KEPASTIAN HUKUM PENGGUNAAN BITCOIN DALAM SISTEM PEMBAYARAN DI INDONESIA DAN PERLINDUNGAN HUKUM BAGI
PENGGUNANYA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG MATA UANG DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI
ELEKTRONIK.
ABSTRAK
FINDA GUNARTI GUMARA 1187009
Bitcoin merupakan sebuah mata uang digital yang digunakan dalam transaksi elektronik. Penggunaan Bitcoin telah menyebar secara luas ke berbagai penjuru dunia termasuk di Indonesia, bahkan tidak lama ini telah didirikan sebuah ATM (anjungan tunai mandiri) khusus untuk Bitcoin di Bali. Pada tanggal 6 Februari 2014 Bank Indonesia mengeluarkan sebuah pernyataan resmi terkait dengan penggunaan Bitcoin di Indonesia yang menyatakan bahwa Bitcoin bukan alat pembayaran yang sah di Indonesia dan segala resiko terkait kepemilikan dan penggunaan Bitcoin ditanggung sendiri oleh pemilik/pengguna Bitcoin, namun sayangnya dalam surat pernyataan tersebut tidak ada pernyataan tegas mengenai kepastian hukum dan perlindungan hukum Bitcoin di Indonesia.
Metode penelitian yang digunakan pada penulisan ini adalah yuridis normatif dengan menggunakan pendekatan konseptual mengenai masalah-masalah kepastian hukum penggunaan Bitcoin dan perlindungan hukum bagi penggunanya, serta digunakan juga pendekatan peraturan perundang-undangan terutama Undang Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Mata Uang dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Bahan hukum primer yang digunakan adalah Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Mata Uang dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik dan peraturan perundang-undangan lainnya yang relevan. Bahan hukum sekunder yang digunakan adalah buku-buku teks, kamus-kamus hukum, jurnal-jurnal hukum, dan komentar-komentar atas putusan pengadilan. Bahan hukum tersier yang digunakan adalah kamus bahasa Indonesia dan ensiklopedia.
Bitcoin sebagai alat pembayaran di Indonesia adalah tidak sah dan dapat dikenakan sanksi pidana sebagaimana yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Mata Uang bahwa alat pembayaran yang sah di Indonesia hanyalah Rupiah, dan penggunaan alat pembayaran selain Rupiah di Indonesia dikenai sanksi pidana, namun Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik masih memberikan perlindungan hukum apabila Bitcoin yang merupakan sebuah dokumen elektronik dipertukarkan layaknya sebuah benda dan bukan ditujukan sebagai alat pembayaran, dan bila dijadikan sebagai komoditas diperlukan adanya pengakuan dari pemerintah.
LEGAL CERTAINTY OF BITCOIN IN THE SYSTEM PAYMENT IN INDONESIA AND THE LEGAL PROTECTION FOR ITS USERS/OWNERS
BASED ON ACT ON CURRENCYNUMBER 7 YEAR 2011 AND ACT ON INFORMATION AND ELECTRONIC TRANSACTIONS NUMBER 11 YEAR
2008. ABSTRACT
FINDA GUNARTI GUMARA 1187009
Bitcoin is a vitrtual/digital currency used in electronic transactions. Bitcoin has been used in all over the world including Indonesia, Recently, a Bitcoin corporation in Indonesia has been established an ATM (automated teller machine) for Bitcoin in Bali. In February 6, 2014 Bank of Indonesia issued an official statement related to the use of Bitcoin in Indonesia , saying that Bitcoin is not a legal payment exchange in Indonesia and all the risk related to the ownership and use of Bitcoin has to be taken by themselves. However, in that official statement there is no unequivocal statement regarding the legal certainty and legal protection of Bitcoin in Indonesia.
The research method used in this paper is Normative Juridical, conceptual approach on the matters of legal certainty and the legal protection for its users, and the statute approach is also used especially Act Number 7 year 2011 on Currency and Act Number 11 year 2008 on Information and Electronic
Transaction. The primary legal materials used are Act on Currency Number 7
Year 2011, Act on Information and Electronic Transaction Number. 11 year 2008 other legislation relevant. Secondary law material used are textbooks, dictionaries law, legal journals, and comments on the court decision. Tertiary law material used is Indonesian dictionary and encyclopedia.
The use of Bitcoin in Indonesia as a means of payment is basically prohibited and may be sanctioned as have been regulated in Act on Currency Number 7 year 2011, because the legal currency in Indonesia is Rupiah and the use of any currency other than Rupiah in Indonesia can be sanctioned by the law. But on the other hand, Act on Information and Electronic Transaction Number 11 Year 2008 provide a legal protection if Bitcoin assumed as an objects and not intended to be a exchange payment, and if Bitcoin wanted to be categorized as commodity, it would need the recognition from the government first.
DAFTAR ISI
Pernyataan Keaslian………... i
Pengesahan Pembimbing………...... ii
Persetujuan Panitia Sidang Ujian…………...... iii
Abstrak………..………... iv
Kata Pengantar………. vii
Daftar Isi………..……….. ix
BAB I PENDAHULUAN……….. A. Latar Belakang……….. 1
B. Identifikasi Masalah………... 7
C. Tujuan Penelitian………... 7 A. Tinjauan Umum Alat Pembayaran……… 21
B. Tinjauan Umum Kepastian Hukum dan Perlindungan Hukum………. 32
C. Tinjauan Umum Yuridiksi Negara dalam Transaksi Elektronik………….. 37
D. Konsep Perikatan dan Perjanjian……….. 49
E. Pembedaan Macam-macam Benda……… 54
BAB III TINJAUAN UMUM BITCOIN DALAM SISTEM HUKUM TRANSAKSI ELEKTRONIK DI INDONESIA……… A. Transaksi Menggunakan Mata Uang Digital (Bitcoin) dalam Perspektif Hukum Indonesia……….. 56 B. Sistem Hukum Transaksi Elektronik di Indonesia……… 63
BITCOIN DALAM TRANSAKSI ELEKTRONIK DAN PERLINDUNGAN...
