• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROGRAM BIMBINGAN KARIR UNTUK MENGEMBANGKAN SIKAP WIRAUSAHA SISWA SMA :Studi Deskriptif tentang Sikap Wirausaha untuk Mengembangkan Program Bimbingan Karir pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 91 Jakarta Tahun Pelajaran 2009-2010.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PROGRAM BIMBINGAN KARIR UNTUK MENGEMBANGKAN SIKAP WIRAUSAHA SISWA SMA :Studi Deskriptif tentang Sikap Wirausaha untuk Mengembangkan Program Bimbingan Karir pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 91 Jakarta Tahun Pelajaran 2009-2010."

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

v

C.Program Bimbingan Karir untuk Mengembangkan Sikap Wirausaha... 55

D. Penelitian Terdahulu yang Relevan ………..………... 84

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian……… 89

B. Subyek dan Lokasi Penelitian……… 90

(2)

vi

D. Uji coba Alat Pengumpul Data ………...………… 93

E. Teknik Analisis Data ………...………. 95

F. Langkah-langkah Penelitian ………...…...…. 96

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian ... 99

B. Pembahasan Hasil Penelitian ……….……….... 123

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ……….... 130

B. Rekomendasi ...………... 131

DAFTAR PUSTAKA ...………... 135

LAMPIRAN-LAMPIRAN A. PROGRAM HIPOTETIK ... 138

B. KISI-KISI DAN INSTRUMEN PENELITIAN ... 176

C. DATA PENELITIAN ... 197

(3)

vii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1. Kompetesi professional Konselor ... 58

3.1. Indek angka korelasi berdasarkan adaptasi pendapat Balian... 94

3.2. Tabel Kualifikasi Sikap Wirausaha Siswa SMA ... 95

4.1.

4. 2. Persentase dari masing-masing aspek yang diungkap ... 103 4.3. Daftar siswa yang memerlukan pelayanan responsif ... 112

(4)

viii

DAFTAR GRAFIK

Grafik Halaman

4.1. Profil Sikap Wirausaha Siswa Kelas XI SMA Negeri 91 Jakarta… . 112

(5)

ix

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN HALAMAN

A. PROGRAM HIPOTETIK ... 138 - 175

B. KISI-KISI DAN ALAT PENGUMPUL DATA ... 176 - 190

(6)

1

PENDAHULUAN

Pada bab pendahuluan ini akan diuraikan latar belakang masalah, rumusan

masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta metodologi penelitian.

A.

Latar Belakang Masalah

UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bab II pasal 3

menyiratkan bahwa diantara indikator tercapainya tujuan pendidikan nasional

adalah, berkembangnya potensi peserta didik secara optimal yang dapat ditandai

dengan tingkat kemandiriannya. Oleh karena itu, visi, misi dan tujuan yang

diemban sekolah seharusnya diarahkan kepada pencapaian perkembangan optimal

potensi tiap peserta didik tersebut.

Perkembangan optimal potensi peserta didik dapat dicapai melalui tiga dimensi

dalam sistem pendidikan sekolah yaitu: pembelajaran yang mendidik; bimbingan

dan konseling yang memandirikan; serta penerapan manajemen dan kepemim

pinan yang profesional.

Sebagai bagian integral dari sistem pendidikan sekolah, bimbingan dan

konseling yang memandirikan bertujuan agar individu dapat: (1) merencanakan

kegiatan penyelesaian studi, perkembangan karir serta kehidupannya dimasa yang

akan datang; (2) mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimilikinya

seoptimal mungkin; (3) menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan,

(7)

kesulitan yang dihadapi dalam studi, penyesuaian dengan lingkungan pendidikan,

masyarakat, maupun lingkungan kerja (Yusuf, 2008: 13).

Pelayananan bimbingan dan konseling yang memandirikan hanya bisa

terwujud bila didudukung oleh program bimbingan yang komprehensif; konselor

yang kompeten; sarana dan prasarana yang memadai; organisasi yang kuat dan

kerjasama dengan pihak terkait yang berjalan lancar serta suasana kerja yang

kondusif.

