• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERFIKIR

A. Kajian Pustaka

5. Pola Asuh Orang Tua Dalam Perspektif Sosiologi

a. Teori Tindakan Sosial Max Webber

Pola asuh merupakan suatu tindakan yang diambil dan diterapkan oleh orang tua dalam keluarga. Pemilihan pola asuh dalam keluarga tidak dipilih dan diterapkan secara asal-asalan, akan tetapi lebih pada adanya alasan-alasan lain yang melatar

belakangi para orang tua untuk menerapkan dan mengadopsi pola pengasuhan yang diterapkan dalam mendidik anak- anaknya. Menurut Webber dimana perilaku yang dilakukan oleh individu diarahkan kepada tujuan-tujuan yang hendak dicapai dan dipilih diantara sejumlah cara yang memungkinkan (Robinson, 1986: 21).

Dilihat dari beberapa jenis pada pola pengasuhan yang ada sangat memungkinkan untuk diterapkan dalam sebuah keluarga. Penerapannya tentu saja dilatar belakangi oleh tujuan ataupun sesuatu hal yang ingin dituju ataupun dicapai. Hal yang logis yang menjadi tujuan setiap orang tua dalam bidang pendidikan anaknya adalah agar sang anak menjadi baik serta menuju hal-hal yang diangap baik dan menjadi tujuan orang tua. Akan tetapi dengan penerapan pola asuh anak yang tidak setara akan kedudukan gender justru akan membuat sebuah polemik baru bagi orang tua karena setiap intensitas perkembangan anak harus pula ditentukan pada konteks kesetaraan.

Tindakan sosial yang dikemukakan oleh Weber ini menyebutkan bahwa apa yang terjadi dalam realitas dan keseharian pada lingkungan sekitar tempat tingal seorang

individu akan secara nyata mempengaruhi dari segi perilaku maupun bentukan dalam hal pemikiran. Tak hanya pada satu sisi saja melainkan cakupan yang ada sangatlah kompleks dan mendalam. Seorang individu bertingkah laku dan memperagakan jati dirinya juga salah satunya karena adanya bentukan dan rangsangan berupa stimulus untuk bertindak dan memberikan gambaran, bagaimana suatu tindakan tersebut untuk dapat dilakukan. Pada akhirnya seorang individu melakukan suatu tindakan yang dilakukanya bukan karena semata-mata murni karena kehendak maupun keinginan dari individu tersebut, melainkan juga ada bentukan dari masyarakat sekitar individu tersebut untuk membentuk dan menjadikan diri seorang individu menjadi mau dan mampu untuk bertindak sesuai dengan kebiasaan yang dilihatnya. Itu semua tidak hanya dalam jangka waktu yang singkat akan tetapi membutuhkan waktu yang konstan dalam kehidupan seorang individu tersebut.

Dalam hal ini apa yang dideskripsikan menurut webber menjadi suatu bentukan nyata dalam fenomena di atas ketika banyaknya peristiwa yang menjadikan seorang perempuan itu dalam melakukan sebuah “pemberontakan” dalam lingkup

keluarga yang dirasakan tak adil bagi dirinya, menjadikan sisi ini bagaikan “diorama” yang nantinya perlu untuk ditiru dan dilakukan secara nyata dalam kehidupan para anak perempuan di perumahan Korem 072/ Pamungkas. Bukan hanya sekedar bentukan yang tak dianggap rasional lagi, melainkan tindakan yang irrasional namun menjadikan diri dan menunjukkan pada semua orang bahwa inilah “aku”, aku yang selalu terkungkung pada didikan dan peran yang tak adil dalam keluarga membuat para anak-anak perempuan ingin menunjukkan jati diri yang sebenarnya. Pemikiran-pemikiran inilah yang menjadikan anak-anak perempuan disana menjadi berani untuk mengambil resiko dan beban yang mungkin akan terjadi ketika mereka tengah melakukan maupun mengalami peristiwa tersebut sebagai sebuah upaya dalam menunjukkan jati diri yang sesungguhnya.

b. Teori Anomi

Anomi adalah suatu keadaan masyarakat dimana tidak ada norma yang dipatuhi secara teguh dan diterima secara luas. Masyarakat anomis adalah masyarakat yang tidak memiliki norma pedoman mantap yang dapat dianut dan menjadi pedoman oleh warganya. Individu anomis adalah individu yang

tidak memiliki pedoman nilai yang jelas dalam bertindak. Kondisi masyarakat yang anomis atau individu yang anomis akan melahirkan perilaku yang tidak teratur dan tidak jelas, sehingga perilaku mana yang disebut sesuai dan mana yang tidak sesuai dengan norma menjadi kabur.

