• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perencanaan Struktur Jembatan Beton Prategang Bentang 50 Meter.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perencanaan Struktur Jembatan Beton Prategang Bentang 50 Meter."

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

ix Universitas Kristen Maranatha

PERENCANAAN STRUKTUR JEMBATAN

BETON PRATEGANG BENTANG 50 METER

Try Mei Fitra Solichin NRP : 0721055

Pembimbing: Yosafat Aji Pranata, S.T.,M.T.

ABSTRAK

Jembatan merupakan suatu struktur untuk penghubung antar daerah yang terpisahkan oleh rintangan. Oleh karena itu jembatan dibuat harus memenuhi syarat kekakuan, lendutan, dan ketahanan terhadap beban yang bekerja.

Tujuan dari penelitian Tugas Akhiri adalah melakukan analisis dan desain struktur balok girder dari beton prategang. Beban-beban yang bekerja adalah beban mati (MS), beban mati tambahan (MA), beban kendaraan (TD), beban rem (TB), beban pejalan kaki(TP), dan beban angin (EW). Gaya-gaya dalam diperoleh menggunakan metode elemen hingga dengan bantuan Program SAP2000

Nonlinier. Desain dilakukan secara manual, berdasarkan Peraturan RSNI T – 02 –

2005 dan Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung.

Hasil desain dan analisis yang telah dilakukan pada Tugas Akhir ini memperoleh lendutan dari perhitungan analitis sebesar 114,97 mm dan dari program SAP2000 sebesar 181,98 mm untuk girder tanpa tendon, sedangkan untuk girder dengan tendon didapat lendutan 54,62 mm untuk analitis dan 47,54 mm untuk cara perhitungan dengan SAP2000. Jumlah tendon yang digunakan sebanyak 6 tendon dengan tiap tendon terdiri dari 12 strand dan tiap strands memiliki luas 98,7mm2. Tulangan utama balok gider menggunakan 32D13 mm, tulangan geser balok girder menggunakan diameter 13mm, tulangan utama diafragma menggunaan 16D22 mm, tulangan geser diafragma menggunakan diameter D13 - 100 mm, dan tulangan spalling menggunakan 4D13 mm.

(2)

x Universitas Kristen Maranatha

DESIGN OF 50-METER SPAN

PRESTRESSED CONCRETE BRIDGE

Try Mei Fitra Solichin NRP : 0721055

Advisor : Yosafat Aji Pranata, S.T.,M.T.

ABSTRACT

Bridge is structure that used for join between areas that separated by barriers. Therefore, the bridge is build must have stiffness, strength, deflection, and have resistance load.

The purpose of research this thesis is to analyze and design of prestressed concrete beams. Loads that work is dead loads (MS), additional dead loads (MA), vehicle loads (TD), brake loads (TB), pedestrian loads (TP), and wind loads. The internal forces were obtained by finite element method with the aid of SAP2000 Nonlinier Software. While the design was executed manually, based on RSNI T – 02 – 2005 and Calculation Procedures for Concrete Structure for Building Construction.

Result of design and analysis has been done on this thesis get the deflection from the manual calculation of 114,97 mm and from SAP2000 of 181,98 mm for girder without tendon when for girder with tendon have deflection from manual calculation of 54,62 mm and from SAP2000 of 47,54 mm. The number of tendons used as much as 6 tendon with each tendon consists of 12

strands each strand has an area of 98,7 mm2. The main reinforcement beam using

32D13 mm, shear reinforcement beam using diameter 13 mm, the main reinforcement of diafragma using 16D22 mm, shear reinforcement of diafragma using diameter13 mm, and spaliing reinforcement using 4D10 mm reinforcement.

