ABSTRACT
The researches that study about the phenomenom of purchase behavior is important to be explored. Which one is compulsive buying. Compulsive buying is consumer purchase behavior repetitively. One of the factors that could influence compulsive buying is intrinsic goals that consists of self-acceptance, affiliation, and community feeling. The purpose of this study is to examine the effect of intrinsic goals on compulsive buying.
The respondents in this study is are students of Maranatha Christian University. Sampling technique used was convenience sampling, with 192 respondents could be used from 200 questioners that distributed.
The result shows only one hypotheses showed significant results of the three one, which is community feeling has impact negatively on compulsive buying. Self-acceptance and affiliation do not have impact negatively on compulsive buying.
Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK
Penelitian – penelitian yang mempelajari fenomena perilaku pembelian sangat menarik untuk diselidiki. Salah satunya adalah compulsive buying.
Compulsive buying adalah perilaku pembelian konsumen yang dilakukan secara
berulang-ulang. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi compulsive buying adalah intinsic goals yang terdiri dari self-acceptance, affiliation, dan community
feeling. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh intrinsic goals
terhadap compulsive buying.
Responden dalam penelitian ini adalah mahasiswa Universitas Kristen Maranatha. Teknik pengambilan sample yang digunakan adalah convenience
sampling dengan 192 responden yang dapat digunakan dari 200 kuesioner yang
disebarkan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari tiga hipotesis yang diajukan hanya satu yang menunjukkan hasil signifikan, yaitu community feeling berpengaruh terhadap compulsive buying. Sedangkan self-acceptance dan affiliation tidak berpengaruh negative terhadap compulsive buying.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGESAHAN ... ii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI ... iii
ABSTRACT ... iv
ABSTRAK ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 5
1.3 Tujuan Penelitian ... 6
1.4 Manfaat Penelitian ... 6
1.5 Batasan Penelitian ... 7
Universitas Kristen Maranatha BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
2.1 Kajian Pustaka ... 8
2.1.1 Personal Goals ... 8
2.1.2 Compulsive Buying ... 12
2.2 Pengaruh Intrinsic Goals terhadap Compulsive Buying ... 23
2.3 Model Penelitian ... 26
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek dan Lokasi Penelitian ... 27
3.2 Jenis Penelitian ... 27
3.3 Desain Penelitian ... 28
3.4 Populasi dan Sampel Penelitian ... 28
3.5 Metode Pengambilan Sampel ... 29
3.6 Teknik Pengumpulan Data ... 29
3.7 Definisi Operasional Variabel ... 30
3.8 Pengujian Validitas dan Reliabilitas ... 39
3.9 Metode Uji Pengaruh X terhadap Y ... 50
3.10 Kriteria Pengujian ... 50
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Respon Kuesioner ... 51
4.2 Karakteristik Responden ... 51
4.2.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 51
4.3.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Besarnya Uang Saku .... 54
4.3 Pengujian Pengaruh Intrinsic Goals terhadap Compulsive Buying ... 54
4.4 Ringkasan Hasil Pengujian Keseluruhan Hipotesis dan Pembahasannya ... 59
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 65
5.2 Keterbatasan Penelitian dan Saran untuk Penelitian Selanjutnya ... 66
5.2 Implikasi Penelitian ... 67
DAFTAR PUSTAKA ... 69
LAMPIRAN
Universitas Kristen Maranatha DAFTAR GAMBAR
Halaman
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel X dan Y ... 32
Tabel 3.2 KMO and Bartlett Test Analisis Faktor Awal ... 41
Tabel 3.3 Rotated Component Matrix Analisis Faktor Awal ... 42
Tabel 3.4 KMO and Bartlett Test Analisis Faktor Akhir ... 44
Tabel 3.5 Rotated Component Matrix Analisis Faktor Akhir ... 45
Tabel 3.6 Reliability Analysis-Scale (Alpha) Awal ... 49
Tabel 3.7 Reliability Analysis-Scale (Alpha) Akhir ... 49
Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 52
Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 53
Tabel 4.3 Karakteristik Resonden Berdasarkan Besarnya Uang Saku ... 54
Tabel 4.4 Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) ... 55
Tabel 4.5 Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t) ... 56
Tabel 4.6 Pengaruh Intrinsic Goals: Self-Acceptance, Affiliation, dan Community Feeling Terhadap Compulsive Buying ... 58
Universitas Kristen Maranatha DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A Kuesioner Penelitian
Lampiran B Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Belanja adalah kegiatan yang dilakukan untuk memenuhi berbagai macam
kebutuhan hidup, baik itu kebutuhan primer, sekunder, serta kebutuhan yang bersifat
lux. Kaum wanita selalu identik dengan kegiatan belanja, namun kaum pria pun
terkadang memiliki hobi serupa. Tujuan utama belanja tidak hanya memenuhi
kebutuhan dan keperluan, tetapi dapat juga dijadikan sebagai sarana refreshing.
