viii
ABSTRAK
PERSEPSI MASYARAKAT MENGENAI PROFESI GURU DITINJAU DARI TINGKAT PENDIDIKAN, JENIS PEKERJAAN,
DAN TINGKAT PENDAPATAN
Studi Kasus Pada Masyarakat Desa Watuagung, RW 02, Kecamatan Baturetno, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah
Novita Wulandari Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2010
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi masyarakat mengenai profesi guru menurut: (1) tingkat pendidikan; (2) jenis pekerjaan; (3) tingkat pendapatan. Penelitian dilaksanakan di Desa Watuagung, RW 02, Kecamatan Baturetno, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah pada bulan Januari 2010. Data dikumpulkan dengan metode kuesioner dan dokumentasi. Sampel penelitian berjumlah 140 diambil dengan teknik random sampling. Data dianalisis menggunakan uji Anova.
ix
ABSTRACT
THE PERCEPTION OF SOCIETY TOWARDS THE PROFFESION OF TEACHER PERCEIVED FROM THEIR LEVEL OF EDUCATION, TYPE
OF OCCUPATIONS, AND INCOME LEVEL
A Case Study on the Society of Watuagung, RW 02, Baturetno District, Wonogiri Regency, Central Java
Novita Wulandari Sanata Dharma University
Yogyakarta 2010
This study is to find out society’s perception about teacher’s profession based on : (1) level of education; (2) type of occupation; (3) income level. The study was carried out at Watuagung, RW 02, Baturetno District, Wonogiri Regency, Central Java in January 2010. The data collection methods are questionnaire and documentation. Samples of this study are 140 peoples and taken by using random sampling technique. Data analysis is the Anova test.
PERSEPSI MASYARAKAT MENGENAI PROFESI GURU
DITINJAU DARI TINGKAT PENDIDIKAN, JENIS
PEKERJAAN, DAN TINGKAT PENDAPATAN
Studi Kasus : Masyarakat Desa Watuagung, RW 02, Kecamatan Baturetno, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Akuntansi
Disusun Oleh: NOVITA WULANDARI
051334018
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
i
PERSEPSI MASYARAKAT MENGENAI PROFESI GURU
DITINJAU DARI TINGKAT PENDIDIKAN, JENIS
PEKERJAAN, DAN TINGKAT PENDAPATAN
Studi Kasus : Masyarakat Desa Watuagung, RW 02, Kecamatan Baturetno, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Akuntansi
Disusun Oleh: NOVITA WULANDARI
051334018
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
PERSEMBAHAN
Skripsi
ini
kupersembahkan
untuk:
☺
Tuhan
Yesus
Kristus
☺
Bapak
Hariyanto
dan
Ibu
Suratni
☺
Adikku
Dwiana
Shinta
Devy
☺
Sahabatku
Luci,
Sely,
Rini,
Agnes
☺
Benisius
Rahmat
Basuki
Kupersembahkan karya ini untuk almamaterku: Universitas Sanata Dharma
v
MOTTO
“Sebuah pekerjaan yang ditunda-tunda
akan membuat kita malas”
(Novita Wulandari)
“Berjaga-jaga dan berdoalah supaya kamu jangan
jatuh ke dalam pencobaan, roh memang penurut
tetapi daging lemah”
(Matius 14:38)
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini merupakan karya asli saya yang tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 24 Agustus 2010 Penulis
Novita Wulandari
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Novita Wulandari
Nomor Mahasiswa : 051334018
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
PERSEPSI MASYARAKAT MENGENAI PROFESI GURU DITINJAU DARI TINGKAT PENDIDIKAN, JENIS PEKERJAAN DAN TINGKAT PENDAPATAN
beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal: 24 Agustus 2010
Yang menyatakan
viii
ABSTRAK
PERSEPSI MASYARAKAT MENGENAI PROFESI GURU DITINJAU DARI TINGKAT PENDIDIKAN, JENIS PEKERJAAN,
DAN TINGKAT PENDAPATAN
Studi Kasus Pada Masyarakat Desa Watuagung, RW 02, Kecamatan Baturetno, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah
Novita Wulandari Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2010
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi masyarakat mengenai profesi guru menurut: (1) tingkat pendidikan; (2) jenis pekerjaan; (3) tingkat pendapatan. Penelitian dilaksanakan di Desa Watuagung, RW 02, Kecamatan Baturetno, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah pada bulan Januari 2010. Data dikumpulkan dengan metode kuesioner dan dokumentasi. Sampel penelitian berjumlah 140 diambil dengan teknik random sampling. Data dianalisis menggunakan uji Anova.
ix
ABSTRACT
THE PERCEPTION OF SOCIETY TOWARDS THE PROFFESION OF TEACHER PERCEIVED FROM THEIR LEVEL OF EDUCATION, TYPE
OF OCCUPATIONS, AND INCOME LEVEL
A Case Study on the Society of Watuagung, RW 02, Baturetno District, Wonogiri Regency, Central Java
Novita Wulandari Sanata Dharma University
Yogyakarta 2010
This study is to find out society’s perception about teacher’s profession based on : (1) level of education; (2) type of occupation; (3) income level. The study was carried out at Watuagung, RW 02, Baturetno District, Wonogiri Regency, Central Java in January 2010. The data collection methods are questionnaire and documentation. Samples of this study are 140 peoples and taken by using random sampling technique. Data analysis is the Anova test.
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan yang Maha Kasih atas berkat dan kasih-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi tepat pada waktunya. Skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Program Studi Pendidikan Akuntansi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penulisan skripsi ini mengalami banyak tantangan dan hambatan yang merupakan pelajaran yang berharga bagi penulis. Namun akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Selama penyusunan skripsi ini, penulis mendapat banyak bimbingan, saran, masukan dan dukungan dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini penulis ingin menghaturkan rasa hormat dan terima kasih kepada :
1. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D. Selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Univesitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Bapak Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.si. Selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Bapak L. Saptono S.Pd., M.si. Selaku Ketua Program Studi Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
xi
5. Ibu Rita Eny Purwanti, SPd., M.Si., selaku dosen penguji yang telah memberi masukan, bimbingan dan saran dalam merevisi skripsi ini.
6. Bapak A. Heri Nugroho, S.Pd., M.Pd., selaku dosen penguji yang telah memberi masukan, bimbingan dan saran dalam merevisi skripsi ini.
7. Bapak S.Widanarto, S.Pd., M.Si., yang selalu memberikan dorongan dan semangat kepada penulis.
8. Para dosen Program Studi Pendidikan Akuntasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, yang telah banyak memberikan bekal ilmu dan pengalaman kepada penulis selama kuliah.
9. Semua karyawan di sekretariat Pendidikan Akuntasi atas segala keramahannya dalam membantu penulis selama kuliah di Universitas Sanata Dharma.
10.Masyarakat Desa Watuagung, RW 02, Kecamatan Baturetno, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah yang telah rela meluangkan waktu atas kesediaannya menjadi responden dalam penelitian ini.
11.Bapak Hariyanto dan Ibu Suratni yang tidak pernah lelah memberikan doa, kasih sayang, biaya, dan tangis sedih dan bahagianya selama ini kepada penulis, sehingga penulis akhirnya bisa menyelesaikan studi ini walau dengan waktu yang sedikit mundur. I love U Forever.
xii
13.Buat My Be Benisius Rahmat Basuki, terimakasih atas dukungan, semangat, marah-marahnya, cinta dan kasih sayang yang selama ini sudah “Be” berikan buat “Beib”. Semangat dan jangan pantang menyerah. Kesempatan tidak akan datang berulang kali.
14.Buat adikku tercinta “Shinta” ayo tetap semangat dan berjuang, cepet selesaikan kuliahnya jangan lama-lama kasihan bapak dan ibu.
15.Buat para guru di SMA Pangudi Luhur Giriwoyo yang telah memberikan bekal ilmu, pengalaman serta doa selama bersekolah.
16.Buat teman-teman dekatku Sely “Nenek”, Luci “Tante”, Rini “Ndut”, Agnes “Ndut”, you’re my best friends forever.
17.Buat anak-anak “Kontrakan Cempaka 58B” (Oon, Anggit, Yanuar, Dio, Sampah) thanks buat ketawanya dan pertemanannya.
18.Buat Anak-anak “Kost Paingan 2, 113A” (Mbak Nita, Mbak Wenny, Wiwik, Siska, Kak Tina, Nely, Epin) thanks buat ketawanya dan pertemanannya
19.Buat anak-anak “Kost Narada 14B” (Agnes dan Uday, Siska, Wulan, Dely, Astri, Ida, Septi, Mbak Ratri) thanks buat semuanya tetap jadi sahabat yang setia.
