• Tidak ada hasil yang ditemukan

STABILITAS KEAMANAN MARITIM SEBAGAI PENO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "STABILITAS KEAMANAN MARITIM SEBAGAI PENO"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

Siapa yang mengendalikan laut mengendalikan perdagangan; siapapun yang mengendalikan perdagangan mengendalikan kekayaan dunia, dan sebagai hasilnya akan mengendalikan dunia. [For whosoever commands the sea commands the trade; whosoever commands the trade of the world commands the riches of the world, and consequently the world itself] (Sir Walter Raleigh).

1. Pendahuluan. Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia, dengan wilayah yang didominasi oleh laut. Keamanan maritim merupakan prasyarat bagi berlangsungnya pembangunan nasional, termasuk didalamnya keberlangsungan berbagai kegiatan usaha sebagai bagian dari perekonomian nasional. Tanpa stabilitas keamanan maritim, berbagai aktivitas usaha tidak akan berjalan dengan baik, dan sebagai akibatnya perputaran roda ekonomi dan pembangunan nasional akan terhambat. Dapat dikatakan bahwa untuk Indonesia, keamanan maritim adalah salah satu kunci keberlangsungan hidup bangsa dan negara. Konsep mengenai keamanan maritim dalam dunia modern mengalami perkembangan, dimana berbagai bentuk ancaman yang harus dihadapi semakin beragam. Dinamika lingkungan strategis pada tingkat global, regional, maupun domestik menghadirkan spektrum ancaman yang sangat luas; mulai dari ancaman terhadap keamanan lingkungan dan sumberdaya, keamanan pelayaran, keamanan manusia di laut, sampai dengan ancaman terhadap kedaulatan negara. Terlebih lagi, di laut yang saling terhubung, bentuk-bentuk ancaman selalu bersifat dinamis dan sulit diprediksi. Karena itu, tanggung jawab untuk menjamin stabilitas dan keamanan maritim yang menjadi salah satu tugas TNI Angkatan Laut membawa tantangan yang kompleks.

TNI Angkatan Laut mengemban tugas yang pada saat ini semakin mengemuka, seiring dengan kebijakan pemerintah RI untuk menjadikan sektor maritim sebagai prioritas dalam pembangunan nasional, atau lebih dikenal sebagai visi membangun Indonesia menjadi Poros Maritim Dunia (PMD). Keberhasilan TNI Angkatan Laut dalam mewujudkan keamanan maritim di Indonesia, menjadi salah satu prakondisi untuk keberhasilan pencapaian visi tersebut. Salah satu aspek yang sangat terpengaruh oleh stabilitas keamanan maritim adalah keberlangsungan dunia usaha. Kenyamanan, kepastian, dan jaminan keamanan usaha di negara maritim seperti Indonesia bergantung pada keamanan maritim.

(2)

Tulisan ini akan mengulas mengenai pemahaman mengenai keamanan maritim di era modern, dengan mempertimbangkan dinamika lingkungan strategis pada tingkat global, regional, dan domestik untuk mengenali berbagai ancaman yang ada. Selanjutnya, akan dibahas peran-peran TNI Angkatan Laut dalam melaksanakan tugasnya untuk mewujudkan keamanan maritim. Berangkat dari pembahasan tersebut, akan diulas mengenai korelasi antara keamanan maritim dan keberlangsungan dunia usaha di Indonesia, sebagai bagian dari upaya mewujudkan visi PMD.

2. Dinamika Lingkungan Strategis dan Implikasinya pada Keamanan Maritim.

a. Perkembangan Konsep Mengenai Keamanan Maritim.Keamanan maritim adalah konsep yang sedang mengalami perubahan seiring dengan meningkatnya arti penting laut bagi berbagai bangsa di dunia. Pada tahun 1990-an hingga beberapa tahun lalu definisi yang banyak digunakan adalah “laut bebas dari ancaman-ancaman kekerasan, pelanggaran hukum, bahaya navigasi, dan kerusakan lingkungan”. Rumusan keamanan maritim yang

Ancaman maritim pada saat ini memiliki karakter kompleks dan saling berhubungan. Sebagai contoh, apabila dimasa lalu ancaman kekerasan di laut secara tradisional diartikan sebagai ancaman militer oleh kekuatan angkatan laut asing, di masa sekarang pelaku non-negara (non-state actors) seperti teroris juga menghadirkan ancaman kekerasan di laut. Serupa dengan itu, apabila dimasa lalu bentuk ancaman terhadap sumberdaya perikanan dilakukan oleh kapal ikan, pada saat ini kapal ikan asing yang dikawal oleh kapal negara yang bersenjata menghadirkan perpaduan antara ancaman pelanggaran hukum dengan ancaman kekerasan.

