TESIS
MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU EKONOMI
MENYUSUN INSTRUMEN TES HASIL BELAJAR MELALUI
MODEL PELATIHAN STEP BY STEP ON-THE-JOB
TEACHER TRAINING (SSOTT) DI SMA DAN SMK
KABUPATEN DAIRI PROVINSI SUMATERA UTARA
Oleh :
Leonnardo Sijabat NIM : 8126132057
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Program Studi Administrasi Pendidikan
PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN
KONSENTRASI KEPENGAWASAN
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
TESIS
MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU EKONOMI
MENYUSUN INSTRUMEN TES HASIL BELAJAR MELALUI
MODEL PELATIHAN STEP BY STEP ON-THE-JOB
TEACHER TRAINING (SSOTT) DI SMA DAN SMK
KABUPATEN DAIRI PROVINSI SUMATERA UTARA
Oleh :
Leonnardo Sijabat NIM : 8126132057
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Program Studi Administrasi Pendidikan
PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN
KONSENTRASI KEPENGAWASAN
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
ABSTRAK
Leonnardo Sijabat. Meningkatkan Kompetensi Guru Ekonomi Menyusun
Instrumen Tes Hasil Belajar Melalui Model Pelatihan Step By Step On-the-job Teacher Training (SSOTT) di SMA dan SMK Kabupaten Dairi, Sumatera Utara. Tesis. Medan: Program Studi Administrasi Pendidikan Pascasarjana. Universitas Negeri Medan. 2014.
Tujuan penelitian ini untuk meningkatkan kompetensi guru ekonomi menyusun instrumen tes hasil belajar. Kompetensi guru menyusun instrumen tes hasil belajar adalah pengetahuan, kemampuan dan keterampilan yang harus dimiliki oleh guru untuk menyusun alat yang digunakan untuk mengukur kemampuan peserta didik setelah melakukan proses belajar mengajar melalui kegiatan penilaian.
Penelitian menggunakan metode penelitian tindakan sekolah (PTS). Model penelitian tindakan yang digunakan adalah model Kemmis McTaggart dengan proses siklus terdiri atas empat langkah yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan dan refleksi. Meningkatkan kompetensi guru menyusun instrumen tes hasil belajar menggunakan model pelatihan SSOTT. Subyek penelitian melibatkan guru SMA dan SMK rumpun ekonomi berjumlah 30 orang yang berada di Kabupaten Dairi.
ABSTRACT
Leonnardo Sijabat. Improving The Competency of Economic Teachers in Compiling The Instruments of Learning Outcomes Test Through Step By Step On-the-job Teacher Training (SSOTT) Model in Senior High School and Vocational Schools of Dairi Regency, North Sumatera. Thesis. Medan: Post Graduate Study Programme of Educational Administration. University of Medan. 2014.
The purpose of this research is to improve the competency of economic teachers in compiling the instruments of learning outcomes test. Competency of teachers in compiling the instruments of learning outcomes test is the knowledge, abilities and skills that teachers need to devise tools which are used to measure the ability of learners after the learning process through assessment activities.
This research is using Actions of School Research (PTS) Methods. Action research model used here is the model of Kemmis McTaggart with the cycle process that consists of four steps: planning, action, observation and reflection. Improving the competency of teachers compiling the instruments of learning outcomes test uses the SSOTT model. The research subjects involve 30 economic teachers of Senior High School and Vocational schools in Dairi Regency.
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat
dan kuasa-Nya sehingga peneliti berhasil menyelesaikan tesis ini.
Terselesaikannya penyusunan tesis ini tidak terlepas dari bantuan, arahan,
dorongan maupun sumbangan pemikiran dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
pada kesempatan ini peneliti ingin menyampaikan rasa terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada yang peneliti hormati :
1. Prof. Dr. Ibnu Hajar Damanik, M.Si. Rektor Universitas Negeri Medan.
2. Prof. Dr. Abdul Muin Sibuea, M.Pd. Direktur Program Pascasarjana
Universitas Negeri Medan.
3. Prof. Dr. Biner Ambarita, M.Pd. sebagai Pembimbing I dan Prof. Dr. Abdul
Muin Sibuea, M.Pd. sebagai Pembimbing II yang telah banyak membantu
dalam Penyusunan tesis ini.
4. Dr. Ir Darwin Ketua Program Studi Administrasi Pendidikan, dan Dr.
Paningkat Siburian, M.Pd. Sekretaris Program Studi Administrasi Pendidikan
Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan yang telah banyak membantu
dalam penyusunan tesis ini.
5. Prof. Dr. Sumarno, M.Pd, selaku narasumber yang telah banyak membantu
dalam penyusunan tesis ini.
6. Dr. Yasaratodo Wau, M.Pd selaku narasumber yang telah banyak membantu
7. Dr. Irsan Rangkuti, M.Pd, selaku narasumber yang telah banyak membantu
dalam penyusunan tesis ini.
8. Seluruh dosen Program Pascasarjana yang telah banyak membantu dalam
penyusunan tesis ini.
9. Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Dairi yang telah memberikan izin untuk
melakukan penelitian di SMA dan SMK se-Kecamatan Sidikalang Kabupaten
Dairi.
10. Para Pengawas Dinas pendidikan Kabupaten Dairi, khususnya Bapak Drs.
Karmel dan Ibu Mardurum Manurung S.Pd yang menjadi pengawas
kolaborator pada penelitian ini.
11. Jajaran Direktorat Jenderal P2TK Dikmen Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan yang telah memberikan kesempatan untuk menerima beasiswa
jenjang pendidikan Strata 2 di Universitas Negeri Medan.
12. Rekan-rekan Program Studi Administrasi Pendidikan Konsentrasi
Kepengawasan angkatan pertama.
Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa dalam tesis ini masih banyak
kelemahan dan kekurangan, hal ini tiada lain karena keterbatasan ilmu yang
dimiliki peneliti. Segala bentuk kritik, saran dan sumbangan pemikiran dari
pembaca senantiasa peneliti harapkan.
Medan, 3 Juni 2014
Peneliti,
DAFTAR ISI
B. Identifikasi Masalah ... 9
C. Pembatasan Masalah ... 9
D. Perumusan Masalah ... 10
E. Tujuan Penelitian ... 10
F Manfaat Penelitian ... 10
BAB II KAJIAN TEORETIS, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS TINDAKAN A. Kajian Teoretis ... 12
1. Kompetensi Guru Menyusun Instrumen Tes Hasil Belajar .... 12
a. Kompetensi Guru ... 12
b. Evaluasi Pendidikan ... 16
c. Peranan Evaluasi dalam Pembelajaran ... 19
d. Menyusun Instrumen Tes Hasil Belajar ... 23
2. Model Pelatihan Step by Step On-the-job Teacher Training untuk Meningkatan Kompetensi guru ... 28
a. Pengertian dan Tujuan Pelatihan (Training) ... 28
b. Jenis-jenis Pelatihan ... 29
c. Step by Step On-the-job Teacher Training (SSOTT) ... 34
B. Penelitian yang Relevan ... 40
C. Kerangka Berpikir ... 41
BAB III METODELOGI PENELITIAN
A. Tempat dan waktu ... 44
B. Subyek dan Obyek Penelitian ... 44
C. Desain Penelitian Tindakan... 45
D. Prosedur Tindakan Penelitian ... 47
1. Pelatihan Siklus I ... 47
2. Pelatihan Siklus II ... 50
E. Defenisi Operasional Penelitian ... 52
F. Indikator Keberhasilan ... 52
G. Instrumen Penelitian... 53
H. Teknik Analisis Data ... 54
DAFTAR TABEL
Daftar Hal
Tabel 3.1 Subyek Penelitian ... 44
Tabel 3.2 Indikator dan Rentang Skor ... 54
Tabel 3.3 Interval Kelas dan Kriteria ... 54
Tabel 3.4 Tingkat Kecenderungan Skor Kompetensi Guru ... 55
Tabel 4.1 Skor Kompetensi Guru Menyusun Instrumen Tes Hasil Belajar ... 57
Tabel 4.2 Skor Kompetensi Guru Menyusun Instrumen Tes hasil Belajar pada Prasiklus ... 59
Tabel 4.3 Tingkat Kecenderungan Kompetensi Guru Menyusun Instrumen Tes Hasil Belajar pada Prasiklus ... 60
Tabel 4.4 Tingkat Ketercapaian Setiap Aspek pada Indikator Kompetensi Menyusun Instrumen Tes Hasil Belajar Prasiklus ... 61
Tabel 4.5 Skor Kompetensi Guru Menyusun Instrumen Tes Hasil Belajar pada Siklus I ... 65
Tabel 4.6 Tingkat Kecenderungan Kompetensi Guru Menyusun Instrumen Tes Hasil Belajar pada Siklus I... 66
Tabel 4.7 Tingkat Tingkat Ketercapaian Setiap Aspek pada Indikator Kompetensi Menyusun Instrumen Tes Hasil Belajar Siklus 1 ... 67
Tabel 4.8 Tingkat Ketercapaian Guru Setiap Aspek pada Indikator Membuat Kisi-kisi Soal pada Siklus I ... 68
Tabel 4.9 Tingkat Ketercapaian Guru Setiap Aspek pada Indikator Merangkai Soal pada Siklus I ... 69
Tabel 4.10 Tingkat Ketercapaian Guru pada Setiap Aspek pada Indikator Menganalisis Soal pada Siklus I ... 70
Tabel 4.11 Skor Kompetensi Guru Menyusun Instrumen Tes Hasil Belajar pada Siklus II ... 78
Tabel 4.13 Tingkat Tingkat Ketercapaian Setiap Aspek pada Indikator
Kompetensi Menyusun Instrumen Tes Hasil Belajar Siklus II ... 80 Tabel 4.14 Tingkat Ketercapaian Guru pada Setiap Aspek pada Indikator
Membuat Kisi-kisi Soal pada Siklus II ... 81 Tabel 4.15 Tingkat Ketercapaian Guru pada Setiap Aspek pada Indikator
Merangkai Soal pada Siklus I ... 82 Tabel 4.16 Tingkat Ketercapaian Guru pada Setiap Aspek pada Indikator