20.Buat adek-adek kelasku tercinta: terimakasih atas canda tawa dan semangat yang juga pernah kalian berikan buat Vita.
xiii
22.Buat “Mio Blue” AD 3009 GR, setia menemani dalam susah senang, dalam hujan dan terik matahari Jogja selama ini. Buat komputer juga printerku yang selalu bermasalah thank’s very much.
23.Buat Luci “Tante” dan Rini “Ndut” yang telah lulus mendahuluiku, akhirnya aku menyusul kalian juga.
24.Buat teman seperjuanganku Sely “Nenek” akhirnya kita selesai juga. 25.Teman-teman satu angkatan Pendidikan Akuntasi 2005 (PAK A dan PAK
B) terima kasih atas bantuan dan kerjasama serta semangat yang telah diberikan dalam proses penyempurnaan skripsi ini, tidak lupa kenangan bersama kita.
26.Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan kepada penulis yang tidak dapat disebut satu persatu.
Dengan kerendahan hati, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu berbagai saran, kritik dan masukan sangat diharapkan demi perbaikan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukannya.
Yogyakarta, 24 Agustus 2010 Penulis
xiv DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii
HALAMAN PENGESAHAN... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN... iv
MOTTO... v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... vi
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI... vii
ABSTRAK... viii
ABSTRACT... ix
KATA PENGANTAR... x
DAFTAR ISI... xiv
DAFTAR TABEL... xvi
DAFTAR LAMPIRAN... xvii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Batasan Masalah ... 4
C. Rumusan Masalah... 4
D. Tujuan Penelitian ... 4
E. Manfaat Penelitian ... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Persepsi Masyarakat ... 6
B. Profesi Guru ... 12
C. Tingkat Pendidikan ... 26
D. Jenis Pekerjaan ... 26
E. Tingkat Pendapatan ... 29
F. Kerangka Berpikir ... 31
G. Hipotesis... 37
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 38
B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 38
C. Subjek dan Objek Penelitian ... 38
D. Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel ... 39
E. Operasional Variabel ... 40
F. Teknik Pengambilan Data ... 43
G. Teknik Pengujian Instrumen ... 44
1. Pengujian Validitas ... 44
2. Pengujian Reabilitas Kuesioner ... 46
H. Teknik Analisis Data ... 48
1. Pengujian Normalitas dan Uji Homogenitas ... 48
a. Uji Normalitas ... 48
xv
2. Pengujian Hipotesis... 50
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... 52
B. Hasil Pengujian Normalitas dan Homogenitas... 59
1. Uji Normalitas ... 59
2. Uji Homogenitas ... 61
C. Pengujian Hipotesis... 62
D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 65
BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN PENELITIAN, DAN SARAN A. Kesimpulan... 70
B. Saran... 70
C. Keterbatasan Penelitian ... 71
xvi
D A F T A R T A B E L
Halaman
Tabel 3.1 Kisi-kisi Penyusunan Kuesioner Variabel...41
Tabel 3.2 Skoring Berdasarkan Skala Likert...41
Tabel 3.3 Indikator Tingkat Pendidikan Masyarakat...42
Tabel 3.4 Indikator Jenis Pekerjaan Masyarakat...42
Tabel 3.5 Indikator Tingkat Pendapatan Masyarakat...43
Tabel 3.6 Rangkuman Uji Validitas Untuk Persepsi Masyarakat Mengenai Profesi Guru ...45
Tabel 3.7 Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian...47
Tabel 4.1 Deskripsi Responden Menurut Tingkat Pendidikan...52
Tabel 4.2 Deskripsi Responden Menurut Jenis Pekerjaan...53
Tabel 4.3 Deskripsi Responden Menurut Tingkat Pendapatan...54
Tabel 4.4 Persepsi Masyarakat Mengenai Profesi Guru...55
Tabel 4.5 Persepsi Masyarakat Mengenai Profesi Guru Ditinjau Dari Tingkat Pendidikan...56
Tabel 4.6 Persepsi Masyarakat Mengenai Profesi Guru Ditinjau Dari Jenis Pekerjaan...57
Tabel 4.7 Persepsi Masyarakat Mengenai Profesi Guru Ditinjau Dari Tingkat Pendapatan...58
Tabel 4.8 Rangkuman Pengujian Normalitas Persepsi Masyarakat Mengenai Profesi Guru Untuk Tingkat Pendidikan...59
Tabel 4.9 Rangkuman Pengujian Normalitas Persepsi Masyarakat Mengenai Profesi Guru Untuk Jenis Pekerjaan...60
Tabel 4.10 Rangkuman Pengujian Normalitas Persepsi Masyarakat Mengenai Profesi Guru Untuk Tingkat Pendapatan...61
Tabel 4.11 Rangkuman Pengujian Homogenitas Variabel Penelitian...62
Tabel 4.12 Hasil Pengujian Perbedaan Persepsi Masyarakat Mengenai Profesi Guru Ditinjau Dari Tingkat Pendidikan...63
Tabel 4.13 Hasil Pengujian Perbedaan Persepsi Masyarakat Mengenai Profesi Guru Ditinjau Dari Jenis Pekerjaan...64
xvii
D A F T A R L A M P I R A N
Halaman
Lampiran 1 Kuesioner... 75
Lampiran 2 Tabulasi Data Penelitian... 80
Lampiran 3 Data Uji Validitas ... 84
Lampiran 4 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ... 85
Lampiran 5 Uji Normalitas dan Homogenitas ... 87
Lampiran 6 Uji Hipotesis ... 97
Lampiran 7 Perhitungan PAP II... 98
Lampiran 8 Tabel r dan Tabel F... 100
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan ilmu dan teknologi yang semakin pesat, situasi dan kondisi kehidupan manusia yang semakin kompleks, merupakan tantangan pembangunan manusia Indonesia seutuhnya. Bangsa Indonesia yang sedang berkembang dan memacu pembangunan di segala bidang, tidak dapat menghindar dari berbagai tantangan. Oleh karena iu diperlukan manusia-manusia yang berkualitas tinggi, yakni manusia-manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti yang luhur, mandiri, maju, tangguh, cerdas, kreatif, serta sehat jasmani dan rohani, (GBHN, 1993:95). Soedjaji (1994:1) mengemukakan bahwa untuk memiliki warga yang berkualitas tinggi diperlukan sumber daya manusia yang bermutu tinggi, mampu menguasai dan mengembangkan ilmu teknologi, dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan seluruh bangsa. Untuk mengembangkan dan menciptakan manusia Indonesia yang berkualitas inilah diperlukan pendidikan yang berkualitas juga. Pendidikan yang berkualitas tidak lepas dari peran pengajar yang memiliki kualitas bagus juga, dalam hal ini yang dimaksud adalah guru yang berkualitas dan bertanggung jawab pada profesinya.
mendapatkan tempat yang terpandang dalam masyarakat. Walau pada kenyataannya dari segi finansial, gaji guru sangat kecil bahkan kadang tidak dapat mencukupi kebutuhan hidupnya sendiri. Namun setelah pemerintah mengeluarkan UU mengenai guru dan dosen, profesi guru bisa dibilang menjanjikan dari segi finasial atau kesejahteraan hidupnya. Apabila seorang guru sudah mengikuti dan bisa lulus dalam uji sertifikasi yang dilaksanakan pemerintah maka guru akan mendapatkan tambahan gaji dan kesejahteraan. Profesi guru sekarang ini tidak beda dengan profesi-profesi menjanjikan lainnya, seperti dokter atau pengacara.
Hal demikianlah yang memunculkan sebuah fenomena dimana saat ini dalam masyarakat banyak orang yang menginginkan profesi menjadi seorang guru. Contohnya saja seperti yang terjadi di lingkungan masyarakat desa Watuagung, kecamatan Baturetno, Kabupaten Wonogiri, banyak diantara penduduk di sana yang ingin berprofesi menjadi seorang guru. Sebagian orang berebut untuk bersekolah atau melanjutkan studi di sekolah khusus guru yang memang ada di sana. Penduduk desa yang berlatar belakang pendidikan rendah pun ikut bersekolah lagi untuk bisa menjadi seorang guru. Namun tidak semua orang memiliki pandangan yang sama mengenai profesi guru ini.
profesi guru berbeda. Masyarakat yang satu dengan yang lainnya akan merasakan hal yang berbeda mengenai profesi guru.
