• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh konsentrasi hpmc dan propilen glikol terhadap sifat dan stabilitas fisik sediaan gel ekstrak pegagan (Centella asiatica (L.) Urban).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh konsentrasi hpmc dan propilen glikol terhadap sifat dan stabilitas fisik sediaan gel ekstrak pegagan (Centella asiatica (L.) Urban)."

Copied!
123
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENGARUH KONSENTRASI HPMC DAN PROPILEN GLIKOL TERHADAP SIFAT DAN STABILITAS FISIK SEDIAAN GEL EKSTRAK

PEGAGAN (Centella asiatica (L.) Urban)

AGNES TITIANA RATIH DAMAYANTI, T.N. SAIFULLAH SULAIMAN

INTISARI

Pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) adalah herba famili Apiaceae yang memiliki tiga senyawa utama yaitu asiatikosida, madekasosida dan asam asiatat. Ketiga senyawa tersebut berkhasiat dalam menyembuhkan luka bakar dengan memacu sintesis kolagen, mempunyai efek antiinflamasi dan berperan sebagai antimikroba. Sediaan gel biasa digunakan sebagai obat luka karena dengan kandungan air yang tinggi akan meredakan stres yang terjadi pada luka. Untuk itulah konsentrasi gelling agent dan humektan dalam sediaan gel perlu diperhatikan agar gel memiliki sifat fisik yang baik sebagai sediaan penyembuh luka.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variasi konsentrasi HPMC dan propilen glikol di dalam gel terhadap sifat fisik meliputi organoleptis, pH, viskositas, daya sebar, dan stabilitasnya selama cycling test. Ekstrak Pegagan diperoleh dengan metode maserasi. Pada penelitian ini dibuat 5 formula dengan perbandingan HPMC:propilen glikol pada formula 1 (1,5%:15,5%), formula 2 (1,75%:15,25%), formula 3 (2%:15), formula 4 (2,25%:14,75), formula 5 (2,5%:14,5). Pengamatan terhadap sifat fisik dilakukan pada 48 jam setelah formulasi dan pada setiap siklus cycling test. Analisis data sifat fisik dan perubahan sifat fisik (viskositas dan daya sebar) dilakukan dengan one way ANOVA.

Hasil pengujian sifat fisik gel menunjukkan peningkatan konsentrasi HPMC dapat meningkatkan viskositas, menurunkan daya sebar dan tidak berpengaruh pada organoleptis (warna, bentuk, bau) dan pH. Hasil uji stabilitas dengan cycling test menunjukkan bahwa kelima formula stabil pada keenam siklus yang dijalankan. Sifat organoleptis dan pH tidak berubah karena siklus yang dijalankan.

(2)

2 ABSTRACT

Pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) is a herbaceous Apiaceae family which has three main compounds, namely asiaticoside, madecassoside and asiatic acid. These three compounds are efficacious in treating burns to stimulate collagen synthesis, has anti-inflammatory properties and acts as an antimicrobial. Hydrogels used as cure wounds because of the high water content will relieve the stress that occurs in the wound. That is why the concentration of gelling agent and humectant in gel dosage form should be noted so the gels having good physical properties as wound healing preparations.

This study aims to determine the effect of variations in the concentration of HPMC and propylene glycol in the gel on physical properties include organoleptic, pH, viscosity, dispersive power and physical stability during cycling test. Centella asiatica extract obtained by maceration method. Created 5 formulas with a ratio HPMC: propylene glycol in the formula 1 (1.5%: 15.5%), the formula 2 (1.75%: 15.25%), the formula 3 (2%: 15), the formula 4 (2.25%: 14.75%), the formula 5 (2.5%: 14.5%). Observations on the physical properties performed at 48 hours after formulation and at each cycle in cycling test. The data analysis of physical properties and changes in physical properties (viscosity and dispersive power) is performed by one-way ANOVA.

The testing result on the physical properties of the gel showed an increase in the concentration of HPMC can increase the viscosity, lower dispersive power and does not affect the organoleptic (color, shape, smell) and pH. Results of the stability test with a cycling test showed that the five formulas stable at the sixth cycle run. Organoleptic properties and pH were not affected by the cycle.

(3)

PENGARUH KONSENTRASI HPMC DAN

PROPILEN GLIKOL TERHADAP SIFAT DAN STABILITAS

FISIK SEDIAAN GEL EKSTRAK PEGAGAN

(Centella asiatica (L.) Urban)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)

Program Studi Farmasi

Oleh:

Agnes Titiana Ratih Damayanti

NIM : 128114054

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(4)

i

PENGARUH KONSENTRASI HPMC DAN

PROPILEN GLIKOL TERHADAP SIFAT DAN STABILITAS

FISIK SEDIAAN GEL EKSTRAK PEGAGAN

(Centella asiatica (L.) Urban)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)

Program Studi Farmasi

Oleh:

Agnes Titiana Ratih Damayanti

NIM : 128114054

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(5)

ii

(6)
(7)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya ini untuk:

Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria,

orang tuaku, Teguh Budi P. dan E. Nunuk Sudaryanti,

yang tersayang, W. Abisatya P.,

Sahabat – sahabatku,

(8)
(9)
(10)

vii

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas

semua berkat dan penyertaan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

yang berjudul “PENGARUH KONSENTRASI HPMC DAN PROPILEN

GLIKOL TERHADAP SIFAT FISIK DAN STABILITAS GEL EKSTRAK

PEGAGAN (Centella asiatica (L.) Urban)” sebagai salah satu syarat memperoleh

gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) di Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma ,

Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan naskah ini penulis

mendapatkan bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan

tulus penulis hendak menyampaikan ungkapan terimakasih kepada:

1. Tuhan Yang Maha Pengasih, yang telah memberikan berkat sehingga

penelitian dan penyusunan skripsi ini berjalan dengan baik.

2. Teguh Budi Prasetya dan Nunuk Sudaryanti, selaku orang tua penulis, dan

adik, Vianda Prastika Maharani, yang memberikan dukungan dalam belajar.

3. Ibu Aris Widayati, M.Si., Ph.D., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

4. Bapak Dr. Teuku Nanda Saifullah Sulaiman, M.Si., Apt., selaku dosen

pembimbing yang telah memberikan bimbingan, arahan serta motivasi selama

penelitian.

5. Bapak Yohanes Dwiatmaka M.Si., dan Ibu Wahyuning Setyani M.Sc., Apt.,

selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan yang membangun bagi

(11)

viii

6. Bapak Enade Perdana Istyastono, Ph.D., Apt., selaku dosen pembimbing

akademik yang telah mendampingi dan memberikan perhatian hingga penulis

menyelesaikan perkuliahan dengan baik.

7. Ibu Agustina Setiawati, S.Farm., M.Si., Apt., selaku Kepala Laboratorium

Fakultas Farmasi Sanata Dharma.

8. Pak Musrifin, Pak Mukminin, Mas Agung, Mas Bimo, serta semua laboran,

satpam, dan karyawan yang telah membantu penulis selama penelitian.

9. CV Marapi Farma Herbal dan PT. Brataco, yang telah membantu pengadaan

bahan penelitian yang baik.

10.Rekan seperjuangan selama penelitian, Patricia Valentina Hendriana dan Putri

Wulandari untuk setiap kerja sama selama penelitian.

11.Sahabat – sahabat terbaik, Kathrin, Dika, Titi, Firzha, Mella, Destra, Dita,

Ara, Ika, Nina, Novi, dan Lintang, untuk dukungan, semangat dan doanya.

12.Wilhelmus Abisatya P. dan keluarga untuk doa, dukungan dan kesediaannya

menampung curahan hati selama penulis menjalankan penelitian.

13.Teman – teman Farmasi angkatan 2012, khususnya FST A 2012 untuk semua

kebersamaan, kenangan dan penerimaan hingga berhasil menyelesaikan

perkuliahan bersama – sama.

14.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu

penulis dalam proses penelitian hingga penyusunan naskah ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan tugas akhir ini masih memiliki

banyak kekurangan karena keterbatasan pengetahuan serta hal – hal lain diluar

(12)

ix

saran dan kritik yang membangun yang berguna bagi penelitian selanjutnya.

