Universitas Kristen Maranatha
ABSTRAK
Penelitian ini bejudul Studi deskriptif mengenai kemampuan regulasi diri dalam bidang akademik pada siswa-siswi pelaku pelanggaran tata tertib sekolah (School Misdemeanor) di SMA “X” Bandung. Subyek dari penelitian ini adalah siswa-siswi kelas 1 sampai 3 di SMA “X” Bandung yang melakukan pelanggaran tata tertib sekolah.
Teori yang digunakan adalah regulasi diri dari Zimmerman (1998, dalam Boekaerts, 2000). Regulasi diri adalah kemampuan untuk melakukan perencanaan terhadap pikiran, perasaan, dan tindakan yang direncanakan dan diterapkan secara berulang-ulang untuk mencapai tujuan pribadi (goal) yang didasari oleh keyakinan dan motivasi dari dalam diri individu. Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner regulasi diri berdasarkan teori regulasi diri dari Zimmerman (1998, dalam Boekaerts, 2000). Sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian ini, maka rancangan penelitian yang digunakan adalah teknik survey.
Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Pengambilan sampel penelitian dilakukan dengan cara menentukan siswa-siswi SMA “X” yang memenuhi karakteristik sampel. Ukuran sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 31 siswa-siswi.
Berdasarkan pengolahan data maka diperoleh bahwa (35,5% mampu meregulasi diri dalam bidang akademik dan 64,5% kurang mampu. Dari 20 siswa-siswi yang kurang mampu meregulasi diri diperoleh hasil 75% kurang mampu melakukan forethought, 75% kurang mampu melakukan performance or volitional control dan 70% kurang mampu melakukan self-reflection.
▸ Baca selengkapnya: mengenal regulasi diri fase refleksi diri
(2)Universitas Kristen Maranatha DAFTAR ISI
ABSTRAK ...i
KATA PENGANTAR...ii
DAFTAR ISI ...vi
DAFTAR BAGAN... x
DAFTAR TABEL ...xi
DAFTAR LAMPIRAN ...xii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Identifikasi Masalah ... 8
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian ... 9
1.3.2 Tujuan Penelitian... 9
1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoritis ... 9
1.4.2 Kegunaan Praktis... 9
1.5 Kerangka Pemikiran ... 10
Universitas Kristen Maranatha BAB II TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Regulasi Diri
2.1.1 Pengertian Regulasi Diri ... 22
2.1.2 Struktur Sistem Regulasi Diri... 24
2.1.2.1 Forethought Phase (fase perencanaan) ... 26
2.1.2.1.1 Task Analysis ...26
2.1.2.1.2 Self-Motivation Beliefs ...27
2.1.2.2 Performance or Volitional Control Phase ...29
2.1.2.2.1 Self Control...29
2.1.2.2.2 Self Observation ...31
2.1.2.3 Self Reflection Phase (refleksi diri)... 33
2.1.2.3.1 Self judgment ...33
2.1.2.3.2 Self reactions ...35
2.1.3 Perkembangan dari Skill Self-Regulatory... 37
2.1.4 Pengaruh-Pengaruh Faktor Sosial dan Lingkungan Terhadap Regulasi Diri... 40
2.1.5 Gangguan-Gangguan di dalam Regulasi Diri... 41
2.1.6 Regulasi Diri dan Pembelajaran Akademik ... 45
2.2 Teori Misdemeanor 2.2.1 Pengertian Misdemeanor ...47
2.2.2 Bentuk-Bentuk Misdemeanor...48
2.2.3 Efek dari Misdemeanor ...50
Universitas Kristen Maranatha 2.3 Teori Remaja
2.3.1 Pengertian Masa Remaja ... 52
2.3.2 Batasan-batasan Masa Remaja ... 52
2.3.3 Perubahan Fundamental pada Masa Remaja ... 53
2.3.4 Empat Konteks Utama pada Masa Remaja ... 55
2.3.5 Perkembangan Psikososial Selama Masa Remaja... 58
2.4 SMA ”X” Bandung 2.4.1 Tata Tertib SMA ”X” Bandung... 59
2.4.2 Sanksi Pelanggaran... 61
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian ... 63
3.2 Variabel Penelitian, Definisi Konseptual dan Definisi Operasional 3.2.1 Variabel Penelitian ... 64
3.2.2 Definisi Konseptual ... 64
3.2.3 Definisi Operasional... 64
3.3 Alat Ukur ... 68
3.3.1 Cara Penilaian... 69
3.3.2 Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur 3.3.2.1 Validitas Alat Ukur ... 70
3.3.2.2 Reliabilitas Alat Ukur... 72
Universitas Kristen Maranatha 3.4 Populasi Sasaran dan Teknik Sampling
3.4.1 Populasi Sasaran... 72
3.4.2 Karakteristik Sampel ... 73
3.4.3 Teknik Sampling ... 73
3.5 Teknik Analisa Data ... 73
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Responden Penelitian... 75
4.4.1 Gambaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 75
4.4.2 Gambaran Responden Berdasarkan Kelas... 75
4.2 Hasil Penelitian... 76
4.3 Pembahasan ... 79
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan... 91
5.2 Saran ... 92 DAFTAR PUSTAKA
Universitas Kristen Maranatha DAFTAR BAGAN
Bagan 1.1 Skema Kerangka Pikir... 20
Bagan 2.1 Triadic Forms of Self-regulation ...23
Bagan 2.2 Cyclical Phases of Self-Regulation ...24
Universitas Kristen Maranatha DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Struktur fase dan sub-sub proses pada regulasi diri ... 25
Tabel 2.2 Tingkat-Tingkat Perkembangan dari Skill Regulatory...38
Tabel 3.1 Kisi-kisi Alat ukur Regulasi Diri beserta indikator dan nomor pernyataan yang diukur dalam Kuesioner Regulasi Diri... 68
Tabel 3.2 Sistem penilaian pada alat ukur Regulasi Diri ... 70
Tabel 4.1 Tabel Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin ... 75
Tabel 4.2 Tabel Distribusi Frekuensi berdasarkan Kelas ... 75
Tabel 4.3 Tabel Hasil Penelitian Regulasi Diri ... 76
Tabel 4.4 Tabel Tabulasi Silang Regulasi Diri dengan Fase Regulasi Diri... 76
Tabel 4.5 Tabel Distribusi Frekuensi Fase Forethought siswa-siswi yang kurang mampu meregulasi diri ... 77
Tabel 4.6 Tabel Distribusi Frekuensi Fase Performance or Volitional Control yang kurang mampu meregulasi diri... 77
Universitas Kristen Maranatha DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Tabulasi Silang Data Penunjang dengan Fase Regulasi Diri dalam Bidang Akademik
Lampiran 2 Tabulasi Silang Data Penunjang dengan Fase Regulasi Diri pada Siswa-siswi yang Kurang Mampu Meregulasi Diri dalam Bidang Akademik
Lampiran 3 Alat ukur
Lampiran 4 Hasil Pengolahan Data Penunjang
Lampiran 1
Tabulasi Silang Data Penunjang dengan Fase Regulasi Diri dalam Bidang Akademik
Tabel 1. Tabulasi silang kemampuan regulasi diri dalam bidang akademik dengan
rata-rata raport terakhir.
Regulasi diri Rata-rata rapor
Kurang mampu Mampu
Total
Tabel 2. Tabulasi silang kemampuan regulasi diri dalam bidang akademik dengan
kegiatan les tambahan di luar sekolah.
Regulasi diri Les tambahan
Kurang mampu Mampu
Total
Tabel 3. Tabulasi silang kemampuan regulasi diri dalam bidang akademik dengan
bimbingan orangtua dalam belajar.
Tabel 4. Tabulasi silang kemampuan regulasi diri dalam bidang akademik dengan
pengaruh orangtua dalam menentukan target akademik.
Regulasi diri Orangtua tentukan target
Kurang mampu Mampu
Total
Tabel 5. Tabulasi silang kemampuan regulasi diri dalam bidang akademik dengan
orangtua memberi motivasi kepada siswa-siswi.
Regulasi diri Motivasi Orangtua
Kurang mampu Mampu
Total
Tabel 6. Tabulasi silang kemampuan regulasi diri dalam bidang akademik dengan
orangtua memeriksa nilai akademik.
Regulasi diri Orangtua periksa nilai
Kurang mampu Mampu
Tabel 7. Tabulasi silang kemampuan regulasi diri dalam bidang akademik dengan
perilaku orangtua jika siswa-siswi mendapatkan nilai jelek.
Regulasi diri
Tabel 8. Tabulasi silang kemampuan regulasi diri dalam bidang akademik dengan
perilaku orangtua jika siswa-siswi mendapatkan nilai bagus.
Regulasi diri Nilai bagus
Kurang mampu Mampu
Total
Tabel 9. Tabulasi silang kemampuan regulasi diri dalam bidang akademik dengan
cara mengajar guru-guru mudah dipahami.
Regulasi diri Memahami cara guru mengajar
Kurang mampu Mampu
Tabel 10. Tabulasi silang kemampuan regulasi diri dalam bidang akademik
dengan cara guru-guru mengajar menyenangkan.