A. Kepastian Hukum Penggunaan Bitcoin Dalam Sistem Pembayaran di
Indonesia Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011 Tentang
Mata Uang……….
85
B. Perlindungan Hukum Pengguna Bitcoin Dalam Transaksi Elektronik……. 99
BAB V SIMPULAN DAN SARAN……….. A. SIMPULAN……….. 105
B. SARAN……….. 106
Daftar Pustaka………...……….. 110
Curriculum Vitae………... 114
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia adalah sebuah negara berkembang yang selalu berusaha
untuk memajukan negaranya. Salah satu cara agar negara dapat
mewujudkan hal tersebut adalah dengan meningkatkan fungsi teknologi
informasi, hal ini senada dengan yang dikemukakan oleh Budi Suharyanto
yaitu globalisasi telah menjadi pendorong lahirnya era perkembangan
teknologi informasi. Fenomena kecepatan perkembangan teknologi ini
telah merebak di seluruh belahan dunia.Tidak hanya negara maju saja,
namun negara berkembang juga telah memacu perkembangan teknologi
informasi pada masyarakatnya masing-masing, sehingga teknologi
informasi mendapatkan kedudukan yang penting bagi kemajuan sebuah
bangsa.1
Teknologi informasi dapat meningkatkan kualitas aspek kehidupan
dalam suatu negara, hal ini juga diperkuat dengan pernyataan yang
dikemukakan oleh Elson Surjadi yaitu perkembangan teknologi informasi
juga mempengaruhi berbagai aspek kehidupan baik itu pendidikan,
ekonomi, politik serta hukum. Kecepatan dan ketepatan dari masyarakat
maupun pemerintah sangat dibutuhkan untuk dapat mengimbangi cepatnya
perkembangan kemajuan teknologi di masa kini maupun di masa
mendatang. Teknologi informasi dianggap dapat membawa suatu
keuntungan serta perubahan bagi negara.Dapat dikatakan bahwa teknologi
informasi telah sukses mengawali perubahan tatanan kehidupan
masyarakat baik di bidang ekonomi maupun sosial, yang notabene pada
awalnya bertransaksi dan bersosialisasi dilakukan dengan menggunakan
cara konvensional menjadi transaksi dan sosialisasi secara elektronik.2
Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan kemajuan
teknologi yang ada saat ini telah merubah pola hidup masyarakat, salah
satunya di bidang transaksi bisnis.Pada saat ini transaksi bisnis tidak lagi
mengharuskan penjual dan pembeli untuk bertatap muka dan
menggunakan uang giral untuk melakukan sebuah transaksi bisnis, kini
transaksi bisnis dapat dilakukan dengan menggunakan fasilitas dunia maya
atau internet.Internet (interconnection networking) adalah sebutan untuk
sekumpulan jaringan komputer yang menghubungkan situs akademik,
pemerintahan, komersial, organisasi, maupun perorangan. Internet
menyediakan akses untuk layanan telekomunikasi dan sumber daya
informasi untuk jutaan pemakainya yang tersebar di seluruh dunia3.
Penggunaan internet dalam transaksi bisnis memudahkan para
penggunanya karena antara penjual dan pembeli dapat melakukan
transaksi bisnis dimana saja dan kapan saja tanpa harus bertatap muka.
Dalam melakukan transaksi bisnis di internet tetap mememerlukan cara
untuk bertukar mata uang layaknya transaksi bisnis biasa, dan pada
umumnya dalam transaksi bisnis tersebut menggunakan kartu kredit
2Elson Surjadi Butarbutar, Tinjauan Yuridis Cybercrime Terhadap Fidusia Online Di Indonesia, Lex et Socetatis, Jurnal Universitas Samratulangi, Volume 2 Nomor 4, 2014, hlm 5.
sebagai alat pembayaran transaksi dalam internet. Kartu kredit bukan
merupakan suatu produk yang kompleks, artinya bisa digunakan untuk
berbagai hal, namun pengguna kartu kredit sering mengeluh akibat
biaya-biaya tinggi yang harus dikeluarkan ketika menggunakan kartu kredit
tersebut4. Seiring dengan berkembangnya jaman kini telah hadir suatu
Cryptocurrency seperti Bitcoin yang dapat menjadi salah satu solusi alat
pembayaran tanpa harus mengeluarkan biaya-biaya transaksi yang
memberatkan penggunanya karena biaya transaksi Bitcoin ini sangat
rendah.
Bitcoin merupakan sebuah implementasi peer-to-peer(jaringan
penghubung) dari proposal (b-money) oleh Wei Dai dan proposal Bitgold
oleh Nick Szabo. Prinsip dari sistem secara umum telah di deskripsikan
pada tahun 2008 oleh Satoshi Nakamoto.Seseorang yang berpatisipasi di
dalam jaringan bitcoin mempunyai sebuah wallet yang menyimpan
beberapa keypair - keypair kritografi.
Kunci publik - kunci publik, atau alamat-alamat bitcoin, yang
bertindak sebagai tujuan akhir (endpoint) mengirim atau menerima untuk
semua pembayaran.Kunci pribadi yang terkait hanya memperbolehkan
pembayaran hanya dari user itu sendiri.Alamat-alamat tidak mengandung
informasi apapun mengenai pemiliknya dan secara umum tidak
diketahui. Alamat - alamat dalam format yang dapat dibaca manusia terdiri
dari angka - angka acak dan huruf - huruf yang panjangnya terdiri dari 33
karakter, dalam format “1rYK1YzEGa59pI314159KUF2Za4jAYYTd”.
Pengguna bitcoin dapat memiliki banyak alamat, dan faktanya
dapat merubah alamat baru tanpa batasan apa pun, karena membuat sebuah
alamat baru adalah bersifat segera, sebanding dengan membuat sebuah
umum/pribadi pasangan kunci baru, dan tidak membutuhkan hubungan
dengan node - node (titik persambungan antar jaringan) apapun dalam
jaringan. Dalam membuat tujuan-tunggal atau penggunaan-tunggal alamat
- alamat dapat membantu anonimitas user tersebut5.
