• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Deskriptif Mengenai Kemampuan Regulasi Diri dalam Bidang Akademik pada Siswa-Siswi Pelaku Pelanggaran Tata Tertib Sekolah (School Misdemeanor) di SMA "X" Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Deskriptif Mengenai Kemampuan Regulasi Diri dalam Bidang Akademik pada Siswa-Siswi Pelaku Pelanggaran Tata Tertib Sekolah (School Misdemeanor) di SMA "X" Bandung."

Copied!
79
0
0

Teks penuh

(1)

Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK

Penelitian ini bejudul Studi deskriptif mengenai kemampuan regulasi diri dalam bidang akademik pada siswa-siswi pelaku pelanggaran tata tertib sekolah (School Misdemeanor) di SMA “X” Bandung. Subyek dari penelitian ini adalah siswa-siswi kelas 1 sampai 3 di SMA “X” Bandung yang melakukan pelanggaran tata tertib sekolah.

Teori yang digunakan adalah regulasi diri dari Zimmerman (1998, dalam Boekaerts, 2000). Regulasi diri adalah kemampuan untuk melakukan perencanaan terhadap pikiran, perasaan, dan tindakan yang direncanakan dan diterapkan secara berulang-ulang untuk mencapai tujuan pribadi (goal) yang didasari oleh keyakinan dan motivasi dari dalam diri individu. Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner regulasi diri berdasarkan teori regulasi diri dari Zimmerman (1998, dalam Boekaerts, 2000). Sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian ini, maka rancangan penelitian yang digunakan adalah teknik survey.

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Pengambilan sampel penelitian dilakukan dengan cara menentukan siswa-siswi SMA “X” yang memenuhi karakteristik sampel. Ukuran sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 31 siswa-siswi.

Berdasarkan pengolahan data maka diperoleh bahwa (35,5% mampu meregulasi diri dalam bidang akademik dan 64,5% kurang mampu. Dari 20 siswa-siswi yang kurang mampu meregulasi diri diperoleh hasil 75% kurang mampu melakukan forethought, 75% kurang mampu melakukan performance or volitional control dan 70% kurang mampu melakukan self-reflection.

▸ Baca selengkapnya: mengenal regulasi diri fase refleksi diri

(2)

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR ISI

ABSTRAK ...i

KATA PENGANTAR...ii

DAFTAR ISI ...vi

DAFTAR BAGAN... x

DAFTAR TABEL ...xi

DAFTAR LAMPIRAN ...xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 8

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian ... 9

1.3.2 Tujuan Penelitian... 9

1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoritis ... 9

1.4.2 Kegunaan Praktis... 9

1.5 Kerangka Pemikiran ... 10

(3)

Universitas Kristen Maranatha BAB II TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Regulasi Diri

2.1.1 Pengertian Regulasi Diri ... 22

2.1.2 Struktur Sistem Regulasi Diri... 24

2.1.2.1 Forethought Phase (fase perencanaan) ... 26

2.1.2.1.1 Task Analysis ...26

2.1.2.1.2 Self-Motivation Beliefs ...27

2.1.2.2 Performance or Volitional Control Phase ...29

2.1.2.2.1 Self Control...29

2.1.2.2.2 Self Observation ...31

2.1.2.3 Self Reflection Phase (refleksi diri)... 33

2.1.2.3.1 Self judgment ...33

2.1.2.3.2 Self reactions ...35

2.1.3 Perkembangan dari Skill Self-Regulatory... 37

2.1.4 Pengaruh-Pengaruh Faktor Sosial dan Lingkungan Terhadap Regulasi Diri... 40

2.1.5 Gangguan-Gangguan di dalam Regulasi Diri... 41

2.1.6 Regulasi Diri dan Pembelajaran Akademik ... 45

2.2 Teori Misdemeanor 2.2.1 Pengertian Misdemeanor ...47

2.2.2 Bentuk-Bentuk Misdemeanor...48

2.2.3 Efek dari Misdemeanor ...50

(4)

Universitas Kristen Maranatha 2.3 Teori Remaja

2.3.1 Pengertian Masa Remaja ... 52

2.3.2 Batasan-batasan Masa Remaja ... 52

2.3.3 Perubahan Fundamental pada Masa Remaja ... 53

2.3.4 Empat Konteks Utama pada Masa Remaja ... 55

2.3.5 Perkembangan Psikososial Selama Masa Remaja... 58

2.4 SMA ”X” Bandung 2.4.1 Tata Tertib SMA ”X” Bandung... 59

2.4.2 Sanksi Pelanggaran... 61

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian ... 63

3.2 Variabel Penelitian, Definisi Konseptual dan Definisi Operasional 3.2.1 Variabel Penelitian ... 64

3.2.2 Definisi Konseptual ... 64

3.2.3 Definisi Operasional... 64

3.3 Alat Ukur ... 68

3.3.1 Cara Penilaian... 69

3.3.2 Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur 3.3.2.1 Validitas Alat Ukur ... 70

3.3.2.2 Reliabilitas Alat Ukur... 72

(5)

Universitas Kristen Maranatha 3.4 Populasi Sasaran dan Teknik Sampling

3.4.1 Populasi Sasaran... 72

3.4.2 Karakteristik Sampel ... 73

3.4.3 Teknik Sampling ... 73

3.5 Teknik Analisa Data ... 73

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Responden Penelitian... 75

4.4.1 Gambaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 75

4.4.2 Gambaran Responden Berdasarkan Kelas... 75

4.2 Hasil Penelitian... 76

4.3 Pembahasan ... 79

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan... 91

5.2 Saran ... 92 DAFTAR PUSTAKA

(6)

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR BAGAN

Bagan 1.1 Skema Kerangka Pikir... 20

Bagan 2.1 Triadic Forms of Self-regulation ...23

Bagan 2.2 Cyclical Phases of Self-Regulation ...24

(7)

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Struktur fase dan sub-sub proses pada regulasi diri ... 25

Tabel 2.2 Tingkat-Tingkat Perkembangan dari Skill Regulatory...38

Tabel 3.1 Kisi-kisi Alat ukur Regulasi Diri beserta indikator dan nomor pernyataan yang diukur dalam Kuesioner Regulasi Diri... 68

Tabel 3.2 Sistem penilaian pada alat ukur Regulasi Diri ... 70

Tabel 4.1 Tabel Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin ... 75

Tabel 4.2 Tabel Distribusi Frekuensi berdasarkan Kelas ... 75

Tabel 4.3 Tabel Hasil Penelitian Regulasi Diri ... 76

Tabel 4.4 Tabel Tabulasi Silang Regulasi Diri dengan Fase Regulasi Diri... 76

Tabel 4.5 Tabel Distribusi Frekuensi Fase Forethought siswa-siswi yang kurang mampu meregulasi diri ... 77

Tabel 4.6 Tabel Distribusi Frekuensi Fase Performance or Volitional Control yang kurang mampu meregulasi diri... 77

(8)

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Tabulasi Silang Data Penunjang dengan Fase Regulasi Diri dalam Bidang Akademik

Lampiran 2 Tabulasi Silang Data Penunjang dengan Fase Regulasi Diri pada Siswa-siswi yang Kurang Mampu Meregulasi Diri dalam Bidang Akademik

Lampiran 3 Alat ukur

Lampiran 4 Hasil Pengolahan Data Penunjang

(9)

Lampiran 1

Tabulasi Silang Data Penunjang dengan Fase Regulasi Diri dalam Bidang Akademik

Tabel 1. Tabulasi silang kemampuan regulasi diri dalam bidang akademik dengan

rata-rata raport terakhir.

Regulasi diri Rata-rata rapor

Kurang mampu Mampu

Total

Tabel 2. Tabulasi silang kemampuan regulasi diri dalam bidang akademik dengan

kegiatan les tambahan di luar sekolah.

Regulasi diri Les tambahan

Kurang mampu Mampu

Total

Tabel 3. Tabulasi silang kemampuan regulasi diri dalam bidang akademik dengan

bimbingan orangtua dalam belajar.

(10)

Tabel 4. Tabulasi silang kemampuan regulasi diri dalam bidang akademik dengan

pengaruh orangtua dalam menentukan target akademik.

Regulasi diri Orangtua tentukan target

Kurang mampu Mampu

Total

Tabel 5. Tabulasi silang kemampuan regulasi diri dalam bidang akademik dengan

orangtua memberi motivasi kepada siswa-siswi.

Regulasi diri Motivasi Orangtua

Kurang mampu Mampu

Total

Tabel 6. Tabulasi silang kemampuan regulasi diri dalam bidang akademik dengan

orangtua memeriksa nilai akademik.

Regulasi diri Orangtua periksa nilai

Kurang mampu Mampu

(11)

Tabel 7. Tabulasi silang kemampuan regulasi diri dalam bidang akademik dengan

perilaku orangtua jika siswa-siswi mendapatkan nilai jelek.

Regulasi diri

Tabel 8. Tabulasi silang kemampuan regulasi diri dalam bidang akademik dengan

perilaku orangtua jika siswa-siswi mendapatkan nilai bagus.

Regulasi diri Nilai bagus

Kurang mampu Mampu

Total

Tabel 9. Tabulasi silang kemampuan regulasi diri dalam bidang akademik dengan

cara mengajar guru-guru mudah dipahami.

Regulasi diri Memahami cara guru mengajar

Kurang mampu Mampu

(12)

Tabel 10. Tabulasi silang kemampuan regulasi diri dalam bidang akademik

dengan cara guru-guru mengajar menyenangkan.

