PERNYATAAN
Yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Taregan Wahyu Apriyanto
NIM : 12413244015
Jurusan : Pendidikan Sosiologi
Fakultas : Ilmu Sosial
Judul Skripsi : Dampak Pola Pengasuhan Anak Tipe Authoritative terhadap
Peningkatan Kasus MBA (Married By Accident) di dalam Kompleks
Perumahan Militer Korem 072/ Pamungkas
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi ini benar-benar merupakan
karya penulis. Sepanjang pengetahuan penulis, skripsi ini tidak berisi materi yang
pernah ditulis orang lain atau digunakan sebagai persyaratan penyelesaian studi di
perguruan tinggi lain, kecuali di bagian-bagian tertentu yang penulis gunakan sebagai
sumber penulisan.
Pernyataaan ini dibuat oleh penulis dengan sungguh-sungguh dan penuh
kesadaran. Apabila dikemudian hari ternyata tidak benar, maka sepenuhnya menjadi
tanggung jawab penulis.
Yogyakarta, Februari 2016
Penulis
Motto
Only God Can Judge Me
(Penulis)
Taste is A Part Of My Life
(Penulis)
Se m a m pu, Se a k a n, Se m a nga t , Pe rsa ha ba t a n
(Penulis)
Hidup Adalah sebuah proses perjuangan untuk mempertahankan sebuah argumen,
benar dan salah tergantung pada seberapa banyak orang yang percaya akan
argumen kita
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan karya kecil ini untuk :
Ibukku tercinta, terimakasih atas kesabarannya serta
kasih dan sayang untuk selama ini, tak pernah lupa
Selalu memberikan kesempatan dan menghargai segala
sesuatu yang ada pada diriku untuk kukembangkan
potensi yang ada dalam diriku ini.
Kubingkiskan karya ini untuk:
Keluarga yang selalu ada dan menyediakan tempat bagi diriku
untuk memberikan sesuatu yang berarti dan takkan pernah
ternilai.
Sahabat-sahabatku yang selalu ada dan selalu menyediakan
keceriaan yang takkan pernah berakhir hingga pada waktunya
nanti, love you gaes…
Seorang Dokter disana yang selalu ada dan memberikan sesuatu
DAMPAK POLA PENGASUHAN ANAK TIPE AUTHORITATIVE TERHADAP PENINGKATAN KASUS MBA (MARRIED BY ACCIDENT) DI DALAM KOMPLEKS PERUMAHAN MILITER KOREM 072/ PAMUNGKAS
Oleh:
Taregan Wahyu A. 12413244015
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi seorang anak dalam melakukan fenomena peningkatan kasus MBA (Married By Accident) dan untuk mengetahui alasan mengapa pola asuh anak tipe authoritative menimbulkan peningkatan kasus MBA (Married By Accident) di dalam kompleks Perumahan Militer Korem 072/ Pamungkas, serta untuk mengetahui dampak apa saja yang ditimbulkan bagi seorang anak setelah melakukan tindakan tersebut dalam kehidupannya. Fokus pada penelitian ini adalah pola asuh authoritative yang diterapkan, mengetahui faktor-faktor apa saja yang melatar belakangi peningkatan perilaku MBA (Married By Accident), serta mengetahui kehidupan lebih lanjut pada anak-anak pelaku serta hubungan yang ada.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Pemilihan informan dalam penelitian ini dilakukan menggunakan teknik purposive sampling. Informan penelitian ini adalah anak-anak pelaku MBA (Married By Accident) di dalam lingkungan Kompleks Perumahan Militer Korem 072/ Pamungkas. Jenis data dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Teknik penggumpulan data penelitian dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik keabsahan data dilakukan dengan cara triangulasi. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis kualitatif model interaktif sebagaimana diajukan oleh Miles dan Huberman, yang meliputi pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor yang memengaruhi peningkatan perilaku MBA ( Married By Accident) adalah faktor pola pengasuhan anak tipe authoritative serta faktor lingkungan sekitar yang mendukung untuk melakukan perilaku tersebut. Pola pengasuhan anak disana menimbulkan perilaku MBA ( Married By Accident) dikarenakan pada tataran orang tua yang menerapkan disiplin keras serta memberikan aturan-aturan yang tidak boleh dilanggar untuk anak perempuannya. Dampak yang ditimbulkan dari keputusan yang diambil anak-anak pelaku MBA ( Married By Accident) mendapatkan berbagai bentuk respon mulai dari bentuk diskriminasi dari keluarga maupun lingkungan sekitar, akan tetapi mereka membuktikan bahwa mereka mampu untuk membangun keluarga kecil mereka dikemudian hari.
Kata Kunci: Pola Pengasuhan Anak Authoritative, Keluarga Militer Korem 072/
KATA PENGANTAR
Segala puji serta syukur yang terlimpah hanyalah untuk Tuhan Yang Maha
Esa yang telah melimpahkan serta memberikan nikmat dan kasih sayang-Nya
sehingga akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan. Tiada kemudahan yang datang
selain karena atas izin-Nya.
Tugas akhir ini disusun sebagai salah satu syarat dalam memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan dalam Jurusan Pendidikan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Yogyakarta. Oleh karena itu, pada kesempatan ini peneliti ingin
menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada
pihak-pihak yang turut serta membantu penyelesaian tugas akhir ini. Pihak-pihak
tersebut ialah:
1. Prof. Dr. H. Rochmat Wahab, M.Pd., M.A., Rektor Universitas Negeri
Yogyakarta yang secara tidak langsung telah membantu dalam berbagai
kepentingan yang berhubungan dengan kuliah.
2. Prof. Dr. Ajat Sudrajat M.Ag., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial Universitas
Negeri Yogyakarta, yang telah berkenan memberikan fasilitas dan sarana
dalam kelancaran dan penyelesaian studi penulis.
3. Bapak Grendi Hendrastomo, M.M., M.A., selaku Ketua Jurusan Pendidikan
4. Ibu V. Indah Sri Pinasti, M.Si. selaku dosen pembimbing yang senantiasa
dengan sabar memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis.
5. Ibu Puji Lestari M.Hum. selaku narasumber dan penguji utama serta
pembimbing akademik yang telah memberikan masukan dan saran yang
sangat berarti guna kesempurnaan penulisan skripsi ini.
6. Ibu Nur Hidayah M.Si. selaku ketua penguji yang telah memberikan arahan
yang sangat berarti bagi penulis.
7. Ibu Prof. Dr Farida Hanum, M.Si. yang telah menjadi tokoh inspiratif dalam
kehidupan penulis tentang sosok aktivis gender dalam kehidupan, karena
beliaulah saya mulai mengenal dan berani untuk memberikan sesuatu tentang
konteks kesetaraan gender.
8. Para Dosen Jurusan Pendidikan Sosiologi yang sangat berjasa dalam
memberikan bekal ilmu, wawasan dan pengetahuan yang sangat luas.
9. Masyarakat Kompleks Perumahan Korem 072/ Pamungkas yang telah
membantu dan menyediakan kesempatan dalam keberlangsungan penulisan
skripsi ini.
10. Para sahabat khususnya untuk Jurusan Pendidikan Sosiologi 2012 yang selalu
ada dan memberikan kesan dan pesan yang takkan pernah terlupakan.
11. Para keluarga, sahabat dan teman-teman yang selalu memberi dukungan,
motivasi dan doanya.
12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terimakasih untuk doa,
Akhir kata, peneliti menyadari dengan segala keterbatasan pengetahuan
bahwa tugas akhir skripsi ini tentunya masih banyak terdapat kekurangan dan
kesalahan serta jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapakan
kritik dan saran dari para pembaca demi penyempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi
ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.
