• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS EFEKTIVITAS JALUR EKSPEKTASI INFLASI DALAM MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER DI INDONESIA : PENDEKATAN VECTOR AUTOREGRESSIVE (VAR).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS EFEKTIVITAS JALUR EKSPEKTASI INFLASI DALAM MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER DI INDONESIA : PENDEKATAN VECTOR AUTOREGRESSIVE (VAR)."

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

NURITA HUTAGALUNG, Analisis Efektifitas Jalur Ekspektasi Inflasi dalam Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter di Indonesia : Pendekatan Vector

Autoregressive (VAR). Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan, 2012.

Ekspektasi inflasi memainkan peran penting dalam pembentukan inflasi sebagai konsekuensi logis dari aktivitas perekonomian suatu negara. Keputusan ekonomi suatu rumah tangga, perusahaan, atau pembuat kebijakan sangat tergantung pada bagaimana ekspektasi mereka terhadap kondisi ekonomi mendatang. Ekspektasi inflasi menjadi salah satu landasan utama kebanyakan agen ekonomi dalam menetapkan harga dan upah yang pada akhirnya mempengaruhi keputusan konsumsi dan investasi. Sehubungan dengan itu tujuan penelitian adalah untuk melihat efektifitas jalur ekspektasi inflasi dengan menganalisis kejutatan acak (shock) dan kontribusi masing-masing variabel terhadap perubahan variabel lainnya.

Pengumpulan data diperoleh dari data sekunder yaitu data jumlah uang beredar (JUB), non perfomance loan (NPL), deposito perbankan, kredit perbankan, ekspektasi inflasi, PDB dan Investasi triwulan 1 tahun 2005 sampai dengan triwulan 4 tahun 2011. Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah model ekonometrika dengan metode Vector Autoregression (VAR) Impulse Response Funtion (IRF) dan Variance Decomposition (VD) yang sebelumnya diuji dengan menggunakan uji stasioner, uji kointegrasi, dan uji lap optimal.

Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa (1) seluruh variabel saling memberikan kejutan acak terhadap variabel lainnya sehingga mencapai keseimbangan jangka panjang. Hal tersebut ditunjukkan oleh hasil estimasi uji IRF pada setiap variabel, (2) semua variabel saling berkontribusi terhadap variabel lainnya yang ditunjukkan dengan hasil estimasi uji VD. Dari hasil estimasi dapat disimpulkan ekspektasi inflasi mempengaruhi sasaran kebijakan moneter yaitu inflasi.

(2)

ABSTRACT

NURITA Hutagalung, Effectiveness Analysis of Path Inflation Expectations in Monetary Policy Transmission Mechanism in Indonesia: Approach Vector Autoregressive (VAR). Graduate Program, State University of Medan, 2012. Inflation expectations play an important role in the formation of inflation as a logical consequence of a country's economic activity. The economic decisions of households, firms, or policy makers depends on how their expectations of future economic conditions. Inflation expectations become one of the main runway most of the economic agents in setting prices and wages, which in turn affect consumption and investment decisions. In connection with the purpose of research is to look at the effectiveness of the path of inflation expectations by analyzing random kejutatan (shock) and the contribution of each variable to changes in other variables.

The collection of data obtained from secondary data is data in the money supply (JUB), non perfomance loan (NPL), bank deposits, bank credit, inflation expectations, GDP and Investment in 2005 quarter 1 to quarter 4 of 2011. The model used in this study is the method of econometric models Vector Autoregression (VAR) Impulse Response Funtion (IRF) and Variance Decomposition (VD) that were previously tested using the stationary test, cointegration test, and test the optimum lag.

The results of this study concluded that (1) all gave each other a variable random shocks to other variables so as to achieve long-term equilibrium. This is shown by the results of the estimated IRF test on each variable, (2) all variables other variables contribute to each other as indicated by the results of estimation of VD test. From the estimation results can be summed up in inflation expectations that monetary policy affects inflation.

(3)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala berkat dan karunia yang dilimpahkan-Nya kepada penulis dalam menuntut ilmu dan menyelesaikan penelitian tesis ini yang berjudul “Analisis Efektifitas Jalur Ekspektasi Inflasi Dalam Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter Di Indonesia : Pendekatan Vector Autoregressive (VAR)”.

Selama melaksanakan penelitian dan penelitian tesis ini penulis banyak mendapat bantuan moril dan materil dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada

kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar, M.Si selaku Rektor Universitas Negeri Medan. 2. Bapak Prof. Dr. Belferik Manullang, selaku Direktur Program Pascasarjana

Universitas Negeri Medan.

3. Bapak Dr. Dede Ruslan, M.Si, selaku Ketua Program Studi Ilmu Ekonomi, sekaligus selaku Penguji.

4. Bapak Dr. Eko Wahyu Nugrahadi, M.Si, selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Ekonomi Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan, sekaligus selaku

Pembimbing II yang telah banyak memberikan masukan yang sangat berharga bagi penulis.