(3)

xi Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

LEMBAR PENGESAHAN ii

PERNYATAAN ORISINALITAS LAPORAN PENELITIAN iii

PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN PENELITIAN iv

SURAT KETERANGAN TUGAS AKHIR v

SURAT KETERANGAN SELESAI TUGAS AKHIR vi

KATA PENGANTAR vii

ABSTRAK ix

ABSTRACT x

DAFTAR ISI xi

DAFTAR GAMBAR xiv

DAFTAR TABEL xvii

DAFTAR NOTASI xviii

DAFTAR LAMPIRAN xxi

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1Latar Belakang 1

1.2Tujuan Penelitian 2

1.3Ruang Lingkup Penelitian 2

1.4Sistematika Penelitian 3

BAB II TINJAUAN LITERATUR 4

2.1Material 4

2.1.1Beton 4

2.1.2Baja 6

2.1.3Beton Bertulang 8

2.1.4Beton Prategang 8

2.1.5Tendon 10

2.2Balok Prategang 12

2.3Metode Penegangan Pascatarik (Post-Tension) 13

2.4Jembatan 14

2.4.1Jembatan Beton Prategang 14

2.5Beban yang Bekerja pada Jembatan 15

2.5.1Beban Mati 16

2.5.1.1 Beban Sendiri (MS) 16

2.5.1.2 Beban Mati Tambahan (MA) 17

2.5.2Beban Hidup 18

2.5.2.1 Beban Lajur ”D” (D) 19

2.5.2.2 Beban Truk ”T” (T) 21

2.5.2.3 Pembebanan untuk Pejalan Kaki (TP) 22

2.5.3Beban Angin (EW) 23

2.5.4Gaya Rem (TB) 24

2.6Kombinasi Pembebanan 25

2.7Perangkat Lunak SAP2000 Nonlinier 27

2.8Perencanaan Girder Prategang 28

2.8.1Perencanaan Lentur 28

(4)

xii Universitas Kristen Maranatha

2.8.3Perencanaan Geser 31

2.6.3.1 Kuat Geser Web 33

2.6.3.2 Kuat Geser Lentur 34

2.8.4Perencanaan Puntir 36

2.8.5Perencanaan Kombinasi Momen, Geser, dan Puntir 39 2.8.6Perencanaan Tulangan Minimum Non-prategang 40

2.8.7Perencanaan Zona Pengangkuran 40

2.8.8Perencanaan Kehilangan Prategang pada Beton 44 2.8.8.1 Perpendekan Elastis pada Struktur Pascatarik 45

2.8.8.2 Gesekan pada Tendon 45

2.8.8.3 Slip pada Angkur 47

2.8.8.4 Rangkak pada Beton 47

2.8.8.5 Susut pada Beton 48

2.8.8.6 Relaksasi Baja 49

2.8.9Perencanaan Kemampuan Layan 50

2.9 Perencanaan Diafragma 53

2.7.1Perencanaan Tekan 53

2.7.2Perencanaan Geser 54

BAB III STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN 57

3.1 Studi Kasus 57

3.2 Preliminary Desain 59

3.2.1 Preliminary Balok Girder 59

3.2.2 Preliminary Tebal Pelat 66

3.2.3 Preliminary Diafragma 71

3.3 Input Beban yang Bekerja pada Struktur Jembatan 75

3.3.1 Beban Mati 75

3.3.1.1Beban Mati Tambahan (MA) 75

3.3.2 Beban Hidup 77

3.3.2.1 Beban Lajur (D) 77

3.3.2.2 Beban Pejalan Kaki (TP) 79

3.3.3 Beban Angin (EW) 79

3.3.3.1 Beban Angin Arah – Y (EWy) 79

3.3.3.2 Beban Angin Arah – Z (EWz) 81

3.3.4 Beban Rem (TB) 82

3.4Input Kombinasi Beban yang Bekerja pada Struktur Jembatan 83

3.5Hasil Output SAP2000 Nonlinier 86

3.6Perencanaan Girder Prategang 88

3.6.1 Perencanaan dengan Metode Analitis 88

3.6.1.1 Perencanaan Lentur 88

3.6.1.2 Perencanaan Jumlah Tendon 92

3.6.1.3 Perencanaan Tulangan Non-Prategang 92

3.6.1.4 Perencanaan Geser 93

3.6.1.5 Perencanaan Puntir 96

3.6.1.6 Perencanaan Zona Pengangkuran 97

3.6.1.7 Perencanaan Kehilangan Prategang 100

3.6.1.8 Perencanaan Diafragma 104

(5)

xiii Universitas Kristen Maranatha 3.6.2 Perencanaan dengan SAP2000 Nonlinier 107

