• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU EKONOMI MENYUSUN INSTRUMEN TES HASIL BELAJAR MELALUI MODEL PELATIHAN STEP BY STEP ON-THE-JOB TEACHER TRAINING (SSOT) DI SMA DAN SMK KABUPATEN DAIRI PROVINSI SUMATERA UTARA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU EKONOMI MENYUSUN INSTRUMEN TES HASIL BELAJAR MELALUI MODEL PELATIHAN STEP BY STEP ON-THE-JOB TEACHER TRAINING (SSOT) DI SMA DAN SMK KABUPATEN DAIRI PROVINSI SUMATERA UTARA."

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

TESIS

MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU EKONOMI

MENYUSUN INSTRUMEN TES HASIL BELAJAR MELALUI

MODEL PELATIHAN STEP BY STEP ON-THE-JOB

TEACHER TRAINING (SSOTT) DI SMA DAN SMK

KABUPATEN DAIRI PROVINSI SUMATERA UTARA

Oleh :

Leonnardo Sijabat NIM : 8126132057

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Program Studi Administrasi Pendidikan

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN

KONSENTRASI KEPENGAWASAN

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)

TESIS

MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU EKONOMI

MENYUSUN INSTRUMEN TES HASIL BELAJAR MELALUI

MODEL PELATIHAN STEP BY STEP ON-THE-JOB

TEACHER TRAINING (SSOTT) DI SMA DAN SMK

KABUPATEN DAIRI PROVINSI SUMATERA UTARA

Oleh :

Leonnardo Sijabat NIM : 8126132057

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Program Studi Administrasi Pendidikan

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN

KONSENTRASI KEPENGAWASAN

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(3)
(4)
(5)

ABSTRAK

Leonnardo Sijabat. Meningkatkan Kompetensi Guru Ekonomi Menyusun

Instrumen Tes Hasil Belajar Melalui Model Pelatihan Step By Step On-the-job Teacher Training (SSOTT) di SMA dan SMK Kabupaten Dairi, Sumatera Utara. Tesis. Medan: Program Studi Administrasi Pendidikan Pascasarjana. Universitas Negeri Medan. 2014.

Tujuan penelitian ini untuk meningkatkan kompetensi guru ekonomi menyusun instrumen tes hasil belajar. Kompetensi guru menyusun instrumen tes hasil belajar adalah pengetahuan, kemampuan dan keterampilan yang harus dimiliki oleh guru untuk menyusun alat yang digunakan untuk mengukur kemampuan peserta didik setelah melakukan proses belajar mengajar melalui kegiatan penilaian.

Penelitian menggunakan metode penelitian tindakan sekolah (PTS). Model penelitian tindakan yang digunakan adalah model Kemmis McTaggart dengan proses siklus terdiri atas empat langkah yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan dan refleksi. Meningkatkan kompetensi guru menyusun instrumen tes hasil belajar menggunakan model pelatihan SSOTT. Subyek penelitian melibatkan guru SMA dan SMK rumpun ekonomi berjumlah 30 orang yang berada di Kabupaten Dairi.

(6)

ABSTRACT

Leonnardo Sijabat. Improving The Competency of Economic Teachers in Compiling The Instruments of Learning Outcomes Test Through Step By Step On-the-job Teacher Training (SSOTT) Model in Senior High School and Vocational Schools of Dairi Regency, North Sumatera. Thesis. Medan: Post Graduate Study Programme of Educational Administration. University of Medan. 2014.

The purpose of this research is to improve the competency of economic teachers in compiling the instruments of learning outcomes test. Competency of teachers in compiling the instruments of learning outcomes test is the knowledge, abilities and skills that teachers need to devise tools which are used to measure the ability of learners after the learning process through assessment activities.

This research is using Actions of School Research (PTS) Methods. Action research model used here is the model of Kemmis McTaggart with the cycle process that consists of four steps: planning, action, observation and reflection. Improving the competency of teachers compiling the instruments of learning outcomes test uses the SSOTT model. The research subjects involve 30 economic teachers of Senior High School and Vocational schools in Dairi Regency.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat

dan kuasa-Nya sehingga peneliti berhasil menyelesaikan tesis ini.

Terselesaikannya penyusunan tesis ini tidak terlepas dari bantuan, arahan,

dorongan maupun sumbangan pemikiran dari berbagai pihak. Oleh karena itu,

pada kesempatan ini peneliti ingin menyampaikan rasa terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada yang peneliti hormati :

1. Prof. Dr. Ibnu Hajar Damanik, M.Si. Rektor Universitas Negeri Medan.

2. Prof. Dr. Abdul Muin Sibuea, M.Pd. Direktur Program Pascasarjana

Universitas Negeri Medan.

3. Prof. Dr. Biner Ambarita, M.Pd. sebagai Pembimbing I dan Prof. Dr. Abdul

Muin Sibuea, M.Pd. sebagai Pembimbing II yang telah banyak membantu

dalam Penyusunan tesis ini.

4. Dr. Ir Darwin Ketua Program Studi Administrasi Pendidikan, dan Dr.

Paningkat Siburian, M.Pd. Sekretaris Program Studi Administrasi Pendidikan

Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan yang telah banyak membantu

dalam penyusunan tesis ini.

5. Prof. Dr. Sumarno, M.Pd, selaku narasumber yang telah banyak membantu

dalam penyusunan tesis ini.