Masyarakat yang memiliki tingkat pendidikan tinggi, persepsi mengenai profesi guru diduga lebih positif dibandingkan dengan masyarakat yang memiliki tingkat pendidikan rendah. Dilihat dari karakteristik yang lain, masyarakat dengan tingkat pendapatan tinggi diduga persepsi mengenai profesi guru lebih positif dibandingkan dengan masyarakat dengan tingkat pendapatan rendah. Begitu juga dengan masyarakat yang memiliki pekerjaan dengan kelas menengah keatas akan memandang profesi guru lebih positif dibanding dengan masyarkat yang memiliki pekerjaan dengan kelas menengah kebawah. Seperti yang terjadi pada masyarakat desa Watuagung, kecamatan Baturetno, masyarakat yang memiliki tingkat pendidikan tinggi memandang bahwa profesi guru adalah profesi yang mulia dan memiliki tingkat kesejahteraan yang baik, begitu pula dengan masyarakat yang memiliki tingkat pendapatan dan memiliki pekerjaan kelas menengah ke atas memandang bahwa profesi guru adalah profesi yang mulia dengan tingkat kesejahteraan yang baik.
kasus pada Masyarakat Desa Watuagung, Kecamatan Baturetno, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah.
B. Batasan Masalah
Banyak faktor yang mempengaruhi persepsi masyarakat mengenai profesi guru. Penelitian ini memfokuskan pada karakteristik masyarakat menurut tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, dan tingkat pendapatan.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Apakah ada perbedaan persepsi masyarakat mengenai profesi guru ditinjau dari tingkat pendidikan?
2. Apakah ada perbedaan persepsi masyarakat mengenai profesi guru ditinjau dari jenis pekerjaan?
3. Apakah ada perbedaan persepsi masyarakat mengenai profesi guru ditinjau dari tingkat pendapatan?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk menyediakan bukti-bukti tentang:
2. Perbedaan persepsi masyarakat mengenai profesi guru ditinjau dari jenis pekerjaan
3. Perbedaan persepsi masyarakat mengenai profesi guru ditinjau dari tingkat pendapatan
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain: 1. Bagi masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan membantu masyarakat supaya mengetahui tentang profesi guru
2. Bagi guru
Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu seorang guru supaya tidak putus asa akan pekerjaannya.
3. Bagi Universitas Sanata Dharma
Hasil penelitian ini dapat menjadi referensi ilmiah di perpustakaan sebagai pengetahuan.
4. Bagi peneliti selanjutnya
Diharapkan peneliti selanjutnya terdorong untuk memberikan pemikiran-pemikiran dalam bentuk penelitian-penelitian yang nantinya diharapkan bermanfaat dalam dunia pendidikan.
5. Bagi penulis
6 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Persepsi Masyarakat
1. Persepsi
Persepsi dapat dirumuskan sebagai suatu proses penerimaan, pemilihan, pengorganisasian, serta pemberian arti terhadap rangsangan yang diterima. Namun demikian pada proses tersebut tidak hanya sampai pada pemberian arti saja tetapi akan berpengaruh pada perilaku yang akan dipilihnya sesuai dengan rangsangan yang diterima dari lingkungannya. Proses persepsi melalui tahapan-tahapan (Walgito, 1993:54) sebagai berikut.
a. Penerimaan rangsangan
Pada proses ini, individu menerima rangsangan dari berbagai sumber. Seseorang lebih senang memperhatikan salah satu sumber dibandingkan dengan sumber lainnya, apabila sumber tersebut mempunyai kedudukan yang lebih dekat atau lebih menarik baginya. b. Proses menyeleksi rangsangan
c. Proses pengorganisasian
Rangsangan yang diterima selanjutnya diorganisasikan dalam suatu bentuk
d. Proses penafsiran
Setelah rangsangan atau data diterima dan diatur, si penerima kemudian menafsirkan data itu dengan berbagai cara. Setelah data tersebut dipersepsikan maka telah dapat dikatakan sudah terjadi persepsi.
e. Proses pengecekan
Setelah data ditafsir, penerima rangsangan dapat mengambil beberapa tindakan untuk mengecek apakah yang dilakukannya benar atau salah. Penafsiran ini dapat dilakukan dari waktu ke waktu untuk menegaskan apakah penafsiran atau persepsi dibenarkan atau sesuai dengan hasil proses selanjutnya.
f. Proses reaksi
Lingkungan persepsi itu belum sempurna menimbulkan tindakan-tindakan itu biasanya tersembunyi atau terbuka.
Menurut Gregorc (Debby, 2001:56), persepsi yang dimiliki setiap pikiran/ pribadi ada dua macam, yaitu persepsi kongkrit dan persepsi abstrak.
1. Persepsi Kongkrit/Nyata
Persepsi kongkret membuat anak lebih cepat menangkap informasi yang nyata dan jelas, secara langsung melalui kelima inderanya, yaitu penglihatan, penciuman, peraba, perasa, dan pendengaran. Anak tidak mencari arti yang tersembunyi atau mencoba menghubungkan gagasan atau konsep. Kunci ungkapannya: “Sesuatu adalah seperti apa adanya”. 2. Persepsi Abstrak/ Kasat mata
Persepsi abstrak memungkinkan anak lebih cepat dalam menangkap sesuatu yang abstrak/kasat mata, dan mengerti atau percaya apa yang tidak bisa dilihat sesungguhnya. Sewaktu anak menggunakan persepsi abstrak ini, mereka menggunakan kemampuan intuisi, intelektual dan imajinasinya. Kunci ungkapannya: “Sesuatu tidaklah selalu seperti apa yang terlihat”.
1. Perhatian
Terjadinya persepsi pertama kali diawali oleh adanya perhatian. Tidak semua stimulus yang ada di sekitar kita dapat kita tangkap semuanya secara bersamaan. Perhatian kita hanya tertuju pada satu atau dua objek yang menarik bagi kita.
2. Kebutuhan
Setiap orang mempunyai kebutuhan yang harus dipenuhi, baik itu kebutuhan menetap maupun kebutuhan yang sesaat.
3. Kesediaan
Adalah harapan seseorang terhadap suatu stimulus yang muncul, agar memberikan reaksi terhadap stimulus yang diterima lebih efisien sehingga akan lebih baik apabila orang tersebut telah siap terlebih dulu.
4. Sistem nilai
Sistem nilai yang berlaku dalam diri seseorang atau masyarakat akan berpengaruh terhadap persepsi seseorang.
Menurut Thoha (1988:145-152), faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi ada dua.
1. Faktor Eksternal atau dari luar yang terdiri dari:
a. concreteness, yaitu wujud atau gagasan yang abstrak yang sulit di persepsikan dibandingkan dengan yang objektif;
c. velocity atau percepatan misalnya gerak yang cepat untuk menstimulasi munculnya persepsi lebih efektif dibandingkan dengan gerakan yang lambat;
d. conditioned stimuli, stimulus yang di kondisikan seperti bel pintu, deringan telepon dan lain lain.
2. Faktor Internal atau dari dalam yang terdiri dari :
a. motivation, misalnya merasa lelah menstimulasi untuk merespon terhadap istirahat;
b. interest, hal-hal yang menarik lebih diperhatikan daripada yang tidak menarik;
c. need, kebutuhan akan hal tertentu akan menjadi pusat perhatian;
d. assumptions, juga mempengaruhi persepsi sesuai dengan pengalaman melihat, merasakan dan lain-lain.
Persepsi adalah pengamatan secara global, kemampuan untuk membedakan antara obyek yang satu dengan yang lain berdasarkan ciri-ciri fisik obyek-obyek itu misalnya ukuran, warna, dan bentuk (Winkel, 1986:161). Menurut Shalahuddin (1991:73), persepsi merupakan bentuk pengalaman yang belum disadari benar, sehingga individu yang bersangkutan belum mampu membedakan diri sendiri dengan objek yang dihayati.
membedakan objek atau subjek lain dengan melewati suatu tahapan tertentu.
2. Masyarakat
Manusia merupakan makhluk yang memiliki keinginan untuk menyatu dengan sesamanya serta alam lingkungan di sekitarnya. Dengan menggunakan pikiran, naluri, perasaan, keinginan dan sebagainya manusia memberi reaksi dan melakukan interaksi dengan lingkungannya. Pola interaksi sosial dihasilkan oleh hubungan yang berkesinambungan dalam suatu masyarakat.
Menurut Sumardjan (1987:167), masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama dan menghasilkan kebudayaan.
