• Tidak ada hasil yang ditemukan

OPTIMALISASI PENAMBAHAN JAM KERJA DALAM PERCEPATAN WAKTU PELAKSANAAN PROYEK REHAB PASAR UMUM KUSAMBA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "OPTIMALISASI PENAMBAHAN JAM KERJA DALAM PERCEPATAN WAKTU PELAKSANAAN PROYEK REHAB PASAR UMUM KUSAMBA."

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

OPTIMALISASI PENAMBAHAN JAM KERJA

DALAM PERCEPATAN WAKTU PELAKSANAAN

PROYEK REHAB PASAR UMUM KUSAMBA

TUGAS AKHIR

Oleh :

I Putu Pande Raditya Narendra

1004105040

JURUSAN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS UDAYANA

(2)
(3)
(4)

i

ABSTRAK

Proyek Rehab Pasar Umum Kusamba yang berlokasi di Desa Kusamba,Kecamatan Dawan, Kabupaten Klungkung, Bali mengalami keterlambatan pada pelaksanaannya, yaitu sebesar 8,505 % ( 12 hari) pada minggu ke 13 dengan progress rencana 70,261% tetapi pada progress riil di lapangan baru mencapai 61,756%. Keterlambatan tersebut diakibatkan oleh adanya perubahan desain yang dilakukan oleh owner.

Untuk mengatasi keterlambatan penyelesaian proyek tersebut , maka dilakukan upaya percepatan pelaksanaan proyek. Karena adanya keterbatasan tenaga kerja, alternatif pelaksanaan percepatan dilakukan dengan penambahan jam kerja lembur. Analisis dicoba dari satu jam sampai tiga jam kerja menggunakan Metode Analisis Pertukaran Waktu dan Biaya (Time Cost Trade Off Analysis).

Dari analisis yang dilakukan, didapatkan penambahan jam kerja optimum yang dibutuhkan untuk percepatan 12 hari dengan menerapkan 2 jam kerja (lembur) pada 12 item pekerjaan. Besarnya biaya tambahan akibat 2 jam lembur adalah Rp 18.141.022,92 dengan biaya langsung sebesar 15.699.772,92 dan biaya tak langsung sebesar Rp 2.441.250,00. Sehingga biaya pelaksanaan meningkat dari Rp. 1.438.130.894,40 menjadi Rp. 1.456.271.917,32.

(5)

ii

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur penulis ucapkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkah dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang Berjudul “ Optimalisasi Penambahan Jam Kerja Dalam Percepatan Waktu Pelaksanaan Proyek Rehab Pasar Umum Kusamba”.

Dalam penyusunan tugas akhir ini penulis banyak mendapat bimbingan dan informasi yang sangat berharga dari berbagai pihak, oleh karena itu dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ir. Ariany Frederika, MT., selaku dosen pembimbing I, Ibu G.A. P Candra Dharmayanti. ST, MSc, Ph.D selaku dosen pembimbing II, dan Bapak Komang Mahayana,ST selaku Project Manager Proyek Pembangunan Rehab Pasar Umum Kusamba, Serta semua pihak yang turut membantu saya dalam menyelesaikan penelitian ini.

Penulis telah berusaha dengan segala kemampuan untuk menyempurnakan penelitian ini, dan menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran–saran maupun kritik–kritik yang sifatnya membangun dari pembaca, sebagai bahan pertimbangan dan penyempurnaan penelitian ini.

Akhir kata, semoga Tugas Akhir ini dapat berguna sebagaimana mestinya dan dapat bermanfaat bagi semua.

Jimbaran,6 April 2016

(6)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Proyek Rehab Pasar Umum Kusamba yang berlokasi di Desa

Kusamba,Kecamatan Dawan, Kabupaten Klungkung, Bali digunakan sebagai objek

penelitian karena mengalami keterlambatan pada pelaksanaannya, yaitu sebesar

8,505 % ( 12 hari) pada minggu ke 13 yang progress rencana 70,261% tetapi pada

progress real di lapangan baru mencapai 61,756%. Keterlambatan pelaksanaan

proyek tersebut diakibatkan oleh adanya perubahan desain yang dilakukan oleh

owner pada proyek tersebut dan adanya tuntutan waktu penyelesaian seperti pada

kontrak.

Keterlambatan pekerjaan proyek dapat diantisipasi dengan melakukan

percepatan dalam pelaksanaanya, namun harus tetap memperhatikan faktor biaya.

Pertambahan biaya yang dikeluarkan diharapkan seminimum mungkin dan tetap

memperhatikan standar mutu. Percepatan waktu pelaksanaan dapat dilakukan

dengan mengadakan penambahan jam kerja, alat bantu yang lebih

produktif,penambahan jumlah pekerja, menggunakan material yang lebih cepat

pemasangannya dan menggunakan metode konstruksi yang lebih cepat.

Untuk mengatasi keterlambatan penyelesaian proyek , maka dilakukan upaya

percepatan pelaksanaan pada proyek tersebut. Dengan adanya keterbatasan tenaga

kerja dan untuk mengejar keterlambatan agar kembali pada waktu rencana maka

alternatif pelaksanaan percepatan dilakukan dengan penambahan jam kerja.

Analisis dicoba dari satu jam sampai tiga jam kerja menggunakan Metode

Analisis Pertukaran Waktu dan Biaya (Time Cost Trade Off Analysis). Maksudnya adalah mengoptimalisasi percepatan waktu pelaksanaan proyek antara satu jam

sampai tiga jam dan menganalisis sejauh mana waktu dapat dipersingkat untuk

kembali pada waktu rencana dengan penambahan biaya minimum terhadap

(7)

2 diketahui percepatan waktu yang paling maksimum dan biaya yang paling

minimum.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka pokok permasalahan yang akan

dibahas dalam penulisan ini adalah :

1. Berapakah penambahan jam kerja optimum dari alternatif 1 jam, 2 jam dan

3 jam dalam percepatan pelaksanaan proyek konstruksi dengan

menggunakan metode Time Cost Trade Off Analysis?

2. Berapakah biaya percepatan optimum pada proyek konstruksi dengan

menggunakan metode Time Cost Trade Off Analysis?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah :

1. Mengetahui alternatif penambahan jam kerja optimum dengan

alternatif 1 jam, 2 jam dan 3 jam dalam percepatan pelaksanaan

proyek konstruksi dengan menggunakan metode Time Cost Trade Off Analysis.

2. Mengetahui biaya percepatan optimum pada proyek konstruksi

dengan menggunakan metode Time Cost Trade Off Analys.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penulisan ini untuk mengetahui penambahan jam kerja

optimum dan pengaruhnya terhadap biaya dan waktu dari proyek, dan sebagai

alternatif bagi pihak kontraktor dalam menghadapi masalah keterlambatan proyek

(8)

3

1.5 Batasan Masalah

Melihat keterbatasan yang ada pada penulis dan luasnya ruang lingkup

permasalahan, maka penelitian diberikan batasan sebagai berikut :

1. Jam kerja normal selama 8 jam per hari yaitu pukul 8.00 sampai pukul

12.00, selanjutnya pukul 13.00 sampai pukul 17.00

2. Percepatan dilakukan untuk kembali pada time schedule rencana.

3. Perhitungan percepatan penambahan jam kerja dari satu jam s/d tiga jam

per hari berdasarkan pada Keputusan Menteri Tenaga Kerja Pasal 78 ayat

1 huruf

b UU No. 13 Th. 2003, Pasal 3 ayat 2 Keputusan Menteri Tenaga Kerja

Nomor KEP. 102/ MEN/ VI/ 2004.

4. Harga upah pekerja untuk kerja lembur menurut Keputusan Menteri

Tenaga Kerja Nomor KEP. 102/ MEN/ VI/ 2004 pasal 11.

5. Pekerjaan yang dilemburkan diasumsikan tidak ada penambahan tenaga

kerja.

6. Penentuan jaringan kerja dan lintasan kritis proyek digunakan Metode

Diagram Preseden (PDM) dibantu dengan software Microsoft Project,

berdasarkan pada time schedule dari proyek.