Bitcoin memberikan beberapa keuntungan bagi para penggunanya
karena kenaikan nilainya yang semakin lama semakin bertambah sehingga
memberikan keuntungan investasi kepada penggunanya selain itu
penggunaan bitcoin ini sangat praktis dan tidak memakan biaya yang
memberatkan penggunanya dan karena Bitcoin ini tidak memiliki otoritas
yang terpusat maka penggunaan Bitcoin ini membebaskan penggunanya
untuk dapat bertransaksi apa pun dan kapan pun ia inginkan, Bitcoin ini
adalah pilihan populer untuk kalangan pebisnis dan investor.
Penggunaan Bitcoin telah menyebar secara luas ke berbagai
penjuru dunia termasuk di Indonesia. Telah banyak
perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa pembelian Bitcoin ini,
bahkan tidak lama ini telah didirikan ATM (automated teller machine)
khusus untuk Bitcoin, ATM ini tidak seperti ATM pada umumnya yang
memberikan jasa penarikan tunai tapi ATM ini memberikan jasa
pelayanan pembelian barang melalui ATM tersebut6. Kehadiran Bitcoin di
5(http://id.wikipedia.org/wiki/Bitcoin) diunduh tanggal 31 Oktober 2014, pukul 21.35 Waktu Indonesia Bagian Barat.
Indonesia selama ini masih mengacu pada Bitcoin dan dollar sehingga kini
di Indonesia dirancanglah sebuah marketplace khusus untuk Bitcoin ini
agar Indonesia dapat memiliki pergerakan pasar sendiri.
Kehadiran BitcoinMarketplace ini dapat membuat pembeli dan
penjual mata uang ikut terlibat sebagai penentu nilai tukar Bitcoin di
Indonesia. Pengaruh terbesar dari kemunculan Bitcoin Marketplace ini
adalah seleksi transaksi yang kian menipis mendekati nol sehingga
memberikan keuntungan tersendiri bagi penjual dan pembeli tersebut akan
tetapi pada tanggal 6 Februari 2014 Bank Indonesia telah mengeluarkan
sebuah pernyataan bahwa Bitcoin ini bukan merupakan alat pembayaran
yang sah di Indonesia dan segala resiko terkait dengan kepemilikan atau
penggunaan Bitcoin ditanggung sendiri oleh pemilik/pengguna Bitcoin
dan virtual currency lainnya7.
Dengan telah dikeluarkannya pernyataan Bank Indonesia mengenai
Bitcoin tersebut selanjutnya bagaimana dengan kepastian hukum dari para
pengguna Bitcoin di Indonesia yang telah menggunakan Bitcoin sebelum
dikeluarkannya pernyataan tersebut dikeluarkan dan termasuk dalam
kategori apakah Bitcoin tersebut apabila ditinjau dari sistem hukum
Indonesia.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah menemukan beberapa
penulisan yang sejenis, antara lain:
1. Skripsi yang berjudul “Rancang Bangun Aplikasi Optimalisasi CPU
pada Proses Bitcoin Mining Dalam Pool Berbasis Jaringan
Peer”, ditulis oleh Amelia Riana Dewi , Fakultas Ilmu Komputer,
Universitas Gunadarma, 2014.
2. Skripsi yang berjudul “Transaksi Jual-Beli Dengan Bitcoin
Berdasarkan Perspektif Hukum Islam”, ditulis oleh Muhammad Imam
Sabirin, Jurusan Muamalat, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas
Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2015.
3. Skripsi yang berjudul “Tinjauan Yuridis Bitcoin Sebagai Alat
Pembayaran Dalam Transaksi Elektronik Menurut Sistem Hukum
Ekonomi Indonesia”, ditulis oleh Muhammad Dafis, Jurusan Hukum,
Fakultas Hukum Universitas Islam Bandung, 2015.
Sesuai dengan penjelasan yang telah penulis kemukakan di atas,
dalam menulis skripsi ini, penulis bermaksud untuk membahas mengenai
permasalahan yang berbeda dari penelitian-penelitian yang telah ada
tersebut di atas dengan judul skripsi:
“KEPASTIAN HUKUM PENGGUNAAN BITCOIN
DALAM SISTEM PEMBAYARAN DI INDONESIA DAN
PERLINDUNGAN
HUKUM
BAGI
PENGGUNANYA
BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN
2011 TENTANG MATA UANG DAN UNDANG-UNDANG
NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN
TRANSAKSI ELEKTRONIK.”
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, identifikasi masalah yang
akan diteliti oleh penulis dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana kepastian hukum penggunaan Bitcoin dalam sistem
pembayaran di Indonesia ditinjau dari Undang-undang Nomor 7
Tahun 2011 tentang Mata Uang?
2. Bagaimanakah perlindungan hukum bagi pengguna Bitcoin dalam
transaksi elektronik?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dirumuskan sebelumnya,
maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Mengkaji kepastian hukum atas penggunaan Bitcoin dalam sistem
pembayaran di Indonesia.
2. Mengkaji perlindungan hukum bagi pengguna Bitcoin dalam transaksi
elektronik
D. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan yang diharapkan dari rencana penulisan ini antara lain:
1. Kegunaan teoritis
Kegunaan teoritis yaitu manfaat penulisan hukum yang berkenaan
dengan pengembangan ilmu hukum. Kegunaan teoritis dari penulisan
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pengembangan
ilmu pengetahuan di bidang ilmu hukum terutama hukum yang
mengatur tentang mata uang dan transaksi elektronik
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya referensi dan
literatur dalam dunia kepustakaan tentang mata uang dan transaksi
elektronik sehingga hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai salah
satu acuan terhadap penelitian-penelitian sejenis untuk
dikembangkan pada tahap selanjutnya.
