• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Deskriptif Mengenai Profil Kompetensi Pada Mahasiswa Psikologi Angkatan 2007 di Universitas "X" Kota Bandung (Penelitian Mengenai Kompetensi Berdasarkan Teori Student Development Menurut Arthur W. Chickering).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Deskriptif Mengenai Profil Kompetensi Pada Mahasiswa Psikologi Angkatan 2007 di Universitas "X" Kota Bandung (Penelitian Mengenai Kompetensi Berdasarkan Teori Student Development Menurut Arthur W. Chickering)."

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

iii Universitas Kristen Maranatha Abstrak

Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh gambaran mengenai profil kompetensi mahasiswa psikologi angkatan 2007 di Universitas “X” Kota Bandung. Pemilihan sampel menggunakan metode purposive sampling dan metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif.

Penelitian ini dilaksanakan pada responden yang sedang berada pada tahap perkembangan dewasa awal (dengan rentang usia 20-24 tahun) dan tidak pernah mengambil cuti kuliah. Total responden berjumlah 153 orang.

Alat ukur disusun berdasarkan teori kompetensi dari Arthur Chickering, dengan 49 item berskala semantic differential yang dikonstruksi oleh peneliti. Alat ukur kompetensi terdiri dari kuesioner level of competence dan sense of competence. Perhitungan validitas item-item pada level of competence dengan uji spearman berkisar antara 0,3272 sampai 0,7271, pada sense of competence berkisar antara 0,0880 sampai 0,7073. Perhitungan reliabilitas menggunakan alpha cronbach menunjukkan hasil 0,913 pada kompetensi intelektual, 0,658 pada kompetensi fisik-manual, dan 0,932 pada kompetensi interpersonal.

Hasil penelitian menunjukkan pada kompetensi intelektual paling banyak (40,5%) mahasiswa yang memiliki profil level of intellectual competence tinggi - sense of intellectual competence tinggi. Pada kompetensi fisik dan manual paling banyak (45,8%) mahasiswa yang memiliki level of physical and manual competence tinggi - sense of physical and manual competence tinggi. Pada kompetensi interpersonal paling banyak (43,8%) mahasiswa memiliki level of interpersonal competence rendah - sense of interpersonal competence rendah.

(2)

iv Universitas Kristen Maranatha Abstract

This research is performed in order to achieve the representation of

competence profile of the university student of Psychology 2007 from “X” University

in Bandung. The selection of the sample used a purposive sampling method and a method that is used for this research is descriptive research method. This research is done on the respondents who are on the early adulthood (within the age of 20-24) and they never leave the college in the middle of their study. The total number of the respondents is 153.

The measurement device is made based on the competence theory from Arthur Chickering with 49 items, differential semantic scaled by the researcher. The measurement device of competence consists of level of competence questionnaire and sense of competence. The counting of validity of the items on the level of competence uses spearman testing is about 0,3272 until 0,7271, and on the sense of competence is about 0,0880 until 0,7073. The counting of reliability used alpha cronbach showing the result which is 0,913 on the intellectual competence, 0,658 on the psysical-manual competence, and 0,932 on the interpersonal competence.

The result of the research showing that the highest intellectual competence (40,5%) the students who possess a high profile level of intellectual competence-high level of sense of intellectual competence. In addition, the highest level of physical and manual competence (45,8%) the students who possess a high level of physical and manual competence – high level of sense of physical and manual. On the highest interpersonal competence (43,8%) the students who possess low level of interpersonal competence- low sense of interpersonal competence.

In conclusion, the competence profile of the 2007 psychology students of “X”

university is vary and only half of the students have a high level of competence-sense of competence on three aspects of competence. So, I suggest that further research

about the effect of the factors which related to the students’ intellectual, physical -manual, and interpersonal competence is performed. For the faculty own benefit, this research can be applied as a consideration for arranging some activities that can be

(3)

viii Universitas Kristen Maranatha DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………. i

LEMBAR PENGESAHAN………... ii

ABSTRAK………. iii

ABSTRACT………... iv

KATA PENGANTAR……….. v

DAFTAR ISI………. viii

DAFTAR TABEL………. xiii

DAFTAR BAGAN……….... xiv

DAFTRA LAMPIRAN………. xv

BAB I PENDALUHUAN………...……. 1

1.1Latar Belakang Masalah……….. 1

1.2Identifikasi Masalah……… 8

1.3Maksud dan Tujuan Penelitian……….8

1.3.1 Maksud Penelitian………... 8

1.3.2 Tujuan Penelitian………... 9

1.4Kegunaan Penelitian……… 9

1.4.1 Kegunaan Teoritis………... 9

1.4.2 Kegunaan Praktis……….. 9

(4)

ix Universitas Kristen Maranatha

1.6Asumsi……….………… 17

BAB II TINJAUAN PUSTAKA………. 17

2.1 Perkembangan Identitas……….. 17

2.1.1 Pengenalan……….. 17

2.1.2 Chickering’s Seven Vectors……… 18

2.2 Kompetensi……….. 21

2.2.1 Definisi Kompetensi………... 21

2.2.2 Aspek Kompetensi (Level Of Competence )………... 22

2.2.2.1 Kompetensi Intelektual………... 22

2.2.2.2 Kompetensi Fisik dan Manual……… 25

2.2.2.3 Kompetensi Interpersonal………... 25

2.2.3 Sense Of Competence……….. 27

2.2.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kompetensi………... 29

2.2.4.1 Institutional Size………. 29

2.2.4.2 Clear and Consistent Institutional Objectives…… 30

2.2.4.3 Student-Faculty Relationship……….. 30

2.2.4.4 Curriculum……….. 31

2.2.4.5 Teaching……….. 32

2.2.4.6 Friendship and Student Cmmunities………32

2.2.4.7 Student Development Program ans Services…….. 34

2.3 Dewasa Awal………... 34

(5)

x Universitas Kristen Maranatha 2.3.2 Pengaruh Faktor-faktor Gaya Hidup Terhadap Kesehatan 35

