• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERANAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PENGEMBANGAN POTENSI AFEKTIF PESERTA DIDIK DI SMP NEGERI 2 PASIMARANNU KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PERANAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PENGEMBANGAN POTENSI AFEKTIF PESERTA DIDIK DI SMP NEGERI 2 PASIMARANNU KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR SKRIPSI"

Copied!
105
0
0

Teks penuh

(1)

i SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam (S.Pd.I) Pada Prodi Pendidikan Agama Islam

Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar.

NURNANINGSIH 105 19 1738 12

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 1437 H/2016 M

(2)

ii

Judul Skripsi : Peranan Guru Pendidikan Agama Islam dalam Pengembangan Potensi Afektif Peserta didik di SMP Negeri 2 Pasimarannu Kabupaten Kepulauan Selayar

Nama Penulis : Nurnaningsih

Nim : 105 19 1738 12

Fakultas/Jurusan : Agama Islam/Pendidikan Agama Islam

Setelah dengan saksama memeriksa dan meneliti, maka skripsi ini dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diajukan dan dipertahankan dihadapan tim penguji ujian skripsi Fakultas Agama Islam Unismuh Makassar.

Makassar, 20 Syawal 1437 H 30 Juli 2016 M

Disetujui oleh

Pembimbing I

Drs H. Mawardi Pewangi, M.Pd.I NIDN : 0931126249

Pembimbing II

Amirah Mawardi, S.Ag.,M.Si NIDN : 090607730 1

(3)

iii

kemudian hari terbukti bahwa ia merupakan duplikat, tiruan, plagiat, dibuat atau dibantu secara langsung orang lain baik keseluruhan atau sebagian, maka skripsi dan gelar yang di peroleh karenanya batal demi hukum.

Makassar, 1 Rabi’ulAwal 1434 H 30 Juli 2016 M

Peneliti

Nurnaningsih 105 19 1738 12

(4)

iv

ﺎﻧﺪﯿﺳ ﻦﯿﻠﺳﺮﻤﻟاو ءﺎﯿﺒﻧﻻا فﺮﺷا ﻲﻠﻋ مﻼﺴﻟاو ةﻼﺼﻟاو ،ﻦﯿﻤﻟﺎﻌﻟا بر ﺪﻤﺤﻟا ﺪﻌﺑﺎﻣأ ،ﻦﯿﻌﻤﺟا ﮫﺑﺎﺤﺻاو ﮫﻟآ ﻲﻠﻋو ﺪﻤﺤﻣ

Segala puji bagi Allah swt, atas rahmat dan hidayah-Nya yang senantiasa diperuntukkan kepada hamba-hambaNya. Salawat dan salam kepada Nabi Muhammad saw dan sahabat-sahabatnya serta orang-orang yang mengikutinya yang senantiasa berjalan sesuai dengan petunjuk syariat.

Skripsi ini, berjudul Peranan Guru Pendidikan Agama Islam dalam Pengembangan Potensi Afektif Peserta didik di SMP Negeri 2 Pasimarannu Kabupaten Kepulauan Selayar dalam penyusunannya, penulis diperhadapkan berbagai masalah, khususnya yang disebabkan oleh terbatasnya kemampuan penulis dan rumitnya obyek pembahasan dalam skripsi ini. Namun, karena usaha yang maksimal dari penulis serta bantuan dan bimbingan serta arahan secara intensif dari berbagai pihak maka skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

Karena itu, sebagai tanda syukur dan penghormatan, penulis patut menyampaikan ucapan terima kasih kepada mereka yang telah membantu secara moril maupun materil kepada penulis, khususnya kepada yang mulia dan terhormat

;

1. Kedua orang tua penulis yang tanpa lelah berupaya melahirkan, membesarkan, mengasuh, mendidik dan membiayai penulis sejak kecil.

2. Bapak Dr. H. Irwan Akib, M.Pd.I Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar dan para Pembantu Rektor serta stafnya, yang telah berhasil memimpin

(5)

v

Universitas Muhammadiyah Makassar dan para Pembantu Dekan, serta Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam yang telah banyak memberikan motivasi kepada penulis selama kuliah di Perguruan Tinggi ini.

4. Bapak Drs. H. Mawardi Pewangi, M.Pd.I dan Ibu Amirah Mawardi, S.Ag.,M.Si.

pembimbing yang dengan ikhlas membimbing dalam penyusunan skripsi ini.

5. Bapak Drs. Abdul Gani, M.Pd.I pengelola Universitas Muhammadiyah Makassar kelas Non Reguler Selayar.

6. Bapak dan Ibu Dosen atau Asisten Dosen tanpa terkecuali yang tidak sempat penulis sebutkan nama-namanya satu persatu yang telah mendidik penulis dalam perkuliahan.

7. Bapak Kepala SMP Negeri 2 Pasimarannu Kabupaten Kepulauan Selayar beserta seluruh jajarannya yang memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian, serta seluruh responden yang telah memberikan informasinya yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.

8. Kepada Saudara-saudara penulis yang telah memberikan bantuan moral maupun materil selama penulis masih dalam jenjang pendidikan.

9. Kakanda Firdaus, S.Pd.I yang senantiasa memberikan inspirasi, motivasi dan masukan yang sangat konstruktif sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

10. Kepada teman-teman angkatan 2012 dan semua keluarga penulis yang telah banyak membantu dalam penyusunan skripsi ini.

(6)

vi

telah memberikan bantuan dan bimbingannya senantiasa memperoleh balasan disisi-Nya, amin.

Makassar, 1 Rabi’ul Awal 1434 H 30 Juli 2016 M

Peneliti

Nurnaningsih 105 19 1738 12

(7)

vii

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan tentang Peranan Guru Pendidikan Agama Islam dalam Pengembangan Potensi Afektif Peserta Didik di SMP Negeri 2 Pasimarannu Kabupaten Kepulauan Selayar, dan faktor penghambat dan pendukung pengembangan potensi afektif peserta didik di SMP Negeri 2 Pasimarannu Kabupaten Kepulauan Selayar.

Dalam pembahasan skripsi ini penulis menggunakan metode penelitian lapangan (Field Research), dimana peneliti turun langsung ke lokasi penelitian untuk memperoleh data yang konkrit yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti, adapun metode yang digunakan oleh penulis adalah deskriftif kualitatif yaitu sumber dari wawancara, observasi, angket dan dokumentasi guna untuk memperoleh kesimpulan yang akurat dan dapat dipertanggung jawabkan. Adapun variabel terikatnya adalah pengembangan potensi afektif peserta didik. Sedangkan variabel bebasnya adalah peranan guru pendidikan agama islam dengan populasi SMP Negeri 2 Pasimarannu Kabupaten Kepulauan Selayar yang berjumlah 160 orang dengan sampel sebanyak 25% orang.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa guru pendidikan agama islam berpengaruh dalam pengembangan potensi afektif peserta didik di SMP Negeri 2 Pasimarannu di Kabupaten Kepulauan Selayar bahwa terbukti dari 25 orang ada 12 orang (48%) yang menyatakan berpengaruh karena banyaknya kegiatan yang diprogramkan oleh sekolah diluar jam sekolah.

Peranan Guru dalam pengembangan potensi afektif peserta didik di SMP Negeri 2 Pasimarannu di Kabupaten Kepulauan Selayar berperan dimana dari 25 responden ada 14 orang (56%), menyatakan guru memiliki peran sesuai dengan fungsinya, ini dimotivasi oleh aktifnya guru memfasilitasi atau memberikan bimbingan kepada peserta didik serta berjalannya proses belajar mengajar diluar jam sekolah sehingga anak terdorong untuk belajar lebih giat dalam rangka untuk pengembangan potensi afektif peserta didik.

Faktor tantangan guru dalam pengembangan afektif anak adalah kurangnya semangat pada sebagian peserta didik yang ingin belajar diluar jam sekolah sehingga potensi afektif yang dimiliki oleh peserta didik tidak berkembang, serta adanya sebagian dari pihak guru yang kurang perhatian kepada peserta didik yang tidak punya keinginan untuk mengembangkan potensi afektifnya peserta didiknya.

Faktor peluang adalah banyaknya peserta didik yang memiliki keinginan untuk belajar di luar jam sekolah dalam rangka untuk mengembangkan potensi afektif yang dimiliki. Selusi tantangan dan peluang adalah memberikan perhatian penuh pada peserta didik, membuatkan jadwal untuk belajar diluar jam sekolah.