Penulis berharap agar tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Yogyakarta, 29 Januari 2016

(13)

x DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

PRAKATA ... vi

D. Manfaat Penelitian... 4

1. Manfaat teoritis ... 4

2. Manfaat praktis ... 4

E. Tujuan Penelitian ... 4

(14)

xi

2. Tujuan Khusus ... 4

BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA... 5

A. Herba Pegagan... 5

1. Hidroksi Propil Metil Selulosa (HPMC) ... 13

2. Propilen glikol ... 14

3. Metilparaben ... 15

E. Landasan Teori ... 16

F. Hipotesis ... 17

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 18

A. Jenis Penelitian ... 18

B. Variabel Peneltian ... 18

C. Definisi Operasional ... 18

D. Bahan Penelitian ... 20

(15)

xii

F. Tata Cara Penelitian ... 21

1.Ekstraksi herba pegagan ... 21

2. Pengujian kimiawi ekstrak herba pegagan ... 21

3. Formula gel ... 22

4. Pembuatan gel ... 23

5. Uji sifat fisik gel ekstrak pegagan ... 24

6. Uji stabilitas gel ekstrak pegagan (cycling test) ... 25

G. Analisis Hasil ... 26

1. Analisis perubahan viskositas ... 26

2. Analisis statistik data viskositas dan daya sebar ... 26

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 28

A. Karakteristik Ekstrak Kental Herba Pegagan ... 28

1. Karakteristik fisik ekstrak kental herba pegagan ... 29

2. Uji kandungan esktrak herba pegagan ... 29

B. Sifat Fisik Gel Ekstrak Pegagan ... 32

1. Uji organoleptis gel ekstrak pegagan ... 32

2. Uji pH gel ekstrak pegagan ... 33

3. Uji viskositas gel ekstrak pegagan ... 34

4. Uji daya sebar gel ekstrak pegagan ... 36

C. Uji Stabilitas Gel Ekstrak Pegagan... 37

1. Uji organoleptis gel selama cycling test ... 37

2. Uji pH gel selama cycling test ... 38

(16)

xiii

4. Uji daya sebar gel selama cycling test ... 40

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 43

A. Kesimpulan ... 43

B. Saran ... 43

DAFTAR PUSTAKA ... 44

LAMPIRAN ... 48

(17)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel I. Formula gel menurut Hidayah (2013) ... 22

Tabel II. Formula Gel Ekstrak Pegagan ... 23

Tabel III. Tabel Pengaturan pada Rheosys Merlin II ... 25

Tabel IV. Tabel Perbandingan Karakteristik Fisik Hasil Ekstraksi

Simplisia Pegagan dengan Literatur (Dirjen POM, 2008) ... 29

Tabel V. Tabel Perbandingan Kandungan Hasil Ekstraksi Simplisia

Pegagan dengan Literatur (Dirjen POM, 2008) ... 30

(18)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Struktur Hidroksi Propil Metil Selulosa (Rogers, 2009) ... 13

Gambar 2. Struktur Propilenglikol (Weller, 2009) ... 14

Gambar 3. Struktur Metilparaben (Haley, 2009) ... 15

Gambar 4. Ekstrak kental herba pegagan ... 28

Gambar 5. Gel ekstrak pegagan formula 1 ... 33

Gambar 6. Hasil uji pH pada lima formula dengan tiga kali replikasi ... 34

Gambar 7. Grafik viskositas gel ekstrak pegagan (siklus 0) ... 35

Gambar 8 . Grafik daya sebar gel ekstrak pegagan (siklus 0) ... 36

Gambar 9. Perbandingan organoleptis gel ekstrak pegagan formula 1 pada siklus 0 dan siklus 6 ... 38

Gambar 10. Grafik viskositas tiap formula selama 6 siklus ... 39

(19)

xvi

Lampiran 2. Surat keterangan simplisia herba pegagan (Centella asiatica (L.)) CV. Merapi Farma Herbal ... 52

Lampiran 3. Surat keterangan identifikasi simplisia herba pegagan (Centella asiatica (L.)) ... 53

Lampiran 4. Lembar kerja uji kimia (Kadar air dan kadar abu) ... 54

Lampiran 5. Lembar kerja uji kimia (Pengujian asiatikosida) ... 56

Lampiran 6. Hasil pengujian kadar asiatikosida, kadar air dan kadar abu ekstrak pegagan ... 59

Lampiran 7. Foto keadaan awal gel ekstrak Pegagan ... 60

Lampiran 8. Output Rheosys Merlin II ... 61

Lampiran 9. Persentase Perubahan Viskositas ... 64

Lampiran 10. Output SPSS (Sifat fisik: viskositas) ... 65

Lampiran 11. Output SPSS uji stabilitas viskositas ... 70

Lampiran 12. Hasil uji daya sebar ... 81

Lampiran 13. Output SPSS (sifat fisik: daya sebar) ... 83

Lampiran 14. Output SPSS uji stabilitas daya sebar ... 88

Lampiran 15. Foto gel ekstrak pegagan selama siklus... 99

Lampiran 16. Surat keterangan lisensi SPSS ... 101

(20)

xvii INTISARI

Pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) adalah herba famili Apiaceae yang memiliki tiga senyawa utama yaitu asiatikosida, madekasosida dan asam asiatat. Ketiga senyawa tersebut berkhasiat dalam menyembuhkan luka bakar dengan memacu sintesis kolagen, mempunyai efek antiinflamasi dan berperan sebagai antimikroba. Sediaan gel biasa digunakan sebagai obat luka karena dengan kandungan air yang tinggi akan meredakan stres yang terjadi pada luka. Untuk itulah konsentrasi gelling agent dan humektan dalam sediaan gel perlu diperhatikan agar gel memiliki sifat fisik yang baik sebagai sediaan penyembuh luka.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variasi konsentrasi HPMC dan propilen glikol di dalam gel terhadap sifat fisik meliputi organoleptis, pH, viskositas, daya sebar, dan stabilitasnya selama cycling test. Ekstrak Pegagan diperoleh dengan metode maserasi. Pada penelitian ini dibuat 5 formula dengan perbandingan HPMC:propilen glikol pada formula 1 (1,5%:15,5%), formula 2 (1,75%:15,25%), formula 3 (2%:15), formula 4 (2,25%:14,75), formula 5 (2,5%:14,5). Pengamatan terhadap sifat fisik dilakukan pada 48 jam setelah formulasi dan pada setiap siklus cycling test. Analisis data sifat fisik dan perubahan sifat fisik (viskositas dan daya sebar) dilakukan dengan one way ANOVA.

Hasil pengujian sifat fisik gel menunjukkan peningkatan konsentrasi HPMC dapat meningkatkan viskositas, menurunkan daya sebar dan tidak berpengaruh pada organoleptis (warna, bentuk, bau) dan pH. Hasil uji stabilitas dengan cycling test menunjukkan bahwa kelima formula stabil pada keenam siklus yang dijalankan. Sifat organoleptis dan pH tidak berubah karena siklus yang dijalankan.

(21)

xviii ABSTRACT

Pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) is a herbaceous Apiaceae family which has three main compounds, namely asiaticoside, madecassoside and asiatic acid. These three compounds are efficacious in treating burns to stimulate collagen synthesis, has anti-inflammatory properties and acts as an antimicrobial. Hydrogels used as cure wounds because of the high water content will relieve the stress that occurs in the wound. That is why the concentration of gelling agent and humectant in gel dosage form should be noted so the gels having good physical properties as wound healing preparations.

This study aims to determine the effect of variations in the concentration of HPMC and propylene glycol in the gel on physical properties include organoleptic, pH, viscosity, dispersive power and physical stability during cycling test. Centella asiatica extract obtained by maceration method. Created 5 formulas with a ratio HPMC: propylene glycol in the formula 1 (1.5%: 15.5%), the formula 2 (1.75%: 15.25%), the formula 3 (2%: 15), the formula 4 (2.25%: 14.75%), the formula 5 (2.5%: 14.5%). Observations on the physical properties performed at 48 hours after formulation and at each cycle in cycling test. The data analysis of physical properties and changes in physical properties (viscosity and dispersive power) is performed by one-way ANOVA.

The testing result on the physical properties of the gel showed an increase in the concentration of HPMC can increase the viscosity, lower dispersive power and does not affect the organoleptic (color, shape, smell) and pH. Results of the stability test with a cycling test showed that the five formulas stable at the sixth cycle run. Organoleptic properties and pH were not affected by the cycle.

(22)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia adalah negara yang kaya akan sumber daya alam yang dapat

digunakan untuk membantu menyembuhkan luka bakar diantaranya adalah

pegagan (Centella asiatica (L.) Urban). Pegagan merupakan salah satu tanaman

herba famili apiaceae yang telah banyak diteliti dan berkhasiat membantu

menyembuhkan luka bakar dengan menstimulasi kolagen pada jaringan kulit.

Senyawa bioaktif triterpenoid dalam pegagan yaitu asiaticoside, asiatic acid,

madecassocide dan madeccasic acid mempunyai kemampuan meringankan luka

bakar, antinosiseptik dan antiinflamasi. Berdasarkan studi pustaka senyawa yang

berperan untuk pengobatan luka bakar pada herba pegagan adalah asiatikosida.

Asiatikosida, salah satu triterpen dari pegagan, dapat menginduksi

kolagen tipe I pada fibroblas manusia. Senyawa ini juga menaikkan antioksidan

pada fase awal penyembuhan luka untuk mereduksi oxidative stress sehingga

dapat mempercepat penyembuhan luka (Somboonwong, Kankaise, Tantisira,

Tantisira, 2012).