2. Kegunaan praktis
Kegunaan praktis yaitu manfaat yang berkaitan dengan pemecahan
masalah. Hasil penelitian ini diharapkan dapat :
a. Memberikan pencerahan kepada pihak pemerintah dan
masyarakat, khususnya para pengguna Bitcoin agar
mendapatkan kepastian hukum terhadap mata uang resmi dan
transaksi elektronik khususnya yang menyangkut penggunaan
bitcoin tersebut.
b. Menyebarluaskan hukum tentang mata uang dan informasi dan
transaksi elektronik.
E. Kerangka Pemikiran
Indonesia adalah suatu negara yang berdaulat, negara yang
berdaulat adalah suatu negara yang telah mendapatkan kekuasaan penuh
untuk mengatur pemerintahannya. Dalam bukunya, Reza Wattimena
“Institusi politik yang terbentuk dari persatuan individu-individu melalui proses kontrak sosial, terutama ketika aktif disebut sebagai yang berkuasa. Institusi ini adalah otoritas tertinggi di dalam suatu negara, dan terbentuk dari seluruh warga negara.Ia berhak membuat dan mempublikasikan hukum, dan rakyat sebagai anggota dari institusi ini, berpartisipasi dalam merencanakan hukum tersebut, sehingga rakyat
sendiri sudah menjadi subjek dan otomatis harus tunduk kepada hukum”8. Menurut Mochtar Kusumaatmadja, negara dikatakan berdaulat, karena
kedaulatan merupakan sifat dari atau ciri hakiki daripada negara. Apabila
dikatakan negara itu berdaulat, dimaksudkan negara itu mempunyai
kekuasaan tertinggi9.
Secara umum, dalam setiap negara yang menganut paham negara
hukum, selalu berlakunya tiga prinsip dasar, yakni supermasi hukum
(supremacy of law), kesetaraan di hadapan hukum (equal protection), atau
persamaan dalam hukum (equality before the law), dan penegakan hukum
dengan cara tidak bertentangan dengan hukum (due process of
law)10.Berdasarkan Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945
menyebutkan bahwa negara Indonesia adalah negara hukum, negara
hukum yang dimaksud adalah negara yang menegakan supremasi hukum
untuk menegakan kebenaran dan keadilan dan tidak ada kekuasaan yang
tidak dipertanggungjawabkan11. Mengacu pada pendapat Schelterma,
Arief Sidharta mengemukakan konsep-konsep negara hukum sebagai
berikut :
1. Pengakuan, penghormatan dan perlindungan hak asasi manusia
8 Reza A.A Wattimena, Konisius, Yogyakarta, 2011, hlm 55 9 Gatot Supramono, Op. Cit hlm 1
10 Munir Fuady, Teori Negara Hukum Modern (Rechtstaat). Refika Aditama, Bandung, 2009, hlm 207.
2. Asas kepastian hukum
Negara hukum bertujuan untuk menjamin bahwa kepastian hukum
terwujud dalam masyarakat, hukum bertujuan untuk mewujudkan
kepastian hukum dalam hubungan dengan masyarakat, yaitu menjamin
prediktabilitas dan juga bertujuan untuk mencegah bahwa hak yang
terkuat yang berlaku, beberapa asas yang terkandung dalam asas
kepastian hukum adalah :
a. Asas legalitas
Asas yang berpedoman bahwa tidak ada satu orang pun yang bisa
dihukum kecuali ada peraturan atau hukum yang mengatur
sebelumnya.
b. Asas undang-undang menetapkan berbagai perangkat aturan
tentang cara pemerintah dan para pejabatnya melakukan tindakan
pemerintahan
c. Asas non retro aktif
Asas yang melarang keberlakuan surut dari suatu undang-undang.
d. Asas peradilan bebas, imparsial (tidak membeda-bedakan) dan adil
manusiawi
e. Asas non-liquet
Hakim tidak boleh menolak perkara yang dihadapkan kepadanya
dengan alasan undang-undang tidak jelas atau tidak ada.
f. Hak asasi manusia dirumuskan dalam undang-undang dasar
Dalam negara hukum, pemerintah tidak boleh mengistimewakan orang
tertentu, aturan hukum harus berlaku sama untuk setiap orang.12
Pasal 1 Ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945 menyatakan
“Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang
-Undang Dasar”.Salah satu konsep kekuasaan tertinggi dalam suatu negara
adalah kedaulatan rakyat.Sebagai wujud dari ide kedaulatan rakyat, dalam
sistem demokrasi harus dijamin bahwa rakyat terlibat penuh dalam
merencanakan, mengatur, melaksanakan, dan melakukan pengawasan serta
menilai pelaksanaan fungsi-fungsi kekuasaan.
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
dalam Pasal 23B mengamanatkan bahwa macam dan harga mata uang
ditetapkan dengan undang-undang. Penetapan dan pengaturan tersebut
diperlukan untuk memberikan perlindungan dan kepastian hukum bagi
macam dan harga Mata Uang.Rupiah sebagai Mata Uang Negara Kesatuan
Republik Indonesia sesungguhnya telah diterima dan digunakan sejak
kemerdekaan.
Dalam kehidupan perekonomian suatu negara, peranan uang
sangatlah penting karena uang mempunyai beberapa fungsi, antara lain
sebagai alat penukar atau alat pembayar dan pengukur harga sehingga
dapat dikatakan bahwa uang merupakan salah satu alat utama
perekonomian. Dengan uang perekonomian suatu negara akan berjalan
dengan baik sehingga mendukung tercapainya tujuan bernegara, yaitu
mencapai masyarakat adil dan makmur. Undang-Undang Nomor 7 Tahun
2011 Tentang Mata Uang mewajibkan penggunaan Rupiah dalam setiap
transaksi yang mempunyai tujuan pembayaran, penyelesaian kewajiban
lainnya yang harus dipenuhi dengan uang, dan/atau transaksi keuangan
lainnya, yang dilakukan di Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Kepercayaan masyarakat Indonesia terhadap rupiah akan berdampak pada
kepercayaan masyarakat internasional terhadap Rupiah dan perekonomian
nasional pada umumnya sehingga Rupiah memiliki martabat, baik di
dalam negeri maupun di luar negeri dan Rupiah terjaga kestabilannya.