6. Dr. Yasaratodo Wau, M.Pd selaku narasumber yang telah banyak membantu

(8)

7. Dr. Irsan Rangkuti, M.Pd, selaku narasumber yang telah banyak membantu

dalam penyusunan tesis ini.

8. Seluruh dosen Program Pascasarjana yang telah banyak membantu dalam

penyusunan tesis ini.

9. Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Dairi yang telah memberikan izin untuk

melakukan penelitian di SMA dan SMK se-Kecamatan Sidikalang Kabupaten

Dairi.

10. Para Pengawas Dinas pendidikan Kabupaten Dairi, khususnya Bapak Drs.

Karmel dan Ibu Mardurum Manurung S.Pd yang menjadi pengawas

kolaborator pada penelitian ini.

11. Jajaran Direktorat Jenderal P2TK Dikmen Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan yang telah memberikan kesempatan untuk menerima beasiswa

jenjang pendidikan Strata 2 di Universitas Negeri Medan.

12. Rekan-rekan Program Studi Administrasi Pendidikan Konsentrasi

Kepengawasan angkatan pertama.

Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa dalam tesis ini masih banyak

kelemahan dan kekurangan, hal ini tiada lain karena keterbatasan ilmu yang

dimiliki peneliti. Segala bentuk kritik, saran dan sumbangan pemikiran dari

pembaca senantiasa peneliti harapkan.

Medan, 3 Juni 2014

Peneliti,

(9)

DAFTAR ISI

B. Identifikasi Masalah ... 9

C. Pembatasan Masalah ... 9

D. Perumusan Masalah ... 10

E. Tujuan Penelitian ... 10

F Manfaat Penelitian ... 10

BAB II KAJIAN TEORETIS, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS TINDAKAN A. Kajian Teoretis ... 12

1. Kompetensi Guru Menyusun Instrumen Tes Hasil Belajar .... 12

a. Kompetensi Guru ... 12

b. Evaluasi Pendidikan ... 16

c. Peranan Evaluasi dalam Pembelajaran ... 19

d. Menyusun Instrumen Tes Hasil Belajar ... 23

2. Model Pelatihan Step by Step On-the-job Teacher Training untuk Meningkatan Kompetensi guru ... 28

a. Pengertian dan Tujuan Pelatihan (Training) ... 28

b. Jenis-jenis Pelatihan ... 29

c. Step by Step On-the-job Teacher Training (SSOTT) ... 34

B. Penelitian yang Relevan ... 40

C. Kerangka Berpikir ... 41

(10)

BAB III METODELOGI PENELITIAN

A. Tempat dan waktu ... 44

B. Subyek dan Obyek Penelitian ... 44

C. Desain Penelitian Tindakan... 45

D. Prosedur Tindakan Penelitian ... 47

1. Pelatihan Siklus I ... 47

2. Pelatihan Siklus II ... 50

E. Defenisi Operasional Penelitian ... 52

F. Indikator Keberhasilan ... 52

G. Instrumen Penelitian... 53

H. Teknik Analisis Data ... 54

(11)

DAFTAR TABEL

Daftar Hal

Tabel 3.1 Subyek Penelitian ... 44

Tabel 3.2 Indikator dan Rentang Skor ... 54

Tabel 3.3 Interval Kelas dan Kriteria ... 54

Tabel 3.4 Tingkat Kecenderungan Skor Kompetensi Guru ... 55

Tabel 4.1 Skor Kompetensi Guru Menyusun Instrumen Tes Hasil Belajar ... 57

Tabel 4.2 Skor Kompetensi Guru Menyusun Instrumen Tes hasil Belajar pada Prasiklus ... 59

Tabel 4.3 Tingkat Kecenderungan Kompetensi Guru Menyusun Instrumen Tes Hasil Belajar pada Prasiklus ... 60

Tabel 4.4 Tingkat Ketercapaian Setiap Aspek pada Indikator Kompetensi Menyusun Instrumen Tes Hasil Belajar Prasiklus ... 61

Tabel 4.5 Skor Kompetensi Guru Menyusun Instrumen Tes Hasil Belajar pada Siklus I ... 65

Tabel 4.6 Tingkat Kecenderungan Kompetensi Guru Menyusun Instrumen Tes Hasil Belajar pada Siklus I... 66

Tabel 4.7 Tingkat Tingkat Ketercapaian Setiap Aspek pada Indikator Kompetensi Menyusun Instrumen Tes Hasil Belajar Siklus 1 ... 67

Tabel 4.8 Tingkat Ketercapaian Guru Setiap Aspek pada Indikator Membuat Kisi-kisi Soal pada Siklus I ... 68

Tabel 4.9 Tingkat Ketercapaian Guru Setiap Aspek pada Indikator Merangkai Soal pada Siklus I ... 69

Tabel 4.10 Tingkat Ketercapaian Guru pada Setiap Aspek pada Indikator Menganalisis Soal pada Siklus I ... 70

Tabel 4.11 Skor Kompetensi Guru Menyusun Instrumen Tes Hasil Belajar pada Siklus II ... 78

(12)

Tabel 4.13 Tingkat Tingkat Ketercapaian Setiap Aspek pada Indikator

Kompetensi Menyusun Instrumen Tes Hasil Belajar Siklus II ... 80 Tabel 4.14 Tingkat Ketercapaian Guru pada Setiap Aspek pada Indikator