Pada formulasi gel, gelling agent dan humektan adalah faktor penting

yang mempengaruhi kualitas dan stabilitas gel. Kombinasi gelling agent dan

humektan dengan komposisi yang tepat akan menghasilkan gel yang baik dan

(23)

Bentuk sediaan hidrogel akan menciptakan konsep lingkungan yang

lembab. Konsep lingkungan yang lembab ini akan menurunkan rasa nyeri,

mempercepat pertumbuhan granulasi dan epitelisasi. Lingkungan yang lembab

akan membuka stratum corneum sehingga obat dapat terserap lebih efektif.

HPMC (Hydroxy Propyl Methyl Cellulose) atau disebut juga

Hypromellose sering digunakan sebagai pembentuk massa gel pada sediaan

topikal. Dibandingkan dengan metilselulosa, HPMC membentuk larutan yang

lebih jernih, tidak terdapat fiber yang tidak terlarut sehingga cocok digunakan

sebagai gelling agent untuk memproduksi hidrogel. Selain itu HPMC dapat

menghasilkan gel yang stabil dalam penyimpanan jangka panjang (Rogers, 2009).

Menurut penelitian Hidayah (2013), peningkatan konsentrasi HPMC tidak

menyebabkan perubahan pH dan homogenitas gel. HPMC dibandingkan dengan

karbopol, metil selulosa dan sodium alginat, memiliki daya sebar yang lebih baik

(Madan dan Singh, 2010).

Propilen glikol sebagai humektan berperan untuk mempertahankan air di

dalam gel sehingga gel tidak kering dan stabil dalam penyimpanan. Selain itu

humektan diperlukan untuk menjaga kelembaban kulit sehingga kulit tidak kering

pada saat produk diaplikasikan, terlebih pada kulit yang terluka karena kulit

terluka kehilangan sebagian bariernya sehingga proses dehidrasi terjadi lebih

cepat.

Hidayah (2013), mengemukakan bahwa gel ektrak pegagan yang

mengandung 8% HPMC memberikan efek paling cepat menyembuhkan luka

(24)

optimasi komposisi HPMC sebagai gelling agent dan propilen glikol sebagai

humektan penting dilakukan untuk menjaga stabilitas fisik dari gel obat luka

bakar dengan ektrak pegagan dan untuk mengembangkan penelitian sebelumnya.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah pengaruh gelling agent (HPMC) dan humektan (propilen

glikol) terhadap sifat fisik sediaan gel ekstrak pegagan?

2. Bagaimanakah stabilitas gel ekstrak pegagan selama cycling test?

C. Keaslian Penelitian

Sejauh penelusuran pustaka yang dilakukan, penelitian tentang pengaruh

komposisi HPMC dan propilen glikol terhadap gel ekstrak pegagan belum pernah

dilakukan. Penelitian – penelitian lain yang mendekati adalah sebagai berikut:

1. Formulasi Sediaan Gel Ekstrak Herba Pegagan (Centella asiatica L. Urban)

dengan HPMC SH 60 sebagai Gelling Agent dan Uji Penyembuhan Luka

Bakar pada Kulit Punggung Kelinci Jantan yang disusun oleh Hidayah,

Sulaiman, dan Azizah (2013).

2. Formulasi Sediaan Gel Estrak Pegagan (Centella asiatica L. Urban) untuk

Obat Luka Bakar dengan Basis Carbomer yang disusun oleh Ningrum dan

Wikarsa (2012).

3. Perbandingan Variasi Konsentrasi Carbopol dan Trietanolamin Terhadap

Sifat Fisik dan Kimia Gel Ekstrak Pegagan (Centella asiatica L. Urban)

(25)

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis

Menambah pengetahuan apakah gel dengan HPMC sebagai gelling agent

dan propilen glikol sebagai humektan dapat mempunyai sifat dan stabilitas fisik

yang baik sebagai gel topikal.

2. Manfaat praktis

Menghasilkan formula gel ekstrak pegagan dengan HPMC sebagai

gelling agent dan propilen glikol sebagai humektan yang memiliki sifat fisik yang

dikehendaki sehingga akan menambah variasi gel ekstrak pegagan yang sudah

ada.

E. Tujuan

1. Mengetahui pengaruh gelling agent (HPMC) dan humektan (Propilen glikol)

terhadap sifat fisik sediaan gel ekstrak pegagan.

(26)

5 BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Herba Pegagan 1. Kandungan kimia pegagan

Pegagan merupakan salah satu tanaman yang berada di sekitar rumah

yang mudah ditemukan. Pegagan mengandung berbagai senyawa aktif yang dapat

membantu proses penyembuhan luka (Yossok, Bunyaprapharasta, Boonyakiat dan

Kantasuk, 2000).

Pegagan mempunyai banyak kandungan kimia antara lain golongan

triterpenoid yaitu madekasosida (madecassoside), asiatikosida (asiaticoside),

asam asiatat (asiatic acid), asam madekasat, asam indosentoat, bayogenin, asam

2α, 3β,20,23-tetrahidrokiurs-28-oat, asam euskapat, asal terminolat, asam 3β-6β

-23-tri-hidroksiolean-12-en-28-oat, asam 3β-6β-23-trihidroksiurs-12-en-28-oat.

Golongan flavonoid: kaempferol, kuersetin. Golongan saponin: sentelasaponin A,

B dan D, dan sentela sapogenol A. Golongan poliasetilen: kadiyenol, sentelin,

asiatisin, dan sentelisin. Selain itu Pegagan juga kaya akan vitamin C, vitamin B1,

vitamin B2, niacin, karoten dan vitamin A (Direktorat Obat Asli Indonesia, 2010;

Seevaratnam, Banumathi, Premalatha, Sundram dan Arumugam, 2012).

2. Kegunaan pegagan

Pegagan mempunyai potensi antifungi, antioksidan dan proteksi terhadap

radikal bebas, juga digunakan sebagai anti-aging (Taemchuay, Rukkwamsuk,

(27)

Menurut penelitian Somboonwong (2012), triterpenoid ekstrak pegagan

akan membantu menyembuhkan luka dengan beberapa cara, yaitu menghambat

inflamasi difasilitasi oleh Asiatic Acid, Madecassic Acid; mendorong angiogenesis

dengan cara menaikkan kekencangan dan elastisitas pembuluh darah;

menginduksi vasodilatasi; mereduksi oxidative stress dengan antioksidan;

mempengaruhi pertumbuhan sel baru, salah satunya adalah kolagen, oleh

asiatikosida; dan memacu proses proliferasi sel – sel yang rusak.

Asiatikosida, salah satu triterpen dari Pegagan menginduksi kolagen tipe

I pada fibroblas manusia dengan mengaktivasi reseptor Tumor Growth Factor β

(TGF β). Senyawa ini juga menaikkan antioksidan pada fase awal penyembuhan

luka untuk mereduksi oxidative stress sehingga dapat mempercepat penyembuhan

luka (Somboonwong, dkk., 2012).

Penelitian menyebutkan bahwa pengaplikasian asiatikosida 0,2% pada

tikus secara topikal meningkatkan jumlah antioksidan enzimatis dan

non-enzimatis pada jaringan baru yang terbentuk (Shukla, Rasik, dan Jain, 1999).

Madekasosida bekerja meningkatkan aktivitas antioksidan, meningkatkan

aktivitas sintesis kolagen dan memacu angiogenesis. Senyawa ini meningkatkan

proliferasi fibroblas pada kulit dan meningkatkan level hidroksiprolin yang

menyebabkan epitelisasi. Hal tersebut menyebabkan efek positif pada proliferasi

fibroblas dan sintesis kolagen selama penyembuhan luka. Sejauh ini terdapat

produk perawatan luka bakar yang bermerek Madecassol ® (Liu, Dai, dan Li,

(28)

Penelitian lain menyebutkan bahwa titrated extract of centella, yang

mengandung triterpenoid (asiatic acid, madecassic acid, dan asiatikosida) akan

mempercepat sintesis fibronektin dan kolagen hingga 20-35%. Pegagan

disimpulkan dapat memberbaiki penampilan, elastisitas dan kekuatan kulit dengan

mempercepat sintesis kolagen (Hashim, Sidek, Helan, Sabery, Palanisamy, dan

Ilham, 2011).

Ekstrak pegagan juga membantu proses penyembuhan luka dengan

aktivitas antimikrobanya. Pada konsentrasi 125 µg/ml ekstrak air pegagan akan

menginhibisi S.aureus, Shigella flexneri, Pasteurella multocida, E. coli, dan

Salmonella sp. Khasiat yang sama akan diperoleh pada ektrak metanol pada

konsentrasi 10 µg/ml (Seevaratnam, dkk., 2012).

3. Toksisitas Pegagan

Uji toksisitas akut menunjukkan bahwa pegagan tidak toksik sampai

dengan dosis 2000 mg/kgBB, karena tidak ada hewan yang mati dan tidak ada

gejala klinis ketoksikan bermakna yang tampak pada seluruh hewan uji

(Direktorat Obat Asli Indonesia, 2010).

