• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KLASIFIKASI PADA NASABAH KREDIT KOPERASI X MENGGUNAKAN DECISION TREE C4.5 DAN NAÏVE BAYES.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS KLASIFIKASI PADA NASABAH KREDIT KOPERASI X MENGGUNAKAN DECISION TREE C4.5 DAN NAÏVE BAYES."

Copied!
125
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Koperasi adalah suatu lembaga keuangan bukan bank yang bergerak dalam

kegiatan simpan pinjam layaknya bank, dimana ijin operasionalnya di bawah

Kementrian Koperasi dan tidak dalam pengawasan Bank Indonesia (BI). Seperti

layaknya lembaga keuangan koperasi juga menghimpun dana dari para anggota dan

calon anggota baik berupa tabungan maupun deposito dan menyalurkannya pada

anggota maupun calon anggota dengan mendapatkan keuntungan tertentu.

Pinjaman yang diberikan dapat berupa modal kerja, modal investasi, maupun

pembelian barang-barang consumer good misal: pembelian TV, kulkas, kendaraan,

dan lain-lain yang diperlukan anggota, demikian seterusnya dimana keuntungan

koperasi di akhir tahun yang biasa disebut Sisa Hasil Usaha (SHU) (Adi Sucipto,

2015: 1).

Koperasi juga merupakan salah satu lembaga keuangan yang melakukan

transaksi kredit. Dalam rangka mengembangkan usahanya dalam bentuk pinjaman

anggota, koperasi memiliki prinsip kehati-hatian sebagaimana yang diterapkan

pada perbankan dengan melakukan analisis kredit. Analisis kredit yang dilakukan

setiap lembaga keuangan belum tentu sama. Analisis kredit biasanya dilakukan

dengan cara penilaian 5C. Pada dasarnya konsep 5C adalah Character

(kepribadian) yaitu penilaian sifat atau watak dari calon debitur, Capacity

(kemampuan) yaitu prediksi tentang kemampuan usaha debitur untuk melunasi

(2)

pinjaman, Condition (kondisi ekonomi) yaitu analisis terhadap kondisi

perekonomian debitur, dan Collateral (agunan) yaitu harta kekayaan debitur

sebagai jaminan atau alat pengamanan apabila usaha yang dibiayai dengan kredit

tersebut gagal. Penilaian dengan 5C dapat memberikan beberapa informasi

mengenai seberapa baik nasabah akan melunasi pinjaman (Kasmir, 2012: 136).

Penilaian 5C tersebut biasanya dilakukan secara manual dengan melihat

data pribadi, hasil wawancara, serta hasil survei. Butuh waktu yang yang lama

untuk memproses satu pengajuan kredit. Namun demikian, masih sering terjadi

permasalahan seperti adanya nasabah yang terlambat membayar angsuran.

Penyebab yang biasanya terjadi adalah adanya nasabah yang sebenarnya telah

memenuhi kualifikasi peminjaman kredit tetapi nasabah tersebut memiliki potensi

yang tinggi untuk terlambat membayar kredit (Melissa Ira & Raymond, 2013: 18).

Analisis terhadap data kredit dengan teknik lain perlu dilakukan untuk

meminimalisir nasabah yang terlambat membayar kredit dengan memprediksi label

kelas dari calon peminjam. Analisis tersebut dapat dilakukan menggunakan data

mining. Data mining telah terbukti sebagai alat yang memegang peran penting

untuk industri perbankan dan retail, yang mengidentifikasikan informasi berguna

dari data ukuran besar. Proses di dalam data mining untuk membedakan kelas data

atau konsep yang bertujuan agar dapat digunakan untuk memprediksi kelas dari

objek yang label kelasnya tidak diketahui dikenal sebagai kalsifikasi. Terdapat

beberapa metode klasifikasi dalam data mining, diantaranya adalah decision tree

(3)

Decision tree merupakan metode klasifikasi paling terkenal karena mudah

untuk diinterpretasi oleh manusia (Gorunescu, 2011: 3). Algoritma C4.5

merupakan algoritma yang digunakan untuk membangun sebuah decision tree dari

data serta secara rekursif mengunjungi setiap simpul keputusan, memilih cabang

optimal, sampai tidak ada cabang lagi yang mungkin dihasilkan (Indri Rahmayuni,

2014: 42). Naïve bayes merupakan pengklasifikasian dengan metode probabilitas

dan statistik sederhana yang berdasar pada teorema Bayes dengan asumsi

independensi yang kuat (Eko Prasetyo, 2012: 59). Naive bayes terbukti memiliki

akurasi dan kecepatan yang tinggi saat diaplikasikan ke dalam database dengan

data yang besar (Kusrini & Emha, 2009: 189).

Analisis klasifikasi data kredit pada penelitian ini dilakukan menggunakan

metode decision tree dengan menggali informasi dari data-data yang ada seperti

pekerjaan, penghasilan keluarga, agunan, jangka waktu, dan lain-lain sehingga

didapatkan aturan klasifikasi dari pohon keputusan untuk memprediksi label kelas

pada data baru. Pengklasifikasian dengan metode decision tree digunakan algoritma

C4.5 untuk menghitung nilai information gain yang diperlukan dalam membangun

konstruksi pohon keputusan sehingga didapatkan pohon keputusan yang optimal.

Analisis klasifikasi data kredit juga dilakukan menggunakan metode naïve bayes

yang didasarkan pada teorema Bayes dengan memprediksi probabilitas

keanggotaan suatu kelas. Dalam penelitian ini metode tersebut dapat memprediksi

apakah suatu data peminjam baru dengan beberapa nilai atribut seperti pekerjaan

(4)

termasuk dalam anggota kelas lancar atau bermasalah berdasar pada teorema Bayes

dan asumsi independensi.

Model klasifikasi yang dihasilkan dari kedua metode tersebut akan

dibandingkan berdasarkan tingkat akurasinya. Dari hasil perbandingan akan

didapatkan sebuah model klasifikasi terbaik yang dapat digunakan untuk klasifikasi

pada data kredit nasabah Koperasi X. Pada penelitian ini, digunakan program bantu

WEKA 3.6.13. Hasil keluaran dari klasifikasi ini diharapkan dapat menjadi

kontribusi bagi lembaga keuangan koperasi kredit terkait dalam memperkuat

pertimbangan pemberian kredit nasabah.

B. Batasan Masalah

Pada penelitian ini pembahasan akan dibatasi pada masalah-masalah

berikut:

1. Metode klasifikasi yang digunakan yaitu decision tree C4.5 dan naïve bayes

dimana hasil klasifikasi dari kedua metode akan dibandingkan.

2. Pembentukan model klasifikasi menggunakan bantuan aplikasi software

yaitu WEKA 3.6.13.

3. Data yang digunakan adalah data peminjam Koperasi X pada tahun 2011

-Maret 2016 dan data laporan nominatif pinjaman perbulan tahun 2014 -

Maret 2016.

4. Klasifikasi nasabah kredit pada Koperasi X yaitu lancar, kurang lancar,

diragukan, dan macet.

5. Data yang digunakan berasal dari objek penelitian sehingga model hanya

(5)

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan masalah

sebagai berikut:

1. Bagaimana analisis klasifikasi pada data nasabah kredit Koperasi X

menggunakan decision tree C4.5 dan naïve bayes?

2. Bagaimana perbandingan hasil klasifikasi menggunakan decision tree C4.5

dengan naïve bayes?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui prosedur analisis klasifikasi pada data nasabah kredit Koperasi

X menggunakan decision tree C4.5 dan naïve bayes.

2. Mengetahui perbandingan hasil klasifikasi menggunakan decision tree C4.5

dan naïve bayes.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan memiliki manfaat sebagai berikut:

1. Bagi penulis

Menambah pengetahuan dan wawasan mengenai decision tree C4.5 dan

naïve bayes yang digunakan untuk mengklasifikasikan data nasabah kredit

Koperasi X.

2. Bagi civitas akademika

Menjadi bahan referensi dan panduan dalam melanjutkan penelitian di masa

(6)

3. Bagi instansi terkait

Dapat mempermudah dalam pengambilan keputusan pemberian kredit pada

nasabah koperasi X.

4. Bagi umum

Dapat menambah ilmu pengetahuan mengenai kredit dan analisis klasifikasi

(7)

BAB II

KAJIAN TEORI

Pada bab ini berisi tentang teori-teori dasar mengenai kredit, database,

penambangan data (data mining), aturan klasifikasi, decision tree C4.5, naïve

bayes, metode evaluasi model, WEKA, dan penelitian yang relevan sebagai

landasan pelaksanaan penelitian.

