1
TUGAS AKHIR LAPORAN KARYA SENI
Oleh:
JAKA PRATAMA NIM: I1D117033
PROGRAM STUDI SENI DRAMA TARI DAN MUSIK JURUSAN SEJARAH SENI DAN ARKEOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI DESEMBER 2022
“KASEH DUE WANG”
1 1
LAPORAN KARYA SENI
Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana Strata-1 Program Studi Seni Drama Tari dan Musik
Oleh:
JAKA PRATAMA NIM: I1D117033
PROGRAM STUDI SENI DRAMA TARI DAN MUSIK JURUSAN SEJARAH SENI DAN ARKEOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI DESEMBER 2022
i
HALAMAN PENGESAHAN
ii
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Jaka Pratama NIM : I1D117033
Program Studi: Seni Drama Tari dan Musik
Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi/Laporan Karya Seni dengan judul “Kaseh Due Wang” benar-benar karya sendiri dan bukan merupakan jiplakan dari hasil karya seni pihak lain. Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa Skripsi/Laporan Karya Seni ini merupakan jiplakan atau plagiat, saya bersedia menerima sanksi dicabut gelar dan ditarik ijazah.
Demikianlah pernyataan ini dibuat dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab.
Jambi, 23 Desember 2022 Yang membuat pernyataan,
Materai Rp 10.000
Jaka Pratama NIM: I1D117033
iii
"Sebagai umat Islam yang beriman dan bertakwa, kita harus menyadari bahwa manusia tidak akan pernah bisa menjalani hidup tanpa kehadiran Allah SWT.
Pada dasarnya, kehidupan di dunia ini tak selamanya indah. Kesedihan, kebahagiaan, suka, dan duka datang silih berganti. Tidak ada seorang pun manusia yang terus hidup dalam kesenangan begitu juga dengan sebaliknya.
Dalam kehidupan ini, apapun yang terjadi harus dihadapi dengan tenang dan ikhlas semata-mata hanya karena Allah SWT.
iv
Jaka Pratama. 2022. Kaseh Due Wang: Laporan karya seni Program Studi Seni Drama, Tari dan Musik: Skripsi, Jurusan Sejarah Seni dan Arkeologi FKIP Universitas Jambi, Pembimbing: (I), Indra Gunawan S.Sn.,M.Sn. (II) Ofa Yutri Kumala S.Sn.,M.Sn.,
Kata Kunci: Komposisi, transformasi, ekspresi, tradisional, musik binery.
Mandi Kasai adalah salah satu prosesi yang terdapat pada rangkaian kegiatan upacara adat perkawinan masyarakat Lubuklinggau, yang merupakan fase menjelang bagian terakhir dalam rangkaian upacara adat perkawinan daerah dengan diiringi oleh alat musik Gendang dan Gong. Teks pantun atau lirik dinyanyikan secara bergantian oleh orang tua dan anak. Dalam tradisi upacara adat Mandi Kasai terdapat idiom musikal misalnya scale (tangga nada), bentuk pola melodi dan iringan. Tujuan penciptaan ini adalah mentransformasikan idiom musikal Mandi Kasai dalam bentuk komposisi musik 2 gerakan. Proses penciptaan menggunakan metode observasi dan pengumpulan data, elaborasi, eksperimen, dan perwujudan baik struktur maupun tekstur. Luarannya berupa karya musik yang menyajikan musik dengan mengekspresikan perjalanan anak yang hendak pergi ke kehidupan berumah tangga. Karya ini disajikan dalam bentuk orkestra. Dengan judul: “Kaseh Due Wang”.
v
KATA PENGANTAR
Karya ini berjudul Kaseh Due Wang. Merupakan komposisi musik 2 gerakan pengkarya sebagaimana mengekspresikan perjalanan anak yang hendak pergi ke kehidupan berumah tangga. Karya ini di dasari dari Upacara Adat Mandi Kasai.
Adapun material musiknya di adaptasi dari vocal, gendang dan gong. Komposisi ini juga menjadi salah satu upaya dalam menemukan karakter musik di daerah Provinsi Sumatra Selatan.
Pembuatan karya ini tentu saja mendapatkan bantuan dan sokongan dari berbagai pihak yang oleh karenanya pengkarya patut mengucapkan rasa terimakasih dan penghargaan atas sokongan dan bantuan itu.
Selesainya penelitian yang dilakukan sampai terwujud menjadi skripsi ini tidak akan pernah dapat diraih tanpa rahmat dari Allah Subhanahuwataala. Untuk itu, sudah sepantasnya puji syukur penulis sampai kehadirat Allah Subhanahuwataala, atas segala rahmat-Nya.
Terima kasih, terutama kepada Bapak Indra Gunawan, S.Sn.,M.Sn.
selaku dosen pembimbing I yang dengan kesabaran, keikhlasan, dan sifat kebapakannya telah membimbing dan memotivasi penulis untuk menyelesaikan karya dan laporan penulisan karya ini. Semua itu akan penulis kenang sebagai bekal di masa mendatang.
Begitu juga Ibu Ofa Yutri Kumala, S.Sn.,M.Sn. yang dengan ketelitian, kesabaran, dan hatinya dalam menasehati penulis dalam berpikir, untuk tidak menyerah memperbaiki kesalahan atau kekeliruan yang masih muncul dalam penyusunan skripsi ini. Semoga Allah Subhanahuwataala tetap memberikan yang terbaik untuk beliau.
Bapak Prof. Dr. Mahdi Bahar, S.Kar.,M.Hum, dan Bapak Doni Kurniawan, S.Sn.,M.Sn, terima kasih atas saran dan kritikan yang telah diberikan dalam seminar proposal dan ujian skripsi ini. Semoga ilmu dan kekritisan Bapak-bapak dan Ibu membuat skripsi ini lebih sempurna.
Untuk Dosen Program Sendratasik FKIP Universitas Jambi yang telah membagi ilmunya, kepada Bapak Doni Kurniawan,S.Sn.,M.Sn, Uswan Hasan,S.Sn.,M.Sn, dan Bapal Masvil Tomi,S.Sn.,M.Sn, sebagai dosen pengampu di Program Studi Seni Drama Tari dan Musik.
Secara khusus kepada kedua orang tua tercinta yang tiada hentinya
mendoakan dan memberi perhatian untuk kesuksesan, penulis sampaikan terima kasih yang sangat mendalam. Semoga jerih payah beliau mendapat imbalan dari Allah SWT dan telah memperkuat keyakinan penulis bahwa tanpa beliau penulis tidak akan pernah ada dan tidak akan pernah berhasil.
vi
Teristimewa untuk seluruh rekan-rekan yang menempuh pendidikan di Sendratasik terimakasih atas ilmu dan pengalaman berkesenian yang luar biasa ini.
"semoga sukses dan semangat kawan''.
Terakhir, tanpa pernah bermaksud melupakan, ada banyak nama lain yang mungkin tidak tercatat dalam kesempatan ini karena keterbatasan ruang. Namun begitu, pengkarya yakin bahwa segala kebaikan dari banyak nama lain itu juga telah turut membantu penyelesaian tugas akhir ini dan karenanya pengkarya ucapkan termakasih yang sebesar-besarnya dengan segala ketulusan dan kerendahan hati.
