• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS YURIDIS PERANAN NOVUM DALAM DIKABULKANNYA PERMOHONAN PENINJAUAN KEMBALI TERPIDANA DALAM PERKARA PENGGELAPAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS YURIDIS PERANAN NOVUM DALAM DIKABULKANNYA PERMOHONAN PENINJAUAN KEMBALI TERPIDANA DALAM PERKARA PENGGELAPAN"

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

i ANALISIS YURIDIS PERANAN NOVUM DALAM DIKABULKANNYA

PERMOHONAN PENINJAUAN KEMBALI TERPIDANA DALAM

PERKARA PENGGELAPAN

(STUDI KASUS DALAM PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NO. 14

PK/PID/1997, TANGGAL 14 NOPEMBER 1997)

SKRIPSI

Disusun dan diajukan untuk Melengkapi Persyaratan Guna Meraih Derajat Sarjana dalam Ilmu Hukum Pada Fakultas Hukum

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Oleh

RR Happy Salahita MS

E1107210

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

(2)

commit to user

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Penulisan Hukum (Skripsi)

ANALISIS YURIDIS PERANAN NOVUM DALAM DIKABULKANNYA

PERMOHONAN PENINJAUAN KEMBALI TERPIDANA DALAM

PERKARA PENGGELAPAN

(STUDI KASUS DALAM PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NO. 14

PK/PID/1997, TANGGAL 14 NOPEMBER 1997)

Oleh :

RR Happy Salahita MS

E1107210

Penulisan Hukum (Skripsi) ini telah disetujui untuk dipertahankan Fakultas

Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Dosen Pembimbing Skripsi

Pembimbing

Bambang Santoso,S.H.,M.Hum. NIP. 196202091989031001

(3)

commit to user

(4)

commit to user

iv

PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : RR Happy Salahita MS NIM : E1107210

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (skripsi) berjudul :

ANALISIS YURIDIS PERANAN NOVUM DALAM DIKABULKANNYA

PERMOHONAN PENINJAUAN KEMBALI TERPIDANA DALAM

PERKARA PENGGELAPAN (STUDI KASUS DALAM PUTUSAN

MAHKAMAH AGUNG NO. 14 PK/PID/1997, TANGGAL 14 NOPEMBER 1997) adalah betul-betul karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam penulisan hukum (skripsi) ini diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan penulisan hukum (skripsi) dan gelar yang saya peroleh dari penulisan hukum (skripsi) ini.

Surakarta, Maret 2011 Yang membuat pernyataan,

(5)

commit to user

v

MOTTO

Untuk memahami hati dan pikiran seseorang,

Jangan melihat apa yang telah di raih.

Lihatlah apa yang dia lakukan untuk menggapai cita – citanya. ( Kahlil

Gibran )

Tak peduli masalah apa pun yang Anda hadapi,

Jika Anda berada pada tempat yang tepat,

Waktu yang tepat, dengan pesan yang tepat

(6)

commit to user

vi

PERSEMBAHAN

Dengan segala kerendahan hati karya kecil ini hendak penulis persembahkan :

· Allah SWT Yang Maha Segalanya, yang selalu memberikan yang terbaik dalam setiap langkah hidupku

· Kepada Rasulullah Muhammad SAW, teladan terbaik

· Kedua orangtuaku dan keluarga besar, atas segala restu dan kasih sayangnya yang tak pernah berhenti

· Eyang Ku ”Wiratmokodiningrat” dan ”Soetomo Prawironegoro”, atas segala bimbingan disetiap langkahku

· Calon ku ”Bintang Priyombodo S.H”

· Saudara-saudara ku yang selalu menghiasi kebahagiaan dalam hidupku

· Kepada sahabat-sahabatku dan teman-temanku yang terbaik, Nana, Stella, Muty, Alynda, Melati, terima kasih untuk saat-saat terindah yang kita lalui bersama

· Kepada seluruh keluarga besar Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

(7)

commit to user

vii

ABSTRAK

RR Happy Salahita MS, E.1107210. ANALISIS YURIDIS PERANAN NOVUM DALAM DIKABULKANNYA PERMOHONAN PENINJAUAN KEMBALI TERPIDANA DALAM PERKARA PENGGELAPAN (STUDI KASUS DALAM PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NO. 14 PK/PID/1997,

TANGGAL 14 NOPEMBER 1997). Fakultas Hukum UNS.

Upaya hukum Peninjauan Kembali (PK) disebut sebagai upaya hukum luar biasa karena UU memberi kesempatan. Peninjauan Kembali berorientasi pada tuntutan keadilan. Putusan Hakim adalah karya manusia yang tidak luput dari kekhilafan hakim secara manusiawi. Tujuan dibukanya lembaga Peninjauan Kembali adalah untuk menemukan kebenaran hukum dan keadilan yang sesungguhnya. Namun demikian, demi kepastian hukum maka Peninjauan Kembali ini hanya dapat dilakukan satu kali saja.

Berdasarkan dengan Pasal 263 ayat (3) tersebut, alat bukti baru (Novum) mempunyai peranan yang sangat penting, yaitu apabila novum tersebut dapat diterima oleh Mahkamah Agung, maka dapat menghasilkan putusan diantaranya, sebagai berikut : putusan bebas, Putusan lepas dari segala tuntutan hukum, putusan tidak dapat menerima tuntutan penuntut umum dan putusan dengan menetapkan ketentuan pidana yang lebih ringan

Penelitian ini merupakan jenis penelitian hukum doktrinal adalah penelitian hukum yang dilakukan dengan cara menyediakan suatu penampilan yang sistematis. Data penelitian ini meliputi bahan hukum yang terdiri dari primer, dan sekunder. Bahan hukum primer merupakan data utama dalam penelitian ini sedangkan bahan hukum sekunder dan tersier digunakan untuk mendukung data primer. Teknik pengumpulan bahan hukum adalah dengan menggunakan dokumentasi dan studi pustaka.

Berdasarkan penelitian yang telah penulis lakukan maka dapat disimpulkan sebagai berikut : Novum sebagai dasar dikabulkannya permohonan peninjauan kembali terpidana dalam perkara penggelapan adalah Salinan putusan PN. Jakarta Barat No. 252/PdtG/1S96/PNJkt.Bar dalam perkara antara David alias Ayung sebagai penggugat lawan PT. Multi Indah Usaha Rukun Sejati dan kawan kawan sebagai tergugat. Dari perkara ini jelas terdapat hubungan hukum keperdataan bahwa pemohon peninjauan kombali tidak pernah mempunyai hutang sebesar Rp sebesar Rp. 8,6 Milyar apalagi melakukan penggelapan uang sebesar itu. Novum tersebut sangat kuat sehingga alasan pengajuan peninjauan kembali diterima oleh Mahkamah Agung. Pertimbangan Hakim Mahkamah Agung dalam memeriksa dan memutus pengajuan peninjauan kembali dalam perkara penggelapan ini adalah gugatan David alias Ayung dalam perkara tersebut dikabulkan dengan demikian permohonan peninjauan kembali dalam perkara No. 14 PK/Pid/1997 tidak pernah melakukan tindak pidana penggelapan sebagaimana didakwakan Penuntut Umum putusan perkara tersebut merupakan bukti baru bila dihubungkan dengan pasal 263 ayat (2) huruf a KUHAP yang hasilnya merupakan putusan lepas dari segala tuntutan hukum.

(8)

commit to user

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta karunia dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan hukum dengan judul : ANALISIS

YURIDIS PERANAN NOVUM DALAM DIKABULKANNYA

PERMOHONAN PENINJAUAN KEMBALI TERPIDANA DALAM

PERKARA PENGGELAPAN (STUDI KASUS DALAM PUTUSAN

MAHKAMAH AGUNG NO. 14 PK/PID/1997, TANGGAL 14 NOPEMBER

1997).

Penulisan hukum merupakan salah satu persyaratan yang harus ditempuh dalam rangkaian kurikulum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta dan juga merupakan syarat utama yang harus dipenuhi oleh setiap mahasiswa Fakultas Hukum dalam menempuh jenjang kesarjanaan S1.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan hukum ini tidak luput dari kekurangan, baik dari segi materi yang disajikan maupun dari segi analisisnya. Namun penulis berharap bahwa penulisan hukum ini mampu memberikan manfaat baik bagi penulis sendiri maupun bagi pembacanya.

Pada kesempatan ini tidak lupa penulis mengucapkan rasa terima kasih yang tulus kepada :

1. Bapak Mohammad Jamin, S.H., M.Hum selaku Dekan Fakultas Hukum UNS yang telah memberi ijin dan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Edy Herdyanto, S.H, M.H. selaku Ketua Bagian Hukum Acara. Yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini dan memberikan ilmu-ilmu tentang hukum acara pidana.

(9)

commit to user

ix

4. Bapak Muhammad Rustamaji S.H. M.H. dan Bapak Kristiyadi, S.H, M.Hum. selaku dosen Hukum acara pidana yang telah memberikan dasar-dasar hukum acara pidana

5. Bapak Harjono, S.H, M.H selaku ketua program non reguler Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret.

6. Bapak dan Ibu staf karyawan yang telah membantu dan berperan dalam kelancaran kegiatan proses belajar mengajar dan segala kegiatan mahasiswa di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.