2.3.3 Fungsi Intelektual……… .……. 36

2.3.4 Perkembangan Kognitif……….. 37

2.3.5 Pengalaman Perkuliahan………... 37

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian………... 38

3.2 Bagan Rancangan Penelitian………38

3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional……….. 39

3.3.1 Variabel Penelitian……… 39

3.3.2 Definisi Konseptual……….. 39

3.3.3 Definisi Operasional………. 40

3.4 Alat Ukur………. 42

3.4.1 Alat Ukur Kompetensi……….. 42

3.4.2 Sistem Penilaian……… 44

3.4.2.1 Penilaian Untuk Kompetensi Intelektual….. 45

3.4.2.2 Penilaian Untuk Kompetensi Fisik-Manual... 45

3.4.2.3 Penilaian Untuk Kompetensi Interpersonal... 46

3.4.3 Data Pribadi dan Data Penunjang………. 46

3.4.4 Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur………... 47

3.4.4.1 Validitas Alat Ukur……… 47

3.4.4.2 Reliabilitas Alat Ukur……… 48

(6)

xi Universitas Kristen Maranatha

3.5.1 Populasi Sasaran………... 49

3.5.2 Karakteristik Sampel……… 49

3.5.3 Teknik Penarikan Sampel………. 50

3.6 Teknik Analisis Data………50

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian……… 52

4.1.1 Gambaran Responden Berdasarkan Usia………. 52

4.1.2 Gambaran Responden Berdasarkan Jumlah SKS yang Telah Ditempuh……… 53

4.1.3 Hasil Pengukuran Level Of Competence dan Sense Of Competence……….. 53

4.1.4 Hasil Pengukuran Level Of Physical-Manual Competence dan Sense Of Physical-Manual Competence………… 54

4.1.5 Hasil Pengukuran Level Of Interpersonal Competence dan Sense Of Interpersonal Competence……….. 55

4.2 Pembahasan………. 56

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan……….. 69

(7)

xii Universitas Kristen Maranatha

5.2.1 Saran Teoritis……… 71

5.2.2 Saran Praktis………. 72

DAFTAR PUSTAKA……… 73

DAFTAR RUJUKAN……… 74

(8)

xiii Universitas Kristen Maranatha DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Alat Ukur………..…….... 42 Tabel 4.1 Gambaran Responden Berdasarkan Usia……….. 52 Tabel 4.2 Gambaran Responden Berdasarkan Jumlah SKS yang Telah

Ditempuh………... 53

Tabel 4.3 Hasil Pengukuran Level Of Competence dan Sense

Of Competence……….. 53

Tabel 4.4 Hasil Pengukuran Level Of Physical-Manual Competence dan Sense Of Physical-Manual Competence………...……... 54 Tabel 4.5 Hasil Pengukuran Level Of Interpersonal Competence dan Sense Of

(9)

xiv Universitas Kristen Maranatha DAFTAR BAGAN

Bagan Kerangka Pikir ………...16

(10)

xv Universitas Kristen Maranatha DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 (Kuesioner Survey Awal)………... 76

Lampiran 2 (Kuesioner Pengambilan Data)……….. 79

Lampiran 3 (Kisi-Kisi Alat Ukur)……….. 92

Lampiran 4 (Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur)………... 99

(11)

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

United Nation Development Programme (UNDP) telah mengeluarkan kalkulasi penghitungan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) tahun 2008 pada

tanggal 18 Desember 2008. Indonesia berada pada peringkat ke-109 dari 179

negara (Medium Human Development). Peringkat Indonesia berada jauh di bawah

negara-negara ASEAN lainnya, seperti Brunei Darussalam (27), Singapura (28),

dan Malaysia (63) yang berada pada kategori IPM Tinggi (Peringkat 1 s.d 75).

Sedangkan pada kategori menengah Indonesia berada di bawah Thailand (81) dan

Philipina (102) (www.depok.go.id/17/02/2009). Melihat kondisi yang seperti itu

dapat dikatakan bahwa kualitas SDM di Indonesia belum cukup memuaskan.

Dalam zaman pembangunan di Indonesia dan era globalisasi dunia seperti

sekarang ini terdapat persaingan yang semakin ketat sehingga semakin pula

dibutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Semakin

berkembangnya kemajuan teknologi dan informasi pada masa sekarang ini,

membutuhkan individu yang mampu menangani berbagai masalah yang dihadapi

dengan sebaik dan setepat mungkin. Oleh karena itu, yang menjadi perhatian

dalam menghadapi kemajuan zaman, teknologi, dan informasi adalah faktor

sumber daya manusia yang berkualitas.

