• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN MENGGUNAKANPENDEKATAN CTL MELALUI METODE EKSPERIMEN DAN PEMBERIAN TUGAS DITINJAU DARI MOTIVASI BERPRESTASI DAN KREATIVITAS SISWA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN MENGGUNAKANPENDEKATAN CTL MELALUI METODE EKSPERIMEN DAN PEMBERIAN TUGAS DITINJAU DARI MOTIVASI BERPRESTASI DAN KREATIVITAS SISWA"

Copied!
130
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN

CTL MELALUI METODE EKSPERIMEN DAN PEMBERIAN TUGAS DITINJAU DARI MOTIVASI BERPRESTASI DAN

KREATIVITAS SISWA

(Studi Kasus Pembelajaran Kimia Pokok Bahasan Elektrokimia pada Siswa Kelas XI Semester Genap SMK Kristen 1 Klaten

Tahun Pelajaran 2010/2011)

TESIS

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai

Derajat Magister Program Studi Pendidikan Sains

Minat Utama : Kimia

Oleh

ABNI SUSANTI

NIM S831002001

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

commit to user

ii

PERSETUJUAN

PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN

CTL MELALUI METODE EKSPERIMEN DAN PEMBERIAN TUGAS

DITINJAU DARI MOTIVASI BERPRESTASI DAN

KREATIVITAS SISWA

(Studi Kasus Pembelajaran Kimia Pokok Bahasan Elektrokimia pada Kelas XI Semester Genap SMK Kristen 1 Klaten

Tahun Pelajaran 2010/2011)

Disusun oleh : ABNI SUSANTI

NIM S831002001

Telah disetujui oleh Tim Pembimbing Pada tanggal………. Dosen Pembimbing:

Jabatan Nama Tanda Tangan

Pembimbing I Prof. Dr. H. Ashadi ……… NIP. 19510102 197501 1001

Pembimbing II Prof. Dr. H Widha Sunarno, M.Pd. ……….... NIP. 19520116 198003 1001

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Sains

(3)

commit to user

iii

LEMBAR PENGESAHAN

PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN CTL MELALUI METODE EKSPERIMEN DAN PEMBERIAN

TUGAS DITINJAU DARI MOTIVASI BERPRESTASI DAN KREATIVITAS SISWA

(Studi Kasus Pembelajaran Kimia Pokok Bahasan Elektrokimia pada Kelas XI Semester Genap SMK Kristen 1 Klaten

Tahun Pelajaran 2010/2011)

Disusun oleh : ABNI SUSANTI NIM S831002001

Telah disetujui dan disahkan oleh Tim Penguji Pada tanggal……….

Jabatan Nama Tanda Tangan

Ketua : Dra. Soeparmi, M.A., Ph.D. ...

Sekretaris : Dr. M. Masykuri, M.Si. ...

Anggota 1: Prof. Dr. H. Ashadi ...

Anggota 2: Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd. ...

Surakarta,... Mengetahui Ketua Program Studi Pend. Sains Direktur PPs UNS

(4)

commit to user

iv

PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya :

Nama : ABNI SUSANTI NIM : S 831002001

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis berjudul Pembelajaran Kimia Dengan Menggunakan Pendekatan CTL Melalui Metode Eksperimen dan Pemberian Tugas Ditinjau Dari Motivasi Berprestasi dan Kreativitas Siswa

(Studi Kasus Pembelajaran Kimia Pokok Bahasan Elektrokimia Kelas XI Semester Genap SMK Kristen 1 Klaten Tahun Pelajaran 2010/2011) adalah betul-betul karya saya sendiri. Hal-hal yang bukan merupakan hasil karya saya dalam tesis ini diberi citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.

Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sangsi akademis berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari tesis tersebut.

Surakarta, Juli 2011 Yang membuat pernyataan

(5)

commit to user

v MOTTO

”Banyaklah rancangan di hati manusia, tetapi keputusan Tuhanlah yang telaksana”

Amsal 19:21

”Takut akan Tuhan adalah permulaan pengetahuan”

(6)

commit to user

vi

PERSEMBAHAN

Dengan penuh rasa hormat dan penuh cinta kasih kupersembahkan karya kecilku ini

untuk:

Yesus Kristus sumber kehidupanku,

Bapak, Ibu, mbak Nova, dan si kembar Mateas dan Mateus yang selama ini selalu

menyayangiku, mendoakanku, dan menunggu keberhasilanku,

Eri Prabowo, si gembul yang tulus menyayangiku,

(7)

commit to user

vii

KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan petunjuk, kemudahan dan karunia sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul Pembelajaran Kimia dengan Menggunakan Pendekatan CTL Melalui Metode Eksperimen dan Pemberian

Tugas Ditinjau dari Motivasi Berprestasi dan Kreativitas Siswa (Studi Kasus

Pembelajaran Kimia Pokok Bahasan Elektrokimia pada Siswa Kelas XI Semesterr Genap SMK Kristen 1 Klaten Tahun Ajaran 2010/2011)

Banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam penyelesaian penulisan proposal tesis ini. Namun, berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan yang timbul dapat teratasi. Untuk itu atas segala bentuk bantuannya, disampaikan terimakasih kepada yang terhormat:

1. Prof. Drs. Suranto, M.Sc, Ph.D. selaku Direktur Pascasarjana Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta yang telah memberikan bantuan berupa sarana, fasilitas dan kelancaran dalam menempuh pendidikan program pascasarjana.

2. Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Sains Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan arahan selama penulis menyelesaikan pendidikan.

3. Prof. Dr. H. Ashadi selaku pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan petunjuk dalam menyelesaikan proposal tesis penelitian ini.

4. Segenap dosen Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta

yang telah memberikan pendalaman ilmu kepada penulis.

(8)

commit to user

viii

6. Drs. Sugeng Prasetyo selaku Kepala SMK Kristen 1 Klaten yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk mengadakan penelitian.

7. Br. Leonardus Paryoto, S.T. selaku Kepala SMK Leonardo Klaten yang telah memberi kesempatan penulis untuk mengadakan try out penelitian.

8. Bapak, Ibu serta kakak dan adik tersayang yang senantiasa mendoakan yang terbaik serta memberikan kasih sayang, nasehat dan dorongan serta semangat bagi penulis dalam menyelesaikan tesis.

9. Rekan-rekan mahasiswa Pendidikan Sains Kimia Program Pascasarjana atas kerja sama dan kekompakannya.

10. Pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Karya ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran guna perbaikan dalam penelitian ini. Akhirnya, semoga karya sederhana ini dapat bermanfaat dalam dunia pendidikan, khususnya pendidikan kimia.

Surakarta, Juli 2011

(9)

commit to user

B. Identifikasi Masalah... 4

C. Pembatasan Masalah…... 5

3. Pembelajaran Contextual Teaching and Learning... 20

4. Metode Pembelajaran (Eksperimen)……... 29

(10)

commit to user

x

6. Motivasi Berprestasi………. 33

7. Kreativitas... 35

8. Prestasi Belajar... 38

9. Materi Elektrokimia... 42

B. Penelitian yang Relevan………... 49

C. Kerangka Berpikir... 51

D. Hipotesis…………... 59

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 61

A. Tempat dan Waktu Penelitian... 61

B. Metode Penelitian... 62

C. Populasi dan Sampel... 63

D. Variabel Penelitian... 64

E. Instrumen Penelitian... 64

F. Teknik Pengumpulan Data... 65

G. Uji Coba Instrumen Penelitian... 65

H. Teknik Analisis Data………. 72

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN…………... 76

A. Deskripsi Data... 76

B. Uji Prasyarat Analisis... 83

C. Pengujian Hipotesis... 85

D. Pembahasan Hasil Penelitian... 94

E. Keterbatasan Peneliti... 108

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN……….. 109

A. Kesimpulan... 109

B. Implikasi... 110

C. Saran... 111

DAFTAR PUSTAKA... 114

(11)

commit to user

xi

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.1 : Perbedaan Pendekatan CTL dengan Konvensional 28

Tabel 3.1 : Alokasi Waktu Penelitian... 61

Tabel 3.2 : Perlakuan penelitian………... 62

Tabel 3.3 : Hasil Kesimpulan Validitas Soal Angket Kreativitas……… 66

Tabel 3.4 : Hasil Kesimpulan Validitas Soal Angket Motivasi Berprestasi………... 67

Tabel 3.5 : Hasil Kesimpulan Validitas Soal Tes Prestasi Kognitif………. 67

Tabel 3.6 : Hasil Kesimpulan Validitas Soal Angket Afektif.. 68

Tabel 3.7 : Hasil Kesimpulan Hasil Reabilitas………. 69

Tabel 3.8 : Indeks Kesukaran ……... 70

Tabel 3.9 : Kesimpulan Daya Beda Soal... 71

Tabel 4.1 : Deskripsi Data Motivasi Berprestasi Siswa... 76

Tabel 4.2 : Deskripsi Data Kreativitas Siswa……….. 77

Tabel 4.3 : Deskripsi Data Prestasi Belajar Siswa Aspek Kognitif’………... 78

Tabel 4.4 : Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Kognitif Metode Eksperimen……… 79

Tabel 4.5 : Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Kognitif Metode Pemberian Tugas……….. 79

Tabel 4.6 : Deskripsi Data Prestasi Belajar Siswa aspek Afektif ……….. 81

Tabel 4.7 : Deskripsi Data Prestasi Belajar Siswa aspek Psikomotor……….. 82

(12)

commit to user

xii

Belajar………...