Laporan Sekertaris Jenderal PBB berjudul Oceans and the Law of the Sea (2008) menyatakan bahwa bentuk ancaman terhadap keamanan maritim

(3)

adalahpembajakan dan perompakan di laut, aksi terorisme, perdagangan senjata dan senjata pemusnah massal, perdagangan narkotika, penyelundupan manusia, IUU Fishing, serta perusakan lingkungan laut.

Semua bentuk ancaman ini dihadapi oleh Indonesia. Akan tetapi yang berubah adalah bagaimana bentuk ancaman tersebut tidak terjadi secara terpisah, melainkan dalam hubungan sebab-akibat atau komplementer. Sebagai contoh, polusi adalah ancaman terhadap lingkungan yang akan berakibat pada kerusakan sumber daya yang mengancam keberlanjutan pembangunan ekonomi. Pemahaman mengenai berbagai bentuk ancaman harus mampu mengidentifikasi akibat tidak langsung pada tingkat kedua dan ketiga (second and third degree effects) agar tidak terfokus pada tindakan jangka pendek, tapi pada hasil yang ingin dicapai dalam jangka panjang.Ancaman terhadap keamanan dapat diidentifikasi melalui analisa perkembangan lingkungan strategis, khususnya di dimensi maritim, baik pada tingkat global, regional, maupun nasional.

b. Perkembangan Lingkungan Strategis. Di tingkat global, instabilitas dan konflik di berbagai penjuru dunia, seperti di Timur Tengah, Eropa Timur, Asia, dan Afrika, menimbulkan dampak pada keamanan maritim berupa peningkatan aktivitas kriminal di laut, seperti pembajakan dan perompakan di laut, imigrasi ilegal, dan kegiatan terorisme oleh aktor non-negara yang meluaskan kegiatannya di lingkungan maritim. Sebuah studi tentang tingkat perdamaian di berbagai negaradan hubungannya dengan perekonomian, menunjukkan bahwa pada tahun 2015, sebagian besar wilayah dunia masih dirundung konflikatau memiliki resiko tinggi terhadap terjadinya instabilitas dan permasalahan keamanan. Indonesia sendiri dinilai

sebagai negara yang damai, akan tetapi berbagai negara di kawasan Asia Pasifik masih dinilai rawan konflik, dan membawa dampak pada keamanan maritim di Indonesia.

United Nations. (2008). A/RES/63/111 - Oceans and the Law of the Sea. Diunduh dari http://www.un.org/depts/los/general_assembly/general_assembly_resolutions.htm#2008 pada 19 Desember 2015.

(4)

Gambar 1. Peta Global Peace Index tahun 2015.

Dimasa lalu, konflik dan instabilitas di darat tidak dianggap memiliki pengaruh pada keamanan maritim, akan tetapi berbagai contoh telah memperlihatkan bagaimana permasalahan keamanan di darat dapat membawa dampak tidak langsung pada keamanan maritim. Contoh yang baru-baru ini dirasakan langsung oleh Indonesia adalah timbulnya permasalahan terkait pengungsi etnis Rohingya sebagai akibat konflik di Myanmar, yang menimbulkan masalah kemanusiaan dan politik ketika perahu-perahu yang digunakan memasuki wilayah perairan Indonesia. Meskipun Indonesia pada saat ini memiliki kondisi stabilitas dan keamanan yang baik, dampak dari permasalahan di wilayah-wilayah lain di dunia sangat mungkin meluas dan mengancam kepentingan nasional kita di laut.

Selain dampak dari konflik politik pada keamanan maritim, keamanan pelayaran juga menjadi perhatian dunia. Hal ini merupakan implikasi yang wajar mengingat perkapalan adalah sarana utama pergerakan barang dan manusia di dunia. Diperkirakan bahwa 90% dari perdagangan dunia menggunakan transportasi laut.Perekonomian global saat ini saling terhubung

dengan eratnya, sehingga gangguan pada keamanan pelayaran dunia akan memiliki dampak yang sangat besar bagi hampir semua negara di dunia, termasuk Indonesia.

(5)

Gambar2.Alur Pelayaran Internasional dan Pelabuhan Besar Dunia. (Sumber : Reuters)

Ancaman terhadap keselamatan pelayaran dapat berwujud ancaman terhadap navigasi, yang berasal dari kecelakaan ataupun musibah di laut. Kecelakaan di laut dapat disebabkan oleh kesalahan manusia, atau kurangnya sarana navigasi yang memadai, berupa rambu-rambu, alat bantu navigasi, ataupun peta-peta yang belum diperbaharui. Jumlah kecelakaan di laut masih cukup tinggi, dan membawa kerugian dari aspek ekonomi (kehilangan kapal dan muatannya), manusia, maupun lingkungan (pencemaran dari kapal yang mengalami kecelakaan).