Yogyakarta, Februari 2016
Penulis,
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERNYATAAN ... iv
MOTTO ... v
PERSEMBAHAN ... vi
ABSTRAK ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR BAGAN ... xiv
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... vii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 4
C. Batasan Masalah ... 5
D. Rumusan Masalah ... 5
E. Tujuan Penelitian ... 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERFIKIR ... 10
A. Kajian Pustaka... 10
1. Tinjauan Tentang Keluarga ... 10
2. Tinjauan Tentang Pola Asuh ... 12
3. Tinjauan Tentang MBA (Married By Accident) ... 15
4. Tinjauan Tentang Penyimpangan Sosial ... 16
5. Pola Asuh Orang Tua Dalam Perspektif Sosiologi ... 17
B. Penelitian yang Relevan ... 21
C. Kerangka Berfikir ... 26
BAB III METODE PENELITIAN ... 32
A. Tempat Penelitian ... 33
B. Waktu Penelitian ... 33
C. Bentuk Penelitian ... 33
D. Sumber dan Jenis Data ... 34
E. Teknik Pengumpulan Data ... 35
F. Instrument Penelitian ... 37
G. Teknik Pemilihan Informan/ Sampling ... 38
H. Validitas Data ... 39
I. Teknik Analisis Data ... 41
BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS ... 44
A. Deskripsi Wilayah Penelitian ... 44
B. Deskripsi Umum Informan ... 48
BAB V PENUTUP ... 80
A. Kesimpulan ... 80
B. Saran... 83
DAFTAR PUSTAKA ... 85
DAFTAR BAGAN
Bagan 1 Bagan Stimulus dan Respon ... 23
Bagan 2 Kerangka Pikir ... 31
Bagan 3 Bagan Analisis Data ... 41
Bagan 4 Skema Pola Penerapan Disiplin Keras Pada Anak ... 61
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1: Peta Wilayah Perumahan Militer Korem 072/Pamungkas ... 119
Gambar 2: Denah Lokasi Perumahan Korem 072/ Pamungkas ... 120
Gambar 3: Wawancara Dengan narasumber Dw1 ... 121
Gambar 4: Narasumber El ... 121
Gambar 5: Wawancara Dengan Narasumber Dw2 ... 122
Gambar 6: Wawancara Dengan Narasumber Id ... 122
Gambar 7: Potret Keceriaan Anak Narasumber Dw1 ... 123
Gambar 8: Potret Keceriaan Anak Narasumber Dw2 ... 123
DAFTAR TABEL
Table 1: Data Peningkatan Pelaku MBA ... 70
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1: Pedoman Observasi ... 89
Lampiran 2: Pedoman Wawancara ... 93
Lampiran 3: Daftar Koding ... 95
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Anak adalah manusia yang masih kecil dan berasal dari sesuatu atau
dilahirkan (Poerwadarminta, 1984: 38). Anak merupakan sebuah titipan dan
anugerah dari sang Ilahi yang harus disyukuri. Dimana setiap sisi dan segi
kedudukan orang tua akan bertanggung jawab atas segala bentuk
perkembangan yang dilalui oleh seorang anak. keluarga menjadi tempat
pertama dan utama bagi sang anak untuk menumbuhkan serta
mengembangkan segala bentuk potensi yang ada pada diri seorang anak. dari
segi dan sisi afeksi tentu keluarga mengambil peran yang dominan serta
penting bagi tumbuh kembang seorang anak, hal ini didasari pada pola
pengasuhan seperti apa dan bagaimana pola pengasuhan tersebut untuk
diterapkan dan diaplikasikan dalam keluarganya.
Anak dalam sebuah keluarga memiliki sebuah problematika yang
mana menjadi sisi beban dan tanggungan bagi dirinya untuk tetap dan terus
memberikan sesuatu bagi dirinya maupun bagi keluarganya. Namun disisi lain
pergaulan anak yang semakin modern disertai kebebasan berekspresi,
membuat para orang tua melakukan tindakan preventif dengan berbagai cara
pencegahan baik secara ekstrim maupun perlahan, itu semua tak lepas untuk
merubah pola pengasuhan anak, salah satunya yang dipilih dan dianggap baik
oleh sebagian orang tua tidaklah pas dirasakan oleh para anak-anak mereka
yang sedang tumbuh dan berkembang menuju masa transisi dari remaja
menuju ke tahap selanjutnya yaitu tahap dewasa. Dimana setiap anak dituntut
secara biologis untuk mempunyai rasa kasih dan sayang yang ingin
diungkapkan dan diekspresikan, namun menurut sebagian orang tua cara itu
tidaklah tepat. Karena mereka menilai pada masa remaja adalah masa yang
rapuh dan rawan, lingkungan sekitar yang tak mendukung pada tahapan ini,
dianggap akan menjerumuskan seorang anak menuju hal-hal yang tidak
diinginkan.
Perilaku orang tua dengan cara membatasi seorang anak dalam hal ini
anak perempuan, dari segi pergaulan maupun tingkat pertemanan menjadikan
anak-anak perempuan merasa tertekan dan mendapat sebuah kungkungan
yang seolah menjadi pagar besi yang tak dapat diubah dan dihilangkan dalam
hidupnya. Ketimpangan ini memang banyak terjadi dan marak di dalam
perumahan korem 072/ Pamungkas, dimana latar belakang orang tua yang
basicnya adalah militer, banyak yang masih menilai bahwa masa remaja
adalah hal yang rawan dan tak pantas seorang anak untuk berpacaran. Tentu
tak semua anak yang dianggap rawan, namun hanya pada tataran anak
perempuan saja yang dididik dengan sedikit ekstrim dengan tidak
membolehkan pacaran dengan alasan yang tidak logis bagi diri anak-anaknya.
dikekang dalam pergaulanya adalah anak perempuan. Karena menurut para
orang tua di sini lebih membebaskan dan memberikan kesempatan yang lebih
untuk anak laki-laki mereka. Dalam hal ini, anak laki-laki dalam kompleks
lingkup militer diproyeksikan untuk meneruskan karir sang ayah ketika beliau
lengser. Sedangkan untuk anak perempuan hanya selalu dipingit dan
dipersiapkan untuk menjadi seorang jodoh yang kriterianya kebanyakan
adalah tentara. Hal inilah yang mungkin juga mendasari orang tua di sini
menggunakan pola pengasuhan authoritative kepada anak-anak perempuan
mereka. Sehingga mereka merasa didiskriminasi dan melakukan
pemberontakan dengan berpacaran secara sembunyi-sembunyi dan pada
akhirnya mencoba membuktikan pada dirinya bahwa tidak boleh dikekang.
dengan melakukan tindakan yang tak diduga oleh para orang tuanya, mereka
seakan memberontak dengan tindakan tersebut, tak ayal para orang tua pun
merasa gagal mendidik mereka, namun bagi para anak-anak perempuan inilah
bentuk aktualisasi pada diri mereka. Inilah yang mendasari kenapa peneliti
ingin menelisik lebih lanjut apa alasan mereka melakukan hal tersebut, dan
mungkin pula dampak yang ditimbulkan bagi kehidupannya serta orang tua
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang dapat
diidentifikasi antara lain:
1. Kebebasan ataupun pergaulan seorang anak perempuan dalam kasus di sana
dibatasi dan selalu diprotek dengan begitu saklek.
2. Rasa kebanggaan orang tua kepada anak laki-laki yang dianggap sebagai lebih
dari segi meneruskan karir sang ayah, serta bentuk subordinasi pada anak
perempuan yang dianggap hanya sebagai beban keluarga.
3. Pola pengasuhan anak yang timpang terhadap gender (antara laki-laki dan
perempuan ) tidak seimbang dan adil.
4. Bentuk pola pengasuhan anak tipe Authoritative yang diaplikasikan di sana
membuat seorang anak perempuan menjadi diri yang terbatasi dalam segala
bentuk aktualisasi dirinya.
5. Peningkatan kasus MBA (Married By Accident) yang didasari sebagai bentuk
C. Batasan Masalah
Dalam penelitian ini peneliti ingin memberi batasan cakupan karena
bahasan yang luas dan terlalu kompleks, peneliti membatasi permasalahan dan
fokus penelitian pada poin:
1. Melihat bagaimana dampak yang ditimbulkan dari pola asuh tipe authoritative
terhadap peningkatan kasus Married By Accident (MBA) dalam lingkup
perumahan korem 072/ pamungkas.
2. Mencari alasan dan menguraikan tentang pola pengasuhan anak tipe
Authoritatve terhadap peningkatan kasus Married By Accident (MBA) dalam
lingkup perumahan korem 072/ pamungkas.
3. Melihat dan menelisik apakah alasan dan akibat yang ditimbulkan dari
permasalahan yang ada.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas maka dapat dirumuskan rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Apa saja faktor yang memengaruhi peningkatan kasus MBA (Married By
2. Mengapa pola pengasuhan anak tipe authoritative berdampak terhadap
peningkatan kasus MBA (Married By Accident) di dalam Kompleks
Perumahan Militer 072/ Pamungkas?
3. Dampak apa saja yang ditimbulkan bagi seorang anak pelaku fenomena MBA
MBA (Married By Accident) tersebut?
E. Tujuan Masalah
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai
oleh peneliti dalam penelitian ini yaitu:
1. Untuk mengetahui apa saja faktor – faktor yang memengaruhi seorang
anak dalam melakukan fenomena peningkatan kasus MBA (Married
By Accident) di dalam kompleks perumahan Militer Korem 072/
Pamungkas.
2. Untuk mengetahui alasan kenapa pola asuh anak tipe Authoritative
menimbulkan peningkatan kasus MBA (Married By Accident) di
dalam kompleks perumahan Militer Korem 072/ Pamungkas.