5. Bapak Dr. Joni Manurung. selaku Pembimbing I, yang telah banyak

memberikan masukan yang sangat berharga bagi penulis.

6. Bapak Dr. Arwansyah, M.Si dan Dr M Yusuf Harahap, M.Si selaku Penguji.

(4)

8. Ayahanda Alm Akhir Hutagalung dan Ibunda Tiolia Sarumpaet yang sangat saya cintai terimakasih atas investasi tulus semua ini, doa yang mengalir tanpa henti, semangat pantang menyerah untuk menjalani pendidikan

setinggi-tingginya; serta saudara-saudaraq tersayang Bertua Uli Hutagalung (Abangku), Basanti Hutagalung (Kakakku), Harry Hutagalung (Adikku),

Rosdina Hutagalung (Adikku), Boi Rotua Hutagalung (Adikku), dan Andri Adi Hutagalung (Adikku) yang selalu setia memberikan dukungan, doa yang tulus, semangat terus berkobar, ketegaran menjalani cobaan, ketenangan

dimasa-masa sulit dan tawa keceriaan yang selalu hadir ditengah-tengah keluarga.

9. Rekan-rekan mahasiswa angkatan X1 Program Studi Ilmu Ekonomi Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan yang telah menjalin keakraban bersama, suka duka, dukungan dan semangatnya selama menjalani

perkuliahan ini.

Penulis masih mengharapkan masukan maupun kritikan yang membangun dalam penelitian tesis ini. Akhirnya penulis menyadari bahwa karya belumlah

sempurna, semoga karya ini dapat bermanfaat bagi dunia pendidikan, pemerintahan dan masyarakat.

Medan, 30 Agustus 2012 Penulis

(5)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR GAMBAR ... v

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 10

1.3 Tujuan Penelitian ... 12

1.4 Manfaat Penelitian ... 13

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 15

2.1 Pengertian Kebijakan Moneter ... 15

2.2 Instrumen-Instrumen Kebijakan Moneter ... 17

2.3 Indikator dan Respon Kebijakan Moneter ... 20

2.4 Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter ... 24

2.5 Tahapan Transmisi Moneter... 27

2.6 Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter Jalur Ekspektasi Inflasi ... 30

2.7 Hubungan antar Variabel ... 33

(6)

2.9 Kerangka Pemikiran ... 38

2.10 Hipotesis ... 38

BAB III METODE PENELITIAN ... 41

3.1 Ruang Lingkup Penelitian ... 41

3.2 Jenis dan Sumber Data ... 41

3.3 Model Analisis ... 41

3.4 Metode Pengujian Hasil Penaksiran ... 41

3.5 Defenisi Operasional ... 48

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 50

4.1. Deskripsi Data Penelitian ... 50

4.2. Hasil Uji Model Penelitian ... 70

4.3. Hasil Analisis Data ... 77

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 105

5.1. Kesimpulan ... 105

5.2. Saran ... 107

DAFTAR PUSTAKA ... 108

(7)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Perkembangan Inflasi Di Indonesia ... 6

Gambar 1.2 Ekspektasi Inflasi - Consensus Forecast ... 7

Gambar 1.3 Perkembangan rata-rata nilai tukar rupiah ... 8

Gambar 2.1 Mekanisme bekerjanya transmisi kebijakan moneter ... 24

Gambar 2.2 Skema mekanisme Kebijakan Moneter Jalur Ekspektasi Inflasi ... 33

Gambar 4.1 Grafik Perkembangan Jumlah Uang Beredar (JUB) ... 56

Gambar 4.2 Grafik Perkembangan Non Performance Loan (NPL) ... 58

Gambar 4.3 Grafik Perkembangan Deposito Perbankan (DEPO) ... 60

Gambar 4.4 Grafik Perkembangan Kredit Perbankan (KRDT) ... 63

Gambar 4.5 Grafik Perkembangan Ekspektasi Inflasi (EInf) ... 66

Gambar 4.6 Grafik Perkembangan Produk Domestik Bruto (PDB) ... 67

Gambar 4.7 Grafik Perkembangan Investasi (INV) ... 69

Gambar 4.8 Grafik IRF Jumlah Uang Beredar ... 79

Gambar 4.9 Grafik IRF Non Performance Loan ... 81

Gambar 4.10 Grafik IRF Deposito Perbankan ... 83

Gambar 4.11 Grafik IRF Kredit Perbankan ... 86

Gambar 4.12 Grafik IRF Ekspektasi Inflasi ... 88

Gambar 4.13 Grafik IRF Produk Domestik Bruto ... 89

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Pertumbuhan PDB menurut penggunaan ... 5