Gambar3.Jumlah kapal yang hilang akibat kecelakan di laut antara tahun 2005 – 2014 (Biru) dan 2014 (Merah).

(6)

Bentuk lain dari ancaman terhadap keselamatan pelayaran berupa ancaman kekerasan, yaitu pembajakan dan perampokan bersenjata terhadap kapal. Pada awal dekade 2000an, sebagai salah satu dampak dari krisis ekonomi global, terjadi peningkatan aktivitas perampokan bersenjata di perairan Selat Malaka dan Selat Singapura. Kerjasama antara TNI Angkatan Laut dengan mitra dari Malaysia dan Singapura berhasil menurunkan secara signifikan. Akan tetapi, sejak tahun 2005, konflik di Somalia menimbulkan peningkatan aktivitas pembajakan di perairan sekitar negara tersebut, yang masih berlanjut hingga saat ini. Sebuah kapal berbendera Indonesia, MV Sinar Kudus telah menjadi korban dari tindakan pembajakan di perairan Somalia, dan dapat dibebaskan setelah TNI Angkatan Laut mengirimkan Satgas Merah Putih yang terdiri dari kapal perang, helikopter, serta pasukan gabungan TNI untuk melaksanakan operasi pembebasan.

Gambar4.Wilayah bahaya pembajakan di perairan sekitar Somalia.

Secara global, kerusakan lingkungan maritim juga telah diidentifikasi sebagai suatu ancaman yang mendesak. Perubahan iklim global membawa pengaruh di lingkungan maritim, berupa perubahan suhu air laut, kenaikan permukaan laut, dan perubahan iklim yang menimbulkan gejala cuaca abnormal seperti badai, yang semuanya membawa kerugian pada aktivitas perekonomian.Selain itu, polusi laut (marine polution)dalam berbagai bentuk

(7)

semakin tinggi, seiring dengan peningkatan aktivitas manusia. Kombinasi dari perubahan iklim global dan polusi yang diakibatkan oleh aktivitas manusia telah menimbulkan kerusakan yang cukup parah pada lingkungan laut. Sebagai contoh, terumbu karang di seluruh dunia pada saat ini dinilai terpapar pada resiko kerusakan, dengan sumber resiko terbesar dari eksploitasi yang berlebihan (36%) dan pembangunan di kawasan pesisir (30%). Indonesia

tidak terlepas dari dampak kerusakan lingkungan laut, yang mengancam kelestarian sumberdaya laut yang kita miliki.

Gambar 5. Resiko Kerusakan Terumbu Karang Dunia dan Penyebabnya (Sumber: http://www.cotf.edu/ete/modules/coralreef/CRanthro.html)

Pada tataran regional, ancaman terhadap keamanan maritim pada saat ini tidak terlepas dari pertumbuhan ekonomi yang pesat di kawasan Asia Pasifik telah menyebabkan pergeseran titik berat geopolitik dunia dari Eropa ke Asia. Sebagai akibatnya negara-negara besar dunia meningkatkan kehadirannya di kawasan Asia-Pasifik untuk melindungi kepentingan nasional masing-masing. Pada tahun 2010 pemerintah Amerika Serikat mengeluarkan kebijakan strategis rebalance to Asia, yang memuat elemen diplomasi, ekonomi, dan militer. Aplikasinya adalah peningkatan kehadiran kekuatan militer AS di kawasan Asia Pasifik diiringi revitalisasi hubungan keamanan bilateral dan multilateral dengan Australia (melalui pakta keamanan Australia, New Zealand, United States Security Treaty/ANZUS) dan dengan beberapa negara di Asia Tenggara seperti Thailand, Singapura, Filipina, dan Vietnam. Pada saat yang bersamaan, kekuatan besar dan sedang di Asia Pasifik juga meningkatkan kemampuan pertahanan untuk menyikapi meningkatnya arti

(8)

penting kawasan Asia Pasifik sebagaipusat pertumbuhan ekonomi dunia. Cina, Jepang dan India menunjukkan persaingan strategis (strategic rivalry) untuk mengedepankan kepentingan nasional masing-masing.

Permasalahan sengketa batas wilayah di LCS merupakan potensi instabilitas yang cukup menonjol pada saat ini. Permasalahan yang dihadapi bertambah kompleks dikarenakan belum adanya mekanisme penyelesaian masalah yang diterima semua pihak serta kecenderungan untuk menggunakan kekuatan militer dalam mendukung klaim wilayah. Walaupun Indonesia tidak memiliki klaim di LCS, apabila terjadi konflik di wilayah tersebut, terdapat potensi muculnya imbas (spill over) yang mempengaruhi keamanan dan kedaulatan Indonesia.