Program bimbingan dan konseling yang koprehensif adalah kegiatan pelayanan

yang ditujukan untuk semua siswa yang mencakup layanan dasar, layanan

responsif, layanan perencanaan individual serta dukungan system dalam keempat

bidang bimbingan yaitu bimbingan pribadi, bimbingan sosial, bimbingan belajar

serta bimbingan karir (Yusuf dan Juntika, 2008 : 26-37 ).

Bimbingan karir pada dasarnya membantu siswa akan kesadaran karirnya,

membantu siswa belajar tentang perasaannya, membantu siswa mengenal nilai dan

potensinya. Demikian juga kegiatan bimbingan ini berfokus membantu siswa

mengembangkan harga dirinya, kepercayaan, perilaku sosial yang diinginkan, dan

agar siswa menjadi sadar tentang kebutuhan untuk mengembangkan keterampilan,

komunikasi dan hubungan dengan orang lain. Sedangkan bimbingan dalam

mengembangan kompetensi berfokus pada upaya mengembangkan sikap-sikap

positif terhadap kerja, membantu dalam memahami diri sebagai pekerja yang

potensial dan agar siswa menjadi sadar adanya perbedaan pekerjaan dan tanggung

jawab kerja.

Disamping itu bimbingan karir sebagai salah satu bidang bimbingan, memiliki

(8)

peranan dan mampu mengaktualisasikan segenap potensi dirinya bagi lingkungan

kehidupannya. Melalui layanan bimbingan karir, siswa diharapkan mampu

membentuk pola karir, mengenal keterampilan, mengenal kemampuan serta minat

yang mengarah kepada satu tujuan yaitu agar siswa mampu membuat dan

mengambil keputusan secara tepat. Kemampuan siswa dalam membuat dan

mengambil keputusan secara tepat pada gilirannya akan melahirkan satu kepuasan

pada dirinya dan membantu memperlancar dalam mengarungi kehidupannya di

masa depan yang lebih kompleks dan penuh dengan persaingan. Sebaliknya,

ketidakberhasilan siswa dalam mengambil keputusan yang tepat pada saat ini akan

menimbulkan hambatan-hambatan pada tahapan selanjutnya.

Kemampuan siswa dalam membuat dan mengambil keputusan secara tepat

akan diuji ketika siswa tamat SMA. Ia akan dihadapkan kepada berbagai pilihan

dengan berbagai pertimbangan-pertimbangan atas dasar faktor penghambat dan

faktor pendukung yang dimilikinya. Kecermatan dalam memahami berbagai faktor

pendukung dan faktor penghambat ini akan menentukan dalam ketepatan

mengambil keputusan.

Ada empat alternatif pilihan bagi siswa tamatan SMA yaitu; melanjutkan ke

pendidikan tinggi; bekerja; berkeluarga; atau menganggur. Bagi mereka yang

memiliki keuangan yang cukup pada umumnya menjawab melanjutkan ke

Pendidikan Tinggi (Universitas, Institut, Sekolah Tinggi, Akademi/politeknik baik

negeri maupun swasta). Bagi mereka yang kurang beruntung secara ekonomi akan

memilih bekerja atau kursus singkat untuk bisa bekerja dan sedikit sekali yang

menjawab akan berwiraswasta atau berwirausaha. Namun banyak pula yang

(9)

Berdasarkan pengamatan penulis, melanjutkan ke Pendidikan Tinggi merupa

kan pilihan terbesar bagi tamatan siswa SMA baik dari SMA Negeri maupun

swasta. Hal ini dapat dilihat dari besarnya jumlah pendaftar calon mahasiswa

Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta (PTN/PTS). Di SMA Negeri 91 Jakarta

misalnya, empat tahun terakhir ini siswa yang mendaftar mengikuti seleksi masuk

perguruan tinggi negeri melalui berbagai bentuk seleksi ( Ujian mandiri, PMDK

seleksi nilai rapor, PMB, SNMPTN ) berkisar antara 90 sampai 95 %. Yang

diterima di PTN berkisar antara 30 sampai 40 % dan selebihnya masuk perguruan

tinggi swasta. Amat sedikit sekali yang berminat untuk bekerja dengan alasan tidak

siap untuk bekerja kecuali sangat terpaksa.

Melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi memang merupakan

salah satu dari tujuan pendidikan tingkat SMA, namun karena terbatasnya daya

tampung perguruan tinggi maka sebagian tamatan SMA terpaksa tidak melanjutkan

alias harus bekerja. Di sisi lain terbatasnya lapangan pekerjaan yang tersedia saat

ini telah meningkatkan jumlah pengangguran.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah angkatan kerja yang

menganggur hingga Februari 2008 mencapai 9.427.590 orang. Angkatan kerja

yang menganggur tersebut mempunyai latar belakang pendidikan yang

berbeda-beda yang terdiri dari tidak tamat SD sebanyak 528.195, tamat SD sebanyak

2.216.748, tamat SMP sederajat sebanyak 2.166.619, tamatan SMA/SMK

sebanyak 3.369.959, tamat diploma sebanyak 519.867 dan tamat universitas

sebanyak 626.202 (BPS, 2008).

Terbatasnya lapangan kerja berkaitan dengan tidak seimbangnya antara pencari

(10)

mengatasi pengangguran dan kemiskinan yang semakin meningkat di Indonesia,

saat ini dibutuhkan sekitar 4,4 juta wirausaha“. Ini setara dengan 2% dari jumlah

penduduk Indonesia yang sekarang lebih kurang berjumlah 220 juta orang,

sementara jumlah wirausaha di Indonesia baru sekitar 400 ribu orang. Laporan

Global Entrepreneurship Monitor menyebutkan, pada tahun 2005, entrepreneur

yang dimiliki Singapura mencapai 7,2% dari jumlah penduduknya, sedangkan

entrepreneur di Indonesia masih di angka 0,18% dari jumlah penduduk Indonesia.

Jadi wajarlah pendapatan perkapita Singapura melesat jauh sekali meninggalkan

Indonesia (wikipedia, online).

Mereka yang menganggur adalah yang tidak mempunyai pekerjaan tetap untuk

memperoleh penghasilan yang layak agar dapat memenuhi kebutuhan dalam

kehidupan. Menganggur adalah sebuah fakta yang merupakan akibat dari proses

yang rumit dan panjang. Artinya menganggur bisa disebabkan karena tidak mau

bekerja, atau tidak menemukan pekerjaan yang sesuai dengan keinginan dan

kemampuan atau tidak memiliki keterampilan dibutuhkan, atau karena merasa gaji

yang ditawarkan tidak sesuai dengan harapan. Menganggur adalah sebuah fakta

yang dapat menjadi penyebab rendahnya pendapatan perkapita bangsa Indonesia,

karena mereka menjadi beban tanggungan dari mereka yang bekerja, atau

penghasilannya harus dibagi kepada mereka yang tidak produktif. Dampak yang

panjang akan dapat ditimbulkan oleh pengangguran seperti kemiskinan, kejahatan,

rendahnya perhatian terhadap pengembangan sumber daya manusia karena miskin,

hubungan sosial yang terganggu karena kemiskinan, kesehatan yang kurang

(11)

Pengangguran di masyarakat dapat pula menjadi indikator kegagalan lembaga

pendidikan. Kurikulum yang dipakai terkesan sia-sia dan tidak efektif, Bimbingan

dan Konseling terkesan tidak berfungsi karena siswa tidak mandiri, sarana dan

prasarana terkesan tidak mendukung, guru terkesan tidak kompeten dibidangnya,

proses pendidikan terkesan tidak efisien serta kepemimpinan administrasi/mana

jemen sekolah terkesan tidak visioner atau hanya sekedar menjadi pekerja/tukang.