Menurut Soekanto (1987:192), alam masyarakat setidaknya memuat unsur-unsur atau faktor-faktor sebagai berikut:
1. Beranggotakan minimal dua orang; 2. Anggotanya sadar sebagai satu kesatuan;
3. Berhubungan dalam waktu yang cukup lama yang menghasilkan manusia baru yang saling berkomunikasi dan membuat aturan-aturan hubungan antar anggota masyarakat;
Menurut Levy (1986:245), diperlukan empat kriteria/ ciri yang harus dipenuhi agar sekumpulan manusia bisa dikatakan sebagai masyarakat:
1. Ada sistem tindakan utama;
2. Saling setia pada sistem tindakan utama;
3. Mampu bertahan lebih dari masa hidup seorang anggota;
4. Sebagian atau seluruh anggota baru didapat dari kelahiran/ reproduksi manusia.
Dari beberapa pendapat tersebut tentang persepsi dan masyarakat di atas maka dapat di ambil kesimpulan, bahwa pengertian persepsi masyarakat adalah merupakan proses penerimaan, pemilihan, pengorganisasian serta pemberian arti oleh sekelompok orang yang hidup bersama, dan membedakan objek atau subjek lain.
B. Profesi Guru
1. Profesi
Profesi adalah ''pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian tertentu''(http://www.suaramerdeka.com/harian/0601/24/opi05.htm).
berdasarkan keahlian tertentu dan sekaligus dituntut daripadanya pelaksanaan norma-norma sosial dengan baik.
(http://www.bpkpenabur.or.id).
Menurut Kamus Oxford: Learner Pocket Dictionary new Edition 2003, Profesi adalah:
a. Jenis pekerjaan yang membutuhkan pengetahuan khusus. Contohnya pengobatan atau pertanian.
b. Pernyataan tentang kepercayaan, perasaan, atau pemikiran tentang sesuatu.
Menurut Basuki (2006:111), pengertian profesi merupakan suatu pekerjaan yang memerlukan pengetahuan dan keterampilan khusus yang diperoleh dari teori dan bukan saja praktek dan diuji dalam bentuk ujian dari sebuah universitas atau lembaga yang berwenang serta memberikan hak kepada yang bersangkutan untuk berhubungan dengan nasabah.
Maka definisi profesi adalah kegiatan yang memerlukan ketrampilan dan keahlian tinggi guna memenuhi kebutuhan yang rumit dari manusia, di dalamnya pemakaian dengan cara yang benar akan ketrampilan dan keahlian tinggi, hanya dapat dicapai dengan dimilikinya penguasaan pengetahuan dengan ruang lingkup yang luas.
Secara umum ada 3 ciri sebuah profesi:
gelar sarjana. Sebagai contoh mereka yang telah lulus sarjana baru mengikuti pendidikan profesi seperti dokter, dokter gigi, psikologi, apoteker, farmasi, arsitektur untuk Indonesia. Di berbagai negara, pengacara diwajibkan menempuh ujian profesi sebelum memasuki profesi.
2) Pelatihan tersebut meliputi komponen intelektual yang signifikan. Pelatihan tukang batu, tukang cukur, pengrajin meliputi ketrampilan fisik. Pelatihan akuntan, engineer, dokter meliputi komponen intelektual dan ketrampilan. Walaupun pada pelatihan dokter atau dokter gigi mencakup ketrampilan fisik tetap saja komponen intelektual yang dominan.
3) Tenaga yang terlatih mampu memberikan jasa yang penting kepada masyarakat. Dengan kata lain profesi berorientasi memberikan jasa untuk kepentingan umum daripada kepentingan sendiri. Dokter, pengacara, guru, pustakawan, engineer, arsitek memberikan jasa yang penting agar masyarakat dapat berfungsi; hal tersebut tidak dapat dilakukan oleh seorang pakar permainan catur misalnya. Singkatnya profesi memberikan jasa penting yang memerlukan pelatihan intelektual yang ekstensif.
2. Guru
a. Pengertian Guru
Guru adalah pendidik dan pengajar pada pendidikan anak usia dini jalur sekolah atau pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen, guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Sedangkan profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi. Menurut Susanto (2002:28), profesional adalah pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh mereka yang dipersiapkan khusus untuk melakukan pekerjaan tersebut dan guru profesional adalah orang yang memiliki kemampuan khusus dalam bidang keguruan sehingga guru mampu melakukan tugas dan fungsinya dengan kemampun yang maksimal.
b. Hak dan Kewajiban Guru
a) penghasilan dan jaminan kesejahteraan sosial yang pantas dan memadai
b) penghargaan sesuai dengan tugas dan prestasi kerja
c) pembinaan karier sesuai dengan tuntutan pengembangan kualitas d) perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas dan hak atas hasil
kekayaan intelektual
e) kesempatan untuk menggunakan sarana, prasarana, dan fasilitas pendidikan untuk menunjang kelancaran pelaksanaan tugas.
Dalam undang-undang sistem pendidikan nasional guru sebagai pendidik mempunyai kewajiban untuk (Sisdiknas, 2003):
a) menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis dan dialogis.
b) mempunyai komitmen secara profesional untuk meningkatkan mutu pendidikan.
c) memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi, dan kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya. c. Peranan guru
Menurut Oliver (Sahertian, 1990:36), guru mempunyai peranan sebagai berikut:
b) guru sebagai orang sumber (resourse person). Guru dianggap sebagai manusia sumber. Melalui guru dan dari guru pengetahuan disampaikan kepada anak didik.
c) guru sebagai fasilitator. Guru menyediakan berbagai lingkungan untuk belajar, memperlengkapi berbagai sumber yang membantu siswa untuk dapat belajar.
d) guru sebagai konselor. Guru membantu siswa memberi nasehat, memberanikan siswa, mendengarkan keluhan dan menciptakan suasana belajar siswa, menyuruh memecahkan persoalan dirinya sendiri.
e) guru sebagai pemimpin kelompok. Dalam belajar guru berperan sebagai master ceremony, pemimpin dalam kelompok, yang menstimulir gejala-gejala untuk belajar bersama dalam kelompok belajar, memandang gejala-gejala sehingga semua berpartisipasi bersama.
f) guru sebagai tutor. Guru menolong seorang demi seorang dengan bermacam cara.
g) guru sebagai manajer yang menyajikan pelayanan media belajar yang disediakan.
siswa melalui observasi dan mencatat hasil observasi dengan demikian anak ikut aktif memecahkan.
i) guru sebagai penyusun program. Guru merancangkan pelajaran. Menyusun desain mengajar di mana siswa dapat belajar baik secara individual maupun secara kelompok.
j) guru dapat juga berperan sebagai manipulator (pengubah lingkungan belajar). Guru dapat menciptakan iklim belajar, melalui berbagai stimulus, seperti penguatan (reinforcement). Sehingga siswa mengalami perubahan tingkah laku.
d. Kode etik guru
Kode etik merupakan tatanan yang menjadi pedoman dalam menjalankan tugas dan aktivitas suatu profesi. Dalam menjalankan profesinya guru di Indonesia berpedoman pada kode etik guru yang berisi sebagai berikut (Samana, 1994:117):
a) guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia Indonesia seutuhnya yang berjiwa Pancasila.
b) guru memiliki dan melaksanakan kejujuran professional.
c) guru berusaha memperoleh informasi tentang peserta didik sebagai bahan melakukan bimbingan dan pembinaan.
e) guru memelihara hubungan baik dengan orang tua murid dan masyarakat sekitarnya untuk membina peran serta dan rasa tanggung jawab bersama terhadap pendidikan
f) guru secara pribadi dan bersama-sama mengembangkan dan meningkatkan mutu dan martabat profesinya.
g) guru memelihara hubungan profesi, semangat kekeluargaan dan kesetiakawanan sosial.
h) guru secara bersama–sama memelihara dan meningkatkan mutu organisasi PGRI sebagai sarana perjuangan dan pengabdian.
i) Guru melaksanakan segala kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan.
e. Prinsip guru
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No.14 tahun 2005 tentang guru dan dosen profesi guru dan profesi dosen merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan prinsip sebagai berikut:
1) memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme.
2) memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia.
3) memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas.
6) memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja.
7) memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat.
8) memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.
9) memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru.