7. Metode yang digunakan pada percepatan ini adalah Analisis Pertukaran

(9)

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengenalan Proyek Konstruksi

Proyek kontruksi merupakan suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan untuk

mencapai hasil dalam bentuk fisik bangunan atau infrastruktur. Dalam rangkaian

kegiatan tersebut, ada suatu proses yang mengolah sumber daya proyek menjadi

suatu hasil kegiatan yang berupa bangunan. Proses yang terjadi dalam rangkaian

kegiatan itu tertentunya melibatkan pihak-pihak yang terkait,baik secara langsung

maupun tidak langsung (Soeharto, 1997)

Kegiatan proyek dapat diartikan juga sebagai suatu kegiatan sementara yang

langsung dalam jangka waktu yang terbatas, dengan alokasi sumber daya yang

tertentu dan dimaksudkan untuk melaksanakan tugas yang sasarannya telah

digariskan dengan jelas (Soeharto, 1997). Wujud dari proses pelaksanakan proyek

tersebut dapat berupa bangunan gedung (perumahan, kantor, pabrik), bangunan

sipil (jalan raya, jembatan, bendungan), membuat produk baru, ataupun melakukan

penelitian dan pengembangan. Adapun ciri-ciri pokok proyek adalah:

a. Memiliki tujuan khusus, produk akhir atau hasil kerja akhir

b. Jumlah biaya, sasaran jadwal serta kriteria mutu dalam proses

mencapai tujuan yang telah ditentukan.

c. Bersifat sementara, dalam arti umumnya dibatasi oleh selesainya tugas.

Titik awal dan titik akhir ditentukan dengan jelas.

d. Nonrutin, tidak berulang-ulang. Jenis dan intesitas kegiatan berubah

sepanjang proyek berlangsung.

Dalam mencapai sasaran dan tujuan dari proyek yang telah ditentukan

terdapat batas-batasan dalam suatu proyek yaitu Triple Constraint atau tiga kendala yang terdiri dari:

1. Biaya / Anggaran (Cost)

Proyek harus diselesaikan dengan biaya yang tidak melebihi anggaran

(10)

5 dalam jumlah besar dan jadwal yang bertahun-tahun, anggaranya bukan

hanya ditentukan untuk total proyek tetapi dipecah bagi

komponen-komponennya, atau per periode tertentu yang jumlahnya disesuaikan

dengan keperluan. Dengan demikian, penyelesaikan bagian-bagian

proyek pun harus memenuhi sasaran anggaran per periode.

2. Waktu / jadwal (Time)

Proyek harus dikerjakan sesuai dengan kurun waktu dan tanggal akhir

yang telah ditentukan. Bila hasil akhir adalah produk baru, maka

penyerahannya tidak boleh melewati batas waktu yang telah ditentukan.

3. Mutu

Produk atau hasil kegiatan proyek harus memenuhi spesifikasi dan

kreteria yang dipersyaratkan. Memenuhi persyaratan mutu berarti

memenuhi tugas yang dimaksudkan atau sering disebut sebagai fit for the intended use.

Dari segi teknis, ukuran keberhasilan proyek dikaitkan sejauh mana ketiga

sasaran tersebut dapat dipenuhi. Untuk itu diperlukan suatu pengaturan yang baik,

sehingga perpaduan antara ketiganya sesuai dengan yang diinginkan, yaitu dengan

manajemen proyek.

2.1.1 Perencanaan Proyek

Perencanaan adalah proses yang mencoba meletakkan dasar dasar tujuan

dan sasaran termasuk menyiapkan segala sumber daya untuk mencapainya. Ini bisa

diartikan memilih dan menentukan langkah-langkah kegiatan dimasa datang yang

diperlukan untuk mencapai tujuan. Suatu perencanaan yang tepat disusun secara

sistematis dan memperhatikan faktor objektif yang dapat berfungsi sebagai berikut:

a. Sasaran komunikasi bagi semua pihak penyelenggara proyek

b. Dasar pengaturan sumber daya

c. Pendorong para perencana dan pelaksana melihat kedepan dan

menyadari pentingnya unsur waktu

(11)

6 Sebaliknya, suatu perencanaan yang tidak tepat, tidak sistematis dan tidak logis

akan segera diikuti adanya tumpang tindih dan kebisingan dalam implementasinya

(Soeharto, 1997)

Suatu perencanaan sangat penting karena keputusan-keputusan yang akan

dihasilkan atau diputuskan akan mempengaruhi pelaksanaan dalam mencapai suatu

tingkat keberhasilan dalam suatu proyek konstruksi. Beberapa hal yang perlu

dimasukkan dalam perencanaan proyek konstruksi adalah sebagai berikut :

1. Inventarisasi kegiatan

2. Metode, volume dan durasi dari konstruksi

3. Logika ketergantungan kegiatan

4. Klasifikasi dan jumlah tenaga kerja serta lamanya mereka dibutuhkan

5. Waktu untuk pengadaan bahan dan pemasangan alat

6. Perhitungan dan penjadwalan dana

Suatu perencanaan akan maksimal apabila terpenuhinya kondisi dan

syarat-syarat tertentu. Syarat ini bila dipenuhi akan menggerakan semua pihak yang ikut

serta secara aktif dalam proses implementasi dari perencanaan tersebut. Syarat serta

kondisi itu antara lain:

a. Penyampaian perencanaan kepada semua pihak yang berkaitan

dengannya

b. Penjabaran perencanaan yang bersifat umum menjadi suatu action planning

c. Usaha sejauh mungkin menggunakan parameter kuantitatif, seperti

perencanaan jadwal proyek digunakan pencapaian milestone

sebagai tolak ukur menilai kemajuan pekerjaan

d. Adanya pengkajian ulang secara periodik. Hal ini karena sifat

kegiatan proyek yang dinamis, maka ada bagian-bagian yang

mungkin belum sepenuhnya terantisiasi pada perencanaan yang

terdahulu

e. Penyusunan perencanaan yang realistis

Dalam suatu perencanaan suatu proyek perlu dipikirkan suatu kemungkinan

(12)

7 sampai terjadi hal-hal yang tidak diinginkan yang bisa merusak suatu

perencanaan yang dibuat.

2.1.2 Pengaturan Proyek

Secara umum yang dimaksud dengan mengorganisir adalah mengatur

unsur-unsur sumber daya perusahaan yang terdiri dari tenaga kerja, tenaga ahli,

material dana dan lain-lain dalam suatu gerak langkah yang sinkron untuk mencapai

tujuan organisasi dengan efektif dan efisien (Dipohusodo, 1996). Proses

mengorganisir suatu proyek mengikuti proyek sebagai berikut:

1. Melakukan identifikasi dan klasifikasi pekerjaan

Lingkup proyek terdiri dari sejumlah tahap-tahap pekerjaan. Semua

perlu diidentifikasi dan diklasifikasi untuk mengetahui berapa besar

volume, macam, dan sejenisnya untuk mengetahui sumber daya dan

jadwal yang diperlukan sebelum diserahkan kepada individu atau

kelompok yang akan menangani.

2. Mengelompokan pekerjaan

Setelah pekerjaan diidentifikasi dan diklasifikasi, dilanjutkan dengan

mengelompokkan kegiatan kedalam unit yang masing-masing telah

diidentifikasi biaya, mutu dan waktunya.

3. Menyiapkan pihak yang akan menangani pekerjaan

Pada tahap ini dimulai dengan persiapan pihak-pihak yang akan

menerima tugas di atas, seperti memilih keahlian dan keterampilan

kelompok yang sesuai dengan kebutuhan pekerjaan dan

memberitahukan sasaran yang ingin dicapai.

4. Mengetahui wewenang tanggung jawab serta melaksanakan pekerjaan

Agar hasil pekerjaan sesuai dengan harapan, maka kelompok yang

menerima harus mengetahui wewenang dan tanggung jawabnya. Hal ini

(13)

8 5. Menyusun mekanisme koordinasi

Jadwal pelaksanaan pekerjaan dengan yang lainnya saling terkait, maka

perlu adanya mekanisme koordinasi antar semua bagian pekerjaan

proyek.