Peningkatan kualitas SDM dapat dilakukan melalui peningkatan kualitas

(12)

2

Universitas Kristen Maranatha dari perbudakan ketidaktahuan menuju pada pencerahan akal budi dan

pengetahuan. Untuk itulah dalam GBHN 1998 hal ini dirumuskan sebagai berikut,

“Peningkatan kualitas SDM sebagai pelaku utama pembangunan yang mempunyai

kemampuan memanfaatkan, mengembangkan, serta menguasai ilmu pengetahuan

dan teknologi dan tetap dilandasi oleh motivasi serta kendali keimanan dan

ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Globalisasi makin mendorong

peluang terbukanya pasar internasional; bagi produk barang dan jasa

(pendidikan)” (jurnal.pdii.lipi.go.id).

Surat Keputusan Mendiknas nomor 045/U/2002 tentang Kurikulum Inti

Perguruan Tinggi mengemukakan “Kompetensi adalah seperangkat tindakan

cerdas, penuh tanggungjawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk

dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas di bidang

pekerjaan tertentu” (www.ditpertais.net/31/03/2006). Kemudian Robert A. Roe

(2001) juga mengemukakan definisi dari kompetensi yaitu: Competence is defined as the ability to adequately perform a task, duty or role. Competence integrates knowledge, skills, personal values and attitudes. Competence builds on knowledge and skills and is acquired through work experience and learning by doing. Dari definisi di atas kompetensi dapat digambarkan sebagai kemampuan untuk melaksanakan satu tugas atau peran, kemampuan mengintegrasikan

pengetahuan, keterampilan-keterampilan, sikap-sikap dan nilai-nilai pribadi, dan

kemampuan untuk membangun pengetahuan yang didasarkan pada pengalaman

(13)

3

Universitas Kristen Maranatha Menurut Chickering (1993:213), institusi pendidikan tinggi berperan serta

dalam mengembangkan kompetensi lainnya selain kompetensi intelektual

mahasiswa. Kehidupan mahasiswa dapat dibagi menjadi 3 tahap, yaitu masuk

(moving in), lalu menjalani (moving through), dan terakhir adalah keluar (moving

on) (Chickering and Schlosberg, 1995:31). Tahap moving in, adalah masa ketika seseorang sedang mempertimbangkan untuk melanjutkan ke salah satu perguruan

tinggi tertentu, dan juga masa ketika seorang mahasiswa baru berusaha untuk

beradaptasi dengan situasi lingkungan yang baru. Pada tahap ini, kejelasan

mengenai hal-hal yang ingin diperoleh dari perguruan tinggi akan membantu

individu dalam membuat rencana, sehingga dapat mengelola waktu dan energi

secara lebih sistematik untuk mencapai tujuan yang direncanakan tersebut.

Seseorang yang sudah memasuki tahap moving through, membutuhkan konsep-konsep dan orientasi agar berhasil menempuh proses belajar yang berkelanjutan.

Masa ini adalah masa ketika mereka sedang berusaha untuk menempuh

pendidikan di perguruan tinggi. Tahap moving on adalah tahap ketika seseorang perlu mulai beradaptasi dengan kehidupan setelah perguruan tinggi. Tahap ini

dimulai pada saat seseorang berada pada tahap akhir studinya dan perlu

merencanakan kehidupan selanjutnya. Proses transisi yang lancar dapat dilalui

jika ada kejelasan melalui rencana hidup, karier, pendidikan, keluarga, dan

tanggung jawab dalam keluarga, serta tantangan yang mungkin dihadapi di masa

depan (Chickering dan Schlosberg, 1995:31).

(14)

4

Universitas Kristen Maranatha perlu mengembangkan keterampilan (level of competence) dan kepercayaan diri

(sense of competence) dalam hal kemampuan intelektual, fisik dan manual, serta

hubungan antar pribadi (interpersonal). Dalam kompetensi intelektual mahasiswa

dituntut untuk memiliki kemampuan dalam menyampaikan gagasan baik tertulis

maupun lisan, mampu berpikir konseptual dan kritis menanggapi suatu hal.

Kompetensi fisik-manual bersangkutan dengan menjaga kesehatan tubuh untuk

kinerja yang tinggi, mengekspresikan diri, dan memiliki kreatifitas. Sedangkan

kompetensi interpersonal adalah keahlian dalam berkomunikasi, memahami orang

lain, dan berkolaborasi dengan orang lain.

Berdasarkan teori Chickering (Chickering & Reisser, 1993), developing competence berada pada tahap awal mahasiswa masuk ke perguruan tinggi (moving in). Sudah semestinya pada saat awal mahasiswa masuk ke perguruan

tinggi, mereka telah memiliki ketiga kompetensi tersebut guna memudahkan

mereka dalam beradaptasi dalam dunia perguruan tinggi. Selain itu semakin

mahasiswa menduduki tingkatan yang lebih tinggi maka semakin berkembang

pula kompetensi yang mereka miliki. Jika terjadi hambatan pada tahap

perkembangan kompetensi akan berpengaruh pada tahap perkembangan

mahasiswa selanjutnya yaitu pada tahap moving through dan moving on. Mahasiswa akan kesulitan untuk menemukan identitasnya, menentukan tujuan dan

integritas nya pada saat tahap akhir perkuliahannya.