Akhir kata, semoga laporan karya ini bermanfaat
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN PERSETUJUAN ... i
HALAMAN PENGESAHAN... ii
HALAMAN PERNYATAAN ... iii
MOTTO... iv
ABSTRAK ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB I ... 1
PENDAHULUAN...1
1.1 Judul Karya... 1
1.2 Latar Belakang Penciptaan ... 2
1.3 Tujuan Penciptaan ... 10
1.4 Manfaat Penciptaan ... 11
1.5 Kajian Pustaka ... 11
BAB II: ... 15
METODE PENCIPTAAN ... 15
2.1 Rancangan Karya... 15
2.2 Metode Penciptaan ... 19
2.3 Jadwal Penggarapan Karya... 22
BAB III ... 23
DESKRIPSI KARYA DAN PERTUNJUKAN... 23
3.1 Struktur Dramatik ... 23
3.2 Pendukung Karya ... 25
3.3 Deskripsi Karya ... 29
BAB IV ... 51
PENUTUP ... 51
4.1 Kesimpulan... 52
4.2 Saran ... 52
DAFTAR PUSTAKA ... 53
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Format Instrumentasi...19
Tabel 1.2 jadwal penggarapan karya ...22
Tabel 2.1 Klasifikasi dalam karya Kaseh Due Wang bagian I………..….23
Tabel 2.2 Klasifikasi dalam karya Kaseh Due Wang bagian II. ...24
Tabel 2.3 Deskirpsi jumlah pemain berdasarkan instrumen ...25
Tabel 2.4 Nama-nama Musisi dalam Pertunjukan. ...27
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. 1 Transkripsi vocal anak “Kaseh Due Wang” ... .6
Gambar 1. 2 Transkripsi vocal orang tua “Kaseh Due Wang” ... 6
Gambar 1. 3 3 Pola gendang dan pola gong “Kaseh Due Wang” ... 7
Gambar 1. 4 Transkripsi vokal Berdui. “Kaseh Due Wang” ... 7
Gambar 1. 5 analisis vokal dan scale nada “Kaseh Due Wang” ... 8
Gambar 1. 6 Motif Melodi vokal Berdui. “Kaseh Due Wang” ... 8
Gambar 1. 7 Pengembangan Motif A “Kaseh Due Wang” ... 9
Gambar 1. 8 Pengembangan Motif A d am Motif B “Kaseh Due Wang” ... 10
Gambar 1. 9 Pengembangan Motif A dan Motif B “Kaseh Due Wang” ... 10
Gambar 1. 10 Alur dinamika gerakan pertama ………...17
Gambar 1. 11 Alur dinamika gerakan kedua dan ketiga ... 17
Gambar 2. 1 skema panggung ... 28
Gambar 2. 2 Motif vokal yang di ambil dari transkip Berdui ... 29
Gambar 2. 3 Motif Gendang dan Gong yang di ambil dari transkip ... 30
Gambar 2. 4 introduksi bagian 1 ... 30
Gambar 2. 5 Frase pada bagian 1 ... 31
Gambar 2. 6 Transisi 1 bagian 1 ... 32
Gambar 2. 7 Frase B bagian 1 ... 33
Gambar 2. 8 Frase A1 bagian 1 ... 34
Gambar 2. 9 Transisi 2 pada bagian 1 ... 35
Gambar 3. 1 Transisi 3 bagian 1 ...36
Gambar 3. 2 Frase D bagian 1 ...37
Gambar 3. 3 Frase A1 bagian 1 ...38
Gambar 3. 4 Frase A bagian II ... 39
Gambar 3. 5 Frase A1 pada bagian II ...40
Gambar 3. 6 Frase B bagian II ... 41
Gambar 3. 7 Transisi 1 bagian II ... 42
Gambar 3. 8 Adlibitum pada bagian II ... 44
Gambar 3. 9 Transisi 2 dan 3 pada bagian II ... 45
Gambar 3. 10 Frase B1 pada bagian II ...46
Gambar 3. 11 Frase A2 pada bagian II ...47
Gambar 3. 12 Transisi 4 pada bagian II ... 48
Gambar 3. 13 Frase C pada bagian II ... 49
Gambar 3. 14 Frase D pada bagian II ... 50
x
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1 FULL SCORE BAGIAN 1 ... 55
LAMPIRAN 2 FULL SCORES BAGIAN II ... 60
LAMPIRAN 3 DAFTAR RIWAYAT HIDUP……… 66
LAMPIRAN 4 DATA DIRI NARASUMBER 1………. 67
LAMPIRAN 5 DATA DIRI NARASUMBER 2... 68
LAMPIRAN 6 FOTO BERSAMA NARASUMBER 1... 69
LAMPIRAN 6 FOTO BERSAMA NARASUMBER 2... 70
LAMPIRAN 7 PROSES LATIHAN ... 71
LAMPIRAN 8 DOKUMENTASI KEGIATAN PERTUNJUKAN ... 72
xi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Judul Karya
Kaseh Due Wang merupakan judul komposisi musik yang berasal dari bahasa
daerah Lubuklinggau. Judul ini terdiri dari kata Kaseh dan Due Wang yang mengandung arti dari Kaseh atau kasih sayang antara dua orang (orang tua dan anak).
“Kaseh” yaitu ungkapan kasih sayang terhadap anaknya yang hendak pergi menuju kehidupan baru (kehidupan rumah tangga). “Due Wang” yaitu arti dari syair pantun yang berjudul “Berdui”. Komposisi musik Kaseh Due Wang ini berangkat dari nyayian atau syair pantun pada kegiatan Mandi Kasai yang berujudul Berdui. Berdui bagi masyarakat Lubuklinggau juga diartikan sebagai salah satu prosesi pada kegiatan mandi adat. Komposisi yang berjudul Kaseh Due Wang diciptakan kedalam bentuk musik dua bagian yang di dalamnya mengembanggakan unsur- unsur musik yang terdapat pada prosesi kegiatan Mandi Kasai itu sendiri.
1
1.2 Latar Belakang Penciptaan
Kota Lubuklinggau adalah salah satu Kota Madya yang terdapat di Provinsi Sumatera Selatan. Di daerah ini terdapat banyak upacara adat yang masih dilestariakan hingga saat ini oleh masyarakatnya seperti, Adat Penyambut Tamu, Adat Nepung Dusun, Adat Ziarah Ke Makan Leluhur, Adat Mengusir Roh Jahat, dan Adat Perkawinan atau Upacara Adat Mandi Kasai. Upacara adat merupakan suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan dan diwariskan secara turun temurun yang merupakan warisan kebudayaan yang dimiliki nenek moyang serta memiliki nilai- nilai luhur didalamnya, dan mencerminkan kehidupan bermasyarakat yang diteruskan secara turun-temurun (Pursen, 1988, h.11).
Menurut H. M. Azman Bainuri (pemerhati seni) Mandi Kasai adalah salah satu prosesi yang terdapat pada rangkaian kegiatan upacara adat perkawinan masyarakat Lubuklinggau, yang merupakan fase menjelang bagian terakhir dalam rangkaian upacara adat perkawinan daerah (Wawancara, 1 Februari 2020). Mandi Kasai berarti mandi pengantin dapat dilihat dari bentuk prosesinya. 1 Mandi Kasai memiliki sebelas prosesi diantaranya; persiapan upacara dan nyanyian Berdui, arakan pengantin menuju ke sungai, tiba ditepian sungai, upacara Langiran, mandi bersama, acara makan sirih dan pemasangan sumping, arakan pengantin kembali kerumah, acara nyopi dan cacapan, acara tabur beras kunyit, acara nasi tumpeng dan telur pengantin, dan penutup. Sebelum pelaksanaannya, persiapan yang harus dilaksanakan adalah pengadaan peralatan dan barang-barang seperti; (1) Pakaian pengantin laki-laki dan pengantin perempuan, pakaian Pelara (dukun) laki-laki dan perempuan. (2) Peralatan kegiatan upacara; Tikar sembuhak dua lembar, mangkuk langer, sarung songket, telesan, Bnoyan laki-laki dan Bnoyan perempuan.
2
Setelah persiapan dilakukan, selanjutnya pelaksanaan prosesi Mandi Kasai yang terdiri dari tiga tahapan yaitu Berdui, Arak-arakan, dan Melangir. Berdui adalah nyanyian atau lantunan syair berupa pantun kasih sayang, harapan, nasihat, maupun doa. Berdui ini dinyanyikan oleh orang tua dan anak. Namun pada akhir tahapan ini, Pelara akan menyampaikan pantun yang sama sebagai penutup. Arak- arakan adalah rangkaian kegiatan kedua pada prosesi Mandi Kasai. Kegiatan ini yaitu mengarak kedua pengantin dari rumah menuju sungai dengan menggunakan Joli Jempano atau tandu yang diawali dengan pukulan gong serta sorakan (sorak benyan oi..) Pelara untuk mengajak masyarakat mengikuti kegiatan selanjutnya.
Dalam prosesi arakan ini, kedua mempelai juga diiringi oleh tetabuhan gendang dan gong sebagai bentuk kesemarakan kegiatan Mandi Kasai.
Kegiatan ketiga yaitu Melangir yang dapat diartikan sebagai pembacaan mantra-mantra oleh Pelara kepada kedua pengantin di tepian sungai. Kegiatan ini diawali dengan kedua pengantin mengganti pakaian khusus berupa kain panjang pelaksanaan kegiatan Melangir ini. Selanjutnya kedua mempelai duduk bersimpuh di batu besar yang berada pada tepian sungai serta menghadap Pelara untuk dibacakan mantra-mantra. Menurut nenek Saliah (Pelara) mantra-mantra yang dibacakan di maknai sebagai pesan untuk menjalankan kehidupan rumah tangga.