Belanja adalah suatu kegiatan yang lumrah dilakukan, namun menjadi sangat
fenomenal ketika kegiatan tersebut menjadi sebuah perilaku adiktif, obsesi yang
mana dilakukan secara terus – menerus dengan melakukan pembelian akan item -
item yang sesungguhnya tidak begitu diperlukan melebihi kebutuhan dan sumber
daya yang dimiliki. Perilaku ini dinamakan compulsive buying. Compulsive buying
didefinisikan sebagai suatu kondisi kronis, di mana seseorang melakukan aktivitas
pembelian berulang sebagai akibat dari adanya peristiwa yang tidak menyenangkan
ataupun perasaan yang negatif (Faber dan O’Guinn, 1989). Orang yang melakukan
melakukan pembelian secara kompulsif disebut compulsive buyer atau dikenal pula
istilah sophaholic. Soedjatmiko (2008) di dalam bukunya yang berjudul ”Saya
Berbelanja Maka Saya Ada” berpendapat bahwa belanja bisa menjadi tolak ukur jati
diri hidup manusia. Belum lagi aspek lainnya, seperti budaya, ekonomi bahkan
sampai gengsi. Singkatnya, lewat belanja, seseorang tidak lagi melihat apa yang akan
2
Universitas Kristen Maranatha
yang diberikan barang itu sendiri pada dirinya selaku konsumen. Bila berbelanja
semula menjadi perpanjangan manusia yang hendak mengonsumsi sesuatu, pada
perkembangan berikutnya, belanja justru menjadi kegiatan mengonsumsi itu sendiri.
Belanja berubah menjadi kebutuhan bagi manusia yang tak cukup diri. Di sinilah
letak konsumerisme dalam arti mengubah konsumsi yang seperlunya menjadi
konsumsi yang mengada-ada. Dalam arti ini, motivasi seseorang untuk berbelanja
tidak lagi guna memenuhi kebutuhan dasariah yang ia perlukan sebagai manusia,
melainkan terkait dengan hal lain, yakni identitas(Soedjatmiko, 2008). Menurut hasil
studi di Amerika, perilaku pembelian kompulsif pertama kali ditemukan tahun 1915,
dan sampai saat ini perilaku pembelian yang kompulsif terus berkembang dalam
masyarakat. Beberapa tokoh terkemuka yang dikenal sebagai sophaholic adalah ratu
Perancis pada abad ke 18 Maria Antoinette serta istri mantan presiden Filipina
Imelda Marcos. Imelda Marcos gemar berbelanja bahkan
sampai masuk ke daftar hitam butik-butik eksklusif dunia karena gemar berhutang
meski sang suami sudah turun dari puncak kekuasaan tapi kegemarannya tidak
berkurang (Roesma,2004).
Bagi sebagian besar orang, belanja merupakan kegiatan normal yang rutin
dilakukan sehari – hari. Namun bagi para compulsive buyer, ketidakmampuan
mengendalikan hasrat untuk membeli sesuatu akan mendorong mereka untuk
melakukan apa saja asalkan hasrat tersebut terpenuhi. Melakukan pembelian secara
kompulsif dapat menjadi cara untuk memperbaiki suasana hati dan membantu
mereka merasa diberdayakan. Padahal mereka membeli item – item yang tidak
diperlukan dan bahkan setelah dibeli pun item – item tersebut tidak dipedulikan
3
diri sendiri, serta usaha untuk meningkatkan harga diri. Mereka cenderung memiliki
harga diri yang rendah, kecenderungan berfantasi, serta rentan terhadap depresi dan
kecemasan yang tinggi (Bryner, 2008). Amelia Masniari (2009) di dalam bukunya
yang berjudul “Miss Jinjing” menyatakan bahwa kenikmatan belanja terletak pada
proses huntingnya, bukan pada purchasingnya, dan merupakan bagian dari cara
menghargai diri, prestasi dan kesenangan. Kepuasan berbelanja setara dengan
kepuasan orgasme.
