• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Antara Dukungan Peer Group dan Motivasi Berprestasi Pada Siswa-Siswi SMA "X", Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Antara Dukungan Peer Group dan Motivasi Berprestasi Pada Siswa-Siswi SMA "X", Bandung."

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana hubungan antara Dukungan peer group dan Motivasi Berprestasi pada siswa-siswi SMA “X”, Bandung. Populasi penelitian ini adalah siswa-siswi yang ada di SMA “X” tersebut dengan sampel penelitian 220 siswa-siswi. Penelitian ini menggunakan rancangan korelasional dan pengambilan sampel dilakukan dengan metode Purposive Sampling.

Alat ukur yang digunakan untuk mengukur motivasi berprestasi adalah kuesioner Prestatie Motivatie Test dengan enam puluh empat item yang disusun oleh Hermans dan dimodifikasi oleh peneliti. Kuesioner ini menjaring tiga faktor dari motivasi berprestasi (Hermans, 1967). Alat ukur yang digunakan untuk dukungan peer group adalah kuesioner dukungan peer group dengan lima puluh delapan item yang diturunkan berdasarkan aspek-aspek dari dukungan sosial (House, 1981 dalam Vaux, 1988), dan dimodifikasi oleh peneliti. Kuesioner ini terdiri atas empat aspek dari dukungan sosial.

Berdasarkan pengolahan data dan perhitungan statistik koefisien korelasi Rank Spearman dengan menggunakan SPSS 12.0 dengan derajat signifikansi 0,05 diperoleh nilai korelasi sebesar 0,15 yang berarti Ho ditolak. Hal ini menunjukkan kesimpulan bahwa terdapat hubungan positif yang sangat rendah antara dukungan peer group dan motivasi berprestasi pada siswa-siswi SMA “X”, Bandung, sehingga dapat diabaikan. Terdapat faktor dan dukungan pihak lain yang berperan dalam motivasi berprestasi pada siswa-siswi, yaitu penghayatan siswa-siswi mengenai dirinya, guru, orang tua, dan kompetisi yang sehat dalam peer group.

Dari hasil penelitian dan kesimpulan, disarankan bagi penelitian selanjutnya untuk mengadakan penelitian dengan variabel lain yang berperan dalam motivasi berprestasi siswa-siswi, seperti penghayatan diri, dukungan guru dan dukungan orang tua.

(2)

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan

Abstrak--- i

Kata Pengantar --- ii

Daftar Isi ---v

Daftar Skema--- viii

Daftar Tabel ---ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ---1

1.2 Identifikasi Masalah---7

1.3 Maksud, Tujuan, dan Kegunaan Penelitian ---8

1.3.1 Maksud Penelitian---8

1.3.2 Tujuan Penelitian ---8

1.3.3 Kegunaan Penelitian ---8

1.3.3.1 Kegunaan Ilmiah ---8

1.3.3.2 Kegunaan Praktis ---8

1.4 Kerangka Pemikiran ---9

1.5 Asumsi Penelitian --- 18

1.6 Hipotesis Penelitian --- 18

BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Dukungan Sosial--- 19

2.1.1 Pengertian Dukungan Sosial --- 19

2.1.2 Bentuk Dukungan Sosial --- 20

2.1.3 Unsur-unsur yang Berpengaruh pada Proses Dukungan Sosial --- 21

2.1.4 Sumber Dukungan Sosial --- 24

2.1.5 Perkembangan Proses Dukungan Sepanjang Kehidupan--- 25

2.1.6 Aspek yang memberikan Konsekuensi Afeksi dalam Pemunculan Dukungan--- 26

(3)

2.2. Peer Group --- 27

2.2.1. Pengertian Peer Group --- 27

2.2.2. Fungsi Peer Group --- 28

2.2.3. Bentuk Peer Group --- 30

2.2.4. Perkembangan Relasi Peer Group --- 31

2.2.5. Pola Perkembangan Peer Group --- 31

2.2.6. Peer Group sebagai Agen Sosialisasi --- 32

2.3 Motivasi Berprestasi --- 34

2.3.1 Pengertian Motivasi --- 34

2.3.2 Proses Motivasi --- 35

2.3.3 Prinsip Dasar Teori Motivasi --- 36

2.3.4 Cirir-ciri Motivasi --- 37

2.3.5 Pengertian Motivasi Berprestasi--- 38

2.3.6 Proses Motivasi Berprestasi--- 40

2.3.7 Motivasi Berprestasi dan Tingkah Laku--- 41

2.3.8 Teori Motivasi Berprestasi dari Hermans --- 43

2.3.9 Motivasi Berprestasi pada Remaja --- 50

2.3.10 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Motivasi Berprestas Remaja --- 51

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian --- 57

3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional --- 57

3.2.1 Variabel Penelitian --- 57

3.2.2 Definisi Operasional --- 57

3.2.2.1 Dukungan Peer Group--- 58

(4)

3.2.2.2 Motivasi Berprestasi --- 59

3.3 Alat Ukur Penelitian --- 60

3.3.1 Alat Ukur Dukungan Peer Group --- 60

3.3.2 Alat Ukur Motivasi Berprestasi --- 62

3.3.3 Data Pribadi dan Data Penunjang --- 63

3.4 Pengujian Alat Ukur --- 64

3.4.1 Validitas Alat Ukur Dukungan Peer Group dan Motivasi Berprestasi--- 64

3.4.2 Uji Reliabilitas Alat Ukur Dukungan Peer Group dan Motivasi Berprestasi. --- 64

3.5 Populasi dan Sampel --- 65

3.5.1 Populasi Sasaran--- 65

3.5.2 Karakteristik Populasi --- 65

3.5.3 Teknik Penarikan Sampel --- 65

3.6 Teknik Analisis Data--- 66

3.7 Hipotesis Statistik --- 68

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Sampel --- 69

4.1.1 Gambaran Sampel Berdasarkan Usia --- 69

4.1.2 Gambaran Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin --- 70

4.2 Hasil Penelitian --- 70

4.2.1 Hasil Pengolahan Data--- 71

(5)

DAFTAR SKEMA

Skema 1.1 Skema Kerangka Pemikiran---17

Skema 2.1 Skema Rancangan Penelitian ---57

(6)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Kisi-kisi Alat Ukur Dukungan Peer Group ---60

Tabel 3.2. Kisi-kisi Alat Ukur Motivasi Berprestasi ---63

Tabel 4.1.1 Gambaran Sampel Berdasarkan Usia ---69

Tabel 4.1.2 Gambaran Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin ---70

Tabel 4.2.1 Tabulasi Silang antara Dukungan Peer group dan Motivasi Berprestasi ---71

Tabel 4.2.2 Tabulasi Silang antara Hubungan dengan Orang tua dan Motivasi Berprestasi ---71

Tabel 4.2.3 Tabulasi Silang antara Sikap Orang tua saat siswa-siswi menghadapi kegagalan dan Motivasi Berprestasi---72

Tabel 4.2.4 Tabulasi Silang antara Kompetisi dalam peer group dan Motivasi Berprestasi ---73

Table 4.2.5 Tabulasi Silang antara Hubungan dengan Guru dan Motivasi Berprestasi ---73

Tabel 4.2.6 Tabulasi Silang antara Sikap guru saat siswa-siswi menghadapi kegagalan dan Motivasi Berprestasi---74

Tabel 4.2.7 Tabulasi Silang antara Sikap guru saat siswa-siswi menghadapi keberhasilan dan Motivasi Berprestasi---74

Tabel 4.2.8 Tabulasi Silang antara Sikap guru pada siswa-siswi dan Motivasi Berprestasi ---75

Tabel 4.2.9 Tabulasi Silang antara Penghayatan diri dan Motivasi Berprestasi --76

(7)

DAFTAR LAMPIRAN Kata Pengantar

Data Pribadi

Alat Ukur Dukungan Peer Group dan Motivasi Berprestasi

Analisis Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur

Tabel Frekwensi Alat Ukur

Tabel Tabulasi Silang Alat Ukur

Tabel Jawaban Responden Terhadap Alat Ukur

(8)

Reliabilitas dan Validitas Alat Ukur

Tabel 1.1.1 Reliabilitas Alat Ukur Dukungan Peer Group Nilai Reliabilitas Keterangan

0,943 Sangat tinggi

Tabel 1.1.2 Reliabilitas Motivasi Berprestasi Nilai Reliabilitas Keterangan

0,713 Tinggi

Tabel 1.1.3 Reliabilitas Motivasi Berprestasi yang diikuti oleh Facilitating Anxiety (F+) Nilai Reliabilitas Keterangan

0,611 Sedang

Tabel 1.1.4 Reliabilitas Motivasi Berprestasi yang diikuti oleh Debilitating Anxiety (F-) Nilai Reliabilitas Keterangan

0,680 Sedang

Tabel 1.2.1 Validitas Item Dukungan Peer Group Aspek Emosional Nomor

item

Nilai Validitas Keterangan

1 0,427 Dipakai

Tabel 1.2.2 Validitas Item Dukungan Peer Group Aspek Penghargaan Nomor

item

Nilai Validitas Keterangan

4 0,285 Direvisi 5 0,334 Direvisi 6 0,364 Direvisi

(9)

17 0,413 Dipakai

Tabel 1.2.3 Validitas Item Dukungan Peer Group Aspek Informasi Nomor

item

Nilai Validitas Keterangan

7 0,461 Dipakai

Tabel 1.2.4 Validitas Item Dukungan Peer Group Aspek Instrumental Nomor

item

Nilai Validitas Keterangan

(10)

Tabel 1.2.5 Validitas Item Motivasi Berprestasi Nomor

item

Nilai Validitas Keterangan

(11)