3.7 Pembahasan 115

3.7.1 Gaya Dalam 116

3.7.2 Lendutan 117

3.7.3 Kehilangan Prategang 117

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 120

4.1. Kesimpulan 120

4.2. Saran 121

Daftar Pustaka 122

(6)

xiv Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kurva Tegangan dan Regangan pada Beton Normal dan Beton

Mutu Tinggi ... 4

Gambar 2.2 Diagram Tegangan-Regangan Baja ... 6

Gambar 2.3 Struktur Beton Pratekan Pertama (Jackson, 1886) ... 9

Gambar 2.4 Kawat Tunggal (Wires) ... 10

Gambar 2.5 Untaian Kawat (Strand) ... 10

Gambar 2.6 Kawat Batangan (Bars) ... 11

Gambar 2.7 Tulangan Biasa ... 11

Gambar 2.8 Berbagai Bentuk Penampang Beton Prategang (A) Bentuk I, (B) Bentuk T-terbalik, (C) Bentuk T, dan (D) Betuk Kotak ... 12

Gambar 2.9 Metode Prategang Pascatarik ... 13

Gambar 2.10 Jembatan Feinsterwalder di Baldwinstein, Jerman (Sumber: www.cbdg.org.uk/image/Skye.jpg) ... 15

Gambar 2.11 Diagram Beban yang Bekerja pada Jembatan ... 15

Gambar 2.12 Beban Lajur ”D” ... 20

Gambar 2.13 Beban ”D”: BTR vs Panjang yang Dibebani ... 20

Gambar 2.14 Penyebaran Pembebanan pada Arah Melintang ... 21

Gambar 2.15 Pembebanan Truk ”T” (500kN) ... 22

Gambar 2.16 Pembebanan untuk Pejalan Kaki ... 23

Gambar 2.17 Gaya Rem per Lajur 2,75 m ... 25

Gambar 2.18 Balok Prategang dengan Tendon Parabola ... 28

Gambar 2.19 Beban Imbang wb ... 28

Gambar 2.20 Diagram Tegangan ... 29

Gambar 2.21 Kegagalan Akibat Geser ... 31

Gambar 2.22 Tegangan Geser pada Beton Pratekan ... 32

Gambar 2.23 Balok yang Menerima Puntir (Andri, 2008) ... 36

Gambar 2.24 Penampang Tumpuan Balok I ... 41

Gambar 2.25 Model Distribusi Tekan dan Tarik ... 42

Gambar 2.26 Momen Akibat Spalling dan Bursting ... 43

Gambar 2.27 Panjang Penyaluran Tulangan ... 44

Gambar 2.28 Penjelasan Nilai α pada Lengkungan (Hadipratomo, 2008) ... 46

Gambar 2.29 Notasi Penampang ... 54

Gambar 3.1 Data Struktur Jembatan ... 55

Gambar 3.2 Ukuran Penampang Girder dan Diafragma ... 56

Gambar 3.3 Diagram Kerja Pengerjaan Tugas Akhir Secara Keseluruhan ... 57

Gambar 3.4 Mendifinisikan Satuan dan Model yang Digunakan ... 58

Gambar 3.5 Mendefinisikan Titik Koordinat dan Jarak ... 58

Gambar 3.6 Mendifinisikan Material ... 59

Gambar 3.7 Input Material Property Data ... 59

Gambar 3.8 Mendefinisikan Section Properties ... 60

Gambar 3.9 Mendefinisikan Section Properties ... 60

Gambar 3.10 Input Material pada Frame Section ... 61

Gambar 3.11 Plot Balok Girder pada SAP2000 ... 62

(7)