Hasil uji toksisitas subkronis dari ekstrak pegagan yang dilakukan oleh

Wulansari dan Chairul (2010) menunjukkan LD50 ekstrak pegagan adalah 13,6

(29)

B. Gel 1. Pengertian gel

Gel merupakan sistem semipadat yang tersusun dari materi terdispersi

yang tersusun oleh partikel anorganik kecil mapun partikel organik besar. Gel

sebagian besar bersifat jernih, sisanya keruh karena bahan yang tidak terdispersi

sempurna. Gel dengan makromolekul yang terdistribusi maksimal sehingga tidak

ada batas yang jelas antara basis dan cairan disebut gel fase tunggal (Allen Jr.,

Popovich, Ansel, 2011).

Gel memiliki keuntungan diantaranya daya sebar yang baik pada kulit,

efek dingin yang ditimbulkan akibat lambatnya penguapan air pada kulit, tidak

menghambat fungsi fisiologis kulit khususnya pengeluaran zat – zat tertentu

melalui kelenjar keringat pada kulit. Gel tidak melapisi kulit secara kedap

sehingga tidak menyumbat pori – pori kulit dan pelepasan obatnya baik (Voigt,

1994).

Hidrogel adalah gel yang mengandung bahan - bahan yang terdispersi

sebagai koloid atau larut dalam air. Dalam sistem ini air akan berada pada

immobilized state atau tidak dapat bergerak. Hidrogel mempunyai kompaktibilitas

yang baik dengan jaringan biologi sehingga disukai sebagai sistem penghantaran

obat (Allen Jr. dkk., 2002; Zatz dan Kushla, 1996).

Pemilihan bahan pembentuk gel harus mempertahankan bentuk gel

selama penyimpanan tetapi dapat rusak segera ketika sediaan dikenai kekuatan

(30)

itu, karakteristik gel harus disesuaikan dengan tujuan penggunaan (Lachman,

dkk., 1994).

2. Fenomena Gel

a. Hidrasi

Gel non elastis yang terhidrasi tidak dapat kembali menjadi bentuk

awalnya, tetapi gel yang elastis ketika terhidrasi akan berubah kembali menjadi

bentuk awalnya.

b. Swelling

Swelling atau mengembang adalah peristiwa terserapnya cairan atau

kelembaban oleh gelling agent. Pelarut akan berpenetrasi ke dalam gelling agent

dan menghasilkan matriks yang sehingga mengakibatkan peningkatan volume.

c. Sineresis

Sineresis adalah peristiwa mengkerutnya gel secara alami akibat

kehilangan cairan dari massanya karena ketidakstabilan. Cairan dalam gel akan

bergerak menuju permukaan karena kerenggangan antar matriks. (Allen dkk.,

2002).

3. Komponen penyusun gel

a. Gelling agent

Gelling agent merupakan pembentuk struktur gel, komponen ini sangat

berpengaruh pada sifat fisik gel. Gelling agent harus bersifat aman, tidak bereaksi

dengan komponen penyusun gel lain dan inert. Jumlah gelling agent yang akan

(31)

dihasilkan. Semakin banyak yang jumlah gelling agent yang ditambahkan maka

gel akan semakin kental (viskositas meningkat) (Zats dkk., 1996).

b. Humektan

Humektan adalah bahan yang dapat mempertahankan kandungan air pada

sediaan dan lapisan kulit terluar pada saat produk diaplikasikan. Komponen ini

bersifat higroskopik sehingga mampu mempertahankan kelembaban saat

diaplikasikan pada kulit. Humektan yang sering digunakan dalam formulasi gel

adalah sorbitol, propilen glikol dan gliserol (Zocchi, 2011).

Humektan membantu menjaga kelembaban kulit dengan cara menahan air

keluar dari kulit dan mengikat air dari udara lingkungan ke dalam kulit (Rawlings,

Harding, Watkinson, Chan, dan Scott, 2002).

c. Pengawet

Pengawet ditambahkan dalam obat dan kosmetik yang bersifat aqueous

untuk mencegah kontaminasi mikroba. Produk obat atau kosmetik yang

mengandung banyak air memungkinkan terjadinya pertumbuhan mikroba yang

lebih besar sehingga pengawet harus ditambahkan kedalamnya. Tetapi

penggunaan pengawet harus sangat dikontrol karena pengawet dalam dosis besar

dapat menyebabkan iristasi, terlebih lagi pada produk yang digunakan dalam

jangka waktu lama (Kabara dan Orth, 1996).

d. Chelating agent

Chelating agent adalah zat yang molekulnya dapat berikatan dengan

(32)

akibat kontak antara logam berat dan bahan – bahan yang terdapat dalam

formulasi. Contoh yang sering digunakan adalah EDTA (Anonim, 2016).

4. Kontrol kualitas gel

Kontrol kualitas gel dapat dilakukan dengan memperhatikan sifat fisik

gel setelah dibuat, stabilitasnya selama penyimpanan dan efektivitasnya terhadap

efek yang diinginkan. Sifat fisik sediaan gel dapat diketahui dengan cara melihat

organoleptis, pH, homogenitas, viskositas dan daya sebarnya.

a. Uji organoleptis

Uji organoleptis dilakukan untuk melihat tampilan fisik dengan cara

mengamati bentuk, bau, warna dan rasa sediaan (Anief, 1997).

b. Uji homogenitas

Uji homogenitas untuk memastikan bahwa sediaan gel telah homogen,

ditunjukkan dengan tidak adanya butiran kasar pada gel yang dioleskan pada kaca

transparan (Dirjen POM, 2000).

c. Uji pH

Uji pH dilakukan untuk melihat tingkat keasaman sediaan gel agar tidak

menyebabkan iritasi pada kulit. pH yang sesuai untuk sediaan topikal ada pada

range 4,5-6,5 (Tranggono dan Latifa, 2007).

d. Uji viskositas

Uji viskositas dilakukan untuk melihat viskositas gel. Viskositas

merupakan tahanan suatu sediaan untuk mengalir. Semakin besar nilai viskositas

(33)

e. Uji daya sebar

Daya sebar merupakan karakteristik yang menentukan kemudahan saat

sediaan diaplikasikan. Daya sebar biasanya berkebalikan dengan viskositas.

Ketika viskositas naik maka daya sebarnya akan menurun (Garg, Aggarwal, Garg

dan Singla, 2002).

f. Uji stabilitas

Sediaan yang baik haruslah stabil, yaitu tetap pada kriteria awal ketika

disimpan pada jangka waktu tertentu. Hasil uji stabilitas nantinya dapat digunakan

sebagai dasar untuk menentukan tanggal kedaluarsa (Lachman, Liebermann,

Kanig, 1994).

Uji stabilitas yang bisa dilakukan adalah uji stabilitas jangka panjang

(long term stability testing), uji stabilitas dipercepat (accelerated stability testing),

dan Uji siklus (cycling test). Ketiga macam jenis uji stabilitas tersebut dibedakan

berdasarkan waktu dan kondisi uji yang digunakan. Uji stabilitas jangka panjang

dilaksanakan selama minimum 12 bulan dalam kondisi penyimpanan 5oC±3oC.

Sedangkan uji stabilitas dipercepat dilaksanakan selama 6 bulan pada kondisi

25oC±2oC pada kelembaban 60% RH±5% RH (ICH, 2003). Cycling test

dilakukan dengan tujuan melihat adanya sineresis pada sediaan, perubahan

viskositas juga perubahan daya sebar. Pengujian ini menggunakan perubahan suhu

stau kelembaban pada interval waktu tertentu (6 siklus, 1 siklus =48 jam)

sehingga produk dan kemasannya mengalami tekanan yang bervariasi daripada

(34)

C. Monografi Bahan 1. Hidroksi Propil Metil Selulosa (HPMC)

Gambar 1. Struktur Hidroksi Propil Metil Selulosa (Rogers, 2009)

HPMC (Hydroxy Propyl Methyl Cellulose) atau disebut juga

Hypromellose adalah derivat dari metil selulosa berupa serbuk atau butiran putih,

tidak berbau, tidak memiliki rasa. Mudah larut dalam air panas dan akan cepat

membentuk koloid. Sangat sukar larut dalam eter, etanol atau aseton.

HPMC sering digunakan sebagai agen pensuspensi dan juga pembentuk

massa gel pada sediaan topikal. Dibandingkan dengan metilselulosa, HPMC

membentuk larutan yang lebih jernih, tidak terdapat fiber yang tidak terlarut.

Sehingga cocok digunakan sebagai gelling agent untuk memproduksi gel yang

jernih. Selain itu HPMC dapat menghasilkan gel yang stabil dalam penyimpanan

jangka panjang (Rogers, 2009).

Menurut penelitian Hidayah (2013), peningkatan konsentrasi HPMC

tidak menyebabkan perubahan pH dan homogenitas gel. Gel yang baik

mempunyai waktu penyebaran yang singkat. HPMC dibandingkan dengan

karbopol, metil selulosa dan sodium alginat, memiliki daya sebar yang lebih baik

(35)

Alasan – alasan pemakaian HPMC sebagai gelling agent yaitu: (1)

fleksibilitas tinggi, tidak memiliki bau dan rasa, (2) stabil terhadap panas, cahaya

dan udara, (3) dapat dengan mudah dicampurkan dengan zat aditif, seperti zat

pewarna (Lachman dkk., 1994).

