• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAMPAK POLA PENGASUHAN ANAK TIPE AUTHORITATIVE TERHADAP PENINGKATAN KASUS MBA (MARRIED BY ACCIDENT) DI DALAM KOMPLEKS PERUMAHAN MILITER KOREM O72/ PAMUNGKAS.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "DAMPAK POLA PENGASUHAN ANAK TIPE AUTHORITATIVE TERHADAP PENINGKATAN KASUS MBA (MARRIED BY ACCIDENT) DI DALAM KOMPLEKS PERUMAHAN MILITER KOREM O72/ PAMUNGKAS."

Copied!
136
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)

PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Taregan Wahyu Apriyanto

NIM : 12413244015

Jurusan : Pendidikan Sosiologi

Fakultas : Ilmu Sosial

Judul Skripsi : Dampak Pola Pengasuhan Anak Tipe Authoritative terhadap

Peningkatan Kasus MBA (Married By Accident) di dalam Kompleks

Perumahan Militer Korem 072/ Pamungkas

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi ini benar-benar merupakan

karya penulis. Sepanjang pengetahuan penulis, skripsi ini tidak berisi materi yang

pernah ditulis orang lain atau digunakan sebagai persyaratan penyelesaian studi di

perguruan tinggi lain, kecuali di bagian-bagian tertentu yang penulis gunakan sebagai

sumber penulisan.

Pernyataaan ini dibuat oleh penulis dengan sungguh-sungguh dan penuh

kesadaran. Apabila dikemudian hari ternyata tidak benar, maka sepenuhnya menjadi

tanggung jawab penulis.

Yogyakarta, Februari 2016

Penulis

(5)

Motto

Only God Can Judge Me

(Penulis)

Taste is A Part Of My Life

(Penulis)

Se m a m pu, Se a k a n, Se m a nga t , Pe rsa ha ba t a n

(Penulis)

Hidup Adalah sebuah proses perjuangan untuk mempertahankan sebuah argumen,

benar dan salah tergantung pada seberapa banyak orang yang percaya akan

argumen kita

(6)

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya kecil ini untuk :

Ibukku tercinta, terimakasih atas kesabarannya serta

kasih dan sayang untuk selama ini, tak pernah lupa

Selalu memberikan kesempatan dan menghargai segala

sesuatu yang ada pada diriku untuk kukembangkan

potensi yang ada dalam diriku ini.

Kubingkiskan karya ini untuk:

 Keluarga yang selalu ada dan menyediakan tempat bagi diriku

untuk memberikan sesuatu yang berarti dan takkan pernah

ternilai.

 Sahabat-sahabatku yang selalu ada dan selalu menyediakan

keceriaan yang takkan pernah berakhir hingga pada waktunya

nanti, love you gaes…

 Seorang Dokter disana yang selalu ada dan memberikan sesuatu

(7)

DAMPAK POLA PENGASUHAN ANAK TIPE AUTHORITATIVE TERHADAP PENINGKATAN KASUS MBA (MARRIED BY ACCIDENT) DI DALAM KOMPLEKS PERUMAHAN MILITER KOREM 072/ PAMUNGKAS

Oleh:

Taregan Wahyu A. 12413244015

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi seorang anak dalam melakukan fenomena peningkatan kasus MBA (Married By Accident) dan untuk mengetahui alasan mengapa pola asuh anak tipe authoritative menimbulkan peningkatan kasus MBA (Married By Accident) di dalam kompleks Perumahan Militer Korem 072/ Pamungkas, serta untuk mengetahui dampak apa saja yang ditimbulkan bagi seorang anak setelah melakukan tindakan tersebut dalam kehidupannya. Fokus pada penelitian ini adalah pola asuh authoritative yang diterapkan, mengetahui faktor-faktor apa saja yang melatar belakangi peningkatan perilaku MBA (Married By Accident), serta mengetahui kehidupan lebih lanjut pada anak-anak pelaku serta hubungan yang ada.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Pemilihan informan dalam penelitian ini dilakukan menggunakan teknik purposive sampling. Informan penelitian ini adalah anak-anak pelaku MBA (Married By Accident) di dalam lingkungan Kompleks Perumahan Militer Korem 072/ Pamungkas. Jenis data dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Teknik penggumpulan data penelitian dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik keabsahan data dilakukan dengan cara triangulasi. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis kualitatif model interaktif sebagaimana diajukan oleh Miles dan Huberman, yang meliputi pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor yang memengaruhi peningkatan perilaku MBA ( Married By Accident) adalah faktor pola pengasuhan anak tipe authoritative serta faktor lingkungan sekitar yang mendukung untuk melakukan perilaku tersebut. Pola pengasuhan anak disana menimbulkan perilaku MBA ( Married By Accident) dikarenakan pada tataran orang tua yang menerapkan disiplin keras serta memberikan aturan-aturan yang tidak boleh dilanggar untuk anak perempuannya. Dampak yang ditimbulkan dari keputusan yang diambil anak-anak pelaku MBA ( Married By Accident) mendapatkan berbagai bentuk respon mulai dari bentuk diskriminasi dari keluarga maupun lingkungan sekitar, akan tetapi mereka membuktikan bahwa mereka mampu untuk membangun keluarga kecil mereka dikemudian hari.

Kata Kunci: Pola Pengasuhan Anak Authoritative, Keluarga Militer Korem 072/

(8)

KATA PENGANTAR

Segala puji serta syukur yang terlimpah hanyalah untuk Tuhan Yang Maha

Esa yang telah melimpahkan serta memberikan nikmat dan kasih sayang-Nya

sehingga akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan. Tiada kemudahan yang datang

selain karena atas izin-Nya.

Tugas akhir ini disusun sebagai salah satu syarat dalam memperoleh gelar

Sarjana Pendidikan dalam Jurusan Pendidikan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial

Universitas Negeri Yogyakarta. Oleh karena itu, pada kesempatan ini peneliti ingin

menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada

pihak-pihak yang turut serta membantu penyelesaian tugas akhir ini. Pihak-pihak

tersebut ialah:

1. Prof. Dr. H. Rochmat Wahab, M.Pd., M.A., Rektor Universitas Negeri

Yogyakarta yang secara tidak langsung telah membantu dalam berbagai

kepentingan yang berhubungan dengan kuliah.

2. Prof. Dr. Ajat Sudrajat M.Ag., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial Universitas

Negeri Yogyakarta, yang telah berkenan memberikan fasilitas dan sarana

dalam kelancaran dan penyelesaian studi penulis.

3. Bapak Grendi Hendrastomo, M.M., M.A., selaku Ketua Jurusan Pendidikan

(9)

4. Ibu V. Indah Sri Pinasti, M.Si. selaku dosen pembimbing yang senantiasa

dengan sabar memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis.

5. Ibu Puji Lestari M.Hum. selaku narasumber dan penguji utama serta

pembimbing akademik yang telah memberikan masukan dan saran yang

sangat berarti guna kesempurnaan penulisan skripsi ini.

6. Ibu Nur Hidayah M.Si. selaku ketua penguji yang telah memberikan arahan

yang sangat berarti bagi penulis.

7. Ibu Prof. Dr Farida Hanum, M.Si. yang telah menjadi tokoh inspiratif dalam

kehidupan penulis tentang sosok aktivis gender dalam kehidupan, karena

beliaulah saya mulai mengenal dan berani untuk memberikan sesuatu tentang

konteks kesetaraan gender.

8. Para Dosen Jurusan Pendidikan Sosiologi yang sangat berjasa dalam

memberikan bekal ilmu, wawasan dan pengetahuan yang sangat luas.

9. Masyarakat Kompleks Perumahan Korem 072/ Pamungkas yang telah

membantu dan menyediakan kesempatan dalam keberlangsungan penulisan

skripsi ini.

10. Para sahabat khususnya untuk Jurusan Pendidikan Sosiologi 2012 yang selalu

ada dan memberikan kesan dan pesan yang takkan pernah terlupakan.

11. Para keluarga, sahabat dan teman-teman yang selalu memberi dukungan,

motivasi dan doanya.

12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terimakasih untuk doa,

(10)

Akhir kata, peneliti menyadari dengan segala keterbatasan pengetahuan

bahwa tugas akhir skripsi ini tentunya masih banyak terdapat kekurangan dan

kesalahan serta jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapakan

kritik dan saran dari para pembaca demi penyempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi

ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.