Tabel 1.2.6 Validitas Item Motivasi Berprestasi yang diikuti oleh Facilitating Anxiety (F+)

Nomor item

Nilai Validitas Keterangan

11 -0,082 Dibuang

Tabel 1.2.7 Validitas Item Motivasi Berprestasi yang diikuti oleh Debilitating Anxiety (F-)

Nomor item

Nilai Validitas Keterangan

(12)

81 0,312 Direvisi

Tabel 2.1.1 Frekuensi Penghayatan Aspek Emosional

Aspek Emosional N Persentase

Tinggi 104 47,3 Rendah 116 52,7

Tabel 2.1.2 Frekuensi Penghayatan Aspek Penghargaan

Aspek Penghargaan N Persentase

Tinggi 104 47,3 Rendah 116 52,7

Tabel 2.1.3 Frekuensi Penghayatan Aspek Informasi

Aspek Informasi N Persentase

Tinggi 108 49,1 Rendah 112 50,9

Tabel 2.1.4 Frekuensi Penghayatan Aspek Instrumental Aspek Instrumental N Persentase

Tinggi 87 39,5 Rendah 133 60,5

Tabel 2.2.1 Frekuensi Motivasi Berprestasi Motivasi Berprestasi N Persentase

Tinggi 96 43,6 Rendah 124 56,4

Tabel 2.2.2 Frekuensi Motivasi Berprestasi yang diikuti oleh Facilitating Anxiety (F+) Facilitating Anxiety

(F+)

N Persentase

Tinggi 94 42,7 Rendah 126 57,3

Tabel 2.2.3 Frekuensi Motivasi Berprestasi yang diikuti oleh Debilitating Anxiety (F-) Debilitating Anxiety

(F-)

N Persentase

Tinggi 86 39,1

Rendah 134 60,9

Tabel 3.1.1 Tabulasi Silang antara Penghayatan Emosional dan Motivasi Berprestasi

(13)

Tabel 3.1.2 Tabulasi Silang antara Penghayatan Penghargaan dan Motivasi Berprestasi

Tabel 3.1.3 Tabulasi Silang antara Penghayatan Informasi dan Motivasi Berprestasi Motivasi Berprestasi

Tabel 3.1.4 Tabulasi Silang antara Penghayatan Instrumental dan Motivasi

Berprestasi

Tabel 3.2.1 Tabulasi Silang antara Facilitating Anxiety dan Motivasi Berprestasi Motivasi Berprestasi

Tabel 3.2.2 Tabulasi Silang antara Debilitating Anxiety dan Motivasi Berprestasi Motivasi Berprestasi

Tabel 3.3.1 Tabulasi Silang antara Usia dan Motivasi Berprestasi

Motivasi Berprestasi Total

(14)

Tabel 3.3.2 Tabulasi Silang antara Jenis Kelamin dan Motivasi Berprestasi

Tabel 3.3.3 Tabulasi Silang antara Sikap orang tua pada siswa-siswi ketika mengalami keberhasilan dan Motivasi Berprestasi

Motivasi Berprestasi

Tabel 3.3.4 Tabulasi Silang antara Sikap dan tingkah laku orang tua pada siswa-siswi dan Motivasi Berprestasi

Tabel 3.3.5 Tabulasi Silang antara Hubungan dengan peer group dan Motivasi Berprestasi Motivasi Berprestasi

Hubungan dengan peer group

Tinggi Rendah Total

Dekat/cukup dekat 115 (52,2%) 98 (34,6%) 213 (96,8%)

Kurang dekat 3 (1,4%) 4 (1,8%) 7 (3,2%)

Total 118 (53,6%) 102 (46,4%) 220 (100%)

Tabel 3.3.6 Tabulasi Silang antara Sikap peer group pada siswa-siswi ketika mengalami kegagalan dan Motivasi Berprestasi

Motivasi Berprestasi

Tabel 3.3.7 Tabulasi Silang antara Sikap peer group pada siswa-siswi ketika mengalami keberhasilan dan Motivasi Berprestasi

(15)

Tabel 3.3.8 Tabulasi Silang antara Sikap dan tingkah laku peer group pada siswa-siswi dan

Tabel 3.3.9 Tabulasi Silang antara Hubungan dengan Lingkungan masyarakat dan Motivasi Berprestasi

Motivasi Berprestasi Hubungan dengan

lingkungan masyarakat Tinggi Rendah

Total

Dekat/cukup dekat 83 (37,7%) 65 (29,6%) 148 (67,3%)

Kurang dekat 35 (15,9%) 37 (16,8%) 72 (32,7%)

Total 118 (53,6%) 102 (46,4%) 220 (100%)

Tabel 3.3.10 Tabulasi Silang antara Sikap lingkungan masyarakat pada siswa-siswi ketika mengalami kegagalan dan Motivasi Berprestasi

Motivasi Berprestasi

Tabel 3.3.11 Tabulasi Silang antara Sikap lingkungan masyarakat pada siswa-siswi ketika mengalami keberhasilan dan Motivasi Berprestasi

Motivasi Berprestasi

Tabel 3.3.12 Tabulasi Silang antara Sikap dan tingkah laku lingkungan masyarakat pada siswa-siswi dan Motivasi Berprestasi

(16)

KATA PENGANTAR

Saya adalah mahasiswa fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

Saat ini saya sedang melakukan suatu peneltian mengenai Hubungan antara

Dukungan peer group dan Motivasi Berprestasi pada siswa-siswi SMA “X”. Oleh

karena itu, saya bermaksud untuk mengambil data dalam rangka melengkapi

penelitian ini.

Saya sangat mengharapkan kesediaan Adik-adik untuk berpartisipasi

dalam pengisian angket ini. Harapan saya, partisipasi Adik-adik dapat

memberikan manfaat sebesar-besarnya pada penelitian ini.

Akhir kata, saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada

Adik-adik yang telah bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian ini.

Bandung, 2006

(17)

Data Penunjang

Data Pribadi

Kelas/No.Absen :…………/…..…..

Usia :……..tahun

Jenis Kelamin : a. Lelaki b. Perempuan

Lingkarilah jawaban yang sesuai dengan keadaan saudara:

1. Apakah kamu tinggal dengan orang tua saat ini? Ya/Tidak (Jika Tidak, kamu

tinggal dengan siapa?...

2. Siapakah orang yang paling dekat hubungannya dengan kamu saat ini?

a. orang tua b.kakak/adik c. teman sekelompok d. guru e. ………..

3. Menurut saya, yang paling banyak memberikan dukungan atau bantuan adalah:

a. orang tua b.kakak/adik c. teman sekelompok d. guru e. ………..

4. Menurut saya, saya adalah seorang yang:

a. sangat pandai b. pandai c. kurang pandai d. tidak pandai

5. Hubungan saya dengan orang tua:

a. dekat b. cukup dekat c. kurang dekat d. tidak dekat

6. Saat mengalami kegagalan, orang tua:

a menyalahkan saya b. tidak mempedulikan saya

c. mendukung untuk mengatasi kegagalan tersebut

7. Saat mengalami keberhasilan, orang tua:

a menyalahkan saya b. tidak mempedulikan saya

c. mendukung untuk mengatasi kegagalan tersebut

8. Orang tua saya menunjukkan sikap dan tingkah laku yang membuat saya:

a. terdorong untuk berprestasi b. terhambat untuk berprestasi

9. Hubungan saya dengan teman-teman sekelompok :

a. dekat b. cukup dekat c. kurang dekat d. tidak dekat

10. Suasana kompetisi/persaingan dengan teman-teman sekelompok:

a. memacu saya untuk mencapai prestasi yang lebih tinggi

b. mengurangi keinginan saya untuk mencapai prestasi yang lebih tinggi

(18)

11. Teman sekelompok saya menunjukkan sikap dan tingkah laku yang membuat

saya:

a. terdorong untuk berprestasi b. terhambat untuk berprestasi

12. Saat mengalami kegagalan, teman-teman sekelompok:

a menyalahkan saya b. tidak mempedulikan saya

c. mendukung untuk mengatasi kegagalan tersebut

13. Saat mengalami keberhasilan, teman sekelompok:

a menyalahkan saya b. tidak mempedulikan saya

c. mendukung untuk mengatasi kegagalan tersebut

14. Hubungan saya dengan guru-guru:

a. dekat b. cukup dekat c. kurang dekat d. tidak dekat

15. Saat mengalami kegagalan, guru-guru:

a menyalahkan saya b. tidak mempedulikan saya

c. mendukung untuk mengatasi kegagalan tersebut

16. Saat mengalami keberhasilan, guru-guru:

a menyalahkan saya b. tidak mempedulikan saya

c. mendukung untuk mengatasi kegagalan tersebut

17. Guru-guru saya menunjukkan sikap dan tingkah laku yang membuat saya:

a. terdorong untuk berprestasi b. terhambat untuk berprestasi

18. Hubungan saya dengan orang-orang di sekitar saudara/tetangga:

a. dekat b. cukup dekat c. kurang dekat d. tidak dekat

19. Saat mengalami kegagalan, orang-orang di sekitar saya/tetangga:

a menyalahkan saya b. tidak mempedulikan saya

c. mendukung untuk mengatasi kegagalan tersebut

20. Saat mengalami keberhasilan, orang-orang di sekitar saya/tetangga:

a menyalahkan saya b. tidak mempedulikan saya

c. mendukung untuk mengatasi kegagalan tersebut

21. Orang-orang di sekitar saya/tetangga saya menunjukkan sikap dan tingkah laku

yang membuat saya:

(19)

KUESIONER DUKUNGAN PEER GROUP

Pernyataan berikut ini adalah pernyataan mengenai teman sebaya saudara. Bacalah setiap

pernyataan baik-baik, kemudian pilihlah salah satu dari empat pilihan jawaban yang

tersedia dengan memberi tanda silang (X) pada kotak yang tersedia. Jawablah dengan

respon pertama saudara dan sesuai dengan kenyataan yang saudara rasakan. Tidak ada

jawaban yang salah, semua jawaban benar jika sesuai dengan keadaan.