Regulasi diri Cara guru mengajar menyenangkan

Kurang mampu Mampu

Tabel 11. Tabulasi silang kemampuan regulasi diri dalam bidang akademik

dengan guru-guru membimbing siswa-siswi dalam belajar.

Regulasi diri

Tabel 12. Tabulasi silang kemampuan regulasi diri dalam bidang akademik

dengan guru-guru memberi motivasi kepada siswa-siswi.

Regulasi diri Motivasi guru

Kurang mampu Mampu

(13)

Tabel 13. Tabulasi silang kemampuan regulasi diri dalam bidang akademik

dengan perilaku guru-guru jika siswa-siswi mendapat nilai jelek.

Regulasi diri

Tabel 14. Tabulasi silang kemampuan regulasi diri dalam bidang akademik

dengan perilaku guru-guru jika siswa-siswi mendapat nilai bagus.

Regulasi diri

Tabel 15. Tabulasi silang kemampuan regulasi diri dalam bidang akademik

dengan teman-teman lebih banyak bermain daripada belajar.

Regulasi diri Teman lebih banyak bermain

Kurang mampu Mampu

(14)

Tabel 16. Tabulasi silang kemampuan regulasi diri dalam bidang akademik

dengan teman-teman lebih banyak belajar daripada bermain.

Regulasi diri Teman lebih baik belajar

Kurang mampu Mampu

Tabel 17. Tabulasi silang kemampuan regulasi diri dalam bidang akademik

dengan siswa-siswi termotivasi jika temannya mendapat nilai bagus.

Regulasi diri

Tabel 18. Tabulasi silang kemampuan regulasi diri dalam bidang akademik

dengan hukuman jika melanggar tata tertib sekolah mengganggu

kegiatan belajar mengajar.

Regulasi diri Hukuman menganggu kegiatan belajar

(15)

Lampiaran 2

Tabulasi Silang Data Penunjang dengan Fase Regulasi Diri pada Siswa-siswi yang Kurang Mampu Meregulasi Diri dalam Bidang Akademik

Tabel 1. Tabulasi silang forethought dengan rata-rata raport terakhir pada

siswa-siswi yang kurang mampu meregulasi diri dalam bidang akademik.

Forethought Rata-rata raport

Kurang mampu Mampu

Total

Tabel 2. Tabulasi silang forethought dengan les tambahan pada siswa-siswi yang

kurang mampu meregulasi diri dalam bidang akademik.

Forethought Les Tambahan

Kurang mampu Mampu

Total

Tabel 3. Tabulasi silang forethought dengan bimbingan orang tua pada

siswa-siswi yang kurang mampu meregulasi diri dalam bidang akademik.

Forethought Bimbingan Orangtua

Kurang mampu Mampu Total

(16)

Tabel 4. Tabulasi silang forethought dengan orangtua ikut menentukan target pada

siswa-siswi yang kurang mampu meregulasi diri dalam bidang

akademik.

Forethought Orangtua tentukan target

Kurang mampu Mampu

Total

Tabel 5. Tabulasi silang forethought dengan motivasi dari orangtua pada

siswa-siswi yang kurang mampu meregulasi diri dalam bidang akademik.

Forethought Motivasi Orangtua

Kurang mampu Mampu

Total

Tabel 6. Tabulasi silang forethought dengan orangtua memeriksa nilai

akademik.pada siswa-siswi yang kurang mampu meregulasi diri dalam

bidang akademik.

Forethought Orangtua periksa nilai

Kurang mampu Mampu

(17)

Tabel 7. Tabulasi silang forethought dengan perilaku orangtua jika siswa-siswi

mendapatkan nilai jelek pada siswa-siswi yang kurang mampu

meregulasi diri dalam bidang akademik..

Forethought Nilai jelek

Kurang mampu Mampu

Total

Tabel 8. Tabulasi silang forethought dengan perilaku orangtua jika siswa-siswi

mendapatkan nilai bagus pada siswa-siswi yang kurang mampu

meregulasi diri dalam bidang akademik..

Forethought Nilai bagus

Kurang mampu Mampu

Total

Dipuji dan mendapatkan hadiah

13.3% .0% 10.0%

15 5 20

Total

100.0% 100.0% 100.0%

Tabel 9. Tabulasi silang forethought dengan cara mengajar guru-guru mudah

dipahami pada siswa-siswi yang kurang mampu meregulasi diri dalam

bidang akademik..

Forethought Memahami cara guru mengajar

Kurang mampu Mampu

(18)

Tabel 10. Tabulasi silang forethought dengan cara guru-guru mengajar

menyenangkan pada siswa-siswi yang kurang mampu meregulasi diri

dalam bidang akademik..

Forethought Cara mengajar menyenangkan

Kurang mampu Mampu

Total

Tabel 11. Tabulasi silang forethought dengan guru-guru membimbing siswa-siswi

dalam belajar pada siswa-siswi yang kurang mampu meregulasi diri

dalam bidang akademik.

Forethought Guru membimbing

Kurang mampu Mampu

Total

Tabel 12. Tabulasi forethought dengan guru-guru memberi motivasi kepada

siswa-siswi pada siswa-siswi yang kurang mampu meregulasi diri dalam

bidang akademik.

Forethought Motivasi guru

Kurang mampu Mampu

(19)

Tabel 13. Tabulasi silang forethought dengan perilaku guru-guru jika siswa-siswi

mendapat nilai jelek pada siswa-siswi yang kurang mampu meregulasi

diri dalam bidang akademik.

Forethought Jika nilai jelek

Kurang mampu Mampu

Total

Tabel 14. Tabulasi silang forethought dengan perilaku guru-guru jika siswa-siswi

mendapat nilai bagus pada siswa-siswi yang kurang mampu meregulasi

diri dalam bidang akademik.

Forethought Nilai Bagus

Kurang mampu Mampu

Total

Tabel 15. Tabulasi silang forethought dengan teman-teman lebih banyak bermain

daripada belajar pada siswa-siswi yang kurang mampu meregulasi diri

dalam bidang akademik.

Forethought Teman lebih banyak bermain

Kurang mampu Mampu

(20)

Tabel 16. Tabulasi silang forethought dengan teman-teman lebih banyak belajar

daripada bermain pada siswa-siswi yang kurang mampu meregulasi diri

dalam bidang akademik.

Forethought Teman lebih baik belajar

Kurang mampu Mampu

Total

Tabel 17. Tabulasi silang forethought dengan siswa-siswi termotivasi jika

temannya mendapat nilai bagus pada siswa-siswi yang kurang mampu

meregulasi diri dalam bidang akademik.

Forethought Motivasi teman

Kurang mampu Mampu

Total

Tabel 18. Tabulasi forethought dengan hukuman jika melanggar tata tertib sekolah

mengganggu kegiatan belajar mengajar pada siswa-siswi yang kurang

mampu meregulasi diri dalam bidang akademik.

Forethought Hukuman menganggu kegiatan belajar

Kurang mampu Mampu

(21)

Tabel 19. Tabulasi silang Performance or volitional control dengan rata-rata

raport terakhir pada siswa-siswi yang kurang mampu meregulasi diri

dalam bidang akademik.

Performance or volitional control Rata-rata raport

Kurang mampu Mampu

Total

Tabel 20. Tabulasi silang Performance or volitional control dengan les tambahan

pada siswa-siswi yang kurang mampu meregulasi diri dalam bidang

akademik.

Performance or volitional control Les Tambahan

Kurang mampu Mampu

Total

Tabel 21. Tabulasi silang Performance or volitional control dengan bimbingan

orang tua pada siswa-siswi yang kurang mampu meregulasi diri dalam

bidang akademik.

Performance or volitional control Bimbingan Orangtua

Kurang mampu Mampu

(22)

Tabel 22. Tabulasi silang Performance or volitional control dengan orangtua ikut

menentukan target pada siswa-siswi yang kurang mampu meregulasi diri

dalam bidang akademik.

Performance or volitional control Orangtua tentukan target

Kurang mampu Mampu

Total

Tabel 23. Tabulasi silang Performance or volitional control dengan motivasi dari

orangtua pada siswa-siswi yang kurang mampu meregulasi diri dalam

bidang akademik.

Performance or volitional control Motivasi Orangtua

Kurang mampu Mampu

Total

Tabel 24. Tabulasi silang Performance or volitional control dengan orangtua

memeriksa nilai akademik.pada siswa-siswi yang kurang mampu

meregulasi diri dalam bidang akademik.

Performance or volitional control Orangtua periksa nilai

Kurang mampu Mampu

(23)

Tabel 25. Tabulasi silang Performance or volitional control dengan perilaku

orangtua jika siswa-siswi mendapatkan nilai jelek pada siswa-siswi yang

kurang mampu meregulasi diri dalam bidang akademik..

Performance or volitional control Nilai jelek Kurang mampu Mampu

Total

Tabel 26. Tabulasi silang Performance or volitional control dengan perilaku

orangtua jika siswa-siswi mendapatkan nilai bagus pada siswa-siswi

yang kurang mampu meregulasi diri dalam bidang akademik..

Performance or volitional control Nilai bagus

Kurang mampu Mampu

Total

Dipuji dan mendapatkan hadiah

6.7% 20.0% 10.0%

15 5 20

Total

100.0% 100.0% 100.0%

Tabel 27. Tabulasi silang Performance or volitional control dengan cara mengajar

guru-guru mudah dipahami pada siswa-siswi yang kurang mampu

meregulasi diri dalam bidang akademik..