Kompetensi yang telah dijelaskan di atas penting dimiliki oleh mahasiswa

psikologi. Mahasiswa psikologi perlu memiliki kemampuan berkomunikasi,

(15)

5

Universitas Kristen Maranatha kemampuan menulis, melogika dan menganalisis, serta berpikir dan bertindak

secara rasional (myinfo-dhynamis.blogspot.com). Kemampuan-kemampuan

tersebut juga diperlukan untuk dapat merealisasikan tujuan pendidikan dari

fakultas Psikologi di Universitas “X” Kota Bandung, yaitu menghasilkan Sarjana

Psikologi yang dapat memahami proses dasar psikologi dan juga melakukan

penilaian (assessment) psikologi sehingga dapat mengintepretasikan tingkah laku

manusia, baik perorangan maupun kelompok sesuai kaidah-kaidah psikologi.

Berdasarkan pengamatan peneliti pada mahasiswa psikologi angkatan

2007 di Universitas “X” Kota Bandung. Diketahui bahwa terdapat mahasiswa

yang kesulitan dalam mengikuti perkuliahan, hal ini terbukti dari banyaknya

mahasiswa yang tidak lulus mata kuliah tertentu sehingga harus mengulang

dengan mengambil mata kuliah tersebut di semester bawah. Dalam hal

kompetensi intelektual, terdapat mahasiswa yang cenderung menerima materi

perkuliahan secara pasif tanpa kritis menanggapinya. Mereka hanya menghafal

materi tanpa memahami lebih dalam, padahal mahasiswa psikologi diharapkan

untuk memiliki kemampuan analisis dan mampu berpikir konseptual guna

memahami kepribadian manusia. Dari 10 mahasiswa yang diwawancara secara

singkat, sebanyak 5 mahasiswa mengaku lebih banyak menghafal materi

perkuliahan tanpa memahami dan menerima secara kritis. Mereka mengaku tidak

mencari sumber-sumber lain untuk memastikan kebenaran akan materi yang telah

mereka pelajari. Mereka pun mengalami kesulitan dalam mengerjakan tugas atau

menyusun laporan kepribadian karena membutuhkan kemampuan analisis sintesis

(16)

6

Universitas Kristen Maranatha kurang dapat menjaga kondisi kesehatan tubuhnya sehingga menyebabkan mereka

tidak dapat mengikuti perkuliahan dengan lancar dikarenakan jatuh sakit. Padahal

peraturan di Fakultas Psikologi Universitas “X” Kota Bandung mewajibkan para

mahasiswanya untuk hadir 100% dalam mata kuliah praktikum. Dalam hal

kompetensi interpersonal, ditemui mahasiswa yang kurang dapat menjalin relasi

dengan orang lain dan mengaku sulit berempati.

Berdasarkan fenomena di atas, peneliti menyebarkan angket penilaian

pribadi (self assessment) yang diadaptasi dari kuesioner Chickering pada 50

mahasiswa angkatan 2007. Diketahui bahwa, sebanyak 54% (27 mahasiswa)

menilai dirinya tinggi dalam kemampuan berpikir kritis dan mereka merasa

percaya diri terhadap kemampuan tersebut, sedangkan 46% lainnya (23

mahasiswa) menilai dirinya rendah dan kurang percaya diri. Sebanyak 52% (26

mahasiswa) menilai dirinya tinggi dan merasa percaya diri dalam kemampuan

mengambil keputusan berdasarkan akal sehat, sedangkan 48% (24 mahasiswa)

menillai dirinya rendah dan kurang percaya diri dalam kemampuan tersebut.

Dilihat dari hasil survey tersebut, masih banyak mahasiswa yang menilai bahwa

mereka memiliki kompetensi intelektual yang rendah padahal mereka sudah

berada di tingkat akhir yang mana sebaiknya telah memiliki kompetensi

intelektual yang tinggi untuk dapat menggunakan ilmu psikologi pada saat

“terjun” ke masyarakat dalam mengintepretasikan tingkah laku manusia.

Sebanyak 62% (31 mahasiswa) menilai tinggi dan merasa percaya diri

terhadap kebugaran fisiknya, sedangkan 38% (19 mahasiswa) menilai rendah dan

(17)

7

Universitas Kristen Maranatha diri dalam pola makan yang sehat, sedangkan 52% (26 mahasiswa) menilai

rendah. Berdasarkan data tersebut peneliti melakukan wawancara mengenai

olahraga dan pola makan yang sehat kepada 5 mahasiswa. Dua mahasiswa

mengaku malas berolah raga karena mereka tidak suka berolah raga dan 3

mahasiswa mengaku tidak sempat meluangkan waktu untuk berolah raga karena

aktivitas mereka padat. Dua mahasiswa beralasan bahwa mereka adalah anak kos

dan makan seadanya saja sehingga tidak memiliki pola makan yang sehat,

kemudian 3 mahasiswa lagi beralasan bahwa aktivitas mereka yang padat

terkadang membuat mereka terlambat makan. Dari hasil wawancara tersebut dapat

disimpulkan bahwa kebanyakan mahasiswa mengaku kurang memperhatikan

jadwal makan dan kandungan nutrisi yang seimbang dari makanan yang mereka

makan. Mereka pun mengaku jarang berolah raga karena aktivitas mereka yang

padat sehingga sulit meluangkan waktu untuk berolah raga.