2.1.3 Pengendalian Proyek

Pengendalian merupakan salah satu fungsi dari manajemen proyek yang

bertujuan agar pekerjaan-pekerjaan dapat berjalan sesuai sasaran tanpa banyak

penyimpangan yang berarti. Pengendalian proyek adalah suatu usaha sistematis

untuk menentukan standar yang sesuai dengan sasaran perencanaan, merancang

sistem informasi, membandingkan pelaksanaan dengan standar, menganalisis

kemungkinan adanya penyimpangan antara pelaksanaan dengan standar, dan

mengambil tindakan pembetulan yang diperlukan agar sumber daya yang

digunakan secara efektif dan efesien dalam rangka mencapai sasaran (Soeharto,

1997).

Agar pengendalian dapat berjalan dengan baik, maka diperlukan

unsur-unsur sebagai berikut :

a. Pemprosesan data dengan cepat dan tepat

Memproses masukan data dan informasi hasil pelaksanaan pekerjaan

menjadi masukan-masukan yang dapat dipakai sebagai dasar

pengambilan keputusan.

b. Tolak ukur yang realistis

Tolak ukur yang realistis adalah tolak ukur yang mungkin untuk

dipenuhi. Misalnya, untuk mengendalikan biaya diperlukan tolak ukur

berupa anggaran. Demikian juga dengan waktu/ jadwal memerlukan

tolak ukur berupa kurun waktu yang direncanakan untuk melakukan

(14)

9 c. Mengadakan tindakan pembetulan

Apabila hasil analisis menunjukkan adanya indikasi penyimpangan yang

cukup berarti, maka perlu diadakan langkah-langkah pembetulan. Hasil

analisis dan pembetulan akan berguna sebagai umpan balik pekerjaan

selanjutnya dalam rangka mengusahakan tetap tercapainya sasaran

semula.

d. Mengkaji dan menganalisis hasil pekerjaan

Berdasarkan hasil pemprosesan data maka dapat dibandingkan dengan

kreteria dan standar yang ditentukan. Hasil analisis ini penting karena

akan digunakan sebagai landasan dan dasar tindakan pembetulan. Oleh

karena itu metode yang digunakan harus tepat dan peka terhadap adanya

kemingkinan adanya penyimpangan.

Pengendalian proyek dapat digolongkan menjadi internal dan eksternal,

dimana keduanya memiliki tujuan yang sama yaitu mengendalikan kegiatan

proyek. Perbedaan dari kedua hal tersebut adalah terdapat pada pelaku atau yang

mengadakan pengendalian tersebut. Pengendalian internal dilakukan oleh

organisasi yang melaksanakan kegiatan proyek sedangkan pengendalian eksternal

dilakukan oleh organisasi di luar dari yang melaksanakan kegiatan proyek, seperti

konsultan pengawas.

Macam kegiatan dan aspek-aspek yang dikendalikan berkaitan erat dengan

yang direncanakan. Aspek/ area yang harus dikendalikan dalam proyek antara lain:

1. Organisasi dan personal

Memantau apakah organisasi proyek dibentuk sesuai dengan rencana,

apakah pengisian personil telah memenuhi kualifikasi dan apakah

jumlahnya tetap mencukupi.

2. Pengendalian lingkup kerja

Pengendalian lingkup kerja erat hubungannya dengan aspek biaya. Hal ini

penting dilaksanakan karena pada tahap engineering dapat dipilih sebagai

(15)

10 3. Pengendalian mutu

Tujuan pokok dari pengendalian mutu adalah produk proyek harus dalam

keadaan fitness for use (sesuai untuk digunakan) mulai dari penyusunan program quality control dan uji coba operasi.

4. Anggaran/ biaya dan jam orang (man hour)

Pengendalian anggaran biaya dan jam orang juga berlangsung sepanjang

siklus proyek, dengan potensi saling mungkin keberhasilan yang besar

berada di awal proyek pada saat merumuskan definisi lingkup kerja.

5. Waktu/ jadwal

Dalam aspek ini objek pangendalian berlangsung sepanjang proyek. Jadwal

adalah penjabaran perancanaan proyek menjadi urutan langkah-langkah

pelaksanaan pekerjaan untuk mencapai sasaran. Metode penyusunan jadwal

yang sering digunakan adalah jaringan kerja (net work), yang menggambarkan hubungan urutan pekerjaan proyek dalam suatu grafik.

6. Pengendalian kinerja

Memantau serta mengendalikan aspek biaya dan jadwal secara terpisah

tidak memberikan penjelasan perihal kinerja pada saat laporan.

Berbagai faktor menentukan dalam suatu pengerjaan proyek konstruksi,

salah satu diantara yang terpenting adalah ketepatan waktu dan peka terhadap

indikasi penyimpangan yang terjadi. Langkah awal dalam pengendalian adalah

membuat rencana kerja yang meliputi jenis pekerjaan yang dilakukan dan sumber

daya. Hal ini dapat dilakukan dengan membuat suatu diagram jaringan kerja atau

network planning.

2.2 Penjadwalan Proyek

Penjadwalan merupakan penjabaran perencanaan proyek menjadi urutan

langkah-langkah pelaksanaan pekerjaan sesuai skala waktu untuk mencapai

sasaran. Penjadwalan menentukan kapan aktifitas-aktifitas itu dimulai, ditunda dan

diselesaikan, sehingga pembiayaan dan pemakaian sumber daya akan disesuaiakan

(16)

11 Ada bermacam-macam metode penjadwalan proyek untuk merencanakan

secara grafis dari aktifitas pelaksanaan pekerjaan konstruksi, tetapi hanya dua

metode yang sering digunakan yaitu :

1. Cara Bagan Balok (Bar Chart)

2. Jaringan Kerja (Network Planning), yaitu :

a) Metode Jalur Kritis (Critical Path Methode/ CPM) b) Teknik Evaluasi dan Review Proyek (PERT) c) Metode Preseden Diagram (PDM)

Dalam usaha pengelolaan proyek konstruksi diharapkan mencari metode

yang dapat meningkatkan kualitas perencanaan dan pengendalian untuk

menghadapi sejumlah kegiatan dan kompleksitas proyek yang cenderung

bertambah. Masing-masing metode mempunyai ciri-ciri sendiri dan

dikombinasikan pada proyek-proyek konstruksi. Dasar pemikiran untuk

metode-metode tersebut harus berorientasi pada maksud penggunaannya.

Untuk suatu pekerjaan konstruksi pada dasarnya pekerjaan tersebut dibagi

menjadi seperangkat pekerjaan-pekerjaan kecil sehingga dapat dianggap sebagai

satu unit pekerjaan yang dapat berdiri sendiri dan memiliki suatu perkiraan jadwal

yang tertentu,yang bertujuan untuk meningkatkan akurasi perkiraan kurun waktu

penyelesaian proyek dan mempertajam analisis ketergantungan antar kegiatan,

karena dengan makin terperincinya pemecahan suatu kegiatan pada proyek

konstruksi akan makin banyak komponen-komponen kegiatan terpisahkan

sehingga jumlahnya bertambah. Dengan demikian, makin banyak variasi hubungan

ketergantungan yang terbuka dan yang mungkin menghasilkan kurun waktu

penyelesaian proyek yang lebih singkat, dimana hal ini disebabkan oleh adanya

kegiatan-kegiatan yang dapat disebabkan secara parallel (Soeharto, 1997).