Setelah pembacaan mantera selanjutnya Pelara memercik perasan air jeruk nipis kepada kedua pengantin secara bergantian. Sebagai rangkaian penutup Pelara mengajak masyarakat yang menyaksikan kegiatan tersebut untuk bersorak dengan seruan “Sorak benyan oi...” sebagai rangkaian penutup kegiatan ini. 1
3
Dari penjelasan diatas pengkarya tertarik untuk mengangkat prosesi Mandi Kasai sebagai dasar penciptaan karya musik dikarenakan banyaknya unsur musikal pada prosesi tersebut. Unsur musikal yang terdapat pada rangkaian kegiatan Berdui, Arak-arakan dan Melangir menjadi ciri khas atau karakter pada prosesi atau upacara Mandi kasai itu sendiri. Makna-makna yang terkandung dalam prosesi Mandi kasai menjadi pengalaman tersendiri bagi pengkarya untuk mengimajinasikannya kedalam komposisi musik yang berjudul “Kaseh Due Wang”.
1.2.1 Ide Penciptaan
Ide garapan komposisi musik yang berjudul “Kaseh Due Wang” berawal dari pengamatan pengkarya mengamati aktivitas prosesi Mandi Kasai serta unsur-unsur musikologi pada prosesi tersebut. Pengamatan yang pengkarya lakukan terhadap prosesi Mandi Kasai.
Prosesi Mandi Kasai memiliki tiga rangkaian kegiatan diantaranya Berdui, Arak-arakan, dan Melangir. Tiga kegiatan ini masing-masing memiliki aspek musikal dan kemudian aspek-aspek musikal tersebut akan dijadikan tema-tema musikal pada setiap bagian komposisi musik yang diciptakan. kemudian pengkarya kembangkan kedalam komposisi musik bentuk dua bagian dengan format orkestra.
Komposisi musik ini akan dibuat kedalam bentuk musik dua bagian. Bentuk musik dua bagian dimainkan dengan format orkestra. Kerangka struktur dua bagian tersebut mengacu pada bentuk lagu tiga bagian seperti yang dijelaskan dalam buku
“Structure & Style; The Study and Analysis of Musical Form” yang ditulis oleh Leon Stein yang diterjemahkan oleh Andre Irawan. Bentuk-bentuk yang dimiliki ciri pernyataan, keberangkatan, dan pernyataan kembali (Statement, dan Departure) yang disebut Binery(Leon Stein.1979 : 88).
4
Bagian I mengandung unsur cerita yang disampaikan melalui nyanyian pada prosesi Melangir di sub bagian pertama, pola gendang pada prosesi Arak-arakan di bagian kedua, dan pantun yang berupa mantra-mantra pada prosesi Melangir dibagian Ketiga. Adapun isi cerita pada bagian I menjelaskan tentang syair pantun yang dinyanyikan secara berbalas pantun dan berisi ungkapan kasih sayang antara orang tua dan anak yang hendak melepaskan masa remajanya.
Bagian II dalam mengarak pengantin dari rumah menuju ke sungai, kedua pengantin di angkat menggunkana Joli Jempano atau tandu supaya kedua kaki pengantin tidak menyentuh tanah dalam artian untuk mensucikan diri dan diiringi tetabuhan gendang dan gong. Pelara membacakan mantra-mantra yang berupa pantun bertujuan supaya hati kedua pengantin baru itu tidak ada rasa ragu untuk melepaskan masa remajanya oleh karena itu kedua mempelai sudah berhasil menjadi Raja dan Permaisuri.
Dibawah ini adalah salah satu mantra yang dibacakan:
“Bismillahirohmanirohim Bujang empat bujang puluh lah takumpul Gedis empat puluh ta undak
Lepaslah penguluh bujang Lepaslah penguluh gedis Die seangguk tunggal kate Die sekate tunggal base”.
Terjemahan:
“Bujang empat puluh sudah berkumpul Gadis empat puluh sudah bergabung Lepaskan masa-masa selagi bujang Lepaskan masa-masa selagi gadis Dia setuju satu kata
Dia satu kata satu bahasa”.
5
1.2.2 Dasar Penciptaan
Dasar penciptaan adalah gagasan atau landasan baik itu secara konseptual maupun konsep musikal yang akan menjadi dasar di dalam penciptaan musik dan juga makna-makna yang terkandung dalam proses Mandi Kasai tersebut. Makna berarti objek-objek tidak hanya membawa informasi, dalam hal mana objek-objek itu hendak berkomunikasi, tetapi juga mengkonsitusi struktur dari tanda. (Roland Barthes).
Makna yang terdapat di dalam tradisi upacara adat Mandi Kasai tersebut adalah kesedihan dan kebahagiaan yang artinya adalah ungkapan kasih sayang terhadap anaknya yang hendak pergi menuju kehidupan baru. Di dalam karya ini pengkarya akan menggunakan aspek-aspek musikal pada Mandi Kasai sebagai dasar penciptaaan. Pada prosesi Berdui, Arak-arakan, dan Melangir terdapat unsur-unsur musikal, kegiatan Berdui nyanyian dari dua vokal saling berbalas-balasan dan tetabuhan gendang pada saat Arak-arakan Berikut adalah potongan musikal yang pengkarya transkrip:
Gambar 1.1 Vokal anak tradisi Mandi Kasai.
6
Gambar 1.2 Vokal Orang tua tradisi Mandi Kasai.
Gambar 1.3 Pola gendang dan pola gong Mandi Kasai.
a) Pola Melodi
Dari hasil pengamatan penggarap, terdapat pola melodi pada vokal Berdui dengan hasil transkripsi vokal Berdui sebagai berikut:
Gambar 1.4. Transkripsi vokal Berdui.
7
Pola melodi yang terdapat dalam nyanyian Berdui mempunyai kecendrungan pengulangan dengan lirik yang berbeda, setelah melakukan transkripsi pada rekaman audio vokal Berdui, selanjutnya penggarap akan menetukan unsur-unsur musikal pada vokal Berdui yang meliputi interval dan motif pada melodi nyanyian tesebut yang akan dijadikan dasar dalam penggarapan karya, adapun unsur-unsur musikal tersebut:
b) Interval2
Setiap interval diberikan nama yang mengandung arti kuantitas dan kualitas.
Berdasarkan hasil analisis dan identifikasi terhadap pola nyanyian Berdui terdapat interval yang digunakan pada musik Mandi Kasai, dari hasil pengamatan penggarap terhadap transkripsi vokal Berdui kedalam notasi balok sebagai berikut:
Dengan scale nada:
Gambar 1.5. Vocal Berdui yang di analisis dan scale nada.
2 Interval adalah jarak antara nada satu ke nada yang lain.
8
Rentetan nada pada vocal Berdui tersebut yaitu, B - Dis - E - Fis , dari jenis- jenis interval yang telah teridentifikasi akan menjadi dasar penciptaan komposisi musik ini sebagai ciri yang melekat dari pola melodi Mandi Kasai.
c) Motif3
Adapun motif-motif musik yang terdapat pada vocal Berdui yang telah ditranskripsi kedalam notasi balok sebagai berikut:
Gambari 1.6. Motif Melodi vokal Berdui.
Dari hasil transkripsi vokal berdui dan analisis terhadap motif dan intervalnya menjadi sumber material musikal yang akan dikembangkann dalam penggarapan. Hasil penotasian ini menjadi landasan dari tema-tema pokok yang akan digunakan dan dikembangkan dengan menggunakan teknik-teknik pengembangan Figur4, Motif yaitu Sekuen, Repetition, Retrograde, Invertion, dan Augmentation.
Setelah menentukan dasar penciptaan yang digunakan untuk mewujudkan sebuah ide dan gagasan maka diperlukan teknik-teknik sebagai landasan untuk terwujudnya karya yang dapat dimainkan dan ditampilkan.
Adapun beberapa contoh notasi pengembangan dari unsur-unsur musikal diatas sebagai berikut:
3 Motif adalah kombinasi nada yang membentuk tema dan mencirikan sepotong musik.
4 Figur adalah unit kontruksi terkecil dalam musik yang terdiri dari satu ritme yang berkarakter dan satu interval yang berkarakter, sebuah figur dapat terdiri dari minimal dua nada dan maksimal dua belas nada.