Sebanyak 84% (42 mahasiswa) menilai dirinya mampu dan percaya diri

dalam memulai pembicaraan dengan orang baru, sedangkan 16% (8 mahasiswa)

menilai dirinya rendah dan kurang percaya diri dalam kemampuan tersebut.

Sebanyak 90% (45 mahasiswa) menilai dirinya tinggi dan merasa percaya diri

dalam kemampuan berempati dengan orang lain, sedangkan hanya 10% (5

mahasiswa) yang menilai dirinya rendah dan kurang percaya diri. Berdasarkan

hasil tersebut menunjukkan bahwa mahasiswa angkatan 2007 Fakultas Psikologi

Universitas “X” kebanyakan menilai kompetensi interpersonal mereka tinggi

(18)

8

Universitas Kristen Maranatha Berdasarkan uraian di atas terlihat adanya variasi tingkat kompetensi di

antara mahasiswa. Kemudian hasil survey awal menunjukkan bahwa sebagian

mahasiswa memiliki kompetensi yang rendah padahal mereka sudah berada di

tingkat akhir. Chickering menyebutkan bahwa semakin tinggi tingkatan

mahasiswa maka kompetensinya pun akan semakin tinggi karena kompetensi

sudah dikembangkan sejak awal masuk kuliah (tingkat I) (Chickering & Reisser,

1993). Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai profil

kompetensi pada mahasiswa angkatan 2007 Fakultas Psikologi di Universitas “X”

Kota Bandung.

1.2 Identifikasi Masalah

Dari penelitian ini ingin diketahui bagaimana profil kompetensi dari

mahasiswa angkatan 2007 Fakultas Psikologi di Universitas “X” kota Bandung.

1.3 Maksud dan Tujuan

1.3.1 Maksud Penelitian

Untuk memperoleh gambaran mengenai profil kompetensi mahasiswa

angkatan 2007 Fakultas Psikologi di Universitas “X” Kota Bandung berdasarkan

(19)

9

Universitas Kristen Maranatha

1.3.2 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui profil kompetensi yang diukur berdasarkan level of competence dan sense of competence mahasiswa angkatan 2007 Fakultas Psikologi di Universitas “X” kota Bandung, dilihat dari aspek kompetensi

intelektual, kompetensi fisik-manual, dan kompetensi interpersonal. Kemudian

mengetahui keterkaitan antara profil kompetensi dengan faktor-faktor yang

mempengaruhinya .

1.4 Kegunaan Penelitian

1.4.2 KegunaanTeoretis

1. Memberikan masukan informasi bagi Psikologi Perkembangan dan

Psikologi Pendidikan mengenai profil kompetensi mahasiswa.

2. Memberikan informasi bagi peneliti lain yang ingin meneliti lebih lanjut

mengenai profil kompetensi.

1.4.3 Kegunaan Praktis

Memberikan informasi kepada fakultas, khususnya pada bagian akademik

dan kemahasiswaan agar dapat menindaklanjuti permasalahan yang

berkaitan dengan kompetensi sehingga kompetensi mahasiswa dapat lebih

(20)

10

Universitas Kristen Maranatha

1.5 Kerangka Pemikiran

Mahasiswa angkatan 2007 Fakultas Psikologi di Universitas “X” Kota

Bandung berada pada tahap dewasa muda yang rata-rata usianya berkisar antara

20-24 tahun. Menurut seorang ahli psikologi perkembangan, Santrock (dalam

Dariyo, 2004), pada tahap ini mereka sedang berada pada masa transisi fisik,

transisi intelektual, dan transisi peran sosial. Pada masa transisi fisik, mahasiswa

sudah tergolong sebagai seorang pribadi yang benar-benar dewasa (mature).

Mereka memiliki daya tahan dan taraf kesehatan yang prima sehingga dalam

melakukan berbagai kegiatan tampak inisiatif, kreatif, energik, cepat, dan proaktif.

Mereka dapat bertanggung jawab untuk dirinya sendiri atau pun orang lain.

Menurut Piaget (dalam Dariyo, 2004), kapasitas kognitif dewasa awal tergolong

pada tahap operational formal, bahkan kadang-kadang mencapai tahap post-operational formal. Pada tahap ini, mahasiswa mampu memecahkan masalah yang kompleks dengan kapasitas berpikir abstrak, logis, dan rasional. Pada

transisi peran sosial, mahasiswa dapat melakukan relasi yang lebih mendalam

dengan lawan jenisnya (dating). Jika mereka berhasil melakukan tugas-tugas

perkembangan pada tahap tersebut akan menunjang mereka dalam membentuk

kompetensi intelektual, fisik-manual, dan interpersonal.

Kompetensi menurut Arthur Chickering (1993) merupakan kemampuan

mahasiswa dalam mengembangkan keterampilan (level of competence) dan

kepercayaan diri (sense of competence) dalam hal kemampuan intelektual, fisik

dan manual, serta hubungan antar pribadi (interpersonal). Kompetensi intelektual

(21)

11

Universitas Kristen Maranatha menganalisa, mensintesa, dan menginterpretasi. Kompetensi ini berhubungan

dengan kemampuan untuk menyampaikan gagasan baik secara lisan maupun

tertulis serta berpikir kritis dan konseptual. Kompetensi fisik-manual berhubungan

dengan kemampuan menjaga kesehatan tubuh dan kemampuan kreatifitas.