7. Ayahanda, dan Ibunda tercinta, Eyang Putri, “Wiratmokodiningrat” dan Soetomo Prawironegoro”yang tiada hentinya mencurahkan kasih sayangnya dan tidak pernah lelah berdoa, mendorong dan memberikan motivasi kepada penulis selama masa kuliah dan menyelesaikan penulisan hukum ini. Terima kasih untuk kasih sayang, doa serta segenap pengertian, fasilitas, dukungan dan kepercayaan atas segala jalan yang saya pilih dan keputusan yang saya buat, hanya dengan Ridho kalian saya dapat berada di sini hingga saat ini. 8. Teman-teman kuliah angkatan 2007 Fakultas Hukum Universitas Sebelas

Maret Surakarta, teman-teman senasib seperjuangan Nance, Stella, Muty, Alynda, Melati, Andjani, Eko, Eka dan Chusnul dalam mengerjakan penulisan hukum dengan segala informasi dan kesetiannya mendukung dan membantu. 9. Cintaku BINTANG PRIYOMBODO S.H, yang selalu mendampingi,

mendukung dan memberiku motivasi dalam mengerjakan karya tulis ini. 10.Almamaterku, seluruh para penghuni Fakultas Hukum Universitas Sebelas

Maret Surakarta yang beragam, yang telah memberi bekal ilmu pengetahuan dan pengalaman yang indah dan membuatku sangat bersyukur bisa mengenal kalian semua dan kuliah di fakultas hukum.

11.Dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu penyusunan skripsi ini.

(10)

commit to user

x

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan hukum ini masih jauh dari sempurna, mengingat keterbatasan dan kemampuan penulis. Oleh karena itu dengan lapang dada penulis ingin mengharapkan segala saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihak untuk kesempurnaan penulisan hukum ini. Akhir kata semoga penulisan hukum ini dapat bermanfaat bagi kita semua serta ilmu pengetahuan hukum.

Surakarta, Maret 2011 Penulis

(11)

commit to user

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN PERNYATAAN... ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK.. ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Metode Penelitian ... 7

F. Sistematika Penulisan ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 11

A. Kerangka Teori ... 11

1. Tinjauan Tentang Tindak Pidana Penggelapan ... 11

2. Tinjauan Tentang Upaya Hukum ... 13

3. Tinjauan tentang Peninjauan Kembali (PK) ... ... 17

4. Tinjauan Tentang Novum ... 23

B. Kerangka Pemikiran ... 25

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... ... 27

A Novum Sebagai Dasar Dikabulkannya Permohonan Peninjauan Kembali Terpidana dalam Perkara Penggelapan ... 27

1. Posisi Kasus ……….. ... 27

(12)

commit to user

xii

3. Dakwaan ... 27

4. Tuntutan Hukum ... 30

5. Putusan Pengadilan Negeri Bandung ... 31

6. Putusan Pengadilan Tinggi Bandung ... 32

7. Putusan Kasasi ... 33

8. Alasan Pengajuan Peninjauan Kembali oleh Terpidana ... 35

9. Pembahasan ... 36

B Pertimbangan Hakim Mahkamah Agung dalam Memeriksa dan Memutus Pengajuan Peninjauan Kembali dalam Perkara Penggelapan... 38

1. Pertimbangan Hakim Mahkamah Agung ... 38

2. Amar Putusan Mahkamah Agung ... 39

3. Pembahasan ... 39

BAB IV PENUTUP ... 43

A. Simpulan ... 43

B. Saran-Saran ... 43

DAFTAR PUSTAKA ... 44 LAMPIRAN-LAMPIRAN

(13)

commit to user BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Undang-undang Dasar 1945 dan Pancasila, Negara Republik Indonesia adalah negara yang berdasarkan hukum yang menjunjung tinggi hak asasi manusia serta yang menjamin segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya (asas legalitas).

Negara hukum menurut Undang-undang dasar 1945 adalah berdasar pada kedaulatan hukum. Hukumlah yang berdaulat. Negara adalah merupakan subjek hukum, dalam arti rechstaat (badan hukum republik). Karena negara tersebut dipandang subjek hukum, maka jika seseorang atau badan hukum melanggar suatu peraturan bisa dikenakan sanksi pidana karena perbuatan melanggar hukum.

Pengertian umum hak asasi itu sendiri adalah hak-hak dasar yang dimiliki setiap pribadi manusia sebagai anugerah Tuhan yang dibawa sejak lahir, ini berarti bahwa sebagai anugerah dari Tuhan kepada makhluknya. Bagi bangsa Indonesia hak asasi manusia atau yang disebut hak dan kewajiban Warga Negara telah tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945 yang bersumber pada Pancasila.

Keadilan dan perlindungan terhadap harkat dan martabat manusia dalam tindak pidana dibuktikan dengan adanya proses penyelidikan, penyidikan, penuntutan, pemeriksaan sidang, pembuktian, kemudian putusan pengadilan yang dilakukan oleh hakim sebagai pejabat peradilan Negara yang diberi wewenang oleh Undang-Undang untuk mengadili. Semua proses tersebut dilakukan dengan menjunjung tinggi keadilan demi tetap tegaknya hukum dan terpenuhinya semua hak-hak manusia itu sendiri sesuai dengan undang-undang yang berlaku di Negara Republik Indonesia.

(14)

commit to user

Putusan Pengadilan yang tidak memuaskan terdakwa atau penuntut umum dapat diajukan upaya hukum. Upaya hukum adalah hak terdakwa atau penuntut umum untuk tidak menerima putusan pengadilan pada tingkat pertama yang berupa perlawanan atau banding atau kasasi atau hak terpidana untuk mengajukan permohonan Peninjauan kembali dalam hal serta menurut cara yang diatur dalam Undang-Undang. Pasal 263 ayat (1) KUHAP menyatakan bahwa “terhadap putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, kecuali putusan bebas atau lepas dari segala tuntutan hukum, terpidana atau ahli warisnya dapat mengajukan permintaan peninjauan. kembali kepada Mahkamah Agung.”

Tegaknya hukum, keadilan dan perlindungan terhadap harkat dan martabat manusia dalam tindak pidana dibuktikan dengan adanya proses peyelidikan, penyidikan, penuntutan, pemeriksaan sidang, pembuktian, kemudian putusan pengadilan yang dilakukan oleh hakim sebagai pejabat peradilan Negara yang diberi wewenang oleh Undang-Undang untuk mengadili. Semua proses tersebut dilakukan dengan menjunjung tinggi keadilan demi tetap tegaknya hukum.

(15)

commit to user

Upaya hukum dapat dilakukan terdakwa maupun penuntut umum terhadap putusan hakim pada tingkat Pengadilan Negeri dengan mengajukan banding, kecuali terhadap putusan bebas. Apabila terdakwa maupun penuntut umum tidak menerima putusan Pengadilan Tinggi, maka dapat mengajukan kasasi. Upaya hukum banding dan kasasi merupakan upaya hukum biasa, yang diatur dalam KUHAP Bab XVII. Upaya hukum yang dapat ditempuh terpidana terhadap putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap adalah peninjauan kembali. Upaya hukum Peninjauan kembali merupakan upaya hukum luar biasa, karena sebenarnya lembaga ini bertentangan dengan asas kepastian hukum. Prinsip asas kepastian hukum menentukan bahwa putusan hakim yang sudah berkekuatan hukum tetap

(gezag van gewijsde) tidak bisa diubah lagi. Asas kepastian hukum itu disebut

neb is in idem, artinya tidak boleh terjadi dua kali putusan terhadap satu kasus

yang sama antara 2 pihak yang sama.

Upaya hukum Peninjauan Kembali (PK) disebut sebagai upaya hukum luar biasa karena UU memberi kesempatan untuk mengajukan Peninjauan Kembali dengan segala persyaratan yang ketat untuk itu. Ketatnya persyaratan untuk itu adalah untuk menerapkan asas keadilan terhadap pemberlakuan asas kepastian hukum, karena itu Peninjauan Kembali berorientasi pada tuntutan keadilan. Putusan Hakim adalah karya manusia yang tidak luput dari kekhilafan hakim secara manusiawi.

Tujuan dibukanya lembaga Peninjauan Kembali adalah untuk menemukan kebenaran hukum dan keadilan yang sesungguhnya. Namun demikian, demi kepastian hukum maka Peninjauan Kembali ini hanya dapat dilakukan satu kali saja.

Herziening atau Peninjauan Kembali (PK) adalah suatu putusan

(16)

commit to user

sudah mempunyai kekuatan hukum tetap. Dengan digunakannya kata terpidana atau ahli warisnya menandakan bahwa dalam putusan pengadilan yang sudah mempunyai kekuatan tetap yang dimintakan peninjuan kembali, seseorang sudah dinyatakan bersalah dan dijatuhi hukuman pidana atau ada pemidanaan.

Upaya hukum yang dilakukan untuk menjamin hak asasi manusia sebagaimana yang diatur dalam Undang-Undang Dasar 1945. Upaya hukum ini dapat dilakukan terdakwa maupun penuntut umum terhadap putusan hakim pada tingkat Pengadilan Negeri dengan mengajukan banding, kecuali terhadap putusan bebas. Bilamana terdakwa maupun penuntut umum tidak menerima putusan Pengadilan Tinggi, dapat mengajukan kasasi.

Upaya hukum banding dan kasasi merupakan upaya hukum biasa, yang diatur dalam KUHAP Bab XVII. Upaya hukum yang dapat ditempuh terpidana terhadap putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap adalah peninjauan kembali. Upaya hukum Peninjauan kembali merupakan upaya hukum luar biasa, karena sebenarnya lembaga ini bertentangan dengan asas kepastian hukum. Prinsip asas kepastian hukum menentukan bahwa putusan hakim yang sudah berkekuatan hukum tetap

(gezag van gewijsde) tidak bisa diubah lagi. Asas kepastian hukum itu disebut

neb is in idem, artinya tidak boleh terjadi dalam dua kali putusan dengan satu

kasus yang sama antara 2 pihak yang sama pula.