2. Propilen glikol

Gambar 2. Struktur Propilen glikol (Weller, 2009)

Propilen glikol larut dalam aseton, kloroform, etanol 95%, gliserin dan

air. Bahan ini mempunyai kompaktibilitas luas terhadap bahan – bahan lain

kecuali agen pengoksidasi. Propilen glikol berfungsi sebagai humektan,

desinfektan, pengawet antimikroba, plasticizer, pelarut, kosolven dan stabilizer

sehingga banyak digunakan pada gel berbasis air atau hidrogel. Propilen glikol

sebagai humektan dipakai pada rentang konsentrasi 15-30%. Pada rentang yang

sama propilen glikol dapat berfungsi juga sebagai pengawet sediaan semisolid.

Propilen glikol stabil pada pH 3-6. Zat ini bersifat nontoksik, kecuali digunakan

melebihi batas maksimal dalam sediaan topikal akan menyebabkan iritasi (Weller,

2009).

Propilen glikol diketahui sebagai bahan yang tidak berbahaya dan aman

digunakan pada produk kosmetik dengan konsentrasi tidak lebih dari 50%.

Propilen glikol tidak menyebabkan iritasi lokal bila diapilaksikan pada membran

(36)

reaksi hipersensitivitas pada pemakai propilen glikol secara topikal (Loden,

2001).

3. Metilparaben

Gambar 3. Struktur Metilparaben (Haley, 2009)

Metilparaben mempunyai rumus empiris C8H8O3. Metilparaben

berbentuk kristal tidak berwarna atau kristal putih, tidak berbau dan menimbulkan

rasa terbakar. Metilparaben digunakan pada konsentrasi 0,02-0,3%. Metilparaben

sering digunakan sebagai antimikroba dan pengawet pada kosmetik, makanan,

dan produk – produk kefarmasian. Metilparaben dapat digunakan sendiri maupun

dikombinasikan dengan paraben atau pengawet yang lain. (Haley, 2009).

Paraben efektif dalam rentang pH yang luas, 4-8, dan sangat efektif

terhadap jamur. Aktifitas antimikroba dari metilparaben terpengaruh oleh bahan –

bahan yang dicampurkan. Aktivitas antimikroba akan meningkat seiring dengan

meningkatnya panjang rantai alkil, tetapi kelarutan dalam air akan menurun

Dengan keberadaan surfaktan non ionik, maka aktivitas antimikrobanya akan

menurun. Tetapi keberadaan propilen glikol (10%) akan memperbesar potensi

antibakterinya dan mencegah interaksi antara metilparaben dan surfaktan non

(37)

E. Landasan Teori

Pegagan merupakan tumbuhan yang mempunyai kandungan triterpenoid

dan saponin yang befungsi membantu penyembuhan luka bakar dengan

menstimulasi terbentuknya kolagen, mempunyai efek antiinflamasi dan

antibakteri. Kadar asiatikosida sebagai marker dan kandungan yang menimbulkan

efek tersebut tinggi dalam pegagan sehingga hanya dibutuhkan sedikit ekstrak

yang ditambahkan dalam formulasi sediaan dan cocok dijadikan bentuk sediaan

gel.

Semakin banyak jumlah gelling agent yang ditambahkan pada gel maka

viskositasnya akan semakin bertambah atau semakin kental karena struktur yang

dihasilkan oleh gelling agent akan semakin kuat dan banyak. HPMC bersifat

stabil terhadap pH, kompatibel dengan bahan – bahan lain, dan mempunyai

fleksibilitas tinggi sehingga dengan gelling agent HPMC akan didapatkan sediaan

gel dengan bentuk dan pH yang tidak berbeda. Tetapi dengan sifat alami gelling

agent, viskositas gel yang dihasilkan akan meningkat dan daya sebarnya menurun

seiring dengan meningkatnya jumlah HPMC yang ditambahkan.

Stabilitas sediaan dapat diketahui dari bentuk, warna, bau, perubahan

viskositas dan perubahan daya sebar. HPMC sebagai gelling agent bersifat stabil

pada penyimpanan jangka panjang, stabil terhadap pH dan bersifat stabil terhadap

perubahan suhu. Stabilitas gel didukung oleh fungsi propilen glikol sebagai

humektan yang mampu mempertahankan kandungan air dalam sediaan sehingga

tidak terjadi perubahan bentuk gel. Propilen glikol juga mempunyai fungsi

(38)

F. Hipotesis

1. Konsentrasi HPMC sebagai gelling agent dan propilen glikol sebagai

humektan memiliki pengaruh terhadap sifat fisik (organoleptis, pH, viskositas

dan daya sebar) sediaan gel ekstrak pegagan. Dimana perubahan konsentrasi

HPMC yang diikuti dengan turunnya konsentrasi propilen glikol akan

meningkatkan viskositas dan menurunkan daya sebar.

2. Gel ekstrak pegagan yang dibuat mempunyai stabilitas yang baik terhadap

cycling test ditinjau dari segi organoleptis, pH, viskositas dan daya sebar gel.

(39)

18 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian berjudul Pengaruh Konsentrasi HPMC dan Propilen glikol

terhadap Sifat dan Stabilitas Fisik Gel Ekstrak Pegagan (Centella asiatica (L.)

Urban) ini merupakan jenis penelitian eksperimental murni.

B. Variabel Penelitian

a. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah konsentrasi HPMC dan propilen

glikol.

b. Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah sifat fisik gel ekstrak

pegagan yang meliputi bentuk, warna bau gel, viskositas, organoleptis, pH,

daya sebar dan perubahan sifat fisik selama cycling test.

c. Variabel pengacau terkendali dalam penelitian ini adalah lama pendiaman,

lama pengadukan, kecepatan pengadukan, wadah penyimpanan, dan

komposisi gel selain HPMC dan propilen glikol.

d. Variabel pengacau tak terkendali dalam penelitian ini adalah suhu dan

kelembaban ruangan formulasi.

C. Definisi operasional

a. Ekstrak kental pegagan adalah ekstrak yang diperoleh dari hasil maserasi

(40)

b. Gel adalah sediaan semisolid, yang tersusun dari komponen – komponen yang terdispersi pada pelarutnya secara homogen.

c. Hidrogel adalah gel satu fase, dimana zat – zat penyusunnya terdispersi maksimal sehingga berwarna jernih.

d. Gelling agent adalah bahan pembentuk massa gel yang membentuk matriks

tiga dimensi. Penelitian ini menggunakan HPMC sebagai gelling agent.

e. Humektan adalah bahan pelembab sediaan. Pada penelitian ini digunakan

propilen glikol sebagai humektan

f. Gel ekstrak pegagan adalah sediaan semisolid yang dibuat dengan

konsentrasi gelling agent dan humektan sesuai dengan formula yang

dirancang.

g. Sifat fisik gel adalah parameter yang digunakan untuk mengetahui kualitas

fisik gel meliputi daya sebar, viskositas, pH, dan organoleptis.

h. Viskositas gel ekstrak pegagan merupakan ketahanan gel esktrak pegagan

untuk mengalir setelah diberikan gaya. Semakin kecil nilainya, maka gel akan

lebih mudah mengalir.

i. Daya sebar adalah diameter penyebaran tiap 1 gram gel ekstrak pegagan

pada parallel plate yang diberi beban 125 gram dan didiamkan selama 1

menit.

j. Stabilitas gel adalah kemampuan gel untuk mempertahankan sifat fisik gel

selama penyimpanan. Stabilitas gel pada penelitian ini dilihat dari perubahan

organoleptis, perubahan pH, perubahan daya sebar dan viskositas gel ekstrak

(41)

k. Siklus adalah pengulangan perlakuan freeze/thaw. Satu siklus terdiri dari 48

jam yang terbagi menjadi 24 jam penyimpanan gel di dalam kulkas (suhu

5oC) dan 24 jam yang lain di dalam inkubator (suhu 25oC). Pada penelitian ini

terdapat 6 siklus.

l. Siklus 0 adalah waktu setelah 48 jam gel ekstrak Pegagan didiamkan pada

suhu ruang setelah formulasi.

D. Bahan penelitian

Bahan – bahan yang digunakan dalam penelitian adalah simplisia herba

pegagan (CV. Merapi Farma Herbal), HPMC K4M (PT Parit Padang Global),

propilen glikol (Dow Chemical), Metilparaben (Ueno Chemical Industry), etanol

96%, dan Aquadest (Laboratorium Kimia Organik Universitas Sanata Dharma).

Keterangan tentang bahan – bahan penelitian ini terdapat pada lampiran 1.

E. Alat – alat Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat – alat gelas (Pyrex),

mixer (Miyako), Rheometer (Rheosys Merlin II), kertas pH universal,

(42)

F. Tata Cara Penelitian 1. Ekstraksi herba pegagan

a. Perolehan tanaman

Simplisia herba pegagan diperoleh dari CV. Merapi Farma Herbal yang

telah dikeringkan selama 4 hari dengan cahaya matahari.

b. Ekstraksi herba pegagan

Serbuk simplisia herba pegagan sebanyak 3,5 kg dimaserasi dengan

etanol 96% sebanyak 7 liter selama 48 jam. Larutan hasil maserasi dievaporasi

dengan wajan hingga didapatkan ekstrak kental pegagan.