A. Kredit

Kredit adalah kemampuan untuk melaksanakan suatu pembelian atau

mengadakan suatu pinjaman dengan suatu janji pembayarannya akan dilakukan

ditangguhkan pada suatu jangka waktu yang disepakati (Teguh Pudjo Muljono,

2000: 9).

Menurut Undang-Undang Perbankan No.12 Tahun 1992 pasal 1, kredit

adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu,

berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara pihak bank

dengan pihak lain, yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya

setelah jangka waktu tertentu dengan bunga, imbalan, atau pembagian hasil

keuntungan.

Kegiatan perkreditan mempunyai prinsip-prinsip yang disebut juga sebagai

konsep 5C. Pada dasarnya konsep 5C dapat memberikan beberapa informasi

mengenai seberapa baik nasabah akan melunasi pinjaman. Konsep 5C tersebut

(8)

1. Character

Sifat atau watak dari orang-orang yang akan diberikan kredit benar-benar

harus dapat dipercaya. Manfaat dari penilaian character yaitu untuk

mengetahui sejauh mana tingkat kejujuran dan integritas serta tekad baik

yaitu kemauan untuk memenuhi kewajiban-kewajibannya dari calon

debitur.

2. Capacity

Kemampuan melunasi kewajiban-kewajibannya dari kegiatan usaha yang

dilakukannya atau kegiatan usaha yang akan dilakukan dengan biaya kredit

bank.

3. Capital

Besar atau kecilnya modal seorang calon debitur, serta analisis dari sumber

mana saja modal saat ini, termasuk banyaknya modal yang digunakan untuk

membiayai usaha yang akan dijalankan.

4. Collateral

Barang-barang jaminan yang diserahkan oleh peminjam/ debitur sebagai

jaminan atas kredit yang diterimanya. Manfaat collateral yaitu sebagai alat

pengamanan apabila usaha yang dibiayai dengan kredit tersebut gagal atau

sebab-sebab lain dimana debitur tidak mampu melunasi kreditnya dari hasil

usahanya yang normal.

5. Condition of Economy

Situasi dan kondisi politik, sosial, ekonomi, budaya, dan lain-lain yang

(9)

kurun waktu tertentu yang kemungkinannya akan dapat mempengaruhi

kelancaran usaha dari perusahaan yang memperoleh kredit.

Jumlah kredit yang disalurkan sangat berpengaruh terhadap hidup matinya

lembaga keuangan. Banyaknya jumlah kredit yang disalurkan juga harus

memperhatikan kualitas kredit tersebut. Bank Indonesia menggolongkan kualitas

kredit menurut ketentuan sebagai berikut (Kasmir, 2013: 107-108):

1. Lancar

Suatu kredit dikatakan lancar apabila:

a. pembayaran angsuran pokok dan/ atau bunga tepat waktu; dan

b. memiliki mutasi rekening yang aktif; atau

c. bagian dari kerdit yang dijamin dengan agunan tunai.

2. Dalam perhatian khusus

Dikatakan dalam perhatian khusus apabila memenuhi kriteria antara lain:

a. terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok dan/ bunga yang

belum melampaui 90 hari; atau

b. kadang-kadang terjadi cerukan atau jumlah penarikan yang melebihi

dana yang tersedia pada akun giro atau rekening negatif yang

disebabkan oleh nasabah yang menulis cek melebihi jumlah dana yang

ada direkeningnya; atau

c. jarang terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan; atau

d. mutasi rekening relatif aktif; atau

(10)

3. Kurang lancar

Dikatakan kurang lancar apabila memiliki kriteria diantaranya:

a. terdapat tunggakan angsuran pokok dan/ atau bunga yang telah

melampaui 90 hari; atau

b. sering terjadi cerukan; atau

c. terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan lebih dari 90

hari; atau

d. frekuensi mutasi rekening relatif rendah; atau

e. terdapat indikasi masalah keuangan yang dihadapi debitur; atau

f. dokumen pinjaman yang lemah.

4. Diragukan

Dikatakan diragukan apabila memenuhi kriteria diantaranya:

a. terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok dan/ atau bunga yang

melampaui 180 hari; atau

b. terjadi cerukan bersifat permanen; atau

c. terjadi wanprestasi lebih dari 180 hari; atau

d. terjadi kapitalisasi bunga; atau

e. dokumen hukum yang lemah, baik untuk perjanjian kredit maupun

peningkatan jaminian.

5. Macet

Dikatakan macet apabila memenuhi kriteria antara lain:

a. terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok dan/ atau bunga yang

(11)

b. kerugian operasional ditutup dengan pinjaman baru; atau

c. dari segi hukum dan kondisi pasar, jaminan tidak dapat dicairkan pada

nilai yang wajar.

Penggolongan kualitas kredit di atas digunakan untuk mengantisipasi resiko

kredit bermasalah secara dini. Kredit bermasalah atau problem loan dapat diartikan

sebagai pinjaman yang mengalami kesulitan pelunasan akibat adanya faktor

kesengajaan dan atau karena faktor eksternal di luar kemampuan kendali debitur.

Apabila kredit dikaitkan dengan tingkat kolektibilitasnya, maka yang digolongkan

kredit bermasalah adalah kredit yang memiliki kualitas dalam perhatian khusus,

kurang lancar, diragukan, dan macet (Dahlan Siamat 2004: 174).

B. Basis Data (Database)

Menurut Connolly & Begg (2002: 15) database merupakan suatu kumpulan

data yang terhubung secara logic, dan deskripsi dari data tersebut yang dirancang

untuk memenuhi kebutuhan informasi dari suatu organisasi. Database merupakan

tempat penyimpanan data yang besar, dimana dapat digunakan secara simultan oleh

banyak pengguna.

Database terdiri dari beberapa objek antara lain yaitu:

1. Field

Field adalah kumpulan dari beberapa karakteristik dari objek-objek yang

ada.

2. Record

(12)

3. File

File atau berkas adalah kumpulan dari beberapa record yang berhubungan

membentuk saling ketergantungan satu dengan yang lainnya.

4. Entity

Entity adalah satu kesatuan yang terdiri dari informasi yang disimpan.

5. Attribute

Atribut adalah nama dari suatu kolom relasi yang menjelaskan suatu entity.

6. Primary Key

Primary Key adalah sebuah field yang mempunyai nilai unik yang tidak

memiliki kesamaan antara record yang satu dengan record yang lain.

7. Foreign Key

Foreign Key adalah satu atribut atau kumpulan atribut dalam satu relasi

yang berguna untuk menghubungkan primary key lain yang berbeda dalam

tabel lain.

Menurut Han, et al (2012: 9) jenis-jenis database adalah sebagai berikut:

1. Relational database

Relational database atau basis data relasional adalah sebuah

kumpulan tabel dengan nama khusus dan setiap tabel terdiri atas kumpulan

atribut (kolom atau field) dan biasanya menyimpan data dalam jumah yang

besar pada data (baris atau record). Setiap data dalam tabel relasi

menunjukkan sebuah objek yang diidentifikasi oleh sebuah unique key dan

(13)

2. Data Warehouse

Data warehouse adalah tempat penyimpanan informasi dari berbagai

sumber data dan disimpan pada satu tempat. Data warehouse dibangun

melalui sebuah proses dari pembersihan data dari data-data yang tidak

lengkap, menganalisis data, perubahan bentuk data, pemuatan ulang

data-data yang baru, dan pembaharuan data-data secara periodik.

3. Transactional Data

Transactional data pada setiap record dikumpulkan berdasarkan

sebuah transaksi (dalam dunia bisnis). Sebuah transaksi memiliki nomor

identitas transaksi yang unik (trans_ID). Transactional data yang

mempunyai tabel tambahan yang berisi informasi lain direlasikan pada

hubungan yang mungkin terjadi, seperti deskripsi barang, informasi dari

pelayan toko, dan lain-lain.

C. Penambangan Data (Data Mining)

Data mining adalah proses menentukan pola dan informasi dari data yang

berjumlah besar. Sumber data dapat berupa database, data warehouse, Web, tempat

penyimpanan informasi lainnya atau data yang mengalir ke dalam sistem yang

dinamis (Han, et al, 2012: 8).

Menurut Grup Gartner (dalam Larose, 2005: 2) data mining adalah suatu

proses menemukan hubungan yang berarti, pola, dan kecenderungan dengan

memeriksa dalam sekumpulan besar data yang tersimpan dalam penyimpanan

(14)

Menurut Turban, dkk (dalam Kusrini & Emha, 2009: 3) Data mining adalah

proses yang menggunakan teknik statistik, matematika, kecerdasan buatan, dan

machine learning untuk mengekstraksi dan mengindentifikasi informasi yang

bermanfaat dan pengetahuan yang terkait dari berbagai database besar.