N0 Pernyataan Tidak

1 Teman sekelompok saya mengingat hari ulang

tahun saya dan memberikan selamat atau hadiah

buat saya.

2 Teman sekelompok saya menghibur saya ketika

saya sedih karena mengalami kegagalan.

3 Teman sekelompok saya acuh tak acuh terhadap

perolehan nilai ulangan saya.

4 Teman sekelompok saya mencemooh saya ketika

saya gagal melakukan suatu hal.

5 Teman sekelompok saya akan memuji bila

mengetahui saya rajin belajar.

6 Teman sekelompok saya memberitahukan

bahan-bahan ulangan ketika saya tidak masuk sekolah.

7 Teman sekelompok saya mengajak saya untuk

ikut kursus bersama.

8 Teman sekelompok saya membiarkan saya tidak

mengerjakan tugas yang diberikan guru.

9 Teman sekelompok saya tidak memberitahu saya

tentang ulangan mendatang yang diumumkan

guru ketika saya tidak masuk sekolah.

10 Teman sekelompok saya memberikan barang

yang saya perlukan ketika saya berulang tahun.

11 Teman sekelompok saya mau berdiskusi tentang

(20)

12 Teman sekelompok saya mengabaikan

permintaan tolong saya.

13 Teman sekelompok saya turut memperhatikan

kesehatan saya.

14 Teman sekelompok saya memberikan pujian

ketika saya berhasil mengerjakan tugas kelompok

yang sulit.

15 Teman sekelompok saya membiarkan saya

melakukan kesalahan yang sama berulang kali.

16 Teman sekelompok saya akan mengolok-olok

bila mengetahui saya rajin belajar.

17 Teman sekelompok saya tidak memberitahukan

adanya tugas yang harus dikumpulkan.

18 Teman sekelompok saya meminjamkan catatan

pelajaran bila saya tidak masuk sekolah.

19 Teman sekelompok saya mau menemani saya

bila saya perlu membeli barang-barang keperluan

sekolah.

20 Teman sekelompok saya tidak punya waktu

untuk membantu saya menyelesaikan tugas yang

tidak sanggup saya kerjakan.

21 Teman sekelompok saya tidak meminjamkan

uang ketika saya membutuhkannya.

22 Teman sekelompok saya menolak untuk

berdiskusi tentang pelajaran bila saya

memerlukannya.

23 Teman sekelompok saya acuh tak acuh terhadap

masalah yang saya hadapi.

24 Teman sekelompok saya mengejek bila saya

mendapat nilai buruk di ulangan.

25 Teman sekelompok saya turut gembira bila saya

(21)

26 Teman sekelompok saya bangga saat saya

memperoleh prestasi yang memuaskan.

27 Teman sekelompok saya meremehkan prestasi

yang saya capai di sekolah.

28 Teman sekelompok saya membiarkan saya

mencari jalan keluar sendiri untuk menyelesaikan

masalah yang saya hadapi.

29 Teman sekelompok saya memberikan masukan

untuk membantu mengatasi masalah pribadi saya.

30 Teman sekelompok saya mau berdiskusi dengan

saya untuk mencari jalan keluar saat saya

berselisih paham dengan orang tua saya.

31 Teman sekelompok saya memberi masukan

kepada saya tentang banyak hal.

32 Teman sekelompok saya kurang mau mengerti

dan memahami kesulitan yang saya hadapi.

33 Teman sekelompok saya mau mendengarkan

keluhan saya saat saya memiliki masalah.

34 Teman sekelompok saya mau mengerti dan

memahami kesulitan yang saya hadapi dalam

pelajaran di sekolah.

35 Teman sekelompok saya tidak menghargai usaha

yang saya lakukan dalam mengerjakan tugas

kelompok.

36 Teman sekelompok saya tidak bangga ketika saya

berhasil mencapai suatu prestasi.

37 Teman sekelompok saya kagum akan

kepercayaan diri yang saya miliki.

38 Teman sekelompok saya menghargai usaha yang

saya lakukan dalam mengerjakan tugas

(22)

39 Teman sekelompok saya tidak menegur dan

menasehati saya ketika saya melakukan hal yang

tidak benar.

40 Teman sekelompok saya tidak memberi informasi

yang saya perlukan untuk mengatasi masalah

pribadi saya, padahal ia memiliki informasi

tersebut.

41 Teman sekelompok saya mempercayakan saya

untuk mengatur acara dalam kegiatan kelompok.

42 Teman sekelompok saya percaya saya dapat

menyimpan rahasia.

43 Teman sekelompok saya tidak peduli saat saya

mengalami kekekcewaan dan membutuhkan

dukungan mereka.

44 Teman sekelompok saya tidak memberikan saya

semangat untuk berusaha meraih prestasi yang

lebih baik.

45 Teman sekelompok saya memberikan semangat

agar saya tidak menyerah saat menemukan jalan

buntu dalam menghadapi masalah.

46 Teman sekelompok saya mendorong saya untuk

berusaha kembali ketika saya mengalami

kegagalan.

47 Teman sekelompok saya tidak menghargai

pendapat saya dalam kelompok.

48 Teman sekelompok saya mengabaikan

gagasan-gagasan saya dalam mengerjakan tugas

kelompok.

49 Teman sekelompok saya memperhatikan

saran-saran yang saya ajukan dalam membahas tugas

kelompok.

50 Teman sekelompok saya tidak mempercayai

(23)

51 Teman sekelompok saya meragukan

kesungguhan saya membantu mereka.

52 Teman sekelompok saya meragukan kemampuan

saya untuk mengerjakan tugas kelompok.

53 Teman sekelompok saya mempercayai

kemampuan saya untuk menamatkan SMU

dengan baik.

54 Teman sekelompok saya akan mendukung saya

untuk berusaha kembali ketika saya mengalami

kegagalan.

55 Teman sekelompok saya membujuk saya untuk

bermain ketika saya harus belajar.

56 Teman sekelompok saya tidak menanyakan

pendapat saya jika kami sedang berdiskusi.

57 Teman sekelompok saya mendengarkan dan

menerima pendapat saya saat mereka

membutuhkan bantuan.

58 Teman sekelompok saya menanggapi gagasan

(24)

ALAT UKUR MODIFIKASI PMT (PRESTATIVE MOTIVATIE TEST)

Pada halaman berikut ini, anda akan mendapatkan beberapa pertanyaan. Pada setiap

pertanyaan terdapat beberapa kemungkinan jawaban. contoh :

1. Menonton TV dalam waktu yang lama, menurut pendapat saya :

a. sangat menyenangkan

b. menyenangkan

c. tidak menyenangkan

d. sangat tidak menyenangkan

Apabila anda berpendapat sangat menyenangkan, lingkarilah huruf 'a' pada lembar

jawaban yang tersedia. Demikian pula apabila anda berpendapat lain. Lingkarilah huruf

yang sesuai dengan pendapat anda.

1. a b c d

Jika anda ingin mengganti jawaban yang sudah anda pilih, berilah tanda silang pada

jawaban yang telah anda pilih, lalu lingkarilah jawaban yang menjadi pilihan anda.

Dalam memberikan jawaban, usahakan untuk langsung menjawab dan jangan membuang

waktu. Jangan terlalu lama memikirkan satu pertanyaan, oleh karena yang diminta adalah

kesan pertama anda. Tidak ada jawaban yang dianggap baik atau buruk, benar atau salah,

tetapi bekerjalah sebaik-baiknya sesuai dengan apa yang anda hayati mengenai diri anda

sendiri.

Jangan ada pertanyaan yang anda lewati dan bekerjalah sebaik mungkin.

(25)

1. Menonton TV dalam waktu yang lama, menurut pendapat saya :

a. sangat menyenangkan c. tidak menyenangkan

b. menyenangkan d. sangat tidak menyenangkan

2. Apabila jam tangan saya tidak menunjukkan waktu yang tepat, saya merasa :

a. tidak apa-apa, asal tahu kira-kira pukul berapa

b. kadang-kadang mengganggu

c. tidak menyenangkan

3. Apabila saya sedang memikirkan masa depan saya, maka biasanya saya berpikir :

a. sangat jauh ke depan c. agak jauh ke depan

b. jauh ke depan d. belum terpikirkan

4. Apabila saya mendapat nilai kurang dalam ulangan, saya merasa :

a. sangat mengganggu c. sedikit mengganggu

b. mengganggu d. tidak mengganggu

5. Apabila mengerjakan tugas, penyelesaian yang saya lakukan :

a. tidak pernah baik c. kadang-kadang baik

b. jarang baik d. biasanya baik

6. Apabila saya membayangkan berada dalam situasi test, maka perasaan saya :

a. tenang c. tidak tenang

b. agak tenang

7. Apabila saya tahu sebelumnya bahwa saya harus mengikuti suatu test kecerdasan,

maka saya

merasa : a. bebas sepenuhnya c. tidak begitu bebas (agak tegang)

b. bebas d. sangat tegang

8. Keadaan sehari-hari saya biasanya :

a. sangat sibuk c. kadang-kadang sibuk

b. sedikit sibuk d. sama sekali tidak sibuk

9. Apabila tugas saya sedang dinilai, maka tangan saya :

a. seringkali berkeringat c. tidak berkeringat

b. kadang-kadang berkeringat

10. Apabila menghadapi kesulitan, saya merasa :

a. sangat bimbang c. pasti

(26)