Membuat Kisi-kisi Soal pada Siklus II ... 81 Tabel 4.15 Tingkat Ketercapaian Guru pada Setiap Aspek pada Indikator

Merangkai Soal pada Siklus I ... 82 Tabel 4.16 Tingkat Ketercapaian Guru pada Setiap Aspek pada Indikator

(13)

DAFTAR GAMBAR

Daftar Hal Gambar 2.1 Tentang Evaluasi Pendidikan ... 19 Gambar 3.1 Siklus Penelitian Tindakan ... 45 Gambar 4.1 Diagram Batang Kompetensi Guru Menyusun Instrumen Tes

Hasil Belajar pada Prasiklus ... 60 Gambar 4.2 Diagram Batang Kompetensi Guru Menyusun Instrumen Tes

Hasil Belajar pada Siklus I ... 66 Gambar 4.3 Diagram Batang Pencapaian Kompetensi Guru Setiap Aspek

pada Siklus I (Responden 1 – 15) ... 72 Gambar 4.4 Diagram Batang Pencapaian Kompetensi Guru Setiap Aspek

pada Siklus I (Responden 16 – 30) ... 72 Gambar 4.5 Diagram Batang Kompetensi Guru Menyusun Instrumen Tes

Hasil Belajar pada Siklus II ... 74 Gambar 4.6 Diagram Batang Pencapaian Kompetensi Guru Setiap Aspek

pada Siklus I (Responden 1 – 15) ... 85 Gambar 4.7 Diagram Batang Pencapaian Kompetensi Guru Setiap Aspek

pada Siklus I (Responden 16 – 30) ... 85 Gambar 4.8 Diagram Batang Skor Kompetensi Guru Menyusun Instrumen

Tes Hasil Belajar (reponden 1-15) ... 91 Gambar 4.9 Diagram Batang Skor Kompetensi Guru Menyusun Instrumen

(14)

i

DAFTAR LAMPIRAN

Daftar Hal

Lampiran 1 : Lembar Observasi Penilaian Kompetensi Guru ... 99

Lampiran 2 : Jadwal Pelaksanaan Model Pelatihan SSOTT ... 104

Lampiran 3 : Instrumen Pelaksanaan Model Pelatihan SSOTT ... 106

Lampiran 4 : Skor Kompetensi Guru Menyusun Instrumen Tes Hasil Belajar oleh Penilai 1 pada Prasiklus ... 110

Lampiran 5 : Skor Kompetensi Guru Menyusun Instrumen Tes Hasil Belajar oleh Penilai 2 pada Prasiklus ... 111

Lampiran 6 : Skor Kompetensi Guru Menyusun Instrumen Tes Hasil Belajar oleh Penilai 3 pada Prasiklus ... 112

Lampiran 7 : Skor Kompetensi Guru Menyusun Instrumen Tes Hasil Belajar oleh Penilai 1 pada Siklus 1 ... 113

Lampiran 8 : Skor Kompetensi Guru Menyusun Instrumen Tes Hasil Belajar oleh Penilai 2 pada Siklus 1 ... 114

Lampiran 9 : Skor Kompetensi Guru Menyusun Instrumen Tes Hasil Belajar oleh Penilai 3 pada Siklus 1 ... 115

Lampiran 10 : Skor Kompetensi Guru Menyusun Instrumen Tes Hasil Belajar oleh Penilai 1 pada Siklus 2 ... 116

Lampiran 11 : Skor Kompetensi Guru Menyusun Instrumen Tes Hasil Belajar oleh Penilai 2 pada Siklus 2 ... 117

Lampiran 12 : Skor Kompetensi Guru Menyusun Instrumen Tes Hasil Belajar oleh Penilai 3 pada Siklus 2 ... 118

Lampiran 13 : Produk Pelatihan ... 150

Lampiran 14 : Modul Pelatihan ... 192

Lampiran 15 : Dokumentasi Pelatihan ... 124

Lampiran 16 : Daftar Hadir Pelatihan ... 138

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Guru merupakan ujung tombak pendidikan yang bersentuhan langsung

dengan peserta didik. Guru adalah sebuah profesi yang dalam melaksanakan

tugasnya dituntut untuk bertindak secara profesional. Menjadi seorang guru

wajib memiliki kompetensi-kompetensi tertentu untuk dapat melaksanakan

tugas secara profesional. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16

Tahun 2007 menjelaskan guru wajib memiliki empat kompetensi yang meliputi

kompetensi paedagogik, kompetensi sosial, kompetensi kepribadian, dan

kompetensi profesional. Kompetensi-kompetensi tersebut mencerminkan guru

ideal yang terlihat ketika guru berinteraksi dengan peserta didik melalui

kegiatan proses belajar mengajar di kelas dan berinteraksi dengan rekan-rekan

kerja dan masyarakat di luar kelas.

Kompetensi paedagogik dan kompetensi profesional merupakan

kompetensi yang membedakan guru dengan profesi lainnya. Data yang

diperoleh dari LPMP Provinsi Sumatera Utara melalui Uji Kompetensi Guru

(UKG) tahun 2012 menunjukkan bahwa tingkat kompetensi paedagogik dan

profesional guru masih rendah. Provinsi Sumatera Utara berada pada urutan 25

secara nasional dari 33 provinsi, rata-rata skor yang diperoleh guru di Provinsi

Sumatera Utara adalah 41,52. Kabupaten Dairi skor rata-rata yang diperoleh

(16)

diperoleh guru 12,03, skor maksimal yang diperoleh guru 30,00 dan skor

terendah yang diperoleh guru 0,00.