Sedangkan kompetensi interpersonal adalah keahlian dalam berkomunikasi dan

berkolaborasi dengan yang lain. Kompetensi ini berkaitan dengan keterampilan

berempati dengan orang lain, memahami bahasa tubuh orang lain, menerima

orang lain apa adanya, serta dapat mengontrol emosi.

Kompetensi-kompetensi tersebut sangat dibutuhkan oleh mahasiswa

angkatan 2007 Fakultas Psikologi Universitas “X” Kota Bandung dalam

menjalankan perkuliahan sampai lulus sarjana hingga masuk ke dalam dunia

kerja. Kompetensi merupakan salah faktor guna mencapai tujuan atau kesuksesan.

Kompetensi mahasiswa psikologi angkatan 2007 dapat dilihat dari level of competence dan sense of competence. Level of competence berarti seberapa tinggi tingkat kompetensi yang dimiliki oleh mahasiswa psikologi angkatan 2007

berdasarkan penilaian mereka terhadap kemampuan atau keterampilan yang

mereka miliki. Sedangkan sense of competence didasarkan pada seberapa tinggi tingkat kepuasan dan rasa percaya diri mahasiswa psikologi angkatan 2007

terhadap kemampuan atau keterampilan yang dimilikinya.

Dalam hal kompetensi intelektual, mahasiswa psikologi angkatan 2007

yang memiliki level of competence tinggi-sense of competence tinggi berarti mereka menilai bahwa mereka mampu berpikir kritis dan konseptual serta mereka

(22)

12

Universitas Kristen Maranatha memiliki level of competence tinggi-sense of competence rendah berarti mereka menilai bahwa mereka mampu berpikir kritis dan konseptual namun mereka

merasa tidak puas dan percaya diri terhadap kemampuannya tersebut. Mahasiswa

yang memiliki level of competence rendah-sense of competence tinggi, mereka menilai bahwa mereka kurang mampu berpikir kritis dan konseptual namun

mereka merasa puas dan percaya diri terhadap kemampuan yang mereka miliki

tersebut. Sedangkan mahasiswa yang memiliki level of competence rendah-sense of competence rendah, mereka menilai bahwa mereka kurang mampu berpikir kritis dan konseptual serta mereka kurang merasa puas dan percaya diri akan

kompetensinya tersebut.

Dalam hal kompetensi fisik dan manual, mahasiswa psikologi angkatan

2007 yang memiliki level of competence tinggi-sense of competence yang tinggi,

mereka menilai bahwa mereka mampu menjaga kebugaran fisik atau kesehatan

tubuh dan memiliki kreatifitas serta mereka pun merasa puas dan percaya diri

akan kemampuan tersebut. Mahasiswa yang memiliki level of competence tinggi-sense of competence rendah berarti mereka menilai bahwa mereka mampu menjaga kebugaran fisik atau kesehatan tubuh dan memiliki kreatifitas namun

mereka merasa kurang puas dan percaya diri akan kemampuan tersebut.

Mahasiswa yang memiliki level of competence rendah-sense of competence tinggi

berarti mereka menilai bahwa mereka kurang mampu menjaga kebugaran fisik

atau kesehatan tubuh dan kurang memiliki kreatifitas namun mereka merasa puas

dan percaya diri akan kemampuan tersebut. Sedangkan mahasiswa yang memiliki

(23)

13

Universitas Kristen Maranatha mereka kurang mampu menjaga kebugaran fisik atau kesehatan tubuh dan kurang

memiliki kreatifitas serta mereka pun merasa kurang puas dan percaya diri

terhadap kemampuan tersebut.

Dalam hal kompetensi interpersonal, mahasiswa psikologi angkatan 2007

yang memiliki level of competence tinggi-sense of competence tinggi bearti mereka menilai bahwa mereka mampu berelasi dan berempati dengan orang lain

serta mereka pun merasa puas dan percaya diri terhadap kemampuan tersebut.

Mahasiswa yang memiliki level of competence tinggi-sense of competence rendah

berarti mereka menilai bahwa mereka mampu berelasi dan berempati dengan

orang lain namun mereka merasa kurang puas dan percaya diri terhadap

kemampuan tersebut. Mahasiswa yang memiliki level of competence rendah-sense

of competence tinggi berarti mereka menilai bahwa mereka kurang mampu berelasi dan berempati dengan orang lain namun mereka merasa puas dan percaya

diri akan terhadap kemampuan tersebut. Sedangkan mahasiswa yang memiliki

level of competence rendah-sense of competence rendah, mereka kurang mampu berelasi dan berempati dengan orang lain serta mereka pun merasa kurang puas

dan percaya diri terhadap kemampuan tersebut.

Mahasiswa psikologi angkatan 2007 memiliki profil kompetensi yang

berbeda-beda yang diukur melalui level of competence dan sense of competence.

Tinggi rendahnya level of competence dan sense of competence yang dimiliki oleh

mahasiswa Psikologi angkatan 2007 Universitas “X” dapat berkaitan dengan tujuh

(24)

14

Universitas Kristen Maranatha communities, dan student development program and services (Chickering & Reisser, 1993).