Performance or volitional control Memahami cara guru mengajar

Kurang mampu Mampu

(24)

Tabel 28. Tabulasi silang Performance or volitional control dengan cara

guru-guru mengajar menyenangkan pada siswa-siswi yang kurang mampu

meregulasi diri dalam bidang akademik..

Performance or volitional control Cara mengajar menyenangkan

Kurang mampu Mampu

Total

Tabel 29. Tabulasi silang Performance or volitional control dengan guru-guru

membimbing siswa-siswi dalam belajar pada siswa-siswi yang kurang

mampu meregulasi diri dalam bidang akademik.

Performance or volitional control Guru membimbing

Kurang mampu Mampu

Total

Tabel 30. Tabulasi Performance or volitional control dengan guru-guru memberi

motivasi kepada siswa-siswi pada siswa-siswi yang kurang mampu

meregulasi diri dalam bidang akademik.

Performance or volitional control Motivasi guru

Kurang mampu Mampu

(25)

Tabel 31. Tabulasi silang Performance or volitional control dengan perilaku

guru-guru jika siswa-siswi mendapat nilai jelek pada siswa-siswi yang kurang

mampu meregulasi diri dalam bidang akademik.

Performance or volitional control Jika nilai jelek

Kurang mampu Mampu

Total

Tabel 32. Tabulasi silang Performance or volitional control dengan perilaku

guru-guru jika siswa-siswi mendapat nilai bagus pada siswa-siswi yang

kurang mampu meregulasi diri dalam bidang akademik.

Performance or volitional control Nilai Bagus

Kurang mampu Mampu

Total

Tabel 33. Tabulasi silang Performance or volitional control dengan teman-teman

lebih banyak bermain daripada belajar pada siswa-siswi yang kurang

mampu meregulasi diri dalam bidang akademik.

Performance or volitional control Teman lebih banyak bermain

Kurang mampu Mampu

(26)

Tabel 34. Tabulasi silang Performance or volitional control dengan teman-teman

lebih banyak belajar daripada bermain pada siswa-siswi yang kurang

mampu meregulasi diri dalam bidang akademik.

Performance or volitional control Teman lebih baik belajar

Kurang mampu Mampu

Total

Tabel 35. Tabulasi silang Performance or volitional control dengan siswa-siswi

termotivasi jika temannya mendapat nilai bagus pada siswa-siswi yang

kurang mampu meregulasi diri dalam bidang akademik.

Performance or volitional control Motivasi teman

Kurang mampu Mampu

Total

Tabel 36. Tabulasi Performance or volitional control dengan hukuman jika

melanggar tata tertib sekolah mengganggu kegiatan belajar mengajar

pada siswa-siswi yang kurang mampu meregulasi diri dalam bidang

akademik.

Performance or volitional control Hukuman menganggu kegiatan belajar

Kurang mampu Mampu

(27)

Tabel 37. Tabulasi silang Self-reflection dengan rata-rata raport terakhir pada

siswa-siswi yang kurang mampu meregulasi diri dalam bidang

akademik.

Self Reflection Rata-rata raport

Kurang mampu Mampu

Total

Tabel 38. Tabulasi silang Self-reflection dengan les tambahan pada siswa-siswi

yang kurang mampu meregulasi diri dalam bidang akademik.

Self Reflection Les Tambahan

Kurang mampu Mampu

Total

Tabel 39. Tabulasi silang Self-reflection dengan bimbingan orang tua pada

siswa-siswi yang kurang mampu meregulasi diri dalam bidang akademik.

Self Reflection Bimbingan Orangtua

Kurang mampu Mampu

(28)

Tabel 40. Tabulasi silang Self-reflection dengan orangtua ikut menentukan target

pada siswa-siswi yang kurang mampu meregulasi diri dalam bidang

akademik.

Self Reflection Orangtua tentukan target

Kurang mampu Mampu

Total

Tabel 41. Tabulasi silang Self-reflection dengan motivasi dari orangtua pada

siswa-siswi yang kurang mampu meregulasi diri dalam bidang

akademik.

Self Reflection Motivasi Orangtua

Kurang mampu Mampu

Total

Tabel 42. Tabulasi silang Self-reflection dengan orangtua memeriksa nilai

akademik.pada siswa-siswi yang kurang mampu meregulasi diri dalam

bidang akademik.

Self Reflection Orangtua periksa nilai

Kurang mampu Mampu

(29)

Tabel 43. Tabulasi silang Self-reflection dengan perilaku orangtua jika siswa-siswi

mendapatkan nilai jelek pada siswa-siswi yang kurang mampu

meregulasi diri dalam bidang akademik..

Self Reflection Nilai jelek

Kurang mampu Mampu

Total

Tabel 44. Tabulasi silang Self-reflection dengan perilaku orangtua jika siswa-siswi

mendapatkan nilai bagus pada siswa-siswi yang kurang mampu

meregulasi diri dalam bidang akademik..

Self Reflection Nilai bagus

Kurang mampu Mampu

Total

Dipuji dan mendapatkan hadiah

14.3% .0% 10.0%

14 6 20

Total

100.0% 100.0% 100.0%

Tabel 45. Tabulasi silang Self-reflection dengan cara mengajar guru-guru mudah

dipahami pada siswa-siswi yang kurang mampu meregulasi diri dalam

bidang akademik..

Self Reflection Memahami cara guru mengajar

Kurang mampu Mampu

(30)

Tabel 46. Tabulasi silang Self-reflection dengan cara guru-guru mengajar

menyenangkan pada siswa-siswi yang kurang mampu meregulasi diri

dalam bidang akademik..

Self Reflection Cara mengajar menyenangkan

Kurang mampu Mampu

Total

Tabel 47. Tabulasi silang Self-reflection dengan guru-guru membimbing

siswa-siswi dalam belajar pada siswa-siswa-siswi yang kurang mampu meregulasi

diri dalam bidang akademik.

Self Reflection Guru membimbing

Kurang mampu Mampu

Total

Tabel 48. Tabulasi Self-reflection dengan guru-guru memberi motivasi kepada

siswa-siswi pada siswa-siswi yang kurang mampu meregulasi diri dalam

bidang akademik.

Self Reflection Motivasi guru

Kurang mampu Mampu

(31)

Tabel 49. Tabulasi silang Self-reflection dengan perilaku guru-guru jika

siswa-siswi mendapat nilai jelek pada siswa-siswa-siswi yang kurang mampu

meregulasi diri dalam bidang akademik.

Self Reflection Jika nilai jelek

Kurang mampu Mampu

Total

Tabel 50. Tabulasi silang Self-reflection dengan perilaku guru-guru jika

siswa-siswi mendapat nilai bagus pada siswa-siswa-siswi yang kurang mampu

meregulasi diri dalam bidang akademik.

Self Reflection Nilai Bagus

Kurang mampu Mampu

Total

Tabel 51. Tabulasi silang Self-reflection dengan teman-teman lebih banyak

bermain daripada belajar pada siswa-siswi yang kurang mampu

meregulasi diri dalam bidang akademik.

Self Reflection Teman lebih banyak bermain

Kurang mampu Mampu

(32)

Tabel 52. Tabulasi silang Self-reflection dengan teman-teman lebih banyak belajar

daripada bermain pada siswa-siswi yang kurang mampu meregulasi diri

dalam bidang akademik.

Self Reflection Teman lebih baik belajar

Kurang mampu Mampu

Total

Tabel 53. Tabulasi silang Self-reflection dengan siswa-siswi termotivasi jika

temannya mendapat nilai bagus pada siswa-siswi yang kurang mampu

meregulasi diri dalam bidang akademik.

Self Reflection Motivasi teman

Kurang mampu Mampu

Total

Tabel 54. Tabulasi Self-reflection dengan hukuman jika melanggar tata tertib

sekolah mengganggu kegiatan belajar mengajar pada siswa-siswi yang

kurang mampu meregulasi diri dalam bidang akademik.

Self Reflection Hukuman menganggu kegiatan belajar

Kurang mampu Mampu

(33)

Lampiran 3

KATA PENGANTAR

Dalam rangka memenuhi syarat kelulusan mahasiswa Fakultas Psikologi

Universitas Kristen Maranatha, tugas akhir yang harus dipenuhi adalah

penyusunan skripsi. Adapun judul penelitian ini adalah “Studi Deskriptif

Mengenai Kemampuan Regulasi Diri dalam Bidang Akademik pada Siswa-Siswi

Pelaku Pelanggaran Tata Tertib Sekolah (School Misdemeanor) di SMA “X”

Bandung”.

Sehubungan dengan hal tersebut, Saudara dimohon kesediaanya agar

untuk mengisi kuesioner ini. Data yang diperoleh nantinya sangat berguna bagi

penelitian yang akan dilakukan.

Saudara diharapkan mengisi kuesioner ini dengan sebenar-benarnya.

Saudara tidak perlu khawatir atau takut karena kerahasiaan identitas ataupun

jawaban Saudara akan dijaga.

Atas kesediaan dan bantuan Saudara, peneliti mengucapkan terima kasih.

Dengan hormat,

(34)

Identitas Diri

Jawablah pertanyaan di bawah ini sesuai dengan keadaan diri Saudara. 1. Nama (inisial) :

2. Jenis Kelamin : L / P

3. Usia :

4. Kelas :

5. Pendidikan Orangtua

Ayah :……….. Ibu :……….. 6. Pekerjaan Orangtua

Ayah : ……….