Melakukan evaluasi hasil belajar merupakan kompetensi pada dimensi

paedagogik, evaluasi hasil belajar dilakukan untuk mengetahui sejauh mana

keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran yang telah dirancang oleh guru.

Jadi untuk melakukan evaluasi hasil belajar, seorang guru dituntut kompeten

menentukan cara-cara evaluasi, mulai dari pendekatannya, penyusunan alat

evaluasi dan cara pengolahan data, serta mempergunakan hasil evaluasi untuk

tindak lanjut pembelajaran. Menurut Ambarita dan Pangaribuan (2013:59)

Evaluasi tidak hanya mengukur kemampuan siswa dalam menyerap informasi

tetapi juga mengevaluasi keberhasilan guru dalam pembelajaran dan melalui

hal ini dapat terbangun interaksi antara guru dengan siswa dan dengan orang

tua. Kegagalan dan pembelajaran dapat bersumber dari guru yang bertindak

sebagai aktor dalam pembelajaran.

Menurut Sudijono (2011:9) setidaknya ada dua kemungkinan hasil yang

diperoleh dari kegiatan evaluasi yaitu : (1) hasil evaluasi itu ternyata

menggembirakan, sehingga dapat memberikan rasa lega karena tujuan yang

telah ditentukan dapat dicapai sesuai dengan yang direncanakan; dan (2) hasil

evaluasi itu ternyata tidak menggembirakan atau bahkan mengkhawatirkan,

dengan alasan bahwa berdasar hasil evaluasi ternyata dijumpai

penyimpangan-penyimpangan, hambatan atau kendala, sehingga mengharuskan untuk bersikap

(17)

Bab X Pasal 60 Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 (Mardapi,

2012:13) dijelaskan bahwa penilaian pendidikan pada jenjang pendidikan dasar

dan menengah terdiri atas: 1) Penilaian hasil belajar oleh pendidik; 2) Penilaian

hasil belajar oleh satuan pendidikan; dan 3) Penilaian hasil belajar oleh

pemerintah. Sesuai dengan peraturan pemerintah di atas penilaian untuk skala

nasional dilaksanakan oleh pemerintah pusat melalui Kementerian Pendidikan

dan Kebudayaan (Kemendikbud) dengan melaksanakan Ujian Nasional (UN)

di seluruh sekolah di Indonesia. Penilaian untuk skala sekolah dilaksanakan

dalam ujian akhir semester dan ujian tengah semester yang dilaksanakan oleh

satuan pendidikan. Penilaian yang dilakukan oleh pendidik dilaksanakan

dengan cara ulangan harian, pemberian tugas, kuis dan lain-lain.

Matondang (2009:2) menuturkan bahwa berkaitan dengan bidang

pendidikan, evaluasi secara khusus bertujuan untuk mengetahui sejauhmana

peserta didik telah menguasai tujuan-tujuan belajar yang telah ditetapkan

sebelumnya dan mendiagnosis kesulitan belajar siswa. Fungsi evaluasi sangat

penting dalam pembelajaran, evaluasi yang dibuat oleh guru seharusnya valid

dan handal, tujuannya adalah informasi yang diperoleh oleh guru melalui

evaluasi betul-betul merupakan gambaran kemampuan peserta didik.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional, Pasal 57 menjelaskan bahwa (1) evaluasi dilakukan dalam rangka

pengendalian mutu pendidikan secara nasional sebagai bentuk akuntabilitas

penyelenggara pendidikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan, (2)

(18)

pada jalur formal dan nonformal untuk semua jenjang, satuan, dan jenis

pendidikan. Pasal 58 Ayat 1 menyatakan bahwa evaluasi hasil belajar peserta

didik dilakukan oleh pendidik untuk memantau proses, kemajuan, dan

perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan.

Melakukan evaluasi hasil belajar peserta didik menjadi masalah bagi

sebagian guru. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh tim peneliti

Balitbangda (2005:60) Provinsi Sumatera Utara tentang pengetahuan guru

tentang bentuk dan jenis-jenis alat evaluasi hasil belajar peserta didik,

diketahui bahwa 3,472% memiliki pengetahuan sangat baik, 15,972% memiliki

pengetahuan baik, 65,278% memiliki pengetahuan cukup baik dan 15,278%

yang memiliki pengetahuan kurang baik. Kemampuan guru menerapkan alat

evaluasi yang tepat agar hasil belajar peserta didik sesuai dengan tuntutan

kompetensi diketahui bahwa 0,694% guru memiliki kemampuan sangat baik,

8,333% guru memiliki kemampuan baik, 67,361% guru memiliki kemampuan

cukup baik, dan 23,611% guru yang memiliki kemampuan kurang baik.