9 - Melodi 5.
Dalam membangun pola melodi, penggarap menggunakan teknik-teknik pengembangan Figur, Motif yaitu Sekuen6, Repetition7, Retrograde8, Invertion9, dan Augmentation10.
Gambar 1.7. Pengembangan Motif A dengan cara Retrograde.
Gambar 1.8. Pengembangan Motif A dengan cara Repetition, dan Motif B dengan cara Invertion, dan Sekuen.
Gambar 1.9. Pengembangan Motif A dan Motif B dengan cara Augmentation.
Notasi 10. Pengembangan pola Gendang dengan cara Retrograde dan kanon.
5 Melodi adalah suatu rangkaian nada-nada yang terkait biasanya bervariasi dalam tinggi-rendah dan panjang-pendeknya nada-nada.
6 Sekuen adalah perubahan bentuk nada atau nada tidak berurutan dalam tangga nada yang sama.
7 Repetition adalah pengulangan kembali figur atau motif sebelumnya.
8 Retrograde adalah pembalikan pola melodi.
9 Inverstion adalah pembalikan kontur melodi.
10 Augmentation adalah perluasan nilai pada motif.
10 d). Teknik Intrumentasi
Dalam kesenian Mandi Kasai terdapat teknik vokal dan Teknik intument yang menjadi ciri khas kesenian tersebut seperti teknik glissando, melismatis, legato, tremolo, cresendo, forte, piano, pizzicato.
1.3 Tujuan Penciptaan
Adapun tujuan penciptaan dalam karya komposisi musik “Kaseh Due Wang”
Ini adalah:
1. Mewujudkan karya seni musik modern dari kesenian tradisi “Mandi Kasai“
2. Menggarap komposisi musik berdasarkan unsur musikal yang terdapat.
pada nyanyian, meliputi nada, ritme, dan pola melodi.
3. Memujudkan ide kedalam komposisi musik.
1.4 Manfaat Penciptaan
Berikut adalah manfaat yang ingin dicapai dari penggarapan karya komposisi musik “Kaseh Due Wang”:
1. Manfaat teoritis
a). Karya komposisi musik ini diharpakan dapat memberikan apresiasi
terhadap musik-musik tradisi maupun musik barat.
b). Diharapkan penciptaan karya ini memberikan apresiasi positif bagi
perkembangan ilmu seni musik.
2. Manfaat praktis
a). Agar proses penciptaan karya yang bertajuk “Ngaseh Due Wang” ini
dapat menjadi referensi bagi komponis, seniman atau instansi akademik dalam penciptaan suatu karya musik.
b). Karya komposisi musik ini diharapkan memberi pengalaman yang baru
bagi pengkarya maupun yang ikut serta bermain dalam karya ini.
11
1.5 Kajian Pustaka
Dalam proses penggarapan komposisi musik “Kaseh Due Wang” ini.
Pengkarya mengkaji buku-buku dan artikel yang membahas proses penciptaan komposisi musik. Kemudian mengamati sumber audio visual yang akan pengkarya gunakan dalam penggarapan komposisi musik ini adalah sebagai berikut:
1.5.1 Sumber Ilmiah.
Pengkarya melakukan pengkajian, serta pengamatan terhadap beberapa referensi yang di dapat dari buku, jurnal, film dokumenter serta karya-karya musik yang telah ada. Melakukan identifikasi karakteristik bunyi terhadap karya yang sudah ada untuk setiap bagian dalam karya Kaseh Due Wang ini sesuai dengan suasana yang ingin di sajikan di tiap bagian, adapun buku-buku yang digunakan antara lain:
“Structure and Style; The Study and Analysis of Musical Form” karangan Leon Stein terjemahan Andre Indrawan, yang berjudul “Struktur dan gaya; Studi dan Analisi Bentuk-Bentuk Musikal”. Buku ini memaparkan bentuk-bentuk dan prosedur-prosedur komposisi saat pertama kali digunakan dalam sejarah musik.
Figur atau motif, frase, kadens serta beberapa cara pengembangan setiap unit struktur itu sendiri. Terdapat juga penjelasan tentang musik ternary (tiga bagian).
Pengkarya akan menerapkan beberapa pengembangan figur atau motif seperti repetisi dan sekuen yang terdapat dalam buku ini.
Bahan tulisan Lembaga Penasehat Adat Kota Lubuklinggau yang berjudul
“Adat Perkawinan Khas Tradisional Masyarakat Kota Lubuklinggau, penulis H.Suwandi menceritakan kesenian tradisi Mandi Kasai yang ada di kota Lubuklinggau dan penjelasan dari setiap prosesi-prosesi yang ada di kesenian tersebut. Dari jurnal tersebut, pengkarya memfokuskan Mandi Kasai sebagai dasar untuk melahirkan komposisi musik.
12
“Ilmu Bentuk Musik“ oleh Karl - Edmund Prier sj. Buku ini dipaparkan bentuk-bentuk musik dari bentuk satu bagian, dua bagian dan tiga bagian. Dijelaskan pula struktur yang ada dalam tiap bentuk musik beserta analisisnya. Pada awal dibahas terlebih dulu tentang motif, melodi serta bentuk variasi yang bisa di jadikan acuan. Buku ini akan membantu pengkarya nantinya dalam garapan karya. Buku P.
Anca Panggabean berjudul Proses Penciptaan Dalam Pengalaman Diri (2006).
Buku ini menjelaskan cara membaca fenomena, menemukan gagasan dan tema, berimajinasi musikal, bereksperimen. Dalam hal ini pengkarya
menggunakan metodenya untuk menciptakan komposisi musik dala bereksperimen dan menemukan gagasan tema pada musik yang digarap yaitu
“Kaseh Due Wang”
1.5.2 Sumber Audio Visual
Selain rujukan dari beberapa buku tentang ilmu musik. Pengkarya juga mempelajari beberapa karya musik yang berhubungan dengan komposisi musik yang dibuat. Sumber rujukan tersebut adalah sebagai berikut:
4 Vidio dokumenter Mandi Kasai Kota Lubuklinggau. Dalam cuplikan vidio terlihat bagaimana pelaksanaan kesenian Mandi Kasai yang bertempat dirumah acara yang akan berangkat menuju ke sungai. Vidio ini berdurasi 4.16, dipublikasikan pada tanggal 3 Desember 2018. Vidio dokumenter ini sangat penting diamati pengkarya terutama sebagai referensi dan unsur-unsur musikal seperti melodi dan ritmis tradisi tersebut yang akan ditranskripsikan kedalam bentuk notasi dan digunakan sebagai bahan dasar musikal karya ini, yang akan menjadi dasar komposisi musik “Kaseh Due Wang”.
Karya musik 5 Zhou Long the Rhyme of Taigu, karya ini mengeksplorasi energi dan semangat di balik Taiko Jepang, atau 'gendang gemuk' (Taigu dalam bahasa Cina).
13
Karya ini mengeksplorasi energi dan semangat di balik bentuk seni yang unik ini, dimana sel-sel berirama yang terorganisir menghasilkan musik yang dramatis dan kuat. Rhyme of Taigu terdiri dari tiga bagian, dimulai dengan tiga pemain drum di Dagu (bass drum Cina) yang memukul pola berirama lambat, yang memudar ke latar belakang saat klarinet masuk. Secara bertahap, pola-pola baru berkembang, setiap kali dalam tempo yang lebih cepat, membangun klimaks yang mengakhiri bagian pertama. Sebuah klarinet cadenza solo singkat mengarah ke bagian tengah yang menampilkan melodi liris dan tiupan kayu yang meniru, sebelum bagian kuningan menciptakan suasana yang menghantui, akhirnya mempercepat musik ke tempo yang hidup dan mendorong pekerjaan sampai akhir. Karya ini juga akan menjadi acuan atau referensi seperti desain orkestrasi dan pola ritme pada perkusi serta pengkarya membuat karya yang menggambarkan peristiwa lewat bunyi.
Karya musik 6 Igor Stravinski Symphonie de Psaumes (Symphony of Psalms).