Regulasi diri Cara guru mengajar menyenangkan
Kurang mampu Mampu
Tabel 11. Tabulasi silang kemampuan regulasi diri dalam bidang akademik
dengan guru-guru membimbing siswa-siswi dalam belajar.
Regulasi diri
Tabel 12. Tabulasi silang kemampuan regulasi diri dalam bidang akademik
dengan guru-guru memberi motivasi kepada siswa-siswi.
Regulasi diri Motivasi guru
Kurang mampu Mampu
Tabel 13. Tabulasi silang kemampuan regulasi diri dalam bidang akademik
dengan perilaku guru-guru jika siswa-siswi mendapat nilai jelek.
Regulasi diri
Tabel 14. Tabulasi silang kemampuan regulasi diri dalam bidang akademik
dengan perilaku guru-guru jika siswa-siswi mendapat nilai bagus.
Regulasi diri
Tabel 15. Tabulasi silang kemampuan regulasi diri dalam bidang akademik
dengan teman-teman lebih banyak bermain daripada belajar.
Regulasi diri Teman lebih banyak bermain
Kurang mampu Mampu
Tabel 16. Tabulasi silang kemampuan regulasi diri dalam bidang akademik
dengan teman-teman lebih banyak belajar daripada bermain.
Regulasi diri Teman lebih baik belajar
Kurang mampu Mampu
Tabel 17. Tabulasi silang kemampuan regulasi diri dalam bidang akademik
dengan siswa-siswi termotivasi jika temannya mendapat nilai bagus.
Regulasi diri
Tabel 18. Tabulasi silang kemampuan regulasi diri dalam bidang akademik
dengan hukuman jika melanggar tata tertib sekolah mengganggu
kegiatan belajar mengajar.
Regulasi diri Hukuman menganggu kegiatan belajar
Lampiaran 2
Tabulasi Silang Data Penunjang dengan Fase Regulasi Diri pada Siswa-siswi yang Kurang Mampu Meregulasi Diri dalam Bidang Akademik
Tabel 1. Tabulasi silang forethought dengan rata-rata raport terakhir pada
siswa-siswi yang kurang mampu meregulasi diri dalam bidang akademik.
Forethought Rata-rata raport
Kurang mampu Mampu
Total
Tabel 2. Tabulasi silang forethought dengan les tambahan pada siswa-siswi yang
kurang mampu meregulasi diri dalam bidang akademik.
Forethought Les Tambahan
Kurang mampu Mampu
Total
Tabel 3. Tabulasi silang forethought dengan bimbingan orang tua pada
siswa-siswi yang kurang mampu meregulasi diri dalam bidang akademik.
Forethought Bimbingan Orangtua
Kurang mampu Mampu Total
Tabel 4. Tabulasi silang forethought dengan orangtua ikut menentukan target pada
siswa-siswi yang kurang mampu meregulasi diri dalam bidang
akademik.
Forethought Orangtua tentukan target
Kurang mampu Mampu
Total
Tabel 5. Tabulasi silang forethought dengan motivasi dari orangtua pada
siswa-siswi yang kurang mampu meregulasi diri dalam bidang akademik.
Forethought Motivasi Orangtua
Kurang mampu Mampu
Total
Tabel 6. Tabulasi silang forethought dengan orangtua memeriksa nilai
akademik.pada siswa-siswi yang kurang mampu meregulasi diri dalam
bidang akademik.
Forethought Orangtua periksa nilai
Kurang mampu Mampu
Tabel 7. Tabulasi silang forethought dengan perilaku orangtua jika siswa-siswi
mendapatkan nilai jelek pada siswa-siswi yang kurang mampu
meregulasi diri dalam bidang akademik..
Forethought Nilai jelek
Kurang mampu Mampu
Total
Tabel 8. Tabulasi silang forethought dengan perilaku orangtua jika siswa-siswi
mendapatkan nilai bagus pada siswa-siswi yang kurang mampu
meregulasi diri dalam bidang akademik..
Forethought Nilai bagus
Kurang mampu Mampu
Total
Dipuji dan mendapatkan hadiah
13.3% .0% 10.0%
15 5 20
Total
100.0% 100.0% 100.0%
Tabel 9. Tabulasi silang forethought dengan cara mengajar guru-guru mudah
dipahami pada siswa-siswi yang kurang mampu meregulasi diri dalam
bidang akademik..
Forethought Memahami cara guru mengajar
Kurang mampu Mampu
Tabel 10. Tabulasi silang forethought dengan cara guru-guru mengajar
menyenangkan pada siswa-siswi yang kurang mampu meregulasi diri
dalam bidang akademik..
Forethought Cara mengajar menyenangkan
Kurang mampu Mampu
Total
Tabel 11. Tabulasi silang forethought dengan guru-guru membimbing siswa-siswi
dalam belajar pada siswa-siswi yang kurang mampu meregulasi diri
dalam bidang akademik.
Forethought Guru membimbing
Kurang mampu Mampu
Total
Tabel 12. Tabulasi forethought dengan guru-guru memberi motivasi kepada
siswa-siswi pada siswa-siswi yang kurang mampu meregulasi diri dalam
bidang akademik.
Forethought Motivasi guru
Kurang mampu Mampu
Tabel 13. Tabulasi silang forethought dengan perilaku guru-guru jika siswa-siswi
mendapat nilai jelek pada siswa-siswi yang kurang mampu meregulasi
diri dalam bidang akademik.
Forethought Jika nilai jelek
Kurang mampu Mampu
Total
Tabel 14. Tabulasi silang forethought dengan perilaku guru-guru jika siswa-siswi
mendapat nilai bagus pada siswa-siswi yang kurang mampu meregulasi
diri dalam bidang akademik.
Forethought Nilai Bagus
Kurang mampu Mampu
Total
Tabel 15. Tabulasi silang forethought dengan teman-teman lebih banyak bermain
daripada belajar pada siswa-siswi yang kurang mampu meregulasi diri
dalam bidang akademik.
Forethought Teman lebih banyak bermain
Kurang mampu Mampu
Tabel 16. Tabulasi silang forethought dengan teman-teman lebih banyak belajar
daripada bermain pada siswa-siswi yang kurang mampu meregulasi diri
dalam bidang akademik.
Forethought Teman lebih baik belajar
Kurang mampu Mampu
Total
Tabel 17. Tabulasi silang forethought dengan siswa-siswi termotivasi jika
temannya mendapat nilai bagus pada siswa-siswi yang kurang mampu
meregulasi diri dalam bidang akademik.
Forethought Motivasi teman
Kurang mampu Mampu
Total
Tabel 18. Tabulasi forethought dengan hukuman jika melanggar tata tertib sekolah
mengganggu kegiatan belajar mengajar pada siswa-siswi yang kurang
mampu meregulasi diri dalam bidang akademik.
Forethought Hukuman menganggu kegiatan belajar
Kurang mampu Mampu
Tabel 19. Tabulasi silang Performance or volitional control dengan rata-rata
raport terakhir pada siswa-siswi yang kurang mampu meregulasi diri
dalam bidang akademik.
Performance or volitional control Rata-rata raport
Kurang mampu Mampu
Total
Tabel 20. Tabulasi silang Performance or volitional control dengan les tambahan
pada siswa-siswi yang kurang mampu meregulasi diri dalam bidang
akademik.
Performance or volitional control Les Tambahan
Kurang mampu Mampu
Total
Tabel 21. Tabulasi silang Performance or volitional control dengan bimbingan
orang tua pada siswa-siswi yang kurang mampu meregulasi diri dalam
bidang akademik.
Performance or volitional control Bimbingan Orangtua
Kurang mampu Mampu
Tabel 22. Tabulasi silang Performance or volitional control dengan orangtua ikut
menentukan target pada siswa-siswi yang kurang mampu meregulasi diri
dalam bidang akademik.
Performance or volitional control Orangtua tentukan target
Kurang mampu Mampu
Total
Tabel 23. Tabulasi silang Performance or volitional control dengan motivasi dari
orangtua pada siswa-siswi yang kurang mampu meregulasi diri dalam
bidang akademik.
Performance or volitional control Motivasi Orangtua
Kurang mampu Mampu
Total
Tabel 24. Tabulasi silang Performance or volitional control dengan orangtua
memeriksa nilai akademik.pada siswa-siswi yang kurang mampu
meregulasi diri dalam bidang akademik.
Performance or volitional control Orangtua periksa nilai
Kurang mampu Mampu
Tabel 25. Tabulasi silang Performance or volitional control dengan perilaku
orangtua jika siswa-siswi mendapatkan nilai jelek pada siswa-siswi yang
kurang mampu meregulasi diri dalam bidang akademik..
Performance or volitional control Nilai jelek Kurang mampu Mampu
Total
Tabel 26. Tabulasi silang Performance or volitional control dengan perilaku
orangtua jika siswa-siswi mendapatkan nilai bagus pada siswa-siswi
yang kurang mampu meregulasi diri dalam bidang akademik..
Performance or volitional control Nilai bagus
Kurang mampu Mampu
Total
Dipuji dan mendapatkan hadiah
6.7% 20.0% 10.0%
15 5 20
Total
100.0% 100.0% 100.0%
Tabel 27. Tabulasi silang Performance or volitional control dengan cara mengajar
guru-guru mudah dipahami pada siswa-siswi yang kurang mampu
meregulasi diri dalam bidang akademik..