Kemampuan guru dalam membuat alat evaluasi yang baik untuk digunakan

dalam KBM diketahui 3,472% memiliki kemampuan sangat baik, 9,028%

memiliki kemampuan baik, 59,722% memiliki kemampuan cukup baik dan

27,083% yang memiliki kemampuan kurang baik. Kemampuan guru dalam

menganalisis hasil evaluasi untuk mengetahui kemampuan peserta didik

diketahui bahwa 0% memiliki kemampuan sangat baik, 15,278% memiliki

kemampuan baik, 52,778% memiliki kemampuan cukup baik dan 31,944%

(19)

Kegiatan evaluasi mencakup kegiatan penilaian dan pengukuran,

menurut Sudijono (2011:5) evaluasi adalah kegiatan atau proses untuk menilai

sesuatu. Tindakan untuk dapat menilai dari sesuatu dilakukanlah pengukuran,

wujud dari pengukuran tersebut adalah pengujian dan pengujian inilah yang

dalam dunia pendidikan dikenal dengan istilah tes. Salah satu tugas guru dalam

mengevaluasi hasil belajar menyiapkan instrumen tes yang tepat untuk dapat

mengukur hasil belajar peserta didik.

Kompetensi guru dalam menyusun instrumen tes hasil belajar sangat

penting dan harus mendapat perhatian serius. Secara ideal, guru mampu

membuat instrumen tes hasil belajar yang valid dan handal, sehingga antara

perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran merupakan satu kesatuan

proses yang berkesinambungan dan dapat mengukur kemampuan peserta didik

dalam menguasai materi pelajaran dengan tepat.

Evaluasi hasil belajar yang baik menggunakan instrumen tes yang

bermutu untuk dapat membantu guru meningkatkan kualitas pembelajaran dan

memberikan informasi dengan tepat tentang peserta didik yang belum atau

yang sudah mencapai tujuan pembelajaran. Instrumen tes yang bermutu adalah

dengan soal-soal yang bermutu pula. Salah satu ciri soal yang bermutu adalah

bahwa soal itu dapat membedakan kemampuan peserta didik. Semakin tinggi

kemampuan peserta didik dalam memahami materi pelajaran, semakin tinggi

pula peluang menjawab benar soal dan begitu juga sebaliknya.

Penyusunan instrumen tes hasil belajar bertujuan untuk mengukur

(20)

mendapatkan gambaran kelemahan-kelemahan yang dihadapi oleh peserta

didik. Jadi menyusun instrumen tes yang memenuhi persyaratan cukup sulit

karena menyusun intrumen tes memerlukan pengetahuan, keterampilan serta

ketelitian yang cukup tinggi. Hasil penelitian Prasetya (2012:107) diketahui

bahwa kesulitan yang dialami oleh guru-guru IPA SMP di Kota Magelang

dalam membuat instrumen tes hasil belajar adalah karena belum mempunyai

buku pedoman cara penyusunan instrumen hasil belajar sehingga guru tidak

memiliki pengetahuan tentang cara menyusun instrumen hasil belajar yang

baik.

Meningkatkan kompetensi guru menyusun instrumen tes hasil belajar

merupakan tugas dan fungsi pengawas pengawas sekolah sebagai penjamin

mutu pendidikan. Menurut Sudjana (2012:41) pengawas sekolah satuan

pendidikan memiliki enam dimensi kompetensi yaitu: (1) dimensi kepribadian,

(2) dimensi sosial, (3) dimensi supervisi manajerial, (4) dimensi supervisi

akademik, (5) dimensi evaluasi pendidikan, dan (6) dimensi penelitian

pendidikan. Pengawas sekolah wajib memberikan bantuan profesional berupa

supervisi akademik untuk mengatasi kelemahan-kelemahan yang di hadapi

oleh guru dalam merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi

pembelajaran.

Meningkatkan kompetensi guru menyusun instrumen hasil belajar perlu

ada penelitian di Kabupaten Dairi. Penelitian yang dilakukan adalah dalam

bentuk penelitian tindakan. Upaya meningkatkan kompetensi guru dapat

(21)

pendekatan kompetensi. Menurut Sudjana (2012:22) supervisi pendekatan

kompetensi adalah supervisi yang bertujuan untuk membentuk kompetensi

minimal yang harus dikuasai guru. Melalui pendekatan kompetensi, pengawas

sekolah melakukan bantuan profesional kepada guru dengan teknik-teknik

supervisi tertentu sehingga guru mencapai kompetensi yang diharapkan.

Teknik supervisi yang digunakan dapat dilakukan melalui menyelenggarakan

workshop, rapat guru, studi kelompok antar guru, tukar menukar pengalaman,

pertemuan orientasi, dan pelatihan.

Supervisi pendidikan adalah upaya yang dilakukan oleh pengawas

sekolah dalam memberikan bantuan profesional untuk meningkatkan

kompetensi guru. Menurut Ambarita dan Pangaribuan (2013:17) bantuan

profesional guru bertujuan untuk meningkatkan profesionalisme guru itu

sendiri. Dapat dikatakan dengan bantuan profesional ini, guru mendapatkan

tambahan wawasan dan latihan tentang dimensi-dimensi profesinya yaitu

persiapan, pelaksanaan proses pembelajaran dan evaluasi pembelajaran

semakin baik, sehingga guru itu semakin ahli di bidangnya. Tambahan dan

arahan serta latihan kemampuan ini didapatkannya dari pengawas, kepala

sekolah, dan teman sejawatnya. Makin sering dan banyak bantuan profesional

yang diterimanya maka makin meningkat pula keahliannya.

