyataan yang sebenarnya.
3.1.2 Wawancara
Kegiatan ini dilakukan dengan cara tanya jawab secara langsung dengan pihak-pihak yang telah terkait. Pertanyaan yang diajukan bersifat bebas dan terbuka serta responden yang dipilih adalah orang-orang yang mempunyai wewenang dan mampu menjawab. Wawancara dilakukan dengan dua bentuk, yaitu wawancara terstruktur (dilakukan melalui pertanyaan yang telah disiapkan oleh peneliti dan berkaitan dengan masalah yang diteliti) sedangkan waawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang berada diluar pertanyaan yang ada dan semakin berkemang namun masih dalam konteks permasalahan yang sama.
3.1.3 Pencatatan
Pencatatan menjadi salah satu hal yang penting dalam proses pengumpulan data bagi seorang peneliti. Pencatatan dapat dilakukan secara sederhana seperti dalam kertas, buku dan handphone, selain itu pencatatan juga dapat dilakukan dengan menggunakan lembar observasi. Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan keduanya agar dapat mengumpulkan informasi atau data yang sesuai dengan kebutuhan penelitian.
3.1.4 Dokumentasi
Dokumentasi adalah proses pengambilan gambar terhadap kegiatan- kegiatan penting dalam penelitian, semua kejadian yang berpengaruh dalam pengumpulan data secara langsung dilapangan seperti observasi, wawancara dan lain sebagainya akan didokumentasikan dalam sebuah gambar atau potret agar menjadi sumber data pendukung dari data yang diperoleh. Dokumentasi juga dapat dijadikan sebagai bukti nyata bahwa seorang peneliti telah melakukan sebuah penelitian terhadap fenomena tertentu.
3.6 Teknik Keabsahan Data
Data yang diperoleh dari lapangan adalah fakta yang masih belum diolah atau dianalisis lebih lanjut agar dapat dipertanggung jawabkan nantinya. Pengecekan kembali data yang belum diolah diperlukan untuk menguji kevalidan data tersebut.
Keabsahan data dilakukan untuk membuktikan apakah penelitian yang dilakukan benar-benar merupakan penelitian ilmiah sekaligus untuk menguji data yang diperoleh.
Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi uji, credibility, transferability, dependability, dan confirmability (Sugiyono, 2007:270). Agar data dalam penelitian kualitatif dapat dipertanggungjawabkan sebagai penelitian ilmiah perlu dilakukan uji keabsahan data. Adapun uji keabsahan data yang dapat dilaksanakan.
1. Pengecekan yang dilakukan dengan mengecek beberapa sumber yang disebut triangulasi sumber.
2. Pengecekan yang dilakukan pada sumber yang sama namun dengan teknik yang berbeda sehingga disebut sebagai triangulasi teknik.
3. Pengecekan dengan sinkronisasi waktu yang disebut triangulasi waktu. Penelitian ini menggunakan triangulasi sumber yang melakukan validasi terhadap narasumber terkait dengan objek penelitian.
4. Peneliti melakukan perbandingan terhadap informasi yang diperoleh dengan informasi lain yang diperoleh dengan narasumber lain untuk mendapatkan data yang valid.
3.1.5 Analisis Data
Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data kedalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data. Menurut Bogdan dan Biglen dalam Moloeng, analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan degan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah- milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskan, mencari data dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari dan mmutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.
Miles dan Huberman (dalam Sugiyono, 2015: 337) menjelaskan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas hingga datanya sudah jenuh. Dalam menganalisis data penelitian kualitatif harus dilalui 3 tahapan, yaitu:
1. Reduksi data (data reduction)
Mereduksi data merupakan kegiatan merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting dan membuang hal yang tidak diperlukan serta mencari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya.
2. Penyajian Data (data display)
Langkah selanjutnya setelah mereduksi data adalah menyajikan data. Dalam penelitian penelitian ini penyajian data dilakukan dalam bentuk Uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori dan sebagainya. Miles dan Huberman (dalam Sugiyono, 2015) mengemukakan bahwa yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah teks yang bersifat naratif.
3. Verifikasi atau penyimpulan (consclusion drawing)
Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan Huberman (dalam Sugiyono, 2015: 345) adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Verifikasi masih bersifat sementara namun apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten maka data yang disimpulkan merupakan kesimpulan yang kredibel.