Performance or volitional control Memahami cara guru mengajar
Kurang mampu Mampu
Tabel 28. Tabulasi silang Performance or volitional control dengan cara
guru-guru mengajar menyenangkan pada siswa-siswi yang kurang mampu
meregulasi diri dalam bidang akademik..
Performance or volitional control Cara mengajar menyenangkan
Kurang mampu Mampu
Total
Tabel 29. Tabulasi silang Performance or volitional control dengan guru-guru
membimbing siswa-siswi dalam belajar pada siswa-siswi yang kurang
mampu meregulasi diri dalam bidang akademik.
Performance or volitional control Guru membimbing
Kurang mampu Mampu
Total
Tabel 30. Tabulasi Performance or volitional control dengan guru-guru memberi
motivasi kepada siswa-siswi pada siswa-siswi yang kurang mampu
meregulasi diri dalam bidang akademik.
Performance or volitional control Motivasi guru
Kurang mampu Mampu
Tabel 31. Tabulasi silang Performance or volitional control dengan perilaku
guru-guru jika siswa-siswi mendapat nilai jelek pada siswa-siswi yang kurang
mampu meregulasi diri dalam bidang akademik.
Performance or volitional control Jika nilai jelek
Kurang mampu Mampu
Total
Tabel 32. Tabulasi silang Performance or volitional control dengan perilaku
guru-guru jika siswa-siswi mendapat nilai bagus pada siswa-siswi yang
kurang mampu meregulasi diri dalam bidang akademik.
Performance or volitional control Nilai Bagus
Kurang mampu Mampu
Total
Tabel 33. Tabulasi silang Performance or volitional control dengan teman-teman
lebih banyak bermain daripada belajar pada siswa-siswi yang kurang
mampu meregulasi diri dalam bidang akademik.
Performance or volitional control Teman lebih banyak bermain
Kurang mampu Mampu
Tabel 34. Tabulasi silang Performance or volitional control dengan teman-teman
lebih banyak belajar daripada bermain pada siswa-siswi yang kurang
mampu meregulasi diri dalam bidang akademik.
Performance or volitional control Teman lebih baik belajar
Kurang mampu Mampu
Total
Tabel 35. Tabulasi silang Performance or volitional control dengan siswa-siswi
termotivasi jika temannya mendapat nilai bagus pada siswa-siswi yang
kurang mampu meregulasi diri dalam bidang akademik.
Performance or volitional control Motivasi teman
Kurang mampu Mampu
Total
Tabel 36. Tabulasi Performance or volitional control dengan hukuman jika
melanggar tata tertib sekolah mengganggu kegiatan belajar mengajar
pada siswa-siswi yang kurang mampu meregulasi diri dalam bidang
akademik.
Performance or volitional control Hukuman menganggu kegiatan belajar
Kurang mampu Mampu
Tabel 37. Tabulasi silang Self-reflection dengan rata-rata raport terakhir pada
siswa-siswi yang kurang mampu meregulasi diri dalam bidang
akademik.
Self Reflection Rata-rata raport
Kurang mampu Mampu
Total
Tabel 38. Tabulasi silang Self-reflection dengan les tambahan pada siswa-siswi
yang kurang mampu meregulasi diri dalam bidang akademik.
Self Reflection Les Tambahan
Kurang mampu Mampu
Total
Tabel 39. Tabulasi silang Self-reflection dengan bimbingan orang tua pada
siswa-siswi yang kurang mampu meregulasi diri dalam bidang akademik.
Self Reflection Bimbingan Orangtua
Kurang mampu Mampu
Tabel 40. Tabulasi silang Self-reflection dengan orangtua ikut menentukan target
pada siswa-siswi yang kurang mampu meregulasi diri dalam bidang
akademik.
Self Reflection Orangtua tentukan target
Kurang mampu Mampu
Total
Tabel 41. Tabulasi silang Self-reflection dengan motivasi dari orangtua pada
siswa-siswi yang kurang mampu meregulasi diri dalam bidang
akademik.
Self Reflection Motivasi Orangtua
Kurang mampu Mampu
Total
Tabel 42. Tabulasi silang Self-reflection dengan orangtua memeriksa nilai
akademik.pada siswa-siswi yang kurang mampu meregulasi diri dalam
bidang akademik.
Self Reflection Orangtua periksa nilai
Kurang mampu Mampu
Tabel 43. Tabulasi silang Self-reflection dengan perilaku orangtua jika siswa-siswi
mendapatkan nilai jelek pada siswa-siswi yang kurang mampu
meregulasi diri dalam bidang akademik..
Self Reflection Nilai jelek
Kurang mampu Mampu
Total
Tabel 44. Tabulasi silang Self-reflection dengan perilaku orangtua jika siswa-siswi
mendapatkan nilai bagus pada siswa-siswi yang kurang mampu
meregulasi diri dalam bidang akademik..
Self Reflection Nilai bagus
Kurang mampu Mampu
Total
Dipuji dan mendapatkan hadiah
14.3% .0% 10.0%
14 6 20
Total
100.0% 100.0% 100.0%
Tabel 45. Tabulasi silang Self-reflection dengan cara mengajar guru-guru mudah
dipahami pada siswa-siswi yang kurang mampu meregulasi diri dalam
bidang akademik..
Self Reflection Memahami cara guru mengajar
Kurang mampu Mampu
Tabel 46. Tabulasi silang Self-reflection dengan cara guru-guru mengajar
menyenangkan pada siswa-siswi yang kurang mampu meregulasi diri
dalam bidang akademik..
Self Reflection Cara mengajar menyenangkan
Kurang mampu Mampu
Total
Tabel 47. Tabulasi silang Self-reflection dengan guru-guru membimbing
siswa-siswi dalam belajar pada siswa-siswa-siswi yang kurang mampu meregulasi
diri dalam bidang akademik.
Self Reflection Guru membimbing
Kurang mampu Mampu
Total
Tabel 48. Tabulasi Self-reflection dengan guru-guru memberi motivasi kepada
siswa-siswi pada siswa-siswi yang kurang mampu meregulasi diri dalam
bidang akademik.
Self Reflection Motivasi guru
Kurang mampu Mampu
Tabel 49. Tabulasi silang Self-reflection dengan perilaku guru-guru jika
siswa-siswi mendapat nilai jelek pada siswa-siswa-siswi yang kurang mampu
meregulasi diri dalam bidang akademik.
Self Reflection Jika nilai jelek
Kurang mampu Mampu
Total
Tabel 50. Tabulasi silang Self-reflection dengan perilaku guru-guru jika
siswa-siswi mendapat nilai bagus pada siswa-siswa-siswi yang kurang mampu
meregulasi diri dalam bidang akademik.
Self Reflection Nilai Bagus
Kurang mampu Mampu
Total
Tabel 51. Tabulasi silang Self-reflection dengan teman-teman lebih banyak
bermain daripada belajar pada siswa-siswi yang kurang mampu
meregulasi diri dalam bidang akademik.
Self Reflection Teman lebih banyak bermain
Kurang mampu Mampu
Tabel 52. Tabulasi silang Self-reflection dengan teman-teman lebih banyak belajar
daripada bermain pada siswa-siswi yang kurang mampu meregulasi diri
dalam bidang akademik.
Self Reflection Teman lebih baik belajar
Kurang mampu Mampu
Total
Tabel 53. Tabulasi silang Self-reflection dengan siswa-siswi termotivasi jika
temannya mendapat nilai bagus pada siswa-siswi yang kurang mampu
meregulasi diri dalam bidang akademik.
Self Reflection Motivasi teman
Kurang mampu Mampu
Total
Tabel 54. Tabulasi Self-reflection dengan hukuman jika melanggar tata tertib
sekolah mengganggu kegiatan belajar mengajar pada siswa-siswi yang
kurang mampu meregulasi diri dalam bidang akademik.
Self Reflection Hukuman menganggu kegiatan belajar
Kurang mampu Mampu
Lampiran 3
KATA PENGANTAR
Dalam rangka memenuhi syarat kelulusan mahasiswa Fakultas Psikologi
Universitas Kristen Maranatha, tugas akhir yang harus dipenuhi adalah
penyusunan skripsi. Adapun judul penelitian ini adalah “Studi Deskriptif
Mengenai Kemampuan Regulasi Diri dalam Bidang Akademik pada Siswa-Siswi
Pelaku Pelanggaran Tata Tertib Sekolah (School Misdemeanor) di SMA “X”
Bandung”.
Sehubungan dengan hal tersebut, Saudara dimohon kesediaanya agar
untuk mengisi kuesioner ini. Data yang diperoleh nantinya sangat berguna bagi
penelitian yang akan dilakukan.
Saudara diharapkan mengisi kuesioner ini dengan sebenar-benarnya.
Saudara tidak perlu khawatir atau takut karena kerahasiaan identitas ataupun
jawaban Saudara akan dijaga.
Atas kesediaan dan bantuan Saudara, peneliti mengucapkan terima kasih.