11. Teman-teman menganggap saya belajar :

a.sangat rajin c. agak rajin

b.rajin d. kurang rajin

12. Apabila saya telah memulai dengan suatu pekerjaan yang sulit, maka saya dapat

menghentikan pekerjaan tersebut dengan :

a. mudah c. sulit

b. tidak begitu mudah d. sangat sulit

13. Belajar dengan giat di sekolah, menurut saya :

a. sangat tidak menyenangkan

b. kurang begitu menyenangkan

c. menyenangkan

14. Apabila saya dalam keadaan tegang, maka saya akan menghasilkan prestasi yang:

a. kurang baik c. lebih baik

b. baik

15. Menurut saya, risiko dalam hidup adalah keadaan yang :

a. tidak dapat dihindarkan

b. dapat membuat hidup menjadi lebih menarik

16. Dalam situasi kritis, ketakutan ditertawakan oleh teman-teman :

a. kadang-kadang saya alami

b. tidak pernah saya alami

17. Apabila mendadak diuji/ditest mengenai pengetahuan dan ketrampilan saya, saya

merasa : a. gugup terus menerus c. agak tenang

b. kadang-kadang gagap

18. Apabila bercakap-cakap dengan orang lain yang belum saya kenal, maka saya :

a. tetap merasa bebas

b. merasa kurang percaya pada diri sendiri

c. biasanya agak canggung

19. Tuntutan saya terhadap diri sendiri dalam pelajaran adalah :

a. sangat tinggi c. agak tinggi

b. tinggi d. tidak tinggi

20. Apabila perasaan saya agak cemas sewaktu diuji atau dinilai maka daya ingat

saya menjadi :

a.Lebih baik dari biasanya c. Kurang baik dibandingkan biasanya

(27)

21. Apabila saya mendapat giliran untuk melakukan sesuatu pekerjaan di bawah

pengawasan yang berwenang, maka hati saya :

a.Sering berdebar-debar c. Tidak pernah berdebar-debar

b.Jarang berdebar-debar

22. Waktu kecil, kepercayaan diri saya :

a.Cukup c. Kurang

b.Agak

23. Apabila saya sedang mengerjakan PR, lalu seseorang memanggil saya untuk

menonton suatu acara TV, maka setekah acara tersebut selesai, saya selalu :

a.Dapat langsung mengerjakannya kembali

b.Beristirahat sejenak baru mengerjakannya

c.Menunggu agak lama sebelum mulai mengerjakannya

d.Sulit menimbulkan semangat untuk mulai mengerjakannya kembali

24. Pada masa lalu, rasa takut saya untuk menghadapi ujian :

a.Sangat menganggu c. Tidak mengganggu

b.Sedikit menganggu

25. Apabila saya agak tegang, maka saya dapat bekerja :

a.Lebih baik dari biasanya c. Kurang baik dibandingkan biasanya

b.Tetap seperti biasanya

26. Saya merasa keuletan dalam menghadapi tugas merupakan hal yang :

a.Kurang penting c. Sangat penting

b.Penting

27. Bagi saya, memiliki cita-cita mencapai kedudukan setinggi-tingginya dalam

masyarakat merupakan hal yang :

a.Tidak begitu penting c. Penting

b.Agak penting

28. Timbulnya pikiran bahwa hasil ujian saya akan buruk sewaktu menjalani ujian

adalah : a.Lemah c. Agak kuat

b.Agak lemah d. Kuat

29. Bagi saya, perasaan cemas yang timbul sewaktu mencapai prestasi belajar adalah

: a.Tidak pernah menguntungkan c. Sering menguntungkan

(28)

30. Apabila dalam waktu dekat saya akan menghadapi ujian dan saya merisaukan hal

itu, maka saya dapat belajar :

a. Lebih baik dari biasanya c. Sulit belajar dibandingkan biasanya

b. Tetap seperti biasanya

31. Dalam hal belajar, keinginan saya untuk dipuji :

a.besar c. kurang besar

b.cukup besar

32. Apabila saya bertanya pada diri sendiri, apakah saya pernah merasa tegang, maka

seharusnya saya akui bahwa hal itu :

a.Jarang terjadi c. Selalu terjadi

b.Sering terjadi

33. Apabila ada sesuatu yang menimbulkan ketegangan, maka hal tersebut dapat

membuat saya bekerja :

a.Kurang baik dari biasanya c. Lebih baik dari biasanya

b.Tetap seperti biasanya

34. Teman-teman saya menganggap saya belajar dengan :

a.Tekun c. Cenderung seenaknya

b.Kurang tekun

35. Menjadi bingung ketika menghadapi situasi gawat merupakan pengalaman yang :

a.Jarang saya alami c. Sangat sering saya alami

b.Sering saya alami

36. Ketakutan dalam menghadapi ujian akan :

a.Meningkatkan prestasi saya

b.Tidak meningkatkan prestasi saya

c.Menurunkan prestasi saya

37. Setelah mengikuti ujian, biasanya saya :

a.Kadang-kadang merasa tertekan

b.Jarang sekali merasa tertekan

c.Tidak pernah merasa tertekan

38. Bila menghadapi ujian yang diberikan tanpa pemberitahuan sebelumnya, saya :

a.tidak panik c. Sangat panik

(29)

39. Membuat kesalahan dalam pengambilan keputusan pada situasi yang mendesak :

a.Jarang saya alami c. Sering sekali saya alami

b.Sering saya alami

40. Bagi saya, orang-orang yang berhasil dalam bidang pendidikan merupakan tokoh

yang : a.Sangat saya kagumi c. Agak saya kagumi

b.Saya kagumi d. Kurang saya kagumi

41. Apabila saya tegang karena takut, maka saya dapat berpikir :

a.Kurang baik dibandingkan biasanya

b.Tetap seperti biasanya

c.Lebih baik dibandingkan biasanya

42. Apabila sedang mengerjakan ujian dan saya merasa tidak dapat menyelesaikan

pada waktunya, maka saya :

a. Merasa panik c. tetap tenang

b. khawatir

43. Pandangan teman-teman mengenai prestasi-prestasi saya, saya anggap :

a.Penting c. Tidak penting

b.Agak penting

44. Apabila saya bertanya pada diri sendiri apakah saya gugup, maka haruslah saya

katakan bahwa saya memang :

a. Sering gugup

b. Jarang gugup

45. Bagi saya, pendidikan merupakan hal yang :

a.Sangat penting c. Kurang penting

b.penting d. tidak penting

46. Mempersiapkan suatu tugas yang penting jauh sebelumnya merupakan suatu

kegiatan yang :

a.Tidak ada gunanya c. Memang seharusnya demikian

b.Kadang-kadang berguna

47. Bermalas-malasan pada masa kanak-kanak adalah hal yang :

a.Sangat menyenangkan c. Tidak menyenangkan

(30)

48. Mendapatkan kemajuan dalam masyarakat adalah sesuatu yang dinilai :

a.Terlalu berlebih-lebihan

b.Agak penting

c.Berharga untuk dicapai

49. Teman-teman sekelas beranggapan bahwa saya dapat berprestasi :

a.Jauh lebih baik dari sekarang c. Cukup

b.Baik d. Kurang

50. Untuk melakukan hobi, saya :

a.Tidak mempunyai waktu c. Cukup waktu

b.Kadang-kadang kurang waktu d. Banyak waktu

51. Bila diserahi tugas mengatur/mengelola suatu kegiatan, saya mengerjakannya

dengan : a.Senang hati c. Sama sekali tidak senang

b.Kurang senang

52. Apabila mengerjakan sesuatu yang sulit :

a.Kadang-kadang saya menyerah

b.Saya tunda terlebih dahulu, tetapi kemudian melanjutkannya

c.Biasanya saya lanjutkan terus

53. Setelah selesai mengerjakan ujian/ulangan, saya berpikir bahwa sebenarnya saya

dapat melakukan lebih baik daripada yang telah saya lakukan tadi. Pikiran ini :

a.Tidak pernah timbul c. Sering timbul

b.Jarang timbul

54. Menurut saya, menjaga hubungan baik dengan guru merupakan hal yang :

a.Kurang penting c. Penting

b.Agak kurang penting

55. Apabila saya mendapat tugas yang saya perkirakan tidak saya selesaikan dengan

baik, maka : a.Saya berusaha mencapainya dengan sekuat tenaga

b.Saya mencoba dengan jalan lain

c.Saya berusaha seadanya (sebisanya)

56. Apabila saya dalam keadaan gelisah dan gugup, saya sering belajar :

a.Tidak sebaik biasanya c. Lebih baik daripada biasa

(31)

57. Pada umumnya saya melakukan sesuatu :

a.Sangat mengarah ke masa depan

b.Agak mengarah ke masa depan

c.Tidak mengarah ke masa depan

58. Memasuki situasi baru, bagi saya :

a.Sangat mudah c. Sulit

b.Mudah d. Sangat sulit

59. Dalam situasi mendesak, biasanya prestasi saya :

a.Meningkat c. Sangat menurun

b.Menurun

60. Aktivitas-aktivitas yang tidak begitu besar risikonya, sangat saya :

a..Sukai c. Tidak sukai

b.Kurang sukai

61. Rasa tegang sebelum ujian, menurut saya merupakan persiapan ujian yang :

a.Sangat baik c. Kurang baik

b.Baik d. Buruk

62. Pada saat guru menjelaskan sesuatu :

a.Biasanya saya memperhatikan dengan baik

b.Kadang-kadang saya berusaha untuk tetap memperhatikannya

c.Sering pikiran saya melayang ke hal lain

63. Menurut pengalaman, rasa cemas saya :

a.Sering merugikan saya c. Kadang-kadang membantu saya

b.Kadang-kadang merugikan saya d. Sering membantu saya

64. Apabila saya sedang belajar dan saya diganggu, maka hal itu :

a.Menjengkelkan saya

b.Tidak begitu saya persoalkan

(32)
(33)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Manusia adalah makhluk sosial; mereka tidak dapat hidup sendiri dan

membutuhkan orang lain. Sejak manusia dilahirkan, manusia sudah membutuhkan

kasih sayang, perhatian, dan tergantung pada ayah dan ibunya serta pengakuan

akan keberadaan dirinya dalam keluarga. Mereka menghabiskan waktunya dengan

orang tua dan orang-orang terdekat yang ada dalam lingkungan keluarganya. Saat

seseorang mulai beranjak remaja, ia mulai membutuhkan kasih sayang, perhatian

serta pengakuan akan keberadaan dirinya dari orang lain. Remaja mulai memiliki

kegiatan di luar rumah sehingga mereka memiliki kesempatan untuk menemukan

individu lainnya di luar lingkungan keluarga. Hal ini membuat mereka mulai

membentuk kelompok karena mereka memiliki persamaan usia dan minat.