xv Universitas Kristen Maranatha

Gambar 3.13 Pemilihan Property yang Akan Digunakan ... 63

Gambar 3.14 Input Property dan Mendefinisikan Perletakan ... 63

Gambar 3.15 Menggandakan Balok Prategang ... 64

Gambar 3.16 Mendefinisikan Material ... 64

Gambar 3.17 Input Material Property Data ... 65

Gambar 3.18 Mendefinisikan Section Properties ... 65

Gambar 3.19 Mendefinisikan Tebal Pelat Jembatan ... 66

Gambar 3.20 Mendefinisikan Tebal Pelat Trotoar ... 67

Gambar 3.21 Pemilihan Property yang Akan Digunakan ... 67

Gambar 3.22 Membagi Pelat Jembatan Menjadi Beberapa Bagian ... 68

Gambar 3.23 Membagi Pelat Trotoar Menjadi Beberapa Bagian ... 68

Gambar 3.24 Mendefinisikan Material ... 69

Gambar 3.25 Input Material Property Data ... 70

Gambar 3.26 Mendefinisikan Section Properties ... 70

Gambar 3.27 Mendefinisikan Section Properties ... 71

Gambar 3.28 Mendefinisikan Diafragma ... 71

Gambar 3.29 Input Koefisien Berdasarkan SNI 02 – 2847 – 2002 ... 72

Gambar 3.30 Pemilihan Property yang Akan Digunakan ... 72

Gambar 3.31 Mendefinisikan Define Load Patterns ... 73

Gambar 3.32 Mendefinisikan Beban Tambahan pada Pelat Jembatan... 74

Gambar 3.33 Mendefinisikan Beban Tambahan pada Pelat Trotoar... 74

Gambar 3.34 Menentukan Beban Rata (BTR) ... 75

Gambar 3.35 Distribusi Beban Lajur ”D” ... 75

Gambar 3.36 Mendefinisikan Beban Lajur ”D” 100% ... 76

Gambar 3.37 Mendefinisikan Beban Lajur ”D” 50% ... 76

Gambar 3.38 Mendefinisikan Beban Pejalan Kaki ... 77

Gambar 3.39 Mendefinisikan Beban Angin pada Arah – Y ... 78

Gambar 3.40 Mendefinisikan Beban Angin pada Arah – Z ... 79

Gambar 3.41 Menentukan Beban Rem ... 80

Gambar 3.42 Arah Kerja Gaya Rem... 80

Gambar 3.43 Mendefinisikan Beban Rem ... 81

Gambar 3.44 Mendefinisikan Kombinasi Beban 1 ... 82

Gambar 3.45 Mendefinisikan Kombinasi Beban 2 ... 82

Gambar 3.46 Mendefinisikan Kombinasi Beban 3 ... 83

Gambar 3.47 Mendefinisikan Kombinasi Beban 4 ... 83

Gambar 3.48 Mendefinisikan Kombinasi Beban 5 ... 83

Gambar 3.49 Menentukan Tabel Hasil yang Akan Dikeluarkan ... 84

Gambar 3.50 Tabel Element Force – Frame ... 84

Gambar 3.51 Define Load ... 106

Gambar 3.52 Mendefiniskan pada Kombinasi 1 ... 106

Gambar 3.53 Mendefiniskan pada Kombinasi 2 ... 106

Gambar 3.54 Mendefiniskan pada Kombinasi 3 ... 107

Gambar 3.55 Mendefiniskan pada Kombinasi 4 ... 107

Gambar 3.56 Mendefiniskan pada Kombinasi 5 ... 107

Gambar 3.57 Memilih Jenis Garis Tendon ... 108

Gambar 3.58 Pemodelan Tendon ... 108

Gambar 3.59 Mendefinisikan Tendon Parabola ... 109

(8)

xvi Universitas Kristen Maranatha

Gambar 3.61 Pengaturan Arah Kerja... 110

Gambar 3.62 Mendefinisikan Lendutan ... 111

Gambar 3.63 Lendutan Maksimal Girder Tanpa Tendon ... 111

Gambar 3.64 Lendutan Maksimal Girder Dengan Tendon... 112

Gambar 3.65 Choose Table for Display ... 112

Gambar 3.66 Table: Element Force – Frame ... 113

(9)

xvii Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Sifat Beton Akibat Temperatur ... 5