Dengan hormat,
Identitas Diri
Jawablah pertanyaan di bawah ini sesuai dengan keadaan diri Saudara. 1. Nama (inisial) :
2. Jenis Kelamin : L / P
3. Usia :
4. Kelas :
5. Pendidikan Orangtua
Ayah :……….. Ibu :……….. 6. Pekerjaan Orangtua
Ayah : ……….
Ibu : ……….
Data Penunjang
1. Rata-rata raport :
a. Di atas rata-rata
b. Rata-rata kelas
c. Di bawah rata-rata
2. Apakah Saudara mengikuti les tambahan di luar sekolah ?
Ya / Tidak *
Jika Ya, Apa les tambahan yang Saudara ikuti ?
………
3. Apakah orangtua membimbing Saudara dalam belajar ?
Ya / Tidak*
4. Apakah orangtua mempengaruhi Saudara dalam menentukan target
akademik ?
Ya / Tidak*
5. Apakah orangtua memotivasi Saudara untuk belajar?
Ya / Tidak*
6. Apakah orang tua memeriksa semua nilai yang Saudara dapatkan di
sekolah?
Ya / Tidak*
7. Apa yang orangtua lakukan, jika Saudara mendapatkan nilai jelek ?
a. Dimarahi b. Dinasehati c. Dibiarkan saja
8. Apa yang orangtua lakukan, jika Saudara mendapatkan nilai bagus ?
a. Dipuji b. Dipuji dan mendapatkan hadiah c. Dibiarkan saja
9. Apakah cara mengajar guru-guru di sekolah mudah Saudara pahami ?
Ya / Tidak*
10.Apakah cara mengajar guru-guru di sekolah menyenangkan ?
Ya / Tidak*
11.Apakah guru-guru di sekolah membimbing Saudara dalam belajar?
Ya / Tidak*
12.Apakah guru-guru di sekolah memotivasi Saudara untuk belajar?
13.Apa yang guru-guru lakukan, jika Saudara mendapatkan nilai jelek ?
a. Dimarahi b. Dinasehati c. Dibiarkan saja
14.Apa yang guru-guru lakukan, jika Saudara mendapatkan nilai bagus ?
a. Dipuji b. Dibiarkan saja
15.Apakah teman-teman Saudara lebih banyak bermain daripada belajar ?
Ya / Tidak*
16.Apakah teman-teman Saudara lebih banyak belajar daripada bermain ?
Ya / Tidak*
17.Apakah Saudara akan termotivasi ketika melihat teman Saudara
memperoleh nilai yang bagus?
Ya / Tidak*
18.Apakah hukuman yang Saudara terima ketika melanggar tata tertib sekolah
mengganggu kegiatan belajar Saudara?
Ya / Tidak*
CARA MENGISI
KUESIONER REGULASI DIRI BIDANG AKADEMIK
Pada lembar berikut terdapat pernyataan-pernyataan yang berhubungan
dengan keadaan diri Saudara dalam bidang akademik. Pada masing-masing
pernyataan terdapat 4 pilihan jawaban, yaitu terdiri dari :
SL (SELALU) : Berarti Saudara selalu melakukan kejadian seperti yang disebutkan dalam pernyataan jawaban setiap kali
ada kesempatan dalam seminggu
SR (SERING) : Berarti responden sering kali melakukan kejadian seperti yang disebutkan dalam pernyataan jawaban
tersebut dari semua kesempatan dalam seminggu
JR (JARANG) : Berarti responden hanya sesekali melakukan kejadian seperti yang disebutkan dalam pernyataan jawaban
dari semua kesempatan dalam seminggu
TP (TIDAK PERNAH) : Berarti responden sama sekali tidak pernah melakukan kejadian seperti yang disebutkan dalam pernyataan
jawaban tersebut sekalipun ada kesempatan untuk
melakukannya
Isilah setiap pernyataan sesuai dengan apa yang dialami oleh Saudara.
Caranya adalah dengan memberikan tanda silang (X) pada kotak yang terdapat di samping pernyataan tersebut sesuai dengan keadaan Saudara.
Jawaban Saudara tidak ada yang salah, jika Saudara memilih jawaban
yang sesuai dengan apa yang Saudara lakukan. Bekerjalah dengan teliti, jangan
ada nomor yang terlewatkan.
No Pernyataan SL SR JR TP 1. Saya menetapkan target nilai yang harus saya capai
dalam setiap ulangan
2. Saya membuat jadwal belajar agar mencapai target nilai yang telah saya tetapkan.
3. Dalam menghadapi mata pelajaran yang sulit, saya yakin dapat mengatasinya karena saya akan mempelajarinya dengan tekun
4. Saya pikir dengan mengerjakan PR dapat membantu saya lebih memahami mata pelajaran lebih baik.
5. Saya memotivasi diri saya sendiri dalam belajar untuk mencapai target nilai yang saya tetapkan
6. Saya akan mengikuti les pada mata pelajaran tertentu jika saya kurang memahami pelajaran tersebut di sekolah
7. Saya mengingatkan diri saya sendiri untuk terus belajar walaupun saya ingin sekali bermain
8. Saya memikirkan hambatan yang akan saya hadapi ketika melaksanakan rencana yang telah saya susun di bidang akademik
9. Saya tetap memfokuskan perhatian saat mempelajari materi pelajaran yang sulit
10. Saya mengerjakan tugas sekolah sesegera mungkin agar tugas tersebut tidak menumpuk dengan tugas lain
11. Bila nilai ulangan yang saya peroleh rendah, karena persiapan yang kurang mantap
12. Saya puas karena target akademik tercapai melalui pelaksanaan yang sesuai dengan rencana yang saya tetapkan
14. Saya hanya belajar bila besok ada PR atau ulangan di kelas
15. Saya seringkali mencontek, bila menghadapi ulangan mata pelajaran yang sulit
16. Saya seringkali mengabaikan PR yang diberikan di kelas karena besok masih ada kesempatan menconteknya dari teman
17. Saya selalu membutuhkan orang lain untuk membangkitkan semangat saya dalam belajar
18. Saya tidak peduli, walaupun saya kurang dalam memahami suatu mata pelajaran tertentu
19. Saya menunda untuk melaksanakan jadwal belajar yang seharusnya saya kerjakan karena ada teman yang mengajak bermain
20. Saya sulit untuk memfokuskan perhatian mempelajari mata pelajaran yang saya pikir sulit
21. Saya menunda mengerjakan tugas sekolah bila saya merasa tidak bersemangat untuk mengerjakannya 22. Kegiatan diluar kelas yang saya lakukan tidak sesuai
dengan tujuan (goal) akademik yang ingin saya capai
23. Saya tidak peduli walaupun saya tidak memahami materi yang baru dijelaskan oleh guru di kelas
24. Saya tidak peduli nilai ulangan yang saya peroleh selalu mengalami penurunan dari ulangan sebelumnya
25. Bila nilai ulangan yang saya peroleh rendah karena kemampuan saya yang kurang
26. Saya kecewa karena orang tua saya tidak memberi hadiah pada saat saya mampu mencapai target prestasi yang saya tetapkan
27. Tidak tercapainya target nilai yang saya tetapkan pada satu mata pelajaran karena materi pelajaran itu terlalu banyak
29. Saya mempersiapkan diri dengan belajar jauh hari sebelumnya dalam menghadapi ulangan atau ujian
30. Dalam menghadapi ulangan, saya yakin akan hasil belajar yang telah saya lakukan
31. Saya akan memperhatikan materi yang dijelaskan guru untuk membantu pemahaman akan materi tersebut
32. Saya akan tetap berlatih mengerjakan soal-soal latihan walaupun berulangkali mengalami kegagalan dalam mengerjakannya
33. Saya akan bertanya pada guru bila saya mengalami kesulitan pada mata pelajaran tertentu
34. Saya berusaha agar semua rencana yang telah dijadwalkan dapat terlaksana dengan baik dan selalu tepat waktu
35. Membayangkan keberhasilan yang dapat saya capai, membantu saya untuk berhasil mencapai target prestasi yang saya tetapkan
36. Saya tetap memfokuskan perhatian pada materi yang tengah dijelaskan guru di kelas, walaupun teman di sekitar saya mengobrol
37. Saya mencatat semua materi yang dijelaskan oleh guru di kelas
38. Saya mampu mengatasi kejenuhan ketika sedang belajar
39. Saya mencoba menjawab contoh-contoh soal pertanyaan untuk mengukur penguasaan materi pelajaran
40. Saya melakukan perbandingan target prestasi yang saya peroleh saat ini dengan target prestasi sebelumnya
42. Saya tidak peduli bila nilai raport yang saya peroleh rendah setiap semester
43. Dalam menghadapi ulangan atau ujian saya mempersiapkan diri dengan belajar secara mendadak
44. Saya tidak memperhatikan guru yang sedang menjelaskan materi di kelas
45. Saya tidak akan mengerjakan soal latihan bila berulangkali mengalami kegagalan dalam mengerjakannya
46. Saya malu untuk bertanya pada guru bila tidak memahami materi yang sedang diajarkan
47. Saya tidak konsisten ketika melaksanakan rencana-rencana yang telah saya jadwalkan
48. Saya seringkali terpaku ketika gagal mencapai target akademik
49. Saya seringkali mengobrol dengan teman bila guru sedang menjelaskan pelajaran di kelas