Maksud dan tujuan dibukanya lembaga Peninjauan Kembali adalah untuk menemukan kepastian hukum dan keadilan yang sebenar-benarnya. Pasal 263 ayat (2) memuat daftar dasar yang dapat diajukan untuk melakukan peninjauan kembali oleh terpidana atau ahli warisnya.

(17)

commit to user

2. Apabila dalam pelbagai putusan terdapat pernyataan bahwa sesuatu telah terbukti, akan tetapi hal atau keadaan sebagai dasar dan alasan putusan yang dinyatakan telah terbukti itu, ternyata telah bertentangan satu dengan yang lain;

3. Apabila putusan itu dengan jelas memperlihatkan suatu kekhilafan hakim atau suatu kekeliruan yang nyata.

Menurut KUHAP, jaksa berhak dapat mengajukan PK tetapi hanya terbatas pada putusan-putusan yang telah berkekuatan hukum tetap yang dalam pertimbangan hukumnya dinyatakan perbuatan yang didakwakan terbukti tetapi tidak diikuti dengan suatu pemidanaan. Oleh karena itu perlu dilakukan koreksi terhadap praktek hukum yang ada dan melakukan perbaikan-perbaikan dimana perlu di kalangan hakim, jaksa, dan advokat untuk mengatasi kekeliruan-kekeliruan yang dilakukan dalam proses hukum semenjak munculnya kasus PK oleh jaksa.

Dari ayat 2 ini jelas bahwa alasan-alasan untuk mengajukan permintaan PK itu terbatas. Ia hanya diperuntukkan bagi kepentingan terpidana dan bertujuan untuk melindungi hak terpidana dari kesalahan menerapkan hukum atau salah menghukum orang. Ini terlihat pada butir pertama, "hasilnya akan berupa putusan bebas atau putusan lepas dari segala tuntutan hukum atau tuntutan penuntut umum tidak dapat diterima atau terhadap perkara itu diterapkan ketentuan pidana yang lebih ringan" sama sekali tidak disebutkan untuk memberatkan hukuman.

Berdasarkan dengan Pasal 263 ayat (3) tersebut, alat bukti baru (Novum) mempunyai peranan yang sangat penting, yaitu apabila novum tersebut dapat diterima oleh Mahkamah Agung, maka dapat menghasilkan putusan diantaranya, sebagai berikut : putusan bebas, Putusan lepas dari segala tuntutan hukum, putusan tidak dapat menerima tuntutan penuntut umum dan putusan dengan menetapkan ketentuan pidana yang lebih ringan.

(18)

commit to user

dapat menghasilkan putusan Bebas dan hal-hal apakah yang harus diperhatikan dalam penggunaan Novum untuk kepentingan Peninjauan Kembali (PK), karena ada berbagai kriteria untuk dapat dikatakan Novum sehingga dapat diajukan dalam Pemeriksaan Peninjauan Kembali (PK). Penulis akan mengkaji masalah tersebut dalam bentuk penulisan hukum ini dengan judul : ANALISIS

YURIDIS NOVUM SEBAGAI DASAR DIKABULKANNYA

PERMOHONAN PENINJAUAN KEMBALI TERPIDANA DALAM

PERKARA PENGGELAPAN (STUDI KASUS DALAM PUTUSAN

MAHKAMAH AGUNG NO. 14 PK/PID/1997, TANGGAL 14

NOPEMBER 1997)

B. Perumusan Masalah

Sehubungan dengan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, penulis menetapkan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimanakah bentuk novum sebagai dasar dikabulkannya permohonan peninjauan kembali terpidana dalam perkara penggelapan?

2. Bagaimanakah Pertimbangan Hakim Mahkamah Agung dalam Memeriksa dan Memutus Pengajuan Peninjauan Kembali dalam Perkara Penggelapan

C. Tujuan Penelitian

Adapun mengenai tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Tujuan Obyektif

a. Untuk mengetahui peranan novum dalam pemeriksaan peninjauan kembali (PK) oleh Mahkamah Agung berkaitan dengan perkara penggelapan dengan terpidana David alias ayung.

(19)

commit to user

2. Tujuan Subyektif

a. Untuk memperoleh data yang berhubungan dengan masalah yang diteliti sebagai bahan utama penyusunan penulisan hukum guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar kesarjanaan di bidang ilmu hukum Fakultas Universitas Sebelas Maret Surakarta. b. Untuk menambah wawasan dalam memperluas pemahaman arti

pentingnya ilmu hukum dalam teori dan praktek, khususnya Hukum Acara.

c. Memberi gambaran dan sumbangan pemikiran bagi ilmu hukum.

D. Manfaat Penelitian

Dalam penelitian tentunya sangat diharapkan adanya manfaat dan kegunaan yang dapat diambil dalam penelitian tersebut. Adapun manfaat yang didapat dari penelitian ini adalah :

1. Manfaat Teoritis

a. Untuk sedikit memberi sumbangan pengetahuan dan pikiran dalam mengembangkan ilmu pengetahuan pada umumnya dan ilmu hukum pada khususnya.

b. Sebagai bahan masukan untuk pengkajian dan penulisan karya ilmiah di bidang hukum.

2. Manfaat Praktis

a. Untuk memberikan jawaban atas pertanyaan yang diteliti.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu dan memberi masukan serta tambahan pengetahuan bagi pihak-pihak yang terkait dengan masalah yang diteliti.

E. Metode Penelitian

(20)

commit to user

Penelitian hukum dilakukan untuk mencari pemecahan atas isu hukum yang timbul. Oleh karena itu, penelitian hukum merupakan suatu penelitian di dalam kerangka know-how di dalam hukum. Hasil yang dicapai adalah untuk memberikan preskripsi dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi (Peter Mahmud Marzuki, 2006:41).

1. Jenis Penelitian

Berdasarkan judul penelitian dan rumusan masalah, penelitian yang dilakukan termasuk dalam kategori penelitian hukum normatif atau penelitian hukum kepustakaan. Penelitian Hukum normatif memiliki definisi yang sama dengan penelitian doktrinal yaitu penelitian berdasarkan bahan-bahan hukum yang fokusnya pada membaca dan mempelajari bahan-bahan hukum primer dan sekunder (Johny Ibrahim, 2006:44).

2. Sifat Penelitian

Penelitian hukum ini bersifat preskriptif. Penelitian preskriptif adalah penelitian yang dimaksud untuk menemukan suatu kebenaran dan menarik suatu kesimpulan dari isu-isu hukum yang ada untuk menemukan aturan-aturan yang relevan. (Peter Mahmud Marzuki, 2006:22). Dalam penulisan ini lebih lanjut akan dikaji tentang mengenai peranan novum dalam pemeriksaan peninjauan kembali dan persyaratan apa saja yang harus diperhatikan dalam penggunaan Novum untuk kepentingan peninjauan kembali.

3. Jenis Bahan Hukum

(21)

commit to user

4. Sumber Bahan Hukum

Sumber bahan hukum yang digunakan berupa bahan hukum sekunder adalah:

a. Bahan hukum primer

Bahan hukum primer adalah bahan hukum atau bahan pustaka yang mempunyai kekuatan mengikat secara yuridis, adapun yang penulis gunakan adalah

1) Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP)

2) Putusan Mahkamah Agung No.14 pk/pid/1997, tanggal 14 Nopember 1997.

b. Bahan hukum sekunder

Bahan hukum sekunder yaitu bahan yang memberikan penjelasan hukum primer : yaitu buku-buku ilmiah yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti, hasil penelitian yang relevan dan buku-buku penunjang lain.

5. Teknik Pengumpulan Data

Dalam menyelesaikan penelitian ini, teknik pengumpulan data dengan cara kepustakaan, peneliti membaca, mengkaji, mempelajari isi dari bahan pustaka berupa putusan Mahkamah Agung, mengumpulkan data sekunder dari peraturan perundang-undangan, buku-buku, karangan ilmiah, dokumen resmi, serta pengumpulan data melalui media internet. 6. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan langkah yang penting dalam suatu kesimpulan dalam penelitian.

(22)

commit to user I. Sistematika Penulisan Hukum

Maka dalam penulisan skripsi tersusun secara teratur dan berurutan, penulis akan membuat sistematika sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini penulis menguraikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan hukum.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini penulis menguraikan mengenai tentang teori landasan pemikiran dan pembahasan yaitu dengan teknik analisis data beserta sub bab bagian penelitian

BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini akan diuraikan tentang peranan novum didalam pemeriksaan upaya hukum luar biasa yaitu upaya hukum peninjauan Kembali (PK) dengan terpidana David atau Ayung dimana novum dapat menghasilkan putusan Mahkamah Agung yang berprinsip keadilan serta persyaratan apa saja yang dimiliki berdasarkan perundang-undangan yang berlaku

BAB IV : PENUTUP

Bab ini berisi mengenai kesimpulan dan saran terkait dengan pembahasan permasalahan yang telah diteliti.

DAFTAR PUSTAKA

(23)

commit to user BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori

1. Tinjauan Tentang Tindak Pidana Penggelapan

a. Pengertian Tindak Pidana

Pembentuk Undang-Undang di Indonesia menggunakan istilah straafbaarfeit untuk menyebutkan nama tindak pidana. Dalam bahasa Belanda straafbaarfeit terdapat dua unsur pembentuk kata yaitu straafbaar dan feit. Perkataan feit dalan bahasa Belanda diartikan “sebagian dari kenyataan”, sedang straafbaar berarti “dapat dihukum”. Sehingga jika diartikan secara harafiah

straafbaarfeit berarti “sebagian dari kenyataan yang dapat dihukum”.