Dalam hal ini seorang anak dinilai dalam melakukan perbuatan MBA( Marriead By Accident) tidak menyadari dan memang dalam melakukan hal tersebut seakan menjadi situasi yang dianggap tidak realistis dan tidak dalam kondisi sadar, sehingga dapat dikatakan dalam hal ini seoarang anak perempuan yang melakukan hal tersebuat merasa bahwa dirinya berada pada sisi anomi dan tidak lagi memikirkan pelajaran (sosialisasi dan pengasuhan serta edukasi yang dilakukan orang tuanya) selain itu mereka sudah merasa pada batas pembuktian diri tehadap ambisi yang ia capai.

c. Teori Stimulus Respon

Beberapa istilah yang perlu dijelaskan dalam teori ini adalah stimulus, respons, dorongan, reinforcementlfaktor penguat. Stimulus adalah peristiwa yang terjadi baik di luar maupun di dalam tubuh manusia yang menyebabkan timbulnya suatu perubahan tingkah laku. Respons adalah perubahan yang disebabkan oleh adanya stimulus. Menurut Keller &

Schoenfeld (Wibowo,1988:127) stimulus mempunyai 3 (tiga) fungsi yaitu:

a. Pembangkitan: stimulus yang membangkitkan, adalah stimulus yang langsung memberikan suatu respons. Misalnya makanan langsung menimbulkan air liur orang yang melihatnya pada saat lapar terutama.

b. Diskriminasi: stimulus yang diskriminatif, adalah stimulus yang tidak langsung menimbulkan respons tetapi hanya merupakan pertanda adanya stimulus pembangkit. Misalnya mendengar ada tukang siomay lewat. Saat barn mendengar belum ada reaksi apapun dan diri orang tersebut, barulah setelah melihat sang penjual menyajikan sepiring di depannya keluarlah air liurnya. c. Reinforcement: adalah stimulus yang menimbulkan konsekuensi yang positif atau negatif pada terbentuknya respons. Reinforcement positif adalah stimulus yang jika diberikan akan memperkuat tingkah laku respons. Misalnya seorang anak yang menolong orang lain kemudian mendapat pujian dan hadiah, maka ia akan cenderung mengulangi tingkah laku menolongnya di kemudian hari. Reinforcement negatif adalah stimulus yang jika tidak diberikan atau dihentikan pem-beriannya, akan memperkuat terjadinya respons. Misalnya seorang anak yang kegemukan dan gelalu diejek oleh temannya, tidak lagi diejek oleh temannya

manakala dia berprestasi di kelas/menjadi juara kelas. Maka ia akan mengulangi dan meningkatkan prestasi akademiknya tersebut.

Bagan 1: Bagan Stimulus dan Respon

Dorongan adalah suatu kekuatan dalam diri seseorang yang jika telah mencapai kekuatan yang maksimum akan menyebabkan orang tersebut melakukan sesuatu. Menurut Dollard & Miller (dalam Wibowo, 1988:127) terdapat 2 (dua) macam dorongan pada manusia yaitu dorongan primer dan dorongan sekunder. Dorongan primer adalah dorongan bawaan seperti lapar, haus, sakit dan seks. Dorongan sekunder adalah dorongan yang bersifat sosial dan dipelajari misalnya dorongan untuk mendapat upah, pujian, perhatian dan sebagainya.

STIMULUS  ORGANISME:  1. PERHATIAN  2. PENGERTIAN  3. PENERIMAAN  RESPONSE (Perubahan  Sikap) 

Dokumen terkait