Menurut Hortacsu (dalam Philip Rice,1999), kebutuhan pertama remaja

adalah berhubungan dengan orang lain, dengan siapa mereka dapat berbagi minat

bersama. Mereka lebih banyak melakukan kegiatan di luar rumah dibandingkan di

dalam rumah sehingga tindakan, sikap, perilaku, dan minat seorang remaja

banyak dipengaruhi oleh peer group (kelompok teman sebaya). Di dalam

perkembangannya untuk mencari identitas diri maupun mencapai suatu prestasi,

remaja membutuhkan peer group yang dapat mendukung mereka dalam

melakukan aktivitas-aktivitas. Mereka bergaul dalam suatu komunitas, baik teman

(34)

dari sekolah maupun dari luar sekolah di mana para remaja ini banyak

berinteraksi.

Menurut Sawitri Supardi (SWARA, 9/9 1999), kebutuhan untuk afiliatif

pada remaja biasanya sangat tinggi, yang menandakan keterikatan emosional serta

fanatisme kuat terhadap teman sebaya. Remaja akan marah bila keluarga atau

orang tua memberikan penilaian negatif pada perilaku sahabat dan

teman-temannya. Sesuatu yang sangat menonjol dalam masalah remaja adalah kebutuhan

yang kuat untuk memperoleh "tempat" dalam kelompoknya. Biasanya segala daya

dan upaya akan mereka lakukan agar dapat diterima serta diakui, dan mendapat

perhatian sebanyak mungkin dari kelompok. Persetujuan dari kelompok

merupakan salah satu bentuk kebutuhan terhadap afiliasi. Pada usia remaja,

siswa-siswi mulai untuk menyatakan keinginan-keinginan mereka sendiri yang

terkadang bertentangan atau tidak sesuai dengan keinginan orang tua, sehingga

mereka butuh dukungan dari kelompok untuk membantu mereka menyatakan

keinginan tersebut.

Selain berinteraksi dengan teman sebaya, tugas mereka sebagai seorang

pelajar juga merupakan hal yang penting untuk mereka. Khususnya pada SMA

“X” yang memiliki standar nilai yang tinggi, dalam arti mengharuskan

siswa-siswi memiliki nilai yang baik dalam bidang akademis untuk dapat mengikuti

pelajaran di sekolah tersebut. Pada umumnya siswa-siswi di SMA “X” memiliki

tingkat kecerdasan di atas rata-rata yang menunjang prestasi mereka. Siswa-siswi

juga dituntut untuk memiliki motivasi berprestasi tinggi sehingga mereka dapat

mengikuti pelajaran di sekolah tersebut.

(35)

Menurut Guru BK di SMA “X”, siswa-siswi tersebut sebenarnya memiliki

potensi di dalam diri untuk berprestasi, akan tetapi mereka cenderung malas dan

lebih senang bermain dengan peer group-nya atau bermain game di warnet

(warung internet). Walaupun ada juga peer group yang mengajak untuk belajar

dan mengerjakan tugas bersama dan mengikuti kursus bersama. Akan tetapi les

atau pelajaran tambahan di luar sekolah yang mereka ikuti, sebenarnya kurang

membantu siswa-siswi untuk memperoleh prestasi yang baik. Kesadaran dan

keinginan untuk memperoleh prestasi baik cenderung kurang dimiliki oleh diri

siswa-siswi. Siswa-siswi cenderung mulai memiliki keinginan dan usaha untuk

memperoleh nilai atau prestasi yang baik, bila nilai yang mereka peroleh pada

semester sebelumnya tidak terlalu baik atau pada saat menjelang kenaikan kelas.

Prestasi tinggi yang diperoleh siswa-siswi cenderung dikarenakan tuntutan dari

orang tua maupun guru.

Peran orang tua merupakan salah satu faktor yang berpengaruh dalam

perkembangan motivasi berprestasi pada siswa-siswi (McClelland, 1953). Orang

tua mengharapkan anak remaja mereka memiliki prestasi yang baik di sekolah,

kalau bisa menjadi yang ‘nomor satu’. Beberapa orang tua menginginkan anaknya

berprestasi hanya untuk meningkatkan gengsi orang tua. Namun ada juga orang

tua yang menginginkan anaknya beprestasi agar anak mereka memiliki masa

depan yang lebih baik.

Cara orang tua mewujudkan keinginannya agar anak remaja mereka

berprestasi, antara lain dengan cara membayar guru privat atau tempat-tempat

kursus agar anak mereka dapat mengikuti pelajaran tambahan di luar jam sekolah,

(36)

dengan harapan anak mereka memiliki prestasi yang baik dalam bidang akademik

di sekolahnya. Orang tua juga menanyakan kesulitan apa yang dihadapi oleh

siswa-siswi dalam pelajaran. Pemberian pujian oleh orang tua pada anak

remajanya saat memperoleh nilai ulangan yang baik atau pemberian hadiah jika

mereka masuk dalam 10 besar di kelasnya atau saat kenaikan kelas, dapat

memotivasi siswa-siswi untuk berprestasi lebih baik dari prestasi sebelumnya.

Biasanya orang tua juga mencari informasi sebanyak mungkin tentang sekolah

atau kursus yang dapat menunjang prestasi anak mereka. Namun ada juga orang

tua yang tidak peduli dengan prestasi yang diperoleh anak remajanya. Orang tua

tidak peduli apakah nilai atau prestasi yang dimiliki anak remajanya baik atau

buruk. Orang tua mengganggap pendidikan tidak penting bagi masa depan anak

remajanya. Orang tua menganggap mengikuti pendidikan di sekolah hanya untuk

naik kelas dan lulus saja tanpa memperoleh prestasi yang baik. Ketidakpedulian

orang tua juga dapat menghambat siswa-siswi untuk memperoleh prestasi yang

baik.

Di lingkungan sekolah, dalam usaha mencapai prestasi yang baik,

siswa-siswi didukung oleh guru yang memberikan pendidikan secara formal dan juga

teman-teman yang sangat berperan untuk melakukan suatu aktivitas. Penerimaan

yang baik dari peer group memiliki pengaruh yang positif dalam memotivasi

siswa-siswi untuk berprestasi. Dukungan peer group memotivasi siswa-siswi

untuk berprestasi dalam bidang akademik (Coodenow, dalam Philip Rice, 1999).

Hasil angket dari 40 siswa-siswi di SMA “X”, Bandung memperlihatkan bahwa

sebanyak 22 siswa-siswi (55%) menghayati peer group menjadi tempat untuk

(37)

saling berbagi, mau mengerti, mendengarkan, dan menghibur jika sedang sedih,

mereka juga merasa dimiliki oleh kelompoknya (dukungan emosional). Peer

group juga menghargai pendapatnya dan memuji prestasi yang diperoleh,

mendorong, dan memberikan semangat ketika siswa-siswi mulai malas belajar

atau mengalami kegagalan (dukungan penghargaan). Peer group memberi tahu

bahan-bahan yang menjadi tugas saat siswa-siswi tidak masuk sekolah,

memberikan masukan atau nasihat ketika sedang mengalami masalah (dukungan

informatif). Peer group selalu mengajak belajar dan mengerjakan tugas

bersama-sama jika ada tugas yang harus diselesaikan, meminjamkan catatan ketika

siswa-siswi tidak masuk sekolah. (dukungan instrumental).

Sebanyak 12 siswa-siswi (30%) menyatakan dengan adanya dukungan dari

peer group semakin memacu dan memotivasi siswa-siswi untuk berprestasi lebih

baik lagi. Siswa-siswi juga merasa nilai-nilai baik dalam ulangan yang diperoleh

teman-teman dalam peer group-nya, memotivasi diri mereka untuk mendapatkan

nilai yang lebih baik sehingga terjadi persaingan yang sehat di dalam

kelompoknya untuk memperoleh prestasi di kelas. Saat menghadapi batas waktu

pengumpulan tugas, dan siswa-siswi belum menyelesaikannya, mereka akan

berusaha mengerjakan sampai selesai atau sebisa mungkin.

Sebaliknya 10 siswa-siswi (25%) lainnya meskipun menghayati adanya

dukungan dari peer group, prestasi mereka tidak lebih bagus dari teman-teman

dalam peer group-nya. Nilai ulangan yang baik yang diperoleh peer group, justru

membuat mereka merasa rendah diri, karena menurut mereka, teman dalam peer

group jauh lebih pintar darinya. Hal ini menghambat siswa-siswi untuk

(38)

memperoleh prestasi yang lebih baik dari orang lain atau prestasi sebelumnya.

Siswa-siswi dengan motivasi beprestasi rendah, akan semakin cemas bila belum

menyelesaikan tugasnya sehingga tidak dapat mengerjakan secara optimal.