Sagala (2013:203) menuturkan bahwa tantangan terhadap profesi guru

terkait terkait dengan karakter dari motivasi kelompok dan jenis dari pelatihan

sesuai dengan kebutuhan pelatihan yang diikutinya. Pelatihan sesuai kebutuhan

(22)

mengatasi kesulitan guru dalam mengajar dan dapat meningkatkan kualitas

profesionalisme guru. Pelatihan yang tidak berkontribusi untuk peningkatan

kualitas profesionalisme guru sebaiknya ditiadakan.

Pelatihan dapat meningkatkan kompetensi guru, berdasarkan penelitian

yang dilakukan oleh Sukoco (2010:82) pada guru SMP RSBI di Kota

Semarang diketahui bahwa pendidikan dan pelatihan memiliki pengaruh yang

positif dan signifikan terhadap kompetensi guru. Pelatihan yang efektif

diterapkan kepada guru adalah pelatihan yang tidak mengganggu tugas rutin

guru di sekolah dan materi pelatihan dapat langsung diterapkan oleh guru

kepada peserta didik.

Berdasarkan penelitian di atas, tindakan yang akan dilakukan untuk

meningkatkan kompetensi guru menyusun instrumen tes hasil belajar di SMA

dan SMK Kabupaten Dairi adalah dengan pelatihan. Ada berbagai jenis model

dan metode pelatihan yang dapat diterapkan untuk meningkatkan kompetensi

guru di antaranya adalah on-the-job training dan off-the-job training. Jenis

pelatihan off-the-job training pelaksanaannya di luar sekolah sedangkan

on-the-job training pelaksanaannya di sekolah tempat guru mengajar. Berdasarkan

pertimbangan tersebut model pelatihan yang diterapkan untuk meningkatkan

kompetensi guru menyusun instrumen tes hasil belajar adalah SSOTT.

Pemilihan model pelatihan SSOTT karena diharapkan pelatihan tidak

mengganggu tugas rutin guru di sekolah dan materi pelatihan dapat langsung

(23)

Model pelatihan SSOTT adalah suatu model pelatihan yang dilakukan

secara bertahap dan ditujukan kepada guru untuk meningkatkan kompetensi

melakukan pekerjaan tertentu. Pemilihan model pelatihan SSOTT karena

pelaksanaan SSOTT tidak mengharuskan guru meninggalkan pekerjaan rutin di

sekolah pelatihan dilaksanakan di sekolah tempat guru mengajar dan waktu

pelaksanaan pelatihan dilaksanakan ketika guru tidak melakukan proses belajar

mengajar. Materi pelatihan disampaikan secara bertahap dan diiringi praktik

materi yang dilaksanakan oleh guru dengan tahapan-tahapan yang sistematis.

B.Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah pada penelitian ini yaitu: (1) Apakah memberikan

buku pedoman cara penyusunan instrumen hasil belajar dapat meningkatkan

pengetahuan guru menyusun instrumen hasil belajar yang baik? (2) Apakah

pendidikan dan pelatihan dapat meningkatkan kompetensi guru kompetensi

guru menyusun instrumen tes hasil belajar? (3) Apakah model pelatihan

on-the-job training dapat meningkatkan kompetensi guru menyusun instrumen tes

hasil belajar? (4) apakah model pelatihan off-the-job training dapat

meningkatkan kompetensi guru menyusun instrumen tes hasil belajar? dan (5)

apakah penerapan supervisi pendidikan oleh pengawas sekolah dapat

meningkatkan kompetensi guru menyusun instrumen tes hasil belajar?

C.Pembatasan Masalah

Banyak cara yang dapat digunakan untuk meningkatkan kompetensi guru

(24)

penelitian ini terfokus pada peningkatan kompetensi guru mata pelajaran

ekonomi dalam menyusun instrumen tes hasil belajar di SMA dan SMK

Kabupaten Dairi melalui model pelatihan SSOTT.

Instrumen tes hasil belajar yang disusun oleh guru pada penelitian ini

adalah instrumen tes soal pilihan berganda. Bentuk soal pilihan ganda dipilih

karena di sekolah pada ujian mid semester dan ujian akhir semester digunakan

bentuk soal pilihan ganda selain itu mengacu pada Ujian Nasional (UN) yang

juga menggunakan soal pilihan ganda. Kegiatan penyusunan instrumen tes

hasil belajar pada penelitian ini meliputi: membuat kisi-kisi soal, merangkai

soal, dan menganalisis soal yang meliputi analisis tingkat kesukaran butir soal,

daya pembeda, efektivitas pengecoh , validitas butir soal, dan reliabilitas soal.

D.Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, dapat dirumuskan masalah

dalam penelitian ini adalah: Apakah penerapan model pelatihan SSOTT dapat

meningkatkan kompetensi guru mata pelajaran ekonomi menyusun instrumen

tes hasil belajar di SMA dan SMK Kabupaten Dairi ?

E.Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui

peningkatan kompetensi guru ekonomi menyusun instrumen tes hasil belajar

(25)

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara luas

bagi semua pihak yang terlibat dalam peningkatan kompetensi guru baik secara

teoritis maupun secara praktis.

1. Manfaat teoritis yaitu menambah wawasan tentang pentingnya penyusunan

instrumen tes hasil belajar, selain itu menambah khasanah bacaan ilmiah

dan rujukan bagi peneliti lain dalam menerapkan model pelatihan SSOTT

untuk meningkatkan kompetensi guru.