Beberapa pakar hukum pidana memberikan pengertian yang berbeda-beda mengenai straafbaarfeit. Menurut P.A.F. Lamintang pembentuk Undang-Undang kita telah menggunakan perkataan

starfbaar feit” untuk menyebutkan apa yang kita kenal sebagai

”tindak pidana” di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana. Perkataan ”feit” itu sendiri dalam Bahasa Belanda berarti ”sebagian dari suatu kenyataan” sedangkan ”starfbaar ” berati ”dapat dihukum”, sehingga secara harfiah perkataan ”starfbaar feit” dapat diterjemahkan sebagai ”sebagian dari suatu kenyataan yang dapat dihukum” yang sudah barang tentu tidak tepat karena kita ketahui bahwa yang dapat di hukum adalah manusia sebagai pribadi dan bukan kenyataan, perbuatan, ataupun tindakan (P.A.F. Lamintang, 1997:181).

Moeljatno menggunakan istilah “perbuatan pidana”, yang didefinisikan sebagai “Perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum larangan mana disertai ancaman (sanksi) yang berupa pidana tertentu, bagi barang siapa melanggar larangan tersebut” (Moeljatno, 2002:54).

(24)

commit to user

b. Pengertian Tindak Pidana Penggelapan

Tindak Pidana Penggelapan diatur pada Bab XXIV (buku II) KUHP, terdiri dari 5 pasal (372 s/d 376). Salah satunya yakni Pasal 372 KUHP, merupakan tindak pidana penggelapan dalam bentuk pokok yang rumusannya berbunyi:

"Barang siapa dengan sengaja menguasai secara melawan hukum sesuatu benda yang seharusnya atau sebagian merupakan kepunyaan oranglain yang berada padanya bukan karena kejahatan, karena bersalah melakukan penggelapan, dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya 4 (empat) tahun atau dengan pidana denda setinggi-tingginya 900 (sembilan ratus) rupiah."

Tindak Pidana Penggelapan ini mempunyai unsur-unsur sebagai berikut :

1) unsur subjektif : dengan sengaja; 2) unsur objektif :

a) barangsiapa;

b) menguasai secara melawan hukum; c) suatu benda;

d) sebagian atau seluruhnya kepunyaan orang lain; e) berada padanya bukan karena kejahatan.

Bentuk pokok pembentuk undang-undang telah mencantumkan unsur kesengajaan atau opzettelijk sebagai salah satu unsur dalam tindak pidana penggelapan. Unsur dengan sengaja merupakan satu-satunya unsur subjektif didalam tindak pidana penggelapan, yakni unsur yang melekat pada subjek tindak pidana ataupun yang melekat pada pribadi pelakunya. Dan dengan sendirinya unsur opzettelijk harus didakwakan didalam surat dakwaan, dan karena unsur tersebut didakwaan terhadap seorang terdakwa, dengan sendirinya juga harus dibuktikan di sidang pengadilan yang memeriksa perkara terdakwa. Pengertian yuridis mengenai penggelapan dimuat dalam pasal

(25)

commit to user

arti sebagai membuat sesuatu menjadi gelap atau tidak terang, seperti arti kata yang sebenarnya. Perkataan verduistering yang ke dalam bahasa kita diterjemahkan secara harfiah dengan penggelapan itu, bagi masyarakat Belanda diberikan arti secara luas (figurlijk), bukan diartikan seperti arti kata yang sebenarnya sebagai yang membuat sesuatu menjadi tidak terang atau gelap. Berikut contoh singkat terkait kasus ini :

Seseorang dititipkan sebuah telepon selular (handphone) oleh temannya, karena suatu kejadian teman yang diamanatkan tersebut memerlukan uang, maka handphone tersebut dijualnya. Teman yang menjual handphone ini menyalahgunakan kepercayaan yang diberikan temannya itu namun tidak berarti handphone tersebut dibuatnya menjadi gelap atau tidak terang. Lebih mendekati pengertian bahwa teman yang melakukan tindakan tersebut menyalahgunakan haknya sebagai yang menguasai benda, hak mana tidak boleh melampaui dari haknya sebagai seorang yang diberi kepercayaan untuk menguasai atau memegang handphone itu.

Dari rumusan penggelapan sebagaimana contoh di atas, jika dirinci terdiri dari unsur-unsur objektif meliputi perbuatan memiliki

(zicht toe.igenen), sesuatu benda (eenig goed), yang sebagian atau

seluruhnya milik orang lain, yang berada dalam kekuasaannya bukan karena kejahatan, dan unsur-unsur subjektif meliputi penggelapan dengan sengaja (opzettelijk), dan penggelapan melawan hukum

(wederrechtelijk).

2. Tinjauan Tentang Upaya Hukum

(26)

commit to user

luar biasa. Upaya hukum biasa diatur dalam Bab XVII sedangkan upaya hukum luar biasa Bab XVIII.

Terhadap putusan Pengadilan, Terpidana berhak dapat melakukan upaya hukum berupa menerima atau menolak putusan tersebut. Menurut Pasal 1 butir (12) KUHAP, Upaya hukum adalah hak terdakwa atau penuntut umum untuk tidak menerima putusan pengadilan yang berupa perlawanan atau banding atau kasasi atau hak terpidana untuk mengajukan permohonan peninjauan kembali (PK) dalam hal serta menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini.

a. Upaya Hukum Biasa 1) Banding

Banding adalah alat hukum (rechtsmiddel) yang merupakan hak Terdakwa, atau juga Penuntut Umum, untuk memohon supaya putusan Pengadilan Negeri diperiksa kembali oleh Pengadilan Tinggi. Tujuan dari hak ini adalah untuk memperbaiki kemungkinan adanya kekhilafan pada putusan pertama. Hak memohon banding ini senantiasa diperingatkan oleh Hakim kepada Terdakwa setelah putusan diucapkan. Pengadilan Tinggi dapat membenarkan, mengubah atau membatalkan putusan Pengadilan Negeri.

Menurut ketentuan Pasal 67 KUHAP, Terdakwa atau Penuntut umum berhak untuk minta banding terhadap putusan Pengadilan tingkat pertama kecuali terhadap putusan bebas, lepas dari segala tuntutan hukum yang menyangkut masalah kurang tepatnya penerapan hukum dan putusan Pengadilan dalam acara cepat.

Putusan pengadilan negeri dapat dimintakan kasasi dalam hal lepas dari segala tuntutan hukum yang menyangkut kurang tepatnya penerapan hukum.

Sebenarnya tujuan banding itu ada dua :

(27)

commit to user

2) Untuk pemeriksaan baru untuk keseluruhan perkara itu. Oleh sebab itu banding sering juga disebut revisi.

Pemeriksaan banding sebenarnya merupakan penilaian baru

(judicium novum). Jadi, dapat diajukan saksi-saksi baru, ahli-ahli

dan surat-surat baru. Menurut pendapat penulis, KUHAP tidak melarang hal demikian, karena oleh Pasal 238 ayat (4) KUHAP ditegaskan :

“Jika dipandang perlu pengadilan tinggi mendengar sendiri keterangan terdakwa atau saksi atau penuntut umum dengan menjelaskan secara singkat dalam surat panggilan kepada mereka tentang apa yang ingin diketahuinya”

Begitu pula Pasal 240 ayat (1) KUHAP yang berbunyi : “Jika pengadilan Tinggi berpendapat bahwa pemeriksaan tingkat pertama ternyata ada kelainan dalam penerapan hukum acara atau kekeliruan atau ada yang kurang lengkap, maka pengadilan tinggi dengan suatu keputusan dapat memerintahkan pengadilan negeri untuk memperbaiki hal itu atau pengadilan tinggi melakukan sendiri “

2) Kasasi

Kasasi adalah suatu alat hukum yang merupakan wewenang dari Mahkamah Agung untuk memeriksa kembali putusan-putusan dari Pengadilan-pengadilan terdahulu, dan ini merupakan peradilan terakhir.

Menurut ketentuan Pasal 244 KUHAP, Terhadap putusan perkara pidana yang diberikan pada tingkat terakhir oleh pengadilan lain selain daripada Mahkamah Agung, Terdakwa atau Penuntut umum dapat mengajukan permintaan pemeriksaan kasasi kepada Mahkamah Agung kecuali terhadap putusan bebas.

(28)

commit to user

a) Apakah benar suatu peraturan hukum tidak diterapkan atau diterapkan tidak sebagaimana mestinya;

b) Apakah benar cara mengadili tidak dilaksanakan menurut ketentuan undang-undang;

c) Apakah benar pengadilan telah melampaui batas wewenangnya.

Sejalan dengan Pasal 253(1) KUHAP, Pasal 30(1) UU No. 5/2004 tentang Perubahan atas UU No. 14/1985 tentang Mahkamah Agung menyebutkan bahwa: Mahkamah Agung dalam tingkat kasasi membatalkan putusan atau penetapan pengadilan-pengadilan dari semua lingkungan peradilan karena:

a) Tidak berwenang atau melampaui batas wewenang; b) Salah menerapkan atau melanggar hukum yang berlaku;

c) Lalai memenuhi syarat-syarat yang diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan yang mengancam kelalaian itu dengan batalnya putusan yang bersangkutan.

a. Upaya Hukum Luar Biasa

Upaya hukum luar biasa merupakan pengecualian dari upaya hukum biasa. Upaya ini diajukan terhadap putusan Pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap, dimana upaya hukum hukum biasa tidak dimungkinkan lagi untuk dilakukan. Upaya hukum luar biasa terdiri dari Kasasi Demi Kepentingan Hukum dan Peninjauan Kembali (PK).