Tabel 4.1 Perkembangan Jumlah Uang Beredar (JUB) ... 56

Tabel 4.2 Perkembangan Non Performance Loan (NPL) ... 58

Tabel 4.3 Perkembangan Deposito Perbankan (DEPO) ... 60

Tabel 4.4 Perkembangan Kredit Perbankan (KRDT) ... 62

Tabel 4.5 Perkembangan Ekspektasi Inflasi (EInf) ... 65

Tabel 4.6 Perkembangan Produk Domestik Bruto (PDB) ... 67

Tabel 4.7 Perkembangan Investasi (INV) ... 69

Tabel 4.8 Hasil Uji Stasioner ... 71

Tabel 4.9 Hasil Uji Kointegrasi ... 71

Tabel 4.10 Hasil Uji Lag Optimal ... 74

Tabel 4.11 Hasil Uji Stabilitas VAR ... 74

Tabel 4.12 Vector Auto Regression Estimates ... 74

Tabel 4.13 VAR Model dan VAR Model substituted coeficiant ... 75

Tabel 4.14 IRF Jumlah Uang Beredar... 78

Tabel 4.15 IRF Non Performance Loan ... 80

Tabel 4.16 IRF Deposito Perbankan ... 82

Tabel 4.17 IRF Kredit Perbankan ... 84

Tabel 4.18 IRF Ekspektasi Inflasi ... 86

Tabel 4.19 IRF Produk Domestik Bruto ... 89

Tabel 4.20 IRF Investasi ... 90

(9)

Tabel 4.22 Variance Decomposition Non Performance Loan ... 95

Tabel 4.23 Variance Decomposition Deposito Perbankan ... 97

Tabel 4.24 Variance Decomposition Kredit Perbankan ... 99

Tabel 4.25 Variance Decomposition Ekspektasi Inflasi ... 100

Tabel 4.26 Variance Decomposition Produk Domestik Bruto... 101

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Uji Stasioner ... 110

Lampiran Uji Kointegrasi ... 120

Lampiran Uji Penentuan Lag Optimal ... 121

Lampiran VAR Model dan VAR substitution Coefisien ... 122

Lampiran Uji Stabilitas VAR ... 123

Lampiran Uji Vector Autoregression ... 124

Lampiran Uji Impulse Response Funtion ... 125

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kestabilan perekonomian suatu negara akan selalu menjadi priotitas yang ingin dicapai, karena dengan stabilitas ekonomi akan menciptakan suasana

kondusif dalam kegiatan perekonomian. Kestabilan ekonomi ini dapat diukur dengan melihat stabilitas makro ekonomi yang ada. Namun, stabilitas makro ekonomi ini sangat rentan terhadap perubahan. Apabila terjadi guncangan dalam

suatu variabel ekonomi akan berdampak pada variabel yang lain dan keadaan ini meenjadikan fluktuasi dalam makro ekonomi. Bila fluktuasi yang terjadi relatif

kecil dan waktu mencapai keseimbangan jangka panjang relatif tidak lama, maka dapat dikatakan kondisi makro ekonomi relatif stabil. Perkembangan

perekonomian suatu negara dapat dikatakan sedang meningkat atau menurun dilihat dari beberapa indikator dasar makro ekonominya, diantaranya suku bunga, jumlah uang beredar, inflasi, nilai tukar dan pengangguran.

Tingkat inflasi ditentukan oleh kekuatan permintaan dan penawaran terhadap barang dan jasa yang mencerminkan perilaku para pelaku pasar atau

masyarakat. Salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku masyarakat tersebut adalah ekspektasi terhadap inflasi di masa yang akan datang. Ekspektasi inflasi yang tinggi akan mendorong masyarakat untuk mengalihkan aset finansial yang

dimilikinya menjadi asset riil, seperti tanah, rumah, dan barang-barang konsumsi lainnya. Begitu juga sebaliknya ekspektasi inflasi yang rendah akan memberikan

(12)

sektor-sektor produktif. Menurut Laksmono (2001:30), beberapa penelitian di Amerika Serikat dan beberapa negara lainnya juga telah menemukan hubungan yang dekat antara suku bunga dengan proyeksi perubahan inflasi.

Ekspektasi inflasi memainkan peran penting dalam pembentukan inflasi sebagai konsekuensi logis dari aktivitas perekonomian suatu negara. Keputusan

ekonomi suatu rumah tangga, perusahaan, atau pembuat kebijakan sangat tergantung pada bagaimana ekspektasi mereka terhadap kondisi ekonomi mendatang. Ekspektasi inflasi menjadi salah satu landasan utama kebanyakan

agen ekonomi dalam menetapkan harga dan upah yang pada akhirnya mempengaruhi keputusan konsumsi dan investasi.

Hutabarat (2005:25), dengan menggunakan model makroekonomi SSMX

(Small-Scale Macroeconomic model extended) menemukan bahwa ekspektasi

inflasi masyarakat Indonesia pada periode 1999-2004 sangat mendominasi

pembentukan inflasi dibandingkan variable ekonomi lainnya seperti output gap,

administered price, supply shocks, dan nilai tukar. Selain itu, berdasarkan

dekomposisi inflasi di Indonesia pada tahun 2007, Bank Indonesia (2008:5)

mendapati bahwa ekspektasi inflasi memiliki porsi 56,8%. Angka ini jauh di atas

persentase variable volatile foods, output gap, supply shocks, dan nilai tukar.