2. Manfaat praktis, antara lain:

a. Bagi guru, meningkatnya kompetensi guru dalam menyusun instrumen

tes hasil belajar sesuai dengan kriteria yang baik.

b. Bagi siswa, mendapatkan instrumen tes hasil belajar yang baik dari guru

sehingga hasil penilaian yang dilaksanakan benar-benar menggambarkan

prestasi peserta didik.

c. Bagi kepala sekolah, meningkatnya kompetensi guru-guru khususnya

kompetensi menyusun instrumen tes hasil belajar yang dipimpinnya di

sekolah.

d. Bagi pengawas sekolah, sebagai masukan dalam membina guru-guru di

sekolah binaannya dan masukan bagaimana cara meningkatkan

(26)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A.Simpulan

Penelitian yang dilaksanakan di sembilan sekolah berlokasi di Kabupaten

Dairi Provinsi Sumatera Utara. Sekolah-sekolah yang menjadi tempat pelatihan

adalah SMKN 1 Sidikalang, SMK HKBP Sidikalang, SMA Bukit Cahaya

Sidikalang, SMK Bukit Cahaya Sidikalang, SMAN 1 Sidikalang, SMAN 2

Sidikalang, SMAN 1 Parbuluan, SMK Anugerah Sidikalang, SMKN 1 Sitinjo.

Berdasarkan hasil Penelitian diperoleh beberapa simpulan sebagai

berikut:

1. Pada prasiklus, 70% atau 21 orang guru kompetensi menyusun instrumen

tes hasil belajar berada pada kategori tidak baik dan 30% atau 9 orang guru

kompetensi menyusun instrumen tes hasil belajar berada pada kategori

kurang baik. Secara rinci adalah membuat kisi-kisi soal, merangkai soal

semua aspek berada pada kategori kurang baik, pada indikator analisis soal

semua aspek berada pada kategori tidak baik.

2. Pada siklus I, 96,67% atau 29 orang guru kompetensi menyusun instrumen

tes hasil belajar berada pada kategori cukup baik dan 3,33% atau 1 orang

guru kompetensi menyusun instrumen tes hasil belajar berada pada kategori

kurang baik. Secara rinci adalah indikator membuat kisi-kisi soal dan

merangkai soal semua aspek telah berkategori baik dan indikator analisis

(27)

daya pembeda, validitas butir soal berkategori kurang baik. Aspek

efektivitas pengecoh berkategori cukup baik dan aspek reliabilitas soal

berkategori tidak baik.

3. Pada siklus II, 86,67% atau 26 orang guru kompetensi menyusun instrumen

tes hasil belajar berkategori baik dan 13,33% atau 4 orang guru kompetensi

menyusun instrumen tes hasil belajar berada pada kategori cukup baik.

Secara rinci adalah indikator membuat kisi-kisi dan merangkai soal semua

aspek berkategori baik, dan indikator analisis soal aspek tingkat kesukaran,

efektivitas pengecoh, validitas berkategori baik sedangkan pada aspek daya

pembeda butir soal dan reliabilitas soal berkategori cukup baik.

4. Hasil penelitian menemukan bahwa implementasi model pelatihan SSOTT

dapat meningkatkan kompetensi guru menyusun instrumen tes hasil belajar.

B.Implikasi

Implikasi penelitian diberikan berdasarkan hasil penelitian dan simpulan

penelitian, yaitu:

1. Implementasi model pelatihan SSOTT berdampak positif meningkatkan

kompetensi guru menyusun instrumen tes hasil belajar.

2. Implementasi model pelatihan SSOTT dilakukan oleh pengawas sekolah

dan kepala sekolah untuk meningkatkan kompetensi guru dalam

melaksanakan tugas.

3. Implementasi model pelatihan SSOTT sangat membantu guru untuk

(28)

meningkatkan kompetensinya dalam merencanakan, melaksanakan dan

mengevaluasi pembelajaran.

4. Implementasi model pelatihan SSOTT dapat diterapkan oleh seluruh

pengawas yang berada di lingkungan Dinas Pendidikan Kabupaten Dairi

untuk meningkatkan kompetensi guru yang berada pada sekolah binaan.

C.Saran

Berdasarkan simpulan dan implikasi penelitian, untuk meningkatkan

kompetensi guru mata pelajaran ekonomi menyusun instrumen tes hasil belajar

diajukan saran sebagai berikut:

1. Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Dairi memberikan instruksi kepada

pengawas sekolah agar rajin memberikan bantuan profesional kepada guru

melalui supervisi akademik dengan teknik pelatihan.

2. Pengawas sekolah, untuk dapat meningkatkan pengetahuan tentang

supervisi akademik khususnya teknik pelatihan sebagai teknik supervisi

kelompok dengan cara membaca buku-buku referensi tentang teknik

supervisi akademik dan teknik pelatihan sumber daya manusia.

3. Kepala sekolah sebagai pimpinan sekolah agar dapat bekerja sama dengan

pengawas sekolah untuk mengadakan pelatihan yang betujuan untuk

meningkatkan kompetensi guru.