Di sisi lain, pada kenyataannya banyak lulusan sekolah menengah yang belum

siap bekerja dan menjadi pengganguran, beberapa di antaranya lebih senang

menjadi pegawai atau buruh dan hanya sedikit sekali yang tertarik untuk

berwirausaha (Kompas, 2004). Hal ini didukung oleh hasil penelitian Hartini

(Susiana, 2008:3) yang menyatakan bahwa sampai saat ini diantara siswa lulusan

SMK tidak banyak yang berorientasi dan berniat untuk bekerja sendiri atau

berwirausaha dengan bekal ilmu pengetahuan yang telah diperoleh, apalagi lulusan

SMA yang memang tidak dipersiapkan untuk siap bekerja. Sedangkan Survey BPS

(2002) menemukan hanya sekitar 6% lulusan SLTA dan Perguruan T'inggi yang

menekuni bidang kewirausahaan, sisanya 94% memilih untuk bekerja pada orang

lain atau menjadi karyawan (Hartini dalam Susiana, 2008: 3). Temuan ini

diperkuat hasil penelitian Sanmustri (Susiana, 2008: 4) di Yogyakarta yang

melaporkan, masih ada kecenderungan kuat dari para siswa untuk menjadi pegawai

negeri atau karyawan.

Data di atas menunjukkan, bahwa wirausaha belum menjadi pilihan bagi

mereka yang berpendidikan atau tamat sekolah. Mungkin sebagian besar

masyarakat Indonesia menganggap bahwa wirausaha bukanlah sebuah profesi yang

(12)

pandangan sebagian besar masyarakat yang terlanjur menganggap wirausaha

bukanlah sebagai profesi tidaklah mudah, apalagi adanya kenyataan rendahnya

sikap wirausaha, tingkat keterampilan dan keahlian untuk berwirausaha,

ketidakmampuan pencari kerja untuk memenuhi persyaratan atau kualifikasi yang

diminta oleh dunia usaha. Oleh karena itu, setiap pencari kerja perlu dibekali

pengetahuan, keterampilan dan sikap tertentu. Sikap yang diperlukan oleh semua

orang baik yang akan berwirausaha maupun sebagai pencari kerja adalah sikap

wirausaha.

B.

Rumusan Masalah

Bimbingan dan konseling merupakan bagian integral dari sistem pendidikan

yang keberadaanannya telah mendapat pengakuan secara hukum dalam

Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Bimbingan

karir merupakan bagian dari pelayanan Bimbingan dan konseling di sekolah.

Memperhatikan kondisi yang diuraikan di atas, maka bimbingan karir diharapkan

dapat mengembangkan sikap wirausaha bagi siswa yang akan melanjutkan sekolah

ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi maupun yang tidak melanjutkan sekolah

atau harus bekerja. Menurut Karno To (1996:1) “lebih baik menyiapkan siswa

SMA yang memiliki sikap entrepreneurship agar mau dan mampu berwirausaha,

walaupun kelak mungkin tidak-akan pernah berwiraswasta, daripada membiarkan

siswa tanpa ada bimbingan untuk menghadapi masa depannya”. Dengan kata lain

bimbingan tentang masalah kewiraswastaan sepantasnya diberikan kepada semua

siswa SMA termasuk upaya mengembangkan sikap wirausaha siswa SMA. Saran

(13)

dapat menumbuhkembangkan sikap wirausaha dan membuka pandangan siswa

tentang wirausaha.

Berdasarkan pemikiran di atas maka rumusan masalah pada penelitian ini

adalah “Program Bimbingan Karir seperti apa yang diharapkan dapat mengem

bangkan sikap wirausaha siswa SMA ?”. Secara rinci rumusan masalah di atas

dapat dikemukakan dalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut.

1. Seperti apakah profil sikap wirausaha siswa kelas XI SMA Negeri 91 Jakarta?

2. Seperti apakah profil sikap wirausaha siswa kelas XI SMA Negeri 91 Jakarta

dilihat dari aspek-aspek: percaya diri, berorientasi pada tugas dan hasil,

mengambil resiko, kepemimpinan, keorisinilan, dan berorientasi ke masa

depan?

3. Seperti apa rumusan program bimbingan karir yang diharapkan dapat

mengembangkan sikap wirausaha siswa SMA Negeri 91 Jakarta?

4. Seberapa jauh peningkatan sikap wirausaha siswa SMA Negeri 91 Jakarta

setelah mendapatkan layanan bimbingan karir ?

C.

Tujuan Dan Manfaat Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini secara umum adalah

menjawab pertanyaan penelitian yang telah dikemukakan pada rumusan masalah,

sehingga akan diperoleh informasi tentang: (a) Profil sikap wirausaha siswa SMA

Negeri 91 pada umumnya saat ini, (b) Profil sikap wirausaha siswa SMA Negeri

91 dilihat dari aspek-aspeknya (c) rumusan Program bimbingan karir yang

(14)

(d) perkembangan sikap wirausaha siswa SMA Negeri 91 setelah dilakukan

intervensi Program Bimbingan Karir.