Tabel 2.2 Nilai Perbandingan Kuat Tekan Benda Uji... 6

Tabel 2.3 Faktor Beban untuk Berat Sendiri ... 16

Tabel 2.4 Berat Isi untuk Beban Mati [kN/m3]... 16

Tabel 2.5 Faktor Beban untuk Beban Mati Tambahan ... 15

Tabel 2.6 Jumlah Lajur Lalu Lintas Rencana ... 19

Tabel 2.7 Faktor Beban Akibat Beban Lajur ”D”... 19

Tabel 2.8 Faktor Beban Akibat Pembebanan untuk Pejalan Kaki ... 22

Tabel 2.9 Faktor beban Akibat Beban Angin ... 23

Tabel 2.10 Koefisien Seret Cw ... 24

Tabel 2.11 Kecepatan Angin Rencana Vw ... 24

Tabel 2.12 Faktor Beban Akibat Gaya Rem ... 25

Tabel 2.13 Pengaruh Umur Rencana pada Faktor Beban Ultimit ... 25

Tabel 2.14 Kombinasi Beban Umum untuk Keadaan Batas Kelayanan dan Ultimit ... 26

Tabel 2.15 Data Tendon dari VSL Type EC ... 30

Tabel 2.16 Tegangan Geser Akibat Puntir(IS: 456, 1979) ... 37

Tabel 2.17 Koefisien Wobble dan Koefisien Friksi(SNI, 2002) ... 46

Tabel 2.18 Nilai C Menurut PTI ... 49

Tabel 3.1 Perbandingan Gaya Dalam... 114

(10)

xviii Universitas Kristen Maranatha

Acp Luas yang dibatasi oleh keliling luas penampang beton Ag Luas penampang balok

Am Luas tulangan memanjang

Am min Luas tulangan memanjang minimum As Luas sengkang

Ap Luas tulangan prategang dalam daerah tarik Av Luas tulangan sengkang

b Lebar

bw Lebar web(badan) b1 Lebar balok T

b2 Tinggi balok T diluar sayap C Koefisien relaksasi

Cw Koefisien seret

dp Nilai terbesar dari jarak serat tekan ke titik berat tulangan atau 0,8h E Modulus elastisitas

Ec Modulus elastisitas beton Es Modulus elastisitas baja Eps Modulus elastisitas tendon e Eksentrisitas

ε Regangan

fb Tegangan di serat tertarik/ bawah f’ci Kuat tekan beton saat transfer

fe Tegangan elastis

fp Tegangan proporsional

f Tegangan

fc’ Kuat tekan beton fc Tegangan lentur

fd Tegangan akibat beban mati fpe Tegangan prategang efektif fpi Tegangan tarik

fpu Kuat tarik strand

fx Tegangan horisontal

fy Tegangan vertical

(11)

xix Universitas Kristen Maranatha

h Tinggi

I Inersia penampang Ic Inersia penampang beton J Faktor waktu

K Koefisien wobble

Kre Koefisien relaksasi L Panjang bentang

M Momen akibat beban luar Mcr Momen retak

MDL Momen lentur akibat beban mati Mm Momen yang sudah di modifikasi Mmaks Momen maksimum akibat beban luar Mu Momen lentur terfaktor

Nu Beban aksial n Rasio modular P Gaya prategang

Pi Gaya prategang setelah transfer gaya ph Keliling dari garis pusat tulangan sengkang Pcp Tegangan tekan pada beton

Q Momen statis s Jarak sengkang sv Jarak sengkang geser st Jarak sengkang puntir Tn Momen puntir tahan

Tp Momen puntir disumbangkan pleh gaya prategang

Ts Kuat puntir yang disumbangkan oleh tulangan sengkang dan tulangan memanjang

Tu Momen puntir terfaktor t1 Tebal sayap(flange) t2 Tebal badan(web) Vu Gaya geser terfaktor Vc Kuat geser

Vc min Kuat geser minimum Vc max Kuat geser maksimum Vci Kuat geser lentur Vcs Gaya geser Vcw Kuat geser badan

