• Tidak ada hasil yang ditemukan

SINTESIS DAN KARAKTERISASI BLENDING ZnO-Fe(II)ASETONITRIL KLORIDA DAN UJI PENDAHULUAN AKTIVITAS KATALITIKNYA PADA REAKSI TRANSESTERIFIKASI.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "SINTESIS DAN KARAKTERISASI BLENDING ZnO-Fe(II)ASETONITRIL KLORIDA DAN UJI PENDAHULUAN AKTIVITAS KATALITIKNYA PADA REAKSI TRANSESTERIFIKASI."

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

SINTESIS DAN KARAKTERISASI BLENDING

ZnO-Fe(II)ASETONITRIL KLORIDA DAN UJI PENDAHULUAN

AKTIVITAS KATALITIKNYA PADA REAKSI TRANSESTERIFIKASI

Skripsi Sarjana Kimia

Oleh

RIKA FITRI YENI

BP : 0910413092

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG

(2)

vii

ABSTRACT

SYNYHESIS AND CHARACTERIZATION Of ZnO-Fe(II)ACETONITRILE CHLORIDE BLENDING AND PRELIMINARY TEST THE ACTVITY OF

CATALYTIC IN TRANSESTERIFICATION REACTION

By

RIKA FITRI YENI (BP. 09 10413 092) ADVISOR : Dr. Syukri and Admi, M.Si

Catalyst is one of important material in a reaction. The catalyst activity can be improved by combining with another substance. In this work, an iron(II) chloride blended on ZnO in a solvent ligand has been carried out. The blend obtained process was identified by XRD, FTIR, SEM and AAS. XRD analysis showed that the availability of metal transition salt does not significantly affect the crystallinity of ZnO. FTIR analyst showed that blending product occur in the form of Fe(II) acetonitrile on the surface of ZnO. SEM analysis showed that the blending material is in the form of particle aggregate. AAS measurement proved that the blending material was stable, the leaching value less than 10%. For preliminary catalytic activity test, measurement of GC-MS showed that ZnO-Fe(II)acetonitrile chloride with Fe : Zn 1 : 100 have good activity, in which total of methyl ester produced as 81.35% by area percentage.

(3)

1

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian

Dewasa ini Indonesia mengalami masalah dalam sektor transportasi dan energi.

Kebutuhan akan energi yang semakin meningkat seiring berjalannya waktu dan

bertambahnya penduduk. Hal ini merupakan kebalikan dari persediaan sumber

energi dan bahan bakar fosil yang semakin sedikit. Dengan menipisnya bahan

bakar fosil membuat biodiesel merupakan salah satu energi alternatif yang menarik

pada saat ini, karena karakteristiknya mirip dengan bahan bakar diesel. Selain itu,

biodiesel ramah lingkungan karena membuang gas bebas dari sulfur dan senyawa

aromatik yang mudah didegradasi dan tidak beracun [1].

Biodiesel adalah senyawa alkil ester yang diproduksi melalui proses

alkoholisis (transesterifikasi) antara trigliserida dengan metanol atau etanol dengan

bantuan katalis basa menjadi alkil ester dan gliserol; atau esterifikasi asam-asam

lemak (bebas) dengan metanol atau etanol dengan bantuan katalis basa menjadi

senyawa alkil ester dan air [2].

Bahan bakar biodiesel sangat potensial dikembangkan karena dapat

diperbaharui, dan dapat digunakan secara langsung untuk mengganti minyak solar

pada mesin diesel. Cara memperoleh biodiesel bisa dengan reaksi esterifikasi dari

free fatty acids (FFAs) dengan alkohol melalui katalis asam atau trasesterifikasi

dari triasilgliserida dengan alkohol melalui katalis basa [4].