(8)

viii

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... iii

HALAMAN PRAKATA ... iv

HALAMAN ABSTRAK ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah... 8

C. Tujuan Penelitian... 9

D. Manfaat Penelitian... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 11

A. Pengertian Guru ... 11

B. Potensi Afektif Peserta didik... 17

C. Peranan Guru dalam Pengembangan potensi afektif Peserta didik ... 21

BAB III METODE PENELITIAN... 28

A. Jenis Penelitian ... 28

B. Lokasi dan Objek Penelitian ... 28

C. Variabel Penelitian... 29

D. Defenisi Operasional Variabel ... 29

E. Populasi dan Sampel... 30

1. Populasi... 30

2. Sampel ... 31

(9)

ix

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Selayang Pandang SMA Negeri I Benteng

Di Kabupaten Kepualauan Selayar... 36 B. Peranan Guru dalam pengembangan potensi afektif peserta didik

di SMA Negeri 1 Benteng Kabupaten Kepulauan Selayar... 44 C. Pengembangan potensi afektif peserta didik di SMA Negeri 1 Benteng

Kabupaten Kepulauan Selayar... 47 D. Faktor penghambat dan pendukung pengembangan potensi

afektif peserta didik di SMA Negeri 1 Benteng Kabupaten

Kepualauan Selayar ... 53 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan... 60 B. Saran-saran... 61 DAFTAR PUSTAKA ... 63 LAMPIRAN-LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

No Teks Halaman

1. Keadaan Populasi SMA Negeri I Benteng

Kabupaten Kepulauan Selayar TahunPelajaran 2013/2014... 28 2. Keadaan Sampel SMA Negeri I Benteng

Kabupaten Kepulauan SelayarTahunPelajaran 2013/2014... 29

(10)

x 4. Keadaansiswa SMA Negeri 1 Benteng

Kabupaten Kepualauan Selayar TahunAjaran 2013/2014... 39 5. KeadaansaranadanprasaranaPendidikan SMA Negeri 1

BentengKabupaten Kepualauan Selayar Tahunajaran 2013/2014... 40 6. Pernyataan pendidik bahwa sekolah berpengaruh

dalam pengembangan potensi afektif anak didik di SMA I Benteng

Kabupaten Kepulauan Selayar... 41 7. Pernyataan pendidik bahwa sekolah bembangun kerjasama

dengan anak didik dalam pengembangan potensi afektif anak

di SMA I Benteng Kabupaten Kepulauan Selayar... 43 8. Pernyataan pendidik bahwa sekolah berperan dalam

pengembangan potensi afektif anak didik di SMA I Benteng

Kabupaten Kepulauan Selayar... 45 9. Pernyataan pendidik dalam memberikan kontribusi dalam

pengembangan potensi afektif anak didik di SMA I Benteng

Kabupaten Kepulauan Selayar... 47 10.Pernyataan pendidik bahwa potensi afektif anak di SMA I Benteng

Kabupaten Kepulauan Selayar mengalami perkembangan... 49 11.Pernyataan pendidik dalam membantu dalam pengembangan

potensi afektif anak didik di SMA I Benteng

Kabupaten Kepulauan Selayar... 52 12.Pernyataan pendidik dalam dalam memberikan kotribusi

dalam pengembangan potensi afektif anak didik di SMA I Benteng Kabupaten Kepulauan Selayar... 53 13.Pernyataan pendidik telah mengalami perkembangan dalam

pengembangan potensi afektif anak didik di SMA I Benteng

Kabupaten Kepulauan Selayar... 55

(11)
(12)
(13)

ii

PENGEMBANGAN POTENSI AFEKTIF PESERTA DIDIK DI SMP NEGERI 2 PASIMARANNU KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

Nama Mahasiswa : NURNANINGSIH

Nim : 105 19 1738 12

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Fakultas : Agama Islam

Setelah dengan seksama memeriksa dan meneliti, maka skripsi ini telah memenuhi syarat untuk diajukan dan dipertahankan di hadapan tim penguji ujian Skripsi Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar.

08 Zulqaidah 1437 H Makassar,

11 Agustus 2016 M Disetujui Oleh:

Pembimbing I Pembimbing II

Drs.H. Mawardi Pewangi, M.Pd.I Amirah Mawardi, S.Ag. M.Si

NIDN : 0920085901 NIDN : 0906077301

(14)

iii

Dengan penuh kesadaran, penulis/peneliti yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan bahwa skripsi ini benar adalah hasil karya penulis/peneliti sendiri. jika kemudian hari terbukti bahwa ia merupakan duplikat, tiruan, plagiat, dibuat atau dibantu secara langsung orang lain baik keseluruhan, maka skripsi dan gelar yang di peroleh karenanya batal demi hukum.

Makassar, 08 Zulqaidah 1437 H 11 Agustus 2016 M

Peneliti

Nurnaningsih 10519173812

(15)

iv

ﺪﻌﺑﺎﻣأ ،ﻦﯿﻌﻤﺟا ﮫﺑﺎﺤﺻاو ﮫﻟآ ﻲﻠﻋو ﺪﻤﺤﻣ

Segala puji bagi Allah swt, atas rahmat dan hidayah-Nya yang senantiasa diperuntukkan kepada hamba-hambaNya. Salawat dan salam kepada Nabi Muhammad saw dan sahabat-sahabatnya serta orang-orang yang mengikutinya yang senantiasa berjalan sesuai dengan petunjuk syariat.

Skripsi ini, berjudul Peranan Guru Pendidikan Agama Islam dalam Pengembangan Potensi Afektif Peserta didik di SMP Negeri 2 Pasimarannu Kabupaten Kepulauan Selayar dalam penyusunannya, penulis diperhadapkan berbagai masalah, khususnya yang disebabkan oleh terbatasnya kemampuan penulis dan rumitnya obyek pembahasan dalam skripsi ini. Namun, karena usaha yang maksimal dari penulis serta bantuan dan bimbingan serta arahan secara intensif dari berbagai pihak maka skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

Karena itu, sebagai tanda syukur dan penghormatan, penulis patut menyampaikan ucapan terima kasih kepada mereka yang telah membantu secara moril maupun materil kepada penulis, khususnya kepada yang mulia dan terhormat ;

1. Dr. H. Abd Rahman Rahim, SE.,MM. Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar dan para Pembantu Rektor serta stafnya, yang telah berhasil memimpin Perguruan Tinggi ini, sehingga penulis dapat menyelesaikan Studi Strata Satu (S1) tanpa hambatan dan kendala yang berarti.

(16)

v

membesarkan, mengasuh, mendidik dan membiayai penulis sejak kecil.

3. Drs. H. Mawardi Pewangi, M.Pd.I Dekan Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar dan para Pembantu Dekan, serta Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam yang telah banyak memberikan motivasi kepada penulis selama kuliah di Perguruan Tinggi ini.

4. Drs. H. Mawardi Pewangi, M.Pd.I dan Amirah Mawardi, S.Ag.,M.Si.

pembimbing yang dengan ikhlas membimbing dalam penyusunan skripsi ini.

5. Bapak dan Ibu Dosen atau Asisten Dosen tanpa terkecuali yang tidak sempat penulis sebutkan nama-namanya satu persatu yang telah mendidik penulis dalam perkuliahan.

6. Kepala SMP Negeri 2 Pasimarannu Kabupaten Kepulauan Selayar beserta seluruh jajarannya yang memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian, serta seluruh responden yang telah memberikan informasinya yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.

7. Kepada Saudara-saudara penulis yang telah memberikan bantuan moral maupun materil selama penulis masih dalam jenjang pendidikan.

8. Kakanda Firdaus yang senantiasa memberikan inspirasi, motivasi dan masukan yang sangat konstruktif sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

9. Kepada teman-teman angkatan 2012 (Resti Yuni Savitri, Hasni, Nur Fitriani, Anriani, Surisnawati, Abd Azis dll) Serta yang namanya tidak

(17)

vi

telah memberikan bantuan dan bimbingannya senantiasa memperoleh balasan disisi-Nya, amin.

Makassar, 08 Zulqaidah 1434 H 11 Agustus 2016 M

Peneliti

Nurnaningsih 10519173812

(18)

vii

NURNANINGSIH 105 19 1738 12. Peranan Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Pengembangan Potensi Afektif Peserta Didik di SMP Negeri 2 Pasimarannu Kabupaten Kepulauan Selayar (dibimbing oleh H.Mawardi Pewangi dan Amirah Mawardi).

Skripsi ini bertujuan untuk menjelaskan tentang Peranan Guru Pendidikan Agama Islam dalam Pengembangan Potensi Afektif Peserta Didik Di SMP Negeri 2 Pasimarannu Kabupaten Kepulauan Selayar, dan faktor penghambat dan pendukung pengembangan potensi afektif peserta didik di SMP Negeri 2 Kabupaten Pasimarannu Kepulauan Selayar.

Pembahasan skripsi ini penulis menggunakan metode penelitian lapangan (Field Research), peneliti turun langsung ke lokasi penelitian untuk memperoleh data yang konkrit yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti, adapun metode yang digunakan oleh penulis adalah deskriftif kualitatif yaitu sumber dari wawancara, observasi, angket dan dokumentasi guna untuk memperoleh kesimpulan yang akurat dan dapat dipertanggung jawabkan.

Adapun variabel terikatnya adalah pengembangan potensi afektif peserta didik. Sedangkan variabel bebasnya adalah peranan guru Dengan populasi SMP Negeri 2 Pasimarannu Kabupaten Kepulauan Selayar yang berjumlah 160 orang dengan sampel sebanyak 36 orang.