Yogyakarta, Februari 2016

Penulis,

(11)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR BAGAN ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Batasan Masalah ... 5

D. Rumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 6

(12)

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERFIKIR ... 10

A. Kajian Pustaka... 10

1. Tinjauan Tentang Keluarga ... 10

2. Tinjauan Tentang Pola Asuh ... 12

3. Tinjauan Tentang MBA (Married By Accident) ... 15

4. Tinjauan Tentang Penyimpangan Sosial ... 16

5. Pola Asuh Orang Tua Dalam Perspektif Sosiologi ... 17

B. Penelitian yang Relevan ... 21

C. Kerangka Berfikir ... 26

BAB III METODE PENELITIAN ... 32

A. Tempat Penelitian ... 33

B. Waktu Penelitian ... 33

C. Bentuk Penelitian ... 33

D. Sumber dan Jenis Data ... 34

E. Teknik Pengumpulan Data ... 35

F. Instrument Penelitian ... 37

G. Teknik Pemilihan Informan/ Sampling ... 38

H. Validitas Data ... 39

I. Teknik Analisis Data ... 41

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS ... 44

A. Deskripsi Wilayah Penelitian ... 44

B. Deskripsi Umum Informan ... 48

(13)

BAB V PENUTUP ... 80

A. Kesimpulan ... 80

B. Saran... 83

DAFTAR PUSTAKA ... 85

(14)

DAFTAR BAGAN

Bagan 1 Bagan Stimulus dan Respon ... 23

Bagan 2 Kerangka Pikir ... 31

Bagan 3 Bagan Analisis Data ... 41

Bagan 4 Skema Pola Penerapan Disiplin Keras Pada Anak ... 61

(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1: Peta Wilayah Perumahan Militer Korem 072/Pamungkas ... 119

Gambar 2: Denah Lokasi Perumahan Korem 072/ Pamungkas ... 120

Gambar 3: Wawancara Dengan narasumber Dw1 ... 121

Gambar 4: Narasumber El ... 121

Gambar 5: Wawancara Dengan Narasumber Dw2 ... 122

Gambar 6: Wawancara Dengan Narasumber Id ... 122

Gambar 7: Potret Keceriaan Anak Narasumber Dw1 ... 123

Gambar 8: Potret Keceriaan Anak Narasumber Dw2 ... 123

(16)

DAFTAR TABEL

Table 1: Data Peningkatan Pelaku MBA ... 70

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Pedoman Observasi ... 89

Lampiran 2: Pedoman Wawancara ... 93

Lampiran 3: Daftar Koding ... 95

(18)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Anak adalah manusia yang masih kecil dan berasal dari sesuatu atau

dilahirkan (Poerwadarminta, 1984: 38). Anak merupakan sebuah titipan dan

anugerah dari sang Ilahi yang harus disyukuri. Dimana setiap sisi dan segi

kedudukan orang tua akan bertanggung jawab atas segala bentuk

perkembangan yang dilalui oleh seorang anak. keluarga menjadi tempat

pertama dan utama bagi sang anak untuk menumbuhkan serta

mengembangkan segala bentuk potensi yang ada pada diri seorang anak. dari

segi dan sisi afeksi tentu keluarga mengambil peran yang dominan serta

penting bagi tumbuh kembang seorang anak, hal ini didasari pada pola

pengasuhan seperti apa dan bagaimana pola pengasuhan tersebut untuk

diterapkan dan diaplikasikan dalam keluarganya.

Anak dalam sebuah keluarga memiliki sebuah problematika yang

mana menjadi sisi beban dan tanggungan bagi dirinya untuk tetap dan terus

memberikan sesuatu bagi dirinya maupun bagi keluarganya. Namun disisi lain

pergaulan anak yang semakin modern disertai kebebasan berekspresi,

membuat para orang tua melakukan tindakan preventif dengan berbagai cara

pencegahan baik secara ekstrim maupun perlahan, itu semua tak lepas untuk

(19)

merubah pola pengasuhan anak, salah satunya yang dipilih dan dianggap baik

oleh sebagian orang tua tidaklah pas dirasakan oleh para anak-anak mereka

yang sedang tumbuh dan berkembang menuju masa transisi dari remaja

menuju ke tahap selanjutnya yaitu tahap dewasa. Dimana setiap anak dituntut

secara biologis untuk mempunyai rasa kasih dan sayang yang ingin

diungkapkan dan diekspresikan, namun menurut sebagian orang tua cara itu

tidaklah tepat. Karena mereka menilai pada masa remaja adalah masa yang

rapuh dan rawan, lingkungan sekitar yang tak mendukung pada tahapan ini,

dianggap akan menjerumuskan seorang anak menuju hal-hal yang tidak

diinginkan.

Perilaku orang tua dengan cara membatasi seorang anak dalam hal ini

anak perempuan, dari segi pergaulan maupun tingkat pertemanan menjadikan

anak-anak perempuan merasa tertekan dan mendapat sebuah kungkungan

yang seolah menjadi pagar besi yang tak dapat diubah dan dihilangkan dalam

hidupnya. Ketimpangan ini memang banyak terjadi dan marak di dalam

perumahan korem 072/ Pamungkas, dimana latar belakang orang tua yang

basicnya adalah militer, banyak yang masih menilai bahwa masa remaja

adalah hal yang rawan dan tak pantas seorang anak untuk berpacaran. Tentu

tak semua anak yang dianggap rawan, namun hanya pada tataran anak

perempuan saja yang dididik dengan sedikit ekstrim dengan tidak

membolehkan pacaran dengan alasan yang tidak logis bagi diri anak-anaknya.

(20)

dikekang dalam pergaulanya adalah anak perempuan. Karena menurut para

orang tua di sini lebih membebaskan dan memberikan kesempatan yang lebih

untuk anak laki-laki mereka. Dalam hal ini, anak laki-laki dalam kompleks

lingkup militer diproyeksikan untuk meneruskan karir sang ayah ketika beliau

lengser. Sedangkan untuk anak perempuan hanya selalu dipingit dan

dipersiapkan untuk menjadi seorang jodoh yang kriterianya kebanyakan

adalah tentara. Hal inilah yang mungkin juga mendasari orang tua di sini

menggunakan pola pengasuhan authoritative kepada anak-anak perempuan

mereka. Sehingga mereka merasa didiskriminasi dan melakukan

pemberontakan dengan berpacaran secara sembunyi-sembunyi dan pada

akhirnya mencoba membuktikan pada dirinya bahwa tidak boleh dikekang.

dengan melakukan tindakan yang tak diduga oleh para orang tuanya, mereka

seakan memberontak dengan tindakan tersebut, tak ayal para orang tua pun

merasa gagal mendidik mereka, namun bagi para anak-anak perempuan inilah

bentuk aktualisasi pada diri mereka. Inilah yang mendasari kenapa peneliti

ingin menelisik lebih lanjut apa alasan mereka melakukan hal tersebut, dan

mungkin pula dampak yang ditimbulkan bagi kehidupannya serta orang tua

(21)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang dapat

diidentifikasi antara lain:

1. Kebebasan ataupun pergaulan seorang anak perempuan dalam kasus di sana

dibatasi dan selalu diprotek dengan begitu saklek.

2. Rasa kebanggaan orang tua kepada anak laki-laki yang dianggap sebagai lebih

dari segi meneruskan karir sang ayah, serta bentuk subordinasi pada anak

perempuan yang dianggap hanya sebagai beban keluarga.

3. Pola pengasuhan anak yang timpang terhadap gender (antara laki-laki dan

perempuan ) tidak seimbang dan adil.

4. Bentuk pola pengasuhan anak tipe Authoritative yang diaplikasikan di sana

membuat seorang anak perempuan menjadi diri yang terbatasi dalam segala

bentuk aktualisasi dirinya.

5. Peningkatan kasus MBA (Married By Accident) yang didasari sebagai bentuk

(22)

C. Batasan Masalah

Dalam penelitian ini peneliti ingin memberi batasan cakupan karena

bahasan yang luas dan terlalu kompleks, peneliti membatasi permasalahan dan

fokus penelitian pada poin:

1. Melihat bagaimana dampak yang ditimbulkan dari pola asuh tipe authoritative

terhadap peningkatan kasus Married By Accident (MBA) dalam lingkup

perumahan korem 072/ pamungkas.

2. Mencari alasan dan menguraikan tentang pola pengasuhan anak tipe

Authoritatve terhadap peningkatan kasus Married By Accident (MBA) dalam

lingkup perumahan korem 072/ pamungkas.

3. Melihat dan menelisik apakah alasan dan akibat yang ditimbulkan dari

permasalahan yang ada.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas maka dapat dirumuskan rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apa saja faktor yang memengaruhi peningkatan kasus MBA (Married By

(23)

2. Mengapa pola pengasuhan anak tipe authoritative berdampak terhadap

peningkatan kasus MBA (Married By Accident) di dalam Kompleks

Perumahan Militer 072/ Pamungkas?

3. Dampak apa saja yang ditimbulkan bagi seorang anak pelaku fenomena MBA

MBA (Married By Accident) tersebut?

E. Tujuan Masalah

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai

oleh peneliti dalam penelitian ini yaitu:

1. Untuk mengetahui apa saja faktor – faktor yang memengaruhi seorang

anak dalam melakukan fenomena peningkatan kasus MBA (Married

By Accident) di dalam kompleks perumahan Militer Korem 072/

Pamungkas.