Ibu : ……….

Data Penunjang

1. Rata-rata raport :

a. Di atas rata-rata

b. Rata-rata kelas

c. Di bawah rata-rata

2. Apakah Saudara mengikuti les tambahan di luar sekolah ?

Ya / Tidak *

Jika Ya, Apa les tambahan yang Saudara ikuti ?

………

(35)

3. Apakah orangtua membimbing Saudara dalam belajar ?

Ya / Tidak*

4. Apakah orangtua mempengaruhi Saudara dalam menentukan target

akademik ?

Ya / Tidak*

5. Apakah orangtua memotivasi Saudara untuk belajar?

Ya / Tidak*

6. Apakah orang tua memeriksa semua nilai yang Saudara dapatkan di

sekolah?

Ya / Tidak*

7. Apa yang orangtua lakukan, jika Saudara mendapatkan nilai jelek ?

a. Dimarahi b. Dinasehati c. Dibiarkan saja

8. Apa yang orangtua lakukan, jika Saudara mendapatkan nilai bagus ?

a. Dipuji b. Dipuji dan mendapatkan hadiah c. Dibiarkan saja

9. Apakah cara mengajar guru-guru di sekolah mudah Saudara pahami ?

Ya / Tidak*

10.Apakah cara mengajar guru-guru di sekolah menyenangkan ?

Ya / Tidak*

11.Apakah guru-guru di sekolah membimbing Saudara dalam belajar?

Ya / Tidak*

12.Apakah guru-guru di sekolah memotivasi Saudara untuk belajar?

(36)

13.Apa yang guru-guru lakukan, jika Saudara mendapatkan nilai jelek ?

a. Dimarahi b. Dinasehati c. Dibiarkan saja

14.Apa yang guru-guru lakukan, jika Saudara mendapatkan nilai bagus ?

a. Dipuji b. Dibiarkan saja

15.Apakah teman-teman Saudara lebih banyak bermain daripada belajar ?

Ya / Tidak*

16.Apakah teman-teman Saudara lebih banyak belajar daripada bermain ?

Ya / Tidak*

17.Apakah Saudara akan termotivasi ketika melihat teman Saudara

memperoleh nilai yang bagus?

Ya / Tidak*

18.Apakah hukuman yang Saudara terima ketika melanggar tata tertib sekolah

mengganggu kegiatan belajar Saudara?

Ya / Tidak*

(37)

CARA MENGISI

KUESIONER REGULASI DIRI BIDANG AKADEMIK

Pada lembar berikut terdapat pernyataan-pernyataan yang berhubungan

dengan keadaan diri Saudara dalam bidang akademik. Pada masing-masing

pernyataan terdapat 4 pilihan jawaban, yaitu terdiri dari :

SL (SELALU) : Berarti Saudara selalu melakukan kejadian seperti yang disebutkan dalam pernyataan jawaban setiap kali

ada kesempatan dalam seminggu

SR (SERING) : Berarti responden sering kali melakukan kejadian seperti yang disebutkan dalam pernyataan jawaban

tersebut dari semua kesempatan dalam seminggu

JR (JARANG) : Berarti responden hanya sesekali melakukan kejadian seperti yang disebutkan dalam pernyataan jawaban

dari semua kesempatan dalam seminggu

TP (TIDAK PERNAH) : Berarti responden sama sekali tidak pernah melakukan kejadian seperti yang disebutkan dalam pernyataan

jawaban tersebut sekalipun ada kesempatan untuk

melakukannya

Isilah setiap pernyataan sesuai dengan apa yang dialami oleh Saudara.

Caranya adalah dengan memberikan tanda silang (X) pada kotak yang terdapat di samping pernyataan tersebut sesuai dengan keadaan Saudara.

Jawaban Saudara tidak ada yang salah, jika Saudara memilih jawaban

yang sesuai dengan apa yang Saudara lakukan. Bekerjalah dengan teliti, jangan

ada nomor yang terlewatkan.

(38)

No Pernyataan SL SR JR TP 1. Saya menetapkan target nilai yang harus saya capai

dalam setiap ulangan

2. Saya membuat jadwal belajar agar mencapai target nilai yang telah saya tetapkan.

3. Dalam menghadapi mata pelajaran yang sulit, saya yakin dapat mengatasinya karena saya akan mempelajarinya dengan tekun

4. Saya pikir dengan mengerjakan PR dapat membantu saya lebih memahami mata pelajaran lebih baik.

5. Saya memotivasi diri saya sendiri dalam belajar untuk mencapai target nilai yang saya tetapkan

6. Saya akan mengikuti les pada mata pelajaran tertentu jika saya kurang memahami pelajaran tersebut di sekolah

7. Saya mengingatkan diri saya sendiri untuk terus belajar walaupun saya ingin sekali bermain

8. Saya memikirkan hambatan yang akan saya hadapi ketika melaksanakan rencana yang telah saya susun di bidang akademik

9. Saya tetap memfokuskan perhatian saat mempelajari materi pelajaran yang sulit

10. Saya mengerjakan tugas sekolah sesegera mungkin agar tugas tersebut tidak menumpuk dengan tugas lain

11. Bila nilai ulangan yang saya peroleh rendah, karena persiapan yang kurang mantap

12. Saya puas karena target akademik tercapai melalui pelaksanaan yang sesuai dengan rencana yang saya tetapkan

(39)

14. Saya hanya belajar bila besok ada PR atau ulangan di kelas

15. Saya seringkali mencontek, bila menghadapi ulangan mata pelajaran yang sulit

16. Saya seringkali mengabaikan PR yang diberikan di kelas karena besok masih ada kesempatan menconteknya dari teman

17. Saya selalu membutuhkan orang lain untuk membangkitkan semangat saya dalam belajar

18. Saya tidak peduli, walaupun saya kurang dalam memahami suatu mata pelajaran tertentu

19. Saya menunda untuk melaksanakan jadwal belajar yang seharusnya saya kerjakan karena ada teman yang mengajak bermain

20. Saya sulit untuk memfokuskan perhatian mempelajari mata pelajaran yang saya pikir sulit

21. Saya menunda mengerjakan tugas sekolah bila saya merasa tidak bersemangat untuk mengerjakannya 22. Kegiatan diluar kelas yang saya lakukan tidak sesuai

dengan tujuan (goal) akademik yang ingin saya capai

23. Saya tidak peduli walaupun saya tidak memahami materi yang baru dijelaskan oleh guru di kelas

24. Saya tidak peduli nilai ulangan yang saya peroleh selalu mengalami penurunan dari ulangan sebelumnya

25. Bila nilai ulangan yang saya peroleh rendah karena kemampuan saya yang kurang

26. Saya kecewa karena orang tua saya tidak memberi hadiah pada saat saya mampu mencapai target prestasi yang saya tetapkan

27. Tidak tercapainya target nilai yang saya tetapkan pada satu mata pelajaran karena materi pelajaran itu terlalu banyak

(40)

29. Saya mempersiapkan diri dengan belajar jauh hari sebelumnya dalam menghadapi ulangan atau ujian

30. Dalam menghadapi ulangan, saya yakin akan hasil belajar yang telah saya lakukan

31. Saya akan memperhatikan materi yang dijelaskan guru untuk membantu pemahaman akan materi tersebut

32. Saya akan tetap berlatih mengerjakan soal-soal latihan walaupun berulangkali mengalami kegagalan dalam mengerjakannya

33. Saya akan bertanya pada guru bila saya mengalami kesulitan pada mata pelajaran tertentu

34. Saya berusaha agar semua rencana yang telah dijadwalkan dapat terlaksana dengan baik dan selalu tepat waktu

35. Membayangkan keberhasilan yang dapat saya capai, membantu saya untuk berhasil mencapai target prestasi yang saya tetapkan

36. Saya tetap memfokuskan perhatian pada materi yang tengah dijelaskan guru di kelas, walaupun teman di sekitar saya mengobrol

37. Saya mencatat semua materi yang dijelaskan oleh guru di kelas

38. Saya mampu mengatasi kejenuhan ketika sedang belajar

39. Saya mencoba menjawab contoh-contoh soal pertanyaan untuk mengukur penguasaan materi pelajaran

40. Saya melakukan perbandingan target prestasi yang saya peroleh saat ini dengan target prestasi sebelumnya

(41)

42. Saya tidak peduli bila nilai raport yang saya peroleh rendah setiap semester

43. Dalam menghadapi ulangan atau ujian saya mempersiapkan diri dengan belajar secara mendadak

44. Saya tidak memperhatikan guru yang sedang menjelaskan materi di kelas

45. Saya tidak akan mengerjakan soal latihan bila berulangkali mengalami kegagalan dalam mengerjakannya

46. Saya malu untuk bertanya pada guru bila tidak memahami materi yang sedang diajarkan

47. Saya tidak konsisten ketika melaksanakan rencana-rencana yang telah saya jadwalkan

48. Saya seringkali terpaku ketika gagal mencapai target akademik

49. Saya seringkali mengobrol dengan teman bila guru sedang menjelaskan pelajaran di kelas

50. Saya malas untuk membuat catatan materi yang dijelaskan di kelas

51. Bila saya jenuh belajar, saya tidak peduli berapapun nilai ulangan yang saya peroleh

52. Saya malas mencoba menjawab contoh-contoh soal pertanyaan untuk mengukur penguasaan materi pelajaran tertentu

53. Saya tidak peduli terhadap prestasi belajar saya

54. Saya dapat mencapai nilai ulangan lebih baik bila ulangan tersebut tidak dilakukan mendadak

55. Saya menjadi tidak termotivasi untuk belajar, bila orang tua saya tidak memberikan pujian pada saya 56. Menetapkan target nilai adalah hal yang penting untuk