DAFTAR GAMBAR
Daftar Hal Gambar 2.1 Tentang Evaluasi Pendidikan ... 19 Gambar 3.1 Siklus Penelitian Tindakan ... 45 Gambar 4.1 Diagram Batang Kompetensi Guru Menyusun Instrumen Tes
Hasil Belajar pada Prasiklus ... 60 Gambar 4.2 Diagram Batang Kompetensi Guru Menyusun Instrumen Tes
Hasil Belajar pada Siklus I ... 66 Gambar 4.3 Diagram Batang Pencapaian Kompetensi Guru Setiap Aspek
pada Siklus I (Responden 1 – 15) ... 72 Gambar 4.4 Diagram Batang Pencapaian Kompetensi Guru Setiap Aspek
pada Siklus I (Responden 16 – 30) ... 72 Gambar 4.5 Diagram Batang Kompetensi Guru Menyusun Instrumen Tes
Hasil Belajar pada Siklus II ... 74 Gambar 4.6 Diagram Batang Pencapaian Kompetensi Guru Setiap Aspek
pada Siklus I (Responden 1 – 15) ... 85 Gambar 4.7 Diagram Batang Pencapaian Kompetensi Guru Setiap Aspek
pada Siklus I (Responden 16 – 30) ... 85 Gambar 4.8 Diagram Batang Skor Kompetensi Guru Menyusun Instrumen
Tes Hasil Belajar (reponden 1-15) ... 91 Gambar 4.9 Diagram Batang Skor Kompetensi Guru Menyusun Instrumen
i
DAFTAR LAMPIRAN
Daftar Hal
Lampiran 1 : Lembar Observasi Penilaian Kompetensi Guru ... 99
Lampiran 2 : Jadwal Pelaksanaan Model Pelatihan SSOTT ... 104
Lampiran 3 : Instrumen Pelaksanaan Model Pelatihan SSOTT ... 106
Lampiran 4 : Skor Kompetensi Guru Menyusun Instrumen Tes Hasil Belajar oleh Penilai 1 pada Prasiklus ... 110
Lampiran 5 : Skor Kompetensi Guru Menyusun Instrumen Tes Hasil Belajar oleh Penilai 2 pada Prasiklus ... 111
Lampiran 6 : Skor Kompetensi Guru Menyusun Instrumen Tes Hasil Belajar oleh Penilai 3 pada Prasiklus ... 112
Lampiran 7 : Skor Kompetensi Guru Menyusun Instrumen Tes Hasil Belajar oleh Penilai 1 pada Siklus 1 ... 113
Lampiran 8 : Skor Kompetensi Guru Menyusun Instrumen Tes Hasil Belajar oleh Penilai 2 pada Siklus 1 ... 114
Lampiran 9 : Skor Kompetensi Guru Menyusun Instrumen Tes Hasil Belajar oleh Penilai 3 pada Siklus 1 ... 115
Lampiran 10 : Skor Kompetensi Guru Menyusun Instrumen Tes Hasil Belajar oleh Penilai 1 pada Siklus 2 ... 116
Lampiran 11 : Skor Kompetensi Guru Menyusun Instrumen Tes Hasil Belajar oleh Penilai 2 pada Siklus 2 ... 117
Lampiran 12 : Skor Kompetensi Guru Menyusun Instrumen Tes Hasil Belajar oleh Penilai 3 pada Siklus 2 ... 118
Lampiran 13 : Produk Pelatihan ... 150
Lampiran 14 : Modul Pelatihan ... 192
Lampiran 15 : Dokumentasi Pelatihan ... 124
Lampiran 16 : Daftar Hadir Pelatihan ... 138
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Guru merupakan ujung tombak pendidikan yang bersentuhan langsung
dengan peserta didik. Guru adalah sebuah profesi yang dalam melaksanakan
tugasnya dituntut untuk bertindak secara profesional. Menjadi seorang guru
wajib memiliki kompetensi-kompetensi tertentu untuk dapat melaksanakan
tugas secara profesional. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16
Tahun 2007 menjelaskan guru wajib memiliki empat kompetensi yang meliputi
kompetensi paedagogik, kompetensi sosial, kompetensi kepribadian, dan
kompetensi profesional. Kompetensi-kompetensi tersebut mencerminkan guru
ideal yang terlihat ketika guru berinteraksi dengan peserta didik melalui
kegiatan proses belajar mengajar di kelas dan berinteraksi dengan rekan-rekan
kerja dan masyarakat di luar kelas.
Kompetensi paedagogik dan kompetensi profesional merupakan
kompetensi yang membedakan guru dengan profesi lainnya. Data yang
diperoleh dari LPMP Provinsi Sumatera Utara melalui Uji Kompetensi Guru
(UKG) tahun 2012 menunjukkan bahwa tingkat kompetensi paedagogik dan
profesional guru masih rendah. Provinsi Sumatera Utara berada pada urutan 25
secara nasional dari 33 provinsi, rata-rata skor yang diperoleh guru di Provinsi
Sumatera Utara adalah 41,52. Kabupaten Dairi skor rata-rata yang diperoleh
diperoleh guru 12,03, skor maksimal yang diperoleh guru 30,00 dan skor
terendah yang diperoleh guru 0,00.