Fenomena compulsive buying dewasa ini semakin meningkat. Menurut
sebuah studi Universitas Stanford di Amerika Serikat, diperkirakan 17 juta orang
dewasa di Amerika Serikat menderita sindrom compulsive buying. Hasil survey yang
dipublikasikan dalam The American Journal of Psychiatry, compulsive buyer
menderita kesusahan yang berlebihan, depresi tingkat tinggi, lebih rentan untuk
bunuh diri dan aktivitas ilegal seperti perampokan, serta terlibat dalam perceraian
dan konflik keluarga. (Mitchell, 2009). Dampak negatif lain yang lebih kongkret
adalah kehancuran finansial.
Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi compulsive buying.
Faktor pertama adalah faktor keluarga. Beberapa penelitian menjelaskan bahwa
compulsive behaviors dipengaruhi oleh perilaku dari anggota keluarga yang
lain(Roberts, 1998). Pengaruh yang paling besar pada pembentukan compulsive
buying ini disebabkan oleh sikap orangtua yang terlalu menuruti apa yang menjadi
keinginan anak (parental yielding). Sedangkan pada struktur keluarga dan pola
komunikasi keluarga yang berorientasi sosial dan konsep tidak berpengaruh secara
signifikan pada compulsive buyingFaktor kedua adalah psychological yang terdiri
4
Universitas Kristen Maranatha
adalah sosiological yang terdiri dari tayangan televisi, teman sebaya, frekuensi
belanja, serta kemudahan mengakses dan menggunakan kartu kredit. Faktor
selanjutnya adalah money attitude yang terdiri dari power prestige, distrust, dan
anxiety, serta faktor fashion orientation yang terdiri dari fashion leadership, fashion
interest, importance of being well dressed, dan anti – fashion attitude.
Selain dari keempat faktor di atas, terdapat juga pengaruh dari faktor individu
itu sendiri, yaitu personal goals. Personal goals terdiri dari extrinsic goals dan
intrinsic goals (Robert dan Pirog, 2004). Jenis personal goals yang pertama yaitu
extrinsic goals, merupakan tujuan pribadi yang tidak hakiki seperti financial success,
attractive appearance, dan social recognition. Financial success mengarah pada
pencapaian kesuksesan secara materi. Attratctive appearance mengarah pada
keinginan untuk dilihat menarik oleh orang lain. Social recognition mengarah pada
keinginan untuk dikagumi dan dikenal. Jenis personal goals yang kedua adalah
intrinsic goals, merupakan tujuan pribadi yang hakiki, yang terdiri dari self –
acceptance, affiliation, dan community feeling. Self – acceptance mengarah pada
keinginan untuk mengembangkan kejiwaan, penghargaan diri, dan otonomi.
Affiliation mengarah pada menggabungkan diri dalam kehidupan keluarga dan
teman. Community feeling mengarah pada keinginan untuk membuat dunia menjadi
lebih baik melalu sebuah tindakan.
Banyak peneliti perilaku konsumen kurang memperhatikan tentang tujuan
seorang konsumen melakukan pembelian (Roberts dan Pirog, 2004). Padahal,
pandangan yang menyatakan bahwa konsumen sebagai goal-seeking individuals
seharusnya dapat memberikan kontribusi terhadap pemahaman kita mengenai ”Apa
5
barang dan jasa ?” (Roberts dan Pirog, 2004). Faktor – faktor extrinsic seperti
kesuksesan finansial, keinginan dilihat menarik, serta keinginan untuk dikagumi
tentu menjadi tujuan seorang konsumen ketika membeli dan mengkonsumsi barang
dan jasa tertentu. Namun selain itu, tentu ada tujuan pribadi yang hakiki yang bersifat
intrinsic yang akan menarik untuk diteliti. Hasil penelitian Roberts dan Pirog (2004)
menunjukkan hubungan yang negatif antara self – acceptance dan community feeling
dengan compulsive buying. Sedangkan affiliation memiliki hubungan positif dengan
compulsive buying.