Data mining merupakan salah satu langkah penting dalam menemukan

sebuah pengetahuan pada proses Knowledge Discovery in Data (KDD). KDD

adalah proses menentukan informasi yang berguna serta pola-pola yang ada dalam

data. Tahapan proses KDD ditunjukkan pada Gambar 2.1.

(15)

Menurut Han, et al (2006: 7 ) tahapan dalam KDD dapat dijelaskan sebagai

berikut:

1. Pembersihan Data (Data Cleaning)

Pembersihan data merupakan proses menghilangkan noise dan data

yang tidak konsisten. Pada tahap ini data-data yang memiliki isian tidak

sempurna seperti data yang tidak memiliki kelengkapan atribut yang

dibutuhkan dan data yang tidak valid dihapus dari database.

2. Integrasi Data (Data Integration)

Integrasi data merupakan proses kombinasi beberapa sumber data ke

dalam database. Pada tahap ini dilakukan penggabungan data dari berbagai

sumber untuk dibentuk penyimpanan data yang koheren.

3. Seleksi Data (Data Selection)

Seleksi data merupakan pemilihan data yang digunakan untuk proses

data mining. Data hasil seleksi yang akan digunakan untuk proses data

mining, disimpan suatu berkas dan terpisah dari basis data operasional.

4. Transformasi Data (Data Transformation)

Transformasi data merupakan proses mentransformasikan dan

mengkonsolidasikan data yang digunakan untuk proses mining. Pada tahap

ini dilakukan pengubahan format data menjadi format yang sesuai dengan

teknik data mining yang digunakan.

5. Penambangan Data (Data Mining)

Penambangan data merupakan proses utama mencari pengetahuan

(16)

atau informasi menarik dalam data terpilih dengan menggunakan teknik

atau metode tertentu. Teknik dalam data mining sangat bervariasi,

pemilihan teknik yang tepat sangat bergantung pada tujuan dan proses KDD

secara keseluruhan.

6. Evaluasi Pola (Pattern Evaluation)

Evaluasi pola ialah proses mengidentifikasi kebenaran pola yang telah

didapat. Pada tahap ini pola yang telah didapat dari proses data mining

dievaluasi apakah pola yang ditemukan bertentangan dengan fakta atau

hipotesis yang ada sebelumnya.

7. Representasi Pengetahuan (Knowledge Presentation)

Representasi pengetahuan merupakan visualisasi dan presentasi

pengetahuan yang telah didapat kepada pengguna. Pada tahap terakhir ini

disajikan pengetahuan dan metode yang digunakan untuk memperoleh

pengetahuan yang dapat dipahami oleh pengguna atau semua orang.

Data mining mempunyai beberapa metode yang dilakukan pengguna untuk

meningkatkan proses mining supaya lebih efektif. Oleh karena itu, data mining

dibagi menjadi beberapa kelompok berdasarkan metodenya, yaitu (Larose, 2005:

11):

1. Deskripsi

Deskripsi digunakan untuk memberikan gambaran secara ringkas

berupa pola dan tren bagi data yang jumlahnya sangat besar dan jenisnya

beragam. Metode dalam data mining yang dapat digunakan untuk deskripsi

(17)

2. Klasifikasi

Pada klasifikasi terdapat variabel target yang berupa nilai kategori.

Contoh dari klasifikasi adalah penggolongan pendapatan masyarakat ke

dalam tiga kelompok, yaitu pendapatan tinggi, pendapatan sedang, dan

pendapatan rendah. Algoritma klasifikasi yang biasa digunakan adalah

Naïve Bayes, K-Nearest Neighbor, dan C4.5.

3. Estimasi

Estimasi mirip dengan klasifikasi namun variabel target pada proses

estimasi lebih condong ke arah numerik daripada ke arah kategori. Model

dibangun menggunakan record lengkap yang menyediakan nilai dari

variabel target sebagai nilai prediksi, kemudian nilai estimasi dari variabel

target dibuat berdasarkan pada nilai prediksi. Contoh algoritma estimasi

adalah linear regression dan neural network.

4. Prediksi

Prediksi hampir sama dengan klasifikasi dan estimasi, namun pada

prediksi data yang digunakan adalah data runtun waktu (data time series)

dan nilai pada hasil akhir digunakan untuk beberapa waktu mendatang.

Contoh prediksi dalam bisnis dan penelitian adalah prediksi harga beras

dalam tiga bulan kedepan.

5. Pengelompokan

Pengelompokan data atau pembentukan data ke dalam jenis yang

sama. Pengelompokan tidak untuk mengklasifikasi, mengestimasi, atau

(18)

kelompok-kelompok yang relatif sama (homogen). Perbedaan algoritma

pengelompokan dengan algoritma klasifikasi adalah pengelompokan tidak

memiliki target/ class/ label. Contoh algoritma pengelompokan adalah

K-Means dan Fuzzy C-Means.

6. Asosiasi

Asosiasi digunakan untuk menemukan atribut yang muncul dalam

waktu yang bersamaan dan untuk mencari hubungan antara dua atau lebih

data dalam sekumpulan data. Contoh penggunaan aturan asosiasi adalah

analisis kemungkinan seorang pelanggan membeli roti dan susu dalam

waktu yang bersamaan di suatu pasar swalayan. Contoh algoritma aturan

asosiasi yang sering digunakan adalah Apriori dan FP-Growth.

D. Klasifikasi

Klasifikasi adalah proses penemuan model (atau fungsi) yang membedakan

kelas data atau konsep yang bertujuan agar dapat digunakan untuk memprediksi

kelas dari objek yang label kelasnya tidak diketahui. Model ditemukan berdasarkan

analisis data training (objek data yang kelasnya diketahui) (Han, et al, 2006: 24).

Algoritma-algoritma yang sering digunakan untuk proses klasifikasi sangat banyak,

yaitu k-nearest neighbor, rough set, algoritma genetika, metode rule based, C4.5,

naive bayes, analisis statistik, memory based reasoning, dan support vector

machines (SVM).

Klasifikasi data terdiri dari 2 langkah proses. Pertama adalah learning (fase

training), dimana algoritma klasifikasi dibuat untuk menganalisa data training lalu

(19)

dimana data tes digunakan untuk memperkirakan akurasi dari aturan klasifikasi

(Han, et al, 2006: 286).

Proses klasifikasi didasarkan pada empat komponen (Gorunescu, 2011: 15):

1. Kelas

Variabel dependen berupa kategori yang merepresentasikan “label” yang

terdapat pada objek. Contohnya: risiko penyakit jantung, risiko kredit, dan

jenis gempa.

2. Predictor

Variabel independen yang direpresentasikan oleh karakteristik (atribut)

data. Contohnya: merokok atau tidak, minum alkohol atau tidak, besar

tekanan darah, jumlah tabungan, jumlah aset, jumlah gaji.

3. Training dataset

Satu set data yang berisi nilai dari kedua komponen di atas yang digunakan

untuk menentukan kelas yang cocok berdasarkan predictor.

4. Testing dataset

Berisi data baru yang akan diklasifikasikan oleh model yang telah dibuat

dan akurasi klasifikasi dievaluasi.

Proses klasifikasi dapat dicontohkan seperti yang ditunjukkan pada Gambar

2.2.

Gambar 2.2 poin (a) adalah proses pembelajaran dimana data training

dianalisis menggunakan algoritma klasifikasi. Atribut keputusan kredit sebagai

label kelas, dan model pembelajaran atau pengklasifikasian dipresentasikan dalam

(20)

klasifikasi. Proses klasifikasi digunakan untuk mengestimasi keakurasian dari

classification rule yang dihasilkan. Apabila akurasi dapat diterima maka aturan

yang diperoleh dapat digunakan pada klasifikasi data baru (Han, et al, 2006: 287).

(21)

1. Pohon Keputusan (Decision Tree)

Pohon keputusan merupakan salah satu metode klasifikasi yang

menggunakan representasi struktur pohon (tree) dimana setiap simpul internal

(internal node) merupakan sebuah atribut, setiap cabang merupakan nilai atribut,

dan setiap simpul daun (leaf node) atau simpul terminal merupakan label class, serta

simpul yang paling atas adalah simpul akar (root node) (Han, et al, 2006: 291).

Gambar 2.3 Bentuk Pohon Keputusan

Berikut penjelasan mengenai 3 jenis simpul yang terdapat pada pohon

keputusan:

a. Simpul Akar

Simpul akar merupakan simpul yang paling atas, pada simpul ini tidak

mempunyai input dan bisa tidak mempunyai output atau mempunyai

output lebih dari satu.

b. Simpul Internal

Simpul internal merupakan simpul percabangan dari simpul akar, pada

simpul ini hanya ada satu input dan mempunyai minimal dua output.