Jadi, tidaklah mengherankan apabila ekspektasi inflasi menjadi bagian yang penting untuk diperhitungkan dalam memperkirakan inflasi mendatang.

Ekspektasi inflasi dapat dibentuk diantaranya melalui pengumuman

kepada publik mengenai target inflasi yang hendak dicapai dalam beberapa periode ke depan serta kebijakan yang diambil bank sentral dalam pencapaian

(13)

agen ekonomi sangat percaya bahwa bank sentral akan melakukan tindakan yang tepat dalam mengendalikan inflasi ketika inflasi mulai bergerak menjauh dari sasaran inflasi yang ditetapkan. Dalam situasi tersebut, ekspektasi inflasi mereka

tidak akan bergerak liar, namun terpatri pada tingkat yang sesuai dengan tujuan Bank Sentral dalam menjaga stabilitas harga. Penetapan harga dan upah

cenderung mengikuti koridor target inflasi yang ditetapkan bank sentral dan kurang responsif terhadap fluktuasi inflasi sesaat. Hal ini sangat membantu bank sentral, karena otoritas moneter dapat mengabaikan volatilitas harga jangka

pendek dan lebih cenderung mengambil pendekatan jangka menengah-panjang dalam mengendalikan inflasi.

Sebaliknya, menjaga stabilitas harga menjadi lebih sulit jika Bank Sentral tidak kredibel di mata agen ekonomi. Dalam situasi seperti itu, wajar apabila dalam banyak kesempatan ekspektasi inflasi masyarakat tidak sesuai dengan

tujuan kebijakan moneter. Masyarakat acapkali mendiskon kebijakan moneter, disebabkan ketidakkonsistenan Bank Sentral terhadap kebijakannya di masa lalu.

Keinginan Bank Sentral untuk menstabilkan harga seringkali

bertumbukan dengan ekspektasi inflasi masyarakat yang cenderung tinggi dan tak bergeming terhadap kebijakan moneter. Anglingkusumo dan Wuryandani

(2003:78) menemukan bukti bahwa variabel kredibilitas kebijakan disinflasi pemerintah merupakan determinan utama dalam pembentukan ekspektasi inflasi. Dalam banyak situasi, ekspektasi inflasi masyarakat yang tinggi ini dapat

direfleksikan dalam bentuk permintaan upah dan harga yang tinggi, dan bahkan pada suatu saat tertentu masyarakat cenderung mempercepat keputusan belanja

(14)

inflasi dalam situasi yang demikian mendorong Bank Sentral untuk menelurkan kebijakan moneter yang lebih agresif untuk meyakinkan para penentu harga dan upah yang skeptis bahwa tingkat harga akan stabil.

Banyak harapan yang diungkapkan oleh masyarakat Indonesia di tahun 2012. Di bidang ekonomi semua masyarakat tentunya berharap akan tercapainya

kesejahteraan yang lebih baik, harga-harga yang tidak terinflasi dan terbukanya lapangan pekerjaan. Karena itu, memprediksi bagaimana prospek ekonomi Indonesia di tahun 2012 ini menjadi sangat penting untuk menilai dan

menentukan bagaimana roda ekonomi Indonesia ini berputar. Sikap optimisme akan kondisi ekonomi Indonesia yang lebih baik pada tahun 2012 nanti juga

diungkapkan oleh pemerintah dalam Rapat Kerja dengan Komisi XI beberapa waktu lalu tentang asumsi makro RAPBN 2012, pemerintah memberikan sinyal positif tentang pertumbuhan ekonomi Indonesia. Pemerintah memasang target

optimis pertumbuhan ekonomi 6,5-6,9%, inflasi 3,5-5,5%, nilai tukar Rp 9.000-9.300 per dolar AS, suku bunga SPN 3 bulan 5,5- 7,5%,.

Perekonomian Indonesia tahun 2010 tumbuh lebih tinggi dibandingkan

dengan tahun sebelumnya. Pertumbuhan PDB 2010 mencapai 6,1%, meningkat dari 4,6% pada tahun 2009. Di sisi permintaan, meningkatnya pertumbuhan

ekonomi didukung oleh kinerja ekspor dan investasi yang tumbuh tinggi, disertai konsumsi rumah tangga yang tetap kuat. Kenaikan harga komoditas internasional turut menunjang tingginya pertumbuhan ekspor nasional. Selain itu,

meningkatnya kinerja ekspor juga diikuti oleh lebih terdiversifikasinya komoditas ekspor dan lebih besarnya peran negara-negara emerging market sebagai pasar