LAMPIRAN
Lampiran 1
JADWAL PELAKSANAAN
No Jadwal Kegiatan Bulan
Juni 20 Juli 20 Ags 20 Sep 20 Okt 20 Nov 20 Des 20 Jan 21 Feb 21
A. Persiapan
1. Observasi
2. Pengajuan
Judul
3. Penyusunan proposal
Skripsi
4. Penyusunan
Instrumen
5. Seminar
Proposal
6. Mengurus
Perizinan B. Pelaksanaan
1. Wawancara
dengan pihak sekolah C. Laporan
1. Penyusunan Laporan
2. Penyusunan Hasil Penelitian
3. Sidang skripsi
Lampiran 2
PEDOMAN OBSERVASI
Sumber Data: Guru Sekolah Dasar
Nama : ……….
Hari/Tgl : ……….
Waktu : ………
No. Pertanyaan Terlihat Tidak
terlihat
Penjelasan
1. Kegiatan pembelajaran daring 2. Metode pembelajaran daring 3. Media yang digunakan untuk
menunjang pembelajaran daring 4. Dampak terhadap ketrampilan guru 5. Penilaian pembelajaran daring 6. Fasilitas pembelajaran daring
Lampiran 3
PEDOMAN WAWANCARA
Nama:………
Hari/Tgl:………..
Waktu:………
Lokasi:………
Berikut ini adalah daftar pertanyaan yang diajukan untuk guru guna mengetahui persepsi guru terhadap pembelajaran daring melalui media WhatsApp.
No. Pertayaan Jawaban
1. Apakah terdapat perbedaan dalam pembuatan RPP yang dulu dan sekarang?
2. Apakah ada kendala dalam pembuatan RPP secara daring?
3. Apakah terdapat perbedaan dalam penilaian yang dilakukan saat pembelajaran daring?
4. Apakah ada beberapa aspek tambahan dalam melakukan penilaian tersebut?
5. Apakah model yang digunakan saat pembelajaran daring sama dengan pembelajaran tatap muka?
6. Apakah guru memanfaatkan media sosial (youtube, zoom, whatsapp) dalam pembelajaran daring?
7. Apakah guru menjelaskan materi melalui media WhatsApp saja?
8. Apakah siswa aktif bertanya saat guru menjelaskan materi pembelajaran melalui media WhatsApp?
9. Apakah guru memberikan contoh kepada siswa saat melakukan pembelajaran daring?
10. Apakah saat guru memberikan tugas berupa video kepada siswa, siswa melakukan tugasnya secara sungguh sungguh?
Lampiran 4
LEMBAR WAWANCARA GURU
Nama:………
Hari/Tgl:………
Waktu:………
Lokasi:………
Berikut ini adalah daftar pertanyaan yang diajukan untuk guru guna mengetahui faktor eksternal yaitu fasilitas.
No. Pertayaan Ya
(√ )
Tidak (×) 1. Apakah fasilitas yang digunakan guru dibantu oleh pihak
sekolah?
2. Apakah fasilitas yang disediakan sekolah cukup membantu guru dalam pembelajaran daring?
3. Apakah fasilitas yang disediakan sekolah terdiri dari wifi, laptop, dll?
4. Apakah selain fasilitas yang disediakan sekolah guru menggunakan fasilitas lain diluar sekolah?
5. Bagaimana fasilitas yang diberikan sekolah kepada guru?
Lampiran 5
LEMBAR WAWANCARA GURU
Nama:………
Hari/Tgl:………
Waktu:………
Lokasi:………
Berikut ini adalah daftar pertanyaan yang diajukan untuk guru guna mengetahui faktor eksternal yaitu pengetahuan.
No. Pertayaan Ya
(√ )
Tidak (×) 1. Apakah guru dalam melaksanakan pembelajaran daring
hanya sekedar tahu atau sudah mengerti?
2. Apakah dalam pembelajaran daring guru mengaplikasikan rencana pembelajaran secara langsung kedalam pembelajaran daring?