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah pula
menyebabkan hubungan dunia menjadi tanpa batas (borderless) dan
menyebabkan perubahan sosial, ekonomi, dan budaya secara signifikan
berlangsung demikian cepat.Kegiatan melalui media sistem elektronik,
yang disebut juga ruang siber (cyber space), meskipun bersifat virtual
dapat dikategorikan sebagai tindakan atau perbuatan hukum yang
nyata.Secara yuridis kegiatan pada ruang siber tidak dapat didekati dengan
ukuran dan kualifikasi hukum konvensional saja sebab jika cara ini yang
ditempuh akan terlalu banyak kesulitan dan hal yang lolos dari
pemberlakuan hukum.
Kegiatan dalam ruang siber adalah kegiatan virtual yang
berdampak sangat nyata meskipun alat buktinya bersifat
elektronik.Dengan demikian, subjek pelakunya harus dikualifikasikan pula
sebagai Orang yang telah melakukan perbuatan hukum secara nyata.
elektronik yang kedudukannya disetarakan dengan dokumen yang dibuat
di atas kertas.
Setiap pemanfaatan teknologi yang digunakan oleh masyarakat
harus berdasarkan asas-asas yaitu, (1) kepastian hukum yang berarti
memberikan suatu landasan hukum sehingga pemanfaatan teknologi
informasi dan transaksi elektronik serta segala sesuatu yang mendukung
penyelenggaraannya mendapatkan pengakuan hukum di dalam dan di luar
pengadilan, (2) asas manfaat berarti bahwa pemanfaatan teknologi
informasi dan transaksi elektronik diupayakan untuk mendukung proses
berinformasi sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat, (3)
asas hati-hati berarti para pihak yang bersangkutan harus memperhatikan
segenap aspek yang berpotensi mendatangkan kerugian bagi dirinya
maupun pihak lain dalam pemanfaatan teknologi informasi dan transaksi
elektronik, (4) asas itikad baik berarti para pihak yang bertransaksi tidak
bertujuan untuk secara sengaja mengakibatkan kerugian kepada pihak
lainnya tanpa sepengetahuan pihak lain tersebut, (5) asas netral teknologi
berarti pemanfaatan teknologi informasi dan transaksi elektronik tidak
terfokus pada penggunaan teknologi tertentu sehingga dapat mengikuti
perkembangan teknologi di masa mendatang.13
Transaksi elektronik adalah perbuatan hukum yang dilakukan dengan
menggunakan computer, jaringan computer atau media elektronik
lainnya.Dengan adanya perbuatan hukum dalam transaksi elektronik
tersebut maka untuk terjadinya hubungan hukum diantara para pihak
dilakukan suatu kontrak elektronik. Lazimnya format kontrak yang
dipergunakan di lingkungan masyarakat elektronik adalah kontrak baku
yang biasa dinamakan take it or leave it contract. Kontrak baku selalu
dipersiapkan oleh pihak kreditur (pelaku usaha) secara sepihak. Di dalam
kontrak itu lazimnya dimuat syarat-syarat yang membatasi kewajiban
kreditur14.
Mengacu pada pernyataan Sutan Remy Sjahdeini pada sebuah jurnal
hukum perdata yang menyatakan bahwa kontrak baku ialah kontrak yang
hampir seluruh klausul-klausulnya sudah dibakukan oleh pemakainya dan
pihak yang lain pada dasarnya tidak mempunyai peluang untuk
merundingkan dan atau meminta perubahan15.
Kontrak elektronik mengandung ciri-ciri perjanjian baku sebagai
berikut:
1. Kontrak elektronik dapat terjadi secara jarak jauh, bahkan
melampaui batas-batas negara melalui internet;
2. Para pihak dalam kontrak elektronik pada umumnya tidak pernah
bertatap muka, bahkan mungkin tidak akan pernah bertemu16
Seiring dengan berkembangnya teknologi, kini uang tidak hanya
berbentuk secara fisik, namun kini “uang” sudah semakin berkembang dan
kini telah hadir sebuah mata uang digital yaitu Bitcoin yang kini telah
14Sukarmi, Cyber Law: Kontrak Elektronik Dalam Bayang-bayang Pelaku Usaha, Bandung, Pustaka Sutra, 2008, hlm 66.
15 Yenny Eta Widyanti, Perjanjian Baku Ditinjau Dari Prinsip-prinsip Pemberian Kredit dan Tolak Ukur Perjanjian Baku Agar Mengikat Para Pihak, http://lppm.trunojoyo.ac.id/upload/penelitian/penerbitan_jurnal/makalah%2011.pdf, 2011,diunduh tanggal 5 Januari 2014,pukul 21.35 Waktu Indonesia Bagian Barat.
banyak digunakan oleh masyarakat dunia. Bitcoin ini sendiri
penggunaannya telah masuk ke Indonesia dan oleh karena itu
dibutuhkanlah suatu kepastian hukum dari Pemerintah mengenai kegiatan
penggunaan Bitcoin ini di Indonesia termasuk perlindungan hukum bagi
pengguna Bitcoin tersebut.
F. Metode penelitian
Metode penelitian yang akan digunakan pada penulisan ini berupa
pendekatan yuridis normatif dengan spesifikasi penelitian bersifat
deskriptif analitis.