Tabel 4.10 Hasil GLM Untuk Prestasi Belajar Ditinjau Dari

(13)

commit to user

xiii

DAFTAR GAMBAR

Hal

Gambar 2.1 Rangkaian Sel Volta……..……….…... 45

Gambar 4.1 Distribusi Prestasi Belajar Kelas metode

Eksperimen..………. 80 Gambar 4.2 Distribusi Prestasi Belajar Kelas metodePemberian Tugas 81

Gambar 4.3 Hasil uji Lanjut Anava Metode Pembelajaran Terhadap

Prestasi Belajar Kognitif……….. 89

Gambar 4.4 Hasil uji Lanjut Anava Metode Pembelajaran Terhadap

Prestasi Belajar Afektif……….... 89

Gambar 4.5 Hasil uji Lanjut Anava Metode Pembelajaran Terhadap

Prestasi Belajar Psikomotor……….… 90

Gambar 4.6 Hasil uji Lanjut Anava Motivasi Berprestasi Terhadap

Prestasi Belajar Kognitif……….………. 91

Gambar 4.7 Hasil uji Lanjut Anava Motivasi Berprestasi Terhadap

Prestasi Belajar Psikomotor……….……… 91

Gambar 4.8 Hasil uji Lanjut Anava Kreativitas Terhadap Prestasi Belajar Kognitif………..………..

92

Gambar 4.9 Hasil uji Lanjut Anava KreativitasTerhadap Prestasi Belajar Afektif……….

93

(14)

commit to user

Lampiran 6 : Kisi-Kisi Angket Kreativitas……….……… 172

Lampiran 7 : Instrumen Pengukuran Kreativitas Siswa... 173

Lampiran 8 : Kisi-kisi Angket Motivasi Berprestasi... 177

Lampiran 9 : Instrumen Pengukuran Motivasi Berprestasi Siswa... 178

Lampiran 10 : Kisi-Kisi Soal Presttasi Hasil Belajar Kognitif... 182

Lampiran 11 : Soal Prestasi Belajar Kognitif………... 185

Lampiran 12 : Kisi-Kisi Instrumen Afektif………. 189

Lampiran 13 : Instrument Penilaian Afektif………. 190

Lampiran 14 : Penilaian Aspek Psikomotor………. 195

Lampiran 15 : Lembar Jawab………... 196

Lampiran 16 : Analisis Hasil Validitas dan Reabilitas Angket Motivasi Berprestasi………... 200

Lampiran 17 : Analisis Hasil Validitas dan Reabilitas Angket Kreativitas……… 202

Lampiran 18 : Analisis Hasil Validitas dan Reabilitas Angket Afektif…. 204 Lampiran 19 : Analisis Hasil Validitas, Reabilitas, Daya Beda, dan Tingkat Kesukaran Tes Kognitif……… 207

Lampiran 20 : Data Kelompok yang Menggunakan CTL Metode Eksperimen………. 210

Lampiran 21 : Data Kelompok yang Menggunakan CTL Metode Pemberian Tugas…...………. 211

Lampiran 22 : Deskripsi Data……… 212

Lampiran 23 : Uji Homogenitas dan Reabilitas………. 213

Lampiran 24 : Uji Lanjut Anava……… 214

(15)

commit to user

xv ABSTRAK

Abni Susanti, S831002001 “PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN

MENGGUNAKANPENDEKATAN CTL MELALUI METODE

EKSPERIMEN DAN PEMBERIAN TUGAS DITINJAU DARI MOTIVASI BERPRESTASI DAN KREATIVITAS SISWA (Studi Kasus Pembelajaran Kimia Pokok Bahasan Elektrokimia Pada Kelas XI Semester Genap SMK Kristen 1 Klaten Tahun Pelajaran 2010/2011)”. Pembimbing I: Prof. Dr. H. Ashadi. Pembimbing II: Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd. Tesis, Surakarta: Program Studi Pendidikan Sains Program Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret, Juli 2011.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) pengaruh penggunaan pendekatan CTL dengan metode eksperimen dan pemberian tugas terhadapprestasi belajar siswa, (2) pengaruh motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar siswa (3) pengaruh kreativitas siswa terhadap prestasi belajar siswa (4) interaksi antara pendekatan CTL melalui metode eksperimen dan pemberian tugas dengan motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar siswa, (5) interaksi antara pendekatan CTL melalui metode eksperimen dan pemberian tugas dengan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar siswa (6) interaksi antara motivasi berprestasi dan kreativitas siswa siswa terhadap prestasi belajar siswa, (7) interaksi antara metode pembelajaran (eksperimen dan pemberian tugas), motivasi berprestasi, kreativitas, terhadap prestasi belajar siswa.

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen. Populasinya siswa kelas XI SMK Kristen 1 Klaten tahun pelajaran 2010/2011, sebanyak 8 kelas. Sampel diambil dengan teknik cluster random sampling sejumlah 2 kelas. Teknik pengumpulan data prestasi belajar kognitif menggunakan metode tes, sedangkan motivasi berprestasi, kreativitas, dan prestasi belajar afektif menggunakan metode angket. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis variansi tiga jalan dengan sel tak sama.

(16)

commit to user

xvi

prestasi kognitif siswa, tetapi tidak ada interaksi pada prestasi afektif dan psikomotor siswa. (6) tidak ada interaksi antara kreativitas dengan motivasi berprestasi siswa terhadap prestasi kognitif, afektif, dan psikomotor siswa. (7) tidak ada interaksi antara metode pembelajaran, kreativitas dan motivasi berprestasi siswa terhadap prestasi kognitif, afektif dan psikomotor siswa.

Kata kunci : Pendekatan CTL, Eksperimen, Pemberian Tugas, Kreativitas, Motivasi Berprestasi, Elektrokimia, Prestasi Kognitif, Prestasi Afektif, Prestasi Psikomotor.

ABSTRACT

Abni Susanti, S831002001 “CHEMISTRY LEARNING USING CTL

THROUGH EXPERIMENT AND ASSIGNMENT METHODS

OVERVIEWED FROM STUDENT’S ACHIEVEMENT MOTIVATION AND CREATIVITY(A Case Study of Chemistry Learning on Electrochemistry For Students in Grade XI, SMK Kristen 1 Klaten, Academic Year 2010/2011)”. Advisor I: Prof. Dr. H. Ashadi, Advisor II: Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd,. Thesis, Surakarta: Science Education Program of Post Graduate, Sebelas Maret University, July 2011.

The objectives of this research were to know: (1) the effect of the use of CTL through experiment and an assignment methods toward student’s achievement, (2) the effect of student’s achievement motivation toward student’s achievement, (3) the effect of student’s creativity toward student’s achievements. (4) the interaction between learning method and achievement motivation toward student’s achievements, (5) the interaction between learning method and student’s creativity toward student’s achievements, (6) the interaction between student’s achievement motivation and creativity toward student’s achievements, (7) the interaction between learning method, student’s achievement motivation and their creativity toward student’s achievements.

This research used experimental method. The population was all students of grade XI, SMK Kristen 1 Klaten academic year 2010/2011, consisted of 8 classes. The sample was taken using cluster random sampling consisted of two classes. The data was collected using test for cognitive student achievement and questioners for student’s achievement motivation, creativity and affective student achievement and observation sheet for psychomotoricic student achievement. The data was analyzed using Anova with 2x2x2 factorial design. . .

(17)

commit to user

xvii

learning method with creativity , (5) there was an interaction between learning method and student’s achievement motivation toward cognitive achievement, but not for affective and psychomotoric achievments, (6) there was not any interaction between student’s creativity and achievement motivation toward cognitive, affective, and psychomotoric achievements, (7) there was not any interaction between learning method with student’s creativity and achievement motivation, toward cognitive, affective, and psychomotoric achievments.