Secara teoritis penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pengembangan

khasanah ilmu pengetahuan bimbingan dan konseling dalam upaya memandirikan

siswa. Seperti telah dikemukakan bahwa sikap wirausaha merupakan sikap yang

diperlukan oleh semua orang baik yang akan bekerja maupun yang akan

berwirausaha. Mengembangkan sikap wirausaha siswa SMA merupakan bagian

dari tanggungjawab pemerintah, masyarakat, orang tua dan pendidik termasuk guru

bimbingan dan konseling di SMA.

Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat: (1) menjadi bahan

pertimbangan bagi guru bimbingan dan konseling di SMA dalam pengembangan

kegiatan bimbingan yang dapat memandirikan siswa di masa mendatang; (2) mem

beri masukan bagi guru bimbingan dan konseling untuk mengembangkan sikap

wirausaha melalui program bimbingan karir; dan (3) mendorong peneliti lainnya

untuk melakukan penelitian lanjutan tentang upaya mengembangkan sikap

wirausaha melalui kegiatan bimbingan karir.

D. Metodologi Penelitian

Sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini, maka

pendekatan yang dianggap cukup relevan untuk digunakan adalah pendekatan

kuantitatif non-eksperimental dengan jenis metode deskriptif (Sukmadinata,

2008:53). Pertimbangan penggunaan metode deskriptif adalah bahwa dalam

penyusunan program bimbingan karir untuk mengembangkan sikap wirausaha

(15)

SMA. Setelah data deskriptif tentang sikap wirausaha siswa SMA terkumpul

kemudian dianalisis secara kuantitatif.

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa SMA Negeri 91 Jakarta sebagai

populasi dengan melibatkan 160 orang siswa kelas XI IPA dan IPS sebagai sampel.

Latar belakang ekonomi dan pekerjaan orang tua yang menjadi sampel cukup

bervariasi, artinya dari segi ekonomi ada yang di bawah garis kemiskinan ada yang

berkecukupan dan ada yang berasal dari keluarga ekonomi atas. Sedangkan dari

segi pekerjaan, ada yang orang tuanya sebagai PNS, karyawan, dan ada yang

berwirausaha.

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner dalam bentuk

skala yang disusun berdasarkan pengembangan aspek dan indikator sikap

wirausaha ditambah dengan catatan lapangan. Skala sikap yang akan digunakan

disusun menurut prosedur dan kaidah yang berlaku dalam penyusunan instrumen

penelitian.

Sedangkan pengolahan data yang bersifat kuantitatif akan menggunakan

statistik non-paramentrik dengan menggunakan teknik SPSS versi 17.00.

Selanjutnya data yang dihasilkan dianalisis untuk memperoleh temuan-temuan

yang akan dideskripsikan dalam bentuk tabel persentase dan grafik. Berdasarkan

data ini disusun program bimbingan karir yang dapat mengembangkan sikap

wirausaha siswa SMA.

Untuk mengetahui efektivitas program yang disusun akan dilakukan ujicoba

dengan melakukan intervensi melalui layanan responsif kepada sejumlah siswa

yang memiliki sikap wirausaha berkategori sedang dan rendah dalam aspek-aspek

(16)

diketahui perkembangan sikap wirausaha siswa sekaligus untuk mengetahui

efektifitas program bimbingan karir yang disusun.

(17)

89

METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab III ini akan diuraikan berturut-turut yaitu: metodologi penelitian;

subjek dan lokasi penelitian; alat pengumpul data; uji coba alat pengumpul data;

teknik analisa data dan; langkah-langkah penelitian.

A. Metode Penelitian

Penelitian yang akan dilakukan merupakan penelitian terapan dengan pende

katan kuantitatif non eksperimental. Adapun jenis metode yang dianggap relevan

adalah metode penelitian deskriptif. Menurut Sukmadinata (2008:54) “Penelitian

deskriptif adalah suatu metode penelitian yang ditujukan untuk menggambarkan

fenomena-fenomena yang ada yang berlangsung saat ini atau saat yang lampau”.