1. Tahap penelitian dan bahan penelitian
Penelitian ini menggunakan metode yuridis normatif, yaitu penelitian
yang hanya menggunakan dan mengolah data sekunder atau disebut
juga dengan penelitian kepustakaan atau studi pustaka (library
research) yang dikonsepsikan dan dikembangkan dengan kajian-kajian
hukum17. Pendekatan yang dipakai dalam penelitian hukum ini
menggunakan pendekatan konseptual (conceptual approach) mengenai
masalah-masalah kepastian hukum penggunaan Bitcoin dan
perlindungan hukum bagi penggunanya serta digunakan pendekatan
peraturan perundang-undangan (statute approach) terutama
pengaturan dalam Undang-undang Nomor 7 Tahun 2011 tentang Mata
Uang dan Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi
dan Transaksi Elektronik. Pendekatan ini dapat dilakukan karena
secara logika hukum penelitian hukum normatif didasarkan pada
penelitian yang dilakukan terhadap bahan hukum yang ada18. Jadi,
pendekatan ini dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data
sekunder yang terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum
sekunder dan bahan hukum tersier dari masing-masing hukum
normatif.
a. Bahan hukum primer
Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang bersifat
otoratif artinya mempunyai otoritas.Bahan-bahan hukum primer
terdiri dari perundang-undangan, catatan-catatan resmi atau risalah
dalam pembuatan perundang-undangan dan putusan-putusan
hakim19. Bahan hukum primer dalam penelitian ini adalah
undang Nomor 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang dan
Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik dan peraturan perundang-undangan yang relevan.
b. Bahan hukum sekunder
Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang memberikan
informasi atau hal-hal yang berkaitan dengan isi sumber hukum
primer serta implementasinya20. Bahan hukum sekunder ini antara
lain :
1. Buku-buku teks
2. kamus-kamus hukum
18 Johnny Ibrahim, Teori & Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Malang : Bayumedia Publishing 2005, hlm 301.
19 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2010, hlm, 141.
3. Jurnal-jurnal hukum
4. Komentar-komentar atas putusan pengadilan21
c. Bahan hukum tersier
Bahan-bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan
terhadap sumber primer atau sumber sekunder. Bahan hukum
tersier berupa kamus bahasa Indonesia dan ensiklopedia.
Bahan-bahan tersebut disusun secara sistematis, dikaji,
kemudian dan ditarik suatu kesimpulan dalam hubungannya
dengan masalah yang diteliti.Spesifikasi penelitian hukum ini
adalah penelitian deskriptif analitis yang diartikan sebagai suatu
prosedur pemecahan masalah yang diteliti dan dianalisis pada saat
sekarang berdasarkan gambaran fakta yang tampak atau
sebagaimana adanya.
2. Teknik analisis data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian hukum ini
menggunakan cara analisis kualitatif dengan pola pikir untuk menarik
kesimpulan dari kasus-kasus individual nyata menjadi kesimpulan
yang bersifat umum. Pada penelitian hukum yang berjenis normatif ini
dalam mengolah dan menganalisis bahan hukum primer, bahan hukum
sekunder, dan bahan hukum tersier tidak dapat dilepas dari berbagai
penafsiran yang dikenal dalam ilmu hukum yang diperoleh dengan
cara membawa, mengkaji, dan mempelajari bahan pustaka baik berupa
peraturan perundang-undangan artikel dari internet, makalah seminar
nasional, jurnal dokumen dan data-data lain yang mempunyai kaitan
dengan data penelitian ini.
G. SISTEMATIKA PENULISAN
Untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai keseluruhan isi
penulisan hukum ini akan dibagi menjadi 5 (lima) bab, yaitu pendahuluan,
tinjauan pustaka, objek penelitian, penelitian dan pembahasan, serta
penutup dengan menggunakan sistematika sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Dalam bab ini akan dikemukakan tentang latar belakang masalah,
identifikasi masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, kerangka
pemikiran, metode penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II : TINJAUAN UMUM KEPASTIAN HUKUM DARI ALAT
PEMBAYARAN SECARA ELEKTRONIK.
Bab ini berisi uraian mengenai tinjauan pustaka, membahas mengenai
uraian teori, asas, norma, doktrin yang relevan yang diteliti baik dari buku,
jurnal ilmiah, yurisprudensi, perundang-undangan dan sumber data
lainnya. Bab ini akan membahas mengenai definisi, sejarah, mekanisme
dan penggunaan Bitcoin, dan asas-asas yang berlaku dalam transaksi
elektronik, hal-hal yang berkaitan dengan mata uang dan transaksi
elektronik.
BAB III :TINJAUAN UMUM BITCOIN DALAM SISTEM HUKUM
Bab ini berisi uraian mengenai objek penelitian, yaitu : kepastian hukum
penggunaan Bitcoin dalam sistem pembayaran di Indonesia dan
perlindungan hukum bagi pengguna .
BAB IV :
KEPASTIAN HUKUM PENGGUNAAN BITCOIN
DALAM SISTEM PEMBAYARAN DI INDONESIA DAN
PERLINDUNGAN
HUKUM
BAGI
PENGGUNANYA
BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN
2011 TENTANG MATA UANG DAN UNDANG-UNDANG
NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN
TRANSAKSI ELEKTRONIK
Bab ini akan menjawab pertanyaan dari identifikasi masalah yang ada di
dalam penelitian hukum ini mengenai kepastian hukum penggunaan
Bitcoin dalam sistem pembayaran di Indonesia dan perlindungan hukum
bagi penggunanya berdasarkan Undang-undang Nomor 7 Tahun 2011
tentang Mata Uang dan Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang
Informasi dan Transaksi Elektronik
BAB V :SIMPULAN DAN SARAN
Bab ini sebagai hasil akhir dari penulisan penelitian mengenai kesimpulan
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil pembahasan penelitian dalam skripsi ini, maka dapat
diambil simpulan sebagai berikut :
1. Bahwa kepastian hukum penggunaan Bitcoin dalam sistem pembayaran di
Indonesia jika ditinjau dari Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011
Tentang Mata Uang sebagaimana yang telah dipaparkan dalam bab 4
(empat) adalah Bitcoin tidak dapat digunakan sebagai alat pembayaran
yang sah di Indonesia karenamata uang yang ada dan berlaku di Indonesia
berdasarkan Pasal 2 ayat 1 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011 Tentang
Mata Uang adalah Rupiah. Penggunaan Rupiah diwajibkan untuk segala
transaksi yang memiliki tujuan pembayaran yang berada di wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana yang diatur dalam
Pasal 21 ayat (1) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Mata
Uang, penggunaan Bitcoin sebagai alat pembayaran dapat dikenakan
sanksi pidana baik denda maupun kurungan sebagaimana yang diatur
dalam Pasal 33 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Mata
Uang. Bank Indonesia pun telah memberikan sebuah pernyataan resmi
No:16/6/DKom yang menyatakan dengan memperhatikan
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Mata Uang serta Undang-Undang-Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 1999 Tentang Bank Indonesia yang kemudian diubah
beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2009
virtual currency lainnya bukan merupakan mata uang atau alat
pembayaran yang sah di Indonesia, dan segala resiko terkait
kepemilikan/penggunaan Bitcoin ditanggung sendiri oleh
pemilik/pengguna Bitcoin dan Virtual Currency lainnya. Hal ini diperkuat
pula dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 17/3/PBI/2015 Tentang
Kewajiban Penggunaan Rupiah dimana Rupiah wajib digunakan untuk
segala transaksi yang ada di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia,
penggunaan alat pembayaran lain selain Rupiah di Indonesia dapat
dikenakan sanksi pidana baik kurungan maupun denda kecuali pada
perbuatan-perbuatan yang dikecualikan dalam Undang-Undang Nomor 7
Tahun 2011 Tentang Mata Uang. Oleh karenanya dalam hal ini ada suatu
kepastian hukum bahwa Bitcoin adalah bukan alat tukar yang sah di
Indonesia apalagi sebagai mata uang.