Melakukan evaluasi hasil belajar merupakan kompetensi pada dimensi
paedagogik, evaluasi hasil belajar dilakukan untuk mengetahui sejauh mana
keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran yang telah dirancang oleh guru.
Jadi untuk melakukan evaluasi hasil belajar, seorang guru dituntut kompeten
menentukan cara-cara evaluasi, mulai dari pendekatannya, penyusunan alat
evaluasi dan cara pengolahan data, serta mempergunakan hasil evaluasi untuk
tindak lanjut pembelajaran. Menurut Ambarita dan Pangaribuan (2013:59)
Evaluasi tidak hanya mengukur kemampuan siswa dalam menyerap informasi
tetapi juga mengevaluasi keberhasilan guru dalam pembelajaran dan melalui
hal ini dapat terbangun interaksi antara guru dengan siswa dan dengan orang
tua. Kegagalan dan pembelajaran dapat bersumber dari guru yang bertindak
sebagai aktor dalam pembelajaran.
Menurut Sudijono (2011:9) setidaknya ada dua kemungkinan hasil yang
diperoleh dari kegiatan evaluasi yaitu : (1) hasil evaluasi itu ternyata
menggembirakan, sehingga dapat memberikan rasa lega karena tujuan yang
telah ditentukan dapat dicapai sesuai dengan yang direncanakan; dan (2) hasil
evaluasi itu ternyata tidak menggembirakan atau bahkan mengkhawatirkan,
dengan alasan bahwa berdasar hasil evaluasi ternyata dijumpai
penyimpangan-penyimpangan, hambatan atau kendala, sehingga mengharuskan untuk bersikap
Bab X Pasal 60 Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 (Mardapi,
2012:13) dijelaskan bahwa penilaian pendidikan pada jenjang pendidikan dasar
dan menengah terdiri atas: 1) Penilaian hasil belajar oleh pendidik; 2) Penilaian
hasil belajar oleh satuan pendidikan; dan 3) Penilaian hasil belajar oleh
pemerintah. Sesuai dengan peraturan pemerintah di atas penilaian untuk skala
nasional dilaksanakan oleh pemerintah pusat melalui Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan (Kemendikbud) dengan melaksanakan Ujian Nasional (UN)
di seluruh sekolah di Indonesia. Penilaian untuk skala sekolah dilaksanakan
dalam ujian akhir semester dan ujian tengah semester yang dilaksanakan oleh
satuan pendidikan. Penilaian yang dilakukan oleh pendidik dilaksanakan
dengan cara ulangan harian, pemberian tugas, kuis dan lain-lain.
Matondang (2009:2) menuturkan bahwa berkaitan dengan bidang
pendidikan, evaluasi secara khusus bertujuan untuk mengetahui sejauhmana
peserta didik telah menguasai tujuan-tujuan belajar yang telah ditetapkan
sebelumnya dan mendiagnosis kesulitan belajar siswa. Fungsi evaluasi sangat
penting dalam pembelajaran, evaluasi yang dibuat oleh guru seharusnya valid
dan handal, tujuannya adalah informasi yang diperoleh oleh guru melalui
evaluasi betul-betul merupakan gambaran kemampuan peserta didik.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, Pasal 57 menjelaskan bahwa (1) evaluasi dilakukan dalam rangka
pengendalian mutu pendidikan secara nasional sebagai bentuk akuntabilitas
penyelenggara pendidikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan, (2)
pada jalur formal dan nonformal untuk semua jenjang, satuan, dan jenis
pendidikan. Pasal 58 Ayat 1 menyatakan bahwa evaluasi hasil belajar peserta
didik dilakukan oleh pendidik untuk memantau proses, kemajuan, dan
perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan.
Melakukan evaluasi hasil belajar peserta didik menjadi masalah bagi
sebagian guru. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh tim peneliti
Balitbangda (2005:60) Provinsi Sumatera Utara tentang pengetahuan guru
tentang bentuk dan jenis-jenis alat evaluasi hasil belajar peserta didik,
diketahui bahwa 3,472% memiliki pengetahuan sangat baik, 15,972% memiliki
pengetahuan baik, 65,278% memiliki pengetahuan cukup baik dan 15,278%
yang memiliki pengetahuan kurang baik. Kemampuan guru menerapkan alat
evaluasi yang tepat agar hasil belajar peserta didik sesuai dengan tuntutan
kompetensi diketahui bahwa 0,694% guru memiliki kemampuan sangat baik,
8,333% guru memiliki kemampuan baik, 67,361% guru memiliki kemampuan
cukup baik, dan 23,611% guru yang memiliki kemampuan kurang baik.