Simpul Internal

Simpul Akar

(22)

c. Simpul Daun

Simpul daun merupakan simpul terakhir, pada simpul ini hanya terdapat

satu input dan tidak mempunyai output, simpul ini sering disebut simpul

terminalserta merupakan suatukeputusan.

Dalam kaitannya dengan sebuah basis data, himpunan data dapat berupa

tabel, sedangkan sampel adalah record. Himpunan data dapat memiliki atribut yang

dapat bertipe diskrit maupun kontinu. Ilustrasi dari pohon keputusan berdasarkan

tipe atributnya dapat dijelaskan pada Gambar 2.4 (Han, et al, 2001).

Gambar 2.4 Ilustrasi Model Pohon Keputusan Berdasarkan Tipe Atributnya

Berdasarkan Gambar 2.4 jika atribut prediktor bertipe diskret , maka

cabang simpul dibuat untuk setiap nilai pada atribut diskrit tersebut , , … .

Sedangkan jika atribut prediktor bertipe kontinu atau numerik ), maka cabang

simpul dibuat untuk dua buah nilai yaitu �ℎ dan �ℎ, dimana �ℎ

adalah nilai ambang dari . Konsep dasar pohon keputusan ditunjukkan pada

(23)

Algoritma: Pembentukan_Pohon_Keputusan, Pembentukan pohon keputusan dari tupel pelatih pada partisi data, .

Masukan:

Partisi data, , yang merupakan satu set data tupel pelatihan dan label kelas yang berkaitan;

Daftar_atribut, kumpulan beberapa atribut;

Metode_seleksi_atribut, sebuah prosedur untuk menentukan kriteria terbaik pemecahan data tupel ke dalam kelas masing-masing. Kriteria ini terdiri dari

pemecahan_atribut dan kemungkinannya, baik pemecahan simpul atau pemecahan bagian.

Hasil: pohon keputusan

Metode:

(1) Bentuk sebuah simpul ;

(2) jika tupel di ada pada kelas yang sama, , maka

(3) kembali sebagai simpul daun yang diberi label kelas ; (4) jika daftar_atribut kosong maka

(5) kembali sebagai simpul yang diberi label dengan kelas terbanyak di ; // kelas terbanyak

(6) berlaku metode_seleksi_atribut ( , daftar_atribut) untuk menemukan pemecahan kriteria terbaik;

(7) beri label dengan kriteria_pemecahan; (8) jika pemecahan_atribut bernilai diskrit dan

beberapa pemecahan diperbolehkan maka // tidak terbatas untuk pohon biner (9) daftar_atribut daftar_atribut – pemecahan_atribut; // hapus

pemecahan_atribut

(10)Untuksetiap j dari pemecahan_kriteria

(11) kemudian menjadi kumpulan data tupel di dengan hasil ; //

partisi

(12) jika kosong maka

(13) Lampirkan sebuah simpul daun dengan label kelas terbanyak

di untuk simpul ;

(14) Untuk lainnya lampirkan simpul kembali dengan pembentukan _pohon_keputusan ( , daftar _atribut) pada ; berakhir untuk (15)kembali ;

(24)

Berdasarkan Gambar 2.5, input algoritma dasar terdiri dari partisi data ,

daftar atribut (attribute list), dan metode seleksi atribut (attribute selection method).

Proses untuk membangun sebuah pohon keputusan seperti yang ditunjukkan pada

Gambar 2.5 di atas adalah sebagai berikut:

1. Pohon dimulai dengan simpul tunggal �yang merepresentasikan tupel training

pada (langkah 1).

2. Jika semua tupel di berasal dari kelas yang sama, maka simpul � menjadi

daun dan diberi label kelas tersebut (langkah 2 dan 3). Langkah 4 dan 5

merupakan kondisi akhir. Semua kondisi akhir dijelaskan pada akhir algoritma.

3. Jika tidak, maka metode seleksi atribut digunakan untuk memilih atribut split,

yaitu atribut terbaik dalam memisahkan tupel ke dalam kelas masing-masing

(langkah 6). Atribut tersebut menjadi atribut tes pada simpul � (langkah 7).

4. Terdapat dua kemungkinan yang dapat mempartisi . Apabila � atribut split

pada simpul � dan � memiliki sejumlah nilai yang berbeda { , , … }

maka pada data training dapat terjadi (langkah 8 dan 9):

a. Jika � memiliki nilai-nilai bersifat diskrit, maka sebuah cabang dibentuk

untuk setiap nilai �. Nilai total cabang yang akan dibentuk sebanyak

cabang. Partisi terdiri dari record yang terdapat pada yang memiliki

nilai untuk atribut �. Selanjutnya atribut �dihapus dari daftar atribut.

b. Jika � memiliki nilai yang bersifat kontinu, maka hasil pengujian simpul

�akan menghasilkan dua cabang. Kedua cabang tersebut adalah � < split

point dan � split point. Split point merupakan keluaran metode seleksi

(25)

dipartisi, sehingga terdiri dari record dimana � < split point dan

adalah sisanya.

5. Cabang akan dibuat untuk setiap nilai pada atribut tes dan tupel pada data

training akan dipartisi lagi (langkah 10 dan langkah 11).

6. Proses pembentukan ini menggunakan proses rekursif untuk membentuk

pohon pada setiap data partisi (langkah 14).

7. Proses rekursif akan berhenti jika telah mencapai kondisi sebagai berikut:

a. Semua tupel pada simpul berada di dalam satu kelas (langkah 2 dan 3).

b. Tidak ada atribut lainnya yang dapat digunakan untuk mempartisi tupel

lebih lanjut (langkah 4). Selanjutnya dalam hal ini, akan diterapkan jumlah

terbanyak (langkah 5). Hal tersebut berarti mengubah sebuah simpul

menjadi daun dan memberi label dengan kelas pada jumlah terbanyak.

Sebagai alternatifnya, distribusi kelas pada simpul ini dapat disimpan.

c. Tidak ada tupel yang digunakan untuk mencabang, suatu partisi kosong

(langkah 12). Selanjutnya dalam hal ini, sebuah daun dibuat dan diberi

label dengan kelas yang memiliki kelas terbanyak di (langkah 13).

8. Kembali menghasilkan pohon keputusan (langkah 15) (Han, et al,

2012:331-336; Neni Miswaningsih, 2015: 37-39).

Pohon keputusan memiliki beberapa cara dalam menentukan ukuran data

dalam bentuk pohon, salah satunya adalah dengan algoritma C4.5. Algoritma C4.5

menggunakan information gain sebagai penentu simpul akar, internal, dan daun.

Misalkan � merupakan simpul partisi dari . Apabila terdapat nilai

(26)

�. Perhitungan informasi yang dibutuhkan untuk mengklasifikasi pada tupel

dinyatakan sebagai berikut:

= − ∑ log

= .

dimana merupakan banyaknya jenis kategori nilai pada atribut C, =| ,�|

| |

merupakan probabilitas dari tupel yang mempunyai kelas . Info ( ) merupakan

rata-rata dari informasi yang dibutuhkan untuk mengetahui label kelas dari tupel .

juga sering dikenal sebagai entropy dari tupel . Sebagai ilustrasi

diberikan Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Banyaknya Kelas pada Tupel

Kelas

frekuensi

− log −log −log

− log − p log − log

Apabila diberikan tupel dengan dua pengklasifikasian yaitu kelas , dan

, dengan frekuensi dan serta adalah proporsi dari setiap kelas, maka

= +

untuk analog dengan perhitungan .

Perhitungan − log dilakukan untuk mentransformasi masing-masing

proporsi kelas menjadi informasi dalam bentuk bit atau bilangan basis 2. Informasi

tersebut dapat juga dipandang sebagai jumlah informasi yang dapat dikodekan

(27)

Nilai − log akan positif bila lebih besar dari nol dan kurang dari

satu. Ketika = maka nilai dari − log adalah nol, sehingga nilai

− log diantara bilangan positif atau nol pada data training. Nilai =

− ∑= log adalah nol jika dan hanya jika semua data memiliki klasifikasi

yang sama dimana probabilitasnya adalah satu. Sebagai contoh diberikan Tabel 2.2.

Tabel 2.2 Contoh Perhitungan

Kelas

frekuensi 9 5

0,643 0,357

− log 0,637 1,485

− log 0,409 0,531

Tabel 2.2 merupakan data penjualan komputer, dimana adalah membeli

komputer dan adalah tidak membeli komputer. Berdasarkan Tabel 2.2

= , + , = , , nilai ≠ , artinya data belum

memiliki klasifikasi kelas yang sama, sehingga dibutuhkan perhitungan lanjutan

untuk menemukan simpul akar dalam pembentukan pohon keputusan.