Institusi yang berukuran terlalu besar akan menurunkan perkembangan

kompetensi dan hubungan personal. Institusi yang jelas akan membuat individu

secara sadar untuk menyesuaikan diri pada tujuan tersebut, misalnya dengan cara

mengkoreksi diri dan mengubah perilaku yang tidak sesuai. Dari faktor student-faculty relationship, bahwa ketika staf pengajar Fakultas Psikologi di Universitas

”X” berpartisipasi untuk menciptakan kualitas pengalaman belajar, konsisten

dalam menunjukkan rasa hormat, kepedulian, dan kebenaran, bersedia berinteraksi

dengan mahasiswa di berbagai situasi, maka perkembangan kompetensi

intelektual dan sense of competence mahasiswa akan meningkat. Pentingnya membangun hubungan antara mahasiswa dan dosen untuk menawarkan umpan

balik pembelajaran yang spesifik dan konsisten, menyajikan informasi dengan

keterampilan dan kejelasan, efektif dalam waktu dan cara belajar yang digunakan

dalam kelas. Kekuatan kurikulum mendukung perkembangan kompetensi

intelektual, kompetensi interpersonal, dan sense of competence mahasiswanya.

Dari faktor Teaching. Pengajaran yang baik dapat meningkatkan komunikasi antara mahasiswa dengan universitas, kerjasama antar mahasiswa,

proses belajar aktif (active learning), pemberian feedback, memperbanyak waktu

untuk penggalian bahan atau materi, mengkomunikasikan harapan yang tinggi,

menghargai adanya perbedaan talenta dan cara tiap individu dalam memahami

sesuatu. Pengajaran yang baik tersebut secara kuat dapat meningkatkan

(25)

15

Universitas Kristen Maranatha kompetensi). Relasi persahabatan dengan teman terdekat dan partisipasi

mahasiswa di dalam komunitas-komunitas mahasiswa dapat mempengaruhi

perkembangan kompetensi mahasiswa di perkuliahan, baik kompetensi

intelektual, fisik-manual, maupun interpersonal. Student development program and services bertanggungjawab untuk membantu mahasiswa dalam memasuki institusi dan juga mendukung proses pendidikan yang dijalani oleh mahasiswa

(26)

16

Universitas Kristen Maranatha Kompetensi Intelektual

(Intellectual competence)

Kompetensi Fisik-Manual (Physical and manual competence) Kompetensi Interpersonal (Interpersonal competence) Mahasiswa Angkatan 2007 Fakultas Psikologi Universitas “X” Kompetensi (Competence) Faktor-faktor yang mempengaruhi:  Institutional Size

Clear and Consistent Institutional Objective

Student-Faculty Relationship Curriculum

Teaching

Friendship and Student Communities Student Development Programs and

Services

Level of Competence

Sense of Competence

Tinggi

Rendah Tinggi

(27)

17

Universitas Kristen Maranatha

1.6 Asumsi

1. Mahasiswa angkatan 2007 Fakultas Psikologi di Universitas “X” Kota

Bandung memiliki profil kompetensi yang berbeda-beda.

2. Kompetensi yang dimiliki oleh mahasiswa angkatan 2007 Fakultas

Psikologi di Universitas “X” Kota Bandung terdiri dari kompetensi

intelektual, fisik-manual, dan interpersonal.

3. Kompetensi mahasiswa angkatan 2007 Fakultas Psikologi di

Universitas “X” Kota Bandung dilihat melalui level of competence dan

sense of competence.

4. Kompetensi mahasiswa angkatan 2007 Fakultas Psikologi di

Universitas “X” Kota Bandung dipengaruhi oleh institutional size,

clear and consistent institutional objectives, student-faculty relationship, curriculum, teaching, friendship and student communities, dan student development program and services.

(28)

69 Universitas Kristen Maranatha BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian maka

didapat suatu gambaran mengenai kompetensi mahasiswa psikologi angkatan

2007 di universitas “X” kota Bandung dengan kesimpulan sebagai berikut:

1. Pada kompetensi intelektual (40,5%) mahasiswa yang memiliki profil level of

intellectual competence tinggi - sense of intellectual competence tinggi. Pada

kompetensi fisik dan manual (45,8%) mahasiswa yang memiliki level of

physical and manual competence tinggi - sense of physical and manual

competence tinggi. Pada kompetensi interpersonal (43,8%) mahasiswa

memiliki level of interpersonal competence rendah - sense of interpersonal

competence rendah.

2. Terdapat 5 dari 7 faktor yang menunjukkan keterkaitan dengan kompetensi

intelektual, kompetensi fisik-manual, dan kompetensi interpersonal mahasiswa

psikologi angkatan 2007 di universitas “X” Kota Bandung, yaitu clear and

consistent institutional objectives, student-faculty relationship, curriculum,

teaching, dan student development program and services.

3. Berdasarkan faktor clear and consistent institutional objectives, mahasiswa

yang tidak dapat menginterpretasikan perilaku manusia lebih banyak (75%)

memiliki level of intellectual competence dan level of interpersonal

(29)

70

Universitas Kristen Maranatha 4. Berdasarkan faktor student-faculty relationship, mahasiswa yang sering

berkomunikasi dengan dosen dan mengaku memiliki kualitas hubungan yang

bersahabat dengan dosen cenderung memiliki level of intellectual

competence-sense of intellectual competence yang tinggi dibandingkan mahasiswa yang

jarang berkomunikasi dengan dosen dan tidak memiliki kualitas hubungan

yang bersahabat dengan dosen.