4. Berdasarkan hasil penelitian terdapat empat orang guru yang memiliki

kompetensi menyusun instrumen tes hasil belajar belum berkategori baik

(29)

soal belum berkategori baik. Pelaksanaan pelatihan selanjutnya empat orang

(30)

DAFTAR PUSTAKA

Alipour, Mehrdad. 2009. A Study On the Job Training Effectiveness: Empirical

Evidence of Iran. International Journal of Business and Management, www.ccsenet.org/journal.html Vol. 4 No.11

Ambarita, Biner. 2013. Manajemen dalam Kisaran Pendidikan. Alfabeta: Bandung

Ambarita, Biner dan Pangaribuan, Wanapri. 2013. Kemampuan Membaca dan Sikap Profesional dalam Peningkatan Mutu Pendidikan. Alfabeta: Bandung.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Brinkerhoff, et al. 1983.Program Evaluation:Practitioner’s Guide For Trainers

and Educators. Boston The Hague Dordrecht Lancaster:

Kluwer-Nijhoff Publishing.

Bangun, Wilson. 2012. Manajemen Sumber Daya Manusia. Erlangga: Jakarta

Danim, Sudarwan. 2011. Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Depdiknas. 2005. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Jakarta: Laksana

Depdiknas. 2003. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Laksana.

Depdiknas. 2010. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengolahan dan Penyelenggaraan Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Timur.

Dessler, Gary. 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia. PT Intan Sejati: Klaten.

Grounlund, Norman E. 1985. Measurement and Evaluation in Teaching Fifth

Edition. New York: Macmilan Publishing Company.

Hadis, Abdul dan Nurhayati. 2010. Manajemen Mutu Pendidikan. Bandung: Alfabeta

(31)

Dasar Se-Kecamatan Babakancikao Kabupaten Purwakarta. Jurnal Penelitian Pendidikan Vol.11 No. 2.

Hamalik, Oemar. 2007. Manajemen Pelatihan Ketenagakerjaan Pendekatan Terpadu. Jakarta: PT. Bumi Aksara

Hamalik, Oemar. 2011. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Bumi Aksara

Iswari, Mega. 2009. Membina Emosi Remaja Meningkatkan Profesional Guru. Padang: Pedagogi Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan.

Mardapi, Djemari. 2012. Pengukuran, Penilaian dan Evaluasi Pendidikan. Yogyakarta: Nuha Medika.

Mathis, Robert L. dan John H. Jackson. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Pertama Jakarta: Salemba Empat.

Matondang, Zulkifli. 2009. Evaluasi Pembelajaran. Medan: Program Pascasarjana Unimed.

Prasetya, Tri Indra. 2012. Meningkatkan keterampilan Menyusun Instrumen Hasil Belajar Berbasis Modul Interaktif Bagi Guru-guru IPA SMP di Kota Magelang. Journal of Educational Research and Evaluation: Semarang

Sagala, Syaiful. 2011. Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sagala, Syaiful. 2013. Etika dan Moralitas Pendidikan Peluang dan Tantangan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Salmah, Ninin Non Ayu. 2012. Pengaruh Program Pelatihan dan Pengembangan Karyawan terhadap Kompetensi Karyawan pada PT. Muba Electric Power Sekayu. Palembang: Jurnal Ekonomi dan Informasi Akuntansi Vol. 2 No.3

Sanjaya, W. 2008. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran: Kencana Penada Media.

Siagian, S.P. 2006. Teori Motivasi dan Aplikasinya. Jakarta : Rineka Cipta.

Siagian, S.P. 2008. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT. Bumi Aksara

(32)

Sudjana, Nana. 2010. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Sudjana, Nana. 2012. Supervisi Pendidikan Konsep dan Aplikasinya bagi Pengawas Sekolah. Bekasi: Binamitra Publishing.

Sudijono, Anas. 2011. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Administrasi. Bandung : Alfabeta.

Sukoco, Fajar. 2010. Pengaruh Pendidikan dan Pelatihan, Pembelajaran Organisasi terhadap Kinerja dengan Kompetensi sebagai Mediasi. Semarang: Jurnal Bisnis dan Ekonomi.

Suranto. 2012. Model On-the-job Training Peningkatan Keterampilan Mahasiswa. Spektrum Industri: Vol. 10, No.2.

Taggart Robin Mc. 1991. Action Research: A Short Modern History. Victoria : Deakin University.

Tim Peneliti Balitbanda Sumut. 2005. Studi tentang Kemampuan Matematika Guru Sekolah Dasar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Medan: Balitbangda Pemprov Sumetera Utara

Gambar

Tabel 4.13 Tingkat Tingkat Ketercapaian Setiap Aspek pada Indikator

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifi kasi peranan dukungan pendamping dan kebiasaan makan pasien kanker selama menjalani terapi yang tinggal di Rumah Singgah Sasana

Data primer yang ada dalam penelitian ini merupakan hasil penyebaran kuesioner pada sampel yang telah ditentukan (pemegang usaha waralaba di wilayah Tembalang), berupa data

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif, karena meneliti masalah- masalah actual yang berlangsung dilapangan khususnya mengenai pengaruh penggunaan media gambar

Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kepemimpinan kepala sekolah dan pemberian kompensasi kerja terhadap motivasi guru SMK di

Lingkungan Propinsi Djawa Timur sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang 2 Tahun 1965 tentang Perubahan Batas Wilayah Kota Praja Surabaya dan Daerah Tingkat

Sesuai kebutuhan pembangunan kesehatan, baik jenis, jumlah, dan mutunya pemerataan, pemanfaatan dan pengembangan Nakes melalui standardisasi, registrasi, sertifikasi dan