2.2.1 Penjadwalan dengan Menggunakan Jaringan Kerja (Network

Planning)

Network planning pada prinsipnya adalah hubungan ketergantungan antara

bagian-bagian pekerjaan yang digambarkan dalam diagram network, sehingga

diketahui bagian-bagian pekerjaan mana yang harus didahulukan dan pekerjaan

(17)

12 Dari segi penyusunan jadwal, jaringan kerja dipandang sebagai suatu

langkah penyempurnaan dari metode bagan balok, karena dapat memberikan

jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang belum dapat dipecahkan oleh metode

tersebut, yaitu:

a) Berapa lama perkiraan waktu penyelesaian proyek?

b) Kegiatan-kegiatan mana yang bersifat kritis dalam hubungannya

dengan penyelesaian proyek?

c) Bila terjadi keterlambatan dalam pelaksanaan kegiatan tertentu,

bagaimana pengaruhnya terhadap sasaran jadwal penyelesaian

proyek secara keseluruhan?

Jaringan kerja yang ada berguna untuk :

a) Menyusun urutan kegiatan proyek yang memiliki sejumlah besar

komponen dengan hubungan ketergantungan yang komplek.

b) Membuat perkiraan jadwal proyek yang paling ekonomis.

c) Mengusahakan fluktuasi minimal penggunaan sumberdaya.

Jaringan kerja merupakan metode yang dianggap mampu menyuguhkan

teknik dasar dalam menentukan urutan dan kurun waktu kegiatan proyek , dan pada

giliran selanjutnya dapat dipakai memperkirakan waktu penyelesaian proyek secara

keseluruhan. Hal ini sangat membantu para pelaksana proyek untuk mengerjakan

kegiatan-kegiatan mana yang harus dia kerjakan pada suatu hari, pekerjaan mana

yang pelaksanaanya yang tidak boleh ditunda pengerjaannya, dan pekerjaan mana

yang boleh ditunda pelaksanaannya, sehingga dengan demikian terdapat kejelasan

tahap pelaksanaan pekerjaan proyek.

2.2.2 Tahap-Tahap Aplikasi Network Planning

Aplikasi atau penerapan network planning pada penyelenggaraan proyek memerlukan persyaratan yang harus dipenuhi agar dapat dilaksanakan. Persyaratan

tersebut adanya kepastian tentang proyek yamg harus dilaksanakan. Jika sudah ada

ketetapan mengenai proyek yang akan dilaksanakan , maka selanjutnya dilakukan

(18)

13 1. Pembuatan/ Desain

Tujuan akhir dari tahap pembuatan ini adalah terciptanya suatu model

yang dapat dipakai sebagai patokan selama penyelenggaraan proyek,

yaitu pelaksanaan berbagai kegiatan, baik jadwal pelaksanaan maupun

penyediaan dan pemakaian sumber daya. Proses pembuatan (disain)

meliputi tahap-tahap sebagai berikut:

a)Inventarisasi kegiatan

Pada tahap ini yang dilakukan adalah menguraikan proyek

menjadi kegiatan-kegiatan, untuk meningkatkan akurasi

perkiraan kurun waktu kegiatan dan logika ketergantungan

diantara kegiatan-kegiatan tersebut.

b) Hubungan antar kegiatan

Pada tahap ini ditentukan hubungan tiap kegiatan dengan

kegiatan-kegiatan lainnya yang telah diuraikan pada tahap

inventarisasi kegiatan. Hubungan yang menentukan adalah

hubungan ketergantungan antar kegiatan yang secara logika

menuntut ketergantungan tersebut.

c)Menyusun network diagram

Dengan ditentukannya hubungan antar kegiatan, maka dapat

dirangkaikan berbagai kegiatan yang berkaitan sehingga

keseluruhan kegiatan menyusun jaringan kerja yang

mencerminkan proyek secara keseluruhan.

d)Data kegiatan

Setelah network diagram tersusun yang terdiri atas

kegiatan-kegiatan, maka dicari data kegiatan meliputi : lama kegiatan-kegiatan,

biaya, dan sumber daya yang digunakan.

e) Analisis waktu dan sumber daya

Tujuan analisis waktu untuk mengetahui saat mulai dan saat

selesai kegiatan, sehingga bila terjadi keterlambatan bias

diketahui bagaimana pengaruhnya dan selanjutnya ditetapkan

tindakan apa yang harus diambil. Tujuan analisis sumber daya

(19)

14 sehingga persiapan sumber daya selalu dalam keadaan siap pakai

dan bisa dilaksanakan setepat-tepatnya.

f) Batasan

Pada tahap ini diinventarisasikan batasan-batasan yang tidak

boleh dilanggar, baik mengenai waktu maupun distribusi

penggunaan sumber daya.

g) Levelling

Leveling adalah suatu hasil dari usaha pemecahan yang timbul

akibat tidak sesuainya keadaan ideal dengan batasan yang

berlaku.

2. Pemakaian

Bila pembuatan telah selesai, maka model telah jadi tersebut dipakai

pada proses pelaksanaan tiap kegiatan sesuai dengan kegiatan-kegiatan

yang ada dalam network diagram. Terdapat beberapa alternatif cara

pelaporan secara kuantitas dalam bentuk satuan pekerjaan/ kegiatan

atau dalam bentuk relative atau prosentase, dan berdasarkan jangka

waktunya secara komulatif atau periodic.

3. Perbaikan

Perbaikan dilakukan karena tidak tepatnya asumsi yang dipakai pada

saat pembuatan yang disebabkan oleh berbagai alasan. Cara dan proses

perbaikan hampir sama dengan proses pembuatan, perbedaannya hanya

terdapat pada ruang lingkup masing-masing. Tahap perbaikan

mempunyai ruang lingkup yang terbatas karena tidak seluruhnya

kegiatan ditinjau. Kegiatan yang ditinjau hanya kegiatan yang

mempunyai kaitan dengan perubahan asumsi dan dipengaruhi oleh

perubahan tersebut.

Proses menyusun jaringan kerja ini dilakukan secara berulang-ulang

sebelum sampai pada suatu perencanaan atau jadwal yang dianggap cukup realistis.

Serta dilakukan dengan pendekatan yang sistematis dan pemikiran yang analitis,

maka pelaksana dan pimpinan proyek mendapat gambaran dan pengertian yang

lebih jelas dan mendalam tentang persoalan-persoalan mengelola proyek yang akan

(20)

15 realistis. Suatu jaringan kerja yang tersusun dengan benar akan memberikan

gambaran dari suatu proyek, yang pada gilirannya merupakan sarana komunikasi

yang efektif bagi semua pihak yang berkaitan dengan penyelenggaraan proyek.

Metode jaringan kerja memungkinkan aplikasi konsep management by exeption, karena metode tersebut dengan jelas mengidentifikasika kegiatan-kegiatan yang bersifat kritis bagi proyek, terutama dalam aspek jadwal dan

perencanaan. Umumnya kegiatan kritis tidak boleh lebih dari 20% total kegiatan

proyek, dan dengan telah diketahuinya bagian ini maka pengelola dapat

memberikan prioritas perhatian (Soeharto, 1997).

Sistematika proses menyusun jaringan kerja secara ringkas dapat

digambarkan sebagai seperti pada gambar 2.1 :

Gambar 2.1 Ringkasan langkah-langkah dalam menyusun jaringan kerja (Sumber : Soeharto, 1997)

Identifikasi lingkup proyek dan menguraikannya menjadi komponen-komponen kegiatan

Memberikan perkiraan kurun waktu masing-masing pekerjaan

Menyusun komponen-komponen kegiatan sesuai urutan logika ketergantungan menjadi jaringan kerja

Identifikasi jalur kritis, float dan kurun waktu penyelesaian proyek

(21)

16

2.2.3 Penyusunan Network Planning dengan Metode Preseden Diagram

Metode diagram preseden/ Precenden Diagram Method (PDM) merupakan penyempurnaan dari CPM, karena pada prinsipnya CPM hanyamenggunakan satu

jenis hubungan aktifitas yaitu hubungan akhir awal dan sebuah kegiatan dapat

dimulai apabila kegiatan yang mendahuluinya selesai. Metode preseden diagram

adalah jaringan kerja yang termasuk klasifikasi AON (Activity On Node).