Selanjutnya misalkan terdapat atribut �yangmemiliki nilai yang berbeda

{ , , … �}. Atribut � dapat digunakan untuk membagi ke dalam partisi

{ , , … , �}, dimana memuat tupel yang memiliki nilai dari �. Sebagai

ilustrasi perhitungan entropy, diberikan Tabel 2.3.

Tabel 2.3 Kelas Tupel D Berdasarkan Partisi Atribut �

� Kelas Total

(28)

Tabel 2.3 menunjukkan jumlah tupel dengan partisi atribut � yang

mempunyai nilai kategori , serta pengklasifikasian sebanyak dua kelas yaitu

, . Dimana , … , merupakan jumlah sampel pada subset yang mempunyai

nilai , yang berada pada kelas , kemudian , merupakan jumlah

sampel yang mempunyai nilai , , dan , merupakan jumlah sampel

kategori kelas , , maka nilai dari entropy atribut � dapat dihitung sebagai

berikut:

� = × − log − log − log

+ × − log − log − log

Rumus secara umum dalam mencari nilai entropy dari subset � sebagai

berikut:

� = � = ∑ | || |

= × ( ) .

dimana � adalah entropy dari subset �, v merupakan banyaknya jenis kategori

nilai pada subset �, | |

| | merupakan bobot dari subset dan jumlah sampel pada

subset yang mempunyai nilai dari �, dibagi dengan jumlah tupel dari . Entropy

dari subset � merupakan informasi harapan yang dibutuhkan untuk mengklasifikasi

suatu tupel dari berdasarkan partisi dari atribut �.

Menurut Han, et al (2012: 337), nilai information gain dari atribut �pada

subset dapat dihitung dengan persamaan berikut:

(29)

Information gain didefinisikan sebagai perbedaan diantara informasi asli

yang dibutuhkan dengan jumlah informasi baru yang didapatkan dari partisi �.

Atribut � yang memiliki nilai information gain tertinggi dipilih sebagai pemisah

atribut pada simpul �

Proses untuk menghitung nilai � bergantung dari nilai suatu atribut. Jika

adalah atribut diskrit, maka tupel dibagi menjadi sub tupel … , dimana

jumlah nilai pada atribut dan adalah sub tupel yang memiliki nilai atribut

. Jika adalah atribut kontinu, maka sub tupel dibagi menjadi duasub tupel

� dan � dengan = { | } dan = { | > }, dimana

merupakan sebuah nilai ambang (split point).

Nilai split information digunakan pada pencarian nilai gain ratio untuk

mengatasi bias terhadap atribut yang memiliki banyak nilai unik. Persamaan split

information dan gain ratio dinyatakan sebagai berikut:

� = − ∑ | || | × | || |

= .

� = � � .

Apabila atribut tersebut memiliki nilai gain ratio terbesar maka atribut

tersebut terpilih sebagai atribut split pada konstruksi pohon keputusan (Han, et al,

2012: 337-339). Sebagai contoh penerapan decision tree C4.5 dengan perhitungan

manual pada sebuah kasus pelanggan AllElectronic. Tabel 2.4 merupakan data

(30)

Tabel 2.4 Keputusan Membeli Komputer

RID age income student credit_rating Class_

buys_computer

1 youth high no fair no

2 youth high no excellent no

3 middle_aged high no fair yes

4 senior medium no fair yes

5 senior low yes fair yes

6 senior low yes excellent no

7 middle_aged low yes excellent yes

8 youth medium no fair no

9 youth low yes fair yes

10 senior medium yes fair yes

11 youth medium yes excellent yes

12 middle_aged medium no excellent yes

13 middle_aged high yes fair yes

14 senior medium no excellent no

Sumber: Han, et al, 2006: 299

Kasus yang tertera pada Tabel 2.4 akan dibuat pohon keputusan untuk

menentukan membeli komputer atau tidak dengan melihat umur, pendapatan, status

pelajar, dan peringkat kredit.

Pertama menghitung informasi yang dibutuhkan untuk mengklasifikasikan

partisi data menggunakan persamaan (2.1) dengan = , adalah banyaknya

kategori nilai pada kelas membeli komputer. Tabel 2.5 merupakan total kasus

pelanggan yang berada pada kelas yes dan no.

Tabel 2.5 Kelas Membeli Komputer

Class_buys_computer

yes no

9 5

= − log ( ) − log ( ) = ,

Selanjutnya menghitung informasi harapan yang dibutuhkan untuk

(31)

atribut age. Banyaknya data yang berada dalam kelas yes atau no berdasarkan

atribut age dapat dilihat pada Tabel 2.6.

Tabel 2.6 Kelas Membeli Komputer Berdasarkan Partisi Atribut Age

age Class_buys_computer

yes no

youth 2 3

middle_aged 4 0

senior 3 2

Digunakan persamaan (2.2) untuk menghitung informasi harapan yang

dibutuhkan untuk klasifikasi data berdasarkan partisi dari atribut age dengan

adalah banyaknya kategori pada atribut age.

�� = × (− log − log ) + × (− log − log ) +

× ( log − log ) = ,

Oleh karena itu didapatkan information gain yang dihitung menggunakan

persamaan (2.3).

= − �� = , − , = ,

Pergitungan gain ratio atribut age dapat dihitung menggunakan persamaan

(2.5) namun terlebih dahulu perlu dihitung nilai split information menggunakan

persamaan (2.4) dengan adalah banyaknya jenis kategori nilai pada atribut age.

�� = − × log ( ) − × log ( ) − × log ( ) = ,

(32)

Setelah perhitungan gain ratio dari setiap atribut maka akan dipilih nilai yang terbesar sebagai atribut yang menjadi simpul akar dari pohon keputusan dan nilai dari

atribut tersebut menjadi cabang. Perhitungan lanjutan yang analog dengan perhitungan

simpul akar perlu dilakukan apabila setiap cabang belum menunjukkan keputusan akhir.

Pada saat pembangunan pohon keputusan, akan banyak ditemukan adanya

cabang yang noise atau outlier pada data training. Pemangkasan pohon dapat

dilakukan untuk menghapus cabang-cabang tersebut sehingga dapat mempercepat

proses klasifikasi. Pohon yang dipangkas akan menjadi lebih kecil dan lebih mudah

dipahami. Pemangkasan pohon dilakukan selain untuk pengurangan ukuran pohon,

juga bertujuan untuk mengurangi tingkat kesalahan klasifikasi pada kasus baru.

Contoh pemangkasan pohon keputusan ditunjukkan Gambar 2.6 dan Gambar 2.7.

Gambar 2.6 Pohon Keputusan Sebelum Pemangkasan (Han, et al, 2006:305)

(33)

Setelah pemangkasan pohon, kemudian dilakukan pembentukan aturan

keputusan, yaitu membuat aturan keputusan dari pohon yang telah dibentuk. Aturan

tersebut dapat dalam bentuk if-then diturunkan dari pohon keputusan dengan

melakukan penelusuran dari akar sampai ke daun. Setiap simpul dan percabangan

akan diberikan if, sedangkan nilai pada daun akan ditulis then. Setelah semua aturan

dibuat, maka aturan dapat disederhanakan (digabungkan).

2. Naïve Bayes

Sebelum membahas mengenai naïve bayes, perlunya pengetahuan tentang

peluang bersyarat. Peluang bersyarat adalah peluang terjadinya kejadian � bila

diketahui bahwa suatu kejadian telah terjadi. Peluang bersyarat dilambangkan

denagn � �| dibaca “peluang � bila terjadi”. Persamaan untuk peluang

bersyarat sebagai berikut (Walpole, 1995: 97-98).

� �| =� � ∩ � � > .

Sama halnya dengan peluang terjadinya kejadian bila diketahui bahwa

suatu kejadian � telah terjadi.

� |� =� � ∩� � � > .

Dengan mengkombinasikan persamaan (2.6) dan (2.7) maka diperoleh

� |� � � = � � ∩ = � �| �

sehingga persamaan (2.7) menjadi:

|� =� � ∩� �

(34)

Teorema Bayes memprediksi peluang di masa depan berdasarkan

pengalaman di masa sebelumnya. Pada teorema Bayes, � dijabarkan oleh kumpulan

atribut dengan adalah beberapa hipotesis, sehingga data � termasuk sebuah

kelas (Han, et al, 2012: 350). Persamaan dari teorema Bayes adalah

� |� = � �| �� � .