(42)

57. Bila saya belajar sungguh-sungguh tetapi hasil yang diperoleh tidak memuaskan, maka tidak akan menyurutkan keyakinan saya untuk mempelajari mata pelajaran itu

58. Saya berusaha belajar dengan sungguh-sungguh agar target prestasi yang saya tetapkan tercapai

59. Saya berusaha belajar dengan lebih baik untuk memperbaiki kegagalan prestasi akademik saya

60. Saya akan mencari buku diluar buku yang ditentukan sekolah, untuk menambah pengetahuan saya tentang materi tersebut

61. Saya mengerjakan tugas sekolah sesuai dengan yang saya jadwalkan walaupun terdapat acara yang lebih menarik pada waktu yang bersamaan

62. Saya memikirkan target waktu yang saya butuhkan dalam belajar untuk menghadapi ujian yang sulit

63. Saya mengerjakan tugas sekolah dengan penuh perhatian

64. Di rumah, saya membaca kembali setiap pelajaran yang telah dijelaskan

65. Saya mampu mengatasi rasa malas yang datang ketika sedang mengerjakan tugas-tugas sekolah

66. Saya menaikkan target nilai ulangan bila saya merasa mampu menguasai materi pelajaran itu

67. Saya belajar sebaik mungkin agar nilai ulangan yang saya peroleh lebih baik dari teman-teman yang lain

68. Pekerjaan rumah (PR) tidak dapat saya selesaikan karena strategi pengerjaan tugas yang tidak terencana

(43)

70. Bila dalam satu semester saya memperoleh nilai yang baik dalam raport, saya menentukan kembali strategi belajar yang sama untuk semester berikutnya

71. Menetapkan target nilai adalah sesuatu yang membebankan saya

72. Bila nilai ulangan saya rendah, maka akan menurunkan motivasi saya untuk mempelajari mata pelajaran itu

73. Saya merasa sulit untuk tetap terarah dalam belajar agar dapat mencapai target prestasi yang saya tetapkan

74. Saya tidak termotivasi dalam belajar bila gagal mencapai target akademik

75. Saya tidak terbiasa meluangkan waktu untuk membaca buku pelajaran yang ditentukan dari sekolah

76. Saya tidak mempersiapkan diri dengan belajar lebih baik untuk menghadapi ujian mata pelajaran yang sulit

77. Saya malas mengulang membaca pelajaran yang telah dijelaskan di kelas

78. Saya tidak akan mengerjakan tugas sekolah bila saya merasa malas untuk mengerjakannya

79. Saya tidak peduli berapapun nilai yang dapat saya peroleh walaupun saya merasa mampu menguasai materi pelajaran itu

80. Saya mencontek ketika ulangan agar nilai ulangan saya bagus

(44)

Lampiran 4

Hasil Pengolahan Data Penunjang

1. Hasil rata-rata raport terakhir ?

Rata-rata raport N Persentase Di atas rata-rata 12 38.7 % Di bawah rata-rata 14 45.2 %

rata-rata 5 16.1 %

Total 31 100 %

2. Siswa-siswi mengikuti les tambahan di luar sekolah.

Les Tambahan N Persentase

Tidak 7 22.6 %

Ya 24 77.4 %

Total 31 100 %

3. Orangtua membimbing belajar.

Bimbingan Orangtua N Persentase

Tidak 16 51.6 %

Ya 15 48.4 %

Total 31 100 %

4. Orangtua mempengaruhi siswa-siswi dalam menentukan target.

Orangtua tentukan target akademik N Persentase

Tidak 13 41.9 5

Ya 18 58.1 %

(45)

5. Orangtua memotivasi siswa-siswi.

Motivasi Orangtua N Persentase

Tidak 6 19.4 %

Ya 25 80.6 %

Total 31 100 %

6. Orangtua memeriksa nilai siswa-siswi yang didapatkan di sekolah.

Orangtua memeriksa nilai N Persentase

Tidak 21 67.7 %

Ya 10 32.3 %

Total 31 100 %

7. Yang orangtua lakukan jika siswa-siswi mendapatkan nilai jelek.

Nilai jelek N Persentase Dibiarkan saja 3 9.7 %

Dimarahi 7 22.6 %

Dinasehati 21 67.7 %

Total 31 100 %

8. Yang orangtua lakukan jka siswa-siswi mendapatkan nilai bagus

Nilai bagus N Persentase

Dibiarkan saja 18 58.1 %

Dipuji 11 35.5 %

Dipuji dan mendapatkan hadiah 2 6.5 %

Total 31 100 %

9. Cara mengajar guru-guru di sekolah mudah dipahami.

Memahami cara guru mengajar N Persentase

Tidak 16 51.6 %

Ya 15 48.4 %

(46)

10.Cara mengajar guru-guru mengajar menyenangkan.

Cara mengajar menyenangkan N Persentase

Tidak 23 74.2 %

Ya 8 25.8 %

Total 31 100 %

11.Guru-guru membimbing dalam belajar.

Guru membimbing N Persentase

Tidak 12 38.7 %

Ya 19 61.3 %

Total 31 100 %

12.Guru-guru memotivasi siswa-siswi.

Motivasi guru N Persentase Tidak 13 41.9 %

Ya 18 58.1 %

Total 31 100 %

13.Yang guru lakukan jika siswa-siswi mendapatkan nilai jelek.

Jika nilai jelek N Persentase Dibiarkan saja 19 61.3 % Dinasehati 12 38.7 %

Total 31 100 %

14.Yang guru lakukan jik siswa-siswi mendapatkan nilai bagus.

Nilai Bagus N Persentase Dibiarkan saja 26 83.9 %

Dipuji 5 16.1 %

(47)

15.Teman-teman lebih banyak bermain daripada belajar.

Teman lebih

banyak bermain N Persentase

Tidak 3 9.7 %

Ya 28 90.3 %

Total 31 100 %

16.Teman-teman lebih banyak belajar daripada bermain.

Teman lebih banyak belajar N Persentase

Tidak 30 96.8 %

Ya 1 3.2 %

Total 31 100 %

17.Siswa-siswi termotivasi jika melihat temannya memperoleh nilai yang

bagus?

Motivasi teman N Persentase

Tidak 6 19.4 %

Ya 25 80.6 %

Total 31 100 %

18. Hukuman mengganggu kegiatan belajar-mengajar.

Hukuman menganggu

kegiatan belajar mengajar N Persentase

Tidak 16 51.6 %

Ya 15 48.4 %

(48)

Lampiran 5

(49)
(50)
(51)
(52)

Forethought Performance/volitional control Self -Reflection Regulasi Diri 56 Kurang mampu 56 Kurang mampu 45 Kurang mampu Kurang mampu 47 Kurang mampu 37 Kurang mampu 35 Kurang mampu Kurang mampu 70 Kurang mampu 66 Kurang mampu 49 Mampu Kurang mampu 66 Kurang mampu 69 Kurang mampu 47 Kurang mampu Kurang mampu 66 Kurang mampu 64 Kurang mampu 42 Kurang mampu Kurang mampu

84 Mampu 80 Mampu 53 Mampu Mampu

78 Kurang mampu 68 Kurang mampu 50 Mampu Kurang mampu 79 Mampu 67 Kurang mampu 48 Kurang mampu Kurang mampu 75 Kurang mampu 67 Kurang mampu 47 Kurang mampu Kurang mampu

81 Mampu 77 Mampu 52 Mampu Mampu

74 Kurang mampu 67 Kurang mampu 52 Mampu Kurang mampu 80 Mampu 72 Mampu 43 Kurang mampu Kurang mampu

86 Mampu 73 Mampu 49 Mampu Mampu

83 Mampu 80 Mampu 47 Kurang mampu Kurang mampu

82 Mampu 76 Mampu 51 Mampu Mampu

91 Mampu 84 Mampu 51 Mampu Mampu

89 Mampu 83 Mampu 53 Mampu Mampu

64 Kurang mampu 60 Kurang mampu 43 Kurang mampu Kurang mampu 86 Mampu 74 Mampu 45 Kurang mampu Kurang mampu

87 Mampu 82 Mampu 55 Mampu Mampu

90 Mampu 86 Mampu 51 Mampu Mampu

71 Kurang mampu 78 Mampu 52 Mampu Kurang mampu 73 Kurang mampu 69 Kurang mampu 44 Kurang mampu Kurang mampu

100 Mampu 98 Mampu 54 Mampu Mampu

80 Mampu 71 Mampu 50 Mampu Mampu

87 Mampu 81 Mampu 49 Mampu Mampu

68 Kurang mampu 66 Kurang mampu 46 Kurang mampu Kurang mampu 70 Kurang mampu 70 Kurang mampu 41 Kurang mampu Kurang mampu 76 Kurang mampu 76 Mampu 48 Kurang mampu Kurang mampu 80 Mampu 61 Kurang mampu 52 Mampu Kurang mampu 77 Kurang mampu 63 Kurang mampu 54 Mampu Kurang mampu

(53)

1

Universitas Kristen Maranatha

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang membangun negara

demi kelangsungan kesejahteraan rakyatnya, dan untuk itu diperlukan sumber

daya manusia yang berkualitas. Menurut kepala sekolah di salah satu sekolah

tinggi Drs. H. Endin Nasrudin, M.Sc, kualitas sumber daya manusia di

Indonesia menempati posisi ke-45 dari 48 negara-negara Asia dan kondisi ini

memperlihatkan betapa rendahnya mutu pendidikan di negara kita (Pikiran

Rakyat, 3 Januari 2004). Oleh karena itu, untuk meningkatkan pembangunan

dapat dilakukan dengan cara meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang

ada di negara ini.