Katalis sangat memainkan peranan penting dalam berbagai proses industri,

seperti industri energi, bahan bakar, farmasi dan bahan kimia. Senyawa katalis

sebagai salah satu unsur terpenting dalam proses sintesis, baik organik maupun

anorganik akan sangat menarik untuk diteliti dan dimodifikasi, sehingga kegunaan

dari katalis tersedut dapat ditingkatkan dan dampak terhadap lingkungan atau efek

samping dari katalis tersebut dapat diminimalisir sekecil mungkin. Namun

(4)

2

pusat kajian intensif terkait sifat kimiawinya yang dapat diaplikasikan sebagai

katalis. Dalam beberapa pelarut organik seperti tetrahidrofuran, diklorometan atau

toluen, katalis-katalis tersebut dapat larut dengan mudah membentuk sistem

homogen. Untuk mengheterogenkannya dilakukan proses amobilisasi pada

material support sehingga diperoleh sitem tak larut [3,10].

Logam transisi dan senyawanya merupakan katalis yang baik. Kemampuan ini

disebabkan karena logam transisi dapat mengalami perubahan bilangan oksidasi

dan mampu menyerap zat pada permukaannya sehingga mengefektifkan reaksi.

Kompleks logam transisi menjadi sangat menarik terkait sifat kimianya yang dapat

diaplikasikan sebagai katalis. Sifat-sifat logam pusat seperti muatan, tingkat

oksidasi, konfigurasi elektron dan geometri memberikan pengaruh pada reaktifitas

senyawa kompleks tersebut. Katalis senyawa kompleks logam transisi dengan

rumus umum [M(L)n]x[A]y dimana M adalah ion logam pusat, L adalah ligan lemah

dan A adalah anion lawan berdaya koordinasi lemah atau sama sekali non

koordinasi [5].

Senyawa komplek logam (biasanya logam-logam transisi) merupakan senyawa

yang memiliki satu atau lebih ikatan logam-karbon, sehingga lebih dikenal dengan

senyawa organologam yang terdiri dari atom pusat dan ligan. Senyawa-senyawa

komplek memiliki kemampuan sebagai katalis, hal ini disebabkan oleh

molekul-molekul yang memiliki gugus fungsi yang bisa berkoordinasi ke atom pusat,

spesies reaktif yang memiliki kemampuan untuk menstabilkan dan mengontrol

jalannya suatu reaksi, dan dua molekul bisa berkoordinasi pada atom pusat yang

sama, sehingga akan mengubah kemungkinan dari suatu reaksi yang terjadi [6].

Penggunaan logam transisi sebagai katalis sudah banyak dilakukan. Besi (Fe)

merupakan katalis dalam produksi NH3 melalui proses Haber Bosch. Selain dalam

bentuk logam, persenyawaan besi (Fe) dalam garam logam transisi misalnya

FeCl2 sudah diaplikasikan sebagai katalis dalam mensintesis silikon carbida dan

hidrolisis selulosa.

Dari seluruh hasil penelitian yang sudah dipublikasikan bahwa hampir semua

(5)

3

teramobilisasi diuji untuk beberapa kali pengulangan yang umumnya disebabkan

oleh terlepasnya ikatan antara katalis dengan supportnya (leaching). Dengan

demikian pengembangan metoda yang lebih baik perlu segera diusulkan untuk

menjaga stabilitas amobilisasi disatu sisi dan juga untuk mempertahankan aktifitas

pusat aktif katalitik sehingga bisa dipakai ulang sesering mungkin [7,8].

Metode paling umum untuk memperoleh biodiesel adalah melalui proses

transesterifikasi dengan menggunakan katalis homogen basa kuat seperti NaOH

dan KOH. Akan tetapi, penggunaan katalis homogen akan menambah langkah

proses dan mengalami kesulitan untuk memisahkan produk reaksi. Penggunaan

katalis heterogen merupakan suatu alternatif karena katalis heterogen mudah

dipisahkan dari campuran reaksi dengan filtrasi serta dapat digunakan kembali

(direcovery).