Penelitian yang dilakukan mengambil objek yang terdiri dari mahasiswa dan
mahasiswi Universitas Kristen Maranatha, yang mana dalam rentang usia seperti itu
adalah usia di mana mereka mencari jati diri dan tujuan hakiki yang sangat berkaitan
dengan unsur intrinsic goals, seperti yang dilaporkan Jurnal Psychiatry Dunia bahwa
perilaku pembelian kompulsif berkembang selama akhir masa remaja atau awal dua
puluhan (Mithcell, 2009).
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian
yang berjudul ”Pengaruh Intrinsic Goals : Self – Acceptance, Affiliation, dan
Community Feeling terhadap Compulsive Buying.”
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka peneliti membuat rumusan
masalah sebagai berikut: “Apakah Intrinsic Goals (Self-Acceptance, Affiliation, dan
6
Universitas Kristen Maranatha 1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah untuk
menganalisis pengaruh Intrinsic Goals (Self-Acceptance, Affiliation, dan Community
Feeling) terhadap Compulsive Buying.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat:
1. Bagi peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana pembelajaran bagi
peneliti untuk melakukan penelitian mengenai permasalahan compulsive
buying.
2. Bagi akademisi dan praktisi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang positif
dengan memberikan informasi berupa bukti empiris bagi kalangan
akademisi maupun praktisi mengenai pengaruh intrinsic goals terhadap
compulsive buying.
3. Bagi konsumen
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang berguna
bagi konsumen untuk mengurangi atau bahkan menghilangkan perilaku
compulsive buying dalam dirinya dengan mengetahui faktor – faktor apa
7
1.5 Batasan Penelitian
Penelitian ini berfokus pada pengaruh Intrinsic Goals (Self – Acceptance,
Affiliation, dan Community Feeling) terhadap Compulsive Buying.
Sebagai responden penelitian ini adalah Mahasiswa S1 Universitas Kristen
Maranatha Bandung dikarenakan mudah memperoleh informasi dan data.
1.6 Sistematika Pembahasan
Penelitian ini terbagi dalam lima bab yang akan disusun dengan sistematika
pembahasan sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah,
tujuan ipenelitian, manfaat penelitian, batasan penelitian, dan sistematika
pembahasan.
Bab II Kajian Pustaka dan Pengembangan Hipotesis menguraikan landasan
teori mengenai intrinsic goals, compulsive buying, pernyataan hipotesis, serta model
penelitian.
Bab III Metode Penelitian menguraikan tentang metode penelitian seperti
objek dan lokasi penelitian, desain penelitian, metode pangambilan sampel, metode
pengumpulan data, definisi operasional, uji validitas dan realibilitas, metode analisis
data, serta kriteria pengujian hipotesis.
Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan berisi tentang hasil analisis data
beserta pembahasan hasil temuan yang diperoleh.
Bab V Kesimpulan dan Saran berisi tentang kesimpulan penelitian,
keterbatasan penelitian dan saran untuk penelitian selanjutnya, serta implikasi
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Dalam bab ini membahas mengenai kesimpulan hasil penelitian, keterbatasan
penelitian, saran untuk penelitian selanjutnya dan implikasi penelitian.
5.1 Kesimpulan
Penelitian ini berhubungan dengan pengujian pengaruh intrinsic goals
terhadap compulsive buying. Intrinsic goals terdiri dari self-acceptance, affiliation,
dan community feeling. Variabel – variable intrinsic goals menurut teori
mempengaruhi compulsive buying secara negative. Hal ini dikarenakan orang –
orang yang fokus pada intrinsic goals memandang bahwa compulsive buying tidak
akan memberikan kepuasan dan kebahagiaan, meningkatkan citra dirinya, dan
menyempurnakan tujuan hakiki hidupnya.
Hasil penelititan ini menunjukkan adanya pengaruh secara simultan dari
intrinsic goals terhadap compulsive buying. Dari ketiga variabel intrinsic goals hanya
terdapat satu variabel yang berpengaruh negatif terhadap compulsive buying yaitu
community feeling, sedangkan variabel self-acceptance dan affiliation tidak
berpengaruh negatif. Dengan kata lain, hipotesis yang diterima hanya hipotesis 3
yaitu ”community feeling berpengaruh negatif terhadap compulsive buying”.