Remaja sebagai generasi muda penerus bangsa dituntut mempersiapkan

diri untuk membangun negara. Selain itu, remaja merupakan tenaga terdidik yang

dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia demi kemajuan bangsa dan

negara di masa yang akan datang. Hal ini didukung dengan remaja yang mulai

memikirkan studi lebih lanjut di perguruan tinggi dan pilihan bidang pekerjaan

yang ingin diraih di masa depannya. Dengan demikian sumber daya manusia

dapat ditingkatkan oleh remaja dengan berbagai cara, salah satunya adalah dengan

mendapatkan bekal ilmu pengetahuan melalui kegiatan belajar-mengajar di

(54)

Universitas Kristen Maranatha 2

Sekolah menjadi tempat bagi remaja untuk menyibukkan diri,

bersosialisasi dan tempat untuk mendapatkan pendidikan (Entwistle, 1990 dalam

Steinberg, 1993). Siswa-siswi melakukan kegiatan belajar-mengajar di kelas,

pengembangan keterampilan dan hobi melalui kegiatan ekstrakulikuler serta

bersosialisasi dengan teman sebaya dan guru di sekolah. Sekolah memiliki

peraturan tata tertib yang harus ditaati oleh siswa-siswi, akan tetapi jika peraturan

tersebut dilanggar maka siswa-siswi akan dikenai sanksi.

Menurut kepala sekolah salah satu SMA di Bandung Dra. Emi Yuliaty,

M. Pd, selain berperan sebagai lembaga pendidikan yang memberikan transfer

ilmu pengetahuan, sekolah juga berperan sebagai lembaga yang merangsang siswa

untuk mengembangkan diri. Siswa sebagai remaja memiliki beragam masalah

yang tidak hanya berkaitan dengan bidang akademik, tetapi juga dalam bidang

lain yang dapat mempengaruhi keberhasilan akademiknya (Pikiran Rakyat, 16

Januari 2004). Salah satu permasalahan yang dapat mempengaruhi bidang

akademik tersebut adalah pelanggaran tata tertib. Pelanggaran-pelanggaran tata

tertib dilakukan remaja baik itu di rumah, masyarakat dan sekolah. Menurut

Hurlock (1973), pelanggaran tata tertib yaitu tindakan-tindakan yang secara

sengaja menentang atau melanggar peraturan yang diberikan oleh orang tua, guru

atau orang lain sebagai otoritas disebut dengan istilah misdemeanor. Misdemeanor sering merupakan tanda dari adanya kecenderungan delinquency.

Tindakan-tindakan yang melanggar aturan-aturan di sekolah seperti meninggalkan jam

(55)

Universitas Kristen Maranatha 3

dan gagal mempersiapkan tugas, masuk ke dalam jenis school misdemeanor atau

dikenal dengan pelanggaran tata tertib sekolah (Hurlock, 1973).

Setiap sekolah terdapat peraturan tata tertib sekolah yang pernah dilanggar

oleh siswa-siswinya, salah satunya adalah SMA “X” Bandung. SMA “X”

merupakan salah satu sekolah yang memiliki peraturan tata tertib yang ketat

beserta sanksi yang jelas. Peraturan tersebut diterapkan oleh kepala sekolah, guru

dan wali kelas pada siswa-siswinya. Peraturan tata tertib sekolah tersebut

tercantum di dalam buku siswa. Setiap siswa-siswi SMA “X” diwajibkan

memiliki buku siswa yang harus dibawa setiap hari dan menjaganya selama

menjadi siswa-siswi sekolah tersebut. Buku siswa tersebut antara lain berisi

peraturan tata tertib, catatan perilaku pelanggaran siswa-siswi serta sanksi yang

diberikan. Buku siswa tersebut wajib ditandatangani oleh orangtua dan siswa yang

bersangkutan.

Bentuk sanksi atau hukuman yang diberikan kepada siswa-siswi SMA

“X”, jika mereka melanggar tata tertib adalah mendapatkan tugas tertulis dari

guru, mendapat nilai “nol” jika ketahuan menyontek dan memberikan contekan

kepada siswa lain, serta tidak diperkenankan mengikuti 2 jam pelajaran jika

terlambat hadir di sekolah. Apabila telah 3-4 kali melakukan pelanggaran, akan

mendapatkan teguran lisan atau tertulis dari guru maupun kepala sekolah yang

dicatat di buku siswa, kemudian memanggil orangtua siswa-siswi yang

(56)

Universitas Kristen Maranatha 4

Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah SMA “X” Bandung,

meskipun peraturan tata tertib beserta sanksi sudah diketahui oleh semua

siswa-siswi, namun masih terjadi pelanggaran tata tertib di sekolah tersebut.

Pelanggaran tata tertib sekolah paling sering dilakukan oleh siswa-siswi kelas 1

dan kelas 2. Jenis pelanggaran yang paling sering dilakukan oleh siswa-siswi

kelas 1, 2 maupun kelas 3 adalah terlambat hadir di sekolah. Jenis pelanggaran

lain yang juga dilakukan adalah membolos yaitu datang ke sekolah kemudian

meninggalkan jam pelajaran tanpa alasan yang jelas atau tidak hadir tanpa alasan,

menyontek, membawa handphone, dan tidak menggunakan perlengkapan seragam

seperti ikat pinggang.

Berdasarkan survey awal dari 25 siswa-siswi yang sering melakukan

pelanggaran tata tertib sekolah, diketahui bahwa 22 siswa-siswi (88%) terlambat

datang ke sekolah, 20 siswa-siswi (80%) tidak mengerjakan tugas, 10 siswa-siswi

(40%) menyontek, 6 siswa-siswi (24%) meninggalkan jam pelajaran sekolah, dan

5 siswa-siswi (20%) bolos dengan sengaja. Siswa-siswi melakukan pelanggaran

tata tertib dengan salah satu alasannya adalah kurang menyukai guru mereka di

kelas sehingga mereka kurang menyukai dan menghindari mata pelajaran tersebut

dan berdasarkan hasil angket tahunan yang disebarkan kepada siswa-siswi SMA

“X” oleh guru kurikulum, diketahui bahwa siswa -siswi merasa hebat jika

melanggar tata tertib tanpa diketahui oleh pihak sekolah, selain itu juga merasa

(57)

Universitas Kristen Maranatha 5

Kepala sekolah SMA “X” mengatakan bahwa siswa -siswi yang melakukan

pelanggaran tata tertib diantaranya terdapat siswa-siswi yang sebenarnya cerdas

dan kreatif. Siswa-siswi yang sering melakukan pelanggaran tata tertib memiliki

prestasi akademik berkisar rata-rata ke bawah dibandingkan dengan siswa-siswi

yang tidak melakukan pelanggaran tata tertib. Hal ini bukan karena kecerdasan

yang kurang, akan tetapi karena kurang memiliki motivasi yang kuat dalam

bidang akademik dan kurang berminat mengikuti kegiatan pembelajaran yang di

sekolah.

Motivasi belajar merupakan salah satu bagian dari kemampuan regulasi

diri yang dibutuhkan oleh siswa-siswi agar mampu meregulasi diri dalam bidang

akademik untuk mencapai tujuan akademik yang diharapkan oleh diri sendiri,

orang tua dan guru di sekolah. Dan pelanggaran tata tertib yang dilakukan

siswa-siswi seperti terlambat datang ke sekolah, tidak mengerjakan tugas, menyontek,

meninggalkan jam pelajaran sekolah, dan membolos dengan sengaja merupakan

perilaku yang berkaitan dengan siswa-siswi tersebut kurang mampu meregulasi

diri dalam bidang akademik sehingga dapat menghambat keberhasilan

akademiknya (Zimmerman & Martinez-Pons, Brody, Stoneman, & Flo dalam

Boekaerts, 2000)..

Siswa-siswi dikatakan mampu meregulasi dirinya dalam bidang akademik

apabila mampu merencanakan, menerapkan pemikiran dan perasaan-perasaan,

serta tindakan secara berulang-ulang yang didasari oleh keyakinan, motivasi dari

dalam diri untuk mencapai tujuan (goal) akademik sesuai dengan yang telah

(58)

Universitas Kristen Maranatha 6

tiga fase yaitu fase forethought dimana siswa-siswi memiliki tujuan akademik

yang diterapkan dengan cara menyusun strategi perencanaan dalam kegiatan

belajarnya, serta ditunjang dengan adanya keyakinan dari dalam diri. Fase

forethought pada siswa-siswi SMA”X” misalnya memiliki target nilai ketika menghadapi ulangan dan ujian. Fase performance or volitional control,

siswa-siswi akan melaksanakan semua rencana-rencana belajar yang telah disusunnya

untuk mencapai tujuan akademiknya, seperti memiliki jadwal belajar, belajar

sebelum ujian berlangsung dan melakukan pembagian waktu untuk setiap

kegiatan. Fase self reflection, siswa-siswi melakukan evaluasi terhadap hasil dari

tujuan akademik dan rencana yang telah dilaksanakan sesuai dengan yang ingin

dicapainya, misalnya membandingkan prestasi yang telah berhasil dicapai dengan

rencana yang telah ditetapkan sebelumnya guna menjadi bahan pertimbangan bagi

siswa-siswi SMA “X” untuk menentukan target akademik selanjutnya.