50. Saya malas untuk membuat catatan materi yang dijelaskan di kelas
51. Bila saya jenuh belajar, saya tidak peduli berapapun nilai ulangan yang saya peroleh
52. Saya malas mencoba menjawab contoh-contoh soal pertanyaan untuk mengukur penguasaan materi pelajaran tertentu
53. Saya tidak peduli terhadap prestasi belajar saya
54. Saya dapat mencapai nilai ulangan lebih baik bila ulangan tersebut tidak dilakukan mendadak
55. Saya menjadi tidak termotivasi untuk belajar, bila orang tua saya tidak memberikan pujian pada saya 56. Menetapkan target nilai adalah hal yang penting untuk
57. Bila saya belajar sungguh-sungguh tetapi hasil yang diperoleh tidak memuaskan, maka tidak akan menyurutkan keyakinan saya untuk mempelajari mata pelajaran itu
58. Saya berusaha belajar dengan sungguh-sungguh agar target prestasi yang saya tetapkan tercapai
59. Saya berusaha belajar dengan lebih baik untuk memperbaiki kegagalan prestasi akademik saya
60. Saya akan mencari buku diluar buku yang ditentukan sekolah, untuk menambah pengetahuan saya tentang materi tersebut
61. Saya mengerjakan tugas sekolah sesuai dengan yang saya jadwalkan walaupun terdapat acara yang lebih menarik pada waktu yang bersamaan
62. Saya memikirkan target waktu yang saya butuhkan dalam belajar untuk menghadapi ujian yang sulit
63. Saya mengerjakan tugas sekolah dengan penuh perhatian
64. Di rumah, saya membaca kembali setiap pelajaran yang telah dijelaskan
65. Saya mampu mengatasi rasa malas yang datang ketika sedang mengerjakan tugas-tugas sekolah
66. Saya menaikkan target nilai ulangan bila saya merasa mampu menguasai materi pelajaran itu
67. Saya belajar sebaik mungkin agar nilai ulangan yang saya peroleh lebih baik dari teman-teman yang lain
68. Pekerjaan rumah (PR) tidak dapat saya selesaikan karena strategi pengerjaan tugas yang tidak terencana
70. Bila dalam satu semester saya memperoleh nilai yang baik dalam raport, saya menentukan kembali strategi belajar yang sama untuk semester berikutnya
71. Menetapkan target nilai adalah sesuatu yang membebankan saya
72. Bila nilai ulangan saya rendah, maka akan menurunkan motivasi saya untuk mempelajari mata pelajaran itu
73. Saya merasa sulit untuk tetap terarah dalam belajar agar dapat mencapai target prestasi yang saya tetapkan
74. Saya tidak termotivasi dalam belajar bila gagal mencapai target akademik
75. Saya tidak terbiasa meluangkan waktu untuk membaca buku pelajaran yang ditentukan dari sekolah
76. Saya tidak mempersiapkan diri dengan belajar lebih baik untuk menghadapi ujian mata pelajaran yang sulit
77. Saya malas mengulang membaca pelajaran yang telah dijelaskan di kelas
78. Saya tidak akan mengerjakan tugas sekolah bila saya merasa malas untuk mengerjakannya
79. Saya tidak peduli berapapun nilai yang dapat saya peroleh walaupun saya merasa mampu menguasai materi pelajaran itu
80. Saya mencontek ketika ulangan agar nilai ulangan saya bagus
Lampiran 4
Hasil Pengolahan Data Penunjang
1. Hasil rata-rata raport terakhir ?
Rata-rata raport N Persentase Di atas rata-rata 12 38.7 % Di bawah rata-rata 14 45.2 %
rata-rata 5 16.1 %
Total 31 100 %
2. Siswa-siswi mengikuti les tambahan di luar sekolah.
Les Tambahan N Persentase
Tidak 7 22.6 %
Ya 24 77.4 %
Total 31 100 %
3. Orangtua membimbing belajar.
Bimbingan Orangtua N Persentase
Tidak 16 51.6 %
Ya 15 48.4 %
Total 31 100 %
4. Orangtua mempengaruhi siswa-siswi dalam menentukan target.
Orangtua tentukan target akademik N Persentase
Tidak 13 41.9 5
Ya 18 58.1 %
5. Orangtua memotivasi siswa-siswi.
Motivasi Orangtua N Persentase
Tidak 6 19.4 %
Ya 25 80.6 %
Total 31 100 %
6. Orangtua memeriksa nilai siswa-siswi yang didapatkan di sekolah.
Orangtua memeriksa nilai N Persentase
Tidak 21 67.7 %
Ya 10 32.3 %
Total 31 100 %
7. Yang orangtua lakukan jika siswa-siswi mendapatkan nilai jelek.
Nilai jelek N Persentase Dibiarkan saja 3 9.7 %
Dimarahi 7 22.6 %
Dinasehati 21 67.7 %
Total 31 100 %
8. Yang orangtua lakukan jka siswa-siswi mendapatkan nilai bagus
Nilai bagus N Persentase
Dibiarkan saja 18 58.1 %
Dipuji 11 35.5 %
Dipuji dan mendapatkan hadiah 2 6.5 %
Total 31 100 %
9. Cara mengajar guru-guru di sekolah mudah dipahami.
Memahami cara guru mengajar N Persentase
Tidak 16 51.6 %
Ya 15 48.4 %
10.Cara mengajar guru-guru mengajar menyenangkan.
Cara mengajar menyenangkan N Persentase
Tidak 23 74.2 %
Ya 8 25.8 %
Total 31 100 %
11.Guru-guru membimbing dalam belajar.
Guru membimbing N Persentase
Tidak 12 38.7 %
Ya 19 61.3 %
Total 31 100 %
12.Guru-guru memotivasi siswa-siswi.
Motivasi guru N Persentase Tidak 13 41.9 %
Ya 18 58.1 %
Total 31 100 %
13.Yang guru lakukan jika siswa-siswi mendapatkan nilai jelek.
Jika nilai jelek N Persentase Dibiarkan saja 19 61.3 % Dinasehati 12 38.7 %
Total 31 100 %
14.Yang guru lakukan jik siswa-siswi mendapatkan nilai bagus.
Nilai Bagus N Persentase Dibiarkan saja 26 83.9 %
Dipuji 5 16.1 %
15.Teman-teman lebih banyak bermain daripada belajar.
Teman lebih
banyak bermain N Persentase
Tidak 3 9.7 %
Ya 28 90.3 %
Total 31 100 %
16.Teman-teman lebih banyak belajar daripada bermain.
Teman lebih banyak belajar N Persentase
Tidak 30 96.8 %
Ya 1 3.2 %
Total 31 100 %
17.Siswa-siswi termotivasi jika melihat temannya memperoleh nilai yang
bagus?
Motivasi teman N Persentase
Tidak 6 19.4 %
Ya 25 80.6 %
Total 31 100 %
18. Hukuman mengganggu kegiatan belajar-mengajar.
Hukuman menganggu
kegiatan belajar mengajar N Persentase
Tidak 16 51.6 %
Ya 15 48.4 %
Lampiran 5
Forethought Performance/volitional control Self -Reflection Regulasi Diri 56 Kurang mampu 56 Kurang mampu 45 Kurang mampu Kurang mampu 47 Kurang mampu 37 Kurang mampu 35 Kurang mampu Kurang mampu 70 Kurang mampu 66 Kurang mampu 49 Mampu Kurang mampu 66 Kurang mampu 69 Kurang mampu 47 Kurang mampu Kurang mampu 66 Kurang mampu 64 Kurang mampu 42 Kurang mampu Kurang mampu
84 Mampu 80 Mampu 53 Mampu Mampu
78 Kurang mampu 68 Kurang mampu 50 Mampu Kurang mampu 79 Mampu 67 Kurang mampu 48 Kurang mampu Kurang mampu 75 Kurang mampu 67 Kurang mampu 47 Kurang mampu Kurang mampu
81 Mampu 77 Mampu 52 Mampu Mampu
74 Kurang mampu 67 Kurang mampu 52 Mampu Kurang mampu 80 Mampu 72 Mampu 43 Kurang mampu Kurang mampu
86 Mampu 73 Mampu 49 Mampu Mampu
83 Mampu 80 Mampu 47 Kurang mampu Kurang mampu
82 Mampu 76 Mampu 51 Mampu Mampu
91 Mampu 84 Mampu 51 Mampu Mampu
89 Mampu 83 Mampu 53 Mampu Mampu
64 Kurang mampu 60 Kurang mampu 43 Kurang mampu Kurang mampu 86 Mampu 74 Mampu 45 Kurang mampu Kurang mampu
87 Mampu 82 Mampu 55 Mampu Mampu
90 Mampu 86 Mampu 51 Mampu Mampu
71 Kurang mampu 78 Mampu 52 Mampu Kurang mampu 73 Kurang mampu 69 Kurang mampu 44 Kurang mampu Kurang mampu
100 Mampu 98 Mampu 54 Mampu Mampu
80 Mampu 71 Mampu 50 Mampu Mampu
87 Mampu 81 Mampu 49 Mampu Mampu
68 Kurang mampu 66 Kurang mampu 46 Kurang mampu Kurang mampu 70 Kurang mampu 70 Kurang mampu 41 Kurang mampu Kurang mampu 76 Kurang mampu 76 Mampu 48 Kurang mampu Kurang mampu 80 Mampu 61 Kurang mampu 52 Mampu Kurang mampu 77 Kurang mampu 63 Kurang mampu 54 Mampu Kurang mampu
1
Universitas Kristen Maranatha
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang membangun negara
demi kelangsungan kesejahteraan rakyatnya, dan untuk itu diperlukan sumber
daya manusia yang berkualitas. Menurut kepala sekolah di salah satu sekolah
tinggi Drs. H. Endin Nasrudin, M.Sc, kualitas sumber daya manusia di
Indonesia menempati posisi ke-45 dari 48 negara-negara Asia dan kondisi ini
memperlihatkan betapa rendahnya mutu pendidikan di negara kita (Pikiran
Rakyat, 3 Januari 2004). Oleh karena itu, untuk meningkatkan pembangunan
dapat dilakukan dengan cara meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang
ada di negara ini.