Kemampuan guru dalam membuat alat evaluasi yang baik untuk digunakan
dalam KBM diketahui 3,472% memiliki kemampuan sangat baik, 9,028%
memiliki kemampuan baik, 59,722% memiliki kemampuan cukup baik dan
27,083% yang memiliki kemampuan kurang baik. Kemampuan guru dalam
menganalisis hasil evaluasi untuk mengetahui kemampuan peserta didik
diketahui bahwa 0% memiliki kemampuan sangat baik, 15,278% memiliki
kemampuan baik, 52,778% memiliki kemampuan cukup baik dan 31,944%
Kegiatan evaluasi mencakup kegiatan penilaian dan pengukuran,
menurut Sudijono (2011:5) evaluasi adalah kegiatan atau proses untuk menilai
sesuatu. Tindakan untuk dapat menilai dari sesuatu dilakukanlah pengukuran,
wujud dari pengukuran tersebut adalah pengujian dan pengujian inilah yang
dalam dunia pendidikan dikenal dengan istilah tes. Salah satu tugas guru dalam
mengevaluasi hasil belajar menyiapkan instrumen tes yang tepat untuk dapat
mengukur hasil belajar peserta didik.
Kompetensi guru dalam menyusun instrumen tes hasil belajar sangat
penting dan harus mendapat perhatian serius. Secara ideal, guru mampu
membuat instrumen tes hasil belajar yang valid dan handal, sehingga antara
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran merupakan satu kesatuan
proses yang berkesinambungan dan dapat mengukur kemampuan peserta didik
dalam menguasai materi pelajaran dengan tepat.
Evaluasi hasil belajar yang baik menggunakan instrumen tes yang
bermutu untuk dapat membantu guru meningkatkan kualitas pembelajaran dan
memberikan informasi dengan tepat tentang peserta didik yang belum atau
yang sudah mencapai tujuan pembelajaran. Instrumen tes yang bermutu adalah
dengan soal-soal yang bermutu pula. Salah satu ciri soal yang bermutu adalah
bahwa soal itu dapat membedakan kemampuan peserta didik. Semakin tinggi
kemampuan peserta didik dalam memahami materi pelajaran, semakin tinggi
pula peluang menjawab benar soal dan begitu juga sebaliknya.
Penyusunan instrumen tes hasil belajar bertujuan untuk mengukur
mendapatkan gambaran kelemahan-kelemahan yang dihadapi oleh peserta
didik. Jadi menyusun instrumen tes yang memenuhi persyaratan cukup sulit
karena menyusun intrumen tes memerlukan pengetahuan, keterampilan serta
ketelitian yang cukup tinggi. Hasil penelitian Prasetya (2012:107) diketahui
bahwa kesulitan yang dialami oleh guru-guru IPA SMP di Kota Magelang
dalam membuat instrumen tes hasil belajar adalah karena belum mempunyai
buku pedoman cara penyusunan instrumen hasil belajar sehingga guru tidak
memiliki pengetahuan tentang cara menyusun instrumen hasil belajar yang
baik.
Meningkatkan kompetensi guru menyusun instrumen tes hasil belajar
merupakan tugas dan fungsi pengawas pengawas sekolah sebagai penjamin
mutu pendidikan. Menurut Sudjana (2012:41) pengawas sekolah satuan
pendidikan memiliki enam dimensi kompetensi yaitu: (1) dimensi kepribadian,
(2) dimensi sosial, (3) dimensi supervisi manajerial, (4) dimensi supervisi
akademik, (5) dimensi evaluasi pendidikan, dan (6) dimensi penelitian
pendidikan. Pengawas sekolah wajib memberikan bantuan profesional berupa
supervisi akademik untuk mengatasi kelemahan-kelemahan yang di hadapi
oleh guru dalam merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi
pembelajaran.
Meningkatkan kompetensi guru menyusun instrumen hasil belajar perlu
ada penelitian di Kabupaten Dairi. Penelitian yang dilakukan adalah dalam
bentuk penelitian tindakan. Upaya meningkatkan kompetensi guru dapat
pendekatan kompetensi. Menurut Sudjana (2012:22) supervisi pendekatan
kompetensi adalah supervisi yang bertujuan untuk membentuk kompetensi
minimal yang harus dikuasai guru. Melalui pendekatan kompetensi, pengawas
sekolah melakukan bantuan profesional kepada guru dengan teknik-teknik
supervisi tertentu sehingga guru mencapai kompetensi yang diharapkan.
Teknik supervisi yang digunakan dapat dilakukan melalui menyelenggarakan
workshop, rapat guru, studi kelompok antar guru, tukar menukar pengalaman,
pertemuan orientasi, dan pelatihan.
Supervisi pendidikan adalah upaya yang dilakukan oleh pengawas
sekolah dalam memberikan bantuan profesional untuk meningkatkan
kompetensi guru. Menurut Ambarita dan Pangaribuan (2013:17) bantuan
profesional guru bertujuan untuk meningkatkan profesionalisme guru itu
sendiri. Dapat dikatakan dengan bantuan profesional ini, guru mendapatkan
tambahan wawasan dan latihan tentang dimensi-dimensi profesinya yaitu
persiapan, pelaksanaan proses pembelajaran dan evaluasi pembelajaran
semakin baik, sehingga guru itu semakin ahli di bidangnya. Tambahan dan
arahan serta latihan kemampuan ini didapatkannya dari pengawas, kepala
sekolah, dan teman sejawatnya. Makin sering dan banyak bantuan profesional
yang diterimanya maka makin meningkat pula keahliannya.