Di SMA “X” ulangan harian setiap mata pelajaran dilakukan minimal 6

kali dalam satu semester. Selain itu ada 2 kali pekan ulangan selama seminggu

yang dilakukan dengan mengambil waktu dari salah satu jam pelajaran. Setelah

itu siswa-siswi akan menghadapi pra-ujian sebelum ujian di akhir semester.

Dengan banyaknya ujian dalam satu semester diharapkan siswa-siswi SMA “X”

mampu meregulasi dirinya dalam bidang akademik seperti menetapkan tujuan dan

menggunakan strategi yang tepat untuk mencapai tujuan akademik, mengerjakan

tugas yang diberikan oleh guru, mengatur jadwal belajar, mentaati aturan yang

ditetapkan sekolah agar dapat mengikuti pembelajaran dengan lancar sehingga

(59)

Universitas Kristen Maranatha 7

Berdasarkan survey awal berupa kuesioner yang dilakukan oleh peneliti

kepada 25 siswa-siswi SMA “X” Bandung yang melakukan pelanggaran tata

tertib sekolah, diperoleh hasil 40% (10 siswa-siswi) mampu meregulasi dirinya

dalam bidang akademik. Siswa-siswi memiliki tujuan akademik (forethought), hal

ini tampak dari mendapatkan nilai yang baik dalam ulangan dan ujian, naik kelas,

kemudian memasuki program studi serta kuliah di jurusan yang diminatinya.

Mereka mampu menyusun rencana kemudian akan melaksanakannya

(performance or volitional control) dengan belajar, membuat jadwal belajar,

mengikuti les tambahan di luar sekolah, mengurangi waktu bermain,

memperhatikan guru ketika di kelas, walaupun merasa akan malas melakukannya

dan tergoda untuk bermain. Mereka juga melakukan evaluasi terhadap apa yang

telah berhasil diperolehnya untuk menentukan target berikutnya. Evaluasi yang

dilakukan (self reflection) yaitu membandingkan hasil dari performance yang

telah berhasil dengan target yang ditentukan sebelumnya. Siswa-siswi yang

memiliki target nilai ulangan akan membandingkan nilai yang telah diperoleh

dengan rencana sebelumnya. Mereka melakukan evaluasi agar tidak melakukan

lagi kesalahan ketika melakukan perencanaan berikutnya dan untuk mendapatkan

hasil yang lebih baik lagi.

Kemudian, 60% (15 siswa-siswi) kurang mampu meregulasi dirinya

karena siswa-siswi tersebut kurang mampu melakukan satu atau lebih fase

regulasi diri yaitu forethought, performance or volitional control dan

(60)

Universitas Kristen Maranatha 8

tidak terlalu peduli dengan nilai yang diperolehnyan. 53% (8 siswa-siswi) kurang

mampu menyusun rencana dan yang akan dilaksanakannya (performance or

volitional control) dengan alasan malas dan tidak yakin rencana-rencana yang telah disusunnya dapat mencapai target akademik. 67% (10 siswa-siswi) kurang

mampu mengevaluasi diri (self reflection) dengan alasan menerima apapun hasil

yang akan diperolehnya tanpa perlu mengevaluasinya, tidak yakin dirinya mampu

mencapai target akademik dan takut mengalami kegagalan.

Berdasarkan fakta-fakta di atas, siswa-siswi SMA “X” yang melakukan

pelanggaran tata tertib sekolah sebagian besar kurang mampu meregulasi diri

dalam bidang akademik, namun terdapat siswa-siswi yang melakukan pelanggaran

tata tertib mampu meregulasi diri dalam bidang akademik. Dengan demikian,

peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dekskriptif mengenai kemampuan

regulasi diri dalam bidang akademik pada pelaku pelanggaran tata tertib sekolah

(School Misdemeanor) di SMA “X ” Bandung.

1.2Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka ingin

diketahui bagaimana kemampuan regulasi diri dalam bidang akademik pada

siswa-siswi yang melakukan pelanggaran tata tertib sekolah (School

(61)

Universitas Kristen Maranatha 9

1.3Maksud dan Tujuan Penelitian

• Maksud dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai

kemampuan regulasi diri dalam bidang akademik pada siswa-siswi yang

melakukan pelanggaran tata tertib sekolah di SMA “X” Bandung.

• Tujuan dari penelitian ini adalah ingin mengetahui gambaran lebih rinci

mengenai taraf kemampuan regulasi diri dalam bidang akademik pada

siswa-siswi yang melakukan pelanggaran tata tertib sekolah di SMA “X”

Bandung.

1.4Kegunaan penelitian

1.4.1 Kegunaan Teoritis

- Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tambahan bagi

Ilmu Psikologi, khususnya Psikologi Pendidikan mengenai

kemampuan regulasi diri dalam bidang akademik.

- Penelitian ini sebagai masukan bagi penelitian selanjutnya yang

membahas mengenai kemampuan regulasi diri dalam bidang

akademik.

1.4.2 Kegunaan Praktis

- Sebagai bahan informasi bagi sekolah yang bersangkutan, terutama

dalam penyusunan program bimbingan bagi siswa-siswi yang

melakukan pelanggaran tata tertib sekolah mengenai kemampuan

regulasi diri dalam bidang akademik, agar mereka dapat mencapai

(62)

Universitas Kristen Maranatha 10

- Sebagai bahan informasi bagi siswa-siswi mengenai pentingnya

kemampuan regulasi diri dalam bidang akademik, agar siswa-siswi

dapat mengembangkan kemampuan regulasi diri untuk mencapai

tujuan (goal) akademik dan tidak melakukan pelanggaran tata tertib

sekolah.

1.5 Kerangka Pemikiran

Siswa-siswi SMA ”X” Bandung (16 -19 tahun) berada pada taraf

perkembangan masa remaja yang merupakan periode perkembangan dalam suatu

kurun kehidupan manusia yang selalu dilalui dan juga merupakan masa peralihan

antara masa anak-anak menuju masa dewasa. Remaja mengalami

perubahan-perubahan dasar yaitu perubahan-perubahan biologis, kognitif dan sosial yang secara

universal dialami remaja (Steinberg, 1993).

Banyak keputusan penting dengan konsekuensi jangka panjang tentang

sekolah dan karir yang dibuat selama masa remaja. Keputusan-keputusan ini

tergantung pada evaluasi keberhasilan remaja di sekolah terhadap kompetensi dan

harapan-harapan mereka pada masa yang akan datang (Henderson & Dweek,

1990 dalam Steinberg, 1993). Untuk itu siswa-siswi SMA “X” Bandung sebag ai

remaja mengikuti kegiatan belajar mengajar di sekolah untuk mempersiapkan diri

(63)

Universitas Kristen Maranatha 11

Akan tetapi, tidak semua remaja mampu mengikuti kegiatan

belajar-mengajar dengan baik, misalnya saja remaja yang misdemeanor yaitu remaja yang

secara sengaja menentang aturan-aturan yang dibuat orangtua, guru atau orang

lain yang merupakan figur otoritas (Hurlock, 1973). Misdemeanor dibagi 3 yaitu

misdemeanor rumah, misdemeanor masyarakat, dan misdemeanor sekolah. Misdemeanor yang dilakukan di sekolah lebih dikenal dengan sebutan pelanggaran tata tertib sekolah. Hurlock (1973) memberikan contoh pelanggaran

tata tertib sekolah diantaranya adalah: meninggalkan jam pelajaran sekolah,

terlambat dan bolos secara sengaja, menyontek dan berkelahi. Hal ini dapat

merugikan siswa-siswi yang melakukan pelanggaran tata tertib sekolah yaitu

mereka memperlihatkan ketidakseriusan dalam belajarnya di sekolah.

Menurut Hurlock (1973), pelanggaran tata tertib yang dilakukan dapat

disebabkan oleh kurangnya latihan atau mendapatkan latihan yang salah di rumah

atau sekolah sehingga dapat menyebabkan kebingungan dan mengarah pada

pelanggaran hukum yang bersifat ringan (misdemeanor). Kekecewaan yang kuat

di rumah atau sekolah sering disalurkan dengan melanggar peraturan dengan

sengaja untuk mengadakan pembalasan. Demikian juga dengan perasaan kurang

diperhatikan, akan membuat siswa-siswi melanggar hukum dengan harapan

mendapatkan kekaguman untuk keberaniannya, hasrat untuk membuat sensasi,

dan meyakinkan dirinya sendiri serta teman sebayanya mengenai kemandiriannya

(64)

Universitas Kristen Maranatha 12

Biasanya perilaku sering melanggar tata tertib diikuti dengan hasil

akademik yang kurang memuaskan, karena siswa-siswi SMA “X” yang sering

melakukan pelanggaran tata tertib sekolah cenderung kurang peduli dengan

pelajaran di sekolah, kurang berminat mengikuti kegiatan belajar-mengajar di

sekolah, dan kurang berminat mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru.

Sebenarnya, dengan pembelajaran di sekolah diharapkan siswa-siswi dapat

menyelesaikan dengan baik tugas-tugas perkembangan yang dihadapi saat ini

untuk mencapai tahap perkembangan selanjutnya. Oleh karena itu, siswa-siswi

SMA “X” yang melakukan pelanggaran tata tertib sekolah memerlukan

kemampuan regulasi diri dalam bidang akademik untuk mencapai

rencana-rencana akademiknya di masa depan.