2. Untuk mengetahui alasan kenapa pola asuh anak tipe Authoritative

menimbulkan peningkatan kasus MBA (Married By Accident) di

dalam kompleks perumahan Militer Korem 072/ Pamungkas.

3. Untuk mengetahui dampak apa saja yang ditimbulkan bagi seorang

anak setelah melakukan tindakan MBA (Married By Accident) pada

(24)

F. Manfaat Penelitian

Penelitian di sini dapat dijadikan sebuah rujukan dan mencari argumen

yang pasti tentang penyebab dan alasan yang jelas tentang mengapa pola asuh

anak tipe authoritative berdampak pada peningkatan kasus Married By

Accident (MBA) dalam lingkup Perumahan Korem 072/ Pamungkas. Selain

itu peneliti juga ingin menghadirkan sebuah fakta yang mana ini memang

harus dijadikan sebuah refleksi nyata khususnya untuk para orang tua dan

calon orang tua dalam pendidikan dan pola asuh anak dalam sebuah keluarga.

Dalam penelitian ini pula peneliti ingin memberikan sedikit pengertian

tentang mengapa pola pengasuhan tipe authoritative berdampak pada

peningkatan kasus MBA (Married By Accidend) dalam lingkup perumahan

militer Korem 072/ Pamungkas. Selain itu peneliti juga ingin memberikan

sedikit pencerahan kepada orang tua dan calon orang tua agar mereka

menjadikan fenomena ini sebagai sebuah refleksi dan pertimbangan dalam

mendidik anak dalam sebuah keluarga, baik dalam konteks ini seorang anak

dipandang sama dan tanpa harus menghadirkan dan menyajikan sebuah

klausal tentang perbedaan jenis kelamin yang ada. Seorang anak hendaknya

dianggap sebagai sebuah anugerah yang diberikan dari RabbNya untuk dijaga

dan dididik dengan baik tanpa satu alasan yang mana menghambat

(25)

Penelitian ini memiliki manfaat baik secara teoritis maupun praktis

diantaranya sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Secara khusus, penelitian ini diharapkan dapat memberikan

konstribusi dan dapat memperkuat teori-teori yang erat

kaitannya dengan kajian Sosiologi terkhusus mengenai kajian

Sosiologi Keluarga, yaitu keluarga, pola asuh anak, dampak

pola asuh anak yang diterapkan.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Mahasiswa

Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi bagi

peneliti lain untuk melakukan penelitian lain yang

bertema sama dengan penelitian ini.

b. Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan

pertimbangan bagi masyarakat dalam membina

keluarganya sehingga ada pertimbangan dan wawasan

baru dalam mendidik anak yang ada kaitannya dengan

(26)

c. Bagi Universitas Negeri Yogyakarta

Penelitian ini diharapakan dapat menjadi sumber

informasi bagi warga Universitas Negeri Yogyakarta

mengenai pola asuh orang tua dalam keluarga terhadap

anak yang terkait dengan bidang pendidikan.

d. Bagi Pemerintah

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi

terkait sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan

keputusan yang terkait dengan hak-hak anak serta

kesejahteraan sebuah keluarga dari segi dan sisi

keadilan kesetaraan baik untuk laki-laki dan

(27)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERFIKIR

A. Kajian Pustaka

1. Tinjauan Tentang Keluarga

Keluarga adalah sebuah unit terkecil yang ada di dalam masyarakat.

Dalam hal ini keluarga merupakan sebuah tempat dimana individu

mengenal individu lain untuk pertama kalinya dan mempelajari kodratnya

sebagai makhluk sosial. Dalam sebuah literature disebutkan bahwa,

Horton mengemukakan bahwa keluarga adalah suatu kelompok

kekerabatan yang menyelenggarakan pemeliharaan anak dan kebutuhan

manusiawi tertentu lainnya. keluarga merupakan kelompok yang ditandai

dengan adanya ciri saling kenal mengenal sesama anggota, serta

kerjasama yang erat dan bersifat pribadi (Leibo, 1994: 54)

Karena itu orang umum sering mengatakan bahwa pembentukan

kepribadian seseorang berawal dari keluarga. Sikap, tingkah laku,

pergaulan dan watak seseorang dapat mencerminkan dari keluarga itu

sendiri (Khairudin: 63). Khairudin mencoba menjelaskan intisari dari

pengertian keluarga yaitu:

a. Keluarga merupakan kelompok sosial yang terkecil yang umumnya

(28)

b. Hubungan sosial antara anggota keluarga relative tetap dan didasarkan

atas ikatan darah, perkawinan dan atau adopsi.

c. Hubungan antara anggota keluarga dijiwai oleh suasana kasih sayang

dan rasa tanggung jawab.

d. Fungsi keluarga ialah merawat, memelihara dan melindungi anak

dalam rangka sosialisasinya agar mereka mampu mengendalikan diri

dan berjiwa sosial.

Dalam hal ini kaitanya pada tataran keluarga ranah yang diadakan

bukan hanya pada sebatas tempat untuk meneruskan generasi selanjutnya,

namun juga merupakan sarana dan sebuah upaya dalam penanaman dan

sosialisasi tentang kehidupan sosial yang akan ia lanjutkan setelahnya

dalam masyarakatnya. Menurut Robert M.Z Lawang, keluarga merupakan

kelompok orang-orang yang dipersatukan oleh ikatan-ikatan perkawinan,

darah atau adopsi yang membentuk satu rumah tangga, yang berinteraksi

dan berkomunikasi satu sama lain dengan dan melalui peran-peranya

sendiri sebagai anggota keluarga dan yang mempertahankan kebudayaan

masyarakat yang berlaku umum atau menciptakan kebudayaan sendiri.

Dalam hal ini fungsi keluarga lebih dilihat sebagai sebuah lembaga yang

mana mentransformasikan sebuah upaya sosialisasi yang sengaja dibentuk

(29)

sehingga sifatnya akan lebih dominan dibandingkan dengan

lembaga-lembaga yang lain di luar konteks pribadi diri individu itu sendiri.

2. Tinjauan tentang Pola Asuh Anak

Pola asuh orang tua merupakan pola perilaku yang diterapkan pada

anak bersifat relatif konsisten dari waktu ke waktu. Pola perilaku ini

dirasakan oleh anak, dari segi negatif maupun positif. Pola asuh yang

ditanamkan tiap keluarga berbeda, hal ini tergantung pandangan dari tiap

orang tua (Petranto, 2006).

Macam-Macam Pola Asuh Orang Tua

Menurut Baumrind (dalam Syamsu Yusuf, 2005) terdapat empat

macam pola asuh orang tua yaitu:

a. Pola asuh demokratis

Adalah pola asuh yang memprioritaskan kepentingan anak

akan tetapi tidak ragu-ragu mengendalikan mereka. Orang tua dengan

pola asuh ini bersikap rasional, selalu mendasari tindakannya pada

rasio atau pemikiran-pemikiran. Orang tua yang demokratis

memandang sama kewajiban hak orang tua dan anak, bersikap rasional

dan selalu mendasari tindakannya pada rasio pemikiran. Ciri-ciri orang

tua demokratis yaitu:

1) Orang tua bersikap realistis terhadap kemampuan anak, tidak

(30)

2) Orang tua memberikan kebebasan kepada anak untuk memilih

dan melakukan suatu tindakan.

3) Bersikap responsif terhadap kemampuan anak.

4) Mendorong anak untuk menyatakan pendapat atau pertanyaan.

5) Memberikan penjelasan tentang dampak perbuatan baik dan

buruk.

6) Menghargai setiap keberhasilan yang diperoleh anak.

b. Pola asuh otoriter / authoritative

Adalah pola asuh yang merupakan kebalikan dari pola asuh

demokratis yaitu cenderung menetapkan standar yang mutlak harus

dituruti, biasanya disertai dengan ancaman-ancaman. Bentuk pola asuh

ini menekan pada pengawasan orang tua atau kontrol yang

ditunjukkan pada anak untuk mendapatkan kepatuhan dan ketaatan.

Jadi orang tua yang otoriter sangat berkuasa terhadap anak, memegang

kekuasaan tertinggi serta mengharuskan anak patuh pada

perintah-perintahnya. Secara umum pola asuh otoriter mempunyai ciri-ciri

sebagai berikut:

1) Orang tua suka menghukum secara fisik.

2) Orang tua cenderung bersikap mengomando (mengharuskan atau

(31)

3) Bersikap kaku.

4) Orang tua cenderung emosional dan bersikap menolak.

c. Pola asuh permisif atau pemanja

Merupakan suatu bentuk pengasuhan dimana orang tua

memberikan kebebasan sebanyak mungkin kepada anak untuk

mengatur dirinya, anak tidak dituntut untuk bertanggung jawab dan

tidak banyak kontrol oleh orang tua. Secara umum ciri-ciri pola asuh

orang tua yang bersifat pemanja yaitu:

1) Orang tua tidak menegur atau memperingatkan anak apabila anak

sedang dalam bahaya dan sangat sedikit bimbingan yang diberikan

oleh mereka.