Remaja sebagai generasi muda penerus bangsa dituntut mempersiapkan
diri untuk membangun negara. Selain itu, remaja merupakan tenaga terdidik yang
dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia demi kemajuan bangsa dan
negara di masa yang akan datang. Hal ini didukung dengan remaja yang mulai
memikirkan studi lebih lanjut di perguruan tinggi dan pilihan bidang pekerjaan
yang ingin diraih di masa depannya. Dengan demikian sumber daya manusia
dapat ditingkatkan oleh remaja dengan berbagai cara, salah satunya adalah dengan
mendapatkan bekal ilmu pengetahuan melalui kegiatan belajar-mengajar di
Universitas Kristen Maranatha 2
Sekolah menjadi tempat bagi remaja untuk menyibukkan diri,
bersosialisasi dan tempat untuk mendapatkan pendidikan (Entwistle, 1990 dalam
Steinberg, 1993). Siswa-siswi melakukan kegiatan belajar-mengajar di kelas,
pengembangan keterampilan dan hobi melalui kegiatan ekstrakulikuler serta
bersosialisasi dengan teman sebaya dan guru di sekolah. Sekolah memiliki
peraturan tata tertib yang harus ditaati oleh siswa-siswi, akan tetapi jika peraturan
tersebut dilanggar maka siswa-siswi akan dikenai sanksi.
Menurut kepala sekolah salah satu SMA di Bandung Dra. Emi Yuliaty,
M. Pd, selain berperan sebagai lembaga pendidikan yang memberikan transfer
ilmu pengetahuan, sekolah juga berperan sebagai lembaga yang merangsang siswa
untuk mengembangkan diri. Siswa sebagai remaja memiliki beragam masalah
yang tidak hanya berkaitan dengan bidang akademik, tetapi juga dalam bidang
lain yang dapat mempengaruhi keberhasilan akademiknya (Pikiran Rakyat, 16
Januari 2004). Salah satu permasalahan yang dapat mempengaruhi bidang
akademik tersebut adalah pelanggaran tata tertib. Pelanggaran-pelanggaran tata
tertib dilakukan remaja baik itu di rumah, masyarakat dan sekolah. Menurut
Hurlock (1973), pelanggaran tata tertib yaitu tindakan-tindakan yang secara
sengaja menentang atau melanggar peraturan yang diberikan oleh orang tua, guru
atau orang lain sebagai otoritas disebut dengan istilah misdemeanor. Misdemeanor sering merupakan tanda dari adanya kecenderungan delinquency.
Tindakan-tindakan yang melanggar aturan-aturan di sekolah seperti meninggalkan jam
Universitas Kristen Maranatha 3
dan gagal mempersiapkan tugas, masuk ke dalam jenis school misdemeanor atau
dikenal dengan pelanggaran tata tertib sekolah (Hurlock, 1973).
Setiap sekolah terdapat peraturan tata tertib sekolah yang pernah dilanggar
oleh siswa-siswinya, salah satunya adalah SMA “X” Bandung. SMA “X”
merupakan salah satu sekolah yang memiliki peraturan tata tertib yang ketat
beserta sanksi yang jelas. Peraturan tersebut diterapkan oleh kepala sekolah, guru
dan wali kelas pada siswa-siswinya. Peraturan tata tertib sekolah tersebut
tercantum di dalam buku siswa. Setiap siswa-siswi SMA “X” diwajibkan
memiliki buku siswa yang harus dibawa setiap hari dan menjaganya selama
menjadi siswa-siswi sekolah tersebut. Buku siswa tersebut antara lain berisi
peraturan tata tertib, catatan perilaku pelanggaran siswa-siswi serta sanksi yang
diberikan. Buku siswa tersebut wajib ditandatangani oleh orangtua dan siswa yang
bersangkutan.
Bentuk sanksi atau hukuman yang diberikan kepada siswa-siswi SMA
“X”, jika mereka melanggar tata tertib adalah mendapatkan tugas tertulis dari
guru, mendapat nilai “nol” jika ketahuan menyontek dan memberikan contekan
kepada siswa lain, serta tidak diperkenankan mengikuti 2 jam pelajaran jika
terlambat hadir di sekolah. Apabila telah 3-4 kali melakukan pelanggaran, akan
mendapatkan teguran lisan atau tertulis dari guru maupun kepala sekolah yang
dicatat di buku siswa, kemudian memanggil orangtua siswa-siswi yang
Universitas Kristen Maranatha 4
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah SMA “X” Bandung,
meskipun peraturan tata tertib beserta sanksi sudah diketahui oleh semua
siswa-siswi, namun masih terjadi pelanggaran tata tertib di sekolah tersebut.
Pelanggaran tata tertib sekolah paling sering dilakukan oleh siswa-siswi kelas 1
dan kelas 2. Jenis pelanggaran yang paling sering dilakukan oleh siswa-siswi
kelas 1, 2 maupun kelas 3 adalah terlambat hadir di sekolah. Jenis pelanggaran
lain yang juga dilakukan adalah membolos yaitu datang ke sekolah kemudian
meninggalkan jam pelajaran tanpa alasan yang jelas atau tidak hadir tanpa alasan,
menyontek, membawa handphone, dan tidak menggunakan perlengkapan seragam
seperti ikat pinggang.
Berdasarkan survey awal dari 25 siswa-siswi yang sering melakukan
pelanggaran tata tertib sekolah, diketahui bahwa 22 siswa-siswi (88%) terlambat
datang ke sekolah, 20 siswa-siswi (80%) tidak mengerjakan tugas, 10 siswa-siswi
(40%) menyontek, 6 siswa-siswi (24%) meninggalkan jam pelajaran sekolah, dan
5 siswa-siswi (20%) bolos dengan sengaja. Siswa-siswi melakukan pelanggaran
tata tertib dengan salah satu alasannya adalah kurang menyukai guru mereka di
kelas sehingga mereka kurang menyukai dan menghindari mata pelajaran tersebut
dan berdasarkan hasil angket tahunan yang disebarkan kepada siswa-siswi SMA
“X” oleh guru kurikulum, diketahui bahwa siswa -siswi merasa hebat jika
melanggar tata tertib tanpa diketahui oleh pihak sekolah, selain itu juga merasa
Universitas Kristen Maranatha 5
Kepala sekolah SMA “X” mengatakan bahwa siswa -siswi yang melakukan
pelanggaran tata tertib diantaranya terdapat siswa-siswi yang sebenarnya cerdas
dan kreatif. Siswa-siswi yang sering melakukan pelanggaran tata tertib memiliki
prestasi akademik berkisar rata-rata ke bawah dibandingkan dengan siswa-siswi
yang tidak melakukan pelanggaran tata tertib. Hal ini bukan karena kecerdasan
yang kurang, akan tetapi karena kurang memiliki motivasi yang kuat dalam
bidang akademik dan kurang berminat mengikuti kegiatan pembelajaran yang di
sekolah.
Motivasi belajar merupakan salah satu bagian dari kemampuan regulasi
diri yang dibutuhkan oleh siswa-siswi agar mampu meregulasi diri dalam bidang
akademik untuk mencapai tujuan akademik yang diharapkan oleh diri sendiri,
orang tua dan guru di sekolah. Dan pelanggaran tata tertib yang dilakukan
siswa-siswi seperti terlambat datang ke sekolah, tidak mengerjakan tugas, menyontek,
meninggalkan jam pelajaran sekolah, dan membolos dengan sengaja merupakan
perilaku yang berkaitan dengan siswa-siswi tersebut kurang mampu meregulasi
diri dalam bidang akademik sehingga dapat menghambat keberhasilan
akademiknya (Zimmerman & Martinez-Pons, Brody, Stoneman, & Flo dalam
Boekaerts, 2000)..