Faktor penghambat guru dalam pengembangan afektif anak adalah kurangnya semangat pada sebagian peserta didik yang ingin belajar diluar jam sekolah sehingga potensi afektif yang dimiliki oleh peserta didik tidak berkembang, serta adanya sebagian dari pihak guru yang kurang perhatian kepada peserta didik yang tidak punya keinginan untuk mengembangkan potensi afektifnya peserta didiknya. Faktor peluang adalah banyaknya peserta didik yang memiliki keinginan untuk belajar di luar jam sekolah dalam rangka untuk mengembangkan potensi afektif yang dimiliki. Selusi tantangan dan peluang adalah memberikan perhatian penuh pada peserta didik, membuatkan jadwal untuk belajar diluar jam sekolah.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa guru Pendidikan Agama Islam berpengaruh dalam pengembangan potensi afektif peserta didik di SMP Negeri 2 Pasimarannu di Kabupaten Kepulauan Selayar terbukti dari 36 orang ada 27 orang (75%) yang menyatakan berpengaruh karena banyaknya kegiatan yang diprogramkan oleh sekolah diluar jam sekolah.

Peranan Guru Pendidikan Agama Islam dalam pengembangan potensi afektif peserta didik di SMP Negeri 2 Pasimarannu di Kabupaten Kepulauan Selayar berperan dimana dari 36 responden ada 9 orang (25%), menyatakan guru memiliki peran sesuai dengan fungsinya, ini dimotivasi oleh aktifnya guru memfasilitasi atau memberikan bimbingan kepada peserta didik serta berjalannya proses belajar mengajar diluar jam sekolah sehingga anak terdorong untuk belajar lebih giat dalam rangka untuk pengembangan potensi afektif peserta didik.

(19)

viii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... iii

HALAMAN PRAKATA ... iV HALAMAN ABSTRAK ... V DAFTAR ISI... Vi DAFTAR TABEL……….... Vii BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah... 8

C. Tujuan Penelitian... 9

D. Manfaat Penelitian... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 10

A. Guru Pendidikan Agama Islam... 10

1. Pengertian Guru Pendidikan Agama Islam... 10

2. Fungsi dan Tugas Guru Pendidikan Agama Islam ... 12

3. Peranan Guru Pendidikan Agama Islam………. 17

B. Potensi Afektif ... 23

1. Pengertian Potensi Afektif ... 23

2. Karakteristik yang dikembangkan dalam Potensi Afektif Peserta Didik... 27

BAB III METODE PENELITIAN ... 32

(20)

ix

B. Lokasi dan Obyek Penelitian ... 32

C. Variabel Penelitian... 33

D. Definisi Operasional Variabel ... 33

E. Populasi dan Sampel Penelitian ... 34

1. Populasi ... 34

2. Sampel ... 35

F. Instrumen Penelitian……… 36

G. Teknik Pengumpulan Data ... 37

H. Teknik Analisis Data ... 38

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 40

A. Selayang Pandang SMP Negeri 2 Pasimarannu ... 40

B. Pengembangan Potensi Afektif Peserta didik di SMP Negeri 2 Pasimarannu Kabupaten Kepulauan Selayar ... 46

C.Peranan Guru Pendidikan Agama Islam dalam Pengembangan potensi afektif peserta didik di SMP Negeri 2 Pasimarannu Kabupaten Kepulauan Selayar... 51

D.Faktor Penghambat dan Pendukung Pengembangan Potensi Afektif di SMP Negeri 2 Pasimarannu Kabupaten Kepulauan Selayar ... 57

BAB V PENUTUP... 65

A. Kesimpulan... 65

B. Saran-saran... 66 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

(21)

x

Tabel 1 : Keadaan Populasi SMP Negeri 2 Pasimarannu

Kabupaten Kepulauan Selayar Tahun Ajaran 2015/2016…….... 34 Tabel 2 : Keadaan Sampel SMP Negeri 2 Pasimarannu

Kabupaten Kepulauan Selayar Tahun Ajaran 2015/2016... 35 Tabel 3 : Keadaan Guru SMP Negeri 2 Pasimarannu Kabupaten

Kepualauan Selayar Tahun Ajaran 2015/2016... 44 Tabel 4 : Keadaan siswa SMP Negeri 2 Pasimarannu Kabupaten

Kepualauan Selayar Tahun Ajaran 2015/2016... 45 Tabel 5 : Keadaan sarana dan prasarana SMP Negeri 2

Pasimarannu Kabupaten Kepualauan Selayar

Tahun Ajaran 2015/2016………... 46 Tabel 6 : Pernyataan peserta didik bahwa guru Pendidikan Agama

Islam berpengaruh dalam pengembangan potensi afektif peserta didik di SMP Negeri 2 Pasimarannu Kabupaten Kepulauan Selayar Tahun Ajaran 2015/2016... 48 Tabel 7 : Pernyataan peserta didik bahwa guru Pendidikan Agama

Islam membangun kerjasama dengan anak didik Dalam pengembangan potensi afektif anak di SMP Negeri 2 Pasimarannu Kabupaten Kepulauan Selayar

Tahun Ajaran 2015/2016………. 50 Tabel 8 : Pernyataan peserta didik bahwa guru Pendidikan Agama Islam

berperan dalam pengembangan potensi afektif anak didik di SMP Negeri 2 Pasimarannu Kabupaten Kepulauan Selayar Tahun Ajaran 2015/2016………... 52 Tabel 9 : Pernyataan Peserta Didik dalam memberikan kontribusi

dalam pengembangan potensi afektif anak didik di SMP Negeri 2 Pasimarannu Kabupaten Kepulauan Selayar Tahun

Ajaran 2015/2016………..………. 54 Tabel 10 : Pernyataan peserta didik bahwa potensi afektif anak di SMP

Negeri 2 Pasimarannu Kabupaten Kepulauan Selayar mengalami perkembangan di SMP Negeri 2

Pasimarannu Kabupaten Kepulauan Selayar

Tahun Ajaran 2015/2016………... 55 Tabel 11 : Pernyataan peserta didik dalam membantu dalam

pengembangan potensi afektif anak didik di SMP Negeri 2 Pasimarannu Kabupaten Kepulauan Selayar

Tahun Ajaran 2015/2016………... 59 Tabel 12 : Pernyataan peserta didik dalam memberikan kotribusi

dalam pengembangan potensi Afektif anak didik di SMP Negeri 2 Pasimarannu Kabupaten Kepulauan Selayar

Tahun Ajaran 2015/2016... 61 Tabel 13 : Pernyataan peserta didik bahwa peranan guru Pendidikan

Agama Islam mengalami perkembangan dalam

(22)

xi

Tahun Ajaran 2015/2016………... 63

(23)

xii

Selayar pada tanggal 22 November 1992. Anak kelima dari lima bersaudara, buah hati pasangan Maharaja (Alm) dan Hasnah.

Penulis memulai pendidikan di bangku Sekolah Dasar Negeri Lambego, Kabupaten kepulauan Selayar pada tahun 1999 dan tamat di Sekolah Dasar Negeri Lambego pada tahun 2005. Pada tahun yang sama, melanjutkan pendidikan di SMP Babussalam Al-Muchtariyah Kabupaten Kepulauan selayar dan tamat pada tahun 2008. Kemudian pada tahun yang sama melanjutkan Pendidikan di SMA Babussalam Al-Muchtariyah Kabupaten Kepulauan Selayar dan tamat pada tahun 2011. Kemudian Pada tahun 2012 melanjutkan studi Strata Satu di Jurusan Pendidikan Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar.

(24)

No Teks Halaman 1. Keadaan Populasi SMP Negeri 2 Pasimarannu

Kabupaten Kepulauan Selayar TahunPelajaran 2015/2016... 34 2. Keadaan Sampel SMP Negeri 2 Pasimarannu

Kabupaten Kepulauan SelayarTahunPelajaran 2015/2016... 35 3. Keadaan Guru SMP Negeri 2 Pasimarannu

Kabupaten Kepualauan Selayar TahunPelajaran 2013/2014... 44 4. Keadaan siswa SMP Negeri 2 Pasimarannu

Kabupaten Kepualauan Selayar TahunAjaran 2013/2014... 45 5. Keadaan sarana dan prasarana SMP Negeri 2 Pasimarannu

BentengKabupaten Kepualauan Selayar Tahun ajaran 2015/2016... 46 6. Pernyataan pendidik bahwa sekolah berpengaruh dalam pengembangan

potensi afektif anak didik di SMP Negeri 2 Pasimarannu Kabupaten Kepulauan Selayar... 48 7. Pernyataan pendidik bahwa sekolah bembangun kerjasama dengan anak

didik dalam pengembangan potensi afektif anak di SMP Negeri 2 Pasimarannu Kabupaten Kepulauan Selayar... 50 8. Pernyataan pendidik bahwa sekolah berperan dalam

pengembangan potensi afektif anak didik di SMP Negeri 2 Pasimarannu Kabupaten Kepulauan Selayar... 45 9. Pernyataan pendidik dalam memberikan kontribusi dalam

pengembangan potensi afektif anak didik di SMP Negeri 2 Pasimarannu Kabupaten Kepulauan Selayar... 47 10.Pernyataan pendidik bahwa potensi afektif anak di SMP Negeri 2

Pasimarannu Kabupaten Kepulauan Selayar mengalami perkembangan... 52 11.Pernyataan pendidik dalam membantu dalam pengembangan

potensi afektif anak didik di SMP Negeri 2 Pasimarannu

Kabupaten Kepulauan Selayar... 54 12.Pernyataan pendidik dalam dalam memberikan kotribusi dalam

pengembangan potensi afektif anak didik di SMP Negeri 2 Pasimarannu Kabupaten Kepulauan Selayar... 55 13.Pernyataan pendidik telah mengalami perkembangan dalam

(25)

Pasimarannu... 61 15. Pernyataan pendidik dan peserta didik bahwa telah

mengalami perkembangan dalam potensi afektif peerta didik di SMP

Negeri 2 Pasimarannu Kabupaten Kepulauan Selayar... 63

(26)

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan hal terpenting yang selalu diutamakan oleh orangtua maupun sekolah saat ini untuk memberikan motivasi agar dapat menyadari bahwa pentingnya memberikan pendidikan kepada siswa mereka sejak dini.