Kemampuan meregulasi diri dalam bidang akademik adalah thoughts

(pemikiran-pemikiran), feelings (perasaan-perasaan), dan action (tindakan) yang

direncanakan dan diterapkan oleh siswa-siswi SMA “X” yang melakukan

pelanggaran tata tertib sekolah secara berulang-ulang untuk mencapai tujuan

akademiknya (personal goals) yang didasari oleh keyakinan dan motivasi dalam

diri (Schunk, 1994; Zimmerman, 1989, 1990, 2000, Zimmerman & Kitsantas,

1996; dalam Boekaerts, 2000). Dalam meregulasi diri, siswa-siswi mengalami

tiga fase yang merupakan siklus yaitu forethought, performance or volitional

(65)

Universitas Kristen Maranatha 13

Fase forethought berkaitan dengan proses-proses yang mempengaruhi

usaha yang dilakukan sebelum bertindak dan mengatur strategi untuk mencapai

tujuan akademik. Pada fase ini, siswa-siswi yang SMA “X” yang melakukan

pelanggaran tata tertib sekolah mampu meregulasi dirinya akan mampu

melakukan task analysis yang meliputi penentuan tujuan dan strategi untuk

mencapai tujuan akademik yang telah ditentukan. Dalam task analysis,

siswa-siswi akan melakukan goal setting yaitu menentukan tujuan akademik yang ingin

diraihnya, kemudian melakukan strategic planning yaitu menyusun strategi yang

tepat untuk mencapai tujuan akademiknya. Siswa-siswi yang ingin mendapatkan

nilai yang baik, naik kelas, dan memasuki jurusan di bangku kuliah sesuai dengan

minatnya akan menyusun jadwal belajar, mengerjakan tugas yang diberikan oleh

guru, dan belajar sebelum menghadapi ulangan atau ujian. Sedangkan, siswa-siswi

SMA “X” yang melakukan pelanggara n tata tertib sekolah yang kurang mampu

meregulasi dirinya biasanya membuat target-target yang ingin dicapainya tapi

kurang menyesuaikan tujuan dan pilihan strategi dengan tepat dalam mengerjakan

tugas mereka.

Agar tujuan dan strategi yang telah ditetapkan dapat tercapai maka harus

disertai dengan self motivation beliefs. Self motivation beliefs terdiri dari self

efficacy, outcome expectations, dan intrinsic interest or valuing dan goal orientation. Self efficacy mengacu pada personal beliefs (keyakinan diri) untuk belajar dan bertindak, yaitu keyakinan siswa-siswi mendapatkan nilai yang baik,

naik kelas dan memasuki jurusan di bangku kuliah yang diminatinya. Outcomes

(66)

Universitas Kristen Maranatha 14

keyakinan siswa-siswi terhadap harapan pencapaian hasil dari kegiatan belajarnya

yang telah dilakukannya. Intrinsic interest or valuing dan goal orientation

mengacu pada motivasi dari dalam diri untuk mencapai suatu tujuan (goal) dan

usaha yang dilakukan oleh siswa-siswi agar memiliki hasil yang lebih baik.

Siswa-siswi akan memotivasi dirinya sendiri dalam mencapai tujuan akademiknya

dengan melaksanakan strategi yang telah disusunnya dan terus-menerus berusaha

untuk mencapai hasil yang lebih baik. Sebaliknya, kekurangan motivasi belajar

dalam diri dapat menyebabkan siswa-siswi SMA “X” yang melakukan

pelanggaran tata tertib sekolah menunjukkan perilaku kurang berminat ketika

mengikuti pembelajaran di sekolah.

Pada fase Performance or volitional control meliputi proses-proses yang

terjadi selama usaha itu akan berlangsung, dan dampak dari perhatian serta

tindakan yang dilakukan. Pada fase ini, siswa-siswi SMA “X” yang melakukan

pelanggaran tata tertib sekolah akan melaksanakan strategi perencanaan yang

telah disusunnya untuk mencapai tujuan (goal) yang telah ditetapkannya.

Siswa-siswi memiliki self control, yaitu mengarahkan diri melaksanakan rencana untuk

mencapai tujuan akademiknya. Siswa-siswi akan membayangkan keberhasilan

dari tujuan akademik yang ingin diraih, dengan memfokuskan perhatian dengan

mengabaikan gangguan-gangguan yang muncul di lingkungan. Hal tersebut

dilakukan ketika akan melaksanakan rencana yang telah disusun, demi

(67)

Universitas Kristen Maranatha 15

Setelah self control pada fase performance or volitional control terdapat

self observation yaitu pengamatan terhadap pemahaman diri. Self observation ini berkenaan dengan aspek spesifik yang dimiliki seseorang dari performancenya.

Hal tersebut dipengaruhi oleh kondisi lingkungan sekitarnya serta dampak dari

performance yang mampu dilakukannya (Zimmerman & Paulsen, 1995, dalam Boekaerts, 2000). Siswa-siswi SMA “X” yang melakukan pelanggaran tata tertib

sekolah akan melakukan self-recording yaitu melakukan pengamatan terhadap

strategi yang pernah dilaksanakannya seperti kegiatan belajar. Kemudian

siswa-siswi akan melakukan self experimentation yaitu mencoba strategi baru, dimana

siswa-siswi memperhatikan pola-pola tindakan secara berulang, seperti pada saat

mereka memperoleh hasil yang tidak sesuai dengan tujuan maka mereka akan

mencari penyebab dari kegagalan. Kemudian mereka memperbaharui strateginya

untuk mendapatkan hasil sesuai dengan tujuannya, sehingga mengarahkan

siswa-siswi pada pemahaman diri yang semakin besar dan performance or volitional

control yang lebih baik.

Fase Self reflection merupakan fase terakhir dari regulasi diri. Self

reflection meliputi proses yang terjadi setelah suatu usaha dilakukan dan pengaruh dari respon individu terhadap pengalamannya itu, dan akan mempengaruhi

perencanaan siswa-siswi selanjutnya. Pada fase ini terdiri dari self judgement dan

self reactions. Siswa-siswi SMA “X” yang melakukan pelanggaran tata tertib sekolah memiliki self judgement yaitu usaha yang dilakukan siswa-siswi untuk

mengevaluasi tindakan yang telah berhasil dilakukannya (self evaluatif), dan

(68)

Universitas Kristen Maranatha 16

Pada self reaction, siswa-siswi akan mempersepsi kepuasan atau ketidakpuasan

(self satisfaction/affect) terhadap performance yang dilakukannya, dan membuat

kesimpulan dari usaha-usaha belajar yang telah dilakukannya untuk mencapai

tujuannya (adaptive/defensive inference).

Kepuasan yang dirasakan oleh siswa-siswi SMA “X” yang melakukan

pelanggaran tata tertib sekolah tergantung pada nilai-nilai intrinsiknya terhadap

tugas-tugas akademiknya. Misalnya, jika siswa-siswi memandang nilai ulangan

pelajaran IPA lebih penting dibandingkan nilai mata pelajaran lainnya, maka

mereka akan merasakan ketidakpuasan yang besar dan kecemasan jika

mendapatkan penilaian performance yang tidak menyenangkan. Sebaliknya,

siswa-siswi yang memandang nilai ulangan tersebut tidak penting untuk

diperhatikan maka siswa-siswi tersebut tidak akan merasakan stress yang

berlebihan. Siswa-siswi yang mempunyai self-regulated yang tinggi akan

menghargai perasaan intrinsik terhadap self-respect dan self-satisfaction dari

pekerjaan yang telah dilakukan dengan lebih baik daripada memperoleh reward

yang bersifat material (Bandura, 1997; dalam Boekaerts, 2000). Kepuasan diri

yang dialami oleh siswa-siswi dapat meningkatkan self-motivational beliefs dalam

mencapai tujuan akademik yang diharapkan selanjutnya. Sebaliknya,

ketidakpuasan diri dapat menurunkan keyakinan diri siswa-siswi dan minat

Gambar

Tabel 18. Tabulasi forethought dengan hukuman jika melanggar tata tertib sekolah
Tabel 21. Tabulasi silang Performance or volitional control dengan bimbingan
Tabel 22. Tabulasi silang Performance or volitional control dengan orangtua ikut
Tabel 25. Tabulasi silang Performance or volitional control dengan perilaku
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tersedianya obat-obat yang diperlukan dalam sediaan generik akan mempercepat penurunan biaya obat yang harus ditanggung pemerintah, cara lain adalah dengan mengharuskan rumah

Aktivitas mengindra karya seni rupa, merasakan, menikmati, menghayati dan menghargai nilai-nilai keindahan dalam karya seni serta menghormati keberagaman konsep artistic seni

The objective of this study is to compare the perceptions of achieving a successful life derived from Chinese and American culture as revealed in Amy Tan’s

Kewajiban konsumen membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati dengan pelaku usaha adalah hal yang sudah biasa dan sudah semestinya demikian.Kewajiban yang perlu

N!oH, jlhr NioH lie

[r]

Oleh karena itu, dibutuhkan suatu Sistem Informasi Simpan Pinjam di Koperasi Palito yang berbasis android dan web dengan tujuan untuk mempercepat dan mempermudah

kedudukan anak perempuan dalam hak waris adat Batak Toba yang ada di Semarang. Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan penulis membahas