Vi Gaya geser pada penampang yang ditinjau Vp Geser akibat prategang

Vs Gaya geser yag disumbangkan oleh tulangan sengkang Vw Kecepatan angin

W Momen tahan

Wc Berat per volume beton prategang Wc” Berat per volume beton

wp Balanced load

x1 Lebar sengkang

(12)

xx Universitas Kristen Maranatha y1 Tinggi sengkang

yt Jarak dari pusat berat penampang ke serat tekan terluar α Sudut pada tendon

µ Koefisien friksi

σtt Tegangan tarik izin pada saat transfer gaya prategang σts Tegangan tarik izin pada saat servis

σct Tegangan tarik izin pada saat transfer gaya prategang τv Tegangan geser

τt Tegangan geser akibat puntir υ Poisson ratio

δ Lendutan

δb Lendutan balok δt Lendutan tendon ΔA Besarnya slip

ΔfpCR Kehilangan prategang akibat rangkak

ΔfpF Kehilangan prategang akibat gesekan pada tendon ΔfpES Kehilangan prategang akibat perpendekan elastis ΔfpF Kehilangan prategang akibat gesekan pada tendon ΔfpSH Kehilangan prategang akibat susut

̅cs Tegangan beton setelah transfer

̅

(13)

xxi Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR LAMPIRAN

L.1 Jembatan prategang

L.2 Penampang Melintang Jembatan

L.3 Tulangan Spalling, Splitting, dan Bursting L.4 Tulangan Utama dan Tulangan Geser Girder L.5 Tulangan Utama dan Tulangan Geser Diafragma L.6 Detail Potongan a – a

L.7 Detail Potongan A – A, Potongan B – B, dan Potongan C – C L.8 Detail Potongan D – D, Potongan E – E, dan Potongan F – F L.9 Spesifikasi Stressing Anchorage VSL Type EC

L.10 MANUAL VSL MULTISTRAND SYSTEM

(14)

123 Universitas Kristen Maranatha

LAMPIRAN 1 - Jembatan Prategang

L.1 Jembatan Prategang

Balok Girder

Pelat Jembatan Pelat Trotoar

(15)
(16)

124 Universitas Kristen Maranatha

LAMPIRAN 2 - Penampang Melintang Jembatan

(a). Penampang melintang Jembatan.

L.2 Penampang Melintang Jembatan

(17)
(18)

125 Universitas Kristen Maranatha

LAMPIRAN 3

Tulangan

Spalling,

Splitting,

dan

Bursting

(19)

126 Universitas Kristen Maranatha

LAMPIRAN 4

Tulangan Utama dan Tulangan Geser Girder

(20)

127 Universitas Kristen Maranatha

LAMPIRAN 5

Tulangan Utama dan Tulangan Geser Diafragma

(21)
(22)

128 Universitas Kristen Maranatha

LAMPIRAN 6

Detail Potongan a – a

(23)

129 Universitas Kristen Maranatha

LAMPIRAN 7

Detail Potongan A – A, Potongan B – B, dan Potongan C – C

(24)

130 Universitas Kristen Maranatha

LAMPIRAN 8

Detail Potongan D – D, Potongan E – E, dan Potongan F – F

(25)
(26)

131 Universitas Kristen Maranatha

LAMPIRAN 9

Spesifikasi

Strassing Anchorage VSL Type EC

(27)

136 Universitas Kristen Maranatha

LAMPIRAN 10

MANUAL VSL MULTISTRAND SYSTEM

(28)

LAMPIRAN 11

(29)
(30)
(31)
(32)

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Jembatan merupakan suatu struktur yang digunakan sebagai media penghubung antar daerah yang terpisahkan oleh rintangan. Kehadiran jembatan sangat dibutuhkan guna mempelancar kegiatan sehari-hari. Seiring dengan perkembangan zaman, jembatan telah membentuk suatu bagian dalam kehidupan masyarakat pada saat sekarang, yaitu sebagai media penghubung antar daerah, sarana komunikasi untuk perdagangan, sarana transportasi dan sarana pertukaran sosial budaya. Oleh karena itu, jembatan yang dibuat harus memenuhi syarat kekakuan, lendutan, dan ketahanan terhadap beban yang bekerja. Beragam material menjadi pertimbangan dalam pembuatan jembatan. Material yang umum digunakan dalam pembuatan jembatan bentang panjang biasanya adalah baja dan beton. Namun dalam pemilihan material ada beberapa aspek yang perlu ditinjau yaitu keamanan, harga, waktu pelaksanaan, dan fleksibilitasdesain.