Ada banyak cara untuk memberikan pendidikan kepada peserta didik, baik pendidikan formal dan nonformal. Adapun pendidikan formal tidak sebatas memberikan pengetahuan dan keahlian kepada peserta didik mereka di sekolah. Selain itu pendidikan nonformal menanamkan tata nilai yang serba luhur atau akhlak mulia, norma-norma, cita-cita, tingkah laku dan aspirasi dengan bimbingan orangtua di rumah.

Sekolah sebagai salah satu pendidikan formal memerlukan banyak hal yang mendukung kualitas yaitu antara lain kepentingan dan kualitas yang baik dari kepala sekolah dan guru, peran aktif dinas pendidikan atau pengawas sekolah, peran aktif orang tua dan peran aktif masyarakat sekitar sekolah.Akan tetapi orang tua juga tidak dapat menyerahkan sepenuhnya pendidikan anak kepada sekolah, karena sekolah merupakan peralihan untuk menerima bentuk pendidikan agar memiliki karakter serta memiliki potensi maupun bakat dan juga siswa dapat mengembangkan beberapa potensi yang siswa miliki melalui sekolah.

1

(27)

Pendidikan siswa dimulai dari pendidikan orang tua yang mempunyai tanggungjawab utama terhadap masa depan anak-anak mereka, sekolah hanya lembaga yang membantu proses tersebut.

Sehingga peran aktif orang tua sangat diperlukan bagi keberhasilan siswa di sekolah.

Kedudukan dan fungsi suatu keluarga dalam kehidupan keluarga sangatlah penting dan fundamental, anggota keluarga pada hakekatnya merupakan wadah pembentukan masing-masing anggotanya, terutama anak-anak yang masih tanggung jawab orang tuanya.Perkembangan peserta didik pada umumnya meliputi keadaan fisik, emosional social dan intelektual. Bila semuanya berjalan secara baik maka dapat dikatakan bahwa anak tersebut dalam keadaan sehat jiwanya.

Dalam perkembangan anak terdapat periode-periode kritis yang berarti bahwa bila periode-periode ini tidak dapat dilalui dengan baik, maka akan timbul gejala-gejala misalnya keterlambatan, ketegangan, kesulitan menyesuaikan diri dan kepribadian yang terganggu.Lebih jauh lagi bahkan tugas manusia sebagai makhluk sosial untuk mengadakan hubungan antara manusia yang memuaskan baik untuk diri sendiri maupun untuk orang di lingkungannya akan gagal sama sekali. Peserta didik pada masa peralihan lebih banyak membutuhkan perhatian dan kasih sayang, maka para orang tua dapat menyerahkan kepercayaan seluruhnya kepada guru di sekolah, artinya orang tua harus banyak

(28)

berkomunikasi dengan gurunya di sekolah begitu juga sebaliknya, hal ini penting dalam pendidikan adalah mendidik jiwa peserta didik.

Mengajar dan mendidik pada hakikatnya hampir mempunyai arti yang sama, mengajar pada hakekatnya mempunyai arti memberikan pelajaran, sedangkan mendidik mempunyai arti memelihara dan memberi latihan, baik mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Dapat pula dikatakan dengan singkat mendidik ialah memimpin peserta didik. Mudah benar rupanya kata-kata itu, akan tetapi sesungguhnya tidak semudah apa yang disangka. Ucapan tersebut mengandung banyak masalah yang dalam dan luas. Mendidik adalah pengertian yang sangat umum yang meliputi semua tindakan mengenai gejala-gejala pendidikan. Seperti halnya kesulitan lembaga sekolah dalam menciptakan peraturan untuk kedisiplinan semua anggota sekolah terutama peserta didik.

Peraturan dapat diartikan sebagai tatanan (petunjuk, kaidah, ketentuan) yang dibuat untuk mengatur. Sesuatu yang disepakati dan mengikat sekelompok orang atau lembaga dalam rangka mencapai suatu tujuan dalam hidup bersama, dan bertujuan untuk menjadi beraturan secara struktur maupun sistematika dari suatu proses yang dijalani secara teratur dan berstruktur. Seperti halnya peraturan disekolah, peraturan sekolah adalah peraturan yang diciptakan sekolah. Peraturan yang wajib ditaati oleh semua lingkup atau masyarakat yang ada didalam lingkungan sekolah baik guru, pegawai maupun peserta didik. Peraturan yang dibuat

(29)

dan ditetapkan oleh sekolah akan membuat anggota sekolah terutama peserta didik menjadi disiplin, karena peraturan dapat menciptakan sebuah kedisiplinan, dimana disiplin merupakan tata tertib di sekolah yang menciptakan ketaatan pada peraturan yang dibuat, disiplin mencakup setiap pengaruh yang ditunjukkan untuk membantu peserta didik agar dia dapat memahami dan menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungannya dan juga penting tentang cara menyelesaikan tuntutan yang mungkin ingin ditunjukkan peserta didik terhadap lingkungannya.

Peraturan di sekolah tidak sekedar memberi perhatian dan pembinaan yang menyangkut pengembangan ranah kognitif yang bermuara pada tumbuh dan berkembangnya kecerdasan dan kemampuan intelektual akademik peserta didik sehingga nantinya akan menjadi siswa yang cerdas dan berprestasi.

Pembelajaran di sekolah tampaknya lebih cenderung menekankan pada pencapaian aspek kognitif (Intelektual) yang dilaksanakan melalui berbagai bentuk pendekatan, strategi dan model pembelajaran tertentu.

Sementara, pembelajaran yang secara khusus mengembangkan kemampuan afektif tampaknya masih kurang mendapat perhatian.

Kalaupun dilakukan hanyabbdijuadikan efek pengiring (Nurturant effect) atau menjadi hidden curriculum, yang disisipkan dalam kegiatan pembelajaran yang utama yaitu pembelajaran aspek kognitif dan psikomotorik. Akan tetapi peraturan disekolah juga meliputi hal-hal yang

(30)

berkaitan dengan ranah afektif yaitu pengembangan karakter, kepribadian, budi pekerti dan keimanan yang kokoh sehingga kelak akan menjadi manusia yang bermartabat dan berakhlak mulia. Dari sekian aturan yang dibuat dan diberlakukan tersebut adalah bagian dari realisasi fungsi dan tujuan pendidikan nasional.Sebagaimana dijabarkan Dalam undang- undang RI No. 20 tahun 2003 Bab II, Pasal 3 tentang SISDIKNAS disebutkan bahwa:

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga yang demokratis serta bertanggung jawab.

Berdasarkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional diatas, jelas bahwa pengembangan karakter dan budi pekerti, akhlak mulia mendapatkan tempat yang tidak kalah pentingnya dibanding dengan tujuan lainnya. Pendidikan berkarakter yang saat ini mulai diterapkan pemerintah bertujuan untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai standar kompetensi lulusan. Pendidikan bukanlah sekedar mengajarkan untuk mengisi otak dan kecerdasan anak didik, tetapi pendidikan itu dapat mendidik dan mengatur mereka dengan mengisi rohani mereka, memberikan peraturan yang baik, menambahkan

(31)

dan menumbuhkan pengetahuan dan budi pekerti yang baik dalam segala tindakan dalam kehidupan mereka dan melatih serta membiasakan mereka berbuat amal yang saleh.

Khusus pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) harus memperhatikan pengembangan menyeluruh aspek siswa, yaitu aspek jasmani, akal, dan rohani. Untuk pengembangan menyeluruh ini, kurikulum harus berisi mata pelajaran yang banyak, sesuai dengan tujuan dan pembinaan setiap aspek. Namun, kendala yang dihadapi selama ini adalah aplikasi pengajaran agama di sekolah hanya dipraktikkan ketika pelajaran tersebut diajarkan di lingkungan sekolah.