Sagala (2013:203) menuturkan bahwa tantangan terhadap profesi guru
terkait terkait dengan karakter dari motivasi kelompok dan jenis dari pelatihan
sesuai dengan kebutuhan pelatihan yang diikutinya. Pelatihan sesuai kebutuhan
mengatasi kesulitan guru dalam mengajar dan dapat meningkatkan kualitas
profesionalisme guru. Pelatihan yang tidak berkontribusi untuk peningkatan
kualitas profesionalisme guru sebaiknya ditiadakan.
Pelatihan dapat meningkatkan kompetensi guru, berdasarkan penelitian
yang dilakukan oleh Sukoco (2010:82) pada guru SMP RSBI di Kota
Semarang diketahui bahwa pendidikan dan pelatihan memiliki pengaruh yang
positif dan signifikan terhadap kompetensi guru. Pelatihan yang efektif
diterapkan kepada guru adalah pelatihan yang tidak mengganggu tugas rutin
guru di sekolah dan materi pelatihan dapat langsung diterapkan oleh guru
kepada peserta didik.
Berdasarkan penelitian di atas, tindakan yang akan dilakukan untuk
meningkatkan kompetensi guru menyusun instrumen tes hasil belajar di SMA
dan SMK Kabupaten Dairi adalah dengan pelatihan. Ada berbagai jenis model
dan metode pelatihan yang dapat diterapkan untuk meningkatkan kompetensi
guru di antaranya adalah on-the-job training dan off-the-job training. Jenis
pelatihan off-the-job training pelaksanaannya di luar sekolah sedangkan
on-the-job training pelaksanaannya di sekolah tempat guru mengajar. Berdasarkan
pertimbangan tersebut model pelatihan yang diterapkan untuk meningkatkan
kompetensi guru menyusun instrumen tes hasil belajar adalah SSOTT.
Pemilihan model pelatihan SSOTT karena diharapkan pelatihan tidak
mengganggu tugas rutin guru di sekolah dan materi pelatihan dapat langsung
Model pelatihan SSOTT adalah suatu model pelatihan yang dilakukan
secara bertahap dan ditujukan kepada guru untuk meningkatkan kompetensi
melakukan pekerjaan tertentu. Pemilihan model pelatihan SSOTT karena
pelaksanaan SSOTT tidak mengharuskan guru meninggalkan pekerjaan rutin di
sekolah pelatihan dilaksanakan di sekolah tempat guru mengajar dan waktu
pelaksanaan pelatihan dilaksanakan ketika guru tidak melakukan proses belajar
mengajar. Materi pelatihan disampaikan secara bertahap dan diiringi praktik
materi yang dilaksanakan oleh guru dengan tahapan-tahapan yang sistematis.
B.Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah pada penelitian ini yaitu: (1) Apakah memberikan
buku pedoman cara penyusunan instrumen hasil belajar dapat meningkatkan
pengetahuan guru menyusun instrumen hasil belajar yang baik? (2) Apakah
pendidikan dan pelatihan dapat meningkatkan kompetensi guru kompetensi
guru menyusun instrumen tes hasil belajar? (3) Apakah model pelatihan
on-the-job training dapat meningkatkan kompetensi guru menyusun instrumen tes
hasil belajar? (4) apakah model pelatihan off-the-job training dapat
meningkatkan kompetensi guru menyusun instrumen tes hasil belajar? dan (5)
apakah penerapan supervisi pendidikan oleh pengawas sekolah dapat
meningkatkan kompetensi guru menyusun instrumen tes hasil belajar?
C.Pembatasan Masalah
Banyak cara yang dapat digunakan untuk meningkatkan kompetensi guru
penelitian ini terfokus pada peningkatan kompetensi guru mata pelajaran
ekonomi dalam menyusun instrumen tes hasil belajar di SMA dan SMK
Kabupaten Dairi melalui model pelatihan SSOTT.
Instrumen tes hasil belajar yang disusun oleh guru pada penelitian ini
adalah instrumen tes soal pilihan berganda. Bentuk soal pilihan ganda dipilih
karena di sekolah pada ujian mid semester dan ujian akhir semester digunakan
bentuk soal pilihan ganda selain itu mengacu pada Ujian Nasional (UN) yang
juga menggunakan soal pilihan ganda. Kegiatan penyusunan instrumen tes
hasil belajar pada penelitian ini meliputi: membuat kisi-kisi soal, merangkai
soal, dan menganalisis soal yang meliputi analisis tingkat kesukaran butir soal,
daya pembeda, efektivitas pengecoh , validitas butir soal, dan reliabilitas soal.
D.Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, dapat dirumuskan masalah
dalam penelitian ini adalah: Apakah penerapan model pelatihan SSOTT dapat
meningkatkan kompetensi guru mata pelajaran ekonomi menyusun instrumen
tes hasil belajar di SMA dan SMK Kabupaten Dairi ?