Siswa-siswi dikatakan mampu meregulasi dirinya dalam bidang akademik
apabila mampu merencanakan, menerapkan pemikiran dan perasaan-perasaan,
serta tindakan secara berulang-ulang yang didasari oleh keyakinan, motivasi dari
dalam diri untuk mencapai tujuan (goal) akademik sesuai dengan yang telah
Universitas Kristen Maranatha 6
tiga fase yaitu fase forethought dimana siswa-siswi memiliki tujuan akademik
yang diterapkan dengan cara menyusun strategi perencanaan dalam kegiatan
belajarnya, serta ditunjang dengan adanya keyakinan dari dalam diri. Fase
forethought pada siswa-siswi SMA”X” misalnya memiliki target nilai ketika menghadapi ulangan dan ujian. Fase performance or volitional control,
siswa-siswi akan melaksanakan semua rencana-rencana belajar yang telah disusunnya
untuk mencapai tujuan akademiknya, seperti memiliki jadwal belajar, belajar
sebelum ujian berlangsung dan melakukan pembagian waktu untuk setiap
kegiatan. Fase self reflection, siswa-siswi melakukan evaluasi terhadap hasil dari
tujuan akademik dan rencana yang telah dilaksanakan sesuai dengan yang ingin
dicapainya, misalnya membandingkan prestasi yang telah berhasil dicapai dengan
rencana yang telah ditetapkan sebelumnya guna menjadi bahan pertimbangan bagi
siswa-siswi SMA “X” untuk menentukan target akademik selanjutnya.
Di SMA “X” ulangan harian setiap mata pelajaran dilakukan minimal 6
kali dalam satu semester. Selain itu ada 2 kali pekan ulangan selama seminggu
yang dilakukan dengan mengambil waktu dari salah satu jam pelajaran. Setelah
itu siswa-siswi akan menghadapi pra-ujian sebelum ujian di akhir semester.
Dengan banyaknya ujian dalam satu semester diharapkan siswa-siswi SMA “X”
mampu meregulasi dirinya dalam bidang akademik seperti menetapkan tujuan dan
menggunakan strategi yang tepat untuk mencapai tujuan akademik, mengerjakan
tugas yang diberikan oleh guru, mengatur jadwal belajar, mentaati aturan yang
ditetapkan sekolah agar dapat mengikuti pembelajaran dengan lancar sehingga
Universitas Kristen Maranatha 7
Berdasarkan survey awal berupa kuesioner yang dilakukan oleh peneliti
kepada 25 siswa-siswi SMA “X” Bandung yang melakukan pelanggaran tata
tertib sekolah, diperoleh hasil 40% (10 siswa-siswi) mampu meregulasi dirinya
dalam bidang akademik. Siswa-siswi memiliki tujuan akademik (forethought), hal
ini tampak dari mendapatkan nilai yang baik dalam ulangan dan ujian, naik kelas,
kemudian memasuki program studi serta kuliah di jurusan yang diminatinya.
Mereka mampu menyusun rencana kemudian akan melaksanakannya
(performance or volitional control) dengan belajar, membuat jadwal belajar,
mengikuti les tambahan di luar sekolah, mengurangi waktu bermain,
memperhatikan guru ketika di kelas, walaupun merasa akan malas melakukannya
dan tergoda untuk bermain. Mereka juga melakukan evaluasi terhadap apa yang
telah berhasil diperolehnya untuk menentukan target berikutnya. Evaluasi yang
dilakukan (self reflection) yaitu membandingkan hasil dari performance yang
telah berhasil dengan target yang ditentukan sebelumnya. Siswa-siswi yang
memiliki target nilai ulangan akan membandingkan nilai yang telah diperoleh
dengan rencana sebelumnya. Mereka melakukan evaluasi agar tidak melakukan
lagi kesalahan ketika melakukan perencanaan berikutnya dan untuk mendapatkan
hasil yang lebih baik lagi.
Kemudian, 60% (15 siswa-siswi) kurang mampu meregulasi dirinya
karena siswa-siswi tersebut kurang mampu melakukan satu atau lebih fase
regulasi diri yaitu forethought, performance or volitional control dan
Universitas Kristen Maranatha 8
tidak terlalu peduli dengan nilai yang diperolehnyan. 53% (8 siswa-siswi) kurang
mampu menyusun rencana dan yang akan dilaksanakannya (performance or
volitional control) dengan alasan malas dan tidak yakin rencana-rencana yang telah disusunnya dapat mencapai target akademik. 67% (10 siswa-siswi) kurang
mampu mengevaluasi diri (self reflection) dengan alasan menerima apapun hasil
yang akan diperolehnya tanpa perlu mengevaluasinya, tidak yakin dirinya mampu
mencapai target akademik dan takut mengalami kegagalan.
Berdasarkan fakta-fakta di atas, siswa-siswi SMA “X” yang melakukan
pelanggaran tata tertib sekolah sebagian besar kurang mampu meregulasi diri
dalam bidang akademik, namun terdapat siswa-siswi yang melakukan pelanggaran
tata tertib mampu meregulasi diri dalam bidang akademik. Dengan demikian,
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dekskriptif mengenai kemampuan
regulasi diri dalam bidang akademik pada pelaku pelanggaran tata tertib sekolah
(School Misdemeanor) di SMA “X ” Bandung.
1.2Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka ingin
diketahui bagaimana kemampuan regulasi diri dalam bidang akademik pada
siswa-siswi yang melakukan pelanggaran tata tertib sekolah (School
Universitas Kristen Maranatha 9
1.3Maksud dan Tujuan Penelitian
• Maksud dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai
kemampuan regulasi diri dalam bidang akademik pada siswa-siswi yang
melakukan pelanggaran tata tertib sekolah di SMA “X” Bandung.
• Tujuan dari penelitian ini adalah ingin mengetahui gambaran lebih rinci
mengenai taraf kemampuan regulasi diri dalam bidang akademik pada
siswa-siswi yang melakukan pelanggaran tata tertib sekolah di SMA “X”
Bandung.
1.4Kegunaan penelitian
1.4.1 Kegunaan Teoritis
- Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tambahan bagi
Ilmu Psikologi, khususnya Psikologi Pendidikan mengenai
kemampuan regulasi diri dalam bidang akademik.
- Penelitian ini sebagai masukan bagi penelitian selanjutnya yang
membahas mengenai kemampuan regulasi diri dalam bidang
akademik.
1.4.2 Kegunaan Praktis
- Sebagai bahan informasi bagi sekolah yang bersangkutan, terutama
dalam penyusunan program bimbingan bagi siswa-siswi yang
melakukan pelanggaran tata tertib sekolah mengenai kemampuan
regulasi diri dalam bidang akademik, agar mereka dapat mencapai
Universitas Kristen Maranatha 10
- Sebagai bahan informasi bagi siswa-siswi mengenai pentingnya
kemampuan regulasi diri dalam bidang akademik, agar siswa-siswi
dapat mengembangkan kemampuan regulasi diri untuk mencapai
tujuan (goal) akademik dan tidak melakukan pelanggaran tata tertib
sekolah.
1.5 Kerangka Pemikiran
Siswa-siswi SMA ”X” Bandung (16 -19 tahun) berada pada taraf
perkembangan masa remaja yang merupakan periode perkembangan dalam suatu
kurun kehidupan manusia yang selalu dilalui dan juga merupakan masa peralihan
antara masa anak-anak menuju masa dewasa. Remaja mengalami
perubahan-perubahan dasar yaitu perubahan-perubahan biologis, kognitif dan sosial yang secara
universal dialami remaja (Steinberg, 1993).
Banyak keputusan penting dengan konsekuensi jangka panjang tentang
sekolah dan karir yang dibuat selama masa remaja. Keputusan-keputusan ini
tergantung pada evaluasi keberhasilan remaja di sekolah terhadap kompetensi dan
harapan-harapan mereka pada masa yang akan datang (Henderson & Dweek,
1990 dalam Steinberg, 1993). Untuk itu siswa-siswi SMA “X” Bandung sebag ai
remaja mengikuti kegiatan belajar mengajar di sekolah untuk mempersiapkan diri
Universitas Kristen Maranatha 11
Akan tetapi, tidak semua remaja mampu mengikuti kegiatan
belajar-mengajar dengan baik, misalnya saja remaja yang misdemeanor yaitu remaja yang
secara sengaja menentang aturan-aturan yang dibuat orangtua, guru atau orang
lain yang merupakan figur otoritas (Hurlock, 1973). Misdemeanor dibagi 3 yaitu
misdemeanor rumah, misdemeanor masyarakat, dan misdemeanor sekolah. Misdemeanor yang dilakukan di sekolah lebih dikenal dengan sebutan pelanggaran tata tertib sekolah. Hurlock (1973) memberikan contoh pelanggaran
tata tertib sekolah diantaranya adalah: meninggalkan jam pelajaran sekolah,
terlambat dan bolos secara sengaja, menyontek dan berkelahi. Hal ini dapat
merugikan siswa-siswi yang melakukan pelanggaran tata tertib sekolah yaitu
mereka memperlihatkan ketidakseriusan dalam belajarnya di sekolah.