Siswa-siswi memilih untuk mengerjakannya di sekolah dengan meminjam dan menyalin

pekerjaan temannya. Hal ini sejalan dengan pendapat Shaffer (1999) bahwa peer

group juga dapat menghambat usaha orang tua dalam mendorong siswa-siswi

memiliki motivasi berprestasi.

Menurut Sawitri Supardi (SWARA, 9/9 1999), peer group dapat

menyebabkan penurunan prestasi belajar dan berkurangnya minat belajar karena

minat utama adalah menjalin hubungan seluas-luasnya. Prestasi sekolah bukan

saja mundur, melainkan kebutuhan memperoleh prestasi sosial formal sangat

menurun dan tampak rasa tanggung jawab terhadap belajar formal sangat rendah.

Di antara 18 siswa-siswi (45%) yang menghayati kurangnya mendapatkan

dukungan dalam bidang akademis dari peer group. Terdapat 8 siswa-siswi (20%)

merasa peer group-nya lebih banyak menghabiskan waktu untuk jalan-jalan ke

mall dan bermain, dan terkadang saat akan menghadapi ulangan sehingga

siswa-siswi tidak memiliki waktu untuk belajar. Saat siswa-siswa-siswi tidak memiliki uang

untuk bermain atau jalan-jalan, terkadang peer group akan meminjamkan uang

bahkan membayarkannya. Hal ini merupakan bentuk dukungan yang menghambat

motivasi berprestasi siswa-siswi. Biasanya siswa-siswi mulai memiliki semangat

dan keinginan untuk belajar dan mendapatkan nilai baik saat menjelang kenaikan

kelas, karena mereka takut tinggal kelas dan ditinggalkan oleh peer group-nya dan

teman sekelasnya. Siswa-siswi dengan motivasi beprestasi rendah, akan semakin

(39)

cemas bila belum menyelesaikan tugasnya sehingga tidak dapat mengerjakan

secara optimal. Siswa-siswi memilih untuk mengerjakannya di sekolah dengan

meminjam dan menyalin pekerjaan temannya.

Akan tetapi 10 siswa-siswi (25%) lainnya tetap termotivasi untuk

berprestasi meskipun mereka menghayati kurangnya dukungan peer group dalam

bidang akademis. Siswa-siswi merasa harus tetap berprestasi karena tuntutan dari

orang tua dan guru-guru sehingga mereka berusaha untuk membagi waktu antara

bermain dan belajar. Saat menghadapi batas waktu pengumpulan tugas, dan

siswa-siswi belum menyelesaikannya, mereka akan berusaha mengerjakan sampai

selesai atau sebisa mungkin.

Melalui uraian di atas dapat dilihat bahwa pada masa remaja, hal yang

sangat berperan dalam kehidupan mereka adalah peer group. Mereka mengikuti

apa yang peer group lakukan. Namun berkaitan dengan prestasi akademik,

terdapat beberapa remaja meskipun mendapat dukungan dari peer group, mereka

tidak termotivasi untuk berprestasi. Remaja lainnya meski tidak mendapat

dukungan dari peer group tetap dapat termotivasi karena mereka merasa

mendapat dukungan dan dituntut oleh orang tua atau guru. Sehubungan dengan

itu, peneliti tertarik untuk meneliti apakah ada hubungan antara dukungan peer

group dan motivasi berprestasi pada siswa-siswi SMA “X”, Bandung..

1.2 Identifikasi Masalah

Masalah yang ingin diteliti ialah apakah ada hubungan antara dukungan

peer group dan motivasi berprestasi pada siswa-siswi SMA “X”, Bandung.

(40)

1.3 Maksud, Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian

Penelitian ini bermaksud untuk memperoleh gambaran mengenai

hubungan antara dukungan peer group dan motivasi berprestasi pada

siswa-siswi SMA “X”, Bandung.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui lebih dalam dan komprehensif

mengenai hubungan antara dukungan peer group dan motivasi berprestasi

pada siswa-siswi SMA “X”, Bandung.

1.3.3 Kegunaan Penelitian 1.3.3.1 Kegunaan Ilmiah

1) Menambah informasi dalam bidang ilmu Psikologi Pendidikan dan

Psikologi Perkembangan terutama mengenai hubungan Dukungan Peer

Group dan Motivasi Berprestasi

2) Sebagai bahan pertimbangan untuk penelitian lebih lanjut mengenai

hubungan antara dukungan peer group dengan motivasi berprestasi.

1.3.3.2 Kegunaan Praktis

1) Memberikan informasi kepada guru di SMA “X”, Bandung mengenai

hubungan antara penghayatan dukungan peer group yang diperoleh

siswa-siswi tersebut dan motivasi berprestasi yang dimiliki agar dapat

dimanfaatkan dalam upaya memotivasi, dan membantu siswa-siswi untuk

meningkatkan prestasi dalam bidang akademis.

2) Memberikan masukan kepada siswa-siswi SMA “X”, Bandung mengenai

(41)

hubungan antara dukungan yang mereka hayati dalam usaha meningkatkan

motivasi berprestasi.

3) Memberikan masukan kepada orang tua mengenai hubungan antara

dukungan peer group dengan motivasi berprestasi yang bisa dimanfaatkan

dalam membimbing anak remajanya meningkatkan motivasi berprestasi.

1.4 Kerangka Pemikiran

Masa remaja adalah saat meningkatnya pengambilan keputusan mengenai

masa depan, apakah akan melanjutkan belajar ke Perguruan Tinggi, teman yang

akan dipilih, dan lain-lain (Santrock, 2003). Remaja diharapkan mulai dapat

memilih dan menyiapkan lapangan kerja di saat usia mereka beranjak dewasa

(Havighurst, 1951 dalam Dacey & Kenny, 1997). Untuk memilih dan

menyiapkan pekerjaan serta masa depan, dapat dimulai dengan mengikuti

kegiatan belajar dan memperoleh prestasi akademis yang baik di sekolah.

Perolehan prestasi akademis yang baik menimbulkan usaha dalam diri

siswa-siswi SMA “X”, Bandung. Usaha merupakan aspek yang sangat penting

dari penyebab internal dalam berprestasi (Santrock, 2003). Para siswa menyadari

bahwa usaha merupakan strategi yang paling efektif untuk mencapai hasil kerja

yang baik (Skinner, Wellborn & Connell, 1990 dalam Santrock, 2003). Usaha

untuk mengikuti kegiatan belajar dan memperoleh prestasi akademis yang baik di

sekolah diperlukan agar siswa-siswi dapat menyelesaikan pendidikan, naik kelas,

dan melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Dalam perolehan

prestasi, sering kali terjadi persaingan di antara mereka. Siswa-siswi memiliki

(42)

keinginan untuk berprestasi lebih baik daripada teman-temannya. Keinginan

tersebut menimbulkan motivasi untuk berprestasi yang lebih tinggi dibandingkan

dengan teman-temannya atau prestasi sebelumnya.

Motivasi berprestasi merupakan suatu kecenderungan untuk berprestasi.

Berprestasi diartikan sebagai melakukan sesuatu yang melebihi atau mengungguli

prestasi yang diperoleh orang lain, dengan berusaha sebaik-baiknya untuk

mencapai sasaran, ditinjau dari sudut pandang orang lain maupun diri sendiri

(Hermans, dalam Suryana S., 1995). Ciri-ciri siswa-siswi dengan motivasi

berprestasi tinggi adalah cenderung memilih tugas-tugas yang sesuai dengan

kemampuannya, lebih menyukai risiko-risiko yang kecil apabila hasil suatu

tindakan karena kebetulan atau kesempatan yang ada dalam situasi yang tidak

pasti dan tidak menentu, dapat mencapai taraf keahlian yang lebih tinggi,

memiliki keuletan dalam menghadapi tugas, memiliki kecenderungan yang kuat

untuk merampungkan tugas yang telah dimulai, perspektif waktu lebih kuat

mengarahkan diri dalam merencanakan hari depan, bisa bersikap lebih fleksibel

terhadap pemanfaatan waktu, lebih menghargai pengakuan orang lain atas prestasi

yang dicapai, memilih teman-teman yang ahli dalam tugas yang sedang dihadapi

dan menghasilkan prestasi yang lebih baik dalam situasi-situasi yang memberikan

insentif bagi prestasi.

Hermans (dalam Suryana S, 1995) berpendapat bahwa siswa-siswi dengan motivasi berprestasi yang tinggi akan mengarahkan diri untuk menentukan

sendiri hasil tindakannya dalam suatu situasi prestasi dan tidak akan mendasarkan

prestasi yang diperolehnya pada kesempatan, keberuntungan, atau orang lain.

(43)

McClelland (1953) juga memberikan pendapat bahwa siswa-siswi dengan motivasi berprestasi tinggi memiliki keyakinan akan kemampuannya, senantiasa

berusaha melakukan sesuatu lebih baik dibanding yang telah diperbuat oleh orang

lain, dengan menggunakan prestasi orang lain sebagai standar yang harus dicapai

atau ingin menghasilkan sesuatu yang lebih baik melampaui prestasi sebelumnya

dan ingin menyelesaikan tugasnya sebaik mungkin, yang baginya merupakan

suatu tantangan. Santrock (1998) menambahkan bahwa siswa-siswi dengan

motivasi berprestasi tinggi memiliki standar pribadi yang tinggi untuk berprestasi

dan juga memiliki perasaan yang kuat untuk bersaing. Sebaliknya, siswa-siswi

dengan motivasi berprestasi rendah tidak mengarahkan diri untuk menentukan

hasil yang harus diperoleh tetapi cenderung mendasarkan prestasinya pada

keberuntungan, kesempatan, atau orang lain (Hermans, dalam Suryana S, 1995).