Pemberdayaan profesi guru atau pemberdayaan profesi dosen diselenggarakan melalui pengembangan diri yang dilakukan secara demokratis, berkeadilan, tidak diskriminatif, dan berkelanjutan dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, kemajemukan bangsa, dan kode etik profesi.
f. Kompetensi Profesionalisme Guru
Melihat tugas dan tanggung jawab guru yang begitu kompleks, maka profesi ini memerlukan persyaratan khusus (Ali, 1985) antara lain dikemukakan berikut ini:
1) Menuntut adanya keterampilan yang berdasarkan konsep dan teori ilmu pengetahuan yang mendalam
2) Menekankan pada suatu keahlian dalam bidang tertentu sesuai dengan bidang profesinya
3) Menuntut adanya tingkat pendidikan keguruan yang memadai 4) Adanya kepekaan terhadap dampak kemasyarakatan dari pekerjaan
yang dilaksanakan
5) Memungkinkan perkembangan sejalan dengan dinamika kehidupan Kompetensi guru sendiri terdiri dari kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional (http://www.depdiknas.go.id/RPP/modules.php/. 2007):
Pertama, kompetensi pedagogik. Adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.
Ketiga, kompetensi sosial. Adalah kemampuan pendidik berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orangtua/wali peserta didik, dan masyarakat.
Keempat, kompetensi profesional. Adalah kemampuan pendidik dalam penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkannya membimbing peserta didik memperoleh kompetensi yang ditetapkan.
Menyadari banyaknya guru yang belum memenuhi kriteria profesional, guru dan penanggung jawab pendidikan harus mengambil langkah. Hal-hal yang dapat dilakukan di antaranya.
1) Penyelenggaraan pelatihan. Dasar profesionalisme adalah kompetensi. Sementara itu, pengembangan kompetensi mutlak harus berkelanjutan. Caranya, tiada lain dengan pelatihan.
2) Pembinaan perilaku kerja.
3) Penciptaan waktu luang. Waktu luang sudah lama menjadi sebuah bagian proses pembudayaan. Salah satu tujuan pendidikan klasik (Yunani-Romawi) adalah menjadikan manusia makin menjadi "penganggur terhormat", dalam arti semakin memiliki banyak waktu luang untuk mempertajam intelektualitas dan kepribadian 4) Peningkatan kesejahteraan. Agar seorang guru bermartabat dan
Disamping dengan keahliannya, sosok professional guru ditunjukkan melalui tanggung jawabnya dalam melaksanakan seluruh pengabdiannya. Guru professional hendaknya mampu memikul dan melaksanakan tanggung jawab sebagai guru kepada peserta didik, orang tua, masyarakat, bangsa, negara, dan agamanya. Guru profesional mempunyai tanggung jawab pribadi, sosial, intelektual, moral, dan spiritual. Tanggung jawab pribadi yang mandiri yang mampu memahami dirinya. Tanggung jawab sosial diwujudkan melalui kompetensi guru dalam memahami dirinya sebagai bagian yang tak terpisahkan dari lingkungan sosial serta memiliki kemampuan interaktif yang efektif. Tanggung jawab intelektual diwujudkan melalui penguasaaan berbagai perangkat pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk menunjang tugas-tugasnya. Tanggung jawab spiritual dan moral diwujudkan melalui penampilan guru sebagai makhluk yang beragama yang perilakunya senantiasa tidak menyimpang dari norma-norma agama dam moral.
penyebabnya dan mencari jalan keluar bersama peserta didik; bukan mendiamkannya atau malahan menyalahkannya.
Menjadi guru bukan sebuah proses yang hanya dapat dilalui, diselesaikan dan ditentukan melalui uji kompetensi dan sertifikasi. Karena menjadi guru menyangkut perkara hati, mengajar adalah profesi hati. Hati harus lebih banyak berperan atau lebih daripada budi. Oleh karena itu, pengolahan hati harus mendapatkan perhatian yang cukup, yaitu pemurnian hati atau motivasi untuk menjadi guru. Sikap yang harus senantiasa dipupuk adalah kesediaan untuk mengenal diri dan kehendak untuk memurnikan keguruannya. Mau belajar dengan meluangkan waktu untuk menjadi guru. Seorang guru yang tidak bersedia belajar, tak mungkin kerasan dan bangga menjadi guru. Kerasan dan kebanggaan atas keguruannya adalah langkah untuk menjadi guru yang profesional.
Mengingat peran guru sangat strategis dalam menyiapkan generasi unggulan maka guru dituntut untuk kreatif dan mau belajar terus-menerus demi meningkatkan mutu kemampuan mengajar. Peningkatan kualifikasi pendidian guru di tingkat sekolah dasar, diharapkan mampu meningkatkan kemampuan profesional mengajar.
dilakukan, merancang pembelajaran yang efektif dan efisien, mengaktifkan siswa melalui motivasi ekstrinsik dan intrinsik serta mengawasi hasil belajar serta merevisi.
Pembelajaran berikutnya agar tubuh efektif dan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Dengan demikian mengajar merupakan kegiatan manjerial yang harus dilakukan secara professional. Guru sebagai fasilitator, mediator patner belajar siswa. Secara sederhana dapat diartikan penyedia bahan, sumber informasi bagi siswa dan dapat bekerja sama dengan siswanya.
Pendidikan berfungsi sebagai maneger learning dan elimating maker dalam proses pembelajaran sekolah. Guru harus aktif dalam pembelajaran sedapat mungkin dimulai dengan menyajikan masalah kontekstual/realistik. Guru memberikan kesempatan pada siswa menyelesaikan masalah dengan cara sendiri. Guru menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan, guru harus simpatik, akrab, tidak terkesan angker.
C. Tingkat Pendidikan
Dalam Tap MPR No.IV tahun 1973, dikatakan bahwa pendidikan pada hakekatnya adalah usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Dalam hal yang sama, Soekanto (1992:235) mengatakan bahwa pendidikan memberikan nilai tertentu bagi manusia, terutama dalam hal membuka pikiran serta menerima hal-hal baru dan juga bagaimana berpikir secara ilmiah.
Dari batasan pengertian serta pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa melalui pendidikan, seseorang akan memperoleh pengalaman, mampu mengembangkan kepribadian dan terbuka dalam menerima hal-hal baru secara ilmiah. Tingkat pendidikan sendiri memiliki arti kurang lebih adalah jenjang sekolah yang telah diselesaikan oleh seseorang yang dibuktikan dengan adanya ijasah terakhir yang diperolehnya, seperti SD, SMP, SMA, Sarjana atau jenjang pendidikan yang lain.
Dalam penelitian ini, tingkat pendidikan responden yang akan diteliti dibedakan menjadi lima yaitu tidak tamat SD, tamat SD, tamat SMP, tamat SMA, dan tamat Perguruan Tinggi.
D. Jenis Pekerjaan
14) mengelompokkan pekerjaan atau jabatan dalam 9 golongan sebagai berikut:
Golongan Jenis Pekerjaan
A - Meninggal dunia - Pensiunan
- Tidak mempunyai pekerjaan B - Buruh nelayan
- Buruh tani - Petani kecil - Penebang kayu C - Petani penyewa
- Buruh tidak tetap - Penarik becak
D - Pembantu
- Penjual keliling - Tukang cuci
E - Seniman
- Buruh tetap - Montir - Pandai besi - Penjahit - Sopir bus/ colt - Tukang kayu - Tukang listrik - Tukang mesin F - Pemilik bus/ colt
- Pengawas keamanan - Petani pemilik tanah - Pegawai sipil (ABRI) - Mandor
- Pemilik perusahaan/ toko/ pabrik - Pedagang
- Pegawai kantor - Peternak - Tuan tanah
- Pegawai badan hukum - Kepala kantor pos cabang - Manager perusahaan kecil - Supervisor/ pengawas - Pamong praja
- Guru SD - Kepala bagian
- Pegawai negeri sipil (Golongan I A s/d I D) H - Guru SLTA/ SLTP
- Juru rawat - Pekerja sosial
- Perwira ABRI (Letda, Lettu, Kapten)
- Pegawai negeri sipil (Golongan II A s/d II D) - Kepala sekolah
- Kontraktor - Wartawan I - Ahli hukum
- Manager perusahaan - Ahli ilmu tanah - Apoteker - Arsitek - Dokter
- Dosen/ guru besar - Gubernur
- Kepala kantor - Menteri
- Pegawai negeri sipil (Golongan III A keatas) - Pengarang
- Peneliti - Penerbang - Walikota/ bupati - Kontraktor besar
E. Tingkat Pendapatan
1. Pengertian Pendapatan
Pendapatan sangat erat hubungannya dengan penghasilan, yaitu jumlah barang dan jasa yang diperoleh dari hasil kerja seseorang. Jika kita perhatikan lingkungan disekitar kita, kita akan melihat betapa sibuknya orang-orang bekerja. Hal ini dilakukan orang agar memperoleh imbalan untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka.