Tugas guru bukanlah terbatas pada membuat anak pandai saja, melainkan membekali mereka dengan nilai-nilai kehidupan yang mempersiapkan diri mereka menjadi insan yang bertanggungjawab, kerja sama, jujur, hemat, teliti, terampil berbicara di depan publik dan sebagainya. Guru juga harus mampu mengarahkan peserta didik kepada nilai-nilai moral yang luhur sera mendapatkan porsi yang sewajarnya, baik dari sisi kualitas maupun kuntitasnya.

SMP Negeri 2 Pasimarannu merupakan salah satu lembaga pendidikan yang terletak di Kecamatan Pasimarannu Kabupaten Kepulauan Selayar. Dengan adanya lembaga pendidikan tersebut siswa diharapkan menjadi manusia yang memiliki budi pekerti yang baik dan mampu mengamalkan nilai-nilai pendidikan umum maupun nilai-nilai

(32)

pendidikan Agama Islam dalam kehidupan sehari-hari baik dalam lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat, sehingga berguna bagi bangsa, negara, dan agamanya.

Sebagian peserta didik yang pandai dalam penguasaan materi mata pelajaran Pendidikan Agama Islam terkadang masih juga tidak melaksanakan kegiatan keagamaan di sekolah, tidak menghormati guru dan berperilaku kurang baik. Perilaku kurang baik tersebut menciptakan hubungan yang kurang harmonis antara peserta didik, guru dan karyawan.

Secara umum pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang dilaksanakan masih berkaitan erat dengan aspek kognitif, sehingga aspek lain yang juga merupakan aspek penting dalam pembelajaran perlu dikembangkan, terutama aspek afektif.

Selain itu, SMP Negeri 2 Pasimarannu Kabupaten Kepulauan Selayar merupakan Sekolah Menengah Pertama yang berada di daerah kepulauan selayar sehingga perlu untuk menanamkan nilai-nilai agama kepada peserta didik agar menjadi generasi penerus yangmemili karakter dan memiliki iman yamg kuat. Oleh karena itu guru Pendidikan Agama Islam selain melakukan pembelajaran di kelas juga harus melakukan berbagai upaya agar peserta didik memiliki kemampuan untuk mengembangkan potensi afektif sehingga tercipta keteguhan iman dalam diri peserta didik.Berdasarkan hal tersebut di atas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian, dimana lebih memfokuskan pada SMP Negeri 2

(33)

Pasimarannu Kabupaten Kepulauan Selayar. Adapun pokok pembahasannya mengenai Peranan Guru Pendidikan Agama Islam dalam Pengembangkan Potensi Afektif peserta didik di SMP Negeri 2 Pasimarannu Kabupaten Kepulauan Selayar.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dipaparkan di atas penulis mengangkat permasalahan dalam penelitian skripsi ini sebagai berikut :

1. Bagaimana pengembangan potensi afektif peserta didik di SMP Negeri 2 Pasimarannu Kabupaten Kepulauan Selayar?

2. Bagaimana peranan guru Pendidikan Agama Islam dalam pengembangan potensi afektif peserta didik di SMP Negeri 2 Pasimarannu Kabupaten Kepulauan Selayar?

3. Apa faktor penghambat dan pendukung guru Pendidikan Agama Islam dalam pengembangan potensi afektif peserta didik di SMP Negeri 2 Pasimarannu Kebupaten Kepulauan Selayar?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menjawab permasalahan pokok sebagaimana telah dipaparkan pada rumusan masalah di atas, tujuan penelitian skripsi ini adalah :

1. Untuk mengetahui pengembangan potensi afektif peserta didik di SMP Negeri 2 Pasimarannu Kabupaten Kepulauan Selayar.

(34)

2. Untuk mengetahui peranan guru Pendidikan Agama Islam dalam pengembangkan potensi afektif peserta didik di SMP Negeri 2 Pasimarannu Kabupaten Kepulauan Selayar.

3. Untuk mengetahui faktor penghambat dan pendukung guru Pendidikan Agama Islam dalam pengembangan potensi afektif peserta didik di SMP Negeri 2 Pasimarannu Kabupaten Kepulauan Selayar.

D. Manfaat Penelitian

1. Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi insan akademis dalam menambah wawasan dan memperkaya pengetahuan pada peserta didik di SMP Negeri 2 Pasimarannu Kabupaten Kepulauan Selayar.

2. Secara aplikatif penelitian ini diharapkan sebagai bahan bagi pihak sekolah untuk pengembangan potensi afektif peserta didik di SMP Negeri 2 Pasimarannu Kabupaten Kepulauan Selayar.

3. Sebagai pertimbangan untuk pengembangan potensi peserta didik.

(35)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Guru Pendidikan Agama Islam

1. Pengertian Guru Pendidikan Agama Islam

Secara etimologi (harfiah) Guru ialah dalam literatur kependidikan Islam seorang guru biasa disebut sebagai ustadz, mu`alim, murabbiy, mursyid, mudarris, dan mu`addib, yang artinya orang memberikan ilmu pengetahuan dengan tujuan mencerdaskan dan membina akhlak peserta didik agar menjadi orang yang berkepribadian baik.

Ditinjau dari sudut terminologi yang diberikan oleh para ahli dan cerdik cendekiawan, istilah guru adalah sebagai berikut :

1. Menurut Muhaimin dalam bukunya Strategi Belajar Mengajar (2002 : 24) menguraikan “bahwa guru adalah orang yang berwenang dan bertanggung jawab terhadap pendidikan murid- murid, baik secara individual ataupun klasikal. baik disekolah maupun diluar sekolah. Dalam pandangan islam secara umum guru adalah mengupayakan perkembangan seluruh potensi/aspek anak didik, baik aspek cognitive, effective dan psychomotor”.

2. Zakiah Daradjat dalam bukunya Ilmu Pendidikan Islam (2001 : 12) menguraikan bahwa “seorang guru adalah pendidik

10

(36)

Profesional, karenanya secara implisit ia telah merelakan dirinya menerima dan memikul sebagian tanggung jawab pendidikan’.

Menurut UU RI Nomor 14 Tahun 2005 pasal 1 tentang Guru dan Dosen bahwa :

Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.

Guru atau pendidik adalah orang yang mempunyai banyak ilmu, mau mengamalkan dengan sungguh-sungguh, toleran dan menjadikan peserta didiknya lebih baik dalam segala hal. Dalam Islam, makna guru atau pendidik pada prinsipnya tidak hanya mereka yang mempunyai kualifikasi keguruan secara formal diperoleh dari bangku sekolah perguruan tinggi, melainkan yang terpenting adalah mereka yang mempunyai kompetensi keilmuan tertentu dan dapat menjadikan orang lain pandai dalamsegi kognitif, afektif,dan psikomotorik.

Sebagaimana disebutkan dalam Quran Surah An-nisa (4) ayat 9 adalah :

































Terjemahnya :

Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.

(37)

Secara konvensional guru paling tidak harus memiliki tiga kualifikasi dasar, yaitu menguasai materi, antusiasme, dan penuh kasih sayang (loving) dalam mengajar dan mendidik.

Moh. Uzer Usman (2004:7) dalam bukunya Menjadi Guru Profesional telah memberikan penjelasan tentang arti mendidik :

Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup.” Dengan demikian, bila arti guru dikaitkan dengan arti mendidik yang telah disebutkan, maka pengertian “guru sebagai pendidik” adalah orang yang pekerjaannya mengarahkan, membimbing, mengajar, memelihara, dan melatih peserta didik dengan tujuan agar peserta didik dapat memiliki pengetahuan, akhlak terpuji, dan kecerdasan dalam berpikir. Dengan kata lain, guru sebagai pendidik adalah orang yang bertugas selain memberikan pelajaran berupa ilmu pengetahuan dan keterampilan kepada peserta didik, juga sekaligus melatih, membimbing dan mengarahkan peserta didiknya agar dapat berakhlak mulia dan berpikir secara cerdas.

2. Fungsi dan Tugas Guru Pendidikan Agama Islam

Guru sebagai pendidik, bukan hanya bertugas memindahkan ilmu pengetahuan (transfer of knowledge) yang dikuasainya kepada peserta didiknya, melainkan juga berusaha membentuk akhlak dan kepribadian peserta didiknya, sehingga menjadi lebih dewasa dan memiliki kecerdasan (intelektual, emosional dan spiritual) yang lebih matang serta bisa bertanggung jawab.

Mengingat tugas atau peran guru agama seperti yang dijelaskan di atas, maka peran guru dalam membentuk kepribadian siswanya meliputi :

(38)

a. Guru sebagai Pengajar

Sebagai pengajar, guru bertugas membina perkembangan pengetahuan sikap dan keterampilan. Guru merupakan peran pertama untuk peserta ddik pada jenjang dasar (SD dan SMP). Peran ini lebih tampak sebagai teladan bagi peserta didik, sebagai role model, memberikan contoh dalam hal sikap dan perilaku, membentuk kepribadian peserta didik.

b. Guru sebagai pembimbing dan pemberi bimbingan

Pemberian bimbingan bagi guru agama meliputi bimbingan belajar dan bimbingan perkembangan sikap keagamaan. Dengan demikian membimbing dan pemberian bimbingan dimaksudkan agar setiap murid diinsyafkan mengenai kemampuan dan potensi diri murid yang sebenarnya dalam kapasitas belajar dan bersikap. Jangan sampai murid menganggap rendah atau meremehkan kemampuannya sendiri dalam potensinya untuk belajar dan bersikap sesuai dengan ajaran agama islam.