Kegiatan dan peristiwa pada metode preseden diagram ditulis dalam node

yang berbentuk kotak segi empat. Kotak-kotak tersebut menandai suatu kegiatan,

dimana harus dicantumkan identitas kegiatan dan kurun waktunya. Sedangkan

peristiwa merupakan ujung-ujung kegiatan. Setiap node memiliki dua peristiwa

yaitu awal dan akhir.

Kotak-kotak segi empat dalam metode preseden diagram seperti gambar

2.2, dibagi menjadi ruangan-ruangan kecil yang memberikan keterangan spesifik

dari kegiatan dan peristiwa yang bersangkutan dan dinamakan atribut. Beberapa

atribut yang sering dicantumkan diantaranya adalah kurun waktu kegiatan, identitas

kegiatan (nomor dan nama), dan terkadang pula dicantumkan progres pelaksanaan

kegiatan yang dapat mempermudah dalam memonitor.

Nomor Urut

ES ID Durasi EF

LS Tanggal Mulai Tanggal LF

Nomor dan Nama Kegiatan

Tgl. mulai : ES/LS Kurun waktu : D

Tgl. Selesai Float total : F

Progres Penyelesaian %

Gambar 2.2 Denah yang lazim pada node PDM (Sumber : Soeharto, 1997)

Keterangan :

-Nama Kegiatan : Nama kegiatan sesuai dengan inventarisasi

(22)

17 - ID : Nomor identitas kegiatan kerja

- Durasi : Lamanya waktu pelaksanaan kegiatan

- Earliest Start (ES) : Waktu mulai paling cepat

- Latest Start (LS) : Waktu mulai paling lambat

- Earliest Finish (EF) : Waktu selesai paling cepat

- Latest Start (LS) : Waktu selesai paling lambat

- Total Float : Tenggang waktu total

- Progres Penyelesaian : Prosentase kemajuan proyek

2.2.4 Konstrain pada Metode Preseden Diagram

Pada preseden diagram hubungan antar kegiatan berkembang menjadi

beberapa kemungkinan berupa konstrain. Konstrain menunjukkan hubungan antar

kegiatan dengan satu garis dari node terdahulu ke node berikutnya. Satu konstrain

hanya dapat menghubungkan dua node. Karena setiap node memiliki dua ujung

yaitu ujung awal atau mulai (S) dan ujung akhir (F), maka ada empat macam

konstrain yaitu awal ke awal (SS), awal ke akhir (SF), dan akhir ke awal (FS). Pada

garis konstrain dibubuhkan penjelasan mengenai waktu mendahului (lead) atau terlambat/ tertunda (lag). Bila kegiatan (i) mendahului kegiatan (j) dan satuan waktu adalah hari.

a. Konstrain selesai ke mulai (FS)

Konstrain seperti pada gambar 2.3 memberikan penjelasan hubungan

mulainya suatu kegiatan dengan selesainya kegiatan terdahulu.

Dirumuskan sebagai SF (i-j) = a, yang berarti kegiatan (j) mulai “a”

hari, setelah kegiatan yang mendahuluinya (i) selesai. Suatu proyek

konstruksi selalu menginginkan besar angka ”a” sama dengan 0 kecuali

bila dijumpai hal-hal tertentu, misalnya :

- Akibat iklim yang tidak dapat dicegah

- Proses kimia atau fisika seperti waktu pengeringan adukan

semen

(23)

18 Gambar 2.3 Konstrain FS

(Sumber : Soeharto, 1997)

b. Konstrain mulai ke mulai (SS)

Konstrain pada gambar 2.4 memberikan penjelasan hubungan antara

mulainya suatu kegiatan terdahulu atau SS (i-j) = b, yang berarti suatu

kegiatan (j) setelah kegiatan terdahulu (i) mulai. Besarnya angka b tidak

boleh melebihi kurun waktukegiatan terdahulu, karena per definisi b

adalah sebagian dari kurun waktu kegiatan yang terdahulu. Jadi disini

terjadi kegiatan tumpang tindih. Konstrain semacam ini terjadi bila

sebelum kegiatan terdahulu selesai 100% maka kegiatan (j) boleh mulai

atau kegiatan (j) boleh mulai setelah bagian tertentu dari bagian (i)

selesai.

Gambar 2.4 Konstrain SS (Sumber : Soeharto, 1997)

c. Konstrain selesai ke selesai (FF)

Konstrain seperti pada gambar 2.5 memberikan penjelasan hubungan

antara selesainya suatu kegiatan terdahulu, atau FF (i-j)= c yang berarti

suatu kegiatan (j) selesai setelah c hari kegiatan yang terdahulu (i)

selesai. Besarnya angka c tidak boleh melebihi angka kurun waktu

kegiatan yang bersangkutan (j).

Gambar 2.5 Konstrain FF (Sumber : Soeharto, 1997)

Kegiatan (i) Kegiatan (j)

FS (i-j) = a

Kegiatan (i)

Kegiatan (j) SS (i-j) = b

Kegiatan (i)

(24)

19 d. Konstrain mulai ke selesai (SF)

Konstrain seperti pada gambar 2.6 memberikan penjelasan hubungan

antara selesainya kegiatan dengan mulainya kegiatan terdahulu.

Dituliskan dengan SF (i-j)= d, yang berarti suatu kegiatan (j) selesai setelah “d” hari kegiatan (i) terdahulu mulai. Jadi dalam hal ini sebagian dari porsi kegiatan terdahulu harus selesai sebelum bagian akhir

kegiatan yang dimaksud boleh diselesaikan.

Gambar 2.6 Konstrain SF (Sumber : Soeharto, 1997)

Catatan :

b dan d disebut lead time (waktu mendahului) a dan c disebut lag time (waktu tertunda)

2.2.4.1 Perhitungan Metode Preseden Diagram

Parameter yang digunakan dalam perhitungan metode diagram dan akan

dijelaskan sebagai berikut :

- TE = E

Waktu paling awal peristiwa (node/ event) dapat terjadi (earliest time of occursnce), yang berarti waktu paling awal suatu kegiatan yang berasal dari node tersebut dapat dimulai karena menurut aturan dasar jaringan

kerja, suatu kegiatan baru dapat dimulai bile kegiatan terdahulu telah

selesai.

- TL = L

Waktu paling akhir peristiwa boleh terjadi (latest elloable avent occurance time), yang berarti waktu paling lambat yang masih

diperbolehkan bagi suatu kegiatan. Kegiatan (i)

(25)

20 - ES

Waktu mulai paling awal suatu kegiatan (earliest start time). Bila waktu kegiatan dinyatakan atau berlangsung dalam jam, maka waktu ini adalah

jam paling awal kegiatan dimulai.

- EF

Waktu selesai paling awal suatu kegiatan (earliest finis time). Bila hanya ada satu kegiatan terdahulu, maka EF suatu kegiatan terdahulu

merupakan ES kegiatan berikutnya.

- LS

Waktu paling akhir kegiatan boleh dimulai (latest allowable start time) yaitu waktu paling akhir kegiatan boleh dimulai tanpa memperlambat

proyek secara keseluruhan.

- LF

Waktu paling akhir kegiatan boleh selesai (latest allowable finish time) tanpa memperlambat penyelesaian proyek.

- D

Durasi adalah kurun waktu suatu kegiatan. Umumnya dengan satuan

waktu hari, minggu, bulan, dan lain-lain.

Tenggang waktu total (Total Float) adalah jumlah waktu tenggang yang

didapat bila semua kegiatan yang mendahuluinya dimulai pada waktu sedini

mungkin dan semua kegiatan yang mengikutinya terlaksana pada waktu yang

paling lambat. Rumusan yang akan dipakai dalam perhitungan waktu pada

penyusunan network planning dengan metode preseden diagram adalah sebagai berikut :

a. Hitungan maju

Berlaku dan ditunjukkan untuk hal-hal berikut :

- Menghasilakan ES, EF dan kurun waktu penyelesaian proyek.

- Diambil angka ES terbesar bila lebih dari satu kegiatan bergabung.

- Notasi (i) bagi kegiatan yang terdahulu (predecessor) dan (j) kegiatan yang sedang ditinjau.