Menurut Hurlock (1973), pelanggaran tata tertib yang dilakukan dapat
disebabkan oleh kurangnya latihan atau mendapatkan latihan yang salah di rumah
atau sekolah sehingga dapat menyebabkan kebingungan dan mengarah pada
pelanggaran hukum yang bersifat ringan (misdemeanor). Kekecewaan yang kuat
di rumah atau sekolah sering disalurkan dengan melanggar peraturan dengan
sengaja untuk mengadakan pembalasan. Demikian juga dengan perasaan kurang
diperhatikan, akan membuat siswa-siswi melanggar hukum dengan harapan
mendapatkan kekaguman untuk keberaniannya, hasrat untuk membuat sensasi,
dan meyakinkan dirinya sendiri serta teman sebayanya mengenai kemandiriannya
Universitas Kristen Maranatha 12
Biasanya perilaku sering melanggar tata tertib diikuti dengan hasil
akademik yang kurang memuaskan, karena siswa-siswi SMA “X” yang sering
melakukan pelanggaran tata tertib sekolah cenderung kurang peduli dengan
pelajaran di sekolah, kurang berminat mengikuti kegiatan belajar-mengajar di
sekolah, dan kurang berminat mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru.
Sebenarnya, dengan pembelajaran di sekolah diharapkan siswa-siswi dapat
menyelesaikan dengan baik tugas-tugas perkembangan yang dihadapi saat ini
untuk mencapai tahap perkembangan selanjutnya. Oleh karena itu, siswa-siswi
SMA “X” yang melakukan pelanggaran tata tertib sekolah memerlukan
kemampuan regulasi diri dalam bidang akademik untuk mencapai
rencana-rencana akademiknya di masa depan.
Kemampuan meregulasi diri dalam bidang akademik adalah thoughts
(pemikiran-pemikiran), feelings (perasaan-perasaan), dan action (tindakan) yang
direncanakan dan diterapkan oleh siswa-siswi SMA “X” yang melakukan
pelanggaran tata tertib sekolah secara berulang-ulang untuk mencapai tujuan
akademiknya (personal goals) yang didasari oleh keyakinan dan motivasi dalam
diri (Schunk, 1994; Zimmerman, 1989, 1990, 2000, Zimmerman & Kitsantas,
1996; dalam Boekaerts, 2000). Dalam meregulasi diri, siswa-siswi mengalami
tiga fase yang merupakan siklus yaitu forethought, performance or volitional
Universitas Kristen Maranatha 13
Fase forethought berkaitan dengan proses-proses yang mempengaruhi
usaha yang dilakukan sebelum bertindak dan mengatur strategi untuk mencapai
tujuan akademik. Pada fase ini, siswa-siswi yang SMA “X” yang melakukan
pelanggaran tata tertib sekolah mampu meregulasi dirinya akan mampu
melakukan task analysis yang meliputi penentuan tujuan dan strategi untuk
mencapai tujuan akademik yang telah ditentukan. Dalam task analysis,
siswa-siswi akan melakukan goal setting yaitu menentukan tujuan akademik yang ingin
diraihnya, kemudian melakukan strategic planning yaitu menyusun strategi yang
tepat untuk mencapai tujuan akademiknya. Siswa-siswi yang ingin mendapatkan
nilai yang baik, naik kelas, dan memasuki jurusan di bangku kuliah sesuai dengan
minatnya akan menyusun jadwal belajar, mengerjakan tugas yang diberikan oleh
guru, dan belajar sebelum menghadapi ulangan atau ujian. Sedangkan, siswa-siswi
SMA “X” yang melakukan pelanggara n tata tertib sekolah yang kurang mampu
meregulasi dirinya biasanya membuat target-target yang ingin dicapainya tapi
kurang menyesuaikan tujuan dan pilihan strategi dengan tepat dalam mengerjakan
tugas mereka.
Agar tujuan dan strategi yang telah ditetapkan dapat tercapai maka harus
disertai dengan self motivation beliefs. Self motivation beliefs terdiri dari self
efficacy, outcome expectations, dan intrinsic interest or valuing dan goal orientation. Self efficacy mengacu pada personal beliefs (keyakinan diri) untuk belajar dan bertindak, yaitu keyakinan siswa-siswi mendapatkan nilai yang baik,
naik kelas dan memasuki jurusan di bangku kuliah yang diminatinya. Outcomes
Universitas Kristen Maranatha 14
keyakinan siswa-siswi terhadap harapan pencapaian hasil dari kegiatan belajarnya
yang telah dilakukannya. Intrinsic interest or valuing dan goal orientation
mengacu pada motivasi dari dalam diri untuk mencapai suatu tujuan (goal) dan
usaha yang dilakukan oleh siswa-siswi agar memiliki hasil yang lebih baik.
Siswa-siswi akan memotivasi dirinya sendiri dalam mencapai tujuan akademiknya
dengan melaksanakan strategi yang telah disusunnya dan terus-menerus berusaha
untuk mencapai hasil yang lebih baik. Sebaliknya, kekurangan motivasi belajar
dalam diri dapat menyebabkan siswa-siswi SMA “X” yang melakukan
pelanggaran tata tertib sekolah menunjukkan perilaku kurang berminat ketika
mengikuti pembelajaran di sekolah.
Pada fase Performance or volitional control meliputi proses-proses yang
terjadi selama usaha itu akan berlangsung, dan dampak dari perhatian serta
tindakan yang dilakukan. Pada fase ini, siswa-siswi SMA “X” yang melakukan
pelanggaran tata tertib sekolah akan melaksanakan strategi perencanaan yang
telah disusunnya untuk mencapai tujuan (goal) yang telah ditetapkannya.
Siswa-siswi memiliki self control, yaitu mengarahkan diri melaksanakan rencana untuk
mencapai tujuan akademiknya. Siswa-siswi akan membayangkan keberhasilan
dari tujuan akademik yang ingin diraih, dengan memfokuskan perhatian dengan
mengabaikan gangguan-gangguan yang muncul di lingkungan. Hal tersebut
dilakukan ketika akan melaksanakan rencana yang telah disusun, demi
Universitas Kristen Maranatha 15
Setelah self control pada fase performance or volitional control terdapat
self observation yaitu pengamatan terhadap pemahaman diri. Self observation ini berkenaan dengan aspek spesifik yang dimiliki seseorang dari performancenya.
Hal tersebut dipengaruhi oleh kondisi lingkungan sekitarnya serta dampak dari
performance yang mampu dilakukannya (Zimmerman & Paulsen, 1995, dalam Boekaerts, 2000). Siswa-siswi SMA “X” yang melakukan pelanggaran tata tertib
sekolah akan melakukan self-recording yaitu melakukan pengamatan terhadap
strategi yang pernah dilaksanakannya seperti kegiatan belajar. Kemudian
siswa-siswi akan melakukan self experimentation yaitu mencoba strategi baru, dimana
siswa-siswi memperhatikan pola-pola tindakan secara berulang, seperti pada saat
mereka memperoleh hasil yang tidak sesuai dengan tujuan maka mereka akan
mencari penyebab dari kegagalan. Kemudian mereka memperbaharui strateginya
untuk mendapatkan hasil sesuai dengan tujuannya, sehingga mengarahkan
siswa-siswi pada pemahaman diri yang semakin besar dan performance or volitional
control yang lebih baik.
Fase Self reflection merupakan fase terakhir dari regulasi diri. Self
reflection meliputi proses yang terjadi setelah suatu usaha dilakukan dan pengaruh dari respon individu terhadap pengalamannya itu, dan akan mempengaruhi
perencanaan siswa-siswi selanjutnya. Pada fase ini terdiri dari self judgement dan
self reactions. Siswa-siswi SMA “X” yang melakukan pelanggaran tata tertib sekolah memiliki self judgement yaitu usaha yang dilakukan siswa-siswi untuk
mengevaluasi tindakan yang telah berhasil dilakukannya (self evaluatif), dan
Universitas Kristen Maranatha 16
Pada self reaction, siswa-siswi akan mempersepsi kepuasan atau ketidakpuasan
(self satisfaction/affect) terhadap performance yang dilakukannya, dan membuat
kesimpulan dari usaha-usaha belajar yang telah dilakukannya untuk mencapai
tujuannya (adaptive/defensive inference).
Kepuasan yang dirasakan oleh siswa-siswi SMA “X” yang melakukan
pelanggaran tata tertib sekolah tergantung pada nilai-nilai intrinsiknya terhadap
tugas-tugas akademiknya. Misalnya, jika siswa-siswi memandang nilai ulangan
pelajaran IPA lebih penting dibandingkan nilai mata pelajaran lainnya, maka
mereka akan merasakan ketidakpuasan yang besar dan kecemasan jika
mendapatkan penilaian performance yang tidak menyenangkan. Sebaliknya,
siswa-siswi yang memandang nilai ulangan tersebut tidak penting untuk
diperhatikan maka siswa-siswi tersebut tidak akan merasakan stress yang
berlebihan. Siswa-siswi yang mempunyai self-regulated yang tinggi akan
menghargai perasaan intrinsik terhadap self-respect dan self-satisfaction dari
pekerjaan yang telah dilakukan dengan lebih baik daripada memperoleh reward
yang bersifat material (Bandura, 1997; dalam Boekaerts, 2000). Kepuasan diri
yang dialami oleh siswa-siswi dapat meningkatkan self-motivational beliefs dalam
mencapai tujuan akademik yang diharapkan selanjutnya. Sebaliknya,
ketidakpuasan diri dapat menurunkan keyakinan diri siswa-siswi dan minat