Dalam kaitan ini, H.M Arifin (1993:125) menegaskan : “bahwa sebagai pendidik, guru mampu menempatkan dirinya sebagai pengarah dan pembina dalam mengembangkan bakat dan kemampuan anak didik ke arah titik maksimal”.

Dengan demikian, seorang guru bukan hanya mengajarkan ilmu- ilmu pengetahuan saja, tetapi lebih penting pula membentuk watak dan

(39)

pribadi anak didiknya dengan akhlak dan ajaran-ajaran Islam. Guru dalam konsep Islam adalah sumber ilmu dan moral. Ia merupakan tokoh identifikasi dalam hal keluasan ilmu dan keluruhan akhlaknya, sehingga peserta didiknya selalu berupaya untuk mengikuti langkah- langkahnya. Kesatuan antara kepemimpinan moral dan keilmuan dalam diri seorang guru dapat menghindarkan peserta didik dari bahaya keterpecahan pribadi.

c. Guru sebagai tenaga administrasi

Guru bertugas sebagai tenaga administrasi bukan berarti sebagai pegawai kantor, melainkan sebagai pengelola kelas. Adapun konsekuensi dari pengelolaan yang baik adalah meningkatnya prestasi guru dan meningkatnya efektivitas dari situasi belajar mengajar.

Sekurang-kurangnya yang harus dipelihara guru secara terus menerus, ialah : suasana keagamaan, kerjasama, rasa persatuan, dan perasaan puas pada murid terhadap pekerjaan dan kelasnya. Dengan terjadi pengelolaan yang baik, maka guru akan lebih mudah mempengaruhi murid di kelasnya dalam rangka pendidikan dan pangajaran agama Islam khususnya.

Guru dapat diartikan sebagai orang yang tugasnya terkait dengan upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dalam semua aspeknya, baik spiritual dan emosional intelektual, fisikal maupun aspek lainnya.

(40)

Tugas guru pendidikan agama Islam sebagai pendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup kepada anak didik.

Tugas sebagai pengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi kepada anak didik.

Oleh karena itu jika dilihat lebih rinci lagi maka tugas guru Pendidikan Agama Islam adalah :

1) Mengajarkan ilmu pengetahuan Islam 2) Menanamkan keimanan dalam jiwa anak 3) Mendidik anak agar taat menjalankan agama 4) Mendidik anak agar berbudi pekerti yang mulia

Memperhatikan pentingnya perkembangan yang baik dan terarah suatu pendidikan di sekolah, maka guru pendidikan agama Islam juga harus memperhatikan program dan rancangan kegiatan yang akan diberikan terhadap anak didik. Adapun program-program di sekolah yang harus dilakukan oleh guru agama Islam adalah sebagai berikut :

a. Membuat persiapan atau program pengajaran yang terdiri dari:

1) Program tahunan pelaksanaan kurikulum 2) Program semester/catur wulan

3) Perencanaan program mengajar b. Mengajar atau melaksanaan pembelajaran

1) Menyampaikan materi (dalam GBPP) 2) Menggunakan metode mengajar

(41)

3) Menggunakan media/sumber

4) Mengelola kelas/mengelola interaksi belajar mengajar c. Melaksanakan/mengevaluasi hasi pengajaran

1) Menganalisa hasil belajar 2) Mengevaluasi hasil belajar

3) Melaksanakan program perbaikan dan pengayaan

Dengan demikian tugas guru pendidikan agama Islam ialah menjadi pendidik yang diserahi tugas untuk mendidik, baik dari segi jasmani maupun rohani (akal dan akhlak) anak didik. Tugas guru bukan hanya menyampaikan ilmu pengetahuan dan mengisi penuh pikiran mereka dengan ilmu pengetahuan itu, akan tetapi bertugas membina murid menjadi orang dewasa, maka dia bertanggung jawab untuk menguatkan jasmani murid, menumbuhkan pengertian mereka terhadap apa yang diajarkan kepadanya dari berbagai ilmu pengetahuan, dalam usaha membentuk akalnya, membina akhlaknya, dengan mengambil tindakan dengan tangannya (bila perlu), menolongnya dalam mencari ilmu pengetahuan, membangkitkan kecintaan untuk mencari pengetahuan kecintaannya menjalankan tugas itu, memberikan makanan rohani bagi murid dan menanamkan dalam jiwanya akhlak yang mulia dan menjadikannya orang yang baik adat istiadatnya.

3. Peranan Guru Pendidikan Agama Islam

(42)

Pada dasarnya peranan guru Pendidikan Agama Islam dan guru umum itu sama, yaitu sama-sama berusaha untuk memindahkan ilmu pengetahuan yang ia miliki kepada anak didiknya, agar mereka lebih banyak memahami dan mengetahui ilmu pengetahuan yang lebih luas lagi.

Menurut Syaiful Bahri Djamarah dalam bukunya “Guru Dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif (2000 : 56) menyebutkan peranan guru agama Islam adalah seperti diuraikan di bawah ini:

a. Korektor

Sebagai korektor, guru harus bisa membedakan mana nilai yang baik dan mana nilai yang buruk. Kedua nilai yang berbeda itu harus betul- betul dipahami dalam kehidupan di masyarakat. Kedua nilai ini mungkin telah anak didik miliki dan mungkin pula telah mempengaruhinya sebelum anak didik masuk sekolah.

Semua nilai yang baik harus guru pertahankan dan semua nilai yang buruk harus disingkirkan dari jiwa dan watak anak didik. Bila guru membiarkannya, berarti guru telah mengabaikan peranannya sebagai seorang korektor, yang menilai dan mengoreksi semua sikap, tingkah laku, dan perbuatan anak didik. Koreksi yang harus guru lakukan terhadap sikap dan sifat anak didik tidak hanya disekolah, tetapi diluar sekolah pun harus dilakukan.

b. Inspirator

(43)

Sebagai inspirator, guru harus dapat memberikan ilham yang baik bagi kemajuan belajar anak didik. Persoalan belajar adalah masalah utama anak didik. Guru harus dapat memberikan petunjuk bagaimana cara belajar yang baik. Petunjuk itu tidak mesti harus bertolak dari sejumlah teori-teori belajar, dari pengalaman pun bisa dijadikan petunjuk bagaimana cara belajar yang baik. Yang penting bukan teorinya, tetapi bagaimana melepaskan masalah yang dihadapi anak didik.

c. Informator

Sebagai informator, guru harus bisa memberikan informasi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, selain sejumlah bahan pelajaran untuk setiap mata pelajaran yang telah diprogramkan dalam kurikulum. Informasi yang baik dan efektif diperlukan dari guru. Kesalahan informasi adalah racun bagi anak didik. Untuk menjadi informator yang baik dan efektif, penguasaan bahasalah sebagai kunci, ditopang dengan penguasaan bahan yang akan diberikankepada anak didik. Informator yang baik adalah guru yang mengerti apa kebutuhan anak didik dan mengabdi untuk anak didik.

d. Organisator

Sebagai organisator, adalah sisi lain dari peranan yang diperlukan dari guru. Dalam bidang ini guru memiliki kegiatan pengelolaan kegiatan akademik, menyusun tata tertib sekolah, menyusun kalender akademik,

(44)

dan sebagainya. Semua diorganisasikan sehingga dapat mencapai efektivitas dan efisiensi dalam belajar pada diri anak didik.

e. Motivator

Sebagai motivator guru hendaklah dapat mendorong anak didik agar bergairah dan aktif belajar. Dalam upaya memberikan motivasi, guru dapat menganalisis motif-motif yang melatarbelakangi anak didik malas belajar dan menurun prestasinya di sekolah. Setiap saat guru harus bertindak sebagai motivator, karena dalam interaksi edukatif tidak mustahil ada diantara anak didik yang malas belajar dan sebagainya.

Motivasi dapat efektif bila dilakukan dengan memperhatikan kebutuhan anak didik. Penganekaragaman cara belajar memberikan penguatan dan sebagainya, juga dapat memberikan motivasi pada anak didik untuk lebih bergairah dalam belajar. Peranan guru sebagai motivator sangat penting dalam interaksi edukatif, karena menyangkut esensi pekerjaan mendidik yang membutuhkan kemahiran sosial, menyangkut performance dalam personalisasi dan sosialisasi diri.

Guru sebagai motivator hendaknya dapat mendorong agar siswa mau melakukan kegiatan belajar, guru harus menciptakan kondisi kelas yang merangsang siswa melakukan kegiatan belajar, baik kegiatan individual maupun kelompok. Stimulasi atau rangsangan belajar para siswa bisa ditumbuhkan dari dalam diri siswa dan bisa ditumbuhkan dari luar diri siswa.

(45)

f. Inisiator

Dalam peranannya sebagai inisiator guru harus dapat menjadi pencetus ide-ide kemajuan dalam pendidikan dan pengajaran. Proses interaksi edukatif yang ada sekarang harus diperbaiki sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang pendidikan.