Dari ketiga hipotesis yang diajukan, hipotesis 1 tidak mendukung penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Roberts dan Pirog (2004). Peneliti berpendapat
66
karakteristik responden, yaitu usia responden. Usia responden terbanyak yang
menjadi sampel dalam penelitian ini yaitu usia 21 tahun. Pada saat usia tersebut
termasuk ke dalam masa adolesen, yaitu masa transisi di mana seseorang nulai
berpikir matang, mencari, memahami makna hidup sebenarnya, namun belum
sepenuhnya dewasa, sehingga dalam pengambilan keputusan belum sepenuhnya
matang, misalkan dalam keputusan pembelian. Selain faktor usia responden, kondisi
psikologis dan faktor situasional secara langsung maupun tidak langsung dapat
mempengaruhi tingkat signifikansi dari hasil penelitian.
5.2 Keterbatasan Penelitian dan Saran untuk Penelitian Selanjutnya
Keterbatasan penelitian dan saran untuk penelitian selanjutnya anatara lain:
1. Penelitian ini tidak menganalisis faktor – faktor yang menjadi penyebab
munculnya nilai – nilai intrinsik pada diri responden misalnya teman sebaya,
keluarga, dan media. Oleh karena itu penelitian selanjutnya diharapkan dapat
membahas faktor – faktor tersebut.
2. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah convenience sampling.
Sebenarnya, teknik ini sudah tepat karena kemungkinan informasi yang
didapat lebih bervariasi. Teknik pengambilan sampel dengan cara seperti ini
memungkinkan responden konsumen tidak hanya berasal dari kalangan
mahasiswa, tetapi juga dari kalangan lain seperti staff pengajar dan staff tata
usaha. Namun pada pelaksanaannya, responden yang diperoleh 98 % adalah
mahasiaswa. Terkadang teknik convenience yang tidak dilakukan secara
optimal dapat menyebabkan adanya pengambilan sampel yang tidak relevan
67
selanjutnya, sampel harus lebih beragam tidak hanya berasal dari mahasiswa
Universitas Kristen Maranatha saja, tetapi juga staff pengajar atau bahkan
konsumen yang ada di lingkungan luar seperti mall – mall.
3. Keterbatasan waktu dan lokasi penelitian. Waktu penelitian yang terbatas
menjadi faktor keterbatasan penelitian. Penyebaran kuesioner umumnya
dilakukan di dalam kelas, sehingga faktor – faktor situasional turut
mempengaruhi, misalkan kondisi responden di kelas. Faktor situasional yang
tidak terlihat sebaiknya lebih diperhitungkan. Ada baiknya jika penelitian
selanjutnya mengambil lokasi yang lebih mendukung, misalnya mall – mall.
5.3 Implikasi Penelitian
Penelitian ini memberikan impilikasi bagi akademisi, pemasar, dan
konsumen. Bagi akademisi penelitian ini memberikan bukti empiris yang dapat
memperkuat teori – teori yang sudah ada dan penelitian sebelumnya oleh Roberts
dan Pirog (2004). Terdapat dua hipotesis yang mendukung penelitian sebelumnya,
yaitu pengaruh community feeling dan affiliation. Hasil tersebut disebabkan oleh
faktor – faktor seperti karakteristik dan kondisi psikologis responden serta faktor
situasional. Hal ini dapat menjadi masukan bagi akademisi untuk mempunyai
penjelasan yang rasional dalam penelitian yang dilakukan.
Bagi pemasar, penelitian ini dapat menjadi sumber informasi mengenai gambaran
karakteristik dan pengambilan keputusan pembelian. Hasil pengolahan data
menunjukkan perilaku pembelian kompulsif memiliki nilai netral, dengan kata lain
keinginan untuk melakukan pembelian kompulsif terkadang muncul terkadang tidak
68
terhadap compulsive buying, hal ini dapat menjadi referensi bagi pemasar agar lebih
bertanggungjawab dalam memberikan kontribusi positif bagi konsumen, serta
kesadaran akan dampak sosial yang terjadi akibat compulsive buying. Perilaku
kompulsif dapat menyebabkan konsumen terus menerus membeli barang secara
berlebihan. Salah satu bauran promosi yang menarik atensi tinggi yaitu advertising,
khususnya iklan televisi. Penelitian Roberts (1998) menunjukkan bahwa tayangan
televisi berpengaruh positif terhadap compulsive buying. Oleh karena itu, pemasar
harus mulai berpikir bagaimana cara mengemas suatu iklan produk atau jasa yang
lebih menawarkan unsur – unsur intrinsic goals, sehingga yang lebih ditawarkan
adalah bundle of benefit-nya.