(15)

berpengaruh positif bagi optimisme pelaku usaha terhadap prospek perekonomian sehingga pada akhirnya mendorong kinerja investasi tumbuh meningkat. Sementara itu, konsumsi rumah tangga yang tetap kuat ditopang oleh daya beli

masyarakat yang terjaga didukung meningkatnya peran pembiayaan lembaga keuangan. Tingginya permintaan domestik dan eksternal pada gilirannya

berdampak pada tingginya pertumbuhan impor hingga melebihi pertumbuhan ekspor. (tabel 1)

*angka sementara ** angka sangat sementara

Inflasi IHK pada November 2011 meningkat dibandingkan dengan bulan sebelumnya, namun secara tahunan tekanan inflasi masih berada pada tren yang

(16)

Sumber tekanan inflasi pada bulan laporan berasal dari kelompok volatile food terkait dengan pola musiman paceklik dan masuknya musim penghujan. Kenaikan inflasi volatile food terutama masih terjadi di Jawa dan Jakarta antara lain karena

inflasi beras yang lebih tinggi dibandingkan dengan wilayah lain. Namun tingginya impor pangan, termasuk impor beras, turut meredam akselerasi

kenaikan harga pada bulan laporan.

Gambar 1.1

Perkembangan Inflasi di Indonesia

Tekanan inflasi inti masih cukup moderat ditopang oleh kondisi

permintaan-penawaran domestik yang masih kondusif dan ekspektasi yang kian membaik, walaupun terdapat tekanan eksternal yang terutama bersumber dari kenaikan harga emas dan melemahnya nilai tukar. Sementara itu, tekanan inflasi

dari kelompok administered prices relatif rendah karena tidak adanya kebijakan pemerintah menyangkut harga di sepanjang bulan laporan. Dengan perkembangan

(17)

Ekspektasi inflasi berada dalam tren yang membaik. Hal tersebut tercermin dari hasil survei Consensus Forecast bulan November 2011 yang menunjukkan ekspektasi inflasi tahun 2011 dan 2012 menurun dari 5,50% menjadi 5,40% di

tahun 2011 dan 5,70% menjadi 5,30% di tahun berikutnya, seperti ditunjukkan pada gambar 2.

Gambar 1.2

Ekspektasi Inflasi – Consensus Forecast

Seiring dengan meningkatnya risiko berlanjutnya perlambatan ekonomi dunia, rupiah mengalami tekanan depresiasi selama triwulan IV 2011. Berbagai sentimen negatif selama triwulan laporan sempat menurunkan minat investor

global terhadap pasar keuangan emerging markets. Secara rata-rata, rupiah melemah 3,74% (qtq) ke level Rp8.933 per dolar AS (Gambar 3) sementara secara

point-to-point rupiah mencatatkan depresiasi sebesar 3,51% (qtq) dan ditutup pada

level Rp9.110 per dolar AS. Secara keseluruhan tahun 2011, nilai tukar rupiah secara rata-rata mengalami apresiasi sebesar 3,87% (ytd) ke level Rp8.742 dari

(18)

Rp9.080 per dolar AS pada akhir tahun sebelumnya. Namun, secara point-to-point rupiah ditutup pada level Rp9.110 per dolar AS atau terdepresiasi sebesar 1,10% dari level akhir tahun 2010 yang tercatat sebesar Rp9.010 per dolar AS.

Pelemahan tersebut relatif sejalan dengan pergerakan nilai tukar kawasan yang secara rata-rata juga terkoreksi, kecuali Yen Jepang.

Mekanisme transmisi kebijakan moneter, pada dasarnya menggambarkan bagaimana kebijakan moneter yang ditempuh Bank Sentral dalam mempengaruhi berbagai aktivitas ekonomi dan keuangan sehingga pada akhirnya mencapai

tujuan akhir yang ditetapkan. Efektivitas kebijakan moneter sangat tergantung pada mekanisme transmisinya, maka dari itu penelitian mengenai efektivitas

jalur-jalur dalam mekanisme transmisi moneter sangat menarik untuk dilakukan.

Gambar 1.3

Perkembangan Rata-Rata Nilai Tukar Rupiah

Mekanisme bekerjanya perubahan BI Rate sampai mempengaruhi inflasi tersebut sering disebut sebagai mekanisme transmisi kebijakan moneter.

(19)

perubahan instrumen moneter dan target operasionalnya mempengaruhi berbagai variabel ekonomi dan keuangan sebelum akhirnya berpengaruh ke tujuan akhir inflasi. Mekanisme tersebut terjadi melalui interaksi antara Bank Sentral,

perbankan dan sektor keuangan, serta sektor riil. Perubahan BI Rate mempengaruhi inflasi melalui berbagai jalur, diantaranya jalur suku bunga, jalur

kredit, jalur nilai tukar, jalur harga aset, dan jalur ekspektasi.