(26)

21 Rumusan perhitungan waktu maju adalah sebagai berikut :

1. Waktu mulai paling awal dari kegiatan yang sedang ditinjau ES (j),

adalah sama dengan angka terbesar dari jumlah angka kegiatan yang

terdahulu ES (i) atau EF (i) ditambah konstrain yang bersangkutan.

2. Angka waktu selesai paling awala kegiatan yang sedang ditinjau WF

(j), adalah sama dengan angka waktu mulai paling awal kegiatan

tersebut ES (j), ditambah kurun waktu kegiatan yang bersangkutan D

(j).

b. Hitungan mundur

Berlaku dan ditunjukkan untuk hal-hal berikut :

- Menentukan LS, LF, dan kurun waktu float

- Bila lebih dari satu kegiatan bergabung diambil angka LS terkecil

- Notasi (j) bagi kegiatan yang sedang ditinjau (j) adalah kegiatan

berikutnya

Rumusan perhitungan waktu mundur adalah sebagai berikut :

1. Hitung LF (i), waktu selesai paling akhir kegiatan (i) yang sedang

ditinjau, yang merupakan angka terkecil dari jumlah kegiatan LS

dan LF ditambah konstrain yang bersangkutan.

2. Waktu mulai paling akhir kegiatan yang sedang ditinjau LS (i),

adalah sama dengan waktu selesai paling akhir kegiatan tersebut

LF (i), dikurangi kurun waktu yang bersangkutan.

c. Jalur dan kegiatan kritis

Jalur dan kegiatan kritis metode preseden diagram sebagai berikut:

- Waktu mulai paling awal dan akhir harus sama (ES = LS)

- Waktu selesai paling awal dan akhir harus sama (EF = LF)

- Krurn waktu kegiatan adalah sama dengan perbedaan waktu selesai

paling akhir dengan waktu mulai paling awal (LF-ES = D)

- Bila hanya sebagian kegiatan bersifat kritis, maka kegiatan tersebut

(27)

22

2.3 Penjadwalan Dengan Komputer

Salah satu keunggulan alat bantu komputer adalah kemampuan mengolah

data dalam jumlah besar dengan kemungkinan kesalahan yang kecil. Dengan

demikian penyusunan jadwal dapat lebih cepat dan teliti.Setiap saat situasi proyek

mengalami perubahan, komputer dapat melakukan perubahan tersebut dalam waktu

singkat.

Program penjadwalan dengan menggunakan komputer salah satunya adalah

Microsoft Project.Microsoft Project merupakan sistem perencanaan yang dapat

membantun dalam menyusun penjadwalan (scheduling) suatu proyek atau rangkaian pekerjaan. (Kusrianto,2008)

Dalam penyusunan rencana sebuah proyek konstruksi, terlebih dahulu

dimasukkan data-data kegiatan ke dalam lembaran kerja.Setelah lembar kerja diisi

dengan data-data yang meliputi jenis kegiatan (task name), durasi kegiatan (duration), awal kegiatan (start) serta hubungan masing-masing kegiatan, Microsoft Project akan mengolah dan membuat diagram balok dan memperlihatkan

lintasan kritis yang terjadi dari jadwal yang telah dibuat

2.4 Biaya Proyek

Perkiraan biaya memegang peranan penting dalam penyelenggaraan suatu

proyek. Segala sesuatu mengenai penyelenggaraan kegiatan proyek mulai dari

tahap perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian akan dihitung dalam nilai uang.

Maka pengalaman dan ketelitian akan sangat penting dalam perhitungan

penyusunan perkiraan biaya proyek (Soeharto, 1997).

Ada beberapa jenis biaya yang berhubungan dengan pembiayaan suatu

proyek konstruksi dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu :

- Biaya Langsung (Direct Cost) - Biaya Tak Langsung (Indirect Cost).

2.4.1 Biaya Langsung (Direct Cost)

Biaya langsung adalah semua biaya yang langsung berhubungan dengan

pelaksanaan pekerjaan konstruksi di lapangan. Biaya langsung dapat diperoleh

(28)

23

cost) pekerjaan tersebut. Harga satuan pekerjaan tersebut terdiri atas harga bahan, upah buruh, dan biaya peralatan.

Biaya-biaya yang dikelompokkan dalam biaya langsung adalah :

a. Biaya bahan/ material

Biaya bahan atau material terdiri dari biaya pembelian material, biaya

transportasi, biaya penyimpanan material, dan kerugian terhadap

kehilangan atau kerusakan material.

b. Biaya pekerja atau upah (labor man power)

Biaya pekerja atau upah adalah biaya yang dikeluarkan untuk menggaki

para pekerja yang melaksanakan proyek. Biaya pekerja ini dibedakan

atas:

- Upah harian

Upah yang dibayar per satuan waktu. Sementara untuk menentukan

besarnya upah dipengaruhi oleh jenis keahlian pekerja, lokasi

pekerjaan, jenis pekerjaan, dan lain-lain.

- Upah borongan

Upah ini dibayar tergantung pada hasil negosiasi atau kesepakatan

bersama antara kontraktor dengan pekerja atau kelompok kerja atas

satu atau lebih item pekerjaan. Besarnya upah ini tergantung dari

besarnya volume pekerjaan yang dikerjakan.

- Upah berdasarkan produktifitas

Besarnya upah ini tergantung banyaknya pekerjaan yang dapat

diselesaikan oleh pekerja dalam satu satuan waktu tertentu. Upaya

mengejar banyaknya pekerjaanini tentunya harus tetap memenuhi

kualitas pekerjaan yang diisyaratkan.

c. Biaya peralatan

Biaya peralatan terdiri dari biaya pembelian peralatan, biaya sewa (bila

menyewa), biaya operasi, biaya pemeliharaan, biaya operator, biaya

(29)

24

2.4.2 Biaya Tak Langsung (Indirect Cost)

Biaya tak langsung adalah semua biaya proyek yang tidak secara langsung

berhubungan dengan konstruksi di lapangan tetapi biaya ini harus ada dan tidak

dapat dilepaskan dari proyek tersebut. Biaya-biaya yang termasuk dalam biaya tak

langsung adalah:

a. Biaya overhead

Biaya yang termasuk dalam overhead adalah komponen biaya yang

meliputi pengeluaran operasi perusahaan yang dibebankan pada proyek

(menyewa kantor, rekening listrik, air, telephone, biaya pemasaran, gaji

karyawan) dan pengeluaran untuk pajak, asuransi, uang jaminan, dan

ijin-ijin usaha serta biaya rapat lapangan (site meeting). b. Biaya tak terduga (Contigencies)

Kontigenci adalah cadangan biaya dari suatu perkiraan biaya atau

anggaran untuk dialokasikan pada butir-butir yang belum ditentukan,

yang menurut pengalaman dan statistic menunjukkan selalu diperlukan.

Makin jauh proyek berjalan, makin banyak masukan data dan informasi,

sehingga masalah yang belum menentu pun akan banyak, demikian

halnya kotigenci. Pada umumnya biaya ini diperlukan antara 0,5%-5%

dari total proyek. Biaya tak terduga antara lain:

1. Kesalahan

- Kealpaan pemborong dalam pelaksanaan proyek

-Gambar yang kurang lengkap

2. Ketidakpastian yang subjektif

-Ketidakpastian yang subjektif timbul karena interprestasi yang

subjektif terhadap bestek.

-Ketidakpastian yang subjektif lainnya adalah fluktuasi haraga

material dan upah buruh yang tidak tepat perkiraan.

3. Ketidakpastian yang objektif

Ketidakpastian yang objektif adalah ketidakpastian tentang perlu

tidaknya suatu pekerjaan dilakukan atau tidak, dimana

(30)

25 4. Varian efisiensi

Varian efisiensi adalah variasi efisiensi dari sumber-sumber daya,

yaitu: vefisiensi dari buruh, peralatan dan material

c. Keuntungan/ profit

Keuntungan disini adalah keuntungan yang diterima kontraktor yang

telah dimasukkan dalam biaya proyek keseluruhan.