2) Orang tua memberikan kebebasan kepada anak untuk menyatakan

dorongan atau keinginannya.

3) Orang tua tidak pernah menegur atau tidak berani menegur

perilaku anak, meskipun perilaku tersebut sudah keterlaluan atau di

luar batas kewajaran.

d. Pola asuh tipe penelantar

Pola asuh ini biasanya memiliki interaksi waktu yang sedikit

dengan anak-anaknya. Secara umum ciri-ciri pola asuh penelantar

(32)

1) Orang tua lebih mementingkan kepentingan sendiri misalnya

terlalu sibuk, tidak peduli bahkan tidak tahu anaknya dimana atau

sedang dengan siapa, dan lain sebagainya.

2) Anak-anak dibiarkan berkembang sendiri baik fisik maupun psikis.

3. Tinjauan tentang MBA (Married By Accident)

Dalam banyak sumber referensi diskripsi tentang Married By

Accident (MBA) belum dituliskan secara pasti karena masih

dikonsepsikan dalam pengertian umum, film, maupun hukum agama,

tentang sepasang remaja yang melakukan hubungan seks di luar nikah.

Mereka terdoktrin oleh teman-temannya untuk harus berhubungan

seksual apabila sudah lama pacaran. Ketika sudah melakukannya, sang

wanita hamil. Semua cita-cita dan masa depan yang masih jauh

terbentang harus hancur karena masalah kehamilan di luar nikah). Dalam

hal ini pengertian married by accident dalam pengertian masyarakat

umum, berarti kehamilan yang tidak diinginkan. Kehamilan yang tidak

diinginkan pada remaja sering kali berakhir dengan aborsi. Para ahli

memperkirakan bahwa kasus aborsi di Indonesia adalah sekitar 2,4 jiwa

per tahun dan sekitar 700 ribu diantaranya dilakukan oleh para remaja

(33)

Konsep MBA (Married By Accident) merupakan sebuah konsep

baru yang lebih dikenal sebagai sebuah peristiwa hamil diluar nikah

ataupun hamil karena ketidak sengajaan. Dalam hal ini yang biasa terjadi

dan dikonsepsikan oleh kebanyakan orang, cenderung melihat sebuah

peristiwa yang dilakukan oleh seseorang dalam melakukan sebuah

hubungan secara biologis secara tidak sah ataupun diluar ikatan

pernikahan, dalam hukum islam perilaku tersebut disebut dengan

perlakuan zina (Al-Haetamy, 2004: 86). Dalam hal ini peristiwa ini lebih

banyak dan dominan dikategorikan sebagai sebuah penyimpangan sosial.

Dalam hal ini dampaknya biasanya dikenakan sanksi secara cemoohan

maupun menjadi sebuah aib bagi keluarga maupun anggota masyarakat

tertentu karena dianggap tidak pantas untuk dilakukan.

4. Tinjauan tentang Penyimpangan Sosial

 Robert M.Z. Lawang: Penyimpangan sosial adalah semua tindakan

yang menyimpang dari norma-norma yang berlaku dalam suatu sistem

sosial dan menimbulkan usaha dari mereka yang berwenang dalam

sistem itu untuk memperbaiki perilaku tersebut.

 James Vander Zanden (Sunarto, 1993) penyimpangan merupakan

perilaku yang oleh sejumlah besar orang dianggap sebagai hal yang

(34)

 Kartini Kartono (2005) dalam Patologi Sosial jilid 1, Mendefinisikan

penyimpangan sosial sebagai sebuah tingkah laku yang menyimpang

dari tendensi sentral atau cirri-ciri karakteristik rata-rata dari rakyat

kebanyakan.

Jadi dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa, penyimpangan

sosial sendiri merupakan sebuah fenomena yang mana tak sejalan

dengan aturan ataupun kehendak dari masyarakat kebanyakan yang

menganggapnya menjadi sebuah penyimpangan, karena dianggap

berbeda dan tak lazim dilakukan. Namun perlu diiingat pula dalam hal

ini tendensi masyarakat juga mengambil bagian yang sangat penting

karena dalam penyimpangan sosial secara tidak langsung masyarakat

juga memberikan andil dalam munculnya hal tersebut, seperti kontrol

sosial yang lemah, tidak berfungsinya masyarakat sebagai parameter

dari tindakan para individunya, serta aturan-aturan ataupun norma

yang tidak lagi berlaku di dalam masyarakatnya.

5. Pola Asuh Orang Tua dalam Perspektif Sosiologi

a. Teori Tindakan Sosial Max Webber

Pola asuh merupakan suatu tindakan yang diambil dan

diterapkan oleh orang tua dalam keluarga. Pemilihan pola asuh

dalam keluarga tidak dipilih dan diterapkan secara asal-asalan,

(35)

belakangi para orang tua untuk menerapkan dan mengadopsi

pola pengasuhan yang diterapkan dalam mendidik

anak-anaknya. Menurut Webber dimana perilaku yang dilakukan

oleh individu diarahkan kepada tujuan-tujuan yang hendak

dicapai dan dipilih diantara sejumlah cara yang memungkinkan

(Robinson, 1986: 21).

Dilihat dari beberapa jenis pada pola pengasuhan yang

ada sangat memungkinkan untuk diterapkan dalam sebuah

keluarga. Penerapannya tentu saja dilatar belakangi oleh tujuan

ataupun sesuatu hal yang ingin dituju ataupun dicapai. Hal

yang logis yang menjadi tujuan setiap orang tua dalam bidang

pendidikan anaknya adalah agar sang anak menjadi baik serta

menuju hal-hal yang diangap baik dan menjadi tujuan orang

tua. Akan tetapi dengan penerapan pola asuh anak yang tidak

setara akan kedudukan gender justru akan membuat sebuah

polemik baru bagi orang tua karena setiap intensitas

perkembangan anak harus pula ditentukan pada konteks

kesetaraan.

Tindakan sosial yang dikemukakan oleh Weber ini

menyebutkan bahwa apa yang terjadi dalam realitas dan

(36)

individu akan secara nyata mempengaruhi dari segi perilaku

maupun bentukan dalam hal pemikiran. Tak hanya pada satu

sisi saja melainkan cakupan yang ada sangatlah kompleks dan

mendalam. Seorang individu bertingkah laku dan

memperagakan jati dirinya juga salah satunya karena adanya

bentukan dan rangsangan berupa stimulus untuk bertindak dan

memberikan gambaran, bagaimana suatu tindakan tersebut

untuk dapat dilakukan. Pada akhirnya seorang individu

melakukan suatu tindakan yang dilakukanya bukan karena

semata-mata murni karena kehendak maupun keinginan dari

individu tersebut, melainkan juga ada bentukan dari

masyarakat sekitar individu tersebut untuk membentuk dan

menjadikan diri seorang individu menjadi mau dan mampu

untuk bertindak sesuai dengan kebiasaan yang dilihatnya. Itu

semua tidak hanya dalam jangka waktu yang singkat akan

tetapi membutuhkan waktu yang konstan dalam kehidupan

seorang individu tersebut.

Dalam hal ini apa yang dideskripsikan menurut webber

menjadi suatu bentukan nyata dalam fenomena di atas ketika

banyaknya peristiwa yang menjadikan seorang perempuan itu

(37)

keluarga yang dirasakan tak adil bagi dirinya, menjadikan sisi

ini bagaikan “diorama” yang nantinya perlu untuk ditiru dan

dilakukan secara nyata dalam kehidupan para anak perempuan

di perumahan Korem 072/ Pamungkas. Bukan hanya sekedar

bentukan yang tak dianggap rasional lagi, melainkan tindakan

yang irrasional namun menjadikan diri dan menunjukkan pada

semua orang bahwa inilah “aku”, aku yang selalu terkungkung

pada didikan dan peran yang tak adil dalam keluarga membuat

para anak-anak perempuan ingin menunjukkan jati diri yang

sebenarnya. Pemikiran-pemikiran inilah yang menjadikan

anak-anak perempuan disana menjadi berani untuk mengambil

resiko dan beban yang mungkin akan terjadi ketika mereka

tengah melakukan maupun mengalami peristiwa tersebut

sebagai sebuah upaya dalam menunjukkan jati diri yang

sesungguhnya.

b. Teori Anomi

Anomi adalah suatu keadaan masyarakat dimana tidak ada

norma yang dipatuhi secara teguh dan diterima secara luas.

Masyarakat anomis adalah masyarakat yang tidak memiliki

norma pedoman mantap yang dapat dianut dan menjadi

(38)

tidak memiliki pedoman nilai yang jelas dalam bertindak.

Kondisi masyarakat yang anomis atau individu yang anomis

akan melahirkan perilaku yang tidak teratur dan tidak jelas,

sehingga perilaku mana yang disebut sesuai dan mana yang

tidak sesuai dengan norma menjadi kabur.