Berbagai dinamika lingkungan keamanan di tingkat regional ini memiliki implikasi pada keamanan maritim Indonesia, termasuk pada kepentingan dunia usaha. Gangguan keamanan maritim di kawasan, akan memiliki dampak rambatan (ripple effects) yang mengganggu keamanan maritim di wilayah Indonesia. Pada akhirnya, gangguan keamanan regional akan menimbulkan permasalahan juga di wilayah Indonesia, dengan dampak pada aktivitas ekonomi.

Dinamika keamanan maritim pada tingkat nasional saat ini masih dipengaruhi oleh adanya beberapa perbatasan laut Indonesia dengan negara tetangga yang belum ditetapkan secara hukum. Sesuai dengan Konvensi Hukum Laut Internasional PBB tahun 1982, Indonesia harus menetapkan batas laut teritorial, zona tambahan, maupun Zona Ekonomi Eksklusif melalui persetujuan dengan negara tetangga yang berbatasan. Hingga saat ini, sebagian besar batas wilayah di laut telah ditetapkan, tapi masih terdapat beberapa segmen yang belum terselesaikan. Kondisi ini menimbulkan potensi ancaman terhadap keamanan maritim, khususnya terkait kedaulatan negara atas wilayah dan sumberdaya yang terkandung di dalamnya.

(9)

Selain itu, ancaman terhadap sumberdaya kelautan yang dimiliki Indonesia masih cukup tinggi. Kegiatan perikanan ilegal di perairan Indonesia masih menimbulkan kerugian yang cukup besar pada perekonomian negara. Selain itu, masih terjadi eksplorasi maupun survei kelautan secara ilegal, yang melanggar kedaulatan negara atas sumberdaya di laut.

c. Ancaman Terhadap Keamanan Maritim Indonesia dan Dampaknya pada Kegiatan Usaha. Dari berbagai wujud ancaman keamanan yang ada di lingkungan maritim, dapat dikategorikan berdasarkan akibatnya, bukan hanya bentuknya. Secara konseptual, pendekatan ini akan membantu pemangku kepentingan untuk berorientasi pada hasil dan bukan pada cara semata. Menggunakan kerangka konseptual tersebut, dapat dirumuskan bahwa ancaman terhadap keamanan maritim di Indonesia pada saat ini adalah:

1) Ancaman terhadap Kedaulatan Nasional di laut, baik kedaulatan atas wilayah maupun kedaulatan atas sumberdaya. Sebagai contoh, pelanggaran batas wilayah, kegiatan survei dan eksplorasi kelautan secara ilegal.

2) Ancaman terhadap Keamanan Manusia, seperti perdagangan manusia, terorisme, pergerakan migran ilegal melalui laut, pembajakan dan perompakan, bahaya navigasi, maupun kecelakaan.

3) Ancaman terhadap Pembangunan Ekonomi, seperti penyelundupan, IUU Fishing, serta pencurian sumber daya.

4) Ancaman terhadap Lingkungan Laut, seperti perubahan iklim dan polusi di laut.

Bentuk-bentuk ancaman terhadap keamanan maritim tidak merupakan ancaman yang terpisah-pisah secara tegas, tapi memiliki hubungan sebab akibat. Sebagaimana telah dibahas sebelumnya, satu bentuk ancaman keamanan maritim dapat membawa berbagai dampak lanjutan. Kecelakaan kapal bukan saja merupakan ancaman terhadap keselamatan manusia, tapi juga ancaman terhadap pembangunan ekonomi dan lingkungan.Hubungan antara keamanan maritim dan aktivitas ekonomi di negara kepulauan seperti Indonesia, termasuk di dalamnya kegiatan usaha, sangat erat kaitannya.Bagi pelaku usaha dan bisnis di Indonesia, laut memiliki arti yang sangat penting.

(10)

dibawa oleh kapal-kapal. Selain itu, sejak tahun 2004 Indonesia adalah negara importir minyak, yang masih menjadi sumber energi utama. Karena itu, keberlangsungan usaha di Indonesia sangat bergantung pada pasokan energi yang dibawa melalui laut.

Kedua, laut adalah media sumberdaya. Beragam bentuk sumberdaya yang ada di laut merupakan bahan bakuataupun sumber energi bagi industri Jenis dari sumberdaya kelautan Indonesia sangat beragam, akan tetapi tidak semuanya disadari oleh masyarakat umum. Yang paling terlihat tentunya kekayaan hayati berupa ikan dan biota laut lainnya. Selain itu, sumber daya mineral yang terkandung di dasar laut, baik berupa minyak dan gas maupun logam juga terdapat dalam jumlah yang melimpah di perairan Indonesia. Bagi

dunia industri dan perdagangan, potensi kelautan yang melimpah menyimpan peluang untuk meningkatkan produktivitas dan berkontribusi pada pembangunan ekonomi nasional.