2. Bitcoin dikategorikan sebagai sebuah benda bergerak tidak berwujud
karena Bitcoin dapat dipindahkan dari satu tempat ke tempat lainnya dan
Bitcoin tidak memiliki wujud fisik yang dapat disentuh. Dengan
dijadikannya Bitcoin sebagai sebuah benda bergerak tidak berwujud maka
Bitcoin sebenarnya masih bisa mendapatkan perlindungan hukum. Bitcoin
dapat dipertukarkan dengan benda lainnya dengan berdasarkan pada
perjanjian tukar menukar yang diatur dalam Pasal 1541 Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata. Dengan menjadikan transaksi Bitcoin sebagai
perjanjian tukar-menukar dan bukan sebagai alat pembayaran, maka
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi
perlindungan hukum bagi pengguna Bitcoin di Indonesia karena jika suatu
saat terjadi sebuah sengketa dalam transaksi Bitcoin maka pihak yang
dirugikan dapat mengajukan gugatan secara perdata ke pengadilan terkait.
Bitcoin yang merupakan sebuah benda digital walaupun tidak memiliki
wujud fisik dan hanya dapat disimpan dalam sebuah perangkat elektronik,
tidak menutup kemungkinan untuk menjadi sasaran pencurian oleh pihak
yang tidak bertanggung jawab dengan cara meretas perangkat elektronik
dari pemilik Bitcoin tersebut. Hal ini diatur dalam Pasal 362 Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana sebagai perlindungan hukum yang dapat
digunakan adalah Pasal 362 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana yang
dihubungkan (juncto) Pasal 32 ayat 1 dan Pasal 32 ayat 2 Undang-Undang
Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik.
Bitcoin yang dijadikan sebagai komoditas digital harus memiliki
pengakuan dan pengaturan secara khusus dari pemerintah.
B. Saran
Setelah penulis membahas permasalahan dan menyimpulkan, maka
dalam kesempatan ini penulis akan memberikan saran terhadap penggunaan
Bitcoin sebagai berikut :
1. Bitcoin di Indonesia tidak dapat digunakan sebagai sebuah alat
pembayaran karena bertentangan dengan undang-undang yang terkait yaitu
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Mata Uang dan Peraturan
Bank Indonesia Nomor 17/3/PBI/2015 Tentang Kewajiban Penggunaan
Rupiah, oleh karena itu menurut pendapat penulis sebaiknya penggunaan
kurungan maupun denda. Pemerintah seharusnya memberikan sosialisasi
kepada masyarakat khusunya pengguna Bitcoin mengenai
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Mata Uang dan Peraturan Bank
Indonesia Nomor 17/3/PBI/2015 Tentang Kewajiban Penggunaan Rupiah
dan melarang sepenuhnya penggunaan Bitcoin di Indonesia baik sebagai
alat tukar maupun sebagai sebuah benda yang dapat ditukarkan.
2. Masyarakat dalam hal ini harus menghindari penggunaan Bitcoin baik
sebagai sebuah alat tukar maupun sebagai sebuah benda bergerak tidak
berwujud yang dapat dipertukarkan layaknya sebuah benda, karena untuk
membedakan antara Bitcoin yang digunakan sebagai alat pembayaran
dengan benda yang hanya ditukarkan sulit, selain itu beresiko
mendapatkan sanksi pidana. Penggunaan Bitcoin sebagai komoditas pun
harus dihindari karena belum ada pengaturan dan pengakuan dari
CURRICULUM VITAE
Data Pribadi
Nama : Finda Gunarti Gumara
NRP : 1187009
TTL : Bandung, 15 Oktober 1993
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Jalan Terusan Cisokan No. 14 Bandung
Telepon/hp : 022-7271889/085624069003
Latar Belakang Pendidikan
Formal
1999 – 2005 : SDN Muararajeun II Bandung
2005 – 2008 : SMPN 7 Bandung
2008 – 2011 : SMA Laboratorium UPI Bandung
2011 – sekarang : Universitas Kristen Maranatha
Non Formal
2009 – 2010 : Bimbingan belajar ReXa
2010 – 2011 : Kursus Bahasa Inggris ReXa
Pengalaman Organisasi
2003 – 2004 : Bendahara Pramuka SDN Muararajeun Bandung
2005 – 2008 : Anggota Paduan Suara SMPN 7 Bandung
2008 – 2010 : Anggota Tim Hockey SMA Laboratorium UPI Bandung
2012 – 2014 : Anggota Mootcourt Fakultas Hukum UKM
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Ahmad Ramli, Cyber Law dan HAKI¸Bandung: Refika Aditama, 2010.
Arief Sidharta, Kajian Kefilsafatan tentang Negara Hukum, Jurnal Lentera, November, 2004.
Barda Nawawi Arief, Tindak Pidana Mayantara: Perkembangan Kajian Cyber Crime di Indonesia, Jakarta; Raja Grafindo, 2006.