(18)

commit to user

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Masalah pendidikan selalu berkenaan dengan upaya pembinaan sumber daya manusia. Pada hakekatnya, pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia membutuhkan pendidikan, sampai kapan dan dimanapun ia berada. Pendidikan sangat penting artinya, sebab tanpa pendidikan manusia akan sulit berkembang dan bahkan akan terbelakang. Oleh sebab itu pendidikan merupakan usaha membudayakan manusia atau memanusiakan manusia. Dengan demikian pendidikan harus betul-betul diarahkan untuk menghasilkan manusia yang berkualitas dan mampu bersaing, di samping memiliki budi pekerti yang luhur dan moral yang baik.

Dalam penyampaikan materi, guru dituntut untuk lebih professional, terutama dalam hal menggunakan pendekatan dalam pembelajaran untuk membuat pembelajaran lebih menarik. Dalam hal ini guru dituntut untuk menguasai berbagai macam bentuk metode pembelajaran yang lebih variatif yang bisa digunakan dalam proses belajar mengajar sesuai dengan pokok bahasan tertentu, sehingga suasana belajar akan lebih berbeda.

(19)

commit to user

utama dalam menentukan strategi belajar. Banyak siswa mampu menyajikan tingkat hafalan yang baik terhadap materi ajar yang diterimanya, tetapi pada kenyataannya mereka tidak dapat memahaminya. Banyak guru, ketika pengajaran konsep hanya berpusat pada kemampuan berfikir tingkat rendah, mengingat dan menghafal, bukan melengkapinya dengan kemampuan pengembangan kemampuan berfikir tingkat tinggi, dan ketika menghadapi fakta-fakta, pengajarannya cenderung menyuruh siswa untuk menghafalkannya. Juga metode ceramah yang dominan banyak di sekolah cenderung membuat para siswa belajar konsep-konsep secara abstrak, belajar konsep-konsep tanpa melalui proses penggunaan konsep-konsep tersebut, atau belajar konsep-konsep tanpa mengalami atau mengamati acuan konkrit konsep-konsep.

Di SMK Kristen 1 Klaten berdasarkan hasil observasi dengan wawancara dengan seorang guru kimia, ibu Siwi Aryanti, S.T. bahwa belum pernah diadakan penelitian tentang penelitian tentang suatu metode tertentu, dengan metode yang monoton tersebut membuat hasil prestasi belajar yang diperolehpun juga tidak semua memenuhi standar KKM. Karena selama ini belajar yang dilakukan cenderung bersifat menerima pengetahuan, bukan membangun sendiri pengetahuan. Untuk itu perlu suatu pendekatan belajar yang memberdayakan siswa, salah satunya adalah pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL).

(20)

commit to user

semua tidak sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya. Mengaitkan pembelajaran dengan kehidupan seseorang membuat proses belajar lebih hidup dan keterkaitan inilah inti dari pembelajaran CTL. Dengan pendekatan kontekstual (CTL) proses pembelajaran diharapkan berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa untuk bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Hal senada dituliskan oleh Schell and Black (1997) dalam Journal of Family and Consumer Science Education:,“The chances of enabling students to transfer

learning from one teaching setting to another and/or to real life situations may

increase when teachers use CTL practices. Hal yang serupa dari pernyataan di

atas disampaikan pula oleh Greeno(1997), “Transfer refers to a phenomenon in which something learned in one situation is carried over to another. A student’s

ability to transfer information learned in a typical classroom setting to real life

situations is sporadic and by chance. Bahwa ada transfer informasi saat belajar

pada keadaan atau situasi tertentu dalam kehidupan nyata siswa.

(21)

commit to user

Dengan menggunakan metode eksperimen diharapkan siswa akan mendapatkan suatu pengalaman baru pada pelajaran kimia, dan dengan menggunakan metode pemberian tugas diharapkan siswa dapat secara langsung mengetahui proses kimia dalam bidang industri. Selain itu, kreativitas dan motivasi berprestasi para siswa juga sangat diperlukan dalam proses belajar. Untuk itu perlu dilakukan suatu penelitian pendidikan dengan menggunakan pendekatan CTL melalui metode ekperimen dan pemberian tugas.

B. IDENTIFIKASI MASALAH

Pembelajaran merupakan proses negosiasi, makna, dan proses asimilasi antara konsep yang baru ke dalam skema kognitif yang dimiliki siswa. Dalam rangka itulah maka terjadi masalah yang dihadapi oleh setiap individu yang berkenaan dengan kemampuan menyerap informasi yang baru tersebut. Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah yang ada dapat diidentifikasi sebagai berikut:

1. Tidak semua guru mampu mengangkat prestasi belajar siswa dengan baik. 2. Metode yang digunakan dalam pembelajaran kimia belum membuat sisiwa

aktif dan tidak memperhatikan proses berfikir siswa, sehingga pelaksanaan pemnelajaran kimia masih sering menggunakan metode konvensional yang kurang memperhatikan proses berfikir siswa.

3. Berdasarkan wawancara dengan guru di SMK Kristen 1 Klaten, rata-rata

prestasi belajar siswa pada pokok bahasan elektrokimia belum memenuhi KKM.

4. Ilmu pengetahuan tentang pendidikan semakin berkembang pesat dan

(22)

commit to user

kenyatannya guru belum melakukan perbaikan model pembelajaran termasuk variasi metode pada pembelajaran kimia.

5. Ada beberapa pendekatan yang dapat digunakan untuk pembelajaran kimia seperti PBL, CTL, Cooperative dan lain-lain, namun guru cenderung melakukan pembelajaran dengan Teacher Centered.

6. Ada beberapa faktor internal yang mempengaruhi prestasi belajar kimia seperti kemampuan memori, kemampuan awal, sikap ilmiah, kreativitas belajar, motivasi, aktivitas dan lain-lain, namun guru belum memperhatikan faktor-faktor tersebut.

7. Ada beberapa jenis ketrampilan yang dimiliki siswa seperti ketrampilan proses, ketrampilan berfikir, ketrampilan menggunakan alat, ketrampilan berfikir abstrak dll, namun ketrampilan diatas belum diperhatikan guru kimia dalam proses pembelajaran.

8. Prestasi belajar siswa pada umumnya berupa kognitif, psikomotor, dan afektif, namun kebanyakan guru masih menekankan pada aspek kognitif saja.

9. Ada beberapa materi kimia yang diajarkan pada siswa SMK kelas XI , seperti Sel elektrokimia, Sel Elektrolisis, Reaksi Redoks, Stoikiometri, namun keterkaitan antara materi-materi tersebut belum ditunjukkan guru dalam proses pembelajarannya.

C. PEMBATASAN MASALAH

Dalam penelitian ini diberikan pembatasan masalah yaitu:

1. Penelitian hanya difokuskan pada penggunakan pendekatan CTL

(23)

commit to user

tugas.

3. Motivasi berprestasi siswa dalam penelitian ini dikategorikan dalam tinggi dan rendah.

4. Kreativitas siswa dalam penelitian ini dikategorikan dalam tinggi dan rendah. 5. Penelitian dilakukan pada pokok bahasan elektrokimia.

6. Penelitian dilakukan di SMK Kristen 1 Klaten pada 2 kelas.

D. PERUMUSAN MASALAH

Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah ada pengaruh prestasi belajar siswa yang menggunakan pendekatan

CTL dengan metode eksperimen dan pemberian tugas terhadap prestasi belajar siswa?

2. Apakah ada pengaruh motivasi berprestasi siswa terhadap prestasi belajar siswa?

3. Apakah ada pengaruh kreativitas siswa terhadap prestasi belajar siswa? 4. Apakah ada interakasi antara penggunaan pendekatan CTL melalui metode

eksperimen dan pemberian tugas dengan motivasi berprestasi siswa terhadap prestasi belajar siswa?

5. Apakah ada interaksi antara penggunaan pendekatan CTL melaui metode eksperimen dan pemberian tugas dengan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar siswa?

6. Apakah ada interaksi antara motivasi berprestasi dan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar siswa?

7. Apakah ada interaksi antara metode pembelajaran, motivasi berprestasi, dan

(24)

commit to user

E. TUJUAN PENELITIAN

Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Pengaruh penggunaan pendekatan CTL dengan menggunakan metode eksperimen dan pemberian tugas terhadap prestasi belajar siswa.

2. Pengaruh motivasi berprestasi siswa terhadap prestasi belajar siswa. 3. Pengaruh kreativitas siswa terhadap prestasi belajar siswa.

4. Interaksi antara penggunaan pendekatan CTL melalui metode eksperimen dan pemberian tugas dengan motivasi berprestasi siswa terhadap prestasi belajar siswa.

5. Interaksi antara penggunaan pendekatan CTL melaui metode eksperimen dan

pemberian tugas dengan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar siswa. 6. Interaksi antara motivasi berprestasi dan kreativitas siswa terhadap prestasi

belajar siswa.