5. Berdasarkan faktor curriculum, mahasiswa yang menilai bahwa kurikulum

tidak menambah pengetahuan mereka, cenderung (62,5%) memiliki sense of

intellectual competence yang rendah. Mahasiswa yang menilai bahwa

kurikulum tidak menambah keterampilan dan kepercayaan diri mereka di

bidang psikologi, cenderung memiliki level of intellectual competence-sense

of intellectual competence dan level of interpersonal competence yang rendah.

6. Berdasarkan faktor teaching, mahasiswa yang menilai bahwa dosen tidak

memberikan feedback, cenderung (64,4%) memiliki sense of intellectual

competence yang rendah. Mahasiswa yang menilai bahwa dosen tidak

melakukan kegiatan berdiskusi, cenderung memiliki sense of intellectual

competence yang rendah dan sense of interpersonal competence yang rendah.

7. Berdasarkan faktor student development program and services, mahasiswa

yang pernah mengikuti student development program and services cenderung

memiliki level of competence yang tinggi dalam ketiga aspek kompetensi serta

cenderung memiliki sense of competence yang tinggi dalam kompetensi

fisik-manual dan kompetensi interpersonal. Mahasiswa yang merasakan manfaat

(30)

71

Universitas Kristen Maranatha

competence dan sense of competence yang tinggi pada kompetensi intelektual

dan kompetensi fisik-manual. Mahasiswa yang menilai bahwa kegiatan senat

tidak dapat mengembangkan diri mereka, cenderung memiliki level of

interpersonal – sense of interpersonal yang rendah. Kemudian mahasiswa

yang tidak pernah melakukan konsultasi untuk mengembangkan kompetensi

mereka, cenderung memiliki level of competence dan sense of competence

yang rendah dalam kompetensi intelektual dan interpersonal.

5.2 Saran

Berkaitan dengan kesimpulan yang diperoleh dari penelitian mengenai profil

kompetensi mahasiswa psikologi angkatan 2007 di universitas “X” kota

Bandung, peneliti menyadari masih banyak terdapat kekurangan dalam penelitian

ini, maka peneliti memandang perlu mengajukan beberapa saran.

5.2.1 Saran Teoritis

a. Dapat dilakukan penelitian lanjutan mengenai pengaruh faktor-faktor yang

berkaitan dengan kompetensi intelektual, kompetensi fisik-manual, dan

kompetensi interpersonal pada mahasiswa.

b. Bagi mahasiswa, khususnya yang sedang mengontrak Usulan Penelitian,

diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan masukkan atau informasi

dalam mengukur kompetensi mahasiswa khususnya dalam setting

(31)

72

Universitas Kristen Maranatha c. Terdapat kekurangan informasi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan

kompetensi manual sehingga menyulitkan peneliti dalam membuat

item-item untuk menjaring data tersebut. Disarankan peneliti selanjutnya mencari

infomasi lebih atau tambahan teori mengenai kompetensi manual.

5.2.2Saran Praktis

a. Bagi pihak fakultas, khususnya pada bagian akademik dan kemahasiswaan,

hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam

menyusun kegiatan yang dapat mengembangkan kompetensi intelektual,

kompetensi fisik-manual, dan kompetensi interpersonal mahasiswa.

b. Peningkatan kompetensi dapat dilakukan dengan cara pemberian feedback

dari dosen kepada mahasiswanya terhadap kelebihan dan kelemahan dari

(32)

73 Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

Chickering, A. The Seven Vectors: Theory To Practise.

Chickering, A & Reisser, L. 1993. Education and Identity. Second Edition. San

Fransisco : Jossey-Bass Publishers.

Chickering, A & Schlossberg, N. 2002. Getting Most Out Of College. Second Edition.

New Jersey: Prantice Hall.

Dariyo, A. 2004. Psikologi Perkembangan Dewasa Muda. Jakarta: Grasindo.

Friedenberg, L. 1995. Psychological Testing, Design, Analysis and Use. Allyn and

Bacon.

Gulo, W. 2004. Metode Penelitian. Edisi Pertama. Jakarta: PT. Gramedia.

Kumar, R. 1999. Research Methodology. New Delhi : Sage Publications.

Papalia, W. E, Olds, S. W & Feldman, R. D. 1998. Human Development.

Edisi ke-7. Boston: McGraw-Hill.

Santosa, Purbaya Budin Ashari. 2005. Analisis Statistik dengan Microsoft Excel dan

SPSSS. Jogyakarta: Andi.

(33)

74 Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR RUJUKAN

Administrator. 2009. IPM Indonesia Berada pada Peringkat ke-109.

(www.depok.go.id, diakses Selasa, 17 Februari 2009).

Machasin, Ketua Badan Kajian Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Riau.

2010. Sarjana Menganggur, Salah Siapa? (www.riaupos.com, diakses 27

Februari 2010).

Rustam, Amrizal. 2007. Asesmen Tingkat Perkembangan Mahasiswa Berdasarkan

Teori 7 Vektor Chickering. Varadika, Vol 1.55-65.

(http:/www.eprints.ums.ac.id, diakses Juni 2007).

Tim Dosen Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha. Pedoman Penulisan

Skripsi Sarjana. Edisi Revisi III. 2009. Baandung : Fakultas Psikologi Maranatha.

Winsolu. 2009. Pengertian Kompetensi. (www. my.opera.com, diakses 19 April

Referensi

Dokumen terkait