E.Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui
peningkatan kompetensi guru ekonomi menyusun instrumen tes hasil belajar
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara luas
bagi semua pihak yang terlibat dalam peningkatan kompetensi guru baik secara
teoritis maupun secara praktis.
1. Manfaat teoritis yaitu menambah wawasan tentang pentingnya penyusunan
instrumen tes hasil belajar, selain itu menambah khasanah bacaan ilmiah
dan rujukan bagi peneliti lain dalam menerapkan model pelatihan SSOTT
untuk meningkatkan kompetensi guru.
2. Manfaat praktis, antara lain:
a. Bagi guru, meningkatnya kompetensi guru dalam menyusun instrumen
tes hasil belajar sesuai dengan kriteria yang baik.
b. Bagi siswa, mendapatkan instrumen tes hasil belajar yang baik dari guru
sehingga hasil penilaian yang dilaksanakan benar-benar menggambarkan
prestasi peserta didik.
c. Bagi kepala sekolah, meningkatnya kompetensi guru-guru khususnya
kompetensi menyusun instrumen tes hasil belajar yang dipimpinnya di
sekolah.
d. Bagi pengawas sekolah, sebagai masukan dalam membina guru-guru di
sekolah binaannya dan masukan bagaimana cara meningkatkan
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A.Simpulan
Penelitian yang dilaksanakan di sembilan sekolah berlokasi di Kabupaten
Dairi Provinsi Sumatera Utara. Sekolah-sekolah yang menjadi tempat pelatihan
adalah SMKN 1 Sidikalang, SMK HKBP Sidikalang, SMA Bukit Cahaya
Sidikalang, SMK Bukit Cahaya Sidikalang, SMAN 1 Sidikalang, SMAN 2
Sidikalang, SMAN 1 Parbuluan, SMK Anugerah Sidikalang, SMKN 1 Sitinjo.
Berdasarkan hasil Penelitian diperoleh beberapa simpulan sebagai
berikut:
1. Pada prasiklus, 70% atau 21 orang guru kompetensi menyusun instrumen
tes hasil belajar berada pada kategori tidak baik dan 30% atau 9 orang guru
kompetensi menyusun instrumen tes hasil belajar berada pada kategori
kurang baik. Secara rinci adalah membuat kisi-kisi soal, merangkai soal
semua aspek berada pada kategori kurang baik, pada indikator analisis soal
semua aspek berada pada kategori tidak baik.
2. Pada siklus I, 96,67% atau 29 orang guru kompetensi menyusun instrumen
tes hasil belajar berada pada kategori cukup baik dan 3,33% atau 1 orang
guru kompetensi menyusun instrumen tes hasil belajar berada pada kategori
kurang baik. Secara rinci adalah indikator membuat kisi-kisi soal dan
merangkai soal semua aspek telah berkategori baik dan indikator analisis
daya pembeda, validitas butir soal berkategori kurang baik. Aspek
efektivitas pengecoh berkategori cukup baik dan aspek reliabilitas soal
berkategori tidak baik.
3. Pada siklus II, 86,67% atau 26 orang guru kompetensi menyusun instrumen
tes hasil belajar berkategori baik dan 13,33% atau 4 orang guru kompetensi
menyusun instrumen tes hasil belajar berada pada kategori cukup baik.
Secara rinci adalah indikator membuat kisi-kisi dan merangkai soal semua
aspek berkategori baik, dan indikator analisis soal aspek tingkat kesukaran,
efektivitas pengecoh, validitas berkategori baik sedangkan pada aspek daya
pembeda butir soal dan reliabilitas soal berkategori cukup baik.
4. Hasil penelitian menemukan bahwa implementasi model pelatihan SSOTT
dapat meningkatkan kompetensi guru menyusun instrumen tes hasil belajar.
B.Implikasi
Implikasi penelitian diberikan berdasarkan hasil penelitian dan simpulan
penelitian, yaitu:
1. Implementasi model pelatihan SSOTT berdampak positif meningkatkan
kompetensi guru menyusun instrumen tes hasil belajar.
2. Implementasi model pelatihan SSOTT dilakukan oleh pengawas sekolah
dan kepala sekolah untuk meningkatkan kompetensi guru dalam
melaksanakan tugas.
3. Implementasi model pelatihan SSOTT sangat membantu guru untuk
meningkatkan kompetensinya dalam merencanakan, melaksanakan dan
mengevaluasi pembelajaran.
4. Implementasi model pelatihan SSOTT dapat diterapkan oleh seluruh
pengawas yang berada di lingkungan Dinas Pendidikan Kabupaten Dairi
untuk meningkatkan kompetensi guru yang berada pada sekolah binaan.
C.Saran
Berdasarkan simpulan dan implikasi penelitian, untuk meningkatkan
kompetensi guru mata pelajaran ekonomi menyusun instrumen tes hasil belajar
diajukan saran sebagai berikut:
1. Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Dairi memberikan instruksi kepada
pengawas sekolah agar rajin memberikan bantuan profesional kepada guru
melalui supervisi akademik dengan teknik pelatihan.