Symphony of Psalms menarik kecenderungan baru Stravinsky dalam mengarang untuk paduan suara ke dalam ketertarikannya terhadap karya orkestra yang telah berkembang dari periode Rusia. Dengan gerakan kedua yang terstruktur sebagai figur ganda untuk paduan suara dan instrumen, gerakan pertama dapat dianalisis dengan jelas di C mayor, seperti halnya gerakan ketiga jika melihat ke depan. Jelas, jika memeriksa gerakan kedua dalam konteks ini, bahwa c minor adalah daerah nadanya karena ia melengkapi c tonalitas keseluruhan dari keseluruhan bagian.
Meskipun nada suara bergeser di antara pernyataan subjek dari c minor ke g minor, ini berfungsi dalam keseluruhan area kunci c minor sebagai tonik dan semi-dominan.
Seluruh bagian ini, tentu saja, berfungsi dalam c minor dalam konteks yang lebih besar dari C mayor di seluruh simfoni. Paduan suara dan vokal di dalam karya Symphony of Psalms menjadi salah satu referensi pengkarya untuk menciptakan komposisi musik yang mana dalam karya “Kaseh Due Wang” pengkarya memakai paduan suara.
14
BAB II
METODE PENCIPTAAN
2.1 Rancangan Karya
2.1.1. Konsep dan Struktur Karya
Rancangan karya Kaseh Due Wang adalah membuat karya baru berangkat dari tradisi Mandi Kasai dengan berdurasi kurang lebih 15 menit. Dalam karya ini, pengkarya menerapkan beberapa teknik komposisi konvensional seperti sekuen, retrograde, repetition, invertion, dan augmentions untuk mengolah material musik menjadi bentuk pola melodi maupun pola iringan seperti kontrapung, sehingga menjadi komposisi musik.
Pada format instrumentasi, pengkarya menggunakan format orkestra yang didalamnya terdapat divisi instrumen meliputi, strings, brass, woodwind, percussion, dan choir. Penggunaan instrument pada orkestra ini dibagi berdasarkan porsi dalam beberapa bagian tema yang dimainkan. Beberapa instrument memainkan melodi utama dan instrument lainnya menjadi iringan secara bergantian.
Dalam bentuk komposisi musik “Kaseh Due Wang” ini akan digarap dalam bentuk dua bagian(Binery). Binery ialah Bentuk-bentuk yang memilik ciri pernyataan, dan keberangkatan. (statmen-departure). Secara garis besar bentuk dua bagian dapat direpresentasikan oleh pola A-B, yang setiap hurufnya mengacu pada satu bagian yang jelas. Bentuk-bentuk yang memilik ciri pernyataan, dan keberangkatan. (statment-departure). Yang mana pengkarya akan menggunakan bentuk dua bagian dengan istilah Part I dan Part II. Mengandung unsur cerita yang disampaikan melalui nyanyian pada prosesi Melangir di sub bagian pertama, pola gendang pada prosesi Arak-arakan di sub bagian kedua, dan pantun yang berupa mantra-mantra pada prosesi Melangir sub bagian Ketiga.
15
Bagian I pengkarya akan menginterpretasikan pernyataan dan perespon dengan syair pantun yang dinyanyikan secara berbalas pantun dan berisi ungkapan kasih sayang antara orang tua dan anak yang hendak melepaskan masa remajanya.
Sehingga suasana musikal yang dihadirkan pun memberikan kesan seperti ketenangan dan kesedihan. Pada bagian ini Teknik intrumentasi yang digunakan yaitu tremolo, glissando, sul ponticello, cresendo, forte, piano, pizzicato dan beberapa teknik lainnya. Adapun tema melodi yang telah pengkarya transkip dari melodi Mandi Kasai kemudian dikembangkan dengan teknik-teknik sekuen, repetisi dan kanon. Pada bagian ini flute dan choir akan dominan muncul kemudian akan di dampingi intrumen lainnya.
Bagian II pengkarya menginterpretasikan proses perjalanan mengarak kedua pengantin beramai-ramai dari rumah menuju ke sungai, kedua pengantin pun di angkat menggunkana Joli Jempano atau tandu dengan tetabuhan gendang dan gong.
Tema pada bagian ini menggunakan tetabuhan gendang dan pukulan gong yang dikembangkan dan didampingin instrumen orkestra sehingga dihadirkanlah suasana yang ramai dan hiruk pikuk dan penutup dengan mantra-mantra dalam bentuk pantun yang dilantunkan oleh Pelara. selanjutnya dikembangkan dengan teknik intrumentasi tapping, circular bowing, double stop dan selanjutnya dikembangkan dengan teknik sekuen, unisono, repetisi, kanon, dan pengolah ritme11 (poli ritme).
16
11 Ritme adalah ketukan dasar yang teratur mengikuti beberapa variasi gerak melodi yang berkaitan dengan panjang pendeknya not dan berat ringannyaa aksen (tekanan) pada not.
2.1.1.1 Skema Alur Karya
Skema Grafik
Skema Grafik
Media ini dipilih karena pengkarya menyakini bahwa instrumen tersebut dapat mewakili ide dan gagasan yang telah diperoleh pengkarya dari hasil observasi data. Dan berikut ini adalah gambaran atau sekema karya dalam bentuk grafik:
Gambar 1.10 Alur dinamika gerakan pertama.
Gambar 1 .11 alur dinamika gerakan kedua dan ketiga.
17
2.1.2. Formasi Instrumen Karya
Dalam menciptakan karya musik dibutuhkan alat sebagai alat untuk mengungkapkan hasil dari pengamatan objek, media tersebut diharapkan dapat menyampaikan gagasan dan interpretasi pengkarya kemudian disesuaikan dengan karakteristik media tersebut. Dalam penggarapan komposisi musik “Kaseh Due Wang”. Adapun instrumen yang akan digunakan dalam komposisi ini yaitu:
Kelompok Instruments Peran
Strings - Violin 1
- - Violin 2 - - Viola - - Violoncello - - Contrabass
Memainkan melodi utama, memainkan melodi kontra, dan memainkan pola siringan.
Brass - - Trumpet
- - Trombone
Memainkan aksen, melodi melodi kontra, dan pola iringan.
Woodwind - - Flute
- - Clarinet In Bb - - Tenor saxophone
Memainkan melodi utama, melodi kontra, dan pola iringan.
Percussion - - Timpani
- - Gran cassa - - Gendang dua sisi - - Gong
- - Cymbals
Memainkan aksen, melodi melodi kontra, dan pola iringan.
Choirs - Soprano
- - Alto - - Tenor - - Bass
Menyanyikan teks atau lirik, memainkan melodi utama, memainkan melodi kontra.
Tabel No.1 Format instrumen dan perannya dalam komposisi.
18 2.2 Metode Penciptaan
Metode dalam proses penciptaan karya seni dibutuhkan, metode dapat dilihat bagaimana gagasan seorang pencipta diwujudkan kedalam karya seni Metode penciptaan adalah proses penciptaan, mulai dari pencarian subjek penciptaan, penetapan objek penciptaan, pencarian landasan teoritik, atau pengalaman empiris, eksplorasi teknik, bahan hingga ke karya seni (Mujiyono, 2010:77).
Adapun tahap metode penciptaan yang digunakan pada tahap awal penggarapan karya ini berbasis riset (penelitian) yaitu survei, observasi, wawancara dan pengumpulan data. Kemudian dilanjutkan dengan elaborasi eksperimen lalu terwujudlah suatu komposisi musik yang berlandaskan dari kesenian tradisional
“Mandi Kasai”.
‘
19
2.2.1 Observasi dan Pengumpulan Data
Observasi dan pengumpulan data adalah cara pengambilan data melalui pengamatan langsung terhadap situasi atau peristiwa yang ada dilapangan. Tahap observasi pengumpulan data dimulai dari 25 Agustus 2019, pengkarya mengamati dari beberapa tradisi yang ada di kota Lubuklinggau kemudian pengkarya tertarik dengan tradisi Mandi Kasai. Pengkarya mencoba mengamati tradisi Mandi Kasai yang ternyata mempunyai beberapa unsur musikal yaitu pada prosesi Berdui, Arak- arakan, dan Melangir Kemudian pengkarya mencari data dari beberapa narasumber dan internet mengenai tradisi tersebut, kemudian pengkarya mengamati lagi tradisi tersebut dan akhirnya tertarik menjadikan tradisi Mandi Kasai sebagai objek penelitian yang akan di terapkan dalam komposisi musik, berdiskusi dengan pemerhati seni. Pengkarya juga turun ke lapangan (kecamatan Talang Bandung dan Batu Urip Lame) mewawancari pemerhati seni dan pelaku tradisi. Hasil observasi lapangan tersebut dijadikan sebagai sumber data yang menghadirkan ide penggarapan dan terwujudnya komposisi musuk “Kaseh Due Wang”.