Dengan demikian penelitian deskriptif ini bermaksud menggambarkan fenomena

yang diteliti apa adanya pada saat ini.

Adapun fenomena yang dimaksud adalah tentang sikap wirausaha siswa SMA

saat ini. Dengan kata lain seperti apa sikap wirausaha siswa SMA saat ini.

Alasan menggunakan pendekatan kuantitatif non eksperimental dengan jenis

metode penelitian deskriptif adalah bahwa sebelum program pengembangan sikap

wirausaha disusun, dibutuhkan informasi tentang profil sikap wirausaha siswa SMA

saat ini. Metode yang dianggap relevan untuk memperoleh data tersebut adalah

metoda deskriptif karena penggunaan metode deskriptif akan dapat menjaring data

apa adanya. Alasan lain adalah bahwa metode penelitian deskriptif ini sesuai dengan

(18)

Negeri 91 berdasarkan aspek-aspeknya?.

Metode penelitian deskriptif ini juga sesuai dengan tujuan penelitian baik secara

umum maupun secara khusus seperti yang telah dirumuskan pada bab I yaitu untuk

memperoleh informasi tentang profil sikap wirausaha siswa SMA Negeri 91secara

umum dan profil sikap wirausaha berdasarkan aspek-aspeknya.

Data yang diperoleh akan digunakan dalam penyusunan program hipotetik

untuk mengembangkan sikap wirausaha siswa SMA. Untuk menguji keefektifan

program tersebut supaya dapat berfungsi khususnya di lembaga pendidikan SMA 91

Jakarta, dilakukan ujicoba kepada sejumlah sampel terbatas. Apabila profil sikap

wirausaha siswa SMA Negeri 91 jakarta berkategori sedang dan rendah maka uji

coba terbatas akan difokuskan pada layanan dasar dan apabila profil sikap wirausaha

siswa SMA Negeri 91 jakarta berkategori tinggi, maka ujicoba difokuskan kepada

sejumlah siswa yang memerlukan layanan responsif.

B. Subjek dan Lokasi Penelitian

Subjek dalam penelitian ini sebagai populasi adalah siswa SMA Negeri 91

Jakarta. Adapun sampel penelitian ini melibatkan siswa kelas XI IPA sebanyak 2

kelas @ 40 orang dan kelas XI IPS sebanyak 2 kelas @ 38 orang. Karakteristik

siswa kelas XI IPA-1 terdiri dari Laki-laki 17 orang dan Perempuan 23 orang, kelas

XI IPA-2 terdiri dari laki-laki 17 orang dan perempuan 23 orang, sedangkan kelas

XI IPS-1 terdiri dari laki-laki 19 orang dan perempuan 18 orang, kelas XI IPS-3

(19)

orang tua mereka bervariasi, artinya dari segi ekonomi ada yang di bawah garis

kemiskinan ada yang berkecukupan dan ada yang berasal dari keluarga ekonomi

atas. Sedangkan dari segi pekerjaan, ada yang orang tuanya sebagai PNS, karyawan,

dan ada yang berwirausaha.

Anggota populasi yang berasal dari kelas XI sudah mendapatkan layanan

bimbingan dan konseling secara umum seperti hanya kelas X dan kelas XII.

Besarnya ukuran sampel yang digunakan dalam penelitian ini, ditentukan

berdasarkan pendapat Suharsimi Arikunto (1997: 94) bahwa apabila populasi cukup

homogen terhadap populasi dibawah 100, lebih baik diambil semua sehingga

penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya apabila jumlah subyeknya

besar dapat diambil antara 10%-15% atau 20%-25% atau lebih. Jumlah murid kelas

XI terdiri dari kelas IPA sebanyak 2 kelas dan kelas IPS sebanyak 4 kelas.