2. Pengujian kimiawi ekstrak herba pegagan

a. Kadar air dan kadar abu

Krus kosong ditimbang (Berat A). Sampel yang homogen ditimbang,

dimasukkan ke dalam krus porselen (Berat B). Krus dipanaskan dalam oven

bersuhu 105oC selama tiga jam hingga berat konstan. Krus dimasukkan dalam

eksikator dan ditimbang (Berat C). Krus porselen ditutup dan dipanaskan dalam

furnance dengan suhu 600oC selama 8 jam sehingga menjadi abu dan beratnya

konstan. Krus porselen dimasukkan eksikator dan ditimbang (Berat D).

Kadar air dihitung dengan rumus:

Kadar abu dihitung dengan rumus:

(43)

b. Pengujian kadar asiatikosida

Sampel ditimbang dengan seksama. Sampel diekstraksi dengan 2 ml

metanol, dan divortex selama 2 menit. Sampel yang homogen disentrifugasi

selama 3 menit, diambil fase metanol. Ekstraksi dengan 2 ml metanol diulang dan

dipindahkan ke dalam labu takar, ditambahkan metanol sampai 5 ml. Sampel

sebanyak 50 µl ditotolkan pada plat silika gel F245. Standar asiatikosida

disertakan. Plat yang sudah ditotol dimasukkan dalam chamber jenuh fase gerak

kloroform: asam asetat glasial: metanol: air (60:32:12:8). Plat dielusi hingga

batas, diangkat dan dikeringkan. Plat disemprot dengan pereaksi anisaldehid asam

sulfat. Titik asiatikosida dibaca pada panjang gelombang 360 nm.

3. Formula gel

Tabel I. Formula gel menurut Hidayah (2013) Komponen Persentase

Ekstrak pegagan 3 HPMC 8 Metilparaben 0,18 Propilen glikol 15

Propilparaben 0,15 Aquadest ad. (mL) 100

Formula tersebut dimodifikasi berdasarkan orientasi dengan berbagai

(44)

Tabel II. Formula Gel Ekstrak Pegagan

Komposisi F1 F2 F3 F4 F5

Ekstrak pegagan (%) 1 1 1 1 1

HPMC (%) 1,50 1,75 2,00 2,25 2,50

Metilparaben (%) 0,18 0,18 0,18 0,18 0,18

Propilen glikol (%) 15,50 15,25 15,00 14,75 14,50

Aquadest ad. (gram) 200 200 200 200 200

Jumlah ekstrak yang ditambahkan mengacu pada penelitian Rismana

(2010) yang menyebutkan bahwa gel ekstrak pegagan dengan kandungan ekstrak

pegagan 0,5% menyembuhkan luka bakar setelah 22 hari. Dengan asumsi bahwa

ekstrak yang digunakan dalam penelitian tersebut memenuhi kadar asiatikosida

yang dibutuhkan untuk menyembuhkan luka bakar, maka penulis menaikkan

prosentase ekstrak yang ditambahkan dalam formula, sehingga ekstrak yang

ditambahkan sebesar 1%.

4. Pembuatan Gel

Gel diformulasikan sesuai komposisi pada Tabel II, ditimbang

masing-masing bahan. Aquadest yang dipakai pada tiap formula dipanaskan hingga suhu

90oC. HPMC didispersikan aquadest panas tersebut dan didiamkan selama satu

malam hingga mengembang. Seluruh propilen glikol dalam satu formula

digunakan untuk melarutkan seluruh ekstrak. Campuran propilen glikol dan

ekstrak divortex kemudian disentrifugasi pada kecepatan 8 RPM selama 20 menit.

Metilparaben dicampur dalam supernatan yang dihasilkan dari proses sentrifugasi.

(45)

diaduk sampai homogen. Gel ekstrak pegagan dikemas dalam wadah kaca yang

tertutup rapat dan diberi label. Gel didiamkan selama 48 jam pada suhu kamar

untuk menstabilkan sediaannya.

5. Uji sifat fisik gel ekstrak pegagan

Uji sifat fisik gel antara lain pemeriksaan organoleptis, pH, viskositas,

dan daya sebar. Uji sifat fisik dilakukan setelah 48 jam pendiaman. Data yang

dihasilkan dari uji sifat fisik ini dinyatakan sebagai data Siklus 0.

a. Uji Organoleptis

Pengamatan secara organoleptis meliputi bentuk, warna dan bau gel.

Ketiga hal tersebut diamati secara visual. Pengujian ini dilakukan pada 48 jam

setelah formulasi gel dan pada setiap siklus pada cycling test.

b. Pengukuran pH

Pengukuran pH dilakukan menggunakan kertas pH universal. Selembar

kertas pH universal dicelupkan ke dalam masing – masing gel ekstrak pegagan.

pH dibaca dengan membandingkan perubahan warna dengan standar pada

kemasan kertas pH dan dicatat. Pengujian pH dilakukan pada 48 jam setelah

formulasi dilakukan, dan juga pada setiap siklus pada cycling test.

c. Uji Daya Sebar

Gel ekstrak pegagan ditimbang seberat 1,0 gram. Kemudan diletakkan di

tengah kaca bulat berskala. Kaca bulat lain dan pemberat dengan berat total 125

gram diletakkan diatas gel dan didiamkan selama 1 menit, kemudian dicatat

diameter penyebarannya. Pengujian daya sebar dilakukan pada 48 jam setelah

(46)

d. Uji Viskositas

Pengukuran viskositas menggunakan alat Rheosys Merlin II. Sejumlah

gel ekstrak pegagan diletakkan pada plate secukupnya kemudian cone dipasang

untuk mengidentifikasi. Sistem diatur pada kriteria sesuai dengan Tabel III dan

dijalankan sesuai waktu yang ditentukan:

Tabel III. Tabel Pengaturan pada Rheosys Merlin II Pengaturan Kriteria

Measuring system Cone & Plate 5/30mm Nomor system 6 Speed pre-sheer 0,1 RPM

Time pre-sheer 200 RPM Equilibrium pre-sheer 30 sec

Temperatur 25oC Start speed 0,1 RPM

End speed 1000 RPM Number steps 11 steps

Delay time 90 sec Integration time 10 sec Zero shear time 10 sec Direction Up

Viskositas gel diketahui dari hasil yang tertera pada software Rheosys

micra (dinyatakan dalam satuan Pa.s). Pengukuran viskositas dilakukan pada 48

jam setelah formulasi dilakukan, dan juga pada setiap siklus pada cycling test.

6. Uji stabilitas gel ekstrak pegagan (cycling test)

Gel ekstrak pegagan dalam wadah tertutup rapat disimpan pada suhu 0oC

selama 24 jam dan dipindahkan ke dalam inkubator bersuhu 25oC selama 24 jam

berikutnya. Perlakuan tersebut adalah satu siklus. Percobaan diulang sebanyak 6

(47)

Setiap siklus, gel ekstrak pegagan diuji organoleptis, pH, perubahan viskositas

dan perubahan daya sebarnya.

Uji Perubahan Viskositas

Uji perubahan viskositas dilakukan dengan membandingkan tiap siklus

dengan viskositas pada pengukuran setelah 48 jam (siklus 0). Setiap pengujian

dilakukan replikasi sebanyak 3 kali. Besarnya perubahan viskositas merupakan

selisih antara viskositas pada siklus 0 dan viskositas selama penyimpanan yang

diketahui dari tiap siklus, dikalikan 100%. Jika sediaan memiliki stabilitas yang

baik maka nilai perubahan viskositasnya adalah ≤ 15%.

G. Analisis hasil 1. Analisis perubahan viskositas

Persentase perubahan viskositas selama cycling test dihitung dari rumus:

(1) 2. Analisis statistik data viskositas dan daya sebar

Hasil yang diperoleh dari masing – masing pengujian sifat fisik tiap

formula dibandingkan. Data yang diperoleh yaitu data viskositas dan daya sebar

dari gel F1, F2, F3, F4 dan F5 pada siklus 0 - siklus 6. Data diuji normalitasnya

dengan uji Shapiro-Wilk. Data yang memiliki nilai p-value > 0,05 maka data

tersebut dikatakan terdistribusi normal, sedangkan nilai p-value < 0,05 maka data

tersebut dikatakan terdistribusi tidak normal. Data yang normal akan dilanjutkan

(48)

dilakukan uji ANOVA dan jika tidak normal atau normal tetapi tidak homogen

(49)

28 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Karakteristik Ekstrak Kental Herba Pegagan

Simplisia herba pegagan yang digunakan dalam ekstraksi didapatkan dari

CV. Merapi Farma yang diambil dari Tawangmangu Jawa Tengah. Simplisia yang

dipakai didapatkan dari pengeringan dengan cahaya matahari selama 4 hari.