(33)

2 Universitas Kristen Maranatha Menurut Andri Budiadi (2008), Desain Praktis Beton Prategang, beton prategang memiliki 6 keuntungan yaitu:

1. Dapat memikul beban lentur yang lebih besar dari beton bertulang.

2. Dapat dipakai pada bentang yang lebih panjang dengan mengatur defleksi. 3. Ketahanan geser dan puntirnya bertambah dengan adanya penegangan. 4. Dapat dipakai pada rekayasa konstruksi tertentu, misalnya pada konstruksi

jembatan segmen.

5. Berbagai kelebihan lain pada penggunaan struktur khusus, seperti struktur pelat dan cangkang, struktur tangki, struktur pracetak, dan lain-lain. 6. Pada penampang yang diberikan penegangan, tegangan tarik dapat di

eliminasi karena besarnya gaya tekan disesuaikan dengan beban yang akan diterima.

1.2 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian Tugas Akhir adalah sebagai berikut:

1. Melakukan analisis beban-beban yang bekerja pada jembatan (beban mati dan beban hidup yang meliputi beban lalulintas).

2. Melakukan perencanaan girder beton prategang bentang 50 meter dengan cara analitis dan dengan perangkat lunak.

1.3 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian Tugas Akhir adalah sebagai berikut: 1. Struktur yang ditinjau adalah jembatan jalan raya.

2. Bentang jembatan adalah 50 meter.

3. Pembebanan jembatan dengan menggunakan RSNI-02-2005.

4. Perhitungan struktur beton dengan menggunakan SNI 03-2847-2002.

5. Perencanaan girder dilakukan dengan cara analitis dan dengan perangkat lunak.

6. Perangkat lunak yang digunakan adalah SAP2000 Nonlinier.

(34)

3 Universitas Kristen Maranatha

1.4 Sistematika Penelitian

Sistematika penelitian dalam penyusunan laporan Tugas Akhir meliputi:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini membahas latar belakang, tujuan penelitian, ruang lingkup penelitian, dan sistematika penelitian.

BAB II TINJAUAN LITERATUR

Bab ini membahas teori yang mendasar pada beton, jembatan, pembebanan, peraturan perancangan, dan pemodelan pada program SAP2000 Nonlinier.

BAB III STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN

Bab ini membahas studi kasus, preliminary analisis, analisis struktur dengan perangkat lunak, perancanaan girder prategang dengan perangkat lunak, perencanaan girder prategang dengan analitis, dan pembahasan.

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

(35)

120 Universitas Kristen Maranatha

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Dari hasil desain dan analitis yang telah dilakukan pada Tugas Akhir ini didapat beberapa kesimpulan, yaitu sebagai berikut:

1. Lendutan setelah diberi gaya prategang dengan cara SAP2000 sebesar 47,54 mm dan dengan cara analitis sebesar 54,62 mm perbedaannya sebesar 12,96%. Sedangkan lendutan sebelum diberi gaya prategang dengan cara SAP2000 sebesar 181,98 mm dan dengan cara analitis sebesar 114,97 mm perbedaannya sebesar 36%. Dari kedua metode pengerjaan perencanaan dengan menggunakan tendon memenuhi syarat kemampuan layan sebesar L/240 = 208,33mm.

2. Perbedaan lendutan balok girder ditengah bentang antara balok yang belum diberi gaya prategang dan balok yang telah diberi gaya prategang adalah 73,88% dengan software SAP2000 dan 52,49% dengan cara analitis.