Dalam hal ini seorang anak dinilai dalam melakukan

perbuatan MBA( Marriead By Accident) tidak menyadari dan

memang dalam melakukan hal tersebut seakan menjadi situasi

yang dianggap tidak realistis dan tidak dalam kondisi sadar,

sehingga dapat dikatakan dalam hal ini seoarang anak

perempuan yang melakukan hal tersebuat merasa bahwa

dirinya berada pada sisi anomi dan tidak lagi memikirkan

pelajaran (sosialisasi dan pengasuhan serta edukasi yang

dilakukan orang tuanya) selain itu mereka sudah merasa pada

batas pembuktian diri tehadap ambisi yang ia capai.

c. Teori Stimulus Respon

Beberapa istilah yang perlu dijelaskan dalam teori ini

adalah stimulus, respons, dorongan, reinforcementlfaktor

penguat. Stimulus adalah peristiwa yang terjadi baik di luar

maupun di dalam tubuh manusia yang menyebabkan timbulnya

suatu perubahan tingkah laku. Respons adalah perubahan yang

(39)

Schoenfeld (Wibowo,1988:127) stimulus mempunyai 3 (tiga)

fungsi yaitu:

a. Pembangkitan: stimulus yang membangkitkan, adalah stimulus

yang langsung memberikan suatu respons. Misalnya makanan

langsung menimbulkan air liur orang yang melihatnya pada saat

lapar terutama.

b. Diskriminasi: stimulus yang diskriminatif, adalah stimulus yang

tidak langsung menimbulkan respons tetapi hanya merupakan

pertanda adanya stimulus pembangkit. Misalnya mendengar ada

tukang siomay lewat. Saat barn mendengar belum ada reaksi

apapun dan diri orang tersebut, barulah setelah melihat sang

penjual menyajikan sepiring di depannya keluarlah air liurnya.

c. Reinforcement: adalah stimulus yang menimbulkan

konsekuensi yang positif atau negatif pada terbentuknya respons.

Reinforcement positif adalah stimulus yang jika diberikan akan

memperkuat tingkah laku respons. Misalnya seorang anak yang

menolong orang lain kemudian mendapat pujian dan hadiah, maka

ia akan cenderung mengulangi tingkah laku menolongnya di

kemudian hari. Reinforcement negatif adalah stimulus yang jika

tidak diberikan atau dihentikan pem-beriannya, akan memperkuat

terjadinya respons. Misalnya seorang anak yang kegemukan dan

(40)

manakala dia berprestasi di kelas/menjadi juara kelas. Maka ia

akan mengulangi dan meningkatkan prestasi akademiknya

tersebut.

Bagan 1: Bagan Stimulus dan Respon

Dorongan adalah suatu kekuatan dalam diri seseorang

yang jika telah mencapai kekuatan yang maksimum akan

menyebabkan orang tersebut melakukan sesuatu. Menurut Dollard

& Miller (dalam Wibowo, 1988:127) terdapat 2 (dua) macam

dorongan pada manusia yaitu dorongan primer dan dorongan

sekunder. Dorongan primer adalah dorongan bawaan seperti lapar,

haus, sakit dan seks. Dorongan sekunder adalah dorongan yang

bersifat sosial dan dipelajari misalnya dorongan untuk mendapat

upah, pujian, perhatian dan sebagainya.

STIMULUS  ORGANISME: 

1. PERHATIAN  2. PENGERTIAN  3. PENERIMAAN 

(41)

B. Penelitian yang Relevan

Hasil penelitian sebelumnya yang relevan dengan penelitian ini

adalah:

1. Skripsi Asri Widya Ningrum Jurusan Pedidikan Sosiologi Universitas

Negeri Yogyakarta (04413244015) tentang Profil Pergeseran Fungsi

Keluarga Pada Anak Berperilaku Menyimpang Di Lembaga

Pemasyarakatan Anak Kutoarjo, Jawa Tengah.

Dalam penelitian diatas dituliskan bahwa terdapat pergeseran fungsi

keluarga pada anak berperilaku menyimpang, mengenai hal ini

berbagai konteks terkait dengan fungsi pendidikan dan fungsi

ekonomi, dalam hal ini dari segi pendidikan yang dilakukan oleh

orang tua terjadi pergeseran seperti tidak lagi memandang bahwa sang

anak dianggap harus dan wajib mendapatkan fungsi pendidikan dalam

keluarga, akan tetapi pada anak yang berperilaku menyimpang sudah

tidak diperhatikan lagi dari segi pendidiknya, dari segi ekonomi sang

anak yang dianggap sudah menjalankan perilaku menyimpang tidak

lagi disuplay dari segi dan sisi ekonominya, akan tetapi seorang anak

dalam hal ini sudah mulai diikutsertakan dalam dunia pekerjaan

(42)

2. Penelitian Berjudul “ Pola Asuh Orang Tua dalam Meningkatkan

Disiplin Anak di Perumahan Muria Indah Desa Gondangmanis

Kecamatan Bae Kabupaten Kudus” oleh Herlin Prasetiyanti Jurusan

Pendidikan Sosiologi Universitas Negeri Yogyakarta. Penelitian ini

dilakukan pada tahun 2005. Dalam hal ini diungkapkan bahwa ada

suatu sisi pada keadaan orang tua dimana, kedua orang tua mempunyai

tipe ataupun perilaku otoriter terhadap anak-anaknya. Dimana orang

tua menginginkan seorang anak untuk berperilaku dan bertindak

disiplin, namun di sisi lain orang tua juga mengimpelentasikan pola

asuh otoriter, dimana justru cenderung mengekang anak dan membuat

anak lebih cenderung bersikap sebaliknya.

Kedua sumber penelitian yang relevan diatas, dapat digunakan

oleh peneliti sebagai bahan pembanding dalam melakukan penelitian

ini. dari kedua penelitian diatas, fokus objek penelitian yang diambil

pada dasarnya adalah sama yakni mengenai pola asuh orang tua dalam

sebuah keluarga, sedangkan persamaan dari penelitian-penelitian di

atas dengan penelitian ini adalah mengenai pola asuh yang diterapkan

oleh orang tua kepada anak. sedikit berbeda dengan penelitian yang

dilakukan keduanya adalah pada latar belakang keluarga yang ada dan

menjadi objek penelitian. Dalam penelitian ini kami memfokuskan

(43)

otoritasinya dalam mendidik serta menerapkan pola pengasuhan anak

yang dilakukan dalam mendidik serta mengarahkan kehidupan seorang

anak dalam keluarganya.

C. Kerangka Pikir

Keluarga merupakan sebuah komponen terpenting dan utama

dalam sebuah prosesi sosialisasi yang dilakukan oleh seorang individu

dalam persiapannya menuju sebuah kehidupan bermasyarakat secara

langsung dan nyata. Dalam keluarga sendiri selalu dijaga dan

dikonsepsikan sebuah fungsi yang mana langsung menjadi dan

berkembang dalam sebuah sistem yang terjaga dan selalu

dipertahankan satu sama lainya. Dalam hal ini adanya pembagian

peran dan sebuah realitas yang mana pembagian tugas dan

kewenangan yang ada dan memang saling dikonsepsikan oleh

anggotanya satu sama lainya. Sebuah potret nyata tentang kehidupan

sebuah keluarga tentunya akan dilalui dan dilakukan oleh seorang

individu itu sendiri, tak terkecuali dalam hal ini adalah bagaimana

seorang anak itu mulai mengerti arti dan makna akan sebuah

kehidupan yang nyata. Dalam keluarga itu sendiri tentunya seorang

anak yang dipandang sebagai salah seorang penerus dari sebuah

keluarga dan keberlangsungan dari pondasi dasar keluarga tersebut.

(44)

selalu menjadi kebutuhan primer dari seorang anak maupun individu

dalam masa tumbuh dan kembangnya.

Pola asuh anak dalam konteks ini yang kami bahas tentang

bagaimana pola asuh itu diterapkan dan diaplikasikan dalam sebuah

keluarga itu dengan sebagaimana mestinya. Pola asuh yang diterapkan

dalam sebuah keluarga tentunya akan berbeda dan memiliki

karakteristik masing-masing dari keluarga itu sendiri. Hal ini tentunya

menjadi sebuah kesempatan bagi seorang anak maupun individu diri

memiliki karakteristik tersendiri dalam diri dan aplikasi yang

diterapkan dalam kehidupanya. Lebih spesifik dalam hal ini adalah

bagaimana pola penerapan tipe Authoritative atau Otoriter dalam

penerapannya dalam sebuah keluarga. Kompleks perumahan militer

yang dipandang sebagai sebuah sarana pendidikan yang dihasilkan dan

diteruskan dalam kehidupan seorang anak tentunya menjadi sebuah

dilematis bagi tumbuh kembang seorang anak itu sendiri, dalam

perumahan Korem 072/ Pamungkas, seorang anak mulai dididik dan

dibesarkan dalam lingkup keluarga yang berlatar belakang dari

seorang ayah yang memiliki pengalaman pendidikan militer. Dalam

hal ini pula seorang anak mulai dibiasakan untuk disiplin dan

mematuhi peraturan yang ada dan memang dibentuk dan

(45)

mereka yang mendapatkan pola pengasuhan yang dianggap tidak

sejalan dengan pemikirannya, menganggap apa yang dilakukan oleh

orang tuanya tidaklah benar dan kurang pas bagi kehidupan sang anak

tersebut. anak-anak yang seharusnya mendapatkan perilaku dan

pemenuhan kebutuhan dalam tumbuh kembangnya sama dan tak harus

dan tak selayaknya dibedakan dalam konteks perbedaan jenis kelamin.