Sejatinya, penelitian mekanisme transmisi kebijakan moneter menjelaskan mengenai bagaimana perubahan dalam instrumen kebijakan moneter dapat

mempengaruhi variabel makroekonomi lainnya hingga terwujudnya sasaran akhir kebijakan moneter. Seberapa besar pengaruhnya terhadap harga dan kegiatan di

sektor riil, semuanya sangat tergantung dari perilaku atau respons perbankan dan dunia usaha lainnya terhadap perubahan instrumen kebijakan moneter itu sendiri.

Dampak perubahan suku bunga kepada kegiatan ekonomi juga

mempengaruhi ekspektasi publik akan inflasi (jalur ekspektasi). Penurunan suku bunga yang diperkirakan akan mendorong aktifitas ekonomi dan pada akhirnya inflasi mendorong pekerja untuk mengantisipasi kenaikan inflasi dengan meminta

upah yang lebih tinggi. Upah ini pada akhirnya akan dibebankan oleh produsen kepada konsumen melalui kenaikan harga.

Faktor ketidakpastian dan kecenderungan-kecenderungan baru yang dimaksud mencakup, pertama, studi empiris tentang jalur-jalur mekanisme transmisi kebijakan moneter di Indonesia yang telah dikemukakan sebelumnya

belum sampai pada kesimpulan final mengenai jalur-jalur apa yang paling efektif dalam mewujudkan sasaran akhir kebijakan moneter. Kedua, adanya

(20)

di sektor riil, antara lain: (a). Jika sektor keuangan semakin berkembang dengan baik yang ditandai dengan efektifnya fungsi intermediasi perbankan, maka transmisi Jalur Suku Bunga akan semakin efektif dibandingkan dengan jalur-jalur

lainnya, misalnya jalur uang. (b). Seiring dengan stabilnya nilai tukar, maka transmisi Jalur Nilai Tukar akan semakin efektif dan (c). Jalur Ekspektasi Inflasi

akan semakin efektif seiring dengan semakin kredibelnya kebijakan moneter. Meskipun telah banyak dilakukan studi mengenai peranan mekanisme transmisi kebijakan moneter adalah studi yang menyangkut efektivitas mekanisme

transmisi kebijakan moneter baik secara parsial maupun terintegrasi, namun karena adanya faktor ketidakpastian dan kecenderungan-kecenderungan baru yang

dapat mempengaruhi mekanisme transmisi kebijakan moneter, maka penelitian lanjutan untuk masalah tersebut tetap relevan untuk dilakukan.

Sehubungan dengan ini dalam penelitian ini akan di analisis efektifitas

jalur ekspektasi inflasi dalam mekanisme transmisi kebijakan moneter di Indonesia pendekatan: vector autoregression (VAR).

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini

adalah:

1. Berapakah besar decomposition (kontribusi) Jumlah Uang Beredar merespons adanya shock instrumen kebijakan moneter, yaitu Jumlah Uang Beredar, non

performance loan (NPL), deposito perbankan, kredit perbankan, ekspektasi

Inflasi, PDB, dan Investasi hingga terwujudnya sasaran akhir kebijakan

(21)

2. Berapakah besar decomposition (kontribusi) non performance loan (NPL) merespons adanya shock instrumen kebijakan moneter, yaitu jumlah uang beredar, non performance loan (NPL) ,deposito perbankan, kredit perbankan,

ekspektasi Inflasi, PDB, dan Investasi hingga terwujudnya sasaran akhir kebijakan moneter?

3. Berapakah besar decomposition (kontribusi) deposito perbankan merespons adanya shock instrumen kebijakan moneter, yaitu jumlah uang beredar, non

performance loan (NPL) , deposito perbankan, kredit perbankan, ekspektasi

Inflasi, PDB, dan Investasi hingga terwujudnya sasaran akhir kebijakan moneter?

4. Berapakah besar decomposition (kontribusi) kredit perbankan merespons adanya shock instrumen kebijakan moneter, yaitu jumlah uang beredar, non

performance loan (NPL), deposito perbankan, kredit perbankan, ekspektasi

Inflasi, PDB, dan Investasi hingga terwujudnya sasaran akhir kebijakan moneter?

5. Berapakah besar decomposition (kontribusi) ekspektasi Inflasi merespons

adanya shock instrumen kebijakan moneter, yaitu jumlah uang beredar, non

performance loan (NPL), deposito perbankan, kredit perbankan, ekspektasi

Inflasi, PDB, dan Investasi hingga terwujudnya sasaran akhir kebijakan moneter?