Bagi konsumen, penelitian ini dapat membantu agar lebih selektif dalam menyikapi
tawaran – tawaran promosi yang ada, serta tayangan iklan produk atau jasa yang
menawarkan nilai – nilai tidak bermanfaat dan dapat merangsang perilaku kompulsif.
Konsumen harus lebih fokus pada nilai – nilai intrinsik yang akan menghindarkan
konsumen dari pola perilaku kompulsif serta membantu konsumen dalam membuat
69 Universitas Kristen Maranatha DAFTAR PUSTAKA
Aprillia, Ariesya (2006). Penilaian sikap, Iklan, Sikap Terhadap Merek, Iklan
Komparatif Tidak Langsung, Iklan Non Komparatif Serta Niat Beli, Tesis
Pemasaran, M.Si. Universitas Gadjah Mada (Tidak dipublikasikan).
Assael, H. (2001). Consumer Behavior and Marketing Action, 6 ed, South-Western College Publishing.
Baumgartner, H. (2002). Toward a Personology of the Consumer. Journal of
Consumer Research, vol.29 (September): 286-292.
Deci, E., & Ryan, R. (Eds.), (2002). Handbook of self-determination research. Rochester, NY:University of Rochester Press diakses dari
http://en.wikipedia.org/wiki/self_determination_theory
DeSarbo dan Edwards (1996). Typologies of Compulsive Buying: A Constrained Clusturwise Regression Approach. Journal of Consumer Psychology, vol. 5, no. 3, pp. 231-262.
Dittmar, H. (2005a). Compulsive Buying – A Growing Concern ? An Examination of Gender, Age, and Endorsement of Materialistic Values As Preditors. British
Journal of Psychology, vol. 96, pp. 467-491.
Dittmar, H. (2005b). A New Look at Compulsive Buying: Self-Discrepancies and Materialistic Values As Preditors. Journal of Social and Clinical Psychology, vol. 24, no. 6, pp. 832.
Eliyahu M. Goldratt, Jeff Cox. (2004). The Goal: A Process of Ongoing
Improvement diakses dari http://en.wikipedia.org/wiki/goal
Faber, R.J. and O’Guinn, T.C. (1989). Compulsive Buying: A Phenomenological Exploration. Journal of Consumer Research, vol. 16, pp. 147-157.
Hair.,et.,all., (1998). Multivariat Data Analysis, Fifth Edition, Prentice-Hall International.,Inc.
Jogiyanto, (2007). Metodologi penelitian Bisnis Salah Kaprah dan
pengalaman-pengalaman: penerbit BPFE Yogyakarta.
Kwak, H.; Zinkhan, G.M.; and Crask, M.R. (2003). Diagnostic Sceener for
Compulsive Buying: Application to the USA and South Korea. The Journal
of Consumer Affairs, vol. 37, no. 1, pp. 161-169.
Masniari, Amelia. (2009). Miss Jinjing: Belanja Sampai Mati. Gagas Media. Jakarta.
Roberts, J.A. (1998). Compulsive Buying Among College Students: An Investigation of Its Accendents, Consequences, and Implications For Public Policy. The
Journal of Consumer Affairs, vol. 32, no. 2, pp. 295-319.
Roberts, J.A. (2000). Consuming In A Consumer Culture: College Students, Materialism, Status Consumption, and Compulsive Buying. Marketing
Management Journal.
Roberts, J.A. and Pirog, S.F. (2004). Personal Goals and Their Role in Consumer Behavior: The Case of Compulsive Buying. Journal of Marketing.
Sekaran, Uma. (2006). Metodologi Penelitian Untuk Bisnis, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
Scmuck, P; Kasser, T; Ryan, R.M. (2000). Intrinsic and Extrinsic Goals: Their Structure and Relationship To Well Being In German And U.S. College Students. Social Indicator Research, vol. 15, no. 2, pp.225
Shoham, A. dan Brencic, M.M (2003). Compulsive Buying Behavior. Journal of Marketing Research, vol.20, pp.127-138.
71 Universitas Kristen Maranatha
Suliyanto, (2006). Metode Riset Bisnis: penebit Andi,Yogyakarta
Suwarno, H.L. (2007). Pengaruh Personal Goals Pasa Compulsive Buying dengan
Jenis Kelamin Sebagai Variabel Moderasi. Tesis Magister Sains, Program