Kasasi demi kepentingan hukum hanya dapat diajukan oleh Jaksa Agung. Kasasi demi kepentingan hukum secara formal didasarkan pada Pasal 259 KUHAP, yang menentukan sebagai berikut:

(29)

commit to user

b) Putusan kasasi demi kepentingan hukum tidak boleh merugikan pihak yang berkepentingan.

Permohonan kasasi demi kepentingan hukum hanya dapat diajukan satu kali saja oleh Jaksa Agung kepada Mahkamah Agung RI. Hukuman yang dijatuhkan tidak boleh lebih berat dari hukuman semula yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap.

3. Tinjauan tentang Peninjauan Kembali (PK)

a. Pengertian Peninjauan Kembali

Konsep peninjauan kembali berasal dari istilah perancis

‘request civile’ dalam perkara perdata dan perkara pidana diistilahkan

‘herziening’ dalam bahasa Belanda. Menurut Soediryo, seperti dikutip Rusli Muhammad, peninjauan kembali adalah suatu upaya hukum yang dipakai untuk memperoleh penarikan kembali atau perubahan terhadap putusan hakim yang pada umumnya tidak dapat diganggu gugat lagi (Rusli Muhammad, 2007:285). Blacks Law Dictionary memberikan definisi PK atau judicial review sebagai a court’s review of a lower court’s or an administrative body’s factual or legal findings

(Bryan A. Gamer, et.al, 2004:864).

Kata peninjauan kembali diterjemahkan dari kata “Herziening”, Mr. M. H. Tirtaamijaya menjelaskan herziening adalah sebagai jalan untuk memperbaiki suatu putusan yang telah menjadi tetap-jadinya tidak dapat diubah lagi dengan maksud memperbaiki suatu kealpaan hakim yang merugikan si terhukum…, kalau perbaikan itu hendak dilakukan maka ia harus memenuhi syarat, yakni ada sesuatu keadaan yang pada pemeriksaan hakim, yang tidak diketahui oleh hakim itu…, jika ia mengetahui keadaan itu, akan memberikan putusan lain.

(30)

commit to user

Peninjauan kembali sebagai upaya hukum luar biasa diatur dalam Bab XVIII bagian kedua Pasal 263 sampai dengan Pasal 269 KUHAP yang merupakan penjabaran lebih jauh dari Pasal 23 Undang-Undang No. 14 Tahun 1970 Jo Undang-UndangNo. 35 Tahun 1999 Jo. Undang-undang No. 4 tahun 2004 Tentang Kekuasaan Kehakiman.

Upaya hukum peninjauan kembali disebut sebagai upaya hukum luar biasa adalah karena upaya hukum yang terakhir yang dapat ditempuh terhadap pemeriksaan suatu perkara. Upaya Hukum merupakan cara yang dapat dilakukan dalam pemeriksaan perkara yang diajukan ke pengadilan dengan harapan akan tercapainya tujuan hukum yaitu memperoleh keadilan mendapatkan manfaat atas penegakkan hukum yang diharapkan serta menjamin adanya kepastian hukum terhadap penegakan hukum tersebut.

(31)

commit to user

1) Peninjauan kembali Putusan Pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap dapat dilakukan oleh terpidana atau ahli warisnya.

2) Peninjauan kembali putusan Pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap hanya dapat dilakukan terhadap putusan yang memberikan pidana kepada terpidana.

3) Terhadap putusan bebas atau vrijspraak dan putusan pelepasan dari segala tuntutan hukum atau onslag van alle rechtsvervolging tidak dapat diajukan peninjauan kembali.

4) Permohonan pengajuan peninjauan kembali tidak dibatasi dengan suatu jangka waktu.

Dua definisi di atas tersebut rasanya cukup mewakili dari sekian banyaknya definisi yang ada karena rujukan aturan prosedur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) Indonesia tidak memberikan definisi yang pasti tentang Peninjauan Kembali. Dasar Hukum Peninjauan Kembali menurut KUHAP dalam Pasal 263 ayat (1) menyebutkan bahwa “terhadap putusan pengadilan yang sudah berkekuatan hukum tetap, kecuali putusan bebas atau lepas dari segala tuntutan hukum, terpidana atau ahli warisnya dapat mengajukan permintaan peninjauan kembali kepada Mahkamah Agung.” Pasal ini dapat ditarik dua makna yaitu pertama, tidak dapat diakukan upaya peninjauan kembali terhadap putusan bebas dari segala tuntutan hukum. Kedua, PK merupakan upaya hukum yang ditujukan untuk melindungi kepentingan terhukum sehingga hanya terpidana atau ahli warisnya yang berhak mengajukan.

(32)

commit to user

yang terjadi di Jawa Barat pada tahun 1977, kisah Sengkon dan Karta tentu masih melegenda hingga saat ini.

Pada tahun 1974 telah terjadi perampokan dan pembunuhan terhadap pasangan suami-isteri Sulaiman-Siti Haya di Desa Bojongan, Bekasi. Beberapa saat setelah kejadian tersebut, Polisi menangkap Sengkon dan Karta dan menetapkan keduanya sebagai tersangka. Sengkon dan Karta menolak menandatangani berita acara pemeriksaan. Tapi lantaran tak tahan menerima siksaan polisi, keduanya lalu menyerah. Hakim Djurnetty Soetrisno lebih mempercayai cerita polisi ketimbang bantahan kedua terdakwa. Maka pada Oktober 1977, Sengkon divonis 12 tahun penjara, dan Karta 7 tahun. Putusan itu dikuatkan Pengadilan Tinggi Jawa Barat.

Dalam dinginnya tembok penjara mereka bertemu seorang penghuni penjara bernama Gunel, keponakan Sengkon, yang lebih dulu dibui lantaran kasus pencurian. Sewaktu Sengkon sedang sekarat di LP Cipinang, seorang narapidana bernama Gunel merasa iba. Dengan jujur dan merasa berdosa ia minta maaf kepada Sengkon yang harus mendekam di penjara karena perbuatan yang tidak dilakukannya. Gunel kemudian mengaku bahwa ia bersama teman-temannya telah membunuh Sulaiman dan Siti Haya, bukan Sengkon dan Karta. Pengakuan Gunel, yang masuk LP Cipinang karena kasus lain itu, akhirnya diketahui media massa. Waktu itu para petinggi hukum dan para pelaksana di lapangan sigap. DPR juga ikut campur tangan. Media massa berpartisipasi aktif. Dan akhirnya Kejaksaan Agung lalu mengajukan Penangguhan Pelaksanaan Menjalani Hukuman bagi Sengkon dan Karta. Akhirnya, pada Oktober 1980, Gunel dijatuhi hukuman 12 tahun penjara. Meski begitu, hal tersebut tak lantas membuat Sengkon dan Karta bisa bebas. Sebab sebelumnya mereka tak mengajukan banding, sehingga vonis dinyatakan telah berkekuatan hukum tetap.16 Untung ada Albert

(33)

commit to user

(MA) Oemar Seno Adji memerintahkan agar keduanya dibebaskan lewat jalur peninjauan kembali.

Berada di luar penjara tidak membuat nasib mereka membaik. Karta harus menemui kenyataan pahit keluarganya kocar-kacir entah ke mana. Dan rumah dan tanah mereka yang seluas 6.000 meter persegi di Desa Cakung Payangan, Bekasi, telah amblas untuk membiayai perkara mereka. Sementara Sengkon harus dirawat di rumah sakit karena tuberkulosisnya makin parah, sedangkan tanahnya yang selama ini ia andalkan untuk menghidupi keluarga juga sudah ludes dijual. Tanah itu dijual istrinya untuk menghidupi anak-anaknya dan membiayai dirinya saat diproses di polisi dan pengadilan. Walau hanya menanggung beban seorang istri dan tiga anak, Sengkon tidak mungkin meneruskan pekerjaannya sebagai petani,

b. Dasar Peninjauan Kembali

Ada tiga dasar yang dapat dijadikan alasan pengajuan yaitu, : (1) Apabila terdapat suatu keadaan baru yang diduga kuat bahwa jika

keadaan itu sudah diketahui pada waktu sidang masih berlangsung hasilnya akan berupa putusan bebas atau putusan lepas dari segala tuntutan hukum atau tuntutan penuntut umum tidak dapat diterima atau terhadap perkara tersebut diterapkan ketentuan pidana yang lebih ringan.

(2) apabila dalam pelbagai putusan terdapat pernyataan bahwa sesuatu telah terbukti akan tetapi hal atau keadaan sebagai dasar atau alasan putusan yang dinyatakan telah terbukti itu, ternyata telah bertentangan satu dengan yang lain.

(34)

commit to user c. Asas-Asas Peninjauan Kembali

Asas-asas yang melekat dalam upaya hukum Peninjauan Kembali ada beberapa macam, asas-asas tersebut masih perlu peningkatan dan dapat dipergunakan sebagai pedoman dalam proses dan pelaksanaan Peninjauan Kembali (M.Yahya Harahap, 2002:639).

1) Pidana yang dijatuhkan tidak boleh melebihi putusan semula.