Salah satu jenis katalis heterogen yang banyak digunakan dalam reaksi

transesterifikasi adalah katalis berpendukung (bersupport). ZnO adalah suatu

material yang di gunakan secara luas sebagai support katalis, karena memiliki

struktur wurtzite yang stabil, dapat digunakan kembali, ramah lingkungan, memiliki

temperatur leleh tinggi (975 oC) dan relatif murah [4].

Di dalam penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh R. S. Pratikha,

material yang digunakan yaitu silika dan silika yang telah dimodifikasi dengan

anilin (C6H5NH2) dan aluminium triklorida (AlCl3) telah memberikan hasil yang

cukup baik dalam proses transesterifikasi [9]. Penggunaan ZnO sebagai katalis

dalam reaksi transesterifikasi sudah diteliti, dimana ZnO dikombinasikan dengan

oksida logam lainnya misalnya seperti TiO2-ZnO, CaO-ZnO, La2O3, dan

ZnO-Al2O3. Dalam penelitian tersebut, katalis – katalis tersebut mampu menjadi katalis

yang baik dalam reaksi transesterifikasi. Pada penelitian kali ini disintesis katalis

yang dihasilkan dari blending FeCl2 dengan ZnO dalam pelarut asetonitril yang

(6)

4

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diatas maka dapat dirumuskan suatu

permasalahan sebagai berikut :

1. Apakah FeCl2 dalam asetonitril dapat diblending pada ZnO?

2. Apakah blending ZnO-Fe(II)asetonitril klorida cukup stabil?

3. Apakah blending katalis ZnO-Fe(II)asetonitril klorida menunjukkan aktifitas

katalitik dalam reaksi transesterifikasi minyak nabati?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1. Mempelajari proses blending FeCl2 dengan ZnO dalam asetonitril;

2. Mempelajari karakterisasi blending FeCl2 dalam asetonitril dengan ZnO;

3. Mengetahui aktifitas katalitik ZnO-Fe(II)asetonitril klorida pada reaksi

transesterifikasi minyak nabati dan membandingkannya dengan ZnO.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian yang diusulkan ini diharapkan dapat menjadi landasan yang kuat bagi

pengembangan berbagai jenis katalis yang dapat digunakan untuk menghasilkan

sumber bahan bakar terbarukan di Laboratorium Kimia Material Jurusan Kimia

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi hedonis berhubungan yang signifikan positif dengan sikap penelusuran produk tetapi tidak semua motivasi utilitarian

Kridalaksana menyebutkan bahwa nomina adalah kelas kata yang biasanya dapat berfungsi sebagai subjek atau objek dari klausa; kelas kata ini sering berpadanan dengan orang,

Selanjutnya, akan dibahas juga beberapa aplikasi dan akibat dari Teorema Cayley-Hamilton terkait dengan radikal dan prima minimal suatu ideal dari suatu matriks

Dapat dilihat pada Gambar 4.5 sebaran TSS berdasarkan algoritma Parwati menunjukkan kawasan pesisir memiliki kondisi nilai TSS yang tinggi dikanalingkan dengan perairan

Kehadiran web 2.0 semakin membuat semua pengguna saling berinteraksi dan bertukar informasi dengan cepat, dengan teknologi share, collaborate dan exploit web 2.0 semakin banyak

Jangka Masa Proses Kerja Pelajar Staf Fakulti Peraturan dan garis panduan tidak dipatuhi F.02 Pemilihan Peserta Kursus Jangka Pendek Surat Permohonan dr PDRM

Praktikum terakhir yaitu sintesis butyl asetat. Pada praktikum ini, mahasiswa lebih siap, hal ini dikonfirmasi saat persiapan awal praktikum. Pada praktikum ini,

Penulis berpendapat bahwa Putusan dari MKRI tersebut dapat berakibat pada lemahnya perlindungan hukum terhadap notaris dalam hal akta yang dibuatnya, terutama pada