3. Untuk mengetahui dampak apa saja yang ditimbulkan bagi seorang
anak setelah melakukan tindakan MBA (Married By Accident) pada
F. Manfaat Penelitian
Penelitian di sini dapat dijadikan sebuah rujukan dan mencari argumen
yang pasti tentang penyebab dan alasan yang jelas tentang mengapa pola asuh
anak tipe authoritative berdampak pada peningkatan kasus Married By
Accident (MBA) dalam lingkup Perumahan Korem 072/ Pamungkas. Selain
itu peneliti juga ingin menghadirkan sebuah fakta yang mana ini memang
harus dijadikan sebuah refleksi nyata khususnya untuk para orang tua dan
calon orang tua dalam pendidikan dan pola asuh anak dalam sebuah keluarga.
Dalam penelitian ini pula peneliti ingin memberikan sedikit pengertian
tentang mengapa pola pengasuhan tipe authoritative berdampak pada
peningkatan kasus MBA (Married By Accidend) dalam lingkup perumahan
militer Korem 072/ Pamungkas. Selain itu peneliti juga ingin memberikan
sedikit pencerahan kepada orang tua dan calon orang tua agar mereka
menjadikan fenomena ini sebagai sebuah refleksi dan pertimbangan dalam
mendidik anak dalam sebuah keluarga, baik dalam konteks ini seorang anak
dipandang sama dan tanpa harus menghadirkan dan menyajikan sebuah
klausal tentang perbedaan jenis kelamin yang ada. Seorang anak hendaknya
dianggap sebagai sebuah anugerah yang diberikan dari RabbNya untuk dijaga
dan dididik dengan baik tanpa satu alasan yang mana menghambat
Penelitian ini memiliki manfaat baik secara teoritis maupun praktis
diantaranya sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Secara khusus, penelitian ini diharapkan dapat memberikan
konstribusi dan dapat memperkuat teori-teori yang erat
kaitannya dengan kajian Sosiologi terkhusus mengenai kajian
Sosiologi Keluarga, yaitu keluarga, pola asuh anak, dampak
pola asuh anak yang diterapkan.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Mahasiswa
Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi bagi
peneliti lain untuk melakukan penelitian lain yang
bertema sama dengan penelitian ini.
b. Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan
pertimbangan bagi masyarakat dalam membina
keluarganya sehingga ada pertimbangan dan wawasan
baru dalam mendidik anak yang ada kaitannya dengan
c. Bagi Universitas Negeri Yogyakarta
Penelitian ini diharapakan dapat menjadi sumber
informasi bagi warga Universitas Negeri Yogyakarta
mengenai pola asuh orang tua dalam keluarga terhadap
anak yang terkait dengan bidang pendidikan.
d. Bagi Pemerintah
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
terkait sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan
keputusan yang terkait dengan hak-hak anak serta
kesejahteraan sebuah keluarga dari segi dan sisi
keadilan kesetaraan baik untuk laki-laki dan
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERFIKIR
A. Kajian Pustaka
1. Tinjauan Tentang Keluarga
Keluarga adalah sebuah unit terkecil yang ada di dalam masyarakat.
Dalam hal ini keluarga merupakan sebuah tempat dimana individu
mengenal individu lain untuk pertama kalinya dan mempelajari kodratnya
sebagai makhluk sosial. Dalam sebuah literature disebutkan bahwa,
Horton mengemukakan bahwa keluarga adalah suatu kelompok
kekerabatan yang menyelenggarakan pemeliharaan anak dan kebutuhan
manusiawi tertentu lainnya. keluarga merupakan kelompok yang ditandai
dengan adanya ciri saling kenal mengenal sesama anggota, serta
kerjasama yang erat dan bersifat pribadi (Leibo, 1994: 54)
Karena itu orang umum sering mengatakan bahwa pembentukan
kepribadian seseorang berawal dari keluarga. Sikap, tingkah laku,
pergaulan dan watak seseorang dapat mencerminkan dari keluarga itu
sendiri (Khairudin: 63). Khairudin mencoba menjelaskan intisari dari
pengertian keluarga yaitu:
a. Keluarga merupakan kelompok sosial yang terkecil yang umumnya
b. Hubungan sosial antara anggota keluarga relative tetap dan didasarkan
atas ikatan darah, perkawinan dan atau adopsi.
c. Hubungan antara anggota keluarga dijiwai oleh suasana kasih sayang
dan rasa tanggung jawab.
d. Fungsi keluarga ialah merawat, memelihara dan melindungi anak
dalam rangka sosialisasinya agar mereka mampu mengendalikan diri
dan berjiwa sosial.
Dalam hal ini kaitanya pada tataran keluarga ranah yang diadakan
bukan hanya pada sebatas tempat untuk meneruskan generasi selanjutnya,
namun juga merupakan sarana dan sebuah upaya dalam penanaman dan
sosialisasi tentang kehidupan sosial yang akan ia lanjutkan setelahnya
dalam masyarakatnya. Menurut Robert M.Z Lawang, keluarga merupakan
kelompok orang-orang yang dipersatukan oleh ikatan-ikatan perkawinan,
darah atau adopsi yang membentuk satu rumah tangga, yang berinteraksi
dan berkomunikasi satu sama lain dengan dan melalui peran-peranya
sendiri sebagai anggota keluarga dan yang mempertahankan kebudayaan
masyarakat yang berlaku umum atau menciptakan kebudayaan sendiri.
Dalam hal ini fungsi keluarga lebih dilihat sebagai sebuah lembaga yang
mana mentransformasikan sebuah upaya sosialisasi yang sengaja dibentuk
sehingga sifatnya akan lebih dominan dibandingkan dengan
lembaga-lembaga yang lain di luar konteks pribadi diri individu itu sendiri.
2. Tinjauan tentang Pola Asuh Anak
Pola asuh orang tua merupakan pola perilaku yang diterapkan pada
anak bersifat relatif konsisten dari waktu ke waktu. Pola perilaku ini
dirasakan oleh anak, dari segi negatif maupun positif. Pola asuh yang
ditanamkan tiap keluarga berbeda, hal ini tergantung pandangan dari tiap
orang tua (Petranto, 2006).
Macam-Macam Pola Asuh Orang Tua
Menurut Baumrind (dalam Syamsu Yusuf, 2005) terdapat empat
macam pola asuh orang tua yaitu:
a. Pola asuh demokratis
Adalah pola asuh yang memprioritaskan kepentingan anak
akan tetapi tidak ragu-ragu mengendalikan mereka. Orang tua dengan
pola asuh ini bersikap rasional, selalu mendasari tindakannya pada
rasio atau pemikiran-pemikiran. Orang tua yang demokratis
memandang sama kewajiban hak orang tua dan anak, bersikap rasional
dan selalu mendasari tindakannya pada rasio pemikiran. Ciri-ciri orang
tua demokratis yaitu:
1) Orang tua bersikap realistis terhadap kemampuan anak, tidak
2) Orang tua memberikan kebebasan kepada anak untuk memilih
dan melakukan suatu tindakan.
3) Bersikap responsif terhadap kemampuan anak.
4) Mendorong anak untuk menyatakan pendapat atau pertanyaan.
5) Memberikan penjelasan tentang dampak perbuatan baik dan
buruk.
6) Menghargai setiap keberhasilan yang diperoleh anak.
b. Pola asuh otoriter / authoritative
Adalah pola asuh yang merupakan kebalikan dari pola asuh
demokratis yaitu cenderung menetapkan standar yang mutlak harus
dituruti, biasanya disertai dengan ancaman-ancaman. Bentuk pola asuh
ini menekan pada pengawasan orang tua atau kontrol yang
ditunjukkan pada anak untuk mendapatkan kepatuhan dan ketaatan.
Jadi orang tua yang otoriter sangat berkuasa terhadap anak, memegang
kekuasaan tertinggi serta mengharuskan anak patuh pada
perintah-perintahnya. Secara umum pola asuh otoriter mempunyai ciri-ciri
sebagai berikut:
1) Orang tua suka menghukum secara fisik.
2) Orang tua cenderung bersikap mengomando (mengharuskan atau
3) Bersikap kaku.
4) Orang tua cenderung emosional dan bersikap menolak.
c. Pola asuh permisif atau pemanja
Merupakan suatu bentuk pengasuhan dimana orang tua
memberikan kebebasan sebanyak mungkin kepada anak untuk
mengatur dirinya, anak tidak dituntut untuk bertanggung jawab dan
tidak banyak kontrol oleh orang tua. Secara umum ciri-ciri pola asuh
orang tua yang bersifat pemanja yaitu:
1) Orang tua tidak menegur atau memperingatkan anak apabila anak
sedang dalam bahaya dan sangat sedikit bimbingan yang diberikan
oleh mereka.
2) Orang tua memberikan kebebasan kepada anak untuk menyatakan
dorongan atau keinginannya.