3. Apakah dalam pembelajaran daring guru menjelaskan melalui media WhatsApp?
4. Apakah guru pernah menerapkan pembelajaran daring sebelum adanya pandemi ini?
5. Bagaimana guru menjelaskan keadaan sekarang kepada siswa?
Lampiran 6
LEMBAR WAWANCARA GURU
Nama: ………
Hari/Tgl: ………
Waktu: ……….
Lokasi:………
Berikut ini adalah daftar pertanyaan yang diajukan untuk guru guna mengetahui faktor eksternal yaitu informasi yang diperoleh.
No. Pertayaan Ya
(√ )
Tidak (×) 1. Apakah guru mengetahui bahwa mulai bulan maret
pemerintah melalui menteri pendidikan mengumumkan bahwa pembelajaran dilakukan secara daring?
2. Apakah guru mendapatkan informasi tentang pembelajaran daring dari televisi, media sosial, orang terdekat?
3. Apakah setelah mendengar informasi tersebut guru langung menerapkan pembelajaran daring?
4. Apakah setelah mendengar informasi tersebut guru mengubah rencana pembelajaran?
5. Bagaimana guru menyikapi keputusan yang dikeluarkan oleh pemerintah tentang pembelajaran daring?
Lampiran 7
LEMBAR WAWANCARA GURU
Nama: ………
Hari/Tgl: ………
Waktu: ………
Lokasi:………
Berikut ini adalah daftar pertanyaan yang diajukan untuk guru guna mengetahui faktor internal yaitu proses belajar.
No. Pertayaan Ya
(√ )
Tidak (×) 1. Apakah dalam pembelajaran daring guru menggunakan alat
bantu lain seperti media power point atau youtube?
2. Apakah siswa tertarik saat guru menjelaskan tanpa media ?
3. Apakah guru menggunakan media whatsapp saat siswa ingin bertanya?
4. Apakah saat pembelajaran daring guru selalu memberikan tugas setelah menjelaskan materi?
5. Bagaimana sikap guru jika ada siswa yang tidak memperhatikan saat pembelajaran daring berlangsung melalui video call (whatsaap) atau zoom?
Lampiran 8
LEMBAR WAWANCARA GURU
Nama: ………
Hari/Tgl: ………
Waktu: ………
Lokasi:………
Berikut ini adalah daftar pertanyaan yang diajukan untuk guru guna mengetahui faktor internal yaitu perhatian (fokus).
No. Pertayaan Ya
(√ )
Tidak (×) 1. Apakah saat pembelajaran daring berlangsung
menggunakan videocall (whatsaap) atau zoom siswa selalu memperhatikan guru?
2. Apakah saat pembelajaran daring menggunakan WhatsApp siswa merespon dengan cepat?
3. Apakah saat pembelajaran daring guru lebih fokus melakukan dirumah atau disekolah?
4. Apakah saat pembelajaran daring guru memberikan pertanyaan pada siswa?
5. Bagaimana cara guru agar siswa mengikuti pembelajaran daring dengan baik?
Lampiran 9
LEMBAR WAWANCARA GURU
Nama: ………
Hari/Tgl: ………
Waktu: ………
Lokasi:………
Berikut ini adalah daftar pertanyaan yang diajukan untuk guru guna mengetahui faktor internal yaitu motivasi.
No. Pertayaan Ya
(√ )
Tidak (×) 1. Apakah dalam pembelajaran daring guru dapat menguasai
siswa saat videocall (whatsapp) atau zoom berlangsung?
2. Apakah saat pembelajaran daring guru menggunakan metode pembelajaran yang menarik?
3. Apakah guru memberikan penghargaan pada siswa jika dapat menjawab pertanyaan?
4. Apakah saat pembelajaran daring guru hanya menjelaskan tanpa menggunakan media?
5. Bagaimana sikap guru jika ada siswa yang malas dalam mengikuti pembelajaran daring?
Lampiran 10
LEMBAR WAWANCARA SISWA
Nama: ………
Hari/Tgl: ………
Waktu: ………
Lokasi: ………
Hasil wawancara
No. Pertayaan Jawaban
1. Apakah guru melaksanakan pembelajaran secara daring?
2. Apakah saat pembelajaran daring guru memberikan tugas?
3. Apakah ada kesulitan saat pembelajaran daring?
4. Apa yang kamu rasakan saat pembelajaran daring terjadi?
5. Apakah ada perbedaan saat pembelajaran daring dan tatap muka?