Menurut Sumardi dan Evers (1982:92), pendapatan adalah hasil yang diperoleh suatu keluarga baik bersumber dari pekerjaan pokok, pekerjaan sampingan, dan pendapatan lain yang berupa uang maupun barang yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan.
2. Bentuk Pendapatan
Menurut Biro Pusat Statistik, pendapatan dapat dibedakan menjadi tiga bentuk (Sumardi dan Ever, 1982:92):
- Pendapatan berupa uang - Pendapatan berupa barang
- Pendapatan berupa uang dan barang
Pendapatan berupa uang adalah segala penghasilan berupa uang yang sifatnya regular dan yang diterima biasanya sebagai balas jasa atau kontraprestasi. Sumber-sumber yang utama adalah gaji dan upah serta lain-lain balas jasa serupa dari majikan, pendapatan bersih dari usaha sendiri dan pekerjaan bebas, pendapatan dari penjualan barang yang dipelihara dari halaman rumah, hasil investasi.
Pendapatan berupa barang adalah segala penghasilan yang sifatnya regular dan biasanya diterima dalam bentuk barang dan jasa. Barang dan jasa yang diperoleh dinilai dengan harga pasar sekalipun tidak diimbangi atau disertai transaksi uang oleh yang menikmati barang dan jasa tersebut, demikian pula penerimaan secara cuma-cuma, pemberian barang dan jasa dengan harga substitusi atau reduksi dari majikan merupakan pendapatan berupa barang.
penjualan barang-barang yang dipakai, pinjaman uang, hasil undian, warisan, penagihan piutang, kiriman uang, menang judi.
Dalam penelitian ini, tingkat pendapatan yang akan diteliti dibedakan menjadi:
Tingkat Pendapatan
a. Kurang dari Rp.500.000,00
b. Antara Rp.500.000,00 – Rp.1.500.000,00 c. Antara Rp.1.500.000,00 – Rp.2.500.000,00 d. Antara Rp.2.500.000,00 – Rp.3.500.000,00 e. Lebih dari Rp.3.500.000,00
F. Kerangka Berpikir
1. Persepsi Masyarakat Mengenai Profesi Guru Ditinjau Dari Tingkat Pendidikan
pada dunia pendidikan, orang tua akan selalu menyadarkan dan mendorong anaknya untuk selalu rajin belajar sehingga menjadi orang yang berpengetahuan. Anak cenderung akan meniru atau bercermin pada orang tuanya. Tingkat pendidikan orang tua yang dicapai akan membawa pengaruh yang luas pada kehidupan seseorang, yaitu bukan hanya berpengaruh pada tingkat penguasaan pengetahuan tetapi juga berpengaruh pada jenjang pekerjaan formal, penghasilan, kekayaan, dan status sosial pada masyarakat.
Isbudiyono (2007:55) dalam penelitiannya, mendapatkan hasil bahwa tidak ada perbedaan persepsi masyarakat terhadap profesi guru ditinjau dari tingkat pendidikan. Hal itu disebabkan karena data yang didapatkan penulis kebanyakan tenaga pengajar (guru) yang mempunyai latar belakang pendidikan yang lebih tinggi daripada warga masyarakat tempat penelitian, sehingga kebanyakan dari masyarakat menilai pendidikan guru mempunyai kedudukan yang tinggi daripada pendidikan yang telah ditempuh oleh masyarakat pada umumnya. Sedangkan dalam penelitian Priyono (2009:38-39), mendapatkan hasil bahwa ada perbedaan persepsi siswa mengenai profesi guru ditinjau dari tingkat pendidikan disebabkan cara pandang orang tua yang berpendidikan tinggi dan rendah berpengaruh terhadap siswa.
Tingkat pendidikan yang dimaksud adalah pendidikan formal tertinggi yang pernah dicapai seseorang dalam suatu masyarakat yang menentukan pola pikir seseorang.
Setiap masyarakat memiliki tingkat pendidikan yang berbeda-beda ada yang memiliki tingkat pendidikan rendah dan ada juga yang memiliki tingkat pendidikan tinggi. Pada masyarakat yang memiliki tingkat pendidikan tinggi memandang positif profesi guru, karena masyarakat ini memiliki tingkat pemikiran yang lebih luas dibanding dengan masyarakat yang memiliki tingkat pendidikan rendah.
2. Persepsi Masyarakat Mengenai Kompetensi Guru Ditinjau Dari Jenis Pekerjaan
Damarwati (2009:52) dan Isbudiyono (2007:55) dalam penelitiannya, mendapatkan hasil bahwa tidak ada perbedaan persepsi masyarakat terhadap profesi guru menurut jenis pekerjaan, yang disebabkan karena masyarakat tempat penelitian tersebut masih mempunyai kesamaan pandangan yang positif terhadap profesi guru. Dikarenakan mereka masih beranggapan bahwa guru merupakan sosok yang patut diteladani dari sikap dan perilakunya, juga dari segi kehidupannya ekonomi yang cukup terjamin di tempat penelitian tersebut. Oleh karena itu masyarakat yang mempunyai latar belakang pekerjaan yang berbeda-beda menganggap pekerjaan guru adalah pekerjaan yang ideal dan patut untuk dibanggakan.
Cara pandang masyarakat mengenai profesi guru sangat dipengaruhi oleh jenis pekerjaannya. Antara masyarakat yang satu dengan yang lainnya mempunyai jenis pekerjaan yang berbeda-beda. Jenis pekerjaan yang dimaksud adalah jenis pekerjaan seseorang dalam suatu masyarakat yang dapat menentukan pola pikir seseorang.
menjadi seorang guru, berbeda halnya dengan masyarakat yang memiliki jenis pekerjaan non-guru, mereka memandang negative profesi guru.
3. Persepsi Masyarakat Mengenai Profesi Guru Ditinjau Dari Tingkat Pendapatan
Penelitian lain yang mendukung adalah penelitian yang dilakukan Damarwati (2009:54) menemukan bahwa tidak ada perbedaan persepsi masyarakat terhadap profesi guru berdasarkan pendapatan. Tidak adanya perbedaan persepsi masyarakat terhadap profesi guru disebabkan karena kebanyakan masyarakat menilai gaji guru tergolong tinggi dibandingkan dengan pendapatan rata-rata masyarakat pada umumnya di tempat penelitian tersebut. Oleh karena itu mereka memandang gaji guru cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup perbulannya. Begitu besarnya peran guru dalam pendidikan sehingga harus memberikan porsi anggaran yang cukup besar. Anggaran itu selain untuk gaji, juga digunakan kebutuhan yang terkait dengan peningkatan kemampuan guru.
dalam penelitian Isbudiyono (2007:55) mendapatkan hasil bahwa tidak ada perbedaan persepsi masyarakat terhadap profesi guru menurut tingkat penghasilan karena kebanyakan masyarakat tempat penelitian menilai gaji guru tergolong tinggi dibandingkan dengan pendapatan rata-rata masyarakat tempat penelitian pada umumnya. Gaji guru cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup perbulannya.
Cara pandang masyarakat mengenai profesi guru sangat dipengaruhi oleh tingkat pendapatannya. Antara masyarakat yang satu dengan yang lainnya mempunyai tingkat pendapatan yang berbeda-beda. Tingkat pendapatan yang dimaksud adalah pendapatan yang dicapai seseorang dalam suatu masyarakat yang menentukan pola pikir seseorang.
G. Hipotesis
Ha1 : Ada perbedaan persepsi masyarakat mengenai profesi guru ditinjau dari tingkat pendidikan
Ha2 : Ada perbedaan persepsi masyarakat mengenai profesi guru ditinjau dari jenis pekerjaan
38 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah studi kasus, yaitu penelitian yang mendalam
tentang sesuatu objek atau subjek pada area yang terbatas. Dengan demikian
hasil hanyalah berlaku pada kasus dimana objek atau subjek yang diteliti dan
tidak dapat digeneralisasikan pada kasus lain.
B. Waktu dan Tempat Penelitian
1. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2010.
2. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Watuagung, Kecamatan Baturetno,
Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah.
C. Subjek dan Objek Penelitian
1. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah Masyarakat Desa Watuagung, Kecamatan
Baturetno, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah.