Mereka biasanya lebih didominasi oleh rasa ketidakmampuan akan dirinya,

cenderung diliputi perasaan cemas, takut gagal, sehingga menghambat

kemampuan diri dalam mengaktualisasikan potensinya (McClelland, 1953).

Weiner (dalam Slavin, 1980) menyatakan bahwa siswa-siswi dengan motivasi berprestasi rendah tidak akan bertahan terhadap tugas-tugas yang dihadapi serta

cenderung cepat putus asa di saat mengalami kegagalan dan kurang

memperlihatkan usaha untuk meraih prestasi.

Perkembangan motivasi berprestasi dipengaruhi oleh dua faktor yaitu

faktor internal dan faktor eksternal (McClelland, 1953). Salah satu faktor internal

yang mempengaruhi ialah inteligensi, yaitu kemampuan yang bersifat potensial

yang dimiliki siswa-siswi dan merupakan salah satu unsur penting dalam proses

(44)

memecahkan masalah yang dihadapi. Faktor internal lain yang berpengaruh

terhadap motivasi berprestasi yaitu penilaian siswa-siswi mengenai kemampuan

dirinya yang terbentuk berdasarkan penilaian atau pandangan orang lain maupun

diri sendiri. Inteligensi yang dimiliki siswa-siswi mempesngaruhi dan menunjang

usahanya untuk menghasilkan prestasi yang lebih baik dari orang lain, dan ketika

berhasil, ia menyadari akan kemampuannya berprestasi sehingga ia akan berusaha

untuk mengulang keberhasilan atau mempertahankan prestasi. Ketika siswa-siswi

takut menghadapi kegagalan, mereka akan menampilkan kecemasan dari dalam

diri yang akan mempengaruhi tingkah laku berprestasi (Hermans, dalam

Suryana S, 1995). Kecemasan tersebut adalah kecemasan yang mendukung (facilitating anxiety) dan kecemasan yang menghambat (debilitating anxiety)

(Alpert&Haber, dalam Suryana S, 1995).

Facilitating anxiety merupakan suatu kecemasan yang mendukung,

khususnya di dalam situasi tugas yang relatif tidak sistematis (berstruktur), yang

menyebabkan siswa-siswi dapat berfungsi secara optimal. Misalnya dalam situasi

menghadapi batas waktu pengumpulan tugas atau waktu yang sempit untuk

menyiapkan diri menghadapi ujian, mereka akan mencari bahan-bahan yang

diperlukan untuk menyelesaikan tugasnya dan tidak menunda-tunda

mengerjakannya. Biasanya siswa-siswi dengan motivasi berprestasi tinggi

memiliki kecemasan yang mendukung karena memiliki harapan yang kuat untuk

berhasil dibandingkan takut akan kegagalan (Atkinson & Raynor, 1974, dalam

Santrock, 1998). Mereka akan menghubungkan kegagalan yang dialami dengan sedikitnya usaha yang dilakukan, dan bukan karena faktor keberuntungan atau

(45)

tugas yang sukar, mereka akan lebih berusaha sampai berhasil (Weiner, dalam

Slavin, 1991). Siswa-siswi percaya akan kemampuan yang dimiliki untuk menyelesaikan tugas dan ingin segera menyelesaikan tugas yang baginya

merupakan suatu tantangan.

Sebaliknya siswa-siswi dengan motivasi berprestasi rendah biasanya

memiliki kecemasan yang menghambat (debilitating anxiety). Debilitating anxiety

merupakan suatu kecemasan yang menghanbat, khususnya di dalam situasi tugas

yang relatif tidak sistematis (berstruktur), yang menyebabkan siswa-siswi tidak

dapat berfungsi secara optimal. Misalnya saat menghadapi batas waktu

pengumpulan tugas atau waktu yang sempit untuk menyiapkan diri menghadapi

ujian, mereka semakin cemas sehingga cenderung menunda-tunda mengerjakan

tugasnya dan tidak mampu mengerjakan tugas sebaik mungkin. Siswa-siswi

dengan motivasi berprestasi rendah tidak dapat bertahan terhadap tugas-tugas

yang dihadapi serta cenderung cepat putus asa ketika mengalami kegagalan dan

kurang memperlihatkan usaha untuk meraih prestasi (Weiner, dalam Slavin,

1991). Siswa-siswi cenderung tidak yakin bahwa mereka mampu menyelesaikan

tugas serta takut menghadapi kegagalan.

Faktor eksternal yang mempengaruhi perkembangan motivasi berprestasi

siswa-siswi adalah keluarga, sekolah dan lingkungan masyarakat. Suasana

keluarga yang harmonis dan hangat akan memberikan rasa aman pada siswa-siswi

untuk berekspresi secara bebas dan akan merasa tertantang untuk dapat meraih

prestasi yang lebih baik walaupun mengalami kegagalan. Di sekolah, guru yang

dapat membina relasi yang hangat dan memberikan kesempatan kepada

(46)

siswinya untuk mengekspresikan kemampuan yang dimiliki akan membuat

mereka mendapat kesempatan untuk menilai kemampuan dirinya. Suasana

menyenangkan dan kompetisi yang sehat di dalam peer group juga mendorong

untuk berprestasi. Lingkungan di sekitar rumah yang memberi kesempatan pada

siswa-siswi untuk mengekspresikan kemampuannya akan menimbulkan rasa

percaya diri, sehingga walaupun mengalami kegagalan, mereka tetap terdorong

untuk mengatasinya dan berusaha lebih baik.

Salah satu faktor eksternal penting yang mempengaruhi perkembangan

motivasi berprestasi di sekolah adalah sikap, tanggapan dan dukungan peer group.

Siswa-siswi ini membentuk kelompok yang akan memberikan persahabatan dan

menyediakan kesempatan untuk mengaktualisasikan diri, belajar untuk saling

menghargai dan saling membantu teman yang mengalami kesulitan. Peran peer

group dapat bersifat positif yang mendukung pembentukan identitas maupun

bersifat negatif yang akan menjerumuskan siswa-siswi pada beragam

permasalahan kenakalan remaja (Muuss, 1990).

Dalam peer group, siswa-siswi belajar untuk saling memberikan dan

menghayati dukungan dari teman mereka. Dukungan sosial ialah transaksi

interpersonal yang melibatkan satu atau lebih hal-hal berupa perhatian, kasih

sayang, empati (emosional), penghargaan dan evaluasi terhadap perbuatan yang

dilakukan (penghargaan), pemberian informasi (informasi), pemberian bantuan

berupa benda, waktu dan tenaga (instrumental) yang akan berfungsi secara efektif

apabila dukungan tersebut dapat dirasakan, disadari, dan dihayati oleh penerima

dukungan (House, dalam Vaux, 1988).

(47)

Dukungan emosional dihayati oleh siswa-siswi dalam peer group melalui

tingkah laku yang berhubungan dengan perasaan senang, merasa memiliki dan

pengungkapan kasih sayang. Misalnya saat seorang di antara mereka mengalami

kegagalan dalam ujian, teman dalam peer group akan menghibur dan

mendorongnya agar tidak menyerah; dan ketika berhasil dalam ujian, peer

group-nya akan ikut merasa senang. Keadaan seperti ini akan membuat siswa-siswi

cenderung menunjukkan keinginan dan usaha yang lebih tinggi dalam meraih

prestasi. Terkadang terdapat juga teman-teman dalam peer group yang merasa

senang jika teman mereka mengalami kegagalan dan merasa iri hati jika teman

yang lain memperoleh prestasi yang baik. Keadaan seperti ini akan membuat

siswa-siswi menghayati bahwa ia akan dijauhi jika memperoleh prestasi yang baik

sehingga mereka cenderung tidak memiliki keinginan untuk memperoleh prestasi

yang baik.

Pemberian penghargaan dan pengungkapan rasa bangga atas prestasi yang

dicapai, tanggapan positif terhadap gagasan atau perasaan yang diungkapkan

merupakan beberapa tingkah laku yang dihayati oleh siswa-siswi dalam peer

group-nya sebagai dukungan penghargaan. Dukungan penghargaan atas prestasi

yang dicapai ini membuat siswa-siswi menghargai dirinya sehingga

menumbuhkan rasa percaya diri akan kemampuan yang dimiliki. Penghargaan

yang diperoleh siswa-siswi berupa pujian, penghargaan atau hadiah atas prestasi

cenderung membuat siswa-siswi menghasilkan prestasi yang lebih baik dalam

situasi tertentu yang memberikan insentif. Semakin sering insentif yang diterima,

membuat siswa-siswi semakin giat untuk memperoleh prestasi lebih baik dari

(48)

yang pernah dicapai. Tidak adanya insentif atas prestasi yang diperoleh membuat

siswa-siswi enggan untuk memperoleh prestasi yang lebih baik dari orang lain

atau dari yang pernah dicapai karena merasa prestasinya tidak dihargai.

Dukungan informasi yang dihayati oleh siswa-siswi berupa pemberian

informasi dan nasihat, misalnya memberikan masukan untuk membantu

memecahkan masalah dan memberitahukan bahan-bahan ulangan. Siswa-siswi

cenderung memilih teman-teman yang mampu dalam tugas yang sedang dihadapi,

karena akan membantu siswa-siswi mengerjakan tugas yang sukar. Bantuan dari

peer group akan memberikan pengetahuan untuk menyelesaikan tugas dan

menyiapkan diri menghadapi ujian. Peer group yang cenderung acuh tak acuh

dalam bidang akademik akan membuat siswa-siswi juga acuh tak acuh dan tidak

berusaha mencari cara untuk menyelesaikan tugas yang sedang dihadapi.