Keterangan :

� : Data dengan kelas yang belum diketahui

: Hipotesis data � merupakan suatu kelas khusus

� |� : Probabilitas hipotesis berdasarkan kondisi � (posterior probability)

� : Probabilitas hipotesis (prior probability)

� �| : Probabilitas � berdasarkan kondisi pada hipotesis

� � : Probabilitas �

Naïve Bayes adalah pengklasifikasian statistik yang dapat digunakan untuk

memprediksi probabilitas keanggotaan suatu class. Bayes merupakan teknik

berbasis probabilistik sederhana yang berdasar pada penerapan teorema Bayes

dengan asumsi independensi yang kuat. Dengan kata lain, dalam naïve bayes, model

yang digunakan adalah “model fitur independen” (Eko Prasetyo, 2012: 59).

Klasifikasi naïve bayes yang mengacu pada teorema Bayes di atas mempunyai

persamaan sebagai berikut

(35)

Keterangan :

� |� : Probabilitas hipotesis jika diberikan fakta atau record � (posterior

probability)

� �| : Nilai parameter yang memberikan kemungkinan yang paling besar

(likelihood)

� : Probabilitas kelas (Prior probability)

� � : Probabilitas �

Menurut Han, et al (2012: 351) proses dari pengklasifikasian naïve bayes

adalah sebagai berikut:

a. Variabel adalah kumpulan dari data dan label yang terkait dengan class.

Setiap data diwakili oleh vektor atribut -dimensi, � = � , � , … , � dengan

dibuat dari data atribut, berturut-turut, � , � , … , � .

b. Misalkan terdapat class, , , … , . Diberikan sebuah data �, kemudian

pengklasifikasian akan memprediksi � ke dalam kelompok yang memiliki

probabilitas posterior tertinggi berdasarkan kondisi �. Artinya klasifikasi naïve

bayes memprediksi bahwa � termasuk class jika dan hanya jika:

� |� > �( |�) untuk , ≠ .

Maka nilai � |� harus lebih dari �( |�) supaya diperoleh hasil akhir

� |� .

c. Ketika � � konstan untuk semua class maka hanya � �| � yang

dihitung. Jika probabilitas class prior sebelumnya tidak diketahui, maka

(36)

untuk menghitung � �| dan � �| � . Perhatikan bahwa probabilitas

class prior dapat diperkirakan oleh

� = (| , |)

| | .

dimana | , | adalah jumlah data training dari kelas dan adalah jumlah

total data training yang digunakan.

d. Apabila diberikan kumpulan data yang mempunyai banyak atribut, maka

perhitungan � �| dengan penjabaran lebih lanjut rumus Bayes tersebut

yaitu menjabarkan � � , . . . , � | menggunakan aturan perkalian, menjadi

sebagai berikut (Samuel Natalius: 2010):

� � , … , � | = � � | � � , … , � | , �

= � � | � � | , � � � , … , � | , � , �

� � , … , � | = � � | � � | , � … � � | , � , � , … , � −

Dapat dilihat bahwa hasil penjabaran tersebut menyebabkan semakin banyak

dan semakin kompleksnya faktor-faktor syarat yang mempengaruhi nilai

probabilitas, yang hampir mustahil untuk dianalisa satu-persatu. Akibatnya,

perhitungan tersebut menjadi sulit untuk dilakukan. Oleh karena itu digunakan

asumsi independensi yang sangat tinggi (naïve), bahwa masing-masing

petunjuk � , � , … , � saling bebas (independen) satu sama lain, maka

berlaku suatu kesamaan sebagai berikut (Samuel Natalius: 2010):

�(� |� ) =�(� ∩ � )�(� ) =� � �(� )

�(� ) = � � untuk ≠ , sehingga

(37)

Disimpulkan bahwa asumsi independensi naïve tersebut membuat syarat

peluang menjadi sederhana, sehingga perhitungan menjadi mungkin untuk

dilakukan. Selanjutnya, penjabaran � � , . . . , � | dapat disederhanakan

menjadi seperti berikut:

� �| = ∏ � � | = � � | ×

=

� � | × … × � � | .

Perhitungan � �| pada setiap atribut mengikuti hal-hal berikut:

1) jika � adalah kategori, maka � � | adalah jumlah data dari kelas di

yang memiliki nilai � untuk atribut � dibagi dengan | , | yaitu

jumlah data dari kelas di ,

2) jika � adalah numerik, biasanya diasumsikan memiliki distribusi Gauss

dengan rata-rata � dan standar deviasi �, didefinisikan oleh:

�, �, � = √ ��

− �−� .

sehingga diperoleh:

� � | = � , � , � .

Setelah itu akan dihitung � dan � yang merupakan rata-rata dan standar

deviasi masing-masing nilai atribut � untuk tupel training kelas .

e. � �| � dievaluasi pada setiap kelas untuk memprediksi

pengklasifikasian label kelas data � dengan menggunakan

� �| � > �(�| )�( ) untuk , ≠ .

label kelas untuk data � yang diprediksi adalah kelas jika nilai � �| �

(38)

E. Pengujian dan Evaluasi Model

Model yang didapatkan dari kedua metode decision tree C4.5 dan naïve byes

kemudian dilakukan pengujian menggunakan k-fold cross validation.

Cross-validation adalah bentuk sederhana dari teknik statistik. Jumlah fold standar untuk

memprediksi tingkat error dari data adalah dengan menggunakan 10-fold cross

validation (Witten, et al, 2011: 153).

Data yang digunakan dibagi secara acak ke dalam k subset yaitu

, , … , dengan ukuran yang sama. Dataset akan dibagi menjadi data training

dan data testing. Proses training dan testing dilakukan sebanyak k kali secara

berulang-ulang. Pada iterasi ke-i, partisi disajikan sebagai data testing dan partisi

sisanya digunakan secara bersamaan dan berurutan sebagai data training. Iterasi

kedua, subset , , … , akan dites pada , dan selanjutnya hingga (Han, et

al, 2012: 364). Gambar 2.8 berikut adalah contoh ilustrasi 4-fold cross validation.

Gambar 2.8 Ilustrasi 4-Fold Cross Validation

Berdasarkan Gambar 2.8 ditunjukkan bahwa nilai fold yang digunakan

adalah 4-fold cross validation. Berikut diberikan langkah-langkah pengujian data

(39)

a. Dataset yang digunakan dibagi menjadi 4 bagian, yaitu , , , dan . ,

= , , , digunakan sebagai data testing dan dataset lainnya sebagai data

training.

b. Tingkat akurasi dihitung pada setiap iterasi ( iterasi-1, iterasi-2, iterasi-3,

iterasi-4), kemudian dihitung rata-rata tingkat akurasi dari seluruh iterasi untuk

mendapatkan tingkat akurasi data keseluruhan.

Evaluasi hasil klasifikasi dilakukan dengan metode confusion matrix.

Confusion matrix adalah tool yang digunakan sebagai evaluasi model klasifikasi

untuk memperkirakan objek yang benar atau salah. Sebuah matrix dari prediksi

yang akan dibandingkan dengan kelas sebenarnya atau dengan kata lain berisi

informasi nilai sebenarnyadan prediksi pada klasifikasi (Gorunescu, 2011: 319).

Tabel 2.7 Tabel Confusion Matrix Dua Kelas

Clasification Predicted class

Class=Yes Class=No

Class=Yes a (true positive) b (false negative)

Class=No c (false positive) d (true negative)

Pada tabel confusion matrix di atas, true positive (TP) adalah jumlah record

positif yang diklasifikasikan sebagai positif, false positive (FP) adalah jumlah

record negatif yang diklasifikasikan sebagai positif, false negatives (FN) adalah

jumlah record positif yang diklasifikasikan sebagai negatif, true negatives (TN)

adalah jumlah record negatif yang diklasifikasikan sebagai negatif. Setelah data uji

diklasifikasikan maka akan didapatkan confusion matrix sehingga dapat dihitung

(40)

Sensitivitas adalah proporsi dari class=yes yang teridentifikasi dengan

benar. Spesifisitas adalah proporsi dari class=no yang teridentifikasi dengan benar.

Contohnya dalam klasifikasi pelanggan komputer dimana class=yes adalah

pelanggan yang membeli computer sedangkan class=no adalah pelanggan yang

tidak membeli komputer. Dihasilkan sensitivitas sebesar 95%, artinya ketika

dilakukan uji klasifikasi pada pelanggan yang membeli, maka pelanggan tersebut

berpeluang 95% dinyatakan positive (membeli komputer). Apabila dihasilkan

spesifisitas sebesar 85%, artinya ketika dilakukan uji klasifikasi pada pelanggan

yang tidak membeli, maka pelanggan tersebut berpeluang 95% dinyatakan negative

(tidak membeli).

Rumus untuk menghitung akurasi, spesifisitas, dan sensitivitas pada

confusion matrix adalah sebagai berikut (Gorunescu, 2011: 319)

� = � + � + � + � =� + � + + + .+

= � + � = + .