7. Interaksi antara metode pembelajaran, motivasi berprestasi, dan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar siswa.

F. MANFAAT PENELITIAN

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Manfaat teoritis:

a. Memberi sumbangan pengetahuan pada teman sejawat bahwa pendekatan

CTL dengan metode eksperimen dan metode pemberian tugas sangat efektif untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran kimia ditinjau dari kreativitas dan motivasi berprestasi siswa.

b. Menemukan dampak positif dan negatif pelaksanaan pendekatan CTL dengan

(25)

commit to user

ditinjau dari kreativitas dan motivasi berprestasi siswa.

c. Memberikan masukkan kepada siswa bahwa pencapaian hasil belajar yang baik dan bermakna memerlukan kreativitas dan motivasi berprestasi siswa. d. Menjadi sumber reverensi yang bisa digunakan untuk penelitian dalam

bidang yang sama. 2. Manfaat praktis:

a. Penggunaan pendekatan CTL dengan metode eksperimen dan metode pemberian tugas akan meningkatkan prestasi belajar siswa ditinjau dari kreativitas dan motivasi berprestasi karena itu kedua metode tersebut yang dapat digunakan sebagai acuan untuk konsep pembelajaran yang sejenis. b. Penggunaan pendekatan CTL dengan metode ekperimen metode pemberian

(26)

commit to user

BAB II

LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN HIPOTESIS

A. LANDASAN TEORI

1. Pengertian Belajar

Menurut Sharon E. Smaldino (2001:6), “learning is is the development of

new knowledge, skill, or attitudes as an individual interacs with information and

the invironment”. Belajar merupakan pengembangan pengetahuan baru, keahlian,

atau sikap sebagai suatu interaksi individu dengan informasi dan lingkungannya.

Dalam hal ini siswa sebagai seorang individu bisa mendapatkan pengetahuan

baru, keahlian, atau sikap dari lingkungannya yang diperolah bisa dengan cara

membangunnya sendiri yang berasal dari informasi-informasi yang didapatkan

oleh siswa itu sendiri maupun secara langsung diberikan oleh guru yang mengajar.

Belajar menurut kaum konstruktivis adalah proses yang aktif dimana siswa

membangun sendiri pengetahuannya. Siswa mencari arti sendiri dari yang mereka pelajari. Dalam proses itu siswa menyesuaikan konsep dan ide-ide baru yang mereka pelajari dengan kerangka berfikir yang telah mereka miliki (Paul Suparno, 2006: 13). Belajar menurut Paul Suparno ini siswa dalam memperoleh pengetahuan bisa melakukannya sendiri atau bisa belajar secara mandiri.

(27)

commit to user

seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi lingkungan, melewati pengolahan informasi menjadi kapabilitas baru. Kapabilitas siswa tersebut berupa informasi verbal, ketrampilan intelektual, ketrampilan motorik dan sikap (Gagne dalam Dimyati & Mudjiono, 2006: 10-12). Dari taori pangertian teori balajar menurut Winkel dan Gagne tersebut bearti dapat dipersingkat bahwa belajar merupakan seperangkat proses kognitif yang berlangsung dalam interaksi aktif siswa dengan lingkungannya dengan melewati pengolahan informasi menjadi kapabilitas baru.

Belajar merupakan proses yang terjadi dalam perkembangan dan pertumbuhan kognitif anak meliputi proses assimilation dimana dalam proses ini siswa menyesuaikan atau mencocokkan informasi yang baru dengan apa yang telah ia ketahui dan proses accomodation yaitu anak menyusun dan membangun kembali atau mengubah apa yang telah diketahui sebelumnya sehingga informasi yang baru dapat disesuaikan dengan lebih baik. (Piaget dalam Syaiful Sagala, 2007: 24). Dari beberapa difinisi belajar tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses yang terjadi dalam pengetahuan siswa untuk memperoleh pengetahuan yang baru, kemudian pengetahuan tersebut bisa diolah dalam diri siswa melalui proses asimilasi dan akomodasi sehingga pengetahuan tersebut bisa menumbuhkan pengatahuan baru, ketrampilan, dan sikap siswa.

(28)

commit to user

Sedangkan pengajar atau guru perlu memahami teori belajar dengan alasan: a. teori belajar membantu pengajar untuk memahami proses belajar yang terjadi dalam diri siswa; b. dengan kondisi ini, pengajar dapat mengerti kondisi-kondisi dan faktor-faktor yang mempengaruhi, memperlancar, atau menghambat proses belajar; c. dengan teori belajar, memungkinkan guru melakukan prediksi yang cukup akurat tentang hasil yang dapat diharapkan pada suatu aktivitas belajar. 2. Teori Belajar

a. Teori Belajar Piaget

Piaget berpendapat bahwa anak membangun sendiri pengetahuannya dari pengalamannya sendiri dengan lingkungan. Dalam pandangan Piaget, pengetahuan datang dari tindakan, perkembangan kognitif sebagian besar bergantung kepada seberapa jauh anak aktif memanipulasi dan aktif berinteraksi dengan lingkungannya. Dalam hal ini peran guru adalah sebagai fasilitator dan buku sebagai pemberi informasi. Piaget menjabarkan implikasi teori kognitif pada pendidikan yaitu: 1) memusatkan perhatian kepada cara berfikir atau proses mental anak, tidak sekedar kepada hasilnya. Guru harus memahami proses yang digunakan anak sehingga sampai pada hasil tersebut. Pengalaman - pengalaman belajar yang sesuai dikembangkan dengan memperhatikan tahap fungsi kognitif dan jika guru penuh perhatian terhadap Pendekatan yang digunakan siswa untuk sampai pada kesimpulan tertentu, barulah dapat dikatakan guru berada dalam posisi memberikan pengalaman yang dimaksud; 2) mengutamakan peran siswa dalam berinisiatif sendiri dan keterlibatan aktif dalam kegiatan belajar. Dalam kelas, Piaget menekankan bahwa pengajaran pengetahuan jadi (ready made

(29)

commit to user

spontan dengan lingkungan; 3) memaklumi akan adanya perbedaan individual dalam hal kemajuan perkembangan. Teori Piaget mengasumsikan bahwa seluruh siswa tumbuh dan melewati urutan perkembangan yang sama, namun pertumbungan itu berlangsung pada kecepatan berbeda. Oleh karena itu guru harus melakukan upaya untuk mengatur aktivitas di dalam kelas yang terdiri dari individu - individu ke dalam bentuk kelompok - kelompok kecil siswa daripada aktivitas dalam bentuk klasikal; 4) mengutamakan peran siswa untuk saling berinteraksi. Menurut Piaget, pertukaran gagasan - gagasan tidak dapat dihindari untuk perkembangan penalaran.

(30)

commit to user

asimilasi pengalaman baru dengan pengalaman sebelumnya yang berkaitan dengan elektrokimia yaitu materi redoks. Pengetahuan siswa akan mantap setelah mengkombinasikan pengalaman baru dengan pengalaman sebelumnya. Pengalaman ini diperoleh dengan menyimpulkan sendiri berdasarkan pengalamannya setelah mempelajari materi elektrokimia.

b. Teori Belajar Konstruktivisme

Dalam kehidupannya manusia akan selalu menyusun standar berfikir untuk melihat realita sesuai dengan pengalaman dan pengetahuan yang ia miliki dan pada saat yang sama subyektivitas seseorang akan obyek yang telah dikonstruksi menjadi sangat beragam, karenanya kebenaran sebagai hasil dari pengamatan dan pengetahuan adalah sebuah keniscayaan. Di sinilah konsep konstruktivisme bermula. Konstruksivisme menurut Rosty (dalam Panenn, 2001) merupakan salah satu bentuk pragmatisme, terlebih lagi soal pengetahuan dan kebenaran, karena hanya mementingkan bahwa suatu konsep itu dapat berlaku atau digunakan.

(31)

commit to user

konsep menjelaskan bahwa pengertian yang dibentuk siswa mungkin berbeda dengan pengertian ilmuwan. Namun pengertian yang berbeda tersebut bukan salah satu ahli proses perkembangan karena setiap kali mereka terus menerus dapat mengubah pengertiannya. Ditegaskan oleh Suparno (2000: 34) salah pengertian dalam memahami sesuatu, menurut konstruktivisme dan teori perubahan konsep bukanlah akhir dari segala-galanya, melainkan justru menjadi awal untuk perkembangan yang lebih baik.