2. Objek Penelitian
Objek penelitian adalah persepsi masyarakat mengenai profesi guru,
D. Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subyek yang
mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya
(Sugiyono, 1999:72). Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah
masyarakat desa Watuagung, RW 02, Kecamatan Baturetno, Kabupaten
Wonogiri, Jawa Tengah.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi (Sugiyono, 1999:73). Sampel penelitian ini dihitung dengan
rumus Slovin (Umar, 2003: 102):
2 1 Ne N n + = Keterangan:
n = ukuran sampel
N = ukuran populasi
e = kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan
sampel yang dapat ditolelir
Jadi jumlah sampel yang akan diambil (n), dengan nilai kritis/batas
kesalahan (e) 5% dari populasi (N) tersebut adalah :
(
)
205 , 0 216 1 216 + = n
3. Teknik pengambilan sampel
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah random sampling,
yaitu pengambilan sampling secara acak dari semua individu dalam
populasi, baik secara sendiri-sendiri atau bersama-sama dan diberi
kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel. Peneliti
menetapkan sampel penelitian yaitu masyarakat Desa Watuagung, Rw 02
Kecamatan Baturetno, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah.
E. Operasional Variabel
Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang dapat menjadi objek
penelitian atau faktor yang berperan atau gejala-gejala yang diteliti.
1. Pengelompokan Variabel
a. Variabel Terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah persepsi masyarakat
terhadap profesi guru
b. Variabel Bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah:
• Tingkat Pendidikan
• Jenis Pekerjaan
• Tingkat Pendapatan
2. Definisi dan Pengukuran Variabel
a. Persepsi Masyarakat Mengenai Profesi Guru
Tabel 3.1
Kisi-kisi penyusunan kuesioner variabel Persepsi Masyarakat Mengenai Profesi Guru
Indikator No. Item
a. Berakhlak mulia b. Berinteraksi sosial
c. Berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dengan peserta didik d. Menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan,
kreatif, dinamis, dan dialogis
e. Penghasilan dan jaminan kesejahteraan sosial yang pantas dan memadai f. Dituntut belajar
g. Tanggung jawab sosial
h. Menjadi teladan bagi peserta didik
1, 6, 12 7, 14, 17 11 5, 16
10 3, 4, 9, 13 2, 15 8
Skala pengukuran yang digunakan adalah skala Likert, yaitu skala yang
digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau
kelompok orang tentang fenomena sosial. Jawaban setiap item instrumen
tersaji dalam tabel berikut.
Tabel 3.2
Skoring Berdasarkan Skala Likert
Skor Kriteria Jawaban
Pernyataan Positif Pernyataan Negatif
Sangat Setuju ( SS ) 5 1
Setuju ( S ) 4 2
Ragu-Ragu (R) 3 3
Tidak Setuju ( TS ) 2 4
Sangat Tidak Setuju ( STS ) 1 5
b. Indikator yang digunakan
1. Tingkat Pendidikan Masyarakat
Tingkat pendidikan adalah jenjang pendidikan formal yang pernah
SMP), pendidikan menengah (SMA dan SMK), dan pendidikan
tinggi (Perguruan Tinggi dan Akademik), indikatornya.
Tabel 3.3
Indikator Tingkat Pendidikan Masyarakat
Tingkat Pendidikan Skor
Tidak tamat SD Tamat SD Tamat SMP Tamat SMA
Tamat Perguruan Tinggi
1 2 3 4 5
2. Jenis Pekerjaan Masyarakat
Pekerjaan adalah aktivitas yang dilakukan masyarakat untuk
mendapatkan penghasilan setiap bulan. Di dalam penelitian ini,
penulis membedakan jenis pekerjaan sebagai berikut.
Tabel 3.4
Indikator Jenis Pekerjaan Masyarakat
Jenis Pekerjaan Skor
A.Tidak bekerja B.Petani atau buruh C.Wiraswasta D.Pegawai Swasta E.Pegawai Negeri
1 2 3 4 5
3. Tingkat Pendapatan Masyarakat
Tingkat pendapatan adalah jumlah seluruh penghasilan rata-rata
setiap bulan yang diperoleh dari kegiatan usaha tertentu yang
dinyatakan dalam nilai rupiah. Dalam penelitian ini yang dimaksud
adalah tingkat pendapatan setiap bulannya. Adapun pedoman untuk
Tabel 3.5
Indikator Tingkat Pendapatan Masyarakat
Tingkat Pendapatan Skor
a. Kurang dari Rp.500.000,00
b. Antara Rp.500.000,00 – Rp.1.500.000,00 c. Antara Rp.1.500.000,00 – Rp.2.500.000,00 d. Antara Rp.2.500.000,00 – Rp.3.500.000,00 e. Lebih dari Rp.3.500.000,00
1 2 3 4 5
F. Teknik Pengambilan Data
1. Kuesioner
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyatan tertulis kepada
responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 1999:135). Kuesioner ini
digunakan untuk mengumpulkan data persepsi masyarakat mengenai
profesi guru ditinjau dari tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, dan tingkat
pendapatan.
2. Dokumentasi
Dokumentasi adalah suatu teknik yang digunakan oleh peneliti untuk
memperoleh informasi dari bermacam-macam sumber tertulis atau
dokumen yang ada pada responden atau tempat dimana responden
bertempat tinggal atau melakukan kegiatan sehari-hari. Dokumen ini
digunakan untuk mengumpulkan data sekunder yaitu tentang jumlah
penduduk di wilayah Desa Watuagung, RW 02, Kecamatan Baturetno,
G. Teknik Pengujian Instrumen
1. Pengujian Validitas
Validitas dimaksudkan untuk menyatakan sejauh mana data yang
ditampung pada suatu kuesioner akan mengukur apa yang ingin diukur
(Umar, 2003:72). Pengujian validitas dilakukan dengan mengkorelasikan
antara skor jawaban masing-masing item pertanyaan pengujian validitas
dilakukan dengan menggunakan rumus teknik korelasi product moment
(Umar, 2003:78) yaitu sebagai berikut:
r =
(
) (
)
(
)
∑
(
∑
)
∑
∑
∑ ∑
∑
− − − 2 2 2 2 Y Y n X X n Y X XY n Keterangan :r = koefisien korelasi antara variabel X dengan variabel Y
Y = skor total item
X = skor item
n = jumlah responden
Besarnya nilai koefisien r dapat dihitung dengan menggunakan korelasi
dengan signifikansi 5%. Jika rhitung lebih besar dari pada rtabel, maka butir
soal tersebut dapat dikatakan valid. Jika sebaliknya maka butir soal
tersebut tidak valid.
Hasil Pengujian Validitas
Uji validitas dilakukan terhadap item-item pertanyaan variabel persepsi
belas (17) butir pertanyaan variabel persepsi masyarakat mengenai profesi
guru.
Uji validitas untuk persepsi masyarakat mengenai profesi guru ada tujuh
belas (17) butir pertanyaan pada variabel ini. Rangkuman hasil uji
validitas untuk persepsi masyarakat mengenai profesi guru dengan r tabel
0,361 (Sugiyono, 2006:288) adalah sebagai berikut.
Tabel 3.6
Rangkuman Uji Validitas Untuk Persepsi Masyarakat Mengenai Profesi Guru
Butir No.
Nilai r tabel Nilai r hitung Status
1 0,361 0.800 Valid 2 0,361 0.791 Valid 3 0,361 0.808 Valid 4 0,361 0.796 Valid 5 0,361 0.793 Valid 6 0,361 0.805 Valid 7 0,361 0.781 Valid 8 0,361 0.788 Valid 9 0,361 0.793 Valid
10 0,361 0.784 Valid
11 0,361 0.781 Valid
12 0,361 0.792 Valid
13 0,361 0.808 Valid
14 0,361 0.779 Valid
15 0,361 0.796 Valid
16 0,361 0.799 Valid
Dari tabel di atas terlihat bahwa seluruh item pertanyaan pada persepsi
masyarakat mengenai profesi guru menunjukkan bahwa dari ke tujuh belas
item pertanyaan tersebut adalah valid. Pengambilan kesimpulan ini
dilakukan dengan membandingkan nilai r hitung dengan nilai r tabel. Dengan
jumlah data (n) sebanyak 30 responden dan derajat keyakinan (α) = 5% atau 0,05, maka diperoleh nilai r tabel sebesar 0,361. Dari hasil perhitungan
diperoleh bahwa semua nilai r hitung semuanya menunjukkan angka yang
lebih besar dari dari pada r tabel (r hitung > 0,361). Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa semua butir pertanyaan variabel persepsi masyarakat
mengenai profesi guru adalah valid.