6. Berapakah besar decomposition (kontribusi) PDB merespons adanya shock

instrumen kebijakan moneter, yaitu jumlah uang beredar, non performance

loan (NPL), deposito perbankan, kredit perbankan, ekspektasi Inflasi, PDB

(22)

7. Berapakah besar decomposition (kontribusi) Investasi merespons adanya

shock instrumen kebijakan moneter, yaitu jumlah uang beredar, non

performance loan (NPL), deposito perbankan, kredit perbankan, ekspektasi

Inflasi, PDB dan Investasi, hingga terwujudnya sasaran akhir kebijakan moneter?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian diatas, maka yang menjadi tujuan penelitian analisis

efektifitas jalur ekspektasi inflasi adalah

1. Untuk mengetahui besar decomposition (kontribusi) Jumlah Uang Beredar

merespons adanya shock instrumen kebijakan moneter, yaitu Jumlah Uang Beredar, non performance loan (NPL), deposito perbankan, kredit perbankan, ekspektasi Inflasi, PDB, dan Investasi hingga terwujudnya sasaran akhir

kebijakan moneter?

2. Untuk mengetahui besar decomposition (kontribusi) non performance loan (NPL) merespons adanya shock instrumen kebijakan moneter, yaitu jumlah

uang beredar, non performance loan (NPL) ,deposito perbankan, kredit perbankan, ekspektasi Inflasi, PDB, dan Investasi hingga terwujudnya sasaran

akhir kebijakan moneter?

3. Untuk mengetahui besar decomposition (kontribusi) deposito perbankan merespons adanya shock instrumen kebijakan moneter, yaitu jumlah uang

beredar, non performance loan (NPL) , deposito perbankan, kredit perbankan, ekspektasi Inflasi, PDB, dan Investasi hingga terwujudnya sasaran akhir

(23)

4. Untuk mengetahui besar decomposition (kontribusi) kredit perbankan merespons adanya shock instrumen kebijakan moneter, yaitu jumlah uang beredar, non performance loan (NPL), deposito perbankan, kredit perbankan,

ekspektasi Inflasi, PDB, dan Investasi hingga terwujudnya sasaran akhir kebijakan moneter?

5. Untuk mengetahui besar decomposition (kontribusi) ekspektasi Inflasi merespons adanya shock instrumen kebijakan moneter, yaitu jumlah uang beredar, non performance loan (NPL), deposito perbankan, kredit perbankan,

ekspektasi Inflasi, PDB, dan Investasi hingga terwujudnya sasaran akhir kebijakan moneter?

6. Untuk mengetahui besar decomposition (kontribusi) PDB merespons adanya

shock instrumen kebijakan moneter, yaitu jumlah uang beredar, non

performance loan (NPL), deposito perbankan, kredit perbankan, ekspektasi

Inflasi, PDB dan Investasi hingga terwujudnya sasaran akhir kebijakan moneter?

7. Untuk mengetahui besar decomposition (kontribusi) Investasi merespons

adanya shock instrumen kebijakan moneter, yaitu jumlah uang beredar, non

performance loan (NPL), deposito perbankan, kredit perbankan, ekspektasi

Inflasi, PDB dan Investasi, hingga terwujudnya sasaran akhir kebijakan moneter?

1.4 Manfaat Penelitian

Kesimpulan terhadap rumusan masalah dan tercapainya tujuan, penelitian

(24)

1. Memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan di bidang ilmu ekonomi moneter khususnya kebijakan moneter dan lebih khusus lagi mekanisme transmisi kebijakan moneter di Indonesia.

2. Memberikan kontribusi berupa penjelasan yang lebih komprehensif, terutama menyajikan bukti empirik tentang efektivitas Jalur Ekspektasi Inflasi dalam

mewujudkan sasaran akhir kebijakan moneter di Indonesia.

3. Menjadi bahan rujukan bagi peneliti lainnya, sehingga dapat melanjutkan studi ini dan studi lanjutan untuk jalur-jalur transmisi moneter lainnya, misalnya:

(25)

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. Beberapa edisi. Laporan Perekonomian Indonesia. Bank Indonesia. Beberapa edisi. Laporan Tahunan Bank Indonesia.

---. Beberapa edisi. Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia. Boediono. 1985. Ekonomi Moneter. Ed. 3. Yogyakarta: BPFE.

Bofinger, Peter., 2001. Monetary Policy: Goal, Institutions, StRategies and Instrument. New York: Oxford University Press

Blinder, A.S. 1998. The Federal Funds Rate and the ChannelMonetary Transmission, The American Economic Review, Vol. 2, No.12, pp. 90 121. September 1998

Dernburg, Thomas F. 1994. Makro Ekonomi: Teori, Analisis dan Kebijakan. Ed. 7. Jakarta: Erlangga

Enders, Walter. 2004. Applied Econometric Time Series. New York : John Wiley.

Friedman, Schwartz. 1993. “Monetry Policy,”NBR working paper 8057, Desember 1993.

Gujarati, DN. 1995. Basic Econometrics. 3th Ed. McGraw-Hill. Gujarati, DN. 2003. Basic Econometric. 4th Ed. McGraw-Hill.

Guritno Mangkoesoebroto dan Algifari. 1998. Ed. 3. Teori Ekonomi Makro. Yogyakarta: Bagian Penerbit STIE YKPN

.