3) Orang tua tidak pernah menegur atau tidak berani menegur
perilaku anak, meskipun perilaku tersebut sudah keterlaluan atau di
luar batas kewajaran.
d. Pola asuh tipe penelantar
Pola asuh ini biasanya memiliki interaksi waktu yang sedikit
dengan anak-anaknya. Secara umum ciri-ciri pola asuh penelantar
1) Orang tua lebih mementingkan kepentingan sendiri misalnya
terlalu sibuk, tidak peduli bahkan tidak tahu anaknya dimana atau
sedang dengan siapa, dan lain sebagainya.
2) Anak-anak dibiarkan berkembang sendiri baik fisik maupun psikis.
3. Tinjauan tentang MBA (Married By Accident)
Dalam banyak sumber referensi diskripsi tentang Married By
Accident (MBA) belum dituliskan secara pasti karena masih
dikonsepsikan dalam pengertian umum, film, maupun hukum agama,
tentang sepasang remaja yang melakukan hubungan seks di luar nikah.
Mereka terdoktrin oleh teman-temannya untuk harus berhubungan
seksual apabila sudah lama pacaran. Ketika sudah melakukannya, sang
wanita hamil. Semua cita-cita dan masa depan yang masih jauh
terbentang harus hancur karena masalah kehamilan di luar nikah). Dalam
hal ini pengertian married by accident dalam pengertian masyarakat
umum, berarti kehamilan yang tidak diinginkan. Kehamilan yang tidak
diinginkan pada remaja sering kali berakhir dengan aborsi. Para ahli
memperkirakan bahwa kasus aborsi di Indonesia adalah sekitar 2,4 jiwa
per tahun dan sekitar 700 ribu diantaranya dilakukan oleh para remaja
Konsep MBA (Married By Accident) merupakan sebuah konsep
baru yang lebih dikenal sebagai sebuah peristiwa hamil diluar nikah
ataupun hamil karena ketidak sengajaan. Dalam hal ini yang biasa terjadi
dan dikonsepsikan oleh kebanyakan orang, cenderung melihat sebuah
peristiwa yang dilakukan oleh seseorang dalam melakukan sebuah
hubungan secara biologis secara tidak sah ataupun diluar ikatan
pernikahan, dalam hukum islam perilaku tersebut disebut dengan
perlakuan zina (Al-Haetamy, 2004: 86). Dalam hal ini peristiwa ini lebih
banyak dan dominan dikategorikan sebagai sebuah penyimpangan sosial.
Dalam hal ini dampaknya biasanya dikenakan sanksi secara cemoohan
maupun menjadi sebuah aib bagi keluarga maupun anggota masyarakat
tertentu karena dianggap tidak pantas untuk dilakukan.
4. Tinjauan tentang Penyimpangan Sosial
Robert M.Z. Lawang: Penyimpangan sosial adalah semua tindakan
yang menyimpang dari norma-norma yang berlaku dalam suatu sistem
sosial dan menimbulkan usaha dari mereka yang berwenang dalam
sistem itu untuk memperbaiki perilaku tersebut.
James Vander Zanden (Sunarto, 1993) penyimpangan merupakan
perilaku yang oleh sejumlah besar orang dianggap sebagai hal yang
Kartini Kartono (2005) dalam Patologi Sosial jilid 1, Mendefinisikan
penyimpangan sosial sebagai sebuah tingkah laku yang menyimpang
dari tendensi sentral atau cirri-ciri karakteristik rata-rata dari rakyat
kebanyakan.
Jadi dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa, penyimpangan
sosial sendiri merupakan sebuah fenomena yang mana tak sejalan
dengan aturan ataupun kehendak dari masyarakat kebanyakan yang
menganggapnya menjadi sebuah penyimpangan, karena dianggap
berbeda dan tak lazim dilakukan. Namun perlu diiingat pula dalam hal
ini tendensi masyarakat juga mengambil bagian yang sangat penting
karena dalam penyimpangan sosial secara tidak langsung masyarakat
juga memberikan andil dalam munculnya hal tersebut, seperti kontrol
sosial yang lemah, tidak berfungsinya masyarakat sebagai parameter
dari tindakan para individunya, serta aturan-aturan ataupun norma
yang tidak lagi berlaku di dalam masyarakatnya.
5. Pola Asuh Orang Tua dalam Perspektif Sosiologi
a. Teori Tindakan Sosial Max Webber
Pola asuh merupakan suatu tindakan yang diambil dan
diterapkan oleh orang tua dalam keluarga. Pemilihan pola asuh
dalam keluarga tidak dipilih dan diterapkan secara asal-asalan,
belakangi para orang tua untuk menerapkan dan mengadopsi
pola pengasuhan yang diterapkan dalam mendidik
anak-anaknya. Menurut Webber dimana perilaku yang dilakukan
oleh individu diarahkan kepada tujuan-tujuan yang hendak
dicapai dan dipilih diantara sejumlah cara yang memungkinkan
(Robinson, 1986: 21).
Dilihat dari beberapa jenis pada pola pengasuhan yang
ada sangat memungkinkan untuk diterapkan dalam sebuah
keluarga. Penerapannya tentu saja dilatar belakangi oleh tujuan
ataupun sesuatu hal yang ingin dituju ataupun dicapai. Hal
yang logis yang menjadi tujuan setiap orang tua dalam bidang
pendidikan anaknya adalah agar sang anak menjadi baik serta
menuju hal-hal yang diangap baik dan menjadi tujuan orang
tua. Akan tetapi dengan penerapan pola asuh anak yang tidak
setara akan kedudukan gender justru akan membuat sebuah
polemik baru bagi orang tua karena setiap intensitas
perkembangan anak harus pula ditentukan pada konteks
kesetaraan.
Tindakan sosial yang dikemukakan oleh Weber ini
menyebutkan bahwa apa yang terjadi dalam realitas dan
individu akan secara nyata mempengaruhi dari segi perilaku
maupun bentukan dalam hal pemikiran. Tak hanya pada satu
sisi saja melainkan cakupan yang ada sangatlah kompleks dan
mendalam. Seorang individu bertingkah laku dan
memperagakan jati dirinya juga salah satunya karena adanya
bentukan dan rangsangan berupa stimulus untuk bertindak dan
memberikan gambaran, bagaimana suatu tindakan tersebut
untuk dapat dilakukan. Pada akhirnya seorang individu
melakukan suatu tindakan yang dilakukanya bukan karena
semata-mata murni karena kehendak maupun keinginan dari
individu tersebut, melainkan juga ada bentukan dari
masyarakat sekitar individu tersebut untuk membentuk dan
menjadikan diri seorang individu menjadi mau dan mampu
untuk bertindak sesuai dengan kebiasaan yang dilihatnya. Itu
semua tidak hanya dalam jangka waktu yang singkat akan
tetapi membutuhkan waktu yang konstan dalam kehidupan
seorang individu tersebut.
Dalam hal ini apa yang dideskripsikan menurut webber
menjadi suatu bentukan nyata dalam fenomena di atas ketika
banyaknya peristiwa yang menjadikan seorang perempuan itu
keluarga yang dirasakan tak adil bagi dirinya, menjadikan sisi
ini bagaikan “diorama” yang nantinya perlu untuk ditiru dan
dilakukan secara nyata dalam kehidupan para anak perempuan
di perumahan Korem 072/ Pamungkas. Bukan hanya sekedar
bentukan yang tak dianggap rasional lagi, melainkan tindakan
yang irrasional namun menjadikan diri dan menunjukkan pada
semua orang bahwa inilah “aku”, aku yang selalu terkungkung
pada didikan dan peran yang tak adil dalam keluarga membuat
para anak-anak perempuan ingin menunjukkan jati diri yang
sebenarnya. Pemikiran-pemikiran inilah yang menjadikan
anak-anak perempuan disana menjadi berani untuk mengambil
resiko dan beban yang mungkin akan terjadi ketika mereka
tengah melakukan maupun mengalami peristiwa tersebut
sebagai sebuah upaya dalam menunjukkan jati diri yang
sesungguhnya.
b. Teori Anomi
Anomi adalah suatu keadaan masyarakat dimana tidak ada
norma yang dipatuhi secara teguh dan diterima secara luas.
Masyarakat anomis adalah masyarakat yang tidak memiliki
norma pedoman mantap yang dapat dianut dan menjadi
tidak memiliki pedoman nilai yang jelas dalam bertindak.
Kondisi masyarakat yang anomis atau individu yang anomis
akan melahirkan perilaku yang tidak teratur dan tidak jelas,
sehingga perilaku mana yang disebut sesuai dan mana yang
tidak sesuai dengan norma menjadi kabur.