2.2.2 Elaborasi
Elaborasi adalah kegiatan pembelajaran yang mengembangkan ide, gagasan dan kreasi dalam mengekpresikan konsep atau kesimpulan. Setelah mengumpulkan data-data pada tahap ini, Langkah untuk pengolahan dan menyimpulkan terhadap data yang diperoleh yang kemudian dijadikan sebagai sumber ide dalam penciptaan karya musik “Kaseh Due Wang”. Adapun langkah-langkah yang dilakukan pada tahap ini dapat dilihat dibawah ini. Menganalisa unsur-unsur musikal yang terdapat pada kesenian tradisi Mandi Kasai (baik sumber audio maupun audio visual).
Menganalisa makna yang terkandung pada beberapa jenis lirik yang digunakan pada kesenian tradisi Mandi Kasai (baik data wawancara, buku, maupun jurnal).
20 2.2.3 Eksperimen
Percobaan atau disebut juga eksperimen, pada tahap ini pengkarya melakukan beberapa percobaan-percobaan dalam menentukan konsep musikal maupun Non-musikal yang diwujudkan kedalam karya musik. Berikut beberapa langkah yang dilakukan pada tahap eksperimen:
Menetukan sebuah tema baru (musikal) yang berdasarkan tema melodi vokal pada kesenian tradisi Mandi Kasai. Menentukan konsep harmoni (vertikal) yang digunakan pada karya Kaseh Due Wang berdasarkan jarak interval (horizontal) pada pola melodi vokal kesenian tradisi Mandi Kasai.Menentukan makna Non- musikal pada karya “Kaseh Due Wang” Menentukan beberapa teknik komposisi dan beberapa pengembangan dalam pengolahan penggarapan karya.
2.2.4 Perwujudan
Perwujudan adalah bentuk yang dapat dilihat, pada tahap ini segala sesuatu yang telah dirancang secara sistematis akan direalisasikan kedalam bentuk karya musik. Sesuai dengan konsep yang telah dirancang. Dapat dilihat dari beberapa langkah-langkah yang pengkarya lakukan sebagai berikut:
Konsep musikal seperti tema baru, konsep haromoni, teknik komposisi, teknik orkestrasi teknik instrumentasi diwujudkan melalui perangkat media (software) musik Sibelius Score (penulisan notasi balok).
Menyinkronkan konsep Non-musikal berupa cerita-cerita atau isi hati dari pengkarya rasakan melalui media (software) Microsoft Word.
21
2.3 Jadwal Penggarapan Karya
No Kegiatan
JADWAL Maret
April
Mei Juni
Juli Agustus
Agustus Septem ber
Oktob er
Nove mber
1 Observasi dan
Pengumpulan Data
2 Elaborasi 3 Eksperimen 4 Perwujudan 5 Proses
Latihan
Tabel 1.2 jadwal penggarapan karya.
22
BAB III
DESKRIPSI KARYA DAN PERTUNJUKAN
3.1 Struktur Dramatik
Secara keseluruhan bentuk karya Kaseh Due Wang adalah komposisi musik binery 2 (dua) bagian. Pada setiap bagian terdapat pengolahan dari idiom musikal yang ada pada kesenian upacara tradisi Mandi Kasai. Kemudian ditransformasikan terhadap format orkestra. Sehingga menjadi komposisi musik yang berjudul Kaseh Due Wang.
3.1.1 Bagian I
Bagian ini terdiri dari 104 birama. Suasana musikal yang dihadirkan pun memberikan kesan seperti ketenangan diwujudkan dengan harmoni Bes mayor dan melodi yang dimainkan diatonis melangkah dengan beraturan. Pada bagian ini teknik yang digunakan yaitu trimolo, glissando, decrescendo, crescendo, accel, forte, piano dan beberapa teknik lainya. Adapun tema melodi yang digunakan di adaptasi dari melodi nyanyian Berdui. perwujudannya dapat dilihat dari skema struktur dan intensitas dramatik sebagai berikut:
Tabe
Tabel 2.1 Klasifikasi dalam karya Kaseh Due Wang bagian I Introd
uksi
Frase A
Tansi si
1
Fras e B
Fras e C
Tans isi
2
Tans isi
3
Fras e D
Fras e A1
Birama 1-2
Birama 2-23
Birama 24-37
Birama 38-49
Birama 50-58
Birama 59-67
Birama 68-81
Birama 82-96
Birama 97-104
23
3.1.2 Bagian II
Pada bagian II memainkan materi musikal dan nonmusikal, materi musikal seperti pengolahan motif, interfal dan harmoni yang ada pada vokal dan pola ritme pada instrumen gendang. Sedangkan materi nonmusikal yaitu menggunakan teks nyanyian yang menjelaskan suasana sedih, keramaian dan senang . Tema pada bagian ini menggunakan rentetan ritme pola pukulan pada prosesi arak-arakan.
selanjutnya dikembangkan dengan teknik sequen, repetisi, unisono dan augmentasi.
Skema struktur dan intensitas dramatik sebagai berikut:
Tabel 2. 2 Klasifikasi dalam karya Kaseh Due Wang bagian II.
24
Frase
A
Frase
A1
Frase
B
Tansisi 1
Adlibitum Tansisi 2
Birama 1-8
Birama 9-16
Birama 17-24
Birama 26-33
Birama 34-42
Birama 43-50
Tansisi 3
Frase
B1
Frase
A2
Tansisi 4
Frase
C
Frase
D
Birama 51-74
Birama 75-82
Birama 83-87
Birama 87-99
Birama 100-110
Birama 111-130
3.2 Pendukung Karya
3.2.1 Pemusik
Karya Kaseh Due Wang di tampilkan dalam format okestra. Format ini adalah gabungan antara String, Brass, Woodwind, perkusi, dan paduan suara. Masing masing mengisi format Strings sebanyak
16 orang, Brass 2 orang, Woodwind 2 orang, perkusi 5 orang dan paduan suara 13 orang. Berikut adalah jumlah musisi yang terlibat berdasarkan instrumen
dalam karya Kaseh Due Wang:
Section Instrument Jumlah
String
Violin 1 Violin II Viola Cello
Contra Bass
4 orang 4 orang 4 orang 3 orang 1 orang Woodwind Flute
Clarinet
Alto Saxophone
1 orang 1 orang 1 orang Brass Trumpet
Trombone
1 orang 1 orang
Percussion
Grand cassa (Rhytm) Timpani (Melodic) Gendang 2 sisi (Rhytm) Cymbal
Gong
1 orang 1 orang 1 orang 1 orang 1 orang Voice Sopran
Alto Tenor Bass
3 orang 3 orang 3 orang 4 orang
Tabel 2. 3 Deskirpsi jumlah pemain berdasarkan instrument.
25
No. Nama Status Posisi
1. Fakhrul Ari Nugraha S.Sn Alumni Violin1
2. Eko Saputra Mahasiswa Violin 1
3. Aan Febri Mahasiswa Violin 1
4. Stephani Nurgini Mahasiswa Violin 1
5. Yogi Rizaldi Mahasiswa Violin 2
6. Fadhilah Sidik Mahasiswa Violin 2
7. Shidiq Alfaruq Mahasiswa Violin 2
8. Maya Putri Ayu Sinaga Mahasiswa Violin 2
9. Risky Raynold Mahasiswa Viola
10. Ramadhona Permana Alumni Viola
11. Fitriana Kinanti Mahasiswa Viola
12. Roni Hidayat Mahasiswa Viola
13. M. Ardi Muharram S.Sn Alumni Cello
14, Handika Maulidia S.Sn Alumni Cello
15. Yudhi Mahasiswa Cello
16, Dirhamulardi Mahasiswa Contrabass
17. Ridho ilahi Mahasiswa Flute
18. Daniel Nugroho Mahasiswa Clarinet
19. Niko Hutagalung Mahasiswa Alto Saxophone
20. Vera Fitriani Mahasiswa Trombone
21. Syahder Jayadi Hedri Mahasiswa Trumpet
22. Putri Inriyanti Mahasiswa Timpani
23. Anggi Okprida Alumni Grand Cassa
26
24. Nur Mahar Hakiki S.Sn Alumni Cymbal
25. Diyokiki Mahasiwa Gong
26. Sus Ramadani Mahasiswa Gendang 2 sisi
27. Ayunda Rosalia Mahasiswa Sopran
28. Irda Riani Mahasiswa Sopran
29. Nurhayati Tamrin Mahasiswa Sopran
30. Silfa Septia Mahasiswa Alto
31. Rahma Amanda Gustiarini Mahasiswa Alto
32. Meloani Dopia Mahasiswa Alto
33. Hery Maulana Mahasiswa Tenor
34. Agustian Mahasiswa Tenor
35. Aqlun Mahasiswa Tenor
36. Fajar Satriawan Mahasiswa Bass
37. Birijal Mahasiswa Bass
38. Dimas Bayu Panji Syahputra Mahasiswa Bass
39. Rabuansyah Harahap Mahasiswa Bass
Tabel 2. 4 Nama-nama Musisi dalam Pertunjukan.