2. Pengujian Reliabilitas Kuesioner
Reliabilitas adalah istilah yang dipakai untuk menunjukkan sejauh mana
suatu hasil pengukuran relatif konsisten apabila alat ukur digunakan
berulangkali (Umar, 2003:72). Pengujian reliabilitas didasarkan pada
perhitungan koefisien alpha (α) dari Cronbach (Umar, 2003:90) yaitu
sebagai berikut:
11
r = ⎟⎟
⎠ ⎞ ⎜ ⎜ ⎝ ⎛ − ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛
−
∑
2 2 1 1 t b k k σ σ Keterangan: 11r = reliabilitas instrumen
k = banyak butir pertanyaan
2
t
2
b
σ = jumlah varian butir
Dengan taraf signifikan sebesar ( α ) = 5%, jika nilai rhitung lebih besar dari
pada rtabel, maka butir soal tersebut dapat dikatakan reliabel, begitu juga
sebaliknya jika rhitung lebih kecil dari rtabel maka soal tersebut tidak reliabel.
Hasil Pengujian Reliabilitas
Uji reliabilitas instrumen dilakukan dengan menggunakan rumus
Cronbach-Alpha dan dikerjakan dengan program SPSS for Windows versi
13.0. Hasil pengujian reliabilitas diperoleh hasil sebagai berikut.
Tabel 3.7
Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian
Variabel Nilai r tabel Nilai r hitung Status
Persepsi Masyarakat
Mengenai Profesi Guru
0,361 0,802 Andal
Dari tujuh belas item pertanyaan pada variabel persepsi masyarakat
mengenai profesi guru ini diperoleh nilai rhitung sebesar 0,802.
Pengambilan kesimpulan dilakukan dengan membandingkan nilai rhitung
dengan rtabel. Dengan jumlah data (n) sebanyak 30 responden dan derajat
keyakinan (α) = 5% atau 0,05, maka diperoleh nilai r tabel sebesar 0,361.
Dari hasil perhitungan diperoleh nilai rhitung lebih besar dari pada rtabel
(0,802 > 0,361). Ini berarti bahwa butir-butir pertanyaan pada variabel
H. Teknik Analisis Data
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji F. Agar
kesimpulan yang ditarik tidak menyimpang dari seharusnya, maka terlebih
dahulu dilakukan uji persyaratan analisis. Pengujian prasyarat analisis
mencakup uji normalitas dan uji homogenitas.
1. Pengujian Normalitas dan Uji Homogenitas
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui
apakah data yang terjaring berdistribusi normal, sehingga analisis
untuk menguji hipotesis dapat dilakukan. Dalam uji normalitas ini
digunakan rumus uji satu sampel dari Kolmogorov-Smirnov, yaitu
tingkat kesesuaian antara distribusi harga satu sampel (skor observasi)
dan distribusi teoritisnya. Uji ini menetapkan suatu titik dimana teoritis
dan yang terobservasi mempunyai perbedaan terbesar. Artinya
distribusi sampling yang diamati benar-benar merupakan observasi
suatu sampel random dari distribusi teoritis (Ghozali, 2002:35-36).
Alat statistik untuk pengujian normalitas data penelitian ini adalah tes
Kolmogorov-Smirnov. Adapun rumus uji Kolmogorov-Smirnov untuk
normalitas sebagai berikut (Ghozali, 2002:36):
( )
X S( )
X Fmaksimum
D = o − n
Keterangan:
D = Deviasi maksimum
Sn ( X ) = Distribusi frekuensi kumulatif yang diobservasi
Kriteria penerimaan:
- Jika nilai Kolmogorov- Smirnov lebih kecil dari nilai probabilitas
(ρ = 0,05) maka H0 ditolak.
b. Uji Homogenitas
Sebelum peneliti menggeneralisasikan hasil penelitian, maka harus
terlebih dahulu dipastikan bahwa kelompok-kelompok yang
membentuk sampel berasal dari populasi yang sama. Kesamaan asal
sampel ini antara lain dibuktikan dengan adanya kesamaan variansi
kelompok-kelompok yang membentuk sampel tersebut. Jika ternyata
tidak terdapat perbedaan variansi diantara kelompok sampel berarti
kelompok-kelompok tersebut homogen, maka dapat dikatakan bahwa
kelompok-kelompok sampel tersebut berasal dari populasi yang sama.
Untuk pengujian komparatif tiga sampel dengan menggunakan
Analisis Varian Satu Jalan (Sugiyono, 1991:198-200). Dalam rangka
pengujian dengan ANOVA, maka dicari varians data dengan rumus
sebagai berikut berikut:
n X X n i i
∑
= = 1 __ 1 1 2 __ − ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ − =∑
= n X X S n i iTerkecil Varians
Terbesar Varians
F
... ...
=
Harga F tersebut selanjutnya dibandingkan dengan harga F tabel,
dengan dk pembilang ηa- 1 dan dk penyebut ηc-1. Apabila Fhitung <
Ftabel (0,05);(dk pembilang n-1;dk penyebut n-1), maka dapat disimpulkan bahwa
varians data yang akan dianalisis homogen.
2. Pengujian Hipotesis
Untuk menguji hipotesis pertama dilakukan langkah-langkah:
a. Perumusan hipotesis
Ho1: Tidak ada perbedaan persepsi masyarakat mengenai profesi guru
ditinjau dari tingkat pendidikan
Ha1: Ada perbedaan persepsi masyarakat mengenai profesi guru
ditinjau dari tingkat pendidikan
b. Menyusun dan menjumlahkan skor dari setiap jawaban responden.
c. Menentukan nilai kritis dengan taraf signifikansi (level significance) =
0.05
d. Menyusun skor dan mean untuk masing-masing variabel dari setiap
responden.
e. Menghitung statistik Uji F (ANOVA) (Djarwanto, 1996:160) dengan
k N nj T X k N T T F n i k j k j j ij k j j j − − − − =
∑∑
∑
∑
= = = =1 1 1 2 2 1 2 2 1 Keterangan:
Xij = Nilai individu ke i dari sampel j.
k = Banyaknya sampel (sampel 1, sampel 2,….,sampel k).
nj = Banyaknya individu (ukuran) sampel j.
Tj = T1+T2+T3
N = Banyaknya semua sampel
f. Pengambilan keputusan
1) Hipotesis 1
Pengambilan keputusan didasarkan pada perbandingan Fhitung
dengan F tabel sebagai berikut :
Jika Fhitung > F tabel maka Ho ditolak
Pengambilan keputusan berdasarkan pada nilai probabilitas yaitu:
jika nilai probabilitas (Sig.) < taraf nyata (0,05), maka Ho
ditolak
Catatan: Pengujian hipotesis 2 dan 3 dilakukan dengan cara yang
52 BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2010. Subjek penelitian
ini adalah masyarakat desa Watuagung, kecamatan Baturetno, Wonogiri.
Jumlah kuesioner yang disebar sebanyak 140 kuesioner. Jumlah kuesioner
yang kembali sebanyak 140 kuesioner.
Berikut ini disajikan deskripsi data variabel-variabel penelitian ini.
1. Deskripsi Responden Penelitian
a. Tingkat Pendidikan Masyarakat
Tabel 4.1
Deskripsi Responden Menurut Tingkat Pendidikan
Tingkat Pendidikan Jumlah %
Tidak tamat SD 17 12,14
Tamat SD 24 17,14
Tamat SMP 22 15,71
Tamat SMA 49 35,00
Tamat Perguruan Tinggi 28 20,00
Tabel 4.1 di atas menunjukkan bahwa jumlah responden yang
memiliki tingkat pendidikan sampai dengan tamat SMA sebanyak 49
orang (35,00%), jumlah responden yang memiliki tingkat pendidikan
sampai dengan perguruan tinggi sebanyak 28 orang (20,00%), jumlah
sekolah dasar (SD) sebanyak 24 orang (17,14%), jumlah responden
yang memiliki tingkat pendidikan sampai dengan tamat SMP sebanyak
22 orang (15,71%), sedangkan responden yang memiliki tingkat
pendidikan tidak tamat sekolah dasar (SD) sebanyak 17 orang
(12,14%). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebagian besar
responden penelitian ini memiliki tingkat pendidikan sampai dengan
tamat SMA.
b. Jenis Pekerjaan Masyarakat
Tabel 4.2
Deskripsi Responden Menurut Jenis Pekerjaan