= � + � = + .

F. Waikato Environment for Knowledge (WEKA)

The Waikato Environment for Knowledge Analysis (WEKA) adalah sebuah

sistem data mining open source yang berbasis java. Sistem ini dikembangkan oleh

Universitas Waikato di Selandia Baru dan merupakan perangkat lunak free yang

tersedia di bawah GNU (General Public License). WEKA menyediakan dukungan

yang luas untuk seluruh proses data mining mulai dari menyiapkan data masukkan,

(41)

pembelajaran. Metode atau teknik yang digunakan pada WEKA adalah Predictive

dan Descriptive karena sistem ini mendukung teknik-teknik data preprocessing,

clustering, classification, regression, visualization, dan feature Reduction. (Witten,

et all, 2011: 403-404 ).

Gambar 2.9 Tampilan Awal GUI WEKA

WEKA mulai dikembangkan sejak tahun 1994 dan telah menjadi software

data mining open source yang paling popular. WEKA mempunyai kelebihan seperti

mempunyai banyak algoritma data mining dan machine learning, kemudahan

dalam penggunaannya, selalu up-to-date dengan algoritma-algoritma yang baru.

Software WEKA tidak hanya digunakan untuk akademik saja namun cukup banyak

dipakaioleh perusahaan untuk meramalkan bisnis dari suatu perusahaan.

WEKA mendukung beberapa format file untuk inputnya, yaitu:

1. Comma Separated Values (CSV): Merupakan file teks dengan pemisah

tanda koma (,) yang cukup umum digunakan. File ini dapat dibuat dengan

menggunakan Microsoft Excel atau membuat sendiri dengan menggunakan

(42)

2. Format C45: Merupakan format file yang dapat diakses dengan

menggunakan aplikasi WEKA.

3. Attribute-Relation File Format (ARFF): Merupakan tipe file teks yang

berisi berbagai instance data yang berhubungan dengan suatu set atribut

data yang dideskripsikan serta di dalam file tersebut.

4. SQL Server/ MySql Server: Dapat mengakses database dengan

menggunakan SQL Server/MySql Server.

Beberapa menu dalam tampilan WEKA, diantaranya yaitu

1. Explorer, menu ini memberikan akses untuk semua fasilitas yang

menggunakan pilihan menu dan pengisian data. Pada menu ini terdapat

enam sub-menu pada bagian atas window, sub-menu tersebut yaitu:

a. Preprocess, proses pemilihan dataset yang akan diolah pemilihan filter,

b. Classify, terdapat berbagai macam teknik klasifikasi dan evaluasinya

yang digunakan untuk mengolah data,

c. Cluster, terdapat berbagai macam teknik cluster yang dapat digunakan

untuk mengolah data,

d. Associate, terdapat berbagai macam teknik association rules yang dapat

digunakan untuk mengolah data,

e. Select Atribut, proses pemilihan aspek yang mempunyai hubungan

paling relevan pada data,

f. Visualize, proses menampilan berbagai plot dua dimensi yang dibentuk

(43)

2. Experimenter, menu ini digunakan untuk mengatur percobaan dalam skala

besar, dimulai dari running, penyelesaian, dan menganalisis data secara

statistik.

3. Knowledge Flow, pada tampilan menu ini, pengguna memilih komponen

WEKA dari toolbar untuk memproses dan menganalisis data serta

memberikan alternatif pada menu Explorer untuk kondisi aliran data yang

melewati sistem. Selain itu, Knowledge Flow juga berfungsi untuk

memberikan model dan pengaturan untuk mengolahan data yang tidak bisa

dilakukan oleh Explorer.

4. Simple CLI, menu yang menggunakan tampilan command-line. Menu ini

menggunakan tampilan command-line untuk menjalankan class di weka.jar,

dimana langkah pertama variabel Classpath dijelaskan di file Readme.

Pada sub-menu klsifikasi WEKA terdapat test options yang digunakan

untuk menguji kinerja model klasifikasi. Ada empat model tes yaitu:

1. Use training set

Pengetesan dilakukan dengan menggunakan data training itu sendiri.

Akurasi akan sangat tinggi, tetapi tidak memberikan estimasi akurasi yang

sebenarnya terhadap data yang lain (data yang tidak dipakai untuk training).

2. Supplied test set

Pengetesan dilakukan dengan menggunakan data lain (file training dan

testing tersedia secara terpisah). Dengan menggunakan option inilah bisa

dilakukan prediksi pada data tes.

(44)

Pada cross-validation, akan ada pilihan banyaknya fold yang akan

digunakan. Nilai default-nya yaitu 10.

4. Percentage split

Hasil klasifikasi akan dites menggunakan k% dari data tersebut, dimana k

adalah proporsi dari dataset yang digunakan untuk data training. Persentase

di kolom adalah bagian dari data yang dipakai sebagai training set. Pada

option ini data training dan testing terdapat dalam satu file.

G. Penelitian yang Relevan

Penelitian tentang data mining dengan menggunakan berbagai algoritma

pada analisis bidang keuangan telah banyak dilakukan khususnya untuk analisis

klasifikasi kredit. Beberapa diantaranya yang mendukung penelitian ini dengan

variabel dan metode penelitian yang berkaitan.

Penelitian yang dilakukan oleh Yogi Yusuf, dkk dalam jurnal “Evaluasi

Pemohon Kredit Mobil di PT X dengan menggunakan Teknik Data Mining Decision

Tree”. Penelitian ini menggunakan model credit scoring dengan algoritma C5.0

kredit mobil dengan teknik decision tree dan bantuan software Celementine. Atribut

yang digunakan ada 8 yaitu penghasilan, cicilan per bulan, uang muka, jumlah

periode pinjaman, rekening tabungan, umur, rekening tagihan telepon, rekening

tagihan listrik, dan atribut label kelas. Jumlah sampel yang digunakan sebanyak 750

record. Data dibagi menjadi 60% sebagai data training dan 40% sebagai data

testing. Dari penelitian tersebut dapat diketahui bahwa terdapat 148 record

(79,57%) yang memiliki hasil validasi yang benar dari 186 sampel. Sedangkan

(45)

yang memiliki perbedaan antara hasil prediksi dan aktual. Hasil prediksi juga

menunjukkan bahwa sebesar 19,4 % yang semula diprediksi memiliki status kredit

lancar ternyata memiliki status kredit macet. Tingkat akurasi keseluruhan dari

model yang dibangun sebesar 79,57%.

Penelitian yang dilakukan oleh Claudia Clarentia Ciptohartono dalam jurnal

skripsi “Algoritma Klasifikasi Naïve Bayes untuk Menilai Kelayakan Kredit”.

Penelitian ini menggunakan algoritma naïve bayes dan software bantu Rapid Miner

untuk menentukan nilai kelayakan kredit konsumen dari perusahaan BCA Finance

Jakarta 2013. Data awal penelitian berjumlah 682 data dan 20 atribut, setelah tahap

preprocessing menjadi 682 data dan 16 atribut. Pada penelitian ini digunakan

metode cross validation untuk mengukur kinerja algoritma yang digunakan,

diketahui nilai akurasi sebelum preprocessing sebesar 85,57% dan setelah

preprocessing sebesar 92,53% .

Penelitian yang dilakukan oleh Rina Fiati dalam jurnal “Model Klasifikasi

Kelayakan Kredit Koperasi Karyawan Berbasis Decision Tree”. Pada penelitian ini

menggunakan algoritma decision tree dan bantuan software RapidMiner. Atribut

yang digunakan ada 6 yaitu nomor anggota, bagian, golongan, masa keanggotaan,

status marital, dan status pinjaman. Jumlah data yang digunakan ada 584 record,

perhitungan manual nilai gain menggunakan data sampel yaitu 10 record. Tingkat

akurasi decision tree untuk data dari koperasi karyawan PT Nojorono Tobacco

International sebesar 92,28%. Berdasakan model klasifikasi yang telah diperoleh

pada penelitian ini, penentuan kelayakan kredit koperasi karyawan adalah dengan

(46)

BAB III PEMBAHASAN

A. Sumber Data

Sumber data diperoleh dari Koperasi X yang terdiri dari 3 file excel

peminjam dengan jaminan sertifikat tanah, tunjuk, dan Buku Pemilik Kendaraan

Bermotor (BPKB) serta 25 file excel laporan nominatif pinjaman perbulan dimana

setiap file mewakili satu bulan. Data peminjam adalah data mengenai status

peminjam, pendapatan keluarga, pengeluaran keluarga, usaha, tempat tinggal,

agunan, dan info-info lain yang mencakup 5C yang digunakan sebagai

pertimbangan pemberian kredit. Data laporan nominatif pinjaman perbulan adalah

data mengenai besar pinjaman, sisa pinjaman, bunga, angsuran, kolektibilitas, dan

info-info lain yang berkaitan dengan angsuran perbulan. Rentang waktu dari data

peminjam adalah Januari 2011 - Maret 2016 dan rentang waktu pada data laporan

nominatif pinjaman perbulan adalah Januari 2014 - Maret 2016. Daftar atribut pada

kedua data dapat dilihat pada lampiran 1.