27
Secara keseluruhan tempat pertunjukan musik ini diadopsi dari skema musik konvensional barat. High Section berada di sisi paling kanan, Middle di tengah, Low di kiri dan instrument tradisi berada depan tengah antara middle dan low.
Berdasarkan divisi, conductor di formasi paling depan menghadap ke musisi, vokal dibelakang High Section, strings di posisi terdepan setelah conductor, woodwind di belakangnya dan perkusi disisi belakang woodwind. Kedua adalah luar panggung, ini terdiri dari backstage, tempat penonton dan MC. Berikut adalah
skema penataan tempat pertunjukan music Kaseh Due Wang.
Gambar 2. 1 skema panggung
28
3.3 Deskripsi Karya
Deskripsi karya menjelaskan antara konsep penciptaan dengan struktur yang digunakan agar menjadi kerangka kompositoris yang ilmiah dan argumentatif.
Kaseh Due Wang adalah karya yang menceritkan tentang melepaskan seseorang yang hendak pergi menuju ke kehidupan baru. Secara keseluruhan karya ini menggunakan struktur bentuk Dua bagian. Pada bagian I menjelaskan kesedihan dan bahagia, Bagian II menjelaskan keramaian, Karya ini diadaptasi dari tradisi upacara adat Mandi Kasai. secara musikal pengkarya mengembangkan motif vokal dan motif gendang yang terdapat pada kesenian tersebut dengan teknik pengembangan modifikasi baik melodi ataupun pola iringan. secara nonmusikal pengkarya mengadaptasi dari segi fungsinya yaitu sebagai curahan hati dengan pengalaman empiris pengkarya. Berikut ini adalah motif dari frase yang digunakan dari idiom musikal pada vokal dan gendang Mandi Kasai
Gambar 2. 2 Motif vokal yang di ambil dari transkip Berdui
29
Gambar 2. 3 Motif Gendang dan Gong yang di ambil dari transkip Mandi Kasai
3.3.1 Bagian I
Pada Frase introduksi birama 1-2 dimainkan oleh instrumen brass, woodwind, dan perkusi.
Gambar 2. 4 introduksi bagian 1
Dilanjutkan frase pada birama 2-23. Bagian frase ini merupakan syair lirik dari nyanyian berdui yang terdapat pada tradisi upacara adat Mandi Kasai. Yang menggunakn tekstur Homofoni danharmoni G mayor. Dimainkan dengan tempo Largo.
30
Gambar 2. 5 Frase pada bagian 1
Dilanjutkan dengan transisi 1 pada birama 24-37. Bagian ini memiliki tempo Allegro. Yang menggunakan tekstur homofoni dan dimainkan dengan teknik Pizzicato pada Cello dan Contrabass.
31
Gambar 2. 6 Transisi 1 bagian 1
Berikutnya pada birama 38-49 merupakan frase B memiliki tekstur folifoni yang dimainkan oleh Sopram dan Alto. Yang dimainkan dengan teknik legato.
32
Gambar 2. 7 Frase B bagian 1
Pada frase C birama 50-58 menggunakan tekstur homofoni. Adapun motif yang digunakan merupakan pengembangan motif yang terdapat pada frase A. dengan perubahan pola melodi utama dan menggunakan teknik unisono pada pola iringan. Kemudian dilanjutkan lagi dengan transisi 2 pada birama 59-67.
33
Gambar 2. 8 Frase A1 bagian 1.
34
Gambar 2. 9 Transisi 2 pada bagian 1
Transisi 3 (Birama 68-81) yang menggunakan tekstur folifoni dengan brass dan violin 1 yang memainkan melodi, woodwind, violin 2, alto, cello dan contrabass sebagai pola iringan.
35
Gambar 3. 1 Transisi 3 bagian 1.
(Birama 82-96) merupakan Frase D yang dimainkan dengan tekstur polifoni. Pada Padus dan string dengan teknik piano yang dimainkan dengan cara Unisono. Sedangkan Brass dan Woodwind memainkan pola melodi yang serupa pada Transisi 3 dengan teknik Unisono.
36
Gambar 3. 2 Frase D bagian 1.
(Birama 97-104) merupakan Frase A1 yang dimainkan dengan tekstur homofoni. Bagian frase ini merupakan syair lirik dari nyanyian berdui yang terdapat pada tradisi upacara adat Mandi Kasai. Dimainkan dengan tempo Lento.
37
Gambar 3. 3 Frase A1 bagian 1.
3.3.2 Bagian II
Pada birama 1-8 berisi frase A. Bagian ini dimainkan dengan tempo Largo (50 bpm). Pada bagian II, melodi utama yg dimainkan flute dengan iringan violin 1, violin 2 dan contrabass memiliki tekstur homofoni.
38
Gambar 3. 4. Frase A bagian II.
Pada Frase A1 birama 9-16, melodi utama dimainkan oleh violin 1 dan violin 2. Sedangkan viola, cello, dan contrabass memainkan pola iringan dengan tehnik augmentation dengan motif yang diadaptasi melodi utama nyanyian berdui dengan menggunakan tekstur homofoni.
39
Gambar 3. 5 Frase A1 pada bagian 2.
Pada transisi birama 17-24 frase B melodi utama yang di mainkan oleh paduan suara dan string section sebagai iringan. Pada frase ini menggunakan tekstur homofoni. Materi yang digunakan adalah nyanyian berdui pada tradisi upacara adat Mandi Kasai.
40
Gambar 3. 6 Frase B bagian II.
Pada transisi 1 birama 26-33 brass dan woodwind memainkan transisi sebelum masuk ke adlibitum dengan tekstur monofoni pada bar 26-28 dan pada strings section memainkan melodi iringan pada bar 29-32 dengan menggunakan tekstur homofoni.
41
Brass dan Woodwind.
Strings section.
Gambar 3. 7 Transisi 1 bagian II.
Pada birama 34-42 vokal, paduan suara, gendang dua sisi dan gong memainkan dengan cara adlibitum dengan durasi 3 menit, dengan sopran, alto, tenor, dan bass masing-masing membacakan pantun dengan tekstur monofoni dan tatabuhan gendang dan gong dimainkan yang diikuti sopran, alto, dan tenor masing-masing menyanyikan lirik dan nada asli dari nyanyian berdui itu sendiri dan dilanjutkan dengan sopran, alto, tenor, dan bass menyanyikan lirik tersebut dengan teknik unison dengan tekstur homofoni. Berikut adalah pantun dan lirik dari:
Sopran:
- Kain sebidang libo pandak - Ole ku beli harge tige - Dak sedang pandai rambak - Dak tuju pade kate
Alto:
- Ke padang membeli popor - Hingga berandak ke kayuaro - Dak sedang sekali ngatur - Go mbak belando mintek tanah
42
Tenor:
- Ta beres tebing dulu masak - Mecah debuk semilu talang - Nanges bore lawan minyak - Ngandan bujang tandang andun - Ngandan gades baru tandang andun - Ambek tas sekarang karang - Ambek tas sekarang dulu.
Bass:
- Ngandur kelasan dan kelaseh - Kelasan dak kelaseh dak do - Kak ku ngator wang benyak - Sulit ku ngator wang benyak.