Asas tersebut diatur dalam Pasal 266 ayat (3) KUHAP yang menegaskan bahwa pidana yang dijatuhkan dalam putusan peninjauan kembali tidak boleh melebihi pidana yang telah dijatuhkan dalam putusan semula. Mahkamah Agung tidak boleh menjatuhkan putusan yang melebihi putusan pidana semula, yang diperkenankan adalah menerapkan ketentuan pidana yang lebih ringan sebagaimana yang ditentukan dalam Pasal 266 ayat (2) huruf b angka 4 KUHAP.

Asas pidana yang dijatuhkan tidak boleh melebihi putusan semula ini sejalan dengan tujuan yang terkandung dalam lembaga upaya Peninjauan Kembali yaitu membuka kesempatan kepada terpidana untuk membela kepentingannya agar terlepas dari ketidakbenaran penegakan hukum (M.Yahya Harahap, 2002:639 ). 2) Permintaan Peninjauan Kembali tidak menangguhkan pelaksanaan

putusan.

Asas tersebut tidak mutlak menangguhkan maupun menghentikan pelaksanaan eksekusi. Peninjauan Kembali tidak merupakan alasan yang menghambat apalagi menghapus pelaksanaan pelaksanaan putusan sehingga proses permohonan Peninjauan Kembali dapat berjalan namun pelaksanaan putusan juga tetap berjalan.

(35)

commit to user

pelaksanaan putusan. Anjuran Pasal 268 ayat (1) KUHAP tersebut banyak yang menyalahgunakan sehingga sikap yang seperti itu dapat menimbulkan bahaya dan keguncangan dalam pelaksanaan penegakan hukum, yang dikehendaki dalam Pasal tersebut ialah sikap dan kebijaksanaan yang matang dan beralasan serta mengkaitkan dengan jenis pidana maupun sifat dan kualitas yang menjadi landasan permintaan Peninjauan Kembali ( M.Yahya Harahap, 2002 : 640 ).

3) Permintaan Peninjauan Kembali hanya dapat dilakukan satu kali. Pasal 283 ayat (3) KUHAP membenarkan atau memperkenankan Peninjauan Kembali atas suatu perkara hanya satu kali saja. Asas ini disebut sebagai asas Nebis In Idem yang dikemukakan dalam Pasal 76 KUHP, sedang dalam perkara perdata diatur dalam Pasal 1918 BW. Asas ini juga berlaku terhadap permintaan Kasasi dan Kasasi Demi Kepentingan Hukum. Dalam Peninjauan Kembali, asas ini lebih menyentuh rasa keadilan karena asas ini merupakan suatu tantangan antara kepastian hukum dengan rasa keadilan dan dengan berani mengorbankan keadilan dan kebenaran demi tegaknya kepastian hukum ( M.Yahya Harahap, 2002 : 640 ).

4. Tinjauan Tentang Novum

a. Pengertian Novum

Novum adalah keadaan baru yang menimbulkan kuat, bahwa jika

keadaan itu sudah diketahui pada waktu sidang masih berlangsung, hasilnya akan berupa putusan bebas atau putusan lepas dari segala tuntutan hukum atau tuntutan penuntut umum tidak dapat diterima atau terhadap perkara itu diterapkan ketentuan pidana yang lebih ringan.(Pasal 263 ayat 2).

(36)

commit to user

baru itu bisa diajukan sebagai novum. Karena itu, menurut Nasrullah, perubahan hukum atau undang-undang dapat dijadikan novum.

Putusan MK dapat dijadikan sebagai novum untuk mengajukan PK. Pasalnya, putusan MK tersebut dapat dikategorikan sebagai suatu keadaan baru sebagaimana dimaksud dalam Pasal 263 ayat 2 KUHAP.

b. Jenis-Jenis Novum

Mengenai jenis-jenis novum ada 3 macam, yaitu Putusan Mahkamah Konstitusi (MK), Saksi fakta, Putusan bebas terdakwa lainnya dalam kasus yang sama.

1) Putusan Mahkamah Konstitusi (MK)

Putusan Mahkamah Konstitusi dapat dijadikan sebagai

novum karena putusan Mahkamah Konstitusi (MK) tersebut dapat

dikategorikan sebagai suatu keadaan baru sebagaimana dimaksud dalam Pasal 263 ayat 2 KUHAP.

2) Saksi fakta

Suatu keadaan baru, yang berupa keterangan saksi yang belum pernah diajukan dalam persidangan baik di tingkat pertama, banding dan kasasi.

3) Putusan bebas terdakwa lainnya dalam kasus yang sama

Hal ini berdasarkan pada teori Von Buri yaitu Teori

Conditio Sine Quanon, yang menyatakan bahwa semua syarat,

(37)

commit to user

Menurut Van Hamel, salah seorang penganut teori Van Buri, bahwa secara ilmiah teori Van Buri adalah satu-satunya teori yang secara logis dapat dipertahankan.

(38)

commit to user PENJELASAN

Di dalam peraturan perundang-undangan segala perbuatan tindak pidana wajib di adili dan atas perbuatan tersebut seseorang dapat dipidana aturan pidana dalam perundang-undangan. Apabila seseorang melakukan suatu tindakan pidana akan mendapat dakwaan. Dari dakwaan-dakwaan tersebut akan diperoleh putusan dari proses persidangan di pengadilan. Proses persidangan tersebut dimulai dari tingkat Pengadilan Negeri di wilayah daerah yang bersangkutan. Pada putusan Pengadilan Negeri, terdakwa atau penuntut umum dapat mengajukan upaya hukum. Baik pada upaya hukum biasa maupun upaya hukum luar biasa.

Upaya hukum terakhir yang dapat dilakukan oleh terpidana adalah upaya hukum Peninjauan Kembali (PK) kepada Mahkamah Agung. Upaya hukum Peninjauan kembali hanya dapat dilakukan terhadap putusan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap. Terhadap putusan Peninjauan Kembali (PK) tidak dapat diajukan lagi Peninjauan Kembali (PK).

Salah satu persyaratan pengajuan Peninjauan Kembali (PK) adalah dengan adanya ditemukan keadaan baru (Novum) yang menimbulkan dugaan kuat bahwa jika keadaan itu sudah diketahui pada waktu sidang masih berlangsung, hasilnya akan berupa putusan bebas atau putusan lepas dari segala tuntutan hukum atau tuntutan penuntut umum tidak dapat diterima atau terhadap perkara itu diterapkan ketentuan pidana yang lebih ringan.

(39)

commit to user BAB III

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Novum Sebagai Dasar Dikabulkannya Permohonan Peninjauan Kembali

Terpidana dalam Perkara Penggelapan

1. Kasus Posisi

David alias Ayung secara bersama-sama dengan Stem Liong An ataupun masing-masing mereka bertindak sendiri-sendiri. secara terus-menerus dipandang sebagai suatu perbuatan yang diteruskan, pada waktu antara bulan Januari 1994 sampai bulan Januari 1995. bertempat di Toko Laut Timur Jl. Fahrudin No. 36 Bk/k C.26 Pasar tanah Abang Bukit Jakarta yang setidak-tidaknya berdasarkan Pasal 84 ayat (2) KUHAP Pengadilan Negeri Bandung berwenang untuk mengadili perkaranya, dengan sengaja memiliki dengan melawan hak sesuatu barang yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain atau sesuatu barang yang bukan milik terdakwa, dan barang-barang itu ada padanya bukan karena kejahatan 2. Identitas Terpidana

Nama : David alias Ayung 3. Dakwaan

Primair :

Bahwa terdakwa secara bersama-sama dengan Stem Liong An ataupun masing-masing mereka bertindak sendiri-sendiri. secara terus-menerus dipandang sebagai suatu perbuatan yang diteruskan, pada waktu dan tempat yang sudah tidak dapat diketahui secara pasti antara bulan Januari 1994 sampai bulan Januari 1995. bertempat di Toko Laut Timur Jl. Fahrudin No. 36 Bk/k C.26 Pasar tanah Abang Bukit Jakarta yang setidak-tidaknya berdasarkan Pasal 84 ayat (2) KUHAP Pengadilan Negeri Bandung berwenang untuk mengadili perkaranya, dengan sengaja rnemiliki dengan melawan hak sesuatu barang yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang (lain atau sesuatu barang yang bukan milik terdakwa, dan barang-barang itu ada padanya bukan karena kejahatan

(40)

commit to user

yang dilakukan dengan cara-cara Terdakwa selaku pengelola Toko PD Laut Timur sekitar tahun 1991 berdagang kain di Pasar Tanah Abang berhubungan dengan PT. Multi Indah melalui Siem Liong dengan cara memesan barang dan setelah barang diterima, terdakwa mentransfer uangnya ke rekening PT. Multi Indah AC No. 1001.5 atau ke rekening Kurnia Herijanto AC No. 123.3 selaku Direktur Utama PT. Multi Indah, selanjutnya terdakwa menerima faktur asli dan Siem Liong sebagai bukti pelunasan barang. Sejak bulan Januari 1994 terdakwa memotong harga yang tercantum dalam faktur pengiriman barang 30 - 40% yang dibicarakan kepada Siem Liong An tanpa mengkonfirmasikannya kepada PT. Multi Indah, sejak itu pula barang yang diterima oleh terdakwa ditentukan sendiri harganya dan dipotong harganya 30-40% dari harga yang tercantum dalam faktur. Faktur asli pemesanan barang menunjukkan masih ada barang yang belum dibayar sebesar ± 8.761.867.935,75 yang dengan cara perhitungan terdakwa bersama Siem Liong An tanpa seijin dari PT. Multi Indah. terdakwa hanya membayar sebesar Rp.4,732.270.673 akibatnya PT.Multi Indah rugi sebesar 4 milyar atau setidak-tidaknya sejumlah kerugian yang lebih dan Rp. 250.- Perbuatan tersebut diancam dalam Pasal 372 Jo Pasal 55 ayat (1) ke 1 Jo Pasal 64 KUHP;