Kompetensi guru harus diperbaiki, keterampilan penggunaan media pendidikan dan pengajaran harus diperbaharui sesuai kemajuan media komunikasi dan informasi abad ini. Guru harus menjadikan dunia pendidikan, khususnya interaksi edukatif agar lebih baik dari dulu. Bukan mengikuti terus tanpa mencetuskan ide-ide inovasi bagi kemajuan pendidikan dan pengajaran.

g. Fasilitator

Sebagai fasilitator, guru hendaknya dapat menyediakan fasilitas yang memungkinkan kemudahan kegiatan belajar anak didik. Lingkungan belajar yang tidak menyenangkan, suasana ruang kelas yang pengap, meja dan kursi yang berantakan, fasilitas belajar yang kurang tersedia, menyebabkan anak didik malas belajar. Oleh karenaitu menjadi tugas guru bagaimana menyediakan fasilitas, sehingga akan tercipta lingkungan belajar yang menyenangkan anak didik.

h. Pembimbing

Peranan guru yang tidak kalah pentingnya dari semua peran yang telah disebutkan di atasadalah sebagai pembimbing. Peranan yang harus

(46)

lebih di pentingkan, karena kehadiran guru di sekolah adalah untuk membimbing anak didik menjadi manusia dewasa susila yang cakap.

Tanpa bimbingan, anak didik akan mengalami kesulitan dalam menghadapi perkembangan dirinya.

i. Pengelola Kelas

Sebagai pengelola kelas, guru hendaknya dapat mengelola kelas dengan baik, karena kelas adalah tempat berhimpun semua anak didik dan guru dalam rangka menerima bahan pelajaran dari guru. Kelas yang dikelola dengan baik akan menunjang jalannya interaksi edukatif.

Sebaliknya, kelas yang tidak dikelola dengan baik akan menghambat kegiatan pengajaran. Anak didik tidak mustahil akan merasa bosan untuk tinggal lebih lama di kelas. Hal ini akan berakibat mengganggu jalannya proses interaksi edukatif. Kelas yang terlalu padat dengan anak didik, pertukaran udara kurang, penuh kegaduhan, lebih banyaktidak menguntungkan bagi terlaksananya interaksi edukatif yang optimal.

j. Evaluator

Sebagai evaluator, guru dituntut untuk menjadi seorang evaluator yang baik dan jujurbaikterhadapkepribadian maupunkemampuananak didik.

Sebagai evaluator, guru tidak hanya menilai produk (hasil pengajaran), tetapi juga menilai proses (jalannya pengajaran). Dari kedua

(47)

kegiatan ini akan mendapatkan umpan balik (feedback) tentang pelaksanaan interaksi edukatif yang telah dilakukan.

Adapun tugas guru dijelaskan dalam (UU No. 20/2003, ps. 39, ayat 2) dijelaskan bahwa :

Guru merupakan pendidik profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.

Berdasarkan undang-undang di atas dapat dipahami bahwa tugas guru pendidikan agama islam bukan hanya mengajar saja, tetapi lebih jauh dari itu, yakni mulai dari merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, sampai kepada mengevaluasi hasil pembelajaran.

Peranan guru merupakan tingkatan kedua setelah pendidikan dalam keluarga. Peranan guru yakni mendidik dan mengajar serta memperbaiki dan memperhalus tingkah laku anak didik yang dibawa dari keluarganya. Peran seorang guru yang sebagai pendidik harus memikul tanggung jawab untuk mendidik. Guru yang ada di sekolah merupakan pendidik formal secara langsung menerima kepercayaan dari sekolah maupun masyarakat untuk memangku jabatan dan tanggungjawab pendidikan.

Perubahan perilaku pada dasarnya dipengaruhi oleh pendidikan yang ia terima sepanjang hayatnya, pendidikan ini bukan saja sebatas

(48)

yang formal seperti sekolah atau kursus-kursus namun dalam arti luas artinya segala sesuatu yang diterima manusia melalui panca indera itu menjadi bagain dari pendidikan.

Sebagaimana digambarkan dalam Quran Surat al-Alaq (96) :1-5 yang berbunyi:



















































Terjemahnya :

1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, 2. Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah.

3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, 4. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam

5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.(Kementrian Agama RI 2010)

Melihat, mendengar, merasa, dan meraba merupakan komponen penting dalam pendidikan, dan itu sangat-sangat mudah ia dapatkan dari lingkungan, baik lingkungan pendidikan formal atau non formal.

B. Potensi Afektif

1. Pengertian Potensi Afektif

Potensi afektif atau ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai. Beberapa pakar mengatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya bila seseorang telah memiliki kekuasaan kognitif tingkat tinggi. Ciri-ciri hasil belajar afektif

(49)

akan tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah laku bdalam kehidupan sehari-harinya misalnya melakukan perbuatan yang baik.

Potensi afektif ini harus dikembangkan oleh peserta didik agar dalam kehidupan keluarga, masyarakat, sekolah maupun dalam kehidupan sehari-harinya peserta didik memiliki akhlak yang baik. Ranah afektif adalah sesuatu yang tampak dalam bentuk kecenderungan- kecenderungan berperilaku. Ranah afektif menjadi lebih rinci lagi ke dalam lima jenjang, yaitu:

1. Receiving atau attending ( menerima atua memperhatikan)

Yaitu kepekaan seseorang dalam menerima rangsangan (stimulus) dari luar yang datang kepada dirinya dalam bentuk masalah, situasi, gejala dan lain-lain. Receiving atau attenting juga sering di beri pengertian sebagai kemauan untuk memperhatikan suatu kegiatan atau suatu objek.

Pada jenjang ini peserta didik dibina agar mereka bersedia menerima nilai atau nilai-nilai yang di ajarkan kepada mereka, dan mereka mau menggabungkan diri kedalam nilai itu atau meng-identifikasikan diri dengan nilai itu. Contah hasil belajar afektif jenjang receiving , misalnya:

Peserta didik bahwa disiplin wajib di tegakkan, sifat malas dan tidak di siplin harus disingkirkan jauh-jauh.

2. Responding (menanggapi)

Mengandung arti “adanya partisipasi aktif”. Jadi kemampuan menanggapi adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk mengikut sertakan dirinya secara aktif dalam fenomena tertentu dan

(50)

membuat reaksi terhadapnya salah satu cara. Jenjang ini lebih tinggi daripada jenjang receiving. Contoh hasil belajar ranah afektif responding adalah peserta didik tumbuh hasratnya untuk mempelajarinya lebih jauh atau menggali lebih dalam lagi ajaran-ajaran Islam tentang kedisiplinan.

3. Valuing (menilai atau menghargai)

Menilai atau menghargai artinya memberikan nilai atau memberikan penghargaan terhadap suatu kegiatan atau obyek, sehingga apabila kegiatan itu tidak dikerjakan, dirasakan akan membawa kerugian atau penyesalan. Valuing merupakan tingkat afektif yang lebih tinggi lagi daripada receiving dan responding. Dalam kaitan dalam proses belajar mengajar, peserta didik disini tidak hanya mau menerima nilai yang diajarkan tetapi mereka telah berkemampuan untuk menilai konsep atau fenomena, yaitu baik atau buruk. Bila suatu ajaran yang telah mampu mereka nilai dan mampu untuk mengatakan “itu adalah baik”, maka ini berarti bahwa peserta didik telah menjalani proses penilaian. Nilai itu mulai dicamkan (internalized) dalam dirinya. Dengan demikian nilai tersebut telah stabil dalam peserta didik. Contoh hasil belajar efektif jenjang valuing adalah tumbuhnya kemampuan yang kuat pada diri peseta didik untuk berlaku disiplin, baik disekolah, dirumah maupun di tengah- tengah kehidupan masyarakat.

4. Organization (mengatur atau mengorganisasikan)

Artinya mempertemukan perbedaan nilai sehingga terbentuk nilai baru yang universal, yang membawa pada perbaikan umum. Mengatur

(51)

atau mengorganisasikan merupakan pengembangan dari nilai kedalam satu sistem organisasi, termasuk didalamnya hubungan satu nilai dengan nilai lain, pemantapan dan perioritas nilai yang telah dimilikinya. Contoh nilai efektif jenjang organization adalah peserta didik mendukung penegakan disiplin nasional yang telah dicanangkan oleh bapak presiden Soeharto pada peringatan hari kemerdekaan nasional tahun 1995.

5. Characterization by evalue or calue complex(karakterisasi dengan suatu nilai atau komplek nilai)

Yakni keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki oleh seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya.

Disini proses internalisasi nilai telah menempati tempat tertinggi dalal suatu hirarki nilai. Nilai itu telah tertanam secara konsisten pada sistemnya dan telah mempengaruhi emosinya. Ini adalah merupakan tingkat efektif tertinggi, karena sikap batin peserta didik telah benar-benar bijaksana. Ia telah memiliki phyloshopphy of life yang mapan. Jadi pada jenjang ini peserta didik telah memiliki sistem nilai yang telah mengontrol tingkah lakunya untuk suatu waktu yang lama, sehingga membentu karakteristik “pola hidup” tingkah lakunya menetap, konsisten dan dapat diramalkan. Contoh hasil belajar afektif pada jenjang ini adalah siswa telah memiliki kebulatan sikap wujudnya peserta didik menjadikan perintah Allah SWT yang tertera di Al-quran menyangkut kedisiplinan, baik kedisiplinan sekolah, dirumah maupun ditengah-tengan kehidupan masyarakat.