Budi Suhariyanto, Tindak Pidana Teknologi Informasi (Crybercrime); Urgensi Pengaturan dan Celah Hukumnya, Jakarta; Rajawali Pers, 2012.
Dudley G. Lucket, Uang dan Perbankan, Edisi Kedua Money and Banking, 2nd edition. Amerika Serikat; McGraw-Hill, Inc, 1976), diterjemahkan oleh Paul C. Rosyadi, Jakarta; Erlangga, 1981.
Edmon Makarim, Kompilasi Hukum Telematika, Cetakan ke-2, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004.
Efa Laela Fakhriah, Bukti Elektronik Dalam Sistem Pembuktian Perdata, Alumni, Jakarta, 2009.
Eugene A. Diulio, Uang dan Bank (Theory and Problems of Money and Banking), Amerika Serikat; McGraw-Hill, Inc, 1987. Diterjemahkan oleh Burhannudin Abdullah, Jakarta; Erlangga, 1990.
Fredric. S. Mishkin, Financial Markets, Institutions and Money, Columbia University.
Gatot Supramono, Hukum Uang di Indonesia, Bekasi: Gramata Publishing, 2014.
Iswardono SP, Uang dan Bank, Yogyakarta: BPFE, 1997.
Johnny Ibrahim, Teori & Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Malang: Bayumedia Publishing 2005.
Komariah, Hukum Perdata, Universitas Muhammadiyah Malang, 2010
Mahfud M.D, Kepasian Hukum Tabrak Keadilan, Artikel dalam Fajar Laksono, Ed., Hukum Tak Kunjung Tegak: Tebaran Gagasan Otentik Prof. Dr. Mahfud MD. Bandung: Citra Aditya Bakti, 2007.
Mariam Darus (et.al), Kompilasi Hukum Perikatan, Bandung; Citra Aditya Bakti, 2001.
Munir Fuady, Teori Negara Hukum Modern (Rechtstaat). Refika Aditama, Bandung, 2009.
Mariam Darus Badrulzaman, E-Commerce : Tinjauan Dari Hukum Kontrak Indonesia. Volume 12, Jakarta, 2001.
Philipus M. Hadjon, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat di Indonesia, Surabaya,Bina Ilmu, 1987.
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2010.
Handri Raharjo, Hukum Perjanjian di Indonesia. PT. Pustaka Yustisia, Yogyakarta, 2009.
Reza A.A Wattimena, Konisius, Yogyakarta, 2011.
Salim H.S, Hukum Kontrak Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak, Jakarta : Sinar Grafika, 2003.
Satjipto Rahardjo, Biarkan Hukum Mengalir: Catatan Kritis tentang Pergulatan Manusia dan Hukum, Jakarta: Kompas, 2007.
Satijipto Raharjo, Ilmu Hukum, Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 2000.
Shinta Dewi, Cyberlaw: Perlindungan Privasi atas Informasi Pribadi dalam E Commerce menurut Hukum Intenational, Bandung: Widya Padjadjaran, 2009.
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, Jakarta : Raja Grafindo, 2001.
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta ;UI-Press, 1986
Sukarmi, Cyber Law: Kontrak Elektronik Dalam Bayang-bayang Pelaku Usaha, Bandung, Pustaka Sutra, 2008.
Supardan Modeong, Teknik Perundang-Undangan di Indonesia, Perca, Jakarta, 2003.
Skripsi dan Tesis
B. Elizabeth, Skripsi “Analisis Permintaan Uang Kuasi di Indonesia”. Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, 2013.
Purnama, Perlindungan Konsumen dalam Transaksi Elektronik Ditinjau dari Aspek Hukum Perdata, Skripsi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara 2011.
Tutwuri Handayani, Pengakuan Tanda Tangan Pada Suatu Dokumen Elektronik Di Dalam Pembuktian Hukum Acara Perdata di Indonesia, Tesis Fakultas Hukum Universitas Diponegoro Semarang, 2009.
Jurnal-jurnal dan Makalah
Albarda, 1887, Sistim Informasi Untuk Kegiatan Promosi Dan Perdagangan, makalah pada seminar informasi ITB Bandung.
Johannes Gunawan, Reorientasi Hukum Kontrak Di Indonesia, Jurnal Hukum Bisnis, Vol. 22
M. Yusron, “Tinjauan tentang Dasar Hukum Transaksi Elektronik di Indonesia”, Jurnal Hukum Universitas Narotama Surabaya Volume XIX Nomor 19,Oktober 2010.
Nike K. Rumokoy, Tinjauan Terhadap Asas-Asas Umum Pemerintahan yang Baik dalam Penyelenggaraan Kekuasaan Pemerintahan, Jurnal Hukum Universitas SamRatulangi, Vol XVIII/No. 3. Agustus 2010.
Tiara Dhana Danella, Bitcoin Sebagai Alat Pembayaran Legal Dalam Transaksi Online, Jurnal Ilmiah Fakultas Hukum Brawijaya 2015.
Yenny Eta Widyanti, Perjanjian Baku Ditinjau Dari Prinsip-prinsip Pemberian Kredit dan Tolak Ukur Perjanjian Baku Agar Mengikat Para Pihak. Jurnal Ilmiah Fakultas Hukum Brawijaya, Vol. 1 No. 1 Agustus 2011.
Peraturan Perundang-undangan
Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia, Panduan Permasyarakatan
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945, Sekretaris
Jendral MPR RI, Jakarta.
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Mata Uang.
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi
Elektronik
Rujukan Elektronik
Ayu Putrianti, http://eprints.undip.ac.id/5878/1/abstrak_ayu.pdf.
bi.go.id.
bisnis.liputan6.com.
bitcoin.co.id
finance.detik.com.
Graifan Ramadhani, “modul pengenalan internet”, 2003,
(http://directory.umm.ac.id).
Indonesian.bitcoin.co.id.
Ipb.ac.id.
letstalkbitcoin.com.
tempo.com.
Wikipedia.com.