Subsidair :

(41)

commit to user

Sekitar tahun 1991,terdakwa selaku pengelola PD. Toko Laut Timur yang berdagang kain di Pasar Tanah Abang Jakarta berhubungan dalam hat pembelian kain dari PT. Multi Indah Bandung melalui Siem Uong Anyang bekerja sales pada PT. Multi Indah Bandung dengan cara pembelian, memesan barang terlebih dahulu bila barang telah diterima maka pada saat pembayaran terdakwa melakukan transfer uang melalui rekening PT. Multi Indah atau rekening Kurnia Merijanto setaku Direktur Utama PT. Multi Indah pada Bank Danamon Cabang Bandung AC No. 1001.5 dan AC No. 123.3 pada saat terdakwa menerima faktur asli dari Stem Uong An sebagai bukti pembayaran telah lunas, tetapi sejak bulan Januari 1994 harga yang tercantum dalam faktur dipotong sekitar 30-40%, disamping mentransfer uang ke rekening PT. Multi Indah dan Rekening Kurnia Herijanto juga ditransfer rekening atas nama AWS (isteri dairi Siem Uong An pada Bank Lippo Cabang Otista Bandung AC No, 30756 atas permintaan Siem Uong An dan keseluruhan transfer ke rekening AWS dilakukan terdakwa sampai bulan Desember 1994 mencapai ± Rp.539.128.400,- tanpa seijin PT. Multi Indah, Akibatnya PT. Muiti tndah mengalami kerugian yang setidak- tidaknya jumlahnya lebih dari Rp. 250,-. Perbuatan terdakwa diancam hukuman Pasal 374 jo Pasal 56 jo Pasal 64 ayat (1)KUHP.

Lebih Subsidair :

Bahwa terdakwa secara terus monerus yang dipandang sebagai suatu perbuatan yang diteruskan. pada waktu-waktu dan tempat sebagaimana disebutkan dalam dakwaan primair, membeli atau karena hendak mendapat untung menjual sesuatu barang yang diketahuinya atau yang patut disangkanya diperoleh karena kejahatan dilakukan dengan cara sebagai berikut:

(42)

commit to user

tersebut barang diterima dan pembayarannya dilakukan dengan cara mentransfer uang pembayaran ke rekening PT. Multi Indah atau rekening Kurnia Herijanto selaku Direktur Utama PT. Mu(ti Indah pada Bank Danamon Cabang Bandung AC No. 1001.5 dan AC No. 123.3. atas transfer terdakwa akan menerima faktur asli dari PT. Multi Indah melalui Siem Liong An sebagai bukti pemesanan. Sejak bulan Januari 1994 terdakwa dalam melakukan pembayaran atas barang yang dibeli melakukan pemotongan harga sekitar 30-40% dari yang tercantum dalam faktur, karena Siem Liong An tidak mengomentarinya, terdakwa terus melakukan pemotongan harga. seharusnya terdakwa patut mengetahui pemotongan harga tersebut tidak wajar. terdakwa tidak pernah mengkonfirmasikan kepada PT. Multi Indah bahkan pesanan-pesanan barang semakin besar nominalnya, karena harga yang dibayar tidak sesuai dengan yang tercantum dalam faktur, terdakwa mendapat keuntungan yang besar. sejak tahun 1991 berhubungan dengan PT. Multi Indah seharusnya mengetahui atau patut menduga bahwa potongan tersebut tidak wajar seharusnya terdakwa menduga bahwa Siem Liong An mempunyai maksud jahat terhadap PT Multi Indah apalagi Siem Liong An minta kepada terdakwa untuk menstransfer sebagian uang pembayaran ke rekening AWS pada Lippo Bank Cabang Otista Bandung yang sebelum adanya pemotongan itu tidak pernah ada transfer terdakwa sebagai pembayaran kepada PT. Multi Indah selain kepada 2 (dua) rekening yang disebut di atas. Perbuatan torsebut diancam hukuman dalam Pasal 480 ke 1 Jo Pasal 64 ayat 1 KUHP.

4. Tuntutan

(43)

commit to user

55 ayat (1) ke 1 jo Pasal 64 ayat 1 KUHP yang didakwakan dalam dakwaan primair:

b. Menjatuhkan hukuman terhadap terdakwa David alias Ayung hukuman penjara selama 4 tahun, dengan ketentuan lamanya hukuman dikurangi dengan penahanan yang dijalaninya ;

c. Memerintahkan agar Terdakwa ditahan di Rumah tahanan Negara; d. Menyatakan agar barang bukti yang diajukan dalam perkara ini karena

masih bersifat dokumen yang perlu, dikembalikan pada PT. Multi Indah melalui saksi Kurnia Herijanto;

e. Menghukum pula terdakwa David alias Ayung untuk membayar biaya perkara sebesar Rp. 1.000,- (seribu rupiah);

5. Putusan Pengadilan Negeri Bandung a. Pertimbangan Hakim

(44)

commit to user

unsur barang itu ada padanya bukan karena kejahatan telah terbukti menurut hukum, unsur digunakan untuk kepentingan sendiri atau disini tujuan lain dengan yang semestinya terbukti menurut hukum karena sejak adanya negosiasi terdakwa Aan dengan merekayasa harga yang berbeda dengan harga faktur sehingga terdapat perbedaan yang mencolok maka sejak penagihan PT. Multi Indah pada terdakwa dengan menyatakan sebaliknya justru PT. Multi Indah yang berhutang, bukan terdakwa.

- Dari rangkaian pertimbangan hukum di atas dalam kaitannya satu sama lain dakwaan primair terbukti secara sah menurut hukum dan keyakinan bahwa terdakwa bersalah melakukan penggelapan b. Amar Putusan

1) Menyatakan Terdakwa DAVID alias AYUNG terbukti bersalah secara sah dan meyakinkan melakukan tindak pidana "Penggelepan yang dilakukan secara bersama-sama atau sendiri-sendiri secara berlanjut";

2) Menjatuhkan pidana oleh karenanya dengan pidana penjara selama: 2 (dua) tahun dan 8 (enam) bulan ;

3) Menyertakan bahwa hukuman yang dijatuhkan akan dikurangi segenapnya dari pada tahanan yang pernah dijalaninya;

4) Menyatakan barang bukti berupa :

a. 110 lembar faktur asli pengiriman barang PT. Multi Indah kepada PD. Laut Timur;

b. Dikembalikan pada PT. Multi Indah cq. KURNIA HERIJANTO;

5) Menghukum terdakwa membayar biaya perkara sebesar Rp. 1.000,- (seribu rupiah);

6. Putusan Pengadilan Tinggi Bandung a. Pertimbangan Hakim

(45)

commit to user

memandang tepat dan benar sehingga diambil alih Pengadilan Tinggi sebagai pertimbangannya sendiri;

Pengadilan Timggi berpendapat lamanya pidana yang dijatuhkan kepada terdakwa masih terlalu ringan dibandingkan dengan tindak pidana yang dilakukannya, karena tindak pidana ini menyangkut uang dalam jumlah yang besar sehingga diperbaiki sekedar mengenai lamanya pidana yang harus dijatuhkan terhadap terdakwa.

b. Amar Putusan

1) Menerima permohonan banding Jaksa Penuntut Umum dan Terdakwa;

2) Memperbaiki putusan Pengadilan Negeri Bandung Nomor: Ot/Pid.B/1996/PN.Bdg. tanggal 22,April 1996 sekedar mengenai lamanya pidana yang dijatuhkan terhadap terdakwa David alias Ayung menjadi pidana penjara selama 3 (tiga) tahun ;

3) Menyatakan bahwa hukuman yang dijatuhkan akan dikurangkan segenapnya daripada tahanan yang pernah dijalaninya:

4) Menguatkan putusan yang selebihnya ; 5) Memerintahkan terdakwa tetap ditahan ;

6) Menghukum terdakwa untuk membayar biaya perkara dalann kedua tingkat peradilan yang dalam tingkat banding sebesar Rp.2.500." (dua ribu lima ratus rupiah);

7. Putusan Kasasi

a. Alasan Pengajuan Kasasi

1) Bahwa putusan PT bertentangan dengan pasal 197 (1) huruf f KUHAP karena hanya memuat pertimbangan mengenai keadaan yang memberatkan pemohon kasasi, sedangkan keadaan yang meringankan tidak dipertimbangkan ;

(46)

commit to user

pegawainya, yang ada hanya tanda tangan pada bagian sipembuat faktur tanpa menyebutkan nama jelas dan juga tanpa cap stempel PT. Multi Indah ;

3) Judex facti kurang tepat mempercayai keterangan saksi-saksi :

Kurnia Herijanto dan Sutardi Lingga Purnama yang mengklaim faktur itu sebagai asli dan bukti pelunasan Utang, apalagi keterangan saksi-saksi Ini jelas bertolak belakang dengan keterangan saksi Thio Lukman Sarwono dan Handoko Sunarjo yang menerangkan di bawah sumpah bahwa harga yang sah dan berlaku dalam hubungan dagang antara mereka sebagai pembeli dan PT. Multi Indah sebagai penjual adalah harga negoisasi bukan harga faktur;