2.5 Percepatan Penyelesaian Proyek

Percepatan penyelesaian proyek adalah suatu usaha menyelesaian proyek

lebih awal dari waktu penyelesaian dalam keaadaan normal. Dengan diadakannya

percepatan proyek ini akan terjadi pengurangan durasi kegiatan yang akan diadakan

crash program. Dengan pengurangan durasi pada lingkup pekerjaan yang sama akan

membutuhkan penambahan waktu kerja per hari atau penambahan sumber daya

yang diperlukan. Dengan penambahan tersebut akan menimbulkan tambahan biaya

yang menyebabkan bertambahnya biaya total proyek. Jadi tujuan yang ingin dicapai

dalam program mempercepat waktu proyek ini adalah memperpendek jadwal

penyelesaian kegiatan atau proyek dengan tambahan biaya seminimal mungkin.

Untuk itu perlu adanya identifikasi aktivitas yang memiliki biaya paling minimum

untuk dipercepat dan berapa besar biaya yang timbul akibat pengurangan waktu.

Informasi yang harus dimiliki untuk mendapatkan akselerasi meliputi:

- Estimasi biaya aktivitas dibawah durasi normal atau durasi dari aktivitas

yang diharapkan

- Estimasi waktu untuk menyelesaikan aktivitas itu dengan crashing

maksimum yaitu aktivitas yang paling pendek.

- Estimasi biaya aktivitas dengan biaya akselerasi maksimum.

Durasi crashing maksimum suatu aktivitas adalah durasi tersingkat untuk

menyelesaikan suatu aktivitas yang secara teknis masih mungkin dengan asumsi

sumber daya bukan merupakan hambatan (Soeharto, 1997). Durasi percepatan

maksimum dibatasi oleh luas proyek atau lokasi kerja, namun ada empat factor yang

dapat dioptimumkan untuk melaksanakan percepatan pada suatu aktivitas yaitu

meliputi penambahan jumlah tenaga kerja, penjadwalan kerja lembur, penggunaan

(31)

26

2.5.1 Pelaksanaan Penambahan Jam Kerja (Lembur)

Mempercepat waktu pelaksanaan suatu kegiatan dengan penambahan jam

kerja atau kerja lembur merupakan salah satu usaha untuk menambah produktifitas

kerja sehingga dapat mempercepat wktu pelaksanaan suatu kegiatan. Adapun

rencana kerja yang akan dilakukan dalam mempercepat durasi sebuah pekerjaan

dengan metode jam kerja lembur adalah:

a. Waktu kerja normal adalah 8 jam (08.00 – 17.00), sedangkan lembur

dilakukan setelah waktu kerja normal.

b. Waktu kerja lembur hanya dapat dilakukan paling lama 3 (tiga) jam per

hari dan 14 jam per minggu, tidak termasuk (waktu) kerja lembur yang

dilakukan pada hari istirahat mingguan atau pada hari libur resmi. Sesuai

dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja Pasal 78 ayat 1 huruf b UU

No. 13 Th. 2003, Pasal 3 ayat 2 Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor

KEP. 102/ MEN/ VI/ 2004

c. Harga upah pekerja untuk kerja lembur menurut Keputusan Menteri

Tenaga Kerja Nomor KEP. 102/ MEN/ VI/ 2004 pasal 11

diperhitungkan sebagai berikut :

Untuk jam kerja lembur pertama, harus dibayar upah lembur sebesar 1, 5

(satu setengah) kali upah satu jam.Dapat dirumuskan sebagai berikut:

- Untuk setiap jam kerja lembur berikutnya harus dibayar upah lembur

sebesar 2 (dua) kali upah satu jam.

Dari uraian di atas dapat dirumuskan sebagai berikut :

- Untuk jam kerja lembur pertama, harus dibayar upah lembur sebesar

1, 5 (satu setengah) kali upah satu jam.

Dapat dirumuskan sebagai berikut:

- Untuk setiap jam kerja lembur berikutnya harus dibayar upah lembur

sebesar 2 (dua) kali upah satu jam.

(32)

27 a. Jam pertama = (Jam kerja lembur pertama x 1,5 x upah sejam

normal) (2.1)

b. Jam kedua = (Jam kerja lembur pertama x 2 x upah sejam

normal) (2.2)

c. Biaya lembur per hari = (Jam kerja lembur pertama x 1,5 x upah

sejam normal) + (Jam kerja lembur pertama x 2 x

upah sejam normal) (2.3)

2.5.2 Produktifitas Kerja Lembur

Tepat waktu atau tidaknya suatu proyek dapat diselesaikan dan sangat

dipengaruhi oleh produktifitas tenaga kerja yang dilibatkan. Secara rata-rata dapat

diperkirakan berapa jumlah tenaga kerja tersebut dapat langsung dipekerjakan. Ini

disebabkan terdapatnya kegiatan-kegiatan yang baru bisa dikerjakan jika pekerjaan

pendahulunya telah selesai dilaksanakan. Demikian juga fluktuasi tenaga kerja

yang besar membuat pengaturan tenaga kerja yang tidak efisien, terutama untuk

masalah mobilitasnya. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi produktifitas

tenaga kerja lapangan dan dapat dikelompokkan menjadi :

- Kondisi fisik lapangan dan sarana bantu

- Supervise, perencanaan, dan koordinasi

- Komposisi kelompok kerja

- Kerja lembur

- Ukuran besar proyek

- Kurva Pengalaman/ Learning Curve

- Pekerjaan langsung versus subkontraktor

- Kepadatan tenaga kerja

Secara umum, produktifitas merupakan perbandingan antara output dan

input. Dibidang konstruksi, output dapat dilihat dari kuantitas pekerjaan yang telah

dilakukan seperti meter kubik galian atau timbunan, ataupun meter persegi untuk

plesteran. Sedangkan imputnya merupakan jumlah sumber daya yang dipergunakan

seperti tenaga kerja, peralatan dan material. Karena peralatan dan material biasanya

bersifat standar, maka tingkat keahlian tenaga kerja merupakan salah satu faktor

(33)

28 Acap kali kerja lembur atau jam kerja lebih panjang dari kerja normal tidak

dapat dihindari, misalnya untuk mengejar sasaran jadwal, meskipun ini

menurunkan efisiensi kerja. Grafik pada gambar 2.7 menunjukkan indikasi

penurunan produktivitas, bila jumlah jam per hari dan hari per minggu bertambah.

Gambar 2.7 Grafik indikasi menurunnya produktivitas karena kerja lembur (Sumber : Soeharto, 1997)

Tabel 2.1 Koefisien Pengurangan Produktivitas

Jam Penurunan Prestasi Prosentase Koefisien

Lembur Indeks Kerja Prestasi Kerja Pengurangan

(Jam) Produktivitas (Per Jam) % Produktivitas

a b c= b*a d e = 100% - d

1 0,1 0,1 10 0,9

2 0,1 0,2 20 0,8

3 0,1 0,3 30 0,7

Sumber : Putra, 2013

Dari uraian di atas dapat ditulis sebagai berikut :

a.Produktifitas harian =

normal Durasi

Volume

(2.4)

b.Produktifitas tiap jam

1,1 1,2 1,3 1,4

Indeks Produktivitas

(34)

29

c.Produktifitas harian akibat kerja lembur

= (a x b x prod.tiap jam) (2.6)

Dimana : a= jumlah jam kerja lembur

b= koefisien penurunan produktifitas kerja lembur

2.5.3 Crashing

Salah satu cara mempercepat durasi proyek adalah istilah asingnya adalah

crashing. Terminologi proses crashing adalah mereduksi suatu pekerjaan yang akan berpengaruh terhadap waktu penyelesaian proyek. Crashing adalah suatu proses disengaja, sistematis dan analitik dengan cara melakukan pengujian dari

semua kegiatan dalam suatu proyek yang dipusatkan pada kegiatan yang berada

pada jalur kritis. Proses crashing adalah cara melakukan perkiraan dari variabel cost

dalam menentukan pengurangan durasi yang paling maksimal dan paling ekonomis

dari suatu kegiatan yang masih mungkin untuk direduksi (Erviato,2004).