Dalam hal ini seorang anak dinilai dalam melakukan
perbuatan MBA( Marriead By Accident) tidak menyadari dan
memang dalam melakukan hal tersebut seakan menjadi situasi
yang dianggap tidak realistis dan tidak dalam kondisi sadar,
sehingga dapat dikatakan dalam hal ini seoarang anak
perempuan yang melakukan hal tersebuat merasa bahwa
dirinya berada pada sisi anomi dan tidak lagi memikirkan
pelajaran (sosialisasi dan pengasuhan serta edukasi yang
dilakukan orang tuanya) selain itu mereka sudah merasa pada
batas pembuktian diri tehadap ambisi yang ia capai.
c. Teori Stimulus Respon
Beberapa istilah yang perlu dijelaskan dalam teori ini
adalah stimulus, respons, dorongan, reinforcementlfaktor
penguat. Stimulus adalah peristiwa yang terjadi baik di luar
maupun di dalam tubuh manusia yang menyebabkan timbulnya
suatu perubahan tingkah laku. Respons adalah perubahan yang
Schoenfeld (Wibowo,1988:127) stimulus mempunyai 3 (tiga)
fungsi yaitu:
a. Pembangkitan: stimulus yang membangkitkan, adalah stimulus
yang langsung memberikan suatu respons. Misalnya makanan
langsung menimbulkan air liur orang yang melihatnya pada saat
lapar terutama.
b. Diskriminasi: stimulus yang diskriminatif, adalah stimulus yang
tidak langsung menimbulkan respons tetapi hanya merupakan
pertanda adanya stimulus pembangkit. Misalnya mendengar ada
tukang siomay lewat. Saat barn mendengar belum ada reaksi
apapun dan diri orang tersebut, barulah setelah melihat sang
penjual menyajikan sepiring di depannya keluarlah air liurnya.
c. Reinforcement: adalah stimulus yang menimbulkan
konsekuensi yang positif atau negatif pada terbentuknya respons.
Reinforcement positif adalah stimulus yang jika diberikan akan
memperkuat tingkah laku respons. Misalnya seorang anak yang
menolong orang lain kemudian mendapat pujian dan hadiah, maka
ia akan cenderung mengulangi tingkah laku menolongnya di
kemudian hari. Reinforcement negatif adalah stimulus yang jika
tidak diberikan atau dihentikan pem-beriannya, akan memperkuat
terjadinya respons. Misalnya seorang anak yang kegemukan dan
manakala dia berprestasi di kelas/menjadi juara kelas. Maka ia
akan mengulangi dan meningkatkan prestasi akademiknya
tersebut.
Bagan 1: Bagan Stimulus dan Respon
Dorongan adalah suatu kekuatan dalam diri seseorang
yang jika telah mencapai kekuatan yang maksimum akan
menyebabkan orang tersebut melakukan sesuatu. Menurut Dollard
& Miller (dalam Wibowo, 1988:127) terdapat 2 (dua) macam
dorongan pada manusia yaitu dorongan primer dan dorongan
sekunder. Dorongan primer adalah dorongan bawaan seperti lapar,
haus, sakit dan seks. Dorongan sekunder adalah dorongan yang
bersifat sosial dan dipelajari misalnya dorongan untuk mendapat
upah, pujian, perhatian dan sebagainya.
STIMULUS ORGANISME:
1. PERHATIAN 2. PENGERTIAN 3. PENERIMAAN
B. Penelitian yang Relevan
Hasil penelitian sebelumnya yang relevan dengan penelitian ini
adalah:
1. Skripsi Asri Widya Ningrum Jurusan Pedidikan Sosiologi Universitas
Negeri Yogyakarta (04413244015) tentang Profil Pergeseran Fungsi
Keluarga Pada Anak Berperilaku Menyimpang Di Lembaga
Pemasyarakatan Anak Kutoarjo, Jawa Tengah.
Dalam penelitian diatas dituliskan bahwa terdapat pergeseran fungsi
keluarga pada anak berperilaku menyimpang, mengenai hal ini
berbagai konteks terkait dengan fungsi pendidikan dan fungsi
ekonomi, dalam hal ini dari segi pendidikan yang dilakukan oleh
orang tua terjadi pergeseran seperti tidak lagi memandang bahwa sang
anak dianggap harus dan wajib mendapatkan fungsi pendidikan dalam
keluarga, akan tetapi pada anak yang berperilaku menyimpang sudah
tidak diperhatikan lagi dari segi pendidiknya, dari segi ekonomi sang
anak yang dianggap sudah menjalankan perilaku menyimpang tidak
lagi disuplay dari segi dan sisi ekonominya, akan tetapi seorang anak
dalam hal ini sudah mulai diikutsertakan dalam dunia pekerjaan
2. Penelitian Berjudul “ Pola Asuh Orang Tua dalam Meningkatkan
Disiplin Anak di Perumahan Muria Indah Desa Gondangmanis
Kecamatan Bae Kabupaten Kudus” oleh Herlin Prasetiyanti Jurusan
Pendidikan Sosiologi Universitas Negeri Yogyakarta. Penelitian ini
dilakukan pada tahun 2005. Dalam hal ini diungkapkan bahwa ada
suatu sisi pada keadaan orang tua dimana, kedua orang tua mempunyai
tipe ataupun perilaku otoriter terhadap anak-anaknya. Dimana orang
tua menginginkan seorang anak untuk berperilaku dan bertindak
disiplin, namun di sisi lain orang tua juga mengimpelentasikan pola
asuh otoriter, dimana justru cenderung mengekang anak dan membuat
anak lebih cenderung bersikap sebaliknya.
Kedua sumber penelitian yang relevan diatas, dapat digunakan
oleh peneliti sebagai bahan pembanding dalam melakukan penelitian
ini. dari kedua penelitian diatas, fokus objek penelitian yang diambil
pada dasarnya adalah sama yakni mengenai pola asuh orang tua dalam
sebuah keluarga, sedangkan persamaan dari penelitian-penelitian di
atas dengan penelitian ini adalah mengenai pola asuh yang diterapkan
oleh orang tua kepada anak. sedikit berbeda dengan penelitian yang
dilakukan keduanya adalah pada latar belakang keluarga yang ada dan
menjadi objek penelitian. Dalam penelitian ini kami memfokuskan
otoritasinya dalam mendidik serta menerapkan pola pengasuhan anak
yang dilakukan dalam mendidik serta mengarahkan kehidupan seorang
anak dalam keluarganya.
C. Kerangka Pikir
Keluarga merupakan sebuah komponen terpenting dan utama
dalam sebuah prosesi sosialisasi yang dilakukan oleh seorang individu
dalam persiapannya menuju sebuah kehidupan bermasyarakat secara
langsung dan nyata. Dalam keluarga sendiri selalu dijaga dan
dikonsepsikan sebuah fungsi yang mana langsung menjadi dan
berkembang dalam sebuah sistem yang terjaga dan selalu
dipertahankan satu sama lainya. Dalam hal ini adanya pembagian
peran dan sebuah realitas yang mana pembagian tugas dan
kewenangan yang ada dan memang saling dikonsepsikan oleh
anggotanya satu sama lainya. Sebuah potret nyata tentang kehidupan
sebuah keluarga tentunya akan dilalui dan dilakukan oleh seorang
individu itu sendiri, tak terkecuali dalam hal ini adalah bagaimana
seorang anak itu mulai mengerti arti dan makna akan sebuah
kehidupan yang nyata. Dalam keluarga itu sendiri tentunya seorang
anak yang dipandang sebagai salah seorang penerus dari sebuah
keluarga dan keberlangsungan dari pondasi dasar keluarga tersebut.
selalu menjadi kebutuhan primer dari seorang anak maupun individu
dalam masa tumbuh dan kembangnya.
Pola asuh anak dalam konteks ini yang kami bahas tentang
bagaimana pola asuh itu diterapkan dan diaplikasikan dalam sebuah
keluarga itu dengan sebagaimana mestinya. Pola asuh yang diterapkan
dalam sebuah keluarga tentunya akan berbeda dan memiliki
karakteristik masing-masing dari keluarga itu sendiri. Hal ini tentunya
menjadi sebuah kesempatan bagi seorang anak maupun individu diri
memiliki karakteristik tersendiri dalam diri dan aplikasi yang
diterapkan dalam kehidupanya. Lebih spesifik dalam hal ini adalah
bagaimana pola penerapan tipe Authoritative atau Otoriter dalam
penerapannya dalam sebuah keluarga. Kompleks perumahan militer
yang dipandang sebagai sebuah sarana pendidikan yang dihasilkan dan
diteruskan dalam kehidupan seorang anak tentunya menjadi sebuah
dilematis bagi tumbuh kembang seorang anak itu sendiri, dalam
perumahan Korem 072/ Pamungkas, seorang anak mulai dididik dan
dibesarkan dalam lingkup keluarga yang berlatar belakang dari
seorang ayah yang memiliki pengalaman pendidikan militer. Dalam
hal ini pula seorang anak mulai dibiasakan untuk disiplin dan
mematuhi peraturan yang ada dan memang dibentuk dan
mereka yang mendapatkan pola pengasuhan yang dianggap tidak
sejalan dengan pemikirannya, menganggap apa yang dilakukan oleh
orang tuanya tidaklah benar dan kurang pas bagi kehidupan sang anak
tersebut. anak-anak yang seharusnya mendapatkan perilaku dan
pemenuhan kebutuhan dalam tumbuh kembangnya sama dan tak harus
dan tak selayaknya dibedakan dalam konteks perbedaan jenis kelamin.