Fungsi penting laut terkait kelancaran aktivitas industri dan perdagangan yang terakhir adalah bahwa laut memiliki fungsi sebagai media pertahanan dan keamanan negara. Tanpa kedaulatan dan keamanan, mustahil kegiatan perekonomian dapat berkembang. Industri dan perdagangan hanya dapat tumbuh apabila terdapat jaminan keamanan. Selain itu, ancaman terhadap kedaulatan dan keamanan negara memiliki harga ekonomis (economic cost) yang sangat tinggi. Konflik dan perang menyedot sumberdaya nasional berbagai negara di seluruh dunia. Pada tahun 2015, diperkirakan bahwa konflik di berbagai penjuru dunia menyerap 13,4 % dari nilai produksi dunia. Kita patut bersyukur bahwa Indonesia pada saat ini

memiliki kondisi keamanan yang stabil, yang memungkinkan pelaku ekonomi untuk berkonsentrasi pada berbagai aktivitas produktif. Namun kita masih prihatin pada perairan Indonesia dianggap masih belum aman, dimana hal ini berdampak pada tingginya nilai asuransi yang pada akhirnya bermuara pada berkurangnya daya saing produk Indonesia.

3. Peran dan Tugas TNI Angkatan Laut untuk Membangun Keamanan Maritim dalam Mendukung Visi Mewujudkan Indonesia Menjadi Poros Maritim Dunia. Pemerintah RI dibawah kepemimpinan Presiden Ir. Joko Widodo telah menetapkan kebijakan bahwa visi pembangunan Indonesia harus didasarkan pada kondisi geografis Indonesia sebagai negara kepulauan. Dalam pidato pelantikannya, Presiden RI menegaskan bahwa “...kita harus bekerja dengan sekeras-kerasnya

Djalal, Hasjhim. (2010). Mengelola Potensi Laut Indonesia. Makalah dalam rangka Forum Harmonisasi Hukum Nasional dan Hukum Intemasional Tentang Implementasi Hukum Laut PBB 1982 dan Penetapan Batas Wilayah Laut Indonesia,15 Desember 2010.

(11)

untuk mengembalikan Indonesia sebagai negara maritim. Samudra, laut, selat dan teluk adalah masa depan peradaban kita.” Sebagai negara maritim, pemerintah menegaskan bahwa bidang kelautan akan menjadi tulang punggung pembangunan nasional. Kebijakan ini dikenal sebagi visi “Poros Maritim Dunia” (PMD), yang menjadi kerangka kebijakan pembangunan Indonesia. Visi PMD telah dijabarkan lebih jauh dalam bentuk panduan aplikatif mengenai strategi pencapaiannya.Sebagai panduan dalam pencapaian visi PMD, Presiden RI telah menguraikan lima pilar

d. memajukan diplomasi maritim untuk menghilangkan sumber konflik di laut; dan

e. membangun kekuatan pertahanan maritim.

Pilar kelima dari perwujudan visi PMD adalah pembangunan kekuatan pertahanan maritim, termasuk TNI Angkatan Laut sebagai komponen utama pertahanan negara di laut. Sesuai dengan Undang-Undang RI Nomor 34 Tahun 2004 tentang TNI, TNI Angkatan Laut sebagai komponen kekuatan utama pertahanan perannya. Di seluruh dunia, angkatan laut memiliki tiga peran yang saling terkait, dalam arti dalam melaksanakan tugas-tugasnya, TNI Angkatan Laut memiliki peran militer, peran diplomasi, danperankonstabulari.

Dalam peran militer,TNI Angkatan Laut menjamin tidak ada kekuatan maritim lawan yang akan mengganggu keamanan dan kepentingan nasional. Peran militer TNI Angkatan Laut dilaksanakan melalui pelibatan dalam operasi atau kampanye militer di waktu perang.Sedangkan pada masa damai, peran militer TNI Angkatan Laut diselenggarakan melalui kehadiran armada di laut (fleet in being) guna

Pidato Kenegaraan Presiden RI, Ir. Joko Widodo, seusai pelantikan Presiden dan Wapres RI terpilih periode 2014-2019, pada tanggal 20 Oktober 2014.