(52)

Tujuan aspek afektif ini adalah berorientasi pada kemampuan akhlak atau perilaku yang tampak bagi peserta didik yaitu berperilaku yang baik dalam kehidupan sehari-hari, maupun kehidupan peserta didik di dalam lingkungan sekolah.

Ranah afektif ini merupakan ranah yang berkaitan dengan perilaku dan nilai, serta tingkahlaku dalam kehidupan peserta didik baik di lingkungan sekolah, keluarga maupun kehidupan di lingkungan masyarakat. Peserta didik ketika sudah memiliki potensi afektif maka peserta didik akan mampu berperilaku dengan baik dalam kehidupan sehari-harinya.

2. Karakteristik yang dikembangkan dalam Potensi Afektif Peserta Didik

Pemikiran atau perilaku harus memiliki dua kriteria untuk diklasifikasikan sebagai ranah afektif (Andersen, 1981:4) :

Pertama, perilaku melibatkan perasaan dan emosi seseorang.

Kedua, perilaku harus tipikal perilaku seseorang. Kriteria lain yang termasuk ranah afektif adalah sikap, minat, intensitas, arah, dan target.

Berikut ini ada lima karakteristik afektif yang penting untuk dikembangkan berdasarkan tujuannya, yaitu :

a. Sikap

Sikap merupakan suatu kencendrungan untuk bertindak secara suka atau tidak suka terhadap suatu objek. Sikap dapat dibentuk melalui cara mengamati dan menirukan sesuatu yang positif, kemudian melalui

(53)

penguatan serta menerima informasi verbal. Perubahan sikap dapat diamati dalam proses pembelajaran, tujuan yang ingin dicapai, keteguhan, dan konsistensi terhadap sesuatu. Penilaian sikap adalah penilaian yang dilakukan untuk mengetahui sikap peserta didik terhadap mata pelajaran, kondisi pembelajaran, pendidik, dan sebagainya.Menurut Fishbein dan Ajzen (1975) : “Sikap adalah suatu predisposisi yang dipelajari untuk merespon secara positif atau negatif terhadap suatu objek, situasi, konsep, atau orang.

Sikap peserta didik terhadap mata pelajaran Pendidikan Agama Islam harus lebih positif setelah peserta didik mengikuti pembelajaran Pendidikan Agama Islam dibanding sebelum mengikuti pembelajaran.

Perubahan ini merupakan salah satu indikator keberhasilan pendidik dalam melaksanakan proses pembelajaran. Untuk itu pendidik harus membuat rencana pembelajaran termasuk pengalaman belajar peserta didik yang membuat sikap peserta didik terhadap mata pelajaran menjadi lebih positif.

b. Minat

Getzel (1966) mengemukakan bahwa :

minat adalah suatu disposisi yang terorganisir melalui pengalaman yang mendorong seseorang untuk memperoleh objek khusus, aktivitas, pemahaman, dan keterampilan untuk tujuan perhatian atau pencapaian.

Sedangkan menurut kamus besar bahasa Indonesia (1990: 583) minat atau keinginan adalah kecenderungan hati yang tinggi terhadap

(54)

sesuatu. Hal penting pada minat adalah intensitasnya. Secara umum minat termasuk karakteristik afektif yang memiliki intensitas tinggi.Penilaian minat dapat digunakan untuk mengetahui minat peserta didik sehingga mudah untuk pengarahan dalam pembelajaran,mengetahui bakat dan minat peserta didik yang sebenarnya,pertimbangan penjurusan dan pelayanan individual peserta didik, dan menggambarkan keadaan langsung di lapangan/kelas. Mengelompokkan peserta didik yang memiliki minat yang sama.

c. Konsep diri

Menurut Smith, konsep diri adalah evaluasi yang dilakukan individu terhadap kemampuan dan kelemahan yang dimiliki. Target, arah, dan intensitas konsep diri pada dasarnya seperti ranah afektif yang lain. Target konsep diri biasanya orang tetapi bisa juga institusi seperti sekolah. Arah konsep diri bisa positif atau negatif, dan intensitasnya bisa dinyatakan dalam suatu daerah kontinum, yaitu mulai dari rendah sampai tinggi.Konsep diri ini penting untuk menentukan jenjang karir peserta didik, yaitu dengan mengetahui kekuatan dan kelemahan diri sendiri, dapat dipilih alternatif karir yang tepat bagi peserta didik. Selain itu informasi konsep diri penting bagi sekolah untuk memberikan motivasi belajar peserta didik dengan tepat.

d. Nilai

Nilai menurut Rokeach (1968) merupakan suatu keyakinan tentang perbuatan, tindakan, atau perilaku yang dianggap baik dan yang dianggap

(55)

buruk. Selanjutnya dijelaskan bahwa sikap mengacu pada suatu organisasi sejumlah keyakinan sekitar objek spesifik atau situasi, sedangkan nilai mengacu pada keyakinan.Target nilai cenderung menjadi ide, target nilai dapat juga berupa sesuatu seperti sikap dan perilaku. Arah nilai dapat positif dan dapat negatif. Selanjutnya intensitas nilai dapat dikatakan tinggi atau rendah tergantung pada situasi dan nilai yang diacu.

Abid (2001 : 180) mengemukakan bahwa :

Seseorang yang mempelajari nilai hidup tertentu dan moral, kemudian berhasil memiliki sikap dan tingkah laku sebagai pencerminan nilai hidup itu umumnya adalah seseorang yang hidup dalam lingkungan yang secara positif, jujur, konsekuen. Ini berarti usaha pengembangan tingkah laku tidak hanya menggunakan pendekatan-pendekatan intelektual tapi juga mengutamakan lingkungan yang kondusif dimana faktor-faktor lingkungan itu merupakan penjelmaan yang konkret dari nilai-nilai tersebut.

Karena lingkungan merupakan aspek yang sangat luas dan bervariasi, maka yang perlu diperhatikan adalah lingkungan sekolah dan keluarga.

e. Moral

Piaget dan Kohlberg banyak membahas tentang perkembangan moral anak. Namun Kohlberg mengabaikan masalah hubungan antara judgement moral dan tindakan moral. Ia hanya mempelajari prinsip moral seseorang melalui penafsiran respon verbal terhadap dilema hipotetikal atau dugaan, bukan pada bagaimana sesungguhnya seseorang bertindak.Moral berkaitan dengan perasaan salah atau benar terhadap kebahagiaan orang lain atau perasaan terhadap tindakan yang dilakukan diri sendiri. Misalnya menipu orang lain, membohongi orang lain, atau

(56)

melukai orang lain baik fisik maupun psikis. Moral juga sering dikaitkan dengan keyakinan agama seseorang, yaitu keyakinan akan perbuatan yang berdosa dan berpahala. Jadi moral berkaitan dengan prinsip, nilai, dan keyakinan seseorang.Ranah afektif lain yang penting adalah kejujuran, integritas, adil dan kebebasan. Sebagaimana dijelaskan dalam Quran Surat Al-qashas (28) ayat 77 :























































Terjemahnya :

Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah Telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi.

Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. (Alquranul karim)

Dari ayat di atas dijelaskan bahwa setiap manusia harus saling berbuat baik dan menanamkan nilai dan norma moral baik di lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat.

Referensi

Dokumen terkait

Para penentang penggunaan nama Allah juga pemuja nama Yahweh memperlihatkan adanya spirit imperialisme Yahudi dan Islam fobia, karena mereka memaksakan tradisi

Broken home biasanya digambarkan untuk menggambarkan keluarga yang berantakan akibat orangtua yang tidak lagi peduli dengan situasi dan keadaan keluarga di

Pihak rahin dan murtahin boleh memanfaatkan barang gadai sebagai pengganti atas biaya pemeliharaan, perawaran dan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk menjaga

Jobdiscribtion : Pemilik saham terbesar, sebagai dewan Pengawasan dan Evaluasi seluruh rumah makan PTM. Serta menjadi atasan para pimpinan RM PTM setiap cabang

Nilai dari GPSR pada data uji ke-5 memiliki nilai routing overhead yang lebih baik dibandingkan dengan nilai routing overhead yang dimiliki protokol GPSO dimana protokol

Setelah menyimak teks tentang permainan tradisional, siswa mampu menyajikan gagasan utama dan gagasan pendukung setiap paragraf dari teks tulis dalam bentuk peta pikiran

Dengan diketahuinya analisis rasio likuiditas , solvabilitas , dan rentabilitas yang dikemukakan sebelumnya, maka dapat diketahui kinerja keuangan perusahaan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan, maka kesimpulan dari penelitian eksperimen ini adalah berdasarkan pengujian hipotesis atas tanda diperoleh hasil