Menurut Triyanto (2007 :13), guru dapat memberi siswa anak tangga yang membawa siswa ke pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri yang harus memanjat anak tangga tersebut. Pembelajaran dengan teori ini akan efektif jika didasarkan pada empat komponen dasar antara lain: 1) pengetahuan

(knowledge), yaitu pembelajaran harus mampu dijadikan sarana untuk tumbuh

(32)

commit to user

Guru dapat memberikan kemudahan untuk proses ini, dengan memberi kesempatan siswa untuk menemukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri, dan mengajar siswa menjadi sadar dan secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar. Guru dapat memberi siswa anak tangga yang membawa siswa ke pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri yang harus memanjat tangga tersebut. Keterkaitan teori belajar konstruktivisme dengan penelitian ini adalah dalam pembelajaran materi elektrokimia dengan penerapan

CTL metode eksperimen dan pemberian tugas, siswa menemukan sendiri dan menstransformasikan informasi kompleks yang mereka dapatkan dari hasil diskusi kelompok. Siswa benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, mereka harus bekerja memecahkan masalah , menemukan segala sesuatu untuk dirinya, karena dalam pembelajaran siswa hanya diberi masalah oleh guru kemudian mereka bekerja memecahkan masalah tersebut. Sehingga pengetahuan tentang elektrokimia dibangun oleh dirinya sendiri.

c. Teori Penemuan Jerome Bruner

Bruner berpendapat bahwa manusia mempunyai kapasitas dan kecendrungan untuk berubah karena menghadapi kejadian yang umum. Ingatan mempunyai beberapa fase, yaitu waktunya sangat singkat (extremely shortterm)/ingatan segera

(immetodete memory) (item hanya dapat disimpan dalam beberapa detik). Ingatan

(33)

commit to user

disebutnya sebagai konseptualisme instrumental itu, didasarkan pada dua prinsip, yaitu pengetahuan orang tentang alam didasarkan pada model-model mengenai kenyataan yang dibangunnya, dan model-model itu diadaptasikan pada kegunaan bagi orang itu. Pematangan intelektual atau pertumbuhan kognitif seseorang ditunjukkan oleh bertambahnya ketidak tergantungan respons dari sifat stimulus. Pertumbuhan itu tergantung pada bagaimana seseorang menginternalisasi peristiwa-peristiwa menjadi suatu ”sistem simpanan” yang sesuai dengan lingkungan. Pertumbuhan itu menyangkut peningkatan kemampuan seseorang untuk mengemukakan pada dirinya sendiri atau pada orang lain tentang apa yang telah atau akan dilakukannya. Menurut Bruner belajar bermakna hanya dapat terjadi melalui belajar penemuan. Pengetahuan yang diperoleh melalui belajar penemuan bertahan lama, dan mempunyai efek transfer yang lebih baik. Belajar penemuan meningkatkan penalaran dan kemampuan berfikir secara bebas dan melatih ketrampilan-ketrampilan kognitif untuk menemukan dan memecahkan masalah. Belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia dan dengan sendirinya memberi hasil yang paling baik, Berusaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang menyertainya, menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna.

(34)

commit to user

d. Teori Belajar Bermakna David Ausubel

Menurut Ausubel siswa akan belajar dengan baik jika apa yang disebut pengatur kemajuan perkembangan belajar atau advance organizers yang didefinisikan dan dipresentasikan dengan baik . Pengatur kemajuan belajar adalah konsep atau informasi umum yang mencakup semua isi pelajaran yang akan diajarkan kepada siswa. Ausubel percaya bahwa ”advance organizers” dapat memberikan tiga macam manfaat, yakni: 1) dapat menyediakan suatu kerangka konseptual untuk materi pelajaran yang akan dipelajari oleh siswa. 2) dapat berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan antara apa yang sedang dipelajari siswa “saat ini” dengan apa yang “akan” dipelajari sedemikian rupa sehingga dan 3) mampu membantu siswa untuk memahami bahan belajar secara lebih mudah.

(35)

commit to user

Untuk itu, pengetahuan guru terhadap isi mata pelajaran harus baik, dengan demikian seorang guru akan mampu menemukan informasi, yang menurut Ausubel sangat abstrak, umum dan inklusif, yang mewadahi apa yang akan diajarkan itu. Selain itu, logika berfikir guru juga dituntut sebaik mungkin. Tanpa memiliki logika berfikir yang baik maka guru akan kesulitan memilah-milah materi pelajaran, merumuskannya dalam rumusan yang singkat dan padat, serta menjelaskan materi dalam struktur yang sistematis.

(36)

commit to user

Keterkaitan teori belajar Ausubel dengan penelitian ini adalah belajar berhubungan dengan informasi materi pelajaran yang disampaikan pada siswa serta cara bagaimana siswa dapat mengkaitkan informasi tersebut pada struktur kognitif yang telah ada. Cara belajar ini sesuai dengan pendekatan pembelajaran penemuan dimana siswa berinteraksi dengan obyek melalui pengamatan. Dalam mempelajari materi elektrokimia dengan penerapan CTL menggunakan metode eksperimen dan pemberian tugas, siswa dapat mengkaitkan informasi tersebut pada struktur kognitif yang telah ada pada materi sebelumnya yaitu redoks, sehingga belajar siswa menjadi bermakna. Dengan kedua metode tersebut siswa mampu mengaplikasikan materi elektrokimia dalam kehidupan sehari-hari dan siswa tidak hanya sekedar belajar hafalan.

e. Teori Belajar Sosial Vygotsky

Vygotsky berpendapat bahwa siswa membentuk pengetahuan sebagai hasil dari pikiran dan kegiatan siswa sendiri melalui bahasa. Vygotsky berkeyakinan bahwa perkembangan tergantung pada faktor biologis menentukan fungsi elementer memori, atensi, persepsi dan stimulus respon. Faktor sosial sangat penting artinya bagi perkembangan fungsi mental lebih tinggi untuk pengembangan konsep, penalaran logis, dan pengambilan keputusan. Teori ini lebih menekankan pada aspek sosial dari pembelajaran. Menurut Vygotsky proses pembelajaran akan terjadi jika anak bekerja atau menangani tugas-tugas yang belum dipelajari namun tugas tersebut masih dalam jangkauan mereka disebut

zone of proximal development yakni daerah tingkat perkembangan sedikit di atas

(37)

commit to user

umumnya muncul dalam percakapan dan kerjasama antar individu sebelum fungsi mental yang lebih tinggi itu terserap ke dalam individu tersebut.

Satu lagi ide penting dari Vygotsky adalah Scaffolding yaitu pemberian bantuan kepada anak selama tahap-tahap awal perkembangannya dan mengurangi bantuan tersebut dan memberikan kesempatan kepada anak untuk mengambil alih tanggung jawab yang semakin besar segera setelah anak melakukannya. Penafsiran terkini terhadap ide-ide Vygotsky adalah siswa seharusnya diberikan tugas-tugas kompleks, sulit, realistik dan kemudian diberikan bantuan secukupnya untuk menyelesaikan tugas-tugas tersebut. Nur dan Wulandari (2006 dalam Trianto 2007: 27) menambahkan bahwa tugas yang kompleks tersebut dapat diajarkan sedikit demi sedikit dan komponen demi komponen sehingga pada suatu hari diharapkan akan terwujud suatu kemampuan yang utuh. Keterkaitan teori Vygotsky dalam penelitian ini bahwa pada pembelajaran materi elektrokimia dengan penerapan CTL metode eksperimen dan pemberian tugas, siswa diberi tugas kemudian siswa menyelesaikannya dengan cara berkelompok sehingga muncul percakapan , kerjasama antar individu dan terjadi interaksi sosial.

3. Contextual Teaching and Learning (CTL)

Kata kontekstual (contextual) berasal dari kata context yang berarti

“hubungan, konteks, suasana, dan keadaan (konteks)” (KUBI, 2002:519).

Sehingga Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat diartikan sebagai suatu

pembelajaran yang berhubungan dengan suasana tertentu.

Menurut Elaine B. Johnson (2009:19), CTL digambarkan sebagai berikut :

(38)

commit to user

Sistem CTL adalah sebuah proses pendidikan yang bertujuan menolong para

siswa melihat makna di dalam materi akademik yang mereka pelajari agar

menghubungkan subjk-subjek akademik dalam konteks kehidupan keseharian

mereka, yaitu dengan konteks keadaan pribadi, sosial, dan budaya mereka.

Untuk mencapai tujuan ini, sistem tersebut meliputi delapan komponen

berikut: a. membuat hubungan-hubungan yang bermakna; b. melakukan pekerjaan

yang berarti; c. melakukan pembelajaran yang diatur sendiri; d. melakukan kerja

sama; e. berfikir kritis dan kreatif; f. membantu individu untuk tumbuh dan

berkembang; g. mencapai standar yang tinggi; h. menggunakan penilaian autentik.