(12)

mengamankan dan mengendalikan penggunaan perairan Indonesia untuk keperluan jalur logistik dan komunikasi (sea control). Disamping melakukan tugas pengendalian laut untuk kepentingan nasional, kehadiran unsur-unsur TNI Angkatan Laut di perairan Indonesia dan perairan kawasan juga dapat menimbulkan efek penangkalan terhadap berbagai upaya untuk mengganggu kepentingan Indonesia di laut (sea denial). Bila dilihat dari tujuan dan sasaran pengendalian laut di atas, peran militer merupakan yang utama dari ketiga peran universal angkatan laut. Peran tersebut tampak jelas pada masa perang sehingga menuntut kemampuan tempur dalam berbagai dimensi, seperti kemampuan peperangan permukaan, peperangan bawah permukaan, peperangan amfibi dan lain-lain. Kemampuan-kemampuan yang dibina merupakan pondasi penyelenggaraan Operasi Militer untuk Perang (OMP) dalam suatu kampanye militer. Disamping OMP, maka peran militer TNI Angkatan Laut pada masa damai diselenggarakan melalui Operasi Militer Selain Perang (OMSP), yang bersifat membantu pemerintah dalam menghadapi kejahatan dan bencana alam.

Dalam peran diplomasi, kemampuan TNI Angkatan Laut digunakan untuk memadukan fungsi hard power dan soft power menjadismart power pada setiap kesempatan berinteraksi dengan negara lain. Diplomasi tersebut menunjukkan hasil nyata ketika secara signifikan memberikan kontribusi pada pencapaian kepentingan nasional sekaligus dapat diterima dan diakui oleh negara-negara di kawasan. Diplomasi Angkatan Laut bertumpu pada kehadiran (presence), yang bersifat koersif dan mampu memberikan dampak penangkalan (deterrence) ataupun pemaksaan (compellence). Implementasi peran diplomasi dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan dan operasi bersama angkatan laut negara-negara lain dalam kerja sama bilateral dan multilateral, yang semuanya diorientasikan untuk membangun kepercayaan (confidence building measures).

Peran konstabulariTNI Angkatan Laut ditujukan untuk membantu pemerintah menjalankan pembangunan nasional melalui penegakan hukum di laut guna mewujudkan keamanan dan ketertiban di laut. Penegakan hukum di perairan Indonesia merupakan tugas dan sekaligus peran TNI Angkatan Laut seperti yang telah ditetapkan dalam perundang-undangan internasional dan nasional. Penegakan hukum di laut dilakukan bekerja sama dengan instansi maritim terkait. Pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan secara komprehensif dalam pengelolaan keamanan maritim. Kewenangan penegakan hukum bagi kapal perang ditujukan terhadap berbagai bentuk tindak pidana yang dilakukan di, dari dan lewat laut, terutama kejahatan yang bersifat lintas negara.

(13)

Angkatan Laut di perairan Indonesia dapat meningkatkan efek penangkalan tidak hanya terhadap calon lawan, namun juga terhadap pihak-pihak yang memiliki niat untuk melakukan pelanggaran hukum di laut. Disamping melaksanakan operasi keamanan laut sehari-hari, TNI Angkatan Laut juga bekerja sama dengan angkatan laut negara tetangga untuk mengamankan perbatasan dari aktivitas pelanggaran lintas batas yang dapat terjadi seperti mengatasi penyelundupan, penangkapan ikan secara ilegal (illegal fishing), perompakan, dan lain-lain.

Upaya mewujudkan keamanan maritim dimasa modern dihadapkan dengan bentuk ancaman yang kompleks dan saling terhubung (inter-related), dan karenanya, tidak dapat diatasi oleh satu instansi atau satu negara secara tunggal. TNI Angkatan Laut sangat menyadari hal ini, dan selalu mengedepankan upaya kolaboratif dalam berbagai tindakan untuk mewujudkan keamanan maritim. Harus diakui, bahwa pada saat ini, belum terwujud sinergi dalam upaya untuk membentuk keamanan maritim, dimana masih terdapat banyak instansi yang memiliki kewenangan di laut. Upaya pemerintah untuk mengatasinya dengan pembentukan Badan Keamanan Laut (Bakamla) pada saat ini belum berhasil menyelesaikan tantangan ini.