Untuk menganalisis lebih lanjut hubungan antara biaya dengan waktu suatu

kegiatan,dipakai definisi sebagai berikut:

- Kurun waktu normal/ Normal Duration (ND) yaitu jangka waktu yang diperlukan untuk melakukan kegiatan sampai selesai dengan tingkat

produktivitas kerja yang normal, di luar pertimbangan kerja, di luar

pertimbangan kerja lembur dan usaha lainnya seperti: menyewa

peralatan yang lebih canggih.

- Kurun waktu dipersingkat/ Crash Duration (CD) yaitu waktu tersingkat untuk menyelesaikan suatu kegiatan secara teknis masih mungkin,

seperti dilakukan upaya penambahan sumber daya dengan penambahan

jam kerja (lembur), pembagian giliran kerja (shift), penambahan tenaga

kerja dan penambahan peralatan atau merubah metode kerja.

(35)

30 - Biaya untuk waktu dipersingkat/ Crash Cost (CC) yaitu jumlah langsung untuk menyelesaikan pekerjaan dengan kurun waktu

tersingkat.

Gambar 2.8 Grafik hubungan waktu-biaya normal dan dipersingkat untuk satu kegiatan

(Sumber : Soeharto, 1997)

Hubungan antara waktu dan biaya digambarkan seperti gambar 2.8. Titik A

menunjukkan titik normal, sedangkan titik B adalah titik dipersingkat. Garis yang

menghubungkan titik A dengan B disebut kurva waktu-biaya. Pada umumnya garis

ini dapat dianggap sebagai garis lurus, bila tidak (misalnya, cekung) maka diadakan

perhitungan per segmen yang terdiri dari beberapa garis lurus. Seandainya diketahui

bentuk kurva waktu-biaya suatu kegiatan, artinya dengan mengetahui berapa slope

atau sudut kemiringannya, maka bisa dihitung berapa besar biaya untuk

mempersingkat waktu satu hari.

Penambahan biaya langsung (direct cost) untuk mempercepat suatu aktivitas persatuan waktu disebut cost slope.

Dari uraian di atas dapat ditulis sebagai berikut :

a.Produktifitas harian sesudah crash

= (8 jam x prod. tiap jam) + (a x b x prod.tiap jam) (2.7)

Dimana : a= jumlah jam kerja lembur

b= koefisien penurunan produktifitas kerja lembur

(36)

31

2.6 Hubungan Biaya Terhadap Waktu

Biaya total proyek adalah penjumlahan dari biaya langsung dan biaya tak

langsung yang digunakan selama pelaksanaan proyek. Besarnya biaya ini sangat

tergantung oleh lamanya waktu (durasi) penyelesai proyek.kedua-duanya berubah

sesuai dengan waktu dan kemajuan proyek. Meskipun tidak dapat diperhitungkan

dengan rumus tertentu, tapi pada umumnya makin lama proyek berjalan makin

tinggi komulatif biaya tak langsung yang diperlukan (Soeharto, 1997).

2.7 Pertukaran Biaya Dan Waktu (Time Cost Trade Off)

Penyelesaian suatu aktivitas dalam suatu proyek memerlukan penggunaan

sejumlah sumber daya tertentu dan waktu. Dengan penggunaan sumber daya yang

minimum dan waktu penyelesaian yang optimum, aktivitas akan dapat diselesaikan

dengan biaya normal dan durasi normal. Jika suatu saat diperlukan penyelesaian

yang lebih cepat, penambahan sumber daya memungkinkan pengurangan durasi

proyek dari suatu normalnya, tetapi biaya yang dikeluarkan akan lebih besar lagi.

Dalam mempercepat penyelesaian suatu proyek dengan melakukan

kompresi durasi aktivitas, harus tetap diupayakan agar penambahan dari segi biaya

seminimal mungkin. Pengendalian biaya yang dilakukan adalah biaya langsung,

karena biaya inilah yang akan bertambah apabila dilakukan pengurangan durasi.

(37)

32 Apabila kompresi dilakukan pada aktivitas-aktivitas yang tidak berada pada

lintas kritis, maka waktu penyelesaian proyek secara keseluruhan akan tetap .

kompresi dilakukan lebih dahulu pada aktivitas-aktivitas yang mempunyai cost slope terendah pada lintasan kritis.

1. Menyusun jaringan kerja proyek dengan menulis cost slope dari masing-masing aktivitas.

2. Melakukan kompresi pada aktivitas yang berada pada lintasan kritis

dan mempunyai cost slope terendah. 3. Menyusun kembali jaringan kerja.

4. Mengulangi langkah kedua

Langkah kedua akan berhenti bila terjadi penambahan lintasan kritis

dan bila terdapat lebih dari satu lintasan kritis, maka langkah kedua

dilakuakn secara serentak pada semua lintasan kritis dan

perhitungan cost slope dijumlahkan.

5. Langkah keempat dihentikan bila terdapat salah satu lintasan kritis

dimana aktivitas-aktivitasnya telah jenuh seleruhnya (tidak mungkin

(38)

33 Kemudian dirinci juga prosedur mempersingkat waktu dengan uraian sebagai

berikut:

1. Menghitung waktu penyelesaian proyek.

2. Menentukan biaya normal masing-masing kegiatan.

3. Menentukan biaya dipercepat masing-masing kegiatan.

4. Menghitung cost slope masing-masing komponen kegiatan.

5. Mempersingkat kurun waktu kegiatan, dimulai dari kegiatan kritis

yang mempunyai cost slope terendah.

6. Bila dalam proses mempercepat waktu proyek terbentuk jalur kritis

baru, maka mempercepet kegiatan-kegiatan kritis yang mempunyai

kombinasi slope biaya terendah.

7. Meneruskan mempersingkat waktu kegiatan sampai kembali dengan

waktu jadwal rencana proyek

8. Hitung biaya tidak langsung proyek dan gambarkan pada grafik di

atas.

9. Jumlahkan biaya langsung dan biaya tak langsung untuk mencari

Gambar

Gambar 2.1 Ringkasan langkah-langkah dalam menyusun jaringan kerja (Sumber : Soeharto, 1997)
Gambar 2.2 Denah yang lazim pada node PDM (Sumber : Soeharto, 1997)
Gambar 2.4 Konstrain SS
Tabel 2.1 Koefisien Pengurangan Produktivitas
+2

Referensi

Dokumen terkait

Implementasi Metode UMMI Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Al-Qur’an Hadist ( Studi Multi Situs Di MI Al-Azhar Bandung dan MI Darussalam Tulungagung. 1)

Pada hasil pengamatan daerah survei di Desa Tulungrejo, Kecamatan Bumiaji, Batu-Malang, pada titik survei ke-1 N2, memiliki kelas drainase tanah yang baik, permeabilitas

Berdasarkan hasil analisis data kelas IIA yang merupakan kelas kontrol dapat diketahui bahwa kemampuan siswa dalam menceritakan kembali cerita anak yang didengar

Hal ini kembali menguatkan adanya hubungan yang lebih signifikan antara konsep diri orang tua dengan proses pengambilan keputusan terutama dalam pemilihan sekolah

Upaya untuk mengatasi kendala yang dihadapi dalam pengembangan nilai-nilai pendidikan karakter bangsa melalui Youth Entrepreneurship Program (YEP) yaitu: (a) Siswa anggota YEP

atau melukiskan keadaan subjek atau objek penelitian seorang, lembaga masyarakat dan lain lain.7 Agar peneltian ini menjadi terarah, peneliti mengelola data yang sudah ada,

Terhadap pernyataannya itu, Riffaterre mengacu pada apa yang dicontohkan oleh Eco mengenai interpretant, yaitu sebuah paradigma sinonimi yang dapat berupa bentuk tanda

Seorang wanita dengan kanker pada satu payudara memiliki peningkatan risiko terkena kanker baru di payudara lainnya atau di bagian lain dari payudara yang