Disini (dalam kompleks perumahan militer Korem 072/ Pamungkas),
apresiasi dan kebanggaan yang ada lebih memihak dengan keberadaan
anak laki-laki dibandingkan dengan anak perempuan. Sang ayah dan
keluarga menilai bahwa sang anak laki-laki dipandang akan menjadi
sebuah penerus tongkat estafet dalam meneruskan regenerasi menjadi
seorang angkatan militer dan dipandang dapat menjadikan kebanggaan
tersendiri bagi keluarganya kelak. Mindset keluarga disana (Militer)
memandang sebuah keberhasilan dari tolak ukur dan standar
keberhasilan sebuah keluarga dari kebanggaanya dari anak laki-laki
sendiri. Sedangkan sang anak perempuan hanya dipandang sebagai
sebuah sarana penerus keluarga militer keluarga, dalam hal ini
seorang anak perempuan dipandang sebagai pendamping laki-laki
ataupun calon istri bagi seorang laki-laki, namun perlu diketahui pula
dalam konteks ini sang anak perempuan pun juga diberikan batasan
dan kriteria tertentu untuk klasifikasi pasangan oleh para orang tua,
perempuannya, dalam hal ini jelasnya adalah seorang anak perempuan
harus dan diberikan sebuah arahan yang jelas tentang calon suami
yang akan dinikahinya hendaknya juga berlatar belakang dari ranah
militer, ataupun minimal tidak boleh menjadi istri di luar konteks
pegawai negeri, karena dianggap mendapatkan mantu yang berlatar
belakang dari militer juga merupakan sebuah kebanggaan yang nyata
terhadap kebanggaan dari sebuah keluarga itu sendiri.
Kondisi di atas, menjadikan sebuah anekdot dan realitas yang
sesungguhnya tidak dikehendaki dan diminati serta diminta oleh sang
anak perempuan, karena dari segi sisi kebanggaan dan prestis orang
tua dan keluarga lebih berpandangan bahwa sang anak laki-laki lebih
membanggakan dari pada anak perempuan itu sendiri, dari segi
pemenuhan kebutuhan dan permintaan dari sang anak perempuan juga
terasa didiskriminasi dan diperlakukan seperti tak adil. Anak
perempuan memang sedikit menerima dan memberikan sebuah
pressure ataupun tekanan bagi dirinya secara kodrati, akan tetapi
dalam konteks pergaulan dan konteks mencari pasangan para anak
perempuan seakan melakukan sebuah pemberontakan dari apa yang
telah mereka terima selama ini. seakan menjadi sebuah ledakan dan
pertunjukan dari emosional yang ada pada mereka, mereka yang mulai
menjadi corengan serta tamparan keras bagi keluarganya. Tidak hanya
satu dua kasus yang memunculkan bahwa perempuan melakukan
tindakan yang dianggap sebagai sebuah klausal yang sebenarnya tak
pantas dilakukan dan diproyeksikan sebelumnya. Dalam hal ini
tentunya peningkatan kasus MBA (Married By Accident) dilakukan
oleh sang anak perempuan sebagai sebuah penyalur dan kanalisasi dari
emosi yang selama ini dianggap terlalu menekan dan mendiskritkan
kaum perempuan selama ini. tak hanya dalam satu dua konteks saja
diskriminasi itu ditemukan tapi lebih kompleks lagi perihal dalam
perilaku yang dianggap tidak mencerminkan bahwa keadilan dalam
pengasuhan anak itu sendiri. Perlahan namun pasti seorang anak
perempuan menunjukkan bahwa “aku” mampu dan aku juga harus
diakui keberadaannya sebagai sebuah pemberontakan dari apa yang
diterimanya selama ini. memang terkadang kehidupan seperti tak adil
dan tak memihak namun demi sebuah intitas dari apa yang ingin
ditunjukannya itulah yang memang mereka perjuangkan sebagai
Bagan 2 : Kerangka Pikir Keluarga Militer
Pola Asuh Orang Tua Tipe Authoritative
Faktor‐faktor Penyebab
Peningkatan Kasus MBA (Married By Accident)
BAB III
METODE PENELITIAN
Berdasarkan masalah yang diambil dalam penelitian ini
menggunakan metode pendekatan kualitatif. Bogdan dan Taylor
dimana mereka mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis
atau lisan dari orang-orang atau perilaku yang dapat diamati.
Pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara
holistik (Lexy J. Moleong, 2011: 4).
Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kualitatif
dengan alasan bahwa dengan menggunakan analisis kualitatif disini
data yang kami peroleh akan lebih mendalam dan disarankan pada
konteks penggalian data yang memang mengarah pada metode
penelitian kualitatif. Metode dalam penelitian ini menggunakan
analisis data kualitatif dimana peneliti akan mencari sumber data
berupa wawancara serta observasi kepada si pelaku yang mana peneliti
disini sudah menentukan kriteria yang dianggap menjadi fokus dalam
penelitian ini. tak hanya data primer saja dalam hal ini peneliti juga
menggunakan data sekunder sebagai pendukung dan sebagai alat
A. Lokasi
Lokasi dan objek penelitian kami terfokus pada lingkungan
keluarga TNI-AD (Tentara Nasional Indonesia - Angkatan Darat) di
dalam Perumahan Militer Korem 072/ Pamungkas, Demak Ijo,
Nogotirto, Gamping, Sleman.
B. Waktu
Penelitian sudah dilaksanakan dalam jangka 3 (tiga) bulan yaitu
pada bulan Agustus hingga Oktober 2015.
C. Bentuk Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan dengan jenis
pendekatan deskriptif. Menurut Bogdan dan Taylor, penelitian
kualitatif diartikan sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan
perilaku yang diamati (Moelong, 2006: 4). Menurut Nazir, metode
penelitian deskripstif adalah suatu metode dalam meneliti status
kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem
pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang (Nazir,
2005: 54).
Tujuan dari penelitian kualitatif adalah untuk membuat
mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang
diselidiki dengan banyak penajaman. Penelitian diskriptif bertujuan
untuk mendiskripsikan atau melukiskan realitas sosial yang kompleks
yang ada di dalam masyarakat (Mantra, 2004: 38).
D. Sumber dan Jenis Data:
1. Sumber Data
Sumber data adalah subjek dari mana data diperoleh (Arikunto,
2002: 107). Dan sumber data penelitian ini meliputi:
a. Sumber Primer
Data primer adalah data yang diambil secara langsung oleh
peneliti kepada sumbernya tanpa perantara dengan cara menggali
makna dari kata-kata dan tindakan informan di lapangan. Kata-kata
dan tindakan merupakan sumber utama diambil melalui wawancara
yang direkam dengan tape recorder.
b. Sumber Sekunder
Sumber data sekunder adalah sumber data tidak langsung yang
mampu memberikan tambahan serta penguatan terhadap penelitian.
Sumber data sekunder merupakan data yang digunakan untuk
mendukung data primer yaitu data yang berupa buku, majalah, koran,
2. Jenis Data
Data dalam penelitian kualitatif adalah berupa tulisan-tulisan
dan gambar dari hasil wawancara dan hasil observasi dan bukan berpa
angka-angka seperti dalam penelitian kualitatif. Data tersebut berupa
transkrip wawancara, catatan lapangan, foto, memo, dan dokumen
penting lainnya. hasil dari penelitian ini berupa bentuk ketikan
komputer.
E. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang relevan dan sesuai dengan
masalah pada penelitian ini, maka digunakan teknik pengumpulan data
sebagai berikut:
1. Observasi
Teknik pengumpulan data adalah dengan menggunakan teknik
observasi. Observasi adalah pengamatan dan pencatatan yang
sistematis terhadap gejala-gejala yang ingin diteliti (Usman, 1995: 54).
Secara lebih sempit observasi diartikan sebagai setiap kegiatan untuk
melakukan pengukuran dengan menggunakan indera pengelihatan
yang berarti tidak menggunakan ataupun memakai pengajuan berupa
Observasi yang dilakukan adalah jenis observasi langsung,
akan tetapi peneliti tidak terlibat langsung dalam kegiatan responden.