CTL, suatu pendekatan pendidikan yang berbeda, melakukan lebih dari dari

sekadar menuntun para siswa dalam menggabungkan subjek-subjek akademik

dengan konteks keadaan mereka sendiri. CTL juga melibatkan para siswa dalam

mencari makna “konteks” itu sendiri. CTL mendorong mereka melihat bahwa

manusia sendiri memiliki kapasitas dan tanggungjawab untuk mempengaruhi dan

membentuk sederetan konteks yang meliputi keluarga, kelas, masyarakan dan

lingkungan tempat tinggal hingga ekosistem.

. Dengan pendekatan kontekstual (CTL) proses pembelajaran diharapkan berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa untuk bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Hal senada dituliskan oleh Schell and Black (1997) dalam Journal of Family and Consumer Science Education:,“The chances of enabling students to transfer learning from one

teaching setting to another and/or to real life situations may increase when

(39)

commit to user

pula oleh Greeno(1997), “Transfer refers to a phenomenon in which something learned in one situation is carried over to another. A student’s ability to transfer

information learned in a typical classroom setting to real life situations is

sporadic and by chance. Bahwa ada transfer informasi saat belajar pada keadaan

atau situasi tertentu dalam kehidupan nyata siswa.

Menurut Brooks & Brooks, 1993 dalam Elaine B. Johnson. Ketika guru

menggunakan metode mengajar yang sesuai dengan komponen-komponen CTL,

yang sesuai dengan kebutuhan manusia untuk mencari makna dan kebutuhan otak

untuk menjalin pola-pola, secara intuitif merekan mengikuti cara yang sesuai

dengan penemuan-penemuan dalam psikologi dan penelitian tentang otak.

Menghubungkan isi dari subjek-subjek akademik dengan

pengalaman-pengalaman para siswa sendiri untuk member makna pada palajaran. Pada waktu

yang besamaan, tanpa disadari, mereka telah mengikuti tiga prinsip yang

ditemukan oleh ilmu pengetahuan modern sebagai prinsip yang menunjang dan

mengatur segalanya di alam semesta.

Belajar akan lebih bermakana jika anak mengalami apa yang dipejinya, bukan

mengetahuinya. Pembelajaran yang berorientasi target penguasaan materi terbukti

berhasil dalam kompetisi dalam mengingat dalam jangka pendek, tetapi gagal

dalam membekali anak memecahkan masalah dalam kehidupan jangka panjang.

Pendekatan CTL merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan

anta materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa

membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya

dalam kehidupan mereka sebagai anggota, keluarga, dan masyarakat. Ada 7

(40)

commit to user

a. Konstruktivisme (Constructivism),

Merupakan landasan berfikir (filosofi) pendekatan kontekastual yaitu

pengetahuan dibangun sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui

konteks yang terbatas (sempit) dan tidak dengan tiba-tiba. Pengeahuan bukanlah

seperangkat fakta, konsep-konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan

diingat. Tetapi manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi

makna melaui pengalaman nyata. Siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan

masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan

ide-ide yaitu siswa yang harus mengkonstruksi pengetahuan dibenak mereka sendiri.

b. Bertanya (Questioning).

Pengetahuan yang dimiliki seseorang, selalu bermula dari bertany, karena

bertanya merupakan strategi utama pembelajaran yang berbasis kontekstual.

Dalam sebuah pembelajaran yang produktif, kegiatan bertanya berguna untuk: 1)

menggali informasi, baik administrasi maupun akademis; 2) mengecek

pemehaman siswa; 3) membangkitkan respon pada siswa; 4) mengetahui sejauh

mana keingintahuan siswa; 5) mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa; 6)

memfokuskan pengetahuan siswa pada sesuatu yang dikehendaki guru; 7) untuk

membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa; dan 8) untuk

menyegarkan kembali pengetahuan siswa.

c. Menemukan (Inquiri)

Menemukan merupakan bagian inti dari pendekatan kontekstual. Pengetahuan

dan ketrampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hanya mengingat

seperangkat fakta-fakta, tertapi juga hasil menemukan sendiri. Siklus inquiri

(41)

commit to user

dugaan (hyphotesis), 4) pengumpulan data (data gathering), 5) penyimpulan

(conclusion). Kata kunci dari strategi inquiri adalah siswa menemukan sendiri.

Adapun langkah-langkah kegiatan menemukan sendiri adalah: 1) merumuskan

masalah dalam mata pelajaran apapun, 2) mengamati atau melakukan observasi,

3) menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan, bagan,

tabel, dan karya lainnya, dan 4) mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya

pada pembaca, teman sekelas, guru atau audience lainnya.

d. Masyarakat Belajar (Learning Community)

Konsep learning community menyarankan agar hasi pembelajaran diperoleh

dari kerjasama dengan orang lain. Hasil belajar diperoleh dari sharing antar

teman, antar kelompok, dan antar yang tahu ke yang belum tahu. Dalam kelas

menggunakan pendekatan kontekstual, guru disarankan selalu melaksanakan

pembelajaran dalam kelompok belajar. Siswa dibagi dalam

kelompok-kelompok yang heterogen. Yang pandai mengajari yang lemah, yang tahu

memberitahu yang belum tahu, yang cepat mengkap mendorong temannya yang

lambat, yang mempunyai gagasan segera member usul, dan seterusnya.

Masyarakat belajar bisa terjadi apabila ada proses komunikasi dua arah.

e. Pemodelan (Modeling)

Dalam sebuah pembelajaran ketrampilan atau pengetahuan tertentu, ada model

yang bisa ditiru. Model itu member peluang yang besar bagi guru untuk member

contoh cara mengerjakan sesuatu, dengan begitu guru member model tentang

bagaimana cara mengajar. Sebagian guru member contoh tentang cara bekerja

sesuatu, sebelum siswa melaksanakan tugas, misalnya menemukan kata kunci

(42)

commit to user

menemukan kata kuci dalam bacaan dengan menelusuri bacaan secara cepat,

dengan memanfaatkan gerak mata (scaning). Ketika guru mendemonstrasikan

cara membaca cepat tersebut, siswa mengemati guru membaca dan membolak

balik teks. Dalam pendekatan kontekstual, guru bukan satu-satunya model. Model

dapat dirancang dengan melibatkan siswa, seorang siswa dapat ditunjuk untuk

memberi contoh temannya. Siswa contoh tersebut dikatan sebagi model, siswa

lain dapat menggunakan model tersebut sebagai standar kompetensi yan harus

dicapai.

f. Refleksi (Reflection)

Reflaksi adalah cara berfikir tentang apa yang baru depelajari atau berfikir ke

belakang tentang apa-apa yang sudah kita lakukan dalam hal belajar dimasa lalu.

Siswa mengendapkan apa yang baru dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan

yang baru yang merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya.

Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas, atau pengetahuan yang

baru dierima. Pengetahuan yang bermakna dipeoleh dari proses belajar.

Pengetahuan yang dimilki siswa diperluas malalui konteks pembelajaran,

kemudian diperluas sedikit demi sedikit sehingga berkembang. Guru atau orang

dewasa membantu siswa membuat hubungan-hubungan antara pengetahuan yang

dimiliki sebelumnya dengan pengetahuan yang baru. Dengan refleksi, siswa

merasa memperoleh sesuatu yang berguna bagi dirinya tentang apa yang baru

dipelajarinya.

g. Penilaian Sebenarnya (Authentic Assessment)

Assessment adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan

(43)

commit to user

perlu diketahui oleh guru agar bisa memastikan bahwa siswa mengalami proses

pembelajaran dengan benar. Apabila data yang dikumpulkan guru

mengidentifikasi bahwa siswa mengalami kemacetan dalam belajar, maka guru

segera bisa mengambil tindakan yang tepat agar siswa terbebas dari kemacetan

belajar. Karena gambaran tentang kemajuan belajar itu diperlukan sepanjang

proses pembelajaran, maka assessment tidak dilakukan di akhir periode atau akhir

semester.

Pembelajaran seperti pada kegiatan evaluasi hasil belajar seperti formatif dan

sumatif, tetapi dilakukan bersama dengan cara terintegrasi, yaitu tidak terpisahkan

dari kegiatan pembelajaran. Pembelajaran yang benar seharusnya ditekankan pada

upaya membantu siswa agar mampu mempelajari (how to learn), bukan

ditekankan pada diperolehnya sebanyak mungkin onformasi di akhir periode

pembelajaran. Karena assessment menekankan proses pembelajaran, maka data

yang dikumpulkan harus diperoleh dari kegiatan nyata yang dikerjakan siswa pada

saat melakukan proses pembelajaran.

Dalam jurnal oleh Richard L. Lynch dan Dorothy Harnish dengan judul

Journal of Contextual Teaching and Learning Project Brief, melalui penggunaan

strategi CTL, menyimpulkan bahwa a. keterlibatan dan motivasi siswa meningkat, b. sikap siswa terhadap pembelajaran diperbaiki, c. perilaku telah ditingkatkan, dan d. efek interaktif yang dihasilkan menyebabkan pemahaman yang lebih mendalam, retensi, dan penerapan pengetahuan oleh siswa.