3. Jumlah tendon yang digunakan sebanyak 6 buah dengan tiap tendon terdiri dari 12 strand dengan diameter 13mm.

4. Angkur menggunakan VSL Type EC dikarenakan angkur diasumsikan menggunakan bentuk penampang persegi sehingga perhitungan penampang pengangkuran menjadi lebih sederhana. Dimensi penampang angkur yang digunakan ukuran 220 x 220 mm2.

5. Kehilangan prategang yang digunakan pada asumsi awal desain sebesar 20% dan setelah perhitungan mendapatkan kehilangan prategang sebesar 18,77% pada balok girder.

6. Tulangan yang digunakan pada perancanaan balok girder adalah sebagai berikut:

a. Tulangan utama balok gider = 32D13

(36)

121 Universitas Kristen Maranatha c. Tulangan utama diafragma = 16D22

d. Tulangan geser diafragma = D13 – 100mm e. Tulangan spalling = 4D13

4.2 Saran

Saran yang dapat disampaikan dari hasil penelitian Tugas Akhir adalah sebagai berikut:

1. Hasil Penelitian dapat digunakan untuk referensi perhitungan jembatan prategang dengan bentang ≤ 50 m.

2. Untuk jembatan bentang > 50 m dibutuhkan penelitian lebih lanjut.

(37)

122 Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

1. Departemen Pekerjaan Umum, 2005, Pembebanan untuk Jembatan, Jakarta: Badan Standarisasi Nasional.

2. Departemen Pekerjaan Umum, 2002, Tata Cara Perhitungan Struktur

Beton untuk Bangunan Gedung, Jakarta: Badan Standarisasi Nasional.

3. Hadipratomo, W., 2008, Analisis dan Desain Struktur Beton Prategang, Bandung: PT. Danamartha Sejahtera Utama.

4. Budiadi, Andri, 2008, Desain Praktis Beton Prategang, Yogyakarta: CV. Andi offset.

5. Supriyadi, Bambang dan Muntohar A. Setyo, 2007, Jembatan, Yogyakarta: Beta offset.

6. Kusuma, Gideon dan Vis W.C., 1997, Dasar-dasar Perencanaan Beton Bertulang, Jakarta: Erlangga.

7. Nawy, Edward G., 2001, Beton Prategang Suatu Pendekatan Mendasar, Jakarta: Erlangga.

8. Learning, ITL, 2002, 19 Aplikasi Rekayasa Konstruksi 2D dengan

SAP2000, Jakarta: PT Elex Media komputindo.

9. New Zealand Concrete Society, 1978, New Zealand Reinforced Concrete

Design Handbook, Wellington: Concrete Publications Ltd.

Referensi

Dokumen terkait

Product backlog yang diambil dalam penelitian ini hanyalah task dalam pengembangan aplikasi Android crowdfunding Patriot Pangan untuk kebutuhan balita.. Kemudian,

Analisis SWOT ( Strength , Weakness , Opportunity , Threat ) Instalasi Hiperbarik Rumah Sakit Paru Jember ; Dewi Qomariyah; 082110101070; 2012; 141 halaman; Bagian

Struktur organisasi bias mempengaruhi perilaku individu dan kelompok dalam organanisasi, srtuktur organisasi dapat didefinisikan secara luas sebagai ciri-ciri organisasi yang

signifikan dari kualitas tidur pada lansia sebelum dan setelah terapi tawa ( p. value :

Kasus yang ditonjolkan adalah deskripsi pengelolaan tanah perdikan Mrapen di Desa Manggarmas Kabupaten Grobogan oleh ahli waris dengan Pemda Grobogan yang

Linda Mayasari, S.Pd, M.Pd as The Chair woman of the English program of the Faculty of Theacher Training and Education.. My lecturers in

PT. Pharma Laboratories bekerja sama dengan PT. Yang beralamat di Jl. MulyaJayano.16, Cipinang Muara, Jakarta. Pharma Laboratories berkerja sama dengan PT. Immortal untuk

Hukum Tua sering mengadakan rapat umum setiap 3 (tiga) bulan dan disitulah masyarakat diberikan kesempatan untuk menyampaikan pendapat, kritik, saran dan masukan