Sopran:
Anak:
- Gun Gun indung - Gun Ramesta mesu
- Gun Mintek bole - Gun Turun dunia - Gun Selundang pandan - Gun Turun dunia - Gun Ngandun mandi - Gun Mandi di dikambang - Gun Rasulullah
- Gun Same bujang - Gun Si bujang ali
Alto:
Mak:
- Gun Gun indung anak’a - Gun Anak saying - Gun anak kekaseh - Gun Selundang pandan - Gun Jengan nian - Gun Turun dunia - Gun Wang di bumi - Gun Gebun budi - Gun Jangan nian - Gun Turun di dunia - Gun Wang dunia - Gun Banyak akal
43
Tenor:
Anak:
- Gun Indung anak - Gun Mintek emant - Gun Ayo selamat - Gun Kundak nia - Gun Turun di bumi - Gun Turun di bumi - Gun Dak de lame - Gun Sekarang bae - Gun Ngandun mandi
- Gun Petang patblas (petang 14) - Gun Mandi di kambang - Gun Rasulullah - Gun Mandi di dusun - Gun pagar dewa
SATB:
- Gun Gun Indung anak - Gun Anak ku sayang - Gun Anak kesayangan - Gun Men dak nia - Gun Turun di bumi - Gun Jangan lame - Gun Kalo ade - Gun Bunyi canang - Gun Anak gecang - Gun Gecang balek
Gambar 3. 8 Adlibitum pada bagian II
44
Pada transisi 2 dan 3 birama 43-50 dan 51-74. Pada Transisi 2 gendang dua sisi memainkan pola ritme dari tradisi Mandi Kasai yang sudah dikembangkan dengan cara diminish dari birama 43-66. Pada birama 51-74 brass dan woodwind memainkan transisi menggunakan teknik unisono dengan tekstur homofoni.
Pola gendang dan gong
Gambar 3. 9 Transisi 2 dan 3 pada bagian II.
Pada birama 75-82 merupakan frase B1. Choir maminkan melodi utama dengan tempo Allegro. Strings section, brass, woodwind, timpani, dan gendang dua sisi maminkan pola iringan dengan menggunakan tekstur homofoni.
45
Gambar 3.10 Frase B1 pada bagian II.
Pada frase A2 birama 83-87 merupakan pola melodi yang sama pada frase A dengan menggunakan tekstur homofoni. melodi dimainkan oleh violin1, violin 2, viola, cello,flute, dan clarinet dan iringan dimainkan oleh trumpet, trombone, timpani, dan contrabass. Dan timpani, gong, dan gendang dua sisi memberi aksen tegas.
46
Gambar 3. 11 Frase A2 pada bagian II.
Pada birama 88-99 merupakan transisi sebelum masuk ke melodi utama di frase selanjutnya dan pengembangan menggunakan teknik diminis yang mempunyai tekstu homofoni.
47
Gambar 3. 12 Transisi 4 pada bagian II.
Pada frase C birama 100-110 merupakan pola melodi yang sama pada frase A dengan menggunakan tekstur homofoni. melodi dimainkan oleh violin1 dengan oktaf tiga dan violin 2 dimainkan di oktaf dua. Untuk viola, cello, contrabass, brass, woodwind, dan perkusi sebagai iringan yang memberi aksen tegas.
48
Gambar 3. 13 Frase C pada bagian II.
Pada frase D birama 111-130 merupakan pola melodi iringan yang dimainkan cello dan contrabass pada Frase C dengan teknik pengembangan repetisi.
Strings section dan choir yang maminkan pola melodi tersebut dengan brass, woodwind dan perkusi sebagai iringan yang memberi aksen tegas dengan dinamika piano dan forte mempunyai tekstur homofoni.
49
Gambar 3. 14 Frase D pada bagian II.
50
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Mandi Kasai yang terdapat di Kota Lubuklinggau kabupaten Musi Rawas memiliki unsur yang dapat dijadikan sumber karya salah satunya karya seni musik.
Pada karya Kaseh Due Wang, pengkarya mengolah dua unsur yang terdapat pada kesenian ini yakni unsur musikal dan unsur non-musikal yang kemudian unsur tersebut menjadi ide dasar penciptaan pada karya ini. Keberadaan Mandi Kasau saat ini merupakan salah satu potensi besar untuk para komponis dalam memperoleh data musikal untuk diolah menjadi bentuk sajian musik yang baru, karena dengan masih kesenian tersebut akan menjadi sumber materi musik yang jelas dan khas untuk karya yang digarap.
Bentuk komposisi musik ini adalah musik lagu dua gerakan yang terdiri dari 2 bagian yaitu bagian 1 (kesedihan) dan bagian 2 (keramian). Yang dimainkan format orkestra. Adapun instrumennya meliputi string, choir, flute, clarinet, alto saxophone, trumpet, trombone, cymbal, grand cassa dan timpani. Selain instrument tersebut, pengkarya juga menghadirkan instrument tradisi khas Mandi Kasai yaitu gong, dan gendang dua sisi. Hal ini merupakan upaya pengkarya dalam berekspresi dan melestarikan kesenian tradisional dalam kemasan yang berbeda agar kesenian tersebut tidak hilang dan terus lestari dan tetap diminati dengan perkembangan zaman. Dengan demikian, karya Kaseh Due Wang tidak lepas menggunakan idiom musikal yang terdapat pada kesenian tradisi upacara adat Mandi Kasai..
51
4.2 Saran
Dalam membuat karya seni yang bersifat akademik, diperlukan modal pengetahuan, kevalidan data dan pengalaman. Ketiga hal tersebut tidak dapat dipisahkan karena karya yang dibuat tidak hanya merupakan wujud artistik, namun juga instrumen edukasi bagi institusi akademik untuk apresiator. Untuk itu, dialektika mengenai objek kesenian dan pengolahannya mesti ditingkatkan di dalam lingkungan institusi kesenian.
Selain dari pada perbaikan kualitas sumber daya keilmuan, kemandirian komponis juga menentukan capaian komponis tersebut dalam berkarya. Hal tersebut merupakan suatu simbiosis dari individu sebagai komponis dan lingkungannya baik dalam kelompok maupun dalam masyarakat. Dengan adanya hubungan timbal balik tersebut, maka akan terciptanya suatu capaian yang positif dalam pengkajian seni dan penciptaan karya seni.
Evaluasi merupakan salah satu langkah awal untuk memperbaiki sesuatu.
Untuk itu, diharapkan agar setiap karya di instisusi seni akademik perlu memperoleh waktu untuk dibahas secara khusus dan objektif, sehingga hal yang tidak sesuai dengan visi Tri Dharma Perguruan Tinggi dapat menjadi catatan dan diperbaiki bersama pada karya selanjutnya.
52
DAFTAR PUSTAKA
Bahar, Mahdi. Islam Landasan Ideal Kebudayaan Melayu. Padang Panjang: ISI Padang Panjang (2012).
Edmund - Karl, Prier SJ. Ilmu Bentuk Musik. (LITURGI PM, ed.).; 2017.
Hasan, Uswan. Rentak Nandung. laporan karya ujian pasca sarjana. Surakarta: ISI Surakarta (2016).
Igor Stravinski Symphonie de Psaumes (Symphony of Psalms).
MANDI KASAI. https://www.youtube.com/watch?v=TN1yAAeHMJc4.
P. Ance Panggabean, Proses Penciptaan Dalam Pengalaman Diri, Medan:
Universitas Sumatra Utara (2006).
Stein, Leon. Structure and Style; The Study and Analysis of Musical Form.; 2011.
Suwandi. ADAT PERNIKAHAN KHAS TRADISIONAL. MASYARAKAT LUBUKLINGGAU. Published online 2018:24.
. ZHOU LONG The Rhyme of Taigu.
53
Daftar Website
https://www.youtube.com/watch?v=DqWZGUO_eoc https://www.youtube.com/watch?v=-I8uP-ldAbA
https://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/15262/etn-mei2006- 1.pdf?sequence=2&isAllowed=y
http://repository.um-
palembang.ac.id/id/eprint/3093/1/352014002_BAB%20I_DAFTAR%20PUSTAK A.pdf
https://jurnal.isi-
ska.ac.id/index.php/index/search/authors/view?firstName=Uswan&middleName=
&lastName=Hasan&affiliation=Program%20Pasca%20Sarjana%20%0D%0AInsti tut%20Seni%20Indonesia%20%28ISI%29%20Surakarta&country=ID
54
LAMPIRAN 1
FULL SCORE BAGIAN 1
55
56
57
58
59