Hirawan, Fajar Bambang. 2007. Efektifitas Quantum Channel Dalam Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter: Studi Kasus Indonesia Tahun 1993-2005. Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Indonesia. Vol. VII No.2, hal. 53-73.

(26)

Ismail, M. 2006. Inflation Targeting dan Tantangan Implementasinya di Indonesia. Jurnal Ekonomi & Bisnis Indonesia. Volume 21, No. 2, April 2006. Hal. 105 – 121.

Iswardono. 1993. Kebijakan Moneter yang tidak Diantisipasi dan pengaruhnya terhadap Komponen Pasar Uang di Indonesia. makalah pada Kongres Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia XV Batu, Malang.

Junghun, Oh. 1999. “Inflation Targeting, Monetery Transmission Mechanism and Policy Rules in Korea.” Economic Papers the Bank of korea Vol 2 No 1 March

Laksmono R, Didy. Suhaedi, dkk. 2000. Suku Bunga Sebagai Salah Satu Indikator Ekspektasi Inflasi. Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan Maret 2000. Bank Indonesia.

Leuz, C., N. Dhananjay, and P. D. Wysocki. 2003. “Earnings management and investor protection: An international comparison”. Journal of Financial Economics 69:505–527.

Natsir, M. 2008. Studi Efektivitas Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter di Indonesia melalui Jalur Suku Bunga, Jalur Nilai Tukar dan Jalur Ekspektasi Inflasi Periode 1990:2-2007:1. Disertasi pada Program Pascasarjana Universitas Airlangga Surabaya.

Natsir, M. 2007. Analisis Empiris Efektivitas Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter di Indonesia Periode 1990:2-2007:1. Journal

Mandala, Manurung dan Prathama Rahardja. 2008. Uang, Perbankan dan Ekonomi Moneter. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia:Jakarta

Mishkin, Frederic.S, 1995, “Symposium on the Monetary Transmission Mechanism,”Journal of Economic Perspectives, Vol 9 No 4,Fall, Hal 3-10

Mishkin, F.S, 2004. The Economics of Money, Banking and Financial Markets. Seventh Edition. International Edition, New York: Pearson Addison Wesley Longman.

Mishkin, F.S, 2007. The Economics of Money, Banking and Financial Markets. Seventh Edition. International Edition, New York: Pearson Addison Wesley Longman.

(27)

Sambodo, 2001. Uang: Pengertian, Penciptaan, dan Peranannya dalam Perekonomian. Buku Seri Kebanksentralan No.1. Pusat Pendidikan Dan Studi Kebanksentralan (PPSK) Bank Indonesia

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2004 Tentang Bank Indonesia. Bandung: Penerbit “Citra Umbara”.

Warjiyo, Perry. 2004. Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter Di Indonesia. Buku SeriKebanksentralan No.11. Pusat Pendidikan Dan Studi Kebanksentralan (PPSK) Bank Indonesia.

Widayat, W.S., Tjahyono, E.D., Kusmiarso,B., Agung, Juda., Budiman. 2002. Perumusan Kerangka Kerja Kebijakan Moneter Inflation Targeting Dengan Suku Bunga Sebagai Target Operasional. Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Bank Indonesia. Jakarta: Bank Indonesia.

Gambar

Tabel 4.27    IRF Investasi ........................................................................................
Tabel 1.1 Pertumbuhan PDB Menurut Penggunaan
Gambar 1.1 Perkembangan Inflasi di Indonesia
Gambar 1.3 Perkembangan Rata-Rata Nilai Tukar Rupiah

Referensi

Dokumen terkait

Begitupun untuk penetapan sasaran SAR 2 Prodi S2 dan S3 di Fakultas, tidak sama dengan sasaran yang ditetapkan oleh Departemen, meskipun capaian SAR-2 dapat

Svarbu ir tai, kad teismo nustatomą terminuoto laisvės atėmimo bausmės laikotarpį, taip pat ir patį sprendi- mą laisvės atėmimą iki gyvos galvos bausmę pakeisti

Pada contoh 1 -te kureru digunakan ketika memberi jasa atau keuntungkan dari pihak lain yang secara hubungan psikologis memiliki kedekatan atau orang lingkup dalam

Variabel yang paling dominan dalam mempengaruhi penyerapan tenaga kerja pada industri tenun sutera di Kabupaten Wajo adalah variabel modal dilihat dari nilai standarized yang

NONI OCTARIATI, Eksplorasi Jamur Entomopatogen dari Rizosfer Tanaman Hortikultura di Sumatera Selatan dan Patogenesitasnya terhadap Larva Spodoptera frugiperda

Fakta ini dibuktikan dengan penelitian yang dilakukan Hasil penelitian ini didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Pakpahan (2009), Handayani dan Elva (2012)

 Stadium IV : Tumor meluas di luar jaringan berserabut yang mengelilingi ginjal, atau sel-sel kanker ditemukan pada lebih dari satu simpul getah bening yang