Disini (dalam kompleks perumahan militer Korem 072/ Pamungkas),

apresiasi dan kebanggaan yang ada lebih memihak dengan keberadaan

anak laki-laki dibandingkan dengan anak perempuan. Sang ayah dan

keluarga menilai bahwa sang anak laki-laki dipandang akan menjadi

sebuah penerus tongkat estafet dalam meneruskan regenerasi menjadi

seorang angkatan militer dan dipandang dapat menjadikan kebanggaan

tersendiri bagi keluarganya kelak. Mindset keluarga disana (Militer)

memandang sebuah keberhasilan dari tolak ukur dan standar

keberhasilan sebuah keluarga dari kebanggaanya dari anak laki-laki

sendiri. Sedangkan sang anak perempuan hanya dipandang sebagai

sebuah sarana penerus keluarga militer keluarga, dalam hal ini

seorang anak perempuan dipandang sebagai pendamping laki-laki

ataupun calon istri bagi seorang laki-laki, namun perlu diketahui pula

dalam konteks ini sang anak perempuan pun juga diberikan batasan

dan kriteria tertentu untuk klasifikasi pasangan oleh para orang tua,

(46)

perempuannya, dalam hal ini jelasnya adalah seorang anak perempuan

harus dan diberikan sebuah arahan yang jelas tentang calon suami

yang akan dinikahinya hendaknya juga berlatar belakang dari ranah

militer, ataupun minimal tidak boleh menjadi istri di luar konteks

pegawai negeri, karena dianggap mendapatkan mantu yang berlatar

belakang dari militer juga merupakan sebuah kebanggaan yang nyata

terhadap kebanggaan dari sebuah keluarga itu sendiri.

Kondisi di atas, menjadikan sebuah anekdot dan realitas yang

sesungguhnya tidak dikehendaki dan diminati serta diminta oleh sang

anak perempuan, karena dari segi sisi kebanggaan dan prestis orang

tua dan keluarga lebih berpandangan bahwa sang anak laki-laki lebih

membanggakan dari pada anak perempuan itu sendiri, dari segi

pemenuhan kebutuhan dan permintaan dari sang anak perempuan juga

terasa didiskriminasi dan diperlakukan seperti tak adil. Anak

perempuan memang sedikit menerima dan memberikan sebuah

pressure ataupun tekanan bagi dirinya secara kodrati, akan tetapi

dalam konteks pergaulan dan konteks mencari pasangan para anak

perempuan seakan melakukan sebuah pemberontakan dari apa yang

telah mereka terima selama ini. seakan menjadi sebuah ledakan dan

pertunjukan dari emosional yang ada pada mereka, mereka yang mulai

(47)

menjadi corengan serta tamparan keras bagi keluarganya. Tidak hanya

satu dua kasus yang memunculkan bahwa perempuan melakukan

tindakan yang dianggap sebagai sebuah klausal yang sebenarnya tak

pantas dilakukan dan diproyeksikan sebelumnya. Dalam hal ini

tentunya peningkatan kasus MBA (Married By Accident) dilakukan

oleh sang anak perempuan sebagai sebuah penyalur dan kanalisasi dari

emosi yang selama ini dianggap terlalu menekan dan mendiskritkan

kaum perempuan selama ini. tak hanya dalam satu dua konteks saja

diskriminasi itu ditemukan tapi lebih kompleks lagi perihal dalam

perilaku yang dianggap tidak mencerminkan bahwa keadilan dalam

pengasuhan anak itu sendiri. Perlahan namun pasti seorang anak

perempuan menunjukkan bahwa “aku” mampu dan aku juga harus

diakui keberadaannya sebagai sebuah pemberontakan dari apa yang

diterimanya selama ini. memang terkadang kehidupan seperti tak adil

dan tak memihak namun demi sebuah intitas dari apa yang ingin

ditunjukannya itulah yang memang mereka perjuangkan sebagai

(48)

Bagan 2 : Kerangka Pikir Keluarga Militer 

Pola Asuh Orang Tua Tipe  Authoritative 

Faktor‐faktor Penyebab 

 

Peningkatan Kasus MBA  (Married By Accident) 

(49)

BAB III

METODE PENELITIAN

Berdasarkan masalah yang diambil dalam penelitian ini

menggunakan metode pendekatan kualitatif. Bogdan dan Taylor

dimana mereka mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur

penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis

atau lisan dari orang-orang atau perilaku yang dapat diamati.

Pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara

holistik (Lexy J. Moleong, 2011: 4).

Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kualitatif

dengan alasan bahwa dengan menggunakan analisis kualitatif disini

data yang kami peroleh akan lebih mendalam dan disarankan pada

konteks penggalian data yang memang mengarah pada metode

penelitian kualitatif. Metode dalam penelitian ini menggunakan

analisis data kualitatif dimana peneliti akan mencari sumber data

berupa wawancara serta observasi kepada si pelaku yang mana peneliti

disini sudah menentukan kriteria yang dianggap menjadi fokus dalam

penelitian ini. tak hanya data primer saja dalam hal ini peneliti juga

menggunakan data sekunder sebagai pendukung dan sebagai alat

(50)

A. Lokasi

Lokasi dan objek penelitian kami terfokus pada lingkungan

keluarga TNI-AD (Tentara Nasional Indonesia - Angkatan Darat) di

dalam Perumahan Militer Korem 072/ Pamungkas, Demak Ijo,

Nogotirto, Gamping, Sleman.

B. Waktu

Penelitian sudah dilaksanakan dalam jangka 3 (tiga) bulan yaitu

pada bulan Agustus hingga Oktober 2015.

C. Bentuk Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan dengan jenis

pendekatan deskriptif. Menurut Bogdan dan Taylor, penelitian

kualitatif diartikan sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data

deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan

perilaku yang diamati (Moelong, 2006: 4). Menurut Nazir, metode

penelitian deskripstif adalah suatu metode dalam meneliti status

kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem

pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang (Nazir,

2005: 54).

Tujuan dari penelitian kualitatif adalah untuk membuat

(51)

mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang

diselidiki dengan banyak penajaman. Penelitian diskriptif bertujuan

untuk mendiskripsikan atau melukiskan realitas sosial yang kompleks

yang ada di dalam masyarakat (Mantra, 2004: 38).

D. Sumber dan Jenis Data:

1. Sumber Data

Sumber data adalah subjek dari mana data diperoleh (Arikunto,

2002: 107). Dan sumber data penelitian ini meliputi:

a. Sumber Primer

Data primer adalah data yang diambil secara langsung oleh

peneliti kepada sumbernya tanpa perantara dengan cara menggali

makna dari kata-kata dan tindakan informan di lapangan. Kata-kata

dan tindakan merupakan sumber utama diambil melalui wawancara

yang direkam dengan tape recorder.

b. Sumber Sekunder

Sumber data sekunder adalah sumber data tidak langsung yang

mampu memberikan tambahan serta penguatan terhadap penelitian.

Sumber data sekunder merupakan data yang digunakan untuk

mendukung data primer yaitu data yang berupa buku, majalah, koran,

(52)

2. Jenis Data

Data dalam penelitian kualitatif adalah berupa tulisan-tulisan

dan gambar dari hasil wawancara dan hasil observasi dan bukan berpa

angka-angka seperti dalam penelitian kualitatif. Data tersebut berupa

transkrip wawancara, catatan lapangan, foto, memo, dan dokumen

penting lainnya. hasil dari penelitian ini berupa bentuk ketikan

komputer.

E. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang relevan dan sesuai dengan

masalah pada penelitian ini, maka digunakan teknik pengumpulan data

sebagai berikut:

1. Observasi

Teknik pengumpulan data adalah dengan menggunakan teknik

observasi. Observasi adalah pengamatan dan pencatatan yang

sistematis terhadap gejala-gejala yang ingin diteliti (Usman, 1995: 54).

Secara lebih sempit observasi diartikan sebagai setiap kegiatan untuk

melakukan pengukuran dengan menggunakan indera pengelihatan

yang berarti tidak menggunakan ataupun memakai pengajuan berupa

(53)

Observasi yang dilakukan adalah jenis observasi langsung,

akan tetapi peneliti tidak terlibat langsung dalam kegiatan responden.