Salah satu kendala yang masih dikeluhkan oleh pelaku usaha, adalah kompleksitas kewenangan terkait penegakan hukum di laut. Hal ini berakibat pada inefisiensi dan ketidakpastian bagi para penguna laut, termasuk pelaku usaha. Upaya terobosan yang dilakukan pemerintah dengan membentuk Bakamla bertujuan untuk mengatasi kendala tersebut, dengan memberikan tanggung jawab atas keamanan dan keselamatan pelayaran kepada satu instansi. Di negara-negara yang memiliki instansi serupa, berupa Coast Guard, tanggung jawab untuk mewujudkan keamanan di laut dilaksanakan secara kolaboratif bersama-sama dengan angkatan laut. Apabila pola serupa diterapkan di Indonesia, maka TNI Angkatan Laut dapat lebih berorientasi eksternal, dengan fokus pada ancaman terhadap kedaulatan negara, sementara Bakamla berorientasi internal dengan fokus pada bentuk-bentuk ancaman lain. Yang terpenting, sinergi antar instansi harus bermuara pada tujuan akhir, yaitu terwujudnya kondisi keamanan yang mendukung pembangunan ekonomi, dan bukan hanya diwarnai keinginan untuk meningkatkan kemampuan atau kewenangan masing-masing instansi. Keamanan laut bukan konsep yang sempit dan dibatasi pada penegakan hukum saja, akan tetapi seperti telah dibahas dalam bagian sebelumnya, merupakan kondisi yang kompleks dengan irisan-irisan yang seringkali kabur antara bentuk-bentuk ancaman yang berbeda. Karena itu, kunci keberhasilan dalam upaya perwujudan keamanan maritim adalah upaya kolaboratif

(14)

memberikan kontribusi dalam upaya untuk memerangi tindak perikanan ilegal yang telah merugikan negara. Untuk melaksanakan tugas tersebut, TNI Angkatan Laut bekerjasama dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) yang telah ditunjuk oleh Presiden RI sebagai leading sector. Pemerintah telah menerbitkan Peraturan Presiden Nomor 115 Tahun 2015 tentang Satuan Tugas Pemberantasan Penangkapan Ikan secara Ilegal (Illegal Fishing), yang mendapatkan dukungan penuh dari TNI Angkatan Laut sebagai salah satu unsur pelaksananya.

Ditataran regional, TNI Angkatan Laut telah menjalin kerjasama dengan angkatan laut negara-negara kawasan melalui pelaksanaan patroli terkoordinasi, antara lain dengan Malaysia, India, Singapura, Filipina, dan Australia untuk menjawab tantangan kejahatan lintas negara (trans-nationalcrime). Secara khusus, inisiatif patroli terkoordinasi Malacca Strait Sea Patrols (MSSP) yang melibatkan angkatan laut dari Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Thailand telah terbukti berhasil menurunkan secara signifikan insiden perampokan di laut di kawasan Selat Malaka dan Selat Singapura, dan dijadikan contoh best practice oleh berbagai negara lain yang menghadapi permasalahan serupa.

Dikancah global, TNI Angkatan Laut juga giat melaksanakan peran diplomasinya dengan terlibat aktif dalam berbagai kegiatan latihan seperti Rim of Pacific (RIMPAC) di Hawai dan Exercise New Horizon dan Kakadu di Australia. TNI Angkatan Laut juga menyelenggarkan kegiatan Multi Lateral Naval Exercise Komodo yang merupakan wahana untuk TNI Angkatan Laut menunjukkan kesiapan dan profesionalismenya sebagai suatu kekuatan pertahanan maritim. Secara rutin TNI Angkatan Laut juga mengirimkan kapal perangnya sebagai bagian dari Maritime Task Force Unifil PBB di Lebanon. Hal ini menjadi bentuk penangkalan pada upaya-upaya untuk mengancam kepentingan nasional Indonesia di laut.

4. Keamanan Maritim dan Dunia Usaha: Hubungan yang Sinergis dan Saling Mendukung. Korelasi antara keamanan maritim dengan aktivitas dunia usaha adalah suatu hubungan yang bersifat saling melengkapi. Kondisi keamanan maritim di negara kepulauan seperti Indonesia menjadi prasyarat bagi aktivitas dunia usaha. Sebaliknya, peningkatan aktivitas dunia usaha, baik perdagangan maupun pengelolaan sumberdaya, akan membawa peningkatan kemampuan ekonomi negara yang sebagian dapat digunakan untuk membangun kemampuan pertahanan maritim. Kemampuan pertahanan maritim yang handal, akan menghantarkan suatu negara mencapai keunggulan maritim, yang pada dasarnya adalah apa yang terkandung dalam visi PMD.

(15)

Kondisi ini disebut sebagai “lingkaran kebaikan maritim” (virtous maritime cycle), dimana keamanan maritim dan aktivitas ekonomi maritim akan saling memperkuat secara berkesinambungan. Hal inilah yang dimasa lalu telah mengantarkan Inggris dan Amerika menjadi negara-negara maritim yang makmur, dan juga memiliki kekuatan dan pengaruh global.

Gambar 7. Virtous Maritime Cycle. Diterjemahkan dari Till, G. (2013). Sea Power: A

Guide for the Twenty First Century.