Dengan kata lain, peneliti ini menggunakan teknik observasi
nonpartisipan. Observasi nonpartisipan adalah pengamat tidak
melibatkan diri secara langsung ke dalam objek pengamatan, pengamat
berada di luar subjek yang diamati dan tidak ikut dan tidak berperan
dalam kegiatan-kegiatan yang mereka lakukan, sehingga pengamat
akan lebih mudah mengamati kemunculan tingkah laku yang
diharapkan (Soehartono, 2004: 69). Observasi ini merupakan
pengamatan dan pencatatan awal yang sistematis terhadap
gejala-gejala yang akan diteliti. Observasi ini dilakukan secara langsung oleh
peneliti terhadap permasalahan yang akan dikaji.
2. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.
Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara yang
mengajukan pertanyaan dan terwawancara yang memberikan jawaban
atas pertanyaan itu (Moleong, 2007: 186). wawancara yang dilakukan
disini, peneliti menggunakan wawancara terstruktur dengan maksud
agar pada saat proses wawancara berlangsung topik bahasan serta
cakupan data yang diperoleh tepat sasaran serta tidak membuang
banyak waktu penelitian. Dalam hal ini peneliti membuat beberapa
tersebut kepada narasumber untuk dijawab. Hal ini bertujuan agar
diperoleh data yang lengkap dan sesuai dengan masalah yang akan
diteliti dan rencana awal dalam tujuan penelitian ini.
3. Dokumentasi
Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau
variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah.
Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.
Dokumentasi bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya
monumental dari seseorang (Sugiyono, 2010: 82).
4. Studi Pustaka
Untuk kelengkapan data dan informasi dalam penelitian ini,
maka peneliti menambahkan data dari buku-buku, literature, karya
tulis ilmiah, artikel dari internet, dan sumber lain yang relevan dengan
permasalahan yang akan diteliti lebih mendalam.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen sendiri menurut Arikunto (2002: 126) ialah alat pada
waktu peneliti menggunakan suatu metode. Karena dalam penelitian
ini menggunakan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi,
maka intrumen yang dibutuhkan antara lain yaitu pedoman observasi,
G. Teknik Pemilihan Informan/ Sampling
Penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling untuk
pengambilan sampel dengan tujuan menjaring sebanyak mungkin
informasi dari berbagai macam sumber dan bangunannya (Moleong,
2007:224). Sampel merupakan bagian dari populasi yang akan diteliti.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah teknik sampling bertujuan (Purposive Sampling) yaitu
pengambilan data ataupun sampel berdasarkan pada tujuan atau
pertimbangan tertentu (Usman, 1995: 47). Maksud sampling dalam
penelitian ini adalah untuk menjaring sebanyak mungkin informasi
dari berbagai macam sumber dan bangunannya (Constuctions).
Populasi di sini adalah keluarga militer yang tinggal dan
menjadi anggota dalam satuan Korem 072/ Pamungkas. Fokus sampel
yang digunakan adalah anak-anak perempuan yang menjadi ataupun
melakukan tindakan MBA (Married By Accident). Karena dalam hal
ini keluarga tentunya menerapkan pola pengasuhan yang mungkin
ataupun dirasa tidak sesuai oleh sang anak perempuan dalam perlakuan
yang sesungguhnya. Sedangkan dalam dan untuk konteks anak
laki-laki lebih dominan tidak melakukan hal tersebut karena mungkin ada
banyak keluarga yang juga menjalankan hal tersebut diluar konteks
dan lingkup keluarga militer yang ada di daerah Yogyakarata ini,
peneliti membatasi hanya pengambilan sampel di lingkungan
kompleks perumahan satuan militer Korem 072/ Pamungkas. Tujuan
dari metode ini sendiri adalah agar diperoleh data yang sesuai dengan
fakta yang ada dilapangan.
H. Validitas Data
Setelah data terkumpul maka langkah selanjutnya adalah
pemeriksaan keabsahan data ataupun disebut dengan validitas data.
Pemeriksaan keabsahan data menggunakan teknik triangulasi.
Trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan atau valid tidaknya
data dengan memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data tersebut
untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data
tersebut (Moleong, 2007:330). Untuk tekniknya sendiri, dalam
penelitian ini digunakan teknik trianggulasi dengan sumber dan
metode.
Triangulasi sumber adalah teknik pemeriksaan keabsahan
dengan membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan
informasi yang telah diperoleh dengan menggunakan waktu dan alat
beberapa informan dengan menggunakan metode yang sama.
Sedangkan triangulasi metode adalah pengecekan data yang didapat
dari metode pengumpulan data yang berbeda yaitu wawancara,
observasi dan studi dokumentasi.
Menurut Patton dalam bukunya Lexy J. Moleong untuk
mengecek dan membandingkan derajat kepercayaan suatu informasi
yang diperoleh dapat dicapai dengan jalan: pertama membandingkan
data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara. Kedua yaitu
membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa
yang dikatakannya secara pribadi. Ketiga adalah membandingkan apa
yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa
yang dikatakannya sepanjang waktu. Keempat adalah membandingkan
keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan
pandanagn orang. Kelima adalah membandingkan hasil wawancara
dengan isi suatu dokumen yang berkaitan (Moleong, 2006: 178).
Pengecekan dalam penelitian ini dilakukan dengan cara-cara
membandingkan data wawancara, observasi dan dokumentasi.
Pengecekan derajat kepercayaan dalam penelitian ini dengan
menggunakan sumber hasil dari informasi dari wawancara yang
I. Teknik Analisis Data
Penelitian ini menggunakan metode analisis kualitatif
deskriptif. Karena model ini akan menggambarkan keadaan dan
fenomena yang diperoleh dalam bentuk kata-kata untuk ditarik sebuah
kesimpulan. Proses ini dilakukan menggunakan model analisis
interaktif seperti yang diungkapkan Miles dan Huberman, yaitu proses
analisis yang dilakukan bersama dengan proses pengumpulan data.
Proses analisi data dalam penelitian ini menggunakan empat tahap,
yaitu: tahap pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan
penarikan kesimpulan (Huberman, 1992: 15-20). Keempat tahapan
menurut model interaktif dari Miles dan Huberman dapat dijelaskan
dengan menggunakan skema sebagai berikut:
Bagan 3: Bagan Teknik Analisis Data Model Miles dan Huberman. Reduksi Data
Pengumpulan Data
1) Pengumpulan Data
Data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara dan
dokumentasi dicatat dalam catatan lapangan yang berisi tentang apa
yang dilihat, didengar, dirasakan, disaksikan, dialami sendiri oleh
peneliti tanpa adanya pendapat dari peneliti. Temuan tentang apa yang
dijumpai selama penelitian dan merupakan bahan rencana
pengumpulan data untuk tahap berikutnya. Pengumpulan data
dilakukan dengan menggunakan wawancara, observasi dan studi
dokumentasi (Huberman, 1992: 15-20).
2) Reduksi Data
Reduksi data diartikan sebagai proses di mana peneliti
melakukan pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan,
pengabstrakan data hasil penelitian. Proses ini juga dinamakan sebagai
proses transformasi data, yaitu perubahan dari data yang bersifat
“kasar” yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan menjadi
data yang bersifat “halus” dan siap pakai setelah dilakukan
penyeleksian, membuat ringkasan, menggolongkan ke dalam pola-pola
dengan membuat transkrip penelitian untuk mempertegas,
tidak diperlukan agar dengan mudah ditarik kesimpulanya (Huberman,
1992: 15-20).
3) Penyajian Data
Penyajian data dimaksudkan untuk mempermudah peneliti
dalam melihat hasil penelitian. Dengan penyajian data akan dipahami
apa yang terjadi, apa yang harus dilakukan, dan lebih lanjut lagi
menganalisis mengambil tindakan berdasarkan atas pemahaman yang
di dapat dari penyajian-penyajian data tersebut (Huberman, 1992:
15-20).
4) Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan adalah usaha untuk mencari atau
memahami makna, keteraturan, pola-pola penjelasan alur sebab akibat
atau proposisi. Tahapan ini menyangkut penggambaran makna dari
data yang ditampilkan. Sebelum membuat kesimpulan peneliti harus
mencari pola, hubungan, persamaan dan sebagainya antara detail yang
ada untuk kemudian dipelajari, dianalisis dan disimpulkan (Huberman,
BAB IV
PEMBAHASAN DAN ANALISIS
A. Deskripsi Wilayah Penelitian
1. Kondisi Umum Perumahan Korem 072/ Pamungkas.
Kompleks perumahan militer Angkatan Darat Korem 072/
Pamungkas, merupakan salah satu kompleks perumahan militer milik Tentara
Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI-AD) yang ada di kota Yogyakarta.