Data yang digunakan adalah data peminjam yang telah melunasi pinjaman

dan peminjam yang bermasalah. Pengumpulan data dilakukan secara manual yaitu

pada data laporan nominatif pinjaman perbulan dipilih data yang mempunyai nilai

bakidebet 0 artinya peminjam telah melunasi pinjaman dan data yang mempunyai

nilai kolektibilitas 2-4 artinya peminjam bermasalah dalam mengangsur pinjaman.

Hasil pemilihan pada data laporan nominatif pinjaman perbulan tersebut kemudian

dihubungkan dengan file peminjam dengan primary key yaitu No.Anggota

(47)

Pada data peminjam dan data laporan nominatif pinjaman perbulan tidak

semua atribut digunakan. Atribut yang digunakan pada data peminjam adalah

sebagai berikut:

a. No.Anggota digunakan sebagai primary key,

b. pekerjaan adalah pekerjaan peminjam ketika melakukan permohonan

pinjaman,

c. No KTP adalah Nomer Kartu Tanda Kependudukan peminjam,

d. pekerjaan istri/suami adalah pekerjaan suami atau istri peminjam ketika

melakukan permohonan pinjaman,

e. pendapatan keluarga adalah jumlah pendapatan peminjam ditambah dengan

jumlah pendapatan suami atau istri peminjam,

f. pengeluaran keluarga adalah jumlah pengeluaran keluarga perbulan untuk

memenuhi kebutuhan hidup,

g. pinjaman adalah besar pinjaman yang dilakukan,

h. kemampuan angsuran adalah kemampuan peminjam untuk mengangsur,

i. jangka waktu adalah jumlah waktu untuk mengembalikan pinjaman,

j. agunan adalah jaminan yang diberikan oleh peminjam,

k. status agunan adalah status kepemilikan jaminan,

l. nilai jaminan adalah besar nominal uang yang setara dengan jaminan,

m. tujuan adalah tujuan digunakannya dana pinjaman,

n. tanggal peminjaman adalah tanggal dimana peminjam melakukan pinjaman.

Atribut yang digunakan pada data laporan nominatif pinjaman perbulan

(48)

a. No.Anggota digunakan sebagai primary key,

b. kolektibilitas adalah status kelancaran peminjam dalam mengangsur

pinjaman.

Atribut-atribut lain yang tidak digunakan adalah atribut yang telah terwakili

oleh atribut yang digunakan, atribut yang tidak ada kaitannya dengan

pengklasifikasian, atribut yang nilainya terlalu beragam, dan atribut yang sering

tidak mempunyai isian, sehingga atribut tersebut tidak diperlukan pada penelitian

ini. Contoh data yang telah dikumpulkan dapat dilihat pada lampiran 2. Setelah data

lengkap maka tahap selanjutnya mempersiapkan data tersebut untuk proses data

mining yaitu preprocessing yang terdiri dari Data Cleaning, Data Integration, Data

Selection, Data Transformation.

B. Pembersihan Data (Data Cleaning) dan Integrasi Data (Data Integration) Preprocessing data yang dilakukan setelah data lengkap adalah

pembersihan data. Masih adanya data yang tidak memiliki kelengkapan atribut

dapat mengakibatkan hasil dari proses mining tidak baik atau memungkinkan

adanya noise. Oleh karena itu perlunya preprocessing pembersihan data.

Pembersihan data dilakukan terhadap data yang tidak memiliki kelengkapan atribut

dengan cara menghapus data tersebut.

Dari 1.076 dataset dilakukan penghapusan pada 97 dataset dengan rincian

sebagai berikut:

1. Data yang tidak mempunyai kelengkapan atribut pekerjaan sebanyak 1.

(49)

3. Data yang tidak mempunyai kelengkapan atribut pekerjaan suami/istri

sebanyak 54.

4. Data yang tidak mempunyai kelengkapan atribut pengeluaran keluarga

sebanayak 1.

5. Data yang tidak mempunyai kelengkapan atribut kemampuan angsuran

sebanyak 10.

6. Data yang tidak mempunyai kelengkapan atribut status agunan sebanyak 2.

7. Data yang tidak mempunyai kelengkapan atribut Nilai jaminan sebanyak 19.

8. Data yang tidak mempunyai kelengkapan atribut tujuan sebanyak 2.

9. Data yang tidak mempunyai kelengkapan atribut kolektibilitas sebanyak 1.

Setelah proses pembersihan data, jumlah data menjadi 979 dataset yang

kemudian dilanjutkan dengan proses integrasi data.

Integrasi data pada penelitian ini dilakukan pada awal ketika pemilihan

data-data yang diperlukan dan penghubungan data-data laporan nominatif pinjaman perbulan

dengan data peminjam menggunakan primary key yaitu No.Anggota yang

kemudian disimpan dalam satu file. Selain itu, integrasi data juga dilakukan dengan

penggantian atribut No.KTP dan tanggal peminjaman menjadi atribut umur. Atribut

umur tersebut dapat diidentifikasi melalui tahun peminjaman dikurangi dengan

tahun lahir peminjam. Tahun lahir peminjam dapat diidentifikasi melalui karakter

(50)

C. Seleksi Data (Data Selection) dan Transformasi Data (Data Transformation)

Seleksi data yang dilakukan adalah penghapusan atribut No.Anggota dan

penghapusan atribut-atribut yang tidak digunakan dalam analisis seperti nama,

alamat, nomer telepon, uraian usaha, dan lain-lain. Sehingga atribut-atribut yang

digunakan untuk analisis klasifikasi adalah pekerjaan, umur, pekerjaan istri/suami,

pendapatan keluarga, pengeluaran keluarga, pinjaman, kemampuan angsuran,

jangka waktu, agunan, status agunan, nilai jaminan, tujuan, dan kolektibilitas.

Setelah dilakukan tahap pembersihan data, integrasi data, dan seleksi data,

selanjutnya dilakukan tahap transformasi data. Transformasi data yang dilakukan

pada penelitian ini adalah pengubahan tipe data ke dalam format yang sesuai

sehingga siap untuk diproses menggunakan metode decision tree C4.5 dan naïve

bayes.

Transformasi data dilakukan pada data yang bertipe numerik menjadi

interval, diantaranya dilakukan pada beberapa atribut. Hasil transformasi dapat

dilihat pada Tabel 3.1-3.7.

Tabel 3.1 Transformasi Atribut Umur

Umur (tahun)

Sebelum Transformasi Sesudah Transformasi

27 30 U1

48 30-39 U2

68 40-49 U3

58 50-59 U4

(51)

Tabel 3.2 Transformasi Atribut Pendapatan Keluarga

Pendapatan Kel

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan uji hipotesis, hasil dari penelitian ini adalah lingkungan kerja, stres kerja dan motivasi kerja berpengaruh terhadap loyalitas karyawan.. Kata Kunci:

Pasalnya, bantuan-bantuan yang datang setelah air surut hanya diterima oleh warga yang tinggal di kompleks perumahan TNI dan sekitarnya (mengingat lokasi terparah seperti

Permasalahan lain ialah bagaimana pandangan dan sikap pengarang melihat realitas sosial dan politik di Indonesia pada zaman Penduduk Jepang dalam novel yang

Melalui penelitian ini terbukti dua hal, pertama bahwa penerapan kebijakan moratorium TAPS tidak hanya berdampak positif terhadap menurunya pajanan iklan rokok ke

Menurut F memberikan pendidikan agama bagi anak sangat penting baik itu di sekolah maupun dirumah.Dalam mendidik anak ,F dibantu oleh orang tuanya, karena

Tentang Badan-Badan Pembantu Majelis, Malang: GKJW, 1996.. 3  Madura meski mereka bukan etnis Madura. Mayoritas penduduknya beragama Islam, sebagian kecil di antaranya bergama

Melalui setiap proses tahapan yang sudah dilakukan dan juga melalui proses validasi desain oleh pakar dan pengujian produk oleh user maka dapat disimpulkan bahwa sistem informasi

Penelitian ini melakukan klasifikasi analisis sentimen menggunakan tiga metode yaitu Naive Bayes, KNN, dan Decision Tree dalam menentukan persepsi mahasiswa tentang