Dengan kata lain, peneliti ini menggunakan teknik observasi

nonpartisipan. Observasi nonpartisipan adalah pengamat tidak

melibatkan diri secara langsung ke dalam objek pengamatan, pengamat

berada di luar subjek yang diamati dan tidak ikut dan tidak berperan

dalam kegiatan-kegiatan yang mereka lakukan, sehingga pengamat

akan lebih mudah mengamati kemunculan tingkah laku yang

diharapkan (Soehartono, 2004: 69). Observasi ini merupakan

pengamatan dan pencatatan awal yang sistematis terhadap

gejala-gejala yang akan diteliti. Observasi ini dilakukan secara langsung oleh

peneliti terhadap permasalahan yang akan dikaji.

2. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.

Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara yang

mengajukan pertanyaan dan terwawancara yang memberikan jawaban

atas pertanyaan itu (Moleong, 2007: 186). wawancara yang dilakukan

disini, peneliti menggunakan wawancara terstruktur dengan maksud

agar pada saat proses wawancara berlangsung topik bahasan serta

cakupan data yang diperoleh tepat sasaran serta tidak membuang

banyak waktu penelitian. Dalam hal ini peneliti membuat beberapa

(54)

tersebut kepada narasumber untuk dijawab. Hal ini bertujuan agar

diperoleh data yang lengkap dan sesuai dengan masalah yang akan

diteliti dan rencana awal dalam tujuan penelitian ini.

3. Dokumentasi

Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau

variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah.

Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.

Dokumentasi bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya

monumental dari seseorang (Sugiyono, 2010: 82).

4. Studi Pustaka

Untuk kelengkapan data dan informasi dalam penelitian ini,

maka peneliti menambahkan data dari buku-buku, literature, karya

tulis ilmiah, artikel dari internet, dan sumber lain yang relevan dengan

permasalahan yang akan diteliti lebih mendalam.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen sendiri menurut Arikunto (2002: 126) ialah alat pada

waktu peneliti menggunakan suatu metode. Karena dalam penelitian

ini menggunakan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi,

maka intrumen yang dibutuhkan antara lain yaitu pedoman observasi,

(55)

G. Teknik Pemilihan Informan/ Sampling

Penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling untuk

pengambilan sampel dengan tujuan menjaring sebanyak mungkin

informasi dari berbagai macam sumber dan bangunannya (Moleong,

2007:224). Sampel merupakan bagian dari populasi yang akan diteliti.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini

adalah teknik sampling bertujuan (Purposive Sampling) yaitu

pengambilan data ataupun sampel berdasarkan pada tujuan atau

pertimbangan tertentu (Usman, 1995: 47). Maksud sampling dalam

penelitian ini adalah untuk menjaring sebanyak mungkin informasi

dari berbagai macam sumber dan bangunannya (Constuctions).

Populasi di sini adalah keluarga militer yang tinggal dan

menjadi anggota dalam satuan Korem 072/ Pamungkas. Fokus sampel

yang digunakan adalah anak-anak perempuan yang menjadi ataupun

melakukan tindakan MBA (Married By Accident). Karena dalam hal

ini keluarga tentunya menerapkan pola pengasuhan yang mungkin

ataupun dirasa tidak sesuai oleh sang anak perempuan dalam perlakuan

yang sesungguhnya. Sedangkan dalam dan untuk konteks anak

laki-laki lebih dominan tidak melakukan hal tersebut karena mungkin ada

(56)

banyak keluarga yang juga menjalankan hal tersebut diluar konteks

dan lingkup keluarga militer yang ada di daerah Yogyakarata ini,

peneliti membatasi hanya pengambilan sampel di lingkungan

kompleks perumahan satuan militer Korem 072/ Pamungkas. Tujuan

dari metode ini sendiri adalah agar diperoleh data yang sesuai dengan

fakta yang ada dilapangan.

H. Validitas Data

Setelah data terkumpul maka langkah selanjutnya adalah

pemeriksaan keabsahan data ataupun disebut dengan validitas data.

Pemeriksaan keabsahan data menggunakan teknik triangulasi.

Trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan atau valid tidaknya

data dengan memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data tersebut

untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data

tersebut (Moleong, 2007:330). Untuk tekniknya sendiri, dalam

penelitian ini digunakan teknik trianggulasi dengan sumber dan

metode.

Triangulasi sumber adalah teknik pemeriksaan keabsahan

dengan membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan

informasi yang telah diperoleh dengan menggunakan waktu dan alat

(57)

beberapa informan dengan menggunakan metode yang sama.

Sedangkan triangulasi metode adalah pengecekan data yang didapat

dari metode pengumpulan data yang berbeda yaitu wawancara,

observasi dan studi dokumentasi.

Menurut Patton dalam bukunya Lexy J. Moleong untuk

mengecek dan membandingkan derajat kepercayaan suatu informasi

yang diperoleh dapat dicapai dengan jalan: pertama membandingkan

data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara. Kedua yaitu

membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa

yang dikatakannya secara pribadi. Ketiga adalah membandingkan apa

yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa

yang dikatakannya sepanjang waktu. Keempat adalah membandingkan

keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan

pandanagn orang. Kelima adalah membandingkan hasil wawancara

dengan isi suatu dokumen yang berkaitan (Moleong, 2006: 178).

Pengecekan dalam penelitian ini dilakukan dengan cara-cara

membandingkan data wawancara, observasi dan dokumentasi.

Pengecekan derajat kepercayaan dalam penelitian ini dengan

menggunakan sumber hasil dari informasi dari wawancara yang

(58)

I. Teknik Analisis Data

Penelitian ini menggunakan metode analisis kualitatif

deskriptif. Karena model ini akan menggambarkan keadaan dan

fenomena yang diperoleh dalam bentuk kata-kata untuk ditarik sebuah

kesimpulan. Proses ini dilakukan menggunakan model analisis

interaktif seperti yang diungkapkan Miles dan Huberman, yaitu proses

analisis yang dilakukan bersama dengan proses pengumpulan data.

Proses analisi data dalam penelitian ini menggunakan empat tahap,

yaitu: tahap pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan

penarikan kesimpulan (Huberman, 1992: 15-20). Keempat tahapan

menurut model interaktif dari Miles dan Huberman dapat dijelaskan

dengan menggunakan skema sebagai berikut:

Bagan 3: Bagan Teknik Analisis Data Model Miles dan Huberman. Reduksi Data 

Pengumpulan Data

(59)

1) Pengumpulan Data

Data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara dan

dokumentasi dicatat dalam catatan lapangan yang berisi tentang apa

yang dilihat, didengar, dirasakan, disaksikan, dialami sendiri oleh

peneliti tanpa adanya pendapat dari peneliti. Temuan tentang apa yang

dijumpai selama penelitian dan merupakan bahan rencana

pengumpulan data untuk tahap berikutnya. Pengumpulan data

dilakukan dengan menggunakan wawancara, observasi dan studi

dokumentasi (Huberman, 1992: 15-20).

2) Reduksi Data

Reduksi data diartikan sebagai proses di mana peneliti

melakukan pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan,

pengabstrakan data hasil penelitian. Proses ini juga dinamakan sebagai

proses transformasi data, yaitu perubahan dari data yang bersifat

“kasar” yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan menjadi

data yang bersifat “halus” dan siap pakai setelah dilakukan

penyeleksian, membuat ringkasan, menggolongkan ke dalam pola-pola

dengan membuat transkrip penelitian untuk mempertegas,

(60)

tidak diperlukan agar dengan mudah ditarik kesimpulanya (Huberman,

1992: 15-20).

3) Penyajian Data

Penyajian data dimaksudkan untuk mempermudah peneliti

dalam melihat hasil penelitian. Dengan penyajian data akan dipahami

apa yang terjadi, apa yang harus dilakukan, dan lebih lanjut lagi

menganalisis mengambil tindakan berdasarkan atas pemahaman yang

di dapat dari penyajian-penyajian data tersebut (Huberman, 1992:

15-20).

4) Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan adalah usaha untuk mencari atau

memahami makna, keteraturan, pola-pola penjelasan alur sebab akibat

atau proposisi. Tahapan ini menyangkut penggambaran makna dari

data yang ditampilkan. Sebelum membuat kesimpulan peneliti harus

mencari pola, hubungan, persamaan dan sebagainya antara detail yang

ada untuk kemudian dipelajari, dianalisis dan disimpulkan (Huberman,

(61)

BAB IV

PEMBAHASAN DAN ANALISIS

A. Deskripsi Wilayah Penelitian

1. Kondisi Umum Perumahan Korem 072/ Pamungkas.

Kompleks perumahan militer Angkatan Darat Korem 072/

Pamungkas, merupakan salah satu kompleks perumahan militer milik Tentara

Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI-AD) yang ada di kota Yogyakarta.