Dukungan terakhir adalah dukungan instrumental dalam bentuk pemberian

waktu dan tenaga, serta materi berupa barang, misalnya mengajak belajar dan

mengerjakan tugas bersama dan juga meminjamkan catatan saat siswa-siswi tidak

masuk sekolah. Dukungan ini membuat siswa-siswi cenderung untuk bersemangat

menyelesaikan tugas dan belajar. Jika mereka mengalami kesulitan, baik dalam

menghadapi masalah sehari-hari maupun tugas sekolah, mereka akan berbagi

cerita dengan teman sekelompoknya. Siswa-siswi yang menghayati kurangnya

dukungan dari peer group, cenderung enggan untuk menyelesaikan tugas karena

mereka merasa tidak ada yang membantu jika mengalami kesulitan.

Siswa-siswi yang menghayati adanya dukungan emosional, dukungan

penghargaan, dukungan informasi dan dukungan instrumental dari peer group

(49)

akan membuat mereka merasa dicintai dan diperhatikan, dihargai dan bernilai,

serta menjadi bagian dari kelompok. Penghayatan tersebut akan menumbuhkan

rasa kepercayaan akan kemampuan diri sendiri yang membuat siswa-siswi

memiliki keinginan untuk memperoleh prestasi yang lebih baik dibandingkan

prestasi sebelumnya atau prestasi orang lain.

Secara ringkas, uraian konseptual mengenai keterkaitan dukungan peer

group dengan motivasi berprestasi dapat dilihat dalam skema berikut ini :

Skema 1.1 Skema Kerangka Pikir

(50)

1.5 Asumsi Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah dan kerangka pikir di atas, peneliti

mengasumsikan :

1) Motivasi berprestasi dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal

2) Dukungan peer group merupakan salah satu faktor eksternal penting yang

berperan dalam perkembangan motivasi berprestasi siswa-siswi SMA

3) Dukungan peer group yang dihayati siswa-siswi membuat siswa-siswi

memiliki keyakinan akan kemampuan diri sendiri

4) Keyakinan akan kemampuan diri sendiri berpengaruh pada motivasi

berprestasi

1.6 Hipotesis Penelitian

Semakin kuat dukungan peer group yang dihayati oleh siswa-siswi, maka

semakin tinggi motivasi berprestasi siswa-siswi SMA “X”, Bandung.

(51)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil dan pembahasan yang telah diuraikan mengenai hubungan

antara dukungan peer group dan motivasi berprestasi pada siswa-siswi SMA “X”,

Bandung; dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Terdapat hubungan positif yang sangat rendah antara dukungan peer group

dan motivasi berprestasi pada siswa-siswi SMA “X”, Bandung. Artinya

tinggi rendahnya dukungan peer group kurang memiliki kaitan dan peranan

dengan tinggi rendahnya motivasi berprestasi, sehingga hubungan ini dapat

diabaikan.

2. Terdapat faktor dan dukungan dari pihak lain yang memiliki peranan

terhadap tinggi rendahnya motivasi berprestasi siswa-siswi. Berdasarkan

data penunjang dapat disimpulkan bahwa penghayatan diri, hubungan

dengan guru dan orang tua, serta kompetisi yang sehat dalam peer group

terkait dengan motivasi berprestasi.

3. Penghayatan siswa-siswi yang positif mengenai kemampuan diri

meningkatkan rasa percaya diri sehingga lebih termotivasi berprestasi lebih

baik dari yang pernah dicapainya.

4. Guru yang memiliki relasi dekat dengan siswa-siswi, pengharapan yang

positif, serta sikap dan tingkah laku yang mendukung siswa-siswi untuk

(52)

berprestasi menimbulkan rasa percaya diri pada siswa-siswi dalam

mengembangkan motivasi berprestasi.

5. Orang tua yang dekat dengan anak-anaknya dan memberikan dukungan

agar tidak cepat menyerah saat mengalami kegagalan dapat memberikan

rasa aman dan percaya diri pada siswa-siswi dalam mengembangkan

motivasi berprestasi.

6. Kompetisi secara sehat yang terdapat dalam peer group memunculkan rasa

ingin bersaing dalam diri siswa-siswi dan mampu memotivasi diri untuk

beprestasi lebih baik dibandingkan dengan prestasi yang diperoleh peer

group-nya.

5.2 Saran

Saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian adalah :

1. Bagi penelitian selanjutnya, disarankan untuk meneliti hubungan antara

dukungan peer group dan motivasi berprestasi di luar bidang akademis;

serta meneliti hubungan antara motivasi berprestasi dengan variabel lainnya,

seperti dukungan guru, dukungan orangtua, dan penghayatan diri yang

positif.

2. Disarankan kepada siswa-siswi untuk dapat memiliki relasi yang dekat dan

hangat dengan guru, orang tua, dan teman sebaya sehingga dapat

memperoleh dukungan, masukan yang positif, dan dapat membantu

siswa-siswi dalam mengembangkan dan meningkatkan motivasi berprestasi.

(53)

3. Bagi orang tua, disarankan untuk lebih memperhatikan prestasi akademik

anak-anaknya dengan memberikan dukungan berupa pujian, penghargaan,

dan semangat untuk tidak cepat menyerah dan puas dengan prestasi yang

dicapai, agar penghayatan yang cukup positif dengan adanya dukungan

orang tua dapat membantu anak-anaknya dalam mengembangkan dan

meningkatkan motivasi berprestasi.

4. Disarankan kepada guru untuk lebih memberikan pengarahan dalam hal

belajar, membantu anak didiknya untuk menguasai pelajaran, serta memberi

feedback terhadap hasil akademik agar dapat membantu siswa-siswi

meningkatkan dan mengembangkan motivasi berprestasi.

(54)

DAFTAR PUSTAKA

Dacey, John. & Kenny, Maureen., 1997. Adolescent Development, Second edition, USA: Times Mirror Higher Education Group, Inc.

Hoffman, Lois., Paris, Scott., Hall, Elizabeth., 1994, Development Psychology Today, Sixth edition, USA: McGraw-Hill, Inc.

Hurlock, Elizabeth B., 1996, Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan, Edisi Kelima, Jakarta: Penerbit Erlangga.

McClelland, David., 1953, The Achievement Motive, First edition, New York: Appleton-Century-Crofts, Inc.

Morgan, Clifford T., dkk, 1986, Introduction to Psychology, Singapore: Mc Graw-Hill Book Co.

Muuss, Rolf E., 1990, Adolescent Behavior and Society: A book of readings, Fourth edition, Singapore : Mc.Graw-Hill Book,Co.

Rice, Philip., 1999, The Adolescent: Development, Relations and Culture, Ninth edition, Boston: Allyn & Bacon.

Santrock, John W., 1998, Adolescence, Seventh edition, USA: McGraw-Hill Companies.

---2003, Adolescence: Perkembangan Remaja, Edisi Keenam, Jakarta: Penerbit Erlangga

Sarafino, Edward P., 1990, Health Psychology, Biopsychosocial Interactions, New York: Jhon Willey & son’s ltd.

Shaffer, David R., 1994, Social and Personality Development, Third edition, California: Brooks/Cole Publishing Company.

Sitepu, Nirwana., 1995, Analisa Korelasi, Bandung : Fakultas MIPA Universitas Padjadjaran.

Slavin, Robert E., 1991, Educational Psychology: Theory Into Practice, Third edition, USA: Prentice-Hall, Inc.

Sumantri, Suryana., 1995, Motivatie en Prestatie: Test Hermans (Revisi), Bandung: Fakultas Psikologi Jurusan Industri & Organisasi, Universitas Padjadjaran.

Vaux, Alan., 1988, Social Support: Theory, Research, and Intervention, New York: Praeger Publishers.

(55)

DAFTAR RUJUKAN

Skripsi, 2002. Hubungan antara Kemandirian dan Motif Berprestasi Pada Mahasiswa Fakultas “X” Universitas “Y” yang indekos di Kotamadya Bandung. Bandung : Program Sarjana Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

Swara, edisi 9 September 1999, Kebutuhan Otonomi Vs Perilaku Nekat Remaja..!, Sawitri Supardi.

Swara, edisi 9 September 1999, Mengenal Remaja Bermasalah, Sawitri Supardi.

Gambar

Tabel 1.2.1 Validitas Item Dukungan Peer Group Aspek Emosional Nomor Nilai Validitas Keterangan
Tabel 1.2.3 Validitas Item Dukungan Nomor item
Tabel 1.2.5 Validitas Item Motivasi Berprestasi Nomor Nilai Validitas Keterangan
Tabel 1.2.6 Validitas Item Motivasi Berprestasi yang diikuti oleh Facilitating Anxiety (F+)
+5

Referensi

Dokumen terkait

• Menjelaskan pengertian dan proses perencanaan tenaga kerja (SDM); peran Manajer Lini dalam perencanaan (SDM); keterkaitan perencanaan SDM dengan uraian pekerjaan;

Menurut data yang diperoleh kesalahan yang dilakukan mahasiswa meliputi kesalahan konsep, prinsip, dan operasi Faktor-faktor penyebab kesalahan adalah mahasiswa kurang

Strategi yang diterapkan oleh Aninda Furniture untuk meningkatkan kualitas produk yang ditawarkan agar tetap diminati oleh buyer luar negeri adalah menggunakan

diterbitkan PKPA (Pusat Kajian dan Perlindungan Anak) bekerjasama dengan. KNH (Kinder Not Hilfe)

Pelaksanaan Penambahan Penyertaan Modal Negara ke dalam Modal Saham Perusahaan Perseroan (PERSERO) PT Kereta Api Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 dilakukan

Mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi dalam bentuk karangan sederhana, kosakata yang bervariasi dan kalimat efektif dalam kehidupan sehari-hari, petunjuk

Accept answer without working from correct listing, correct tree diagram or correct grid for K1N1... Do not accept any solution solved no using

[r]