Simplisia herba pegagan ini telah dipastikan kebenarannya melalui pembuktian

dengan surat keterangan pada lampiran 2 dan dan lampiran 3.

Pembuatan ekstrak herba pegagan menggunakan metode maserasi

dengan pelarut etanol 96%. Maserasi dilakukan dengan merendam herba pegagan

hingga menghasilkan ekstrak cair. Ekstrak cair diuapkan pelarutnya hingga

didapatkan ekstrak kental seperti yang tampak pada Gambar 4.

(50)

1. Karakteristik fisik ekstrak kental herba pegagan

Sifat fisik ekstrak pegagan meliputi warna, bentuk, bau dan rendemen

pegagan wajib diketahui untuk menetapkan kualitas dari ekstrak kental tersebut

juga untuk memastikan kebenaran ekstrak yang didapat.

Tabel IV. Tabel Perbandingan Karakteristik Fisik Hasil Ekstraksi Simplisia Pegagan dengan Literatur (Dirjen POM, 2008)

Parameter Literatur Hasil Percobaan

Warna Coklat tua Hijau kecoklatan Bentuk Cairan kental Cairan kental

Bau Berbau tidak khas Berbau khas Rendemen ≥ 7,2% 5%

Ekstrak yang dihasilkan memiliki karakteristik berdasarkan

organoleptisnya yaitu warna hijau kecoklatan, bau khas pegagan, dan berbentuk

cairan kental. Hal ini tidak sesuai dengan literatur untuk warna, bau dan rendemen

karena proses ekstraksi yang kurang lama menyebabkan masih terdapat klorofil

dalam ekstrak kental.

Hasil yang didapatkan menunjukkan bahwa dari sebanyak 100 g serbuk

simplisia herba pegagan didapatkan ekstrak kental sebanyak 5 gram dengan

rendemen 5%. Rendemen yang didapatkan lebih sedikit dari yang tertulis pada

literatur. Hal ini dapat disebabkan oleh kualitas simplisia yang digunakan.

Lamanya maserasi dan penggunaan suhu yang tidak sesuai dengan titik didih

pelarut akan mempengaruhi efektivitas penyarian saat ekstraksi.

2. Uji kandungan ekstrak herba pegagan

Setelah diketahui sifat fisiknya, ekstrak kental pegagan diteliti

kandungannya, senyawa yang diuji adalah asiatikosida sebagai marker spesifik

(51)

ekstrak dan memastikan stabilitasnya. Jika kadar air dalam ekstrak terlalu tinggi

ditakutkan akan mudah terkontaminasi oleh bakteri. Pengukuran kadar abu

dimaksudkan untuk melihat pengotor yang ada dalam ekstrak dan dapat juga

digunakan untuk menentukan apakah metode ekstraksi sudah benar atau belum.

Tabel V. Tabel Perbandingan Kandungan Hasil Ekstraksi Simplisia Pegagan dengan Literatur (Dirjen POM, 2008)

Parameter Literatur Hasil Percobaan

Kadar asiatikosida ≥ 0,90% 0,14% Kadar air <10% 14,70% Kadar abu <16,6% 11,40%

Pengukuran kadar asiatikosida dilakukan dengan metode KLT

densitometri. Setelah dilakukan identifikasi terhadap ekstrak kental tersebut

didapatkan kadar asiaticosida yaitu 0,14%. Hal ini tidak sesuai dengan kriteria

yang tertulis pada literatur yaitu kandungan asiaticosida tidak kurang dari 0,90%

(Dirjen POM, 2008).

Kadar asiatikosida yang sedikit ini disebabkan oleh pemanenan simplisia

yang tidak tepat waktu. Pemanenan simplisia pegagan paling baik dilakukan pada

musim hujan karena tingginya curah hujan mempengaruhi produksi metabolit

pada herba. Tetapi pada penelitian ini herba pegagan dipanen pada bulan

September, ketika musim kemarau. Lokasi pemanenan juga mempengaruhi kadar

asiatikosida. Hasil penelitian Pramono dan Ajiastuti (2004) menyatakan bahwa

kadar asiatikosida dalam herba pegagan yang dipanen dari Tawangmangu, Jawa

Tengah, hanya sebesar 0,21% karena pegaruh tanah liat.

Lamanya melakukan maserasi juga menjadi faktor penentu besarnya

(52)

dengan pelarut etanol 96% ternyata tidak mampu menyari asiatikosida dengan

efektif sehingga kadar asiatikosida lebih sedikit daripada yang diharapkan.

Pengukuran kadar abu dilakukan dengan metode gravimetri (lampiran 4).

Hasil pengujian kadar air ekstrak menunjukkan hasil sebesar 14,70%. Hal ini

disebabkan oleh karena pengeringan simplisia yang kurang sesuai. Pengeringan

simplisia yang baik seharusnya pada suhu 40o-60oC pada instrumen yang

terkontrol dengan baik. Namun pada penelitian kali ini simplisia hanya

menggunakan panas matahari sehingga pengeringannya tidak terkontrol dan

menyebabkan kadar air simplisia tinggi. Sehingga saat dibuat ekstrak kadar air

masih tinggi.

Metode pengujian kadar abu dilakukan dengan cara yang sama dengan

pengujian kadar air, yaitu gravimetri. Kadar abu terukur adalah kadar zat – zat

anorganik yang tidak habis terbakar. Semakin banyak kadar abu yang didapat

mengindikasikan proses ekstraksi tidak benar atau tidak sesuai dengan zat yang

akan disari. Hasil pengujian kadar abu menunjukkan hasil yang sesuai dengan

literatur sehingga dapat dikatakan zat pengotor dalam ekstrak sedikit dan proses

ekstraksi yang dilakukan sudah benar.

Hasil ini menunjukkan bahwa ekstrak kental kadar asiatikosidanya kecil,

maka tidak dilakukan pengujian mengenai efektivitas sediaan. Penelitian Shukla

dkk. (1999), asiatikosida yang dapat membantu meringankan luka bakar sebesar

(53)

B. Sifat Fisik Gel Ekstrak Pegagan

Sifat fisik yang diuji pada gel ekstrak pegagan ini meliputi organoleptis,

pH, viskositas, dan daya sebar. Sifat fisik diuji untuk mengetahui kualitas gel

ekstrak pegagan yang dibuat. Pengujian dilakukan 48 jam setelah sediaan

diformulasikan. Pendiaman selama 48 jam ini ditujukan untuk mendapatkan

sistem yang sudah tidak terpengaruh perlakuan – perlakuan yang dipaparkan

selama proses pembuatan, antara lain energi dari pengadukan saat pencampuran

bahan. Hasil uji sifat fisik disajikan pada Tabel VI:

Tabel VI. Hasil pengujian sifat fisik gel ekstrak pegagan

SIFAT FISIK F1 F2 F3 F4 F5

is Bentuk Cairan kental homogen

Warna Hijau

Bau Khas

pH 6

Viskositas (Pa.s) 0,300±0,089 0,431±0,003 0,500±0,018 0,589±0,029 0,658±0,013

Daya Sebar

(cm2) 28,7±0,7 23,3±0,448 17,5±0,702 15,0±0,088 14,6±0,393

Keterangan:

F1: HPMC 1,5% : Propilen glikol 15,5% F2: HPMC 1,75% : Propilen glikol 15,25% F3: HPMC 2% : Propilen glikol 15% F4: HPMC 2,25% : Propilen glikol 14,75% F5: HPMC 2,5% : Propilen glikol 14,5% Viskositas dilihat pada kecepatan 700 RPM

1. Uji organoleptis gel ekstrak pegagan

Tujuan pemerikasaan organoleptis adalah untuk melihat secara visual

kualitas dari gel. Dapat dilihat pada Tabel VI diatas bahwa kelima formula yang

dihasilkan mempunyai bentuk, warna, dan bau yang sama. Kelima formula

(54)

(Gambar 5). Warna hijau muda berasal dari warna ekstrak kental herba pegagan,

yang masih mengandung klorofil. Hal ini dapat diatasi dengan memisahkan

klorofil pada saat ekstraksi dengan variasi pelarut yang lebih spesifik untuk

menyari asiatikosida.

Bau khas pegagan tidak hilang karena ekstrak yang dipakai adalah

ekstrak pegagan yang larut dalam alkohol 96%.

Gambar 5. Gel ekstrak pegagan formula 1 2. Uji pH gel ekstrak pegagan

Uji pH sediaan gel dilakukan untuk melihat pH yang terbentuk dari

pencampuran bahan – bahan gel. pH harus dipastikan karena mempengaruhi

kelarutan bahan dan stabilitas produk, juga keamanannnya pada saat produk

(55)

Gambar 6. Hasil uji pH pada lima formula dengan tiga kali replikasi

Perbedaan perbandingan HPMC dan propilen glikol tidak menghasilkan

perbedaan pada pH produk, pH yang didapat yaitu pH 6. Semakin banyak HPMC

yang ditambahkan tidak berpengaruh pada pH yang dihasilkan. Hal ini disebabkan

karena HPMC mempunyai rentang pH 5,5-8 dan propilen glikol mempunyai

rentang pH 3-6. pH yang telah didapatkan sudah sesuai dengan rentang pH yang

aman untuk kulit yaitu 5-6,5 sehingga tidak menyebabkan iritasi (Benson dan

Watkinson, 2012).