2. Pengawas sekolah, untuk dapat meningkatkan pengetahuan tentang
supervisi akademik khususnya teknik pelatihan sebagai teknik supervisi
kelompok dengan cara membaca buku-buku referensi tentang teknik
supervisi akademik dan teknik pelatihan sumber daya manusia.
3. Kepala sekolah sebagai pimpinan sekolah agar dapat bekerja sama dengan
pengawas sekolah untuk mengadakan pelatihan yang betujuan untuk
meningkatkan kompetensi guru.
4. Berdasarkan hasil penelitian terdapat empat orang guru yang memiliki
kompetensi menyusun instrumen tes hasil belajar belum berkategori baik
soal belum berkategori baik. Pelaksanaan pelatihan selanjutnya empat orang
DAFTAR PUSTAKA
Alipour, Mehrdad. 2009. A Study On the Job Training Effectiveness: Empirical
Evidence of Iran. International Journal of Business and Management, www.ccsenet.org/journal.html Vol. 4 No.11
Ambarita, Biner. 2013. Manajemen dalam Kisaran Pendidikan. Alfabeta: Bandung
Ambarita, Biner dan Pangaribuan, Wanapri. 2013. Kemampuan Membaca dan Sikap Profesional dalam Peningkatan Mutu Pendidikan. Alfabeta: Bandung.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Brinkerhoff, et al. 1983.Program Evaluation:Practitioner’s Guide For Trainers
and Educators. Boston The Hague Dordrecht Lancaster:
Kluwer-Nijhoff Publishing.
Bangun, Wilson. 2012. Manajemen Sumber Daya Manusia. Erlangga: Jakarta
Danim, Sudarwan. 2011. Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Depdiknas. 2005. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Jakarta: Laksana
Depdiknas. 2003. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Laksana.
Depdiknas. 2010. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengolahan dan Penyelenggaraan Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Timur.
Dessler, Gary. 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia. PT Intan Sejati: Klaten.
Grounlund, Norman E. 1985. Measurement and Evaluation in Teaching Fifth
Edition. New York: Macmilan Publishing Company.
Hadis, Abdul dan Nurhayati. 2010. Manajemen Mutu Pendidikan. Bandung: Alfabeta
Dasar Se-Kecamatan Babakancikao Kabupaten Purwakarta. Jurnal Penelitian Pendidikan Vol.11 No. 2.
Hamalik, Oemar. 2007. Manajemen Pelatihan Ketenagakerjaan Pendekatan Terpadu. Jakarta: PT. Bumi Aksara
Hamalik, Oemar. 2011. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Bumi Aksara
Iswari, Mega. 2009. Membina Emosi Remaja Meningkatkan Profesional Guru. Padang: Pedagogi Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan.
Mardapi, Djemari. 2012. Pengukuran, Penilaian dan Evaluasi Pendidikan. Yogyakarta: Nuha Medika.
Mathis, Robert L. dan John H. Jackson. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Pertama Jakarta: Salemba Empat.
Matondang, Zulkifli. 2009. Evaluasi Pembelajaran. Medan: Program Pascasarjana Unimed.
Prasetya, Tri Indra. 2012. Meningkatkan keterampilan Menyusun Instrumen Hasil Belajar Berbasis Modul Interaktif Bagi Guru-guru IPA SMP di Kota Magelang. Journal of Educational Research and Evaluation: Semarang
Sagala, Syaiful. 2011. Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Sagala, Syaiful. 2013. Etika dan Moralitas Pendidikan Peluang dan Tantangan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Salmah, Ninin Non Ayu. 2012. Pengaruh Program Pelatihan dan Pengembangan Karyawan terhadap Kompetensi Karyawan pada PT. Muba Electric Power Sekayu. Palembang: Jurnal Ekonomi dan Informasi Akuntansi Vol. 2 No.3
Sanjaya, W. 2008. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran: Kencana Penada Media.
Siagian, S.P. 2006. Teori Motivasi dan Aplikasinya. Jakarta : Rineka Cipta.
Siagian, S.P. 2008. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT. Bumi Aksara
Sudjana, Nana. 2010. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Sudjana, Nana. 2012. Supervisi Pendidikan Konsep dan Aplikasinya bagi Pengawas Sekolah. Bekasi: Binamitra Publishing.
Sudijono, Anas. 2011. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Administrasi. Bandung : Alfabeta.
Sukoco, Fajar. 2010. Pengaruh Pendidikan dan Pelatihan, Pembelajaran Organisasi terhadap Kinerja dengan Kompetensi sebagai Mediasi. Semarang: Jurnal Bisnis dan Ekonomi.
Suranto. 2012. Model On-the-job Training Peningkatan Keterampilan Mahasiswa. Spektrum Industri: Vol. 10, No.2.
Taggart Robin Mc. 1991. Action Research: A Short Modern History. Victoria : Deakin University.
Tim Peneliti Balitbanda Sumut. 2005. Studi tentang Kemampuan Matematika Guru Sekolah Dasar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Medan: Balitbangda Pemprov Sumetera Utara