Di kota pelajar ini sendiri kompleks perumahan Militer Tentara Nasional

Indonesia Angkatan Darat sendiri berdiri beberapa perumahan untuk dan

digunakan oleh anggotanya. Anggota yang dimaksud adalah anggota yang

menjadi anggota kesatuan dari wilayah maupun kompleks satuan yang ada di

Yogyakarta itu sendiri. Pembagian ini dilakukan untuk mempermudah dalam

mengkoordinir dan menjalankan tugas satuan dari Kodam IV Diponegoro

yang ada di Semarang, maupun Kodam Jaya yang ada di Jakarta.

2. Sejarah Singkat

Kompleks Perumahan Korem 072/ Pamungkas sendiri merupakan

salah satu perumahan yang didirikan dalam cakupan desa Nogotirto,

Gamping, Sleman, Yogyakarta. Kompleks perumahan militer 072/

Pamungkas merupakan sebuah bilik asrama kesatuan milik satuan komandan

(62)

hal ini perumahan tersebut merupakan fasilitas bagi para prajurit yang terpilih

dan terbagi dalam berbagai latar belakang satuan kerja yang ada didalam

Korem 072/ Pamungkas tersebut. Klasifikasinya antara lain adalah dibagi

dalam beberapa bagian dan beban kerja mulai dari Bagian Logistik (Basilog)

hingga bagian Intelijen (Intel) dimana setiap bagian tugasnya diberikan

pemimpin (perwira) yang mendiami barak ataupun sisi perumahan bagian

depan. total dari perumahan ini sendiri terdiri dari 30 buah perumahan,

dimana pembagiannya terdiri dari 10 unit rumah tipe 45 yang dihuni oleh para

perwira yang terbagai dalam satuan tugas masing-masing, sedangkan 20

rumah lainnya dihuni oleh para anggota yang terpilih dan bertugas dalam

satuan lingkup komandan Korem 072. Dimana setiap rumahnya diisi oleh istri

dan anak-anak dari para anggotanya. Perumahan ini berdiri pada tahun

1900-an atas dasar dari pemikir1900-an d1900-an rujuk1900-an dari kom1900-and1900-an Kodam 4/

Diponegoro yang mana salah satu dari upaya untuk mensejahterakan para

anggotanya dan mempermudah komunikasi serta tukar pikiran dari para

anggota dengan komandan dalam satuan tugas masing-masing ataupun

sebaliknya untuk mempermudah para komandan dalam memberikan arahan

serta petunjuk langsung yang diperintahkan dari pusat yaitu Markas Besar

(63)

3. Kondisi Geografis

Lokasi dari perumahan ini pun dapat dikatakan sangat strategis dalam

perjalanan tujuan dari perumahan ini sendiri dibuat pada awalnya. Dimana

berbatasan langsung dengan Ring Road Barat disisi baratnya, sedangkan

disebelah Selatan terdapat jalan utama Jalan Godean, dimana disebelah

selatan lagi terdapat 2 (dua) kompi besar (dapat dikatakan anak cabang dari

Korem) yaitu terdiri dari Kompi Senapan C (biasa disebut dengan Kompi C)

dan Kompi KiKavser 2/ BS (Berdiri Sendiri), sedangkan jika berjalan

keselatan lagi terdapat Rumah susun yang baru didirikan pada awal tahun

2014 untuk upaya pendapatan devisa ataupun memaksimalkan lahan kosong

dalam lingkup militer, sisi samping dari rumah susun tersebut terdapat bagian

dari satuan cabang lain yaitu Bekang. Sedangkan sisi timur berbatasan

langsung dengan perumahan Nogotirto Asri, sedangkan untuk batasan utara

terdapat PO Putera Remaja (merupakan salah satu PO bis perjalanan komersil

antar pulau maupun dalam pulau).

4. Iklim Masyarakat/ Keadaan Masyarakat

Kondisi dan iklim masyarakat yang ada di dalam kompleks perumahan

Korem sendiri dikatakan cukup baik dari segi ekonomi maupun dari segi

kesejahteraan para anggotanya, dimana untuk dewasa ini yang bekerja tidak

(64)

Darat, namun juga diisi oleh para ibu-ibu dan para istri yang mulai memasuki

dunia karir ataupun dunia kerja. Dari segi dan sisi keamanan pun kompleks

perumahan ini dapat dikatakan cukup aman karena minimnya tindakan

kriminalitas yang ada di dalamnya. Setiap sisi dan segi fasilitas yang ada di

dalam kompleks ini tidak lain dan tidak bukan hanya untuk mensejahterakan

para anggotanya yang tinggal dan hidup serta menetap sementara waktu

(hingga proses pensiun ataupun dipindah tugaskan ke lain kesatuan ataupun

dengan berbagai alasan). Fasilitas yang ada di dalamnya terdiri dari 1 (satu )

buah Lapangan Voli, 1 (satu) buah lapangan Bulutangkis, 1 (satu) buah kolam

ikan yang dikelola secara swadaya dan bersama-sama. Jenis kegiatan serta

agenda yang dilakukan ataupun dilaksanakan di sana meliputi arisan ibu-ibu,

arisan bapak-bapak, kerja bakti rutin sebulan sekali, dan berbagai bentuk

demontrasi dari pihak luar maupun dari kesatuan Korem 072/ Pamungkas

sendiri. Untuk para remaja dan anak-anak terdapat pertemuan para karang

taruna meskipun intensitasnya dapat dikatakan tidak terlalu sering.

5. Kondisi Keagamaan dan Jenjang Pendidikan

Mengenai keberagaman yang ada di dalam Kompleks Perumahan

Korem 072/ Pamungkas ini sendiri didominasi oleh menganut agama

keyakinan mayoritas Islam, dapat dikatakan prosentasenya adalah 85 persen

untuk muslim, 10 persen untuk nasrani, dan 5 persen untuk agama lain seperti

(65)

permasalahan maupun konflik yang ada, melainkan tidak adanya rasa

perbedaan dan saling menghormati antara satu dengan yang lain. untuk

jenjang pendidikan yang ada disana mayoritas mengenyam pendidiakn untuk

tingkat Sekolah Menengah Atas untuk para anggota militer (Suami) dan untuk

istri rata-rata juga masih didominasi untuk jenjang Sekolah Menengah Atas

maupun kejuruan yang sederajat, meskipun ada pula beberapa yang berlatar

belakang Diploma maupun Strata 1. Untuk sisi pendidikan anak-anak,

keluarga masih tetap berfikir pada prioritas pendidikan tertinggi untuk anak

laki-laki ketimbang untuk anak perempuan.

B. Deskripsi Umum Informan

Dalam penelitian yang dilakukan oleh penulis, dapat diketahui bahwa.

Berikut ini adalah data mengenai profil informan:

1. Mbak Dw (1)

Mbak Dw (1) adalah seorang anak dari ibu LH dan Bapak

Serka (Sersan Kepala) YS, mereka dikarunia dengan 2 orang anak

yaitu laki-laki dan perempuan. Saudara laki-laki Mbak Dw adalah

seorang laki-laki yang sekarang sudah dan sedang bekerja di dalam

kesatuan Brimob yang berada di daerah Kendari, Sulawesi Tenggara.

Mbak Dw sendiri menikah dengan Mas Al. Mas Al sendiri juga

(66)

Praka Pr dan ibu Sm. Mbk Dw dan Mas Al dikaruniai dengan 2 buah

hati, terdiri dari 2 anak perempuan bernama, An dan Ai. Mereka

sekarang berdomisili dan menetap di daerah Ungara, Semarang, Jawa

Tenggah semenjak sang ayah meninggal. Kehidupan mereka pada

awalnya tanpa mengenal sedikitpun bantuan dari orang tua mereka,

mereka berusaha untuk menjalankan kehidupan dengan membuka

usaha sendiri. Usaha mereka ialah menyewakan angkutan truk yang

mulanya mereka kredit dan dicicil melalui usaha Mbk Dw yang

mulanya bekerja sebagai seorang SPG (Sales Promotion Girl)

disebuah mall yang ada di Semarang. Kehidupan mereka yang

didapatkan cukup harmonis dan dapat dikatakan sebagai keluarga yang

berbahagia meskipun awal dan mula mereka menjalani hubungan ini

mengalamai berbagai lika-liku serta problematika yang dapat

dikatakan tidak mudah untuk dilalui oleh seorang anak. namun mereka

perlahan namun pasti meskipun mendapatkan banyak ujian, dari mulai

harus berusaha sendiri dan memulai semua dari titik nol dalam

menjalankan kehidupan mereka, mereka tetap yakin dan optimis

kekuatan dari cintalah yang mereka milik. Selain itu pula tekad kuat

dari Mbk Dw yang merasa sakit hati ataupun merasa tidak

diperlakukan adil oleh orang tuanya (terutama sang ayah) dalam

Gambar

Tabel 2: Daftar Koding
Gambar 1: Peta WilaGoayah Perumaoogle Mapsahan Militerdiakses 01 Nr Korem 072November 202/Pamungkas015) s (Sumber:

Referensi

Dokumen terkait