4) Bahwa yang terjadi adalah hubungan dagang antara suatu perseroan terbatas PT. Multi Indah Rukun Sejati sebagai pemilik barang melalui Aan dengan pemohon kasasi sebagai pembeli, yang terungkap dalam persidangan adalah barang itu milik PT. Multi Indah di mana Kurnia Herijanto sebagai Direkturnya. Perseroan Terbatas pendiriannya dengan akta autentik dan mendapat persetujuan Menteri Kehakiman untuk dapat ikut serta dalam lalu Lintas hukum, yang terungkap di persidangan adalah nama PT. Multi Indah, I bukan PT. Multi Indah Rukun Sejati, seharusnya dipastikan di depan persidangan dengan akta pendirian dan Surat keputusan Menteri Kehakiman tentang pengesahan sebagai badan hukum yang manakah diantara kedua PT itu pemilik kain : tekstil yang dibeli terdakwa untuk mendapat kepastian siapa diantara kedua PT itu pemilik barang tersebut dan untuk mengetahui apakah Kurnia Herijanto adalah Direktur PT. Multi Indah atau Multi Indah Rukun Sejati;

b. Pertimbangan Mahkamah Agung

(47)

commit to user

persidangan tingkat PM dan PT berupa penilaian hasil pembuktian yang bersifat penghargaan tentang suatu pernyataan yang tidak dapat dipertimbangkan dalam tingkat kasasi

c. Amar Mahkamah Agung

1) Menolak permohonan kasasi dari pemohon kasasi : David alias Ayung

2) Menghukum pemohon kasasi tersebut untuk membayar biaya perkara dalam tingkat kasasi ini sebesar Rp.2.500,- (dua ribu lima ratus rupiah),

8. Alasan Pengajuan Peninjauan Kembali oleh Terpidana

a. Terbuktinya suatu tindak pidana yang dijatuhkan judex facti tidak didukung oleh dasar yang tepat dan bertentangan satu sama lainnya Pengadilan Tinggi yang memperberat lamanya pidana tanpa mempertimbangkan nnengapa dasar apa putusan tersebut diperberat. Pertimbangan yang menyatakan lamanya pidana penambahan penjatuhan pidana dengan dengan dihubungkan kepada masalah jumlah uang, hal ini tidak tepat karena yang menjadi ukuran berat ringannya suatu pemidanaan tidak semata-mata didasarkan pada jumlah kerugian tetapi pada perbuatan yang dilakukan ;

(48)

commit to user

perkara ini sebenarnya merupakan perkara perdata. Pemohon peninjauan kembali tidak mempunyai hutang, malah terjadi uang yang dibayarkan ;

c. Adanya bukti baru yang pada waktu persidangan berlangsung belum sempat diajukan (Novum), yaitu : Salinan putusan PN. Jakarta Barat No. 252/PdtG/1S96/PNJkt.Bar, tanggal 6 Januari 1997 dalam perkara antara David alias Ayung sebagai penggugat lawan PT. Multi Indah Usaha Rukun Sejati dan kawan kawan sebagai tergugat.

Dari perkara ini jelas terdapat hubungan hukum keperdataan bahwa pemohon peninjauan kombali tidak pernah mempunyai hutang sebesar Rp. 8,6 Milyar apalagi melakukan penggelapan uang sebesar itu ; 9. Pembahasan

Upaya hukum Peninjauan Kembali (PK) disebut sebagai upaya hukum luar biasa karena UU memberi kesempatan untuk mengajukan Peninjauan Kembali dengan segala persyaratan yang ketat untuk itu. Ketatnya persyaratan untuk itu adalah untuk menerapkan asas keadilan terhadap pemberlakuan asas kepastian hukum, karena itu Peninjauan Kembali berorientasi pada tuntutan keadilan. Putusan Hakim adalah karya manusia yang tidak luput dari kekhilafan hakim secara manusiawi. Tujuan dibukanya lembaga Peninjauan Kembali adalah untuk menemukan kebenaran hukum dan keadilan yang sesungguhnya. Namun demikian, demi kepastian hukum maka Peninjauan Kembali ini hanya dapat dilakukan satu kali saja.

(49)

commit to user

(1) Apabila terdapat keadaan baru yang menimbulkan dugaan kuat, bahwa jika keadaan itu sudah diketahui pada waktu sidang masih berlangsung, hasilnya akan berupa putusan bebas atau putusan lepas dari segala tuntutan hukum atau tuntutan penuntut umum tidak dapat diterima atau terhadap perkara itu diterapkan ketentuan pidana yang lebih ringan.

(2) Apabila dalam pelbagai putusan terdapat pernyataan bahwa sesuatu telah terbukti akan tetapi hal atau keadaan sebagai dasar dan alasan putusan yang dinyatakan telah terbukti itu ternyata telah bertentangan satu sama lain.

(3) Apabila putusan itu dengan jelas memperlihatkan suatu kekhilafan hakim atau suatu kekeliruan yang nyata.

Atas dasar alasan yang sama sebagaimana dalam Pasal 263 ayat (2) KUHAP tersebut maka terhadap suatu putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap dapat diajukan permohonan Peninjauan Kembali apabila dalam putusan itu suatu perbuatan yang didakwakan telah dinyatakan terbukti akan tetapi tidak diikuti oleh suatu pemidanaan.

Pengajuan Peninjauan Kembali terhadap putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap kecuali putusan bebas atau lepas dari segala tuntutan hukum dapat diajukan oleh terdakwa atau ahli warisnya sesuai dengan Pasal 263 ayat (1) KUHAP.

Dalam hal Mahkamah Agung berpendapat bahwa permohonan Peninjauan Kembali dapat diterima untuk diperiksa, berlaku ketentuan seperti dalam Pasal 266 KUHAP, sebagai berikut :

(1) Apabila Mahkamah Agung tidak membenarkan alasan bahwa permintaan Peninjauan Kembali dengan menetapkan bahwa putusan yang dimintakan Peninjauan Kembali itu tetap berlaku disertai dasar pertimbangannya.

(50)

commit to user

Peninjuauan Kembali itu dan menyatakan putusan yang dapat berupa :

(a) Putusan bebas.

(b) Putusan lepas dari segala tuntutan hukum.

(c) Putusan tidak dapat menerima tuntutan penuntut umum.

(d) Putusan dengan menerapkan ketentuan pidana yang lebih ringan.

Menurut Penulis alasan-alasan yang dikemukakan oleh pemohon peninjauan kembali sudah sesuai dengan ketentuan KUHAP, khususnya yang mengatur tentang upaya hukum peninjauan kembali.

B. Pertimbangan Hakim Mahkamah Agung dalam Memeriksa dan

Memutus Pengajuan Peninjauan Kembali dalam Perkara Penggelapan

1. Pertimbangan Hakim Mahkamah Agung

a. Keberatan ad.1 dan 2 tidak dapat dibenarkan karena pertimbangan dan putusannya telah tepat;

b. Keberatan ad. 3 dapat dibenarkan, karena ada keadaan baru yang menimbulkan dugaan kuat, bahwa jika keadaan iitu sudah diketahui pada waktu sidang masih berlangsung, hasilnya akan berupa putusan lepas dari segala tuntutan hukum;

(51)

commit to user

2. Amar Putusan Mahkamah Agung

a. Menerima permohonan peninjauan kembali dari pemohon peninjauankembaii: David alias Ayung tersebut;

b. Membatalkan putusan Mahkamah Agung tanggal 27 September 1986 Regno. 922 K/Pid/1996 jo putusan Pengadilan Tinggi di Bandung tanggal 28 Mei 1996 No. 82/Pid/1966/PT.Bdg. jo putusan Pengadilan Negeri di Bandung tanggal 22 April 1996 No. OI/PJd/B/1996/PN.Bdg;

Mengadili Lagi :

a. Mengabulkan permohonan peninjauan kembali dari David alias Ayung tersebut;

b. Menyatakan perbuatan yang didakwakan kepada terdakwa David alias Ayung terbukti, akan tetapi perbuatan yang telah terbukti tersebut bukan merupakan suatu tindak pidana;

c. Melepaskan terpidana David alias Ayung tersebut dari segala tuntutan hukum ;

d. Memerintahkan terpidana segera dibebaskan dari tahanan;

e. Memulihkan hak terdakwa dalam kemampuan kedudukan dan harkat serta martabatnya ;

f. Membebankan biaya perkara dalam semua tingkat peradilan kepada Negara;

3. Pembahasan

Referensi

Dokumen terkait

Pencarian penelitian yang sudah pernah dilakukan sangatlah penting sebagai gambaran penelitian yang akan dilakukan. Selain itu, penelusuran penelitian terdahulu

Tanah yang akan diuji dengan alat oedometer test, adalah tanah tak teganggu. Sampel tak terganggu ini mengambilnya dengan menggunakan tabung undisturb sampling. Tanah

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa hipotesis nol yang menyatakan “ tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara reputasi perusahaan dan kompetensi tenaga

Interpretasi dan Modifikasi Model : Pengujian terhadap nilai residual mengindikasikan bahwa secara signifikan model yang sudah dimodifikasi tersebut dapat diterima

Pengembangan usaha strawberry untuk skala komersial, baik secara agribisnis maupun agroindustri, diperlukan perencanaan yang cermat, terutama dalam hal teknik

Sebagai kelanjutan program Pembaharuan Mahkamah Agung, dalam upaya meningkatkan citra Mahkamah Agung serta Pengadilan di bawahnya sebagai lembaga yang terhormat dan

Kuliah Kerja Nyata (KKN) Merupakan bentuk pengabdian yang dilakukan oleh mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar kepada masyarakat khususnya di