3. Uji viskositas gel ekstrak pegagan

Viskositas adalah suatu tahanan dari sediaan untuk mengalir. Semakin

besar nilai viskositas maka sediaan akan semakin kental, maka akan semakin sulit

sediaan untuk mengalir. Kekentalan gel harus disesuaikan untuk mendapatkan

(56)

Gambar 7. Grafik viskositas gel ekstrak pegagan (siklus 0)

Pada penelitian ini telah ditetapkan nilai viskositas yang baik adalah

0,484 - 0,592 pada kecepatan 700 RPM menggunakan Rheosys Merlin II. Rentang

viskositas tersebut didapatkan dari produk gel yang telah beredar di pasaran.

Pengukuran data dilakukan pada kecepatan 700 RPM karena pada kecepatan ini

pengukuran sudah stabil. Tabel VI dan Gambar 7 menunjukkan hasil viskositas

pada siklus ke-0, atau setelah 48 jam pendiaman. Hasil yang keluar menunjukkan

bahwa semakin banyak jumlah HPMC yang ditambahkan pada formula, akan

diperoleh viskositas yang semakin tinggi pula. HPMC membentuk basis gel

dengan cara mengabsorpsi pelarut sehingga pelarutnya akan tertahan dan

membentuk massa yang kompak. Semakin besar komposisi HPMC semakin

efektif pula penyerapan airnya.

Hasil statistik menyatakan bahwa peningkatan konsentrasi HPMC

sebesar 0,25% menunjukkan perbedaan yang tidak signifikan (p>0,05) (lampiran

10), seperti yang tampak pada formula 1 dibandingkan dengan formula 2. Tetapi

ketika formula 2 dibandingkan dingan formula 4 yang mempunyai selisih

(57)

konsentrasi HPMC sebesar 0,5% maka perubahan yang dihasilkan signifikan

dengan p<0,05.

Dari kelima formula yang dibuat didapatkan formula yang memenuhi

rentang viskositas yang ditentukan adalah formula 3 dan formula 4.

4. Uji daya sebar gel ekstrak pegagan

Uji daya sebar dimaksudkan untuk melihat kemudahan gel untuk

menyebar pada area aplikasinya, dalam hal ini area aplikasinya adalah kulit. Jika

daya sebarnya baik, maka sediaan akan mudah diaplikasikan pada kulit. Suatu

sediaan lebih nyaman dipakai dan lebih disukai jika mudah menyebar. Daya sebar

dipengaruhi oleh banyaknya gelling agent. Semakin banyak gelling agent yang

ditambahkan maka struktur gel akan semakin kuat dan tidak mudah menyebar.

Gambar 8. Grafik daya sebar gel ekstrak pegagan (siklus 0)

Daya sebar berbanding terbalik dengan viskositas. Semakin besar nilai

viskositas, maka nilai daya sebar akan menurun. Data yang didapatkan pada

grafik (Gambar 8) menunjukkan bahwa semakin besar konstentrasi HPMC yang

ditambahkan, seiring dengan menurunnya jumlah propilen glikol, menurunkan

(58)

Sama dengan hasil uji viskositas, hasil daya sebar ini menunjukkan

bahwa perbedaan konsentrasi HPMC 0,25% tidak signifikan memberikan

perubahan daya sebar (p-value<0,05).

Hasil tersebut disebabkan oleh karena konsentrasi HPMC yang banyak

mengakibatkan struktur gel yang dibuat semakin kuat sehingga ketika diberikan

beban yang sama akan terlihat perbedaan penyebaran. Gel dengan struktur yang

lebih kuat karena komponen gelling agent yang banyak akan lebih susah

menyebar.

C. Uji Stabilitas Fisik Gel Ekstrak Pegagan

Uji stabilitas dilakukan dengan cycling test selama 6 siklus. Hal ini

dilakukan untuk melihat perubahan fisik meliputi viskositas, daya sebar, pH, dan

terjadinya perubahan organoleptis (warna, bau dan bentuk).

1. Uji organoleptis selama cycling test

Hasil yang didapat menunjukkan bahwa secara organoleptis gel dapat

dinyatakan stabil. Gel tetap berbentuk cairan kental homogen, berbau khas, dan

berwarna hijau muda. Gel tidak menunjukkan adanya sineresis atau keluarnya air

(59)

Gambar 9. Perbandingan organoleptis gel ekstrak pegagan formula 1 pada siklus 0 (kiri) dan siklus 6 (kanan)

Bau, warna dan bentuk gel dipengaruhi oleh bahan yang terdapat dalam

formula. Bahan – bahan yang tidak stabil akan merubah bau, warna atau bentuk

sediaan. Hasil menunjukkan bahwa gel stabil secara organoleptis dalam cycling

test dan menunjukkan bahwa konsentrasi HPMC dan propileglikol yang berbeda

beda antar formula tidak memiliki pengaruh pada stabilitas organoleptis gel.

2. Uji pH selama cycling test

Pengamatan pH dilakukan untuk melihat apakah terjadi perubahan yang

terjadi antar formula karena cycling test. pH sediaan akan berubah ketika stabilitas

sediaan berubah karena adanya pengaruh dari lingkungan luar, seperti suhu

penyimpanan.

Hasil yang didapatkan menunjukkan bahwa pH untuk kelima formula

tidak berubah, pH tetap 6 selama siklus 1 sampai siklus 6. Hal ini menunjukkan

bahwa cycling test tidak berpengaruh pada pH kelima formula dengan perbedaan

HPMC dan propilen glikol. Perubahan pH dapat disebabkan oleh adanya

(60)

3. Uji viskositas selama cycling test

Uji viskositas dilakukan untuk melihat apakah viskositas gel ekstrak

pegagan terpengaruh oleh cycling test atau tidak. Pengujian ini digunakan sebagai

langkah selanjutnya untuk memastikan apakah sifat fisik dari gel stabil seperti

yang telah dinyatakan pada pengamatan organoleptis dan pH.

Gambar 10. Grafik viskositas tiap formula selama 6 siklus

Berdasarkan grafik pada Gambar 10 diketahui kurva yang dihasilkan

berbentuk sigmoid. Kurva sigmoid menunjukkan ketidakstabilan dari sediaan.

Peningkatan terjadi pada siklus 1 dan akan menurun pada siklus 3. Selanjutnya

pada siklus 5 akan terjadi peningkatan kembali. Perubahan tersebut kemudian

dianalisis dengan membandingkan viskositas tiap siklus dan menghasilkan data

pada Lampiran 9.

Perubahan viskositas tiap siklus dibandingkan dengan siklus 0 (awal)

dikalikan 100%. Kriteria yang diharapkan perubahan viskositas kurang dari 15%.

Hasil menunjukkan bahwa hampir semua formula mengalami kenaikan viskositas

0

siklus 0 siklus 1 siklus 2 siklus 3 siklus 4 siklus 5 siklus 6

v

Gambar

Tabel I.  Formula gel menurut Hidayah (2013) .............................................
Gambar 1. Struktur Hidroksi Propil Metil Selulosa (Rogers, 2009)
Gambar 2. Struktur Propilen glikol (Weller, 2009)
Gambar 3. Struktur Metilparaben (Haley, 2009)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Optimasi formula dilakukan terhadap propilen glikol dan carbopol menggunakan program optimasi Design Expert dengan parameter sifat fisik gel (uji viskositas, uji daya lekat, uji

Atsiri Bunga Mawar ( Rosa Damascena Mill.) dengan Kombinasi HPMC-Propilen Glikol Terhadap Sifat Fisik dan Uji Aktivitasnya.” Skripsi ini disusun untuk.. memenuhi salah satu

Semakin tinggi konsentrasi HPMC dalam sediaan gel ekstrak herba pegagan (Centella asiatica L. Urban) maka viskositas dan daya lekat semakin tinggi yang menyebabkan semakin

Hasil penelitian sifat fisik gel menunjukkan dengan adanya variasi HPMC meningkatkan viskositas gel, daya lekat gel dan menurunkan daya sebar gel, namun tidak

Penelitian ini berfungsi untuk mengetahui pengaruh Carbopol dan propilen glikol terhadap sifat fisik gel hand sanitizer minyak atsiri jeruk bergamot, mendapatkan area

Dari seluruh data hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa variasi konsentrasi HPMC berpengaruh terhadap sifat fisik organoleptis bentuk, pH dan viskositas gel

sebagai enhancer gel aminofilin yang optimum adalah pada formula dengan konsentrasi propilen.. glikol

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh variasi konsentrasi HPMC terhadap sifat fisik gel ekstrak kulit pisang Agung Semeru Musa parasidiaca L.. Sifat fisik gel