(44)

commit to user

a. Prinsip Kesaling-bergantungan

Prinsip kesaling-bergantungan mengajak para pendidik untuk mengenali

keterkaitan mereka dengan para pendidik yang lainnya, dengan siswa-siswa

merekan, dengan masyarakat, dan dengan bumi. Prinsip ini meminta mereka

membangun hubungan dalam semua yang mereka lakukan. Prinsip

kesaling-bergantungan ada di dalam segalanyasehingga mamungkinkan para siswa untuk

membuat hubungan yang bermakana. Pemikiran kritis dan kreatif menjadi

mungkin. Kedua proses tersebut terlibat dalam mengidentifikasi hubungan yang

akan menghasilkan pemahaman-pemahaman baru.

b. Prinsip Diferensiasi

Kata diferensiasi merujuk pada dorongan terus-menerus dari alam semesta

untuk menghasilkan keragaman yang tak terbatas, perbedaan, kelimpahan, dan

keunikan. Komponen pembelajaran dan pengajaran kontekstual yang mencakup

pembelajaran praktik aktif dan langsung (hands-on) misalnya terus-menerus

menantang para siswa untuk mencipta. Para siswa berfikir kreatif ketika mereka

menggunakan pengetahuan akademik untuk meningkatkan kerjasama antar

anggota kelas mereka, ketika mereka merumuskan langkah-langkah untuk

menyelesaikan sebuah tugas sekolah, atau mengumpulkan dan menilai informasi

mengenai suatu masalah masyarakat. Secara alami, CTL juga memajukan

kreativitas, keragaman, keunikan, dan kerjasama.

c. Prinsip Pengaturan Diri

Ketika siswa menghubungkan materi akademik dengan konteks keadaan

pribadi siswa, siswa terlibat dalam kegiatan yang mengandung prinsip pengaturan

(45)

commit to user

alternatif, membuat pilihan, mengembangkan rencana, menganalisis informasi,

menciptakan solusi, dan dengan kritis menilai bukti.

Perbedaan CTL dengan konvesional menurut Dharma Kesuma (2010:

85-86) bisa dilihat dalam Tabel 2.1.

Tabel 2.1. Perbedaan pendekatan CTL dengan konvensional

CTL Konvensional

Belajar berdasarkan pengalaman

nyata siswa Belajar berdasarkan abstraksi

Siswa berupaya mempelajari Siswa berupaya mengetahui

Siswa menemukan sendiri Siswa diberitahu guru

Siswa sebagai pusat pembelajaran (siswa sebagai subjek ajar)

Guru sebagai pusat pembelajaran (siswa sebagai objek ajar)

Guru memberikan penguatan Guru memberikan kesimpulan

Siswa memahami makna

Perilaku dibangun atas kesadaran diri Perilaku dibangun atas kebiasaan

(46)

commit to user

pembelajaran yang digunakan menemukan bahwa tampak pembelajaran kontekstual dengan praktik belajar berlangsung secara teratur di sebagian besar ruang kelas. Hal ini terutama berlaku dengan praktek siswa memiliki aktif terlibat, pembelajaran yang berkaitan dengan kehidupan nyata, dan belajar dari satu sama lain.

4. Metode Eksperimen

Metode mengajar menurut Nana Sudjana ialah cara yang dipergunakan guru

dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran.

Oleh karena itu peranan metode sebagai alat untuk menciptakan proses belajar

dan mengajar. Dengan metode diharapkan tumbuh berbagai kegiatan belajar siswa

sehubungan dengan kegiatan mengajar guru. Hal yang penting dalam metode

ialah bahwa setiap metode pembelajaran yang digunakan bertalian dengan tujuan

belajar yang ingin dicapai.

Secara umum pengertian eksperimen adalah metode mengajar yang mengajak siswa untuk melakukan percobaan sebagai pembuktian, pengecakan bahwa teori yang sudah dibicarakan itu memang benar. Sering disebut metode laboratorium karena percobaannya biasanya dilakukan di laboratorium. Biasanya metode eksperimen bukan untuk menemukan teori, tetapi lebih untuk menguji teori atau hukum yang sudah ditemukan para ahli. Namun dalam praktek guru dapat pula melakukan eksperimen untuk menemukan teorinya atau hukumnya. Dalam hal ini seakan-akan teori atau hukum belum ditemukan, dan siswa diminta untuk menemukan (Paul Suparno, 2006: 77). Petunjuk penggunaan metode eksperiman; a. persiapan perencanaan: 1) tetapkan tujuan ekperimen; 2) tetapkan

(47)

commit to user

eksperimen; 1) usahakan ekperimen dapat diikuti seluruh siswa; 2) tumbuhkan

sikap kritis terhadap siswa sehingga terdapat tanya jawab, dan diskusi tentan

masalah yang diekperimenkan.; 3) buatlah penilaian dari kegiatan siswa, dalam

ekperimen tersebut; c. tindak lanjut eksperimen.

Setelah eksperimen selesai, berikanlah tugas kepada siswa secara tulis

maupun tulisan, yaitu dengan membuat laporan hasil eksperimen ditambah

dengan pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan eksperimen yang

dilakukan. Dengan demikian kita dapat menilai sejauh mana hasil eksperimen

dipahami siswa. Menurut Syaiful Sagala (2003: 220-221) metode eksperimen

mempunyai kelemahan dan kelebihan. Kelebihan metode eksperimen adalah sebagai berikut: a. membuat siswa lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan percobaannya sendiri daripada hanya menerima kata guru atau buku saja; b. dapat mengembangkan sikap untuk mengadakan studi eksploratoris tentang sains dan teknologi, suatu sikap dari seorang ilmuwan; c. metode ini didukung oleh asas-asas ditaktik modern, antara lain : 1) siswa belajar dengan mengalami dan mengamati sendiri atau proses kejadian; 2) siswa terhindar jauh dari verbalisme; 3) memperkaya pengalaman dengan hal-hal yang bersifat objektif dan realistis; 4) mengembangkan sikap berfikir ilmiah; 5) hasil belajar akan tahan lama dan internalisasi.

Sedangkan kelemahan metode eksperimen adalah sebagai berikut: a.

pelaksanaan metode ini sering memerlukan berbagai fasilitas peralatan dan bahan

yang tidak selalu mudah diperoleh dan murah; b. setiap eksperimen tidak selalu

memberikan hasil yang diharapkan karena mungkin ada faktor-faktor tertentu

(48)

commit to user

menuntut penguasaan perkembangan materi, fasilitas peralatan dan bahan

mutakhir. Sering terjadi siswa lebih dahulu mengenal dan menggunakan alat

bahan tertentu dari pada guru.

Ada beberapa cara mengatasi kelemahan-kelemahan metode eksperimen atara

lain: a. hendaknya guru menerangkan sejelas-jelasnya tentang hasil yang ingin

dicapai sehingga ia mengetahui pertanyaan-pertanyaan yang perlu dijawab dengan

ekperimen; b. hendaknya guru membicarakan bersama-sama dengan siswa

tentang langkah yang dianggap baik untuk memecahkan masalah dengan

eksperimen, serta bahan-bahan yang diperlukan, variabel yang perlu dikontrol dan

hal-hal yang perlu dicatat; c. bila perlu, guru menolong siswa untuk memperoleh

bahan yang diperlukan; dan d. guru perlu merangsang agar setelah ekperimen

berakhir, ia membanding-bandingkan hasilnya dengan hasil eksperimen orang lain

dan mendiskusikannya bila ada perbedaan-perbedaan atau kekeliruan-kekeliruan.

5. Metode Pemberian Tugas.

Menurut Syaiful Sagala (2003: 220-221) metode pemberian tugas adalah cara penyajian bahan pelajaran dimana guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar, kemudian harus dipertanggungjawabkannya. Tugas yang diberikan oleh guru dapat memperdalam bahan pelajaran dan dapat pula mengecek bahan yang telah dipelajar. Tugas merancang siswa untuk belajar baik secara individual maupun kelompok.

(49)

commit to user

memupuk perkembangan dan keberanian mengambil inisiatif, bertanggungjawab dan berdiri sendiri; c. tugas dapat lebih meyakinkan tentang apa yang dipelajari dari guru, lebih memperdalam, memperkaya atau memperluas wawasan tentang apa yang dipelajari; d. tugas dapat membina kebiasaan siswa untuk mencari dan mengolah sendiri informasi dan komunikasi. Hal ini diperlukan sehubungan dengan abad informasi dan komunikasi yang maju demikian pesat dan cepat; dan e. metode ini dapat membuat siswa bergairah dalam belajar dilakukan dengan berbagai variasi sehinggan tidak membosankan.

