BAB IV
40o 70o 42 4,309 5,7456 14,246 0,006 1,686
40o 70o 48 4,788 11,491 29,302 0,005 5,194
40o 70o 56 5,745 16,279 35,044 0,005 2,418
Tabel 4.2 RUN II Bukaan
55o 55o 42 4,788 12,449 23,414 0,006 2,768
55o 55o 48 4,788 10,534 32,238 0,005 1,701
55o 55o 56 4,788 13,406 36 0,004 1,938
Tabel 4.3 RUN III Bukaan
70o 40o 42 6,703 11,491 23,376 0,009 2,559
70o 40o 48 4,788 14,788 23,376 0,005 2,326
70o 40o 56 4,788 11,491 37,059 0,004 1,595
4.2 Pembahasan
Heat exchanger tube merupakan tube-tube yang ditempatkan dalam sheelnya. Dimana shell adalah sebuah silinder (pipa besar) yang didalamnya terdapat pipa – pipa kecil. Sebuah tube dalam shell sangat bergantung pada besarnya shell dan bagaimana posisi tube ditempatkan.
atau saat proses perpindahan panas terjadi. Lampiran perhitungan memperlihatkan tahap – tahap perhitungan pada alat heat exchanger tersebut. Ada ketidakakuratan neraca energy, Q (Flow) pada keluaran shell dan tube tidak sama, dikarenakan oleh daya pompa atau efisiensi pompa pada bagian hot fluid (tube) tidak beroperasi dengan baik. Faktor lain yang mempengaruhi alat ini beroperasi juga adalah kondisi dari alat tersebut. Alat heat exchanger yang digunakan ini sudah terdapat zat pengotor didalam shell sehingga perpindahan panas pada shell dan tube tidak optimal.
Berdasarkan hasil percobaan semakin kecil bukaan maka laju alirnya semakin kecil. Begitu juga sebaliknya semakin besar bukaan maka laju alir yang diperoleh semakin besar. (Mc. Cabe . 1985).
Berdasarkan hasil percobaan untuk LMTD semakin kecil bukaan maka LMTD yang didapat semakin kecil pula. Pengaruh LMTD terhadap laju alir adalah ada nilai yang berkaitan dengan perbedaan temperatur antara sisi panas dan sisi dingin heat exchanger (Geankoplis. 1983).
4.2.1 Grafik Udingin Terhadap Suhu
40 42 44 46 48 50 52 54 56 58
Grafik Udingin terhadap Suhu
RUN I
Gambar 4.1 Grafik Udingin terhadap Suhu
Berdasarkan grafik menunjukkan perbandingan besarnya suhu terhadap nilai Udingin yang diperoleh. Berdasarkan grafik pada run I nilai Udingin dengan suhu 42oC diperoleh sebesar 0,006,
pada suhu 48oC diperoleh 0,005, pada suhu 56oC diperoleh sebesar 0,005. Pada run II, nilai Udingin
dengan suhu 42oC diperoleh sebesar 0,006, pada suhu 48oC diperoleh 0,005, pada suhu 56oC
diperoleh sebesar 0,004. Dan Pada run III, nilai Udingin dengan suhu 42oC diperoleh sebesar 0,009,
pada suhu 48oC diperoleh 0,006, pada suhu 56oC diperoleh sebesar 0,004. Hal ini menunjukkan
bahwa semakin besar suhu maka nilai Udingin yang diperoleh semakin rendah.
40 42 44 46 48 50 52 54 56 58 0.000
1.000 2.000 3.000 4.000 5.000 6.000
2.559 2.326
1.595 2.768
1.701 1.938
1.686
5.194
2.418
Grafik Upanas terhadap Suhu
RUN I RUN 2 RUN 3
Suhu ºC
U
p
an
as
Gambar 4.2 Grafik U panas terhadap Suhu
Berdasarkan grafik menunjukkan perbandingan besarnya suhu terhadap nilai Udingin yang diperoleh. Berdasarkan grafik pada run I nilai Upanas dengan suhu 42oC diperoleh sebesar 1.686,
pada suhu 48oC diperoleh 5.194, pada suhu 56oC diperoleh sebesar 2.418. Pada run II, nilai Upanas
dengan suhu 42oC diperoleh sebesar 2.768, pada suhu 48oC diperoleh 1.701, pada suhu 56oC
diperoleh sebesar 1.938. Dan Pada run III, nilai Upanas dengan suhu 42oC diperoleh sebesar 2.559,
pada suhu 48oC diperoleh 2.326, pada suhu 56oC diperoleh sebesar 1.595. Hal ini menunjukkan
bahwa semakin besar suhu maka nilai Upanas yang diperoleh semakin besar.
Pada laju perpindahan panas semakin kecil bukaan maka laju perpindahan panasnya juga semakin kecil. Ini dipengaruhi oleh nilai dari laju alir, spesifik kapasitas, Tin dan Tout yang diperoleh. Hasil yang kami dapatkan sesuai dengan teori. Untuk nilai entalpi dipengaruhi oleh nilai laju perpindahan panas berbanding terbalik dengan luas permukaan HE dan temperature Tin dan Tout. Dan juga untuk koefisien perpindahan panas dipengaruhi oleh nilai laju perpindahan panas, luas permukaan dan LMTD yang diperoleh semakin kecil laju perpindahan panas maka semakin kecil entalpi dan koefisien perpindahan panas yang didapat (Kern. 1965).
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil percobaan dapat disimpulkan yaitu:
1. Semakin kecil bukaan maka laju alir yang didapat semakin kecil pula. 2. Semakin kecil bukaan maka LMTD yang didapat semakin kecil pula 3. Semakin kecil laju perpindahan panas maka bukaannya semakin kecil 4. Semakin kecil bukaan maka entalpi yang didapat semakin kecil
5. Semakin kecil bukaan maka koefisien perpindahan panas yang didapat semakin kecil pula
5.2 Saran
1. Saran pada praktikum ini pada bukaan pipa seharusnya busur harus ada pada alat heat exchanger tersebut, karena sangat berpengaruh pada air keluar masuk.