Di kota pelajar ini sendiri kompleks perumahan Militer Tentara Nasional
Indonesia Angkatan Darat sendiri berdiri beberapa perumahan untuk dan
digunakan oleh anggotanya. Anggota yang dimaksud adalah anggota yang
menjadi anggota kesatuan dari wilayah maupun kompleks satuan yang ada di
Yogyakarta itu sendiri. Pembagian ini dilakukan untuk mempermudah dalam
mengkoordinir dan menjalankan tugas satuan dari Kodam IV Diponegoro
yang ada di Semarang, maupun Kodam Jaya yang ada di Jakarta.
2. Sejarah Singkat
Kompleks Perumahan Korem 072/ Pamungkas sendiri merupakan
salah satu perumahan yang didirikan dalam cakupan desa Nogotirto,
Gamping, Sleman, Yogyakarta. Kompleks perumahan militer 072/
Pamungkas merupakan sebuah bilik asrama kesatuan milik satuan komandan
hal ini perumahan tersebut merupakan fasilitas bagi para prajurit yang terpilih
dan terbagi dalam berbagai latar belakang satuan kerja yang ada didalam
Korem 072/ Pamungkas tersebut. Klasifikasinya antara lain adalah dibagi
dalam beberapa bagian dan beban kerja mulai dari Bagian Logistik (Basilog)
hingga bagian Intelijen (Intel) dimana setiap bagian tugasnya diberikan
pemimpin (perwira) yang mendiami barak ataupun sisi perumahan bagian
depan. total dari perumahan ini sendiri terdiri dari 30 buah perumahan,
dimana pembagiannya terdiri dari 10 unit rumah tipe 45 yang dihuni oleh para
perwira yang terbagai dalam satuan tugas masing-masing, sedangkan 20
rumah lainnya dihuni oleh para anggota yang terpilih dan bertugas dalam
satuan lingkup komandan Korem 072. Dimana setiap rumahnya diisi oleh istri
dan anak-anak dari para anggotanya. Perumahan ini berdiri pada tahun
1900-an atas dasar dari pemikir1900-an d1900-an rujuk1900-an dari kom1900-and1900-an Kodam 4/
Diponegoro yang mana salah satu dari upaya untuk mensejahterakan para
anggotanya dan mempermudah komunikasi serta tukar pikiran dari para
anggota dengan komandan dalam satuan tugas masing-masing ataupun
sebaliknya untuk mempermudah para komandan dalam memberikan arahan
serta petunjuk langsung yang diperintahkan dari pusat yaitu Markas Besar
3. Kondisi Geografis
Lokasi dari perumahan ini pun dapat dikatakan sangat strategis dalam
perjalanan tujuan dari perumahan ini sendiri dibuat pada awalnya. Dimana
berbatasan langsung dengan Ring Road Barat disisi baratnya, sedangkan
disebelah Selatan terdapat jalan utama Jalan Godean, dimana disebelah
selatan lagi terdapat 2 (dua) kompi besar (dapat dikatakan anak cabang dari
Korem) yaitu terdiri dari Kompi Senapan C (biasa disebut dengan Kompi C)
dan Kompi KiKavser 2/ BS (Berdiri Sendiri), sedangkan jika berjalan
keselatan lagi terdapat Rumah susun yang baru didirikan pada awal tahun
2014 untuk upaya pendapatan devisa ataupun memaksimalkan lahan kosong
dalam lingkup militer, sisi samping dari rumah susun tersebut terdapat bagian
dari satuan cabang lain yaitu Bekang. Sedangkan sisi timur berbatasan
langsung dengan perumahan Nogotirto Asri, sedangkan untuk batasan utara
terdapat PO Putera Remaja (merupakan salah satu PO bis perjalanan komersil
antar pulau maupun dalam pulau).
4. Iklim Masyarakat/ Keadaan Masyarakat
Kondisi dan iklim masyarakat yang ada di dalam kompleks perumahan
Korem sendiri dikatakan cukup baik dari segi ekonomi maupun dari segi
kesejahteraan para anggotanya, dimana untuk dewasa ini yang bekerja tidak
Darat, namun juga diisi oleh para ibu-ibu dan para istri yang mulai memasuki
dunia karir ataupun dunia kerja. Dari segi dan sisi keamanan pun kompleks
perumahan ini dapat dikatakan cukup aman karena minimnya tindakan
kriminalitas yang ada di dalamnya. Setiap sisi dan segi fasilitas yang ada di
dalam kompleks ini tidak lain dan tidak bukan hanya untuk mensejahterakan
para anggotanya yang tinggal dan hidup serta menetap sementara waktu
(hingga proses pensiun ataupun dipindah tugaskan ke lain kesatuan ataupun
dengan berbagai alasan). Fasilitas yang ada di dalamnya terdiri dari 1 (satu )
buah Lapangan Voli, 1 (satu) buah lapangan Bulutangkis, 1 (satu) buah kolam
ikan yang dikelola secara swadaya dan bersama-sama. Jenis kegiatan serta
agenda yang dilakukan ataupun dilaksanakan di sana meliputi arisan ibu-ibu,
arisan bapak-bapak, kerja bakti rutin sebulan sekali, dan berbagai bentuk
demontrasi dari pihak luar maupun dari kesatuan Korem 072/ Pamungkas
sendiri. Untuk para remaja dan anak-anak terdapat pertemuan para karang
taruna meskipun intensitasnya dapat dikatakan tidak terlalu sering.
5. Kondisi Keagamaan dan Jenjang Pendidikan
Mengenai keberagaman yang ada di dalam Kompleks Perumahan
Korem 072/ Pamungkas ini sendiri didominasi oleh menganut agama
keyakinan mayoritas Islam, dapat dikatakan prosentasenya adalah 85 persen
untuk muslim, 10 persen untuk nasrani, dan 5 persen untuk agama lain seperti
permasalahan maupun konflik yang ada, melainkan tidak adanya rasa
perbedaan dan saling menghormati antara satu dengan yang lain. untuk
jenjang pendidikan yang ada disana mayoritas mengenyam pendidiakn untuk
tingkat Sekolah Menengah Atas untuk para anggota militer (Suami) dan untuk
istri rata-rata juga masih didominasi untuk jenjang Sekolah Menengah Atas
maupun kejuruan yang sederajat, meskipun ada pula beberapa yang berlatar
belakang Diploma maupun Strata 1. Untuk sisi pendidikan anak-anak,
keluarga masih tetap berfikir pada prioritas pendidikan tertinggi untuk anak
laki-laki ketimbang untuk anak perempuan.
B. Deskripsi Umum Informan
Dalam penelitian yang dilakukan oleh penulis, dapat diketahui bahwa.
Berikut ini adalah data mengenai profil informan:
1. Mbak Dw (1)
Mbak Dw (1) adalah seorang anak dari ibu LH dan Bapak
Serka (Sersan Kepala) YS, mereka dikarunia dengan 2 orang anak
yaitu laki-laki dan perempuan. Saudara laki-laki Mbak Dw adalah
seorang laki-laki yang sekarang sudah dan sedang bekerja di dalam
kesatuan Brimob yang berada di daerah Kendari, Sulawesi Tenggara.
Mbak Dw sendiri menikah dengan Mas Al. Mas Al sendiri juga
Praka Pr dan ibu Sm. Mbk Dw dan Mas Al dikaruniai dengan 2 buah
hati, terdiri dari 2 anak perempuan bernama, An dan Ai. Mereka
sekarang berdomisili dan menetap di daerah Ungara, Semarang, Jawa
Tenggah semenjak sang ayah meninggal. Kehidupan mereka pada
awalnya tanpa mengenal sedikitpun bantuan dari orang tua mereka,
mereka berusaha untuk menjalankan kehidupan dengan membuka
usaha sendiri. Usaha mereka ialah menyewakan angkutan truk yang
mulanya mereka kredit dan dicicil melalui usaha Mbk Dw yang
mulanya bekerja sebagai seorang SPG (Sales Promotion Girl)
disebuah mall yang ada di Semarang. Kehidupan mereka yang
didapatkan cukup harmonis dan dapat dikatakan sebagai keluarga yang
berbahagia meskipun awal dan mula mereka menjalani hubungan ini
mengalamai berbagai lika-liku serta problematika yang dapat
dikatakan tidak mudah untuk dilalui oleh seorang anak. namun mereka
perlahan namun pasti meskipun mendapatkan banyak ujian, dari mulai
harus berusaha sendiri dan memulai semua dari titik nol dalam
menjalankan kehidupan mereka, mereka tetap yakin dan optimis
kekuatan dari cintalah yang mereka milik. Selain itu pula tekad kuat
dari Mbk Dw yang merasa sakit hati ataupun merasa tidak
diperlakukan adil oleh orang tuanya (terutama sang ayah) dalam