Adapun kelemahan dari metode pemberian tugas antara lain : a. seringkali siswa melakukan penipuan diri di mana mereka hanya meniruhasil pekerjaan orang lain , tanpa mengalami peristiwa belajar; b. adakalanya tugas itu oleh orang lain tanpa pengawasan; c. apabila tugas teralu diberikan atau sekedar melepaskan tanggungjawab bagi guru, apalagi bila tugas-tugas itu sukar dilaksanakan ketegangan mental mereka dapat terpengaruh; dan d. karena kalau tugas diberikan secara umum mungkin serang siswa akan mengalami kesulitan.

(50)

commit to user

praktis dan ilmiah; dan 4) bahan pelajaran yang ditugaskan agar diambil dari hal-hal yang dikenal siswa.

6. Motivasi Berprestasi

Menurut Oemar Hamalik (2004) istilah motivasi menunjukkan kepada

semua gejala yang terkandung dalam stimulasi tindakan ke arah tujuan tertentu di

mana sebelumnya tidak ada gerakan menuju ke arah tujuan tersebut. Motivasi

dapat berupa dorongan-dorongan dasar atau internal dan insentif di luar diri

individu atau hadiah. Sebagai suatu masalah di dalam kelas, motivasi adala proses

membangkitkan, mempertahankan, dan mengontrol minat-minat.

Sedangkan menurut McDonal dalam Oemar Hamalik “Motivation is a

energy change within the person characterized by affective arousal and

anticipatory goal reactions.” Motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam

pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif dan reaksi untuk

mencapai tujuan. Menurut Hamzah B. Uno (2007), motivasi adalah dorongan

dasar yang menggerakkan seseorang bertingkah laku. Dorongan ini berada pada

diri seseorang yang menggerakkan untuk melakukan sesuatu yang sesuai dengan

dorongan dalam dirinya. Oleh karena itu, perbuatan seseorang yang didasarkan

atas motivasi tertentu mengandung tema sesuai dengan motivasi yang

mendasarinya.

Hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada

siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku pada

umumnya dengan beberapa indikator, atau unsur yang mendukung. Hal ini

mempunyai peranan besar dalam keberhasilan seseorang dalam belajar. Dari sudut

(51)

commit to user

motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Motivasi intrinsik, timbulnya tidak memerlukan

rangsangan dari luar karena memang telah ada dalam diri individu sendiri, yaitu

sesuai atau sejalan dengan kebutuhannya. Sedangkan, motivasi ekstrinsik timbul

karena adanya rangsangan dari luar individu, misalnya dalam bidang pendidikan

terdapat minat yang positif terhadap kegiatan pendidikan yang timbul karena

melihat manfaatnya.

Motivasi berprestasi, menurut Hamzah B. Uno, adalah motivasi untuk

berhasil dalam melakukan suatu tugas atau pekerjaan, motivasi untuk memperoleh

kesempurnaan. Motivasi semacam itu merupakan unsur kepribadian dan perilaku

manusia, sesuatu yang berasal dari “dalam” diri manusia yang bersangkutan.

Motivasi berprestasi adalah motif yang dipelajari, sehingga motif itu dapat

memperbaiki dan dikembangkan melalui proses belajar. Motivasi berprestasi

sangat berpengaruh terhadap unjuk kerja (performance) seseorang, termasuk

dalam belajar. Seseorang yang mempunyai motivasi berprestasi yang tinggi

cenderung untuk berusaha menyelesaikan tugasnya secara tuntas tanpa

menunda-nunda pekerjaannya. Penyelasaian tugas semacam itu bukanlah karena dorongan

dari luar, melainkan merupakan upaya pribadi. Berani mengambil resiko, dan

orang yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi akan cenderung memilih rekan

kerja yang tinggi, dan tidak memerlukan rekan kerja yang rendah.

Dari beberapa teori belajar yang dikemukakan diatas dibuat indikator

motivasi berprestasi dengan klasifikasi : a. adanya hasrat dan keinginan berhasil;

b. adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar; c. adanya harapan dan cita-cita

masa depan; d. adanya penghargaan dalam belajar; e. adanya kegiatan yang

(52)

commit to user

memungkinkan seseorang siswa dapat belajar dengan baik.

7. Kreativitas

a. Pengertian Kreativitas

Belajar merupakan usaha manusia untuk membangun pengetahuan dalam dirinya. Dalam proses belajar terjadi perubahan dan peningkatan mutu kemampuan pengetahuan, dan ketrampilan siswa, baik dari segi kognitif, psikomotorik maupun afektif. Pengembangan ketiga ranah ketrampilan berfikir tersebut tergantung pada bagaimana guru menerapkan strategi yang tepat dalam mengajar dan usaha maksimal siswa mengikuti pelajaran secara aktif sehingga timbul keingintahuan dan upaya meningkatkan pengetahuannya.

Kreativitas berasal dari kata kreatif yang berarti memiliki daya cipta (Purwodarminto, 1984). Sedangkan menurut Kuper & Kuper, (2000) dalam Mar’at (2006:176) kreativitas adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru. Karena itu kreativitas belajar adalah usaha yang dilakukan siswa dalam mempelajari bidang tertentu berdasarkan atas daya cipta yang ia miliki. Utami Munandar (2004:7) melalui penelitiannya di Indonesia, menyebutkan ciri-ciri kepribadian kreatif yang diharapkan oleh bangsa Indonesia, yaitu: 1) mempunyai daya imajinasi yang kuat; 2) mempunyai inisiatif ; 3) mempunyai minat yang luas; 4) mempunyai kebebasan dalam berfikir; 5) bersifat ingin tahu; 6) selalu ingin mendapatkan pengalaman-pengalaman baru; 7) mempunyai kepercayaan diri yang kuat; 8) berani mengambil resiko; 9) berani mengemukakan pendapat dan memiliki keyakinan.

b. Pembelajaran Kreatif

(53)

commit to user

siswa untuk berkembang secara optimal sedangkan guru cakap dalam menstimulasi siswa untuk aktif belajar dan mengembangkan pikirannya, di sini terjadi interaksi yang tinggi antara guru dan siswa. Oleh karena itu guru harus mengembangkan berbagai kegiatan belajar yang dapat melibatkan siswa secara aktif dalam proses belajar berdasarkan tujuan instruksional yang jelas, kegiatan yang menantang kreativitas siswa sesuai dengan karakteristik mata pelajaran dan karakteristik siswa. Untuk menciptakan pembelajaran yang kratif, diperlukan berbagai ketrampilan mengajar. Delapan ketrampilan mengajar yang sangat berperan dan menentukan kualitas pembelajaran, yaitu ketrampilan bertanya, memberi penguatan, mengadakan variasi, menjelaskan, membuka dan menutup pelajaran, membimbing diskusi kecil, mengelola kelas, serta mengajar kelompok kecil dan perorangan.

c. Strategi Pembelajaran Kreatif

Gambar

tabel, dan karya lainnya, dan 4) mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya
gambaran perkembangan belajar siswa. Gambaran perkembangan belajar siswa
Tabel 2.1. Perbedaan pendekatan CTL dengan konvensional
gambar 2.1 di bawah ini:
+7

Referensi

Dokumen terkait

Perbedaan yang cukup besar pada kedua peta kelas potensi erosi dalam merepresentasikan kelas potensi erosi berat disebabkan karena variabel kelas penggunaan lahan yang digunakan

Pada proses ini menggambarkan kondisi atau lingkungan pengguna yang nantinya akan menggunakan aplikasi monitoring pemadaman listrik berbasis android studi

Menurut data yang diperoleh kesalahan yang dilakukan mahasiswa meliputi kesalahan konsep, prinsip, dan operasi Faktor-faktor penyebab kesalahan adalah mahasiswa kurang

menarik minat masyarakat untuk menarik dananya pada bank syariah penarikan dana tersebut menyebabkan munculnya kredit macet. 2) Total asset berpengaruh terhadap Non performing

Kegiatan periklanan merupakan media utama bagi perusahaan untuk menunjang kegiatan promosi di mana promosi memiliki tujuan utama untuk menarik konsumen agar mau

Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan di Yogyakarta tahun 2004 oleh Nurhidayati dan Atik, dimana pada penelitian tersebut menyimpulkan bahwa umur di

kinds of English textbooks used by students in schools.. However, the reality not all the English textbooks

4 : siswa mengajukan pertanyaan/ menjawab pertanyaan dengan mengangkat tangan terlebih dahulu 3 : siswa mengajukan pertanyaan/ menjawab pertanyaan ditunjuk oleh guru 2 :