Secara ringkas, dapat dikatakan bahwa keamanan maritim dan kemakmuran saling menguatkan dan saling mendukung. Keamanan maritim adalah penunjang kegiatan industri dan perdagangan, yang akan membawa kesejahteraan. Pada gilirannya, kesejahteraan akan digunakan untuk meningkatkan keamanan maritim. Proses ini berlangsung secara terus-menerus, dan pada akhirnya keluarannya adalah negara Indonesia akan mencapai keunggulan maritim dalam seluruh aspek; politik, ekonomi, maupun pertahanan.

(16)

a. Membangkitkan kembali sektor maritim sebagai arus utama (mainstream), dalam kegiatan perdagangan dan industri Indonesia, baik dalam bentuk investasi maupun produksi. Berbagai sektor potensial yang saat ini belum terjamah atau masih belum optimal pemanfaatannya, seperti pembangunan infrastruktur maritim, eksplorasi dan eksploitasi sumberdaya kelautan, riset dan pengembangan teknologi kelautan; semuanya menghadirkan peluang investasi. Sebuah studi dari Belanda bahkan menyebutkan bahwa peluang investasi terbesar di Indonesia pada saat ini ada di sektor kemaritiman.

b. Meningkatkan kepatuhan pada regulasi dan perundang-undangan, termasuk di bidang-bidang terkait kemaritiman. Untuk meningkatkan kualitas dan nilai kompetitif sektor kemaritiman di Indonesia, para pelaku usaha perlu untuk menyadari bahwa berbagai regulasi, seperti aturan produksi, standar mutu dan kesehatan produk, ISPS Code, dan berbagai standarisasi lainnya harus ditaati. Kita perlu untuk menyadari, bahwa di era globalisasi, daya saing bangsa kita hanya dapat dibentuk dari upaya kita semua. Diberlakukannya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) merupakan peluang sekaligus tantangan bagi pelaku usaha Indonesia untuk meraih peluang yang semakin terbuka lebar, termasuk di berbagai sektor kemaritiman.

c. Berkontribusi secara aktif dalam upaya untuk mewujudkan keamanan maritim secara komprehensif. Sebagimana telah dibahas sebelumnya, keamanan maritim di era modern tidak saja menjadi tanggung jawab pemerintah, melainkan seluruh komponen bangsa. Pelaku usaha, memiliki peran yang penting dalam upaya mewujudkan keamanan maritim. Bentuk-bentuk kontribusi yang dapat dilakukan antara lain, memberikan informasi dan laporan terkait situasi keamanan di laut, melakukan kerjasama dalam upaya membangun kekuatan pertahanan maritim, antara lain melalui riset dan pengembangan peralatan pertahanan, produksi kapal perang di galangan kapal nasional, pengembangan dan produksi persenjataan dan peralatan oleh industri elektronika dan teknologi informasi nasional. Semuanya ini akan menjadi penopang yang penting dalam upaya membangun kemampuan pertahanan dan keamanan maritim.

(17)

Gambar

Gambar 1. Peta Global Peace Index tahun 2015.
Gambar  5.  Resiko  Kerusakan  Terumbu  Karang  Dunia  dan  Penyebabnya
Gambar 6. Batas Wilayah Laut RI dengan 10 Negara Tetangga.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan dari definisi atau pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pengertian dari harga pokok produksi ada lah biaya-biaya yang digunakan selama proses

Sedangkan, variabel dengan pengaruh ketiga adalah variabel manfaat.Meskipun variabel persepsi manfaat memiliki pengaruh terkecil daripada variabel persepsi kenyaman

yang tumbuh pada kondisi kekeringan akan mengurangi jumlah stomata, sehingga akan menurunkan laju kehilangan air yang diikuti dengan penutupan stomata dan menurunnya

Suatu set prosedur - prosedur yang lengkap harus Jelas menguraikan kepada seorang pegawai baru atau kepada personil yang baru menduduki jabatan, bagaimana operasi

Perhitungan return yang diharapkan dari suatu portofolio dapat diestimasi dengan menghitung rata-rata tertimbang dari return yang diharapkan dari masing-masing aset individual

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas kasih setia, rahmat dan karuniaNya yang selalu memberikan tuntunan, pertolongan dan kekuatan sehingga laporan

Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan solusi terhadap masalah pemilihan pegawai memiliki prestasi untuk menduduki jabatan strategis dengan menerapkan pendekatan

Klasifikasi Status Ketahanan Pangan Hasil Prediksi Berdasarkan Gambar 2 dan Gambar 3 dapat diketahui bahwa kabupaten-kabupaten yang terklasifikasi hampir sama namun terdapat