Atas dasar pertimbangan bahwa makin tinggi tingkat kepercayaan yang

dituntut akan makin besar jumlah sampel, dan makin kecil bias yang diterima juga

akan makin besar jumlah sampel (Sukmadinata: 264), maka peneliti menetapkan

mengambil sampel sebesar 70% dari jumlah populasi yaitu 225 orang. Dengan

demikian besarnya sampel dalam penelitian ini berjumlah 70% x 225 siswa=157,5

siswa, agar lebih respresentatif maka jumlah sampel ini dibulatkan menjadi 160

siswa.

Lokasi penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 91 Jakarta. Alasan dipilihnya

lokasi SMA Negeri 91 Jakarta adalah bahwa SMA Negeri 91 secara umum

(20)

permasalahan yang diteliti, dan (2) di SMA Negeri 91 Jakarta menyelenggarakan

program layanan bimbingan dan konseling (termasuk bimbingan karir) yang setiap

minggunya guru BK diberi 1 jam pelajaran setara 45 menit masuk kelas untuk

memberikan layanan dasar ( termasuk bimbingan karir) kepada siswanya dengan

materi-materi bimbingan karir yang telah ditetapkan.

C. Alat Pengumpul Data

Sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian ini, data yang perlu dikumpulkan

adalah data tentang sikap wirausaha siswa SMA. Sehubungan dengan hal tersebut,

maka ditetapkan alat pengumpul data yang relevan dengan fokus permasalahan,

yaitu Skala sikap Wirausaha siswa SMA yang telah disusun menurut kaidah yang

berlaku.

Alat ini berupa kuesioner dengan menggunakan skala yang mempunyai alternatif

jawaban SS=Sangat setuju, S=setuju, R=ragu-ragu, KS=Kurang Setuju, dan

TS=Tidak setuju. Responden dapat menjawab kuesioner sesuai dengan keadaan

yang dirasakan berkenaan dengan responnya terhadap keenam ciri wirausaha. Alat

ini dikonstruksi berdasarkan pengembangan dari enam ciri wirausaha yang dijadikan

sebagai aspek sikap wirausaha siswa SMA yaitu: percaya diri, berorientasi tugas dan

hasil, mengambil resiko, kepemimpinan, keorisinilan dan berorientasi ke masa

depan yang dikemukakan oleh Meredith (2002: 5 ) Penyusunan kisi-kisi mengacu

kepada langkah-langkah umum yang biasa digunakan, selanjutnya dijabarkan ke

(21)

diungkap. Kemudian, setiap aspek dikembangkan menjadi beberapa indikator.

Indikator dijadikan pedoman untuk mengkonstruksi item-item dalam bentuk

pernyataan, dan dari hasil konstruksi didapat sebanyak 83 item.

Langkah selanjutnya dilakukan uji keterbacaan kepada sejumlah siswa secara

acak. Siswa diminta membaca redaksi item yang telah disusun, kemudian diminta

memberi catatan dan tanda tanya. Hasil uji keterbacaan, selanjutnya dilakukan revisi

sesuai dengan kebutuhan.

Langkah berikutnya dilakukan uji kelayakan konstruksi, redaksi dan konten

setiap item melalui penimbangan/jugdment oleh pakar terkait sebanyak tiga orang

pakar. Atas dasar catatan yang diberikan para penimbang, dilakukan revisi sehingga

jumlah item yang layak digunakan hanya 73 item untuk diujicobakan. Sampel yang

digunakan untuk ujicoba instrumen adalah 30 orang responden yang diambil dari

kelas XI secara acak. Kepada siswa yang dijadikan responden diminta untuk

menjawab quesioner skala sikap wirausaha siswa SMA yang telah disiapkan.

D. Uji Coba Alat Pengumpul Data

Untuk mengetahui validitas alat pengumpul data, maka dari 73 item yang

diujicobakan, terdapat 60 item yang dinyatakan valid, dengan indeks validitas

bergerak antara 0,340-0,814, pada p<0,05, dan 13 item yang dinyatakan tidak valid

dibuang karena tidak memenuhi kriteria yang ditentukan. Adapun ke-13 item yang

dimaksud, yaitu item nomor: 16, 17, 18, 19, 21, 22, 23, 25, 27, 33, 34, 52, dan 55.

(22)

dibuang sehingga menyebabkan hilangnya indikator 2.2 pada kisi-kisi. Demikian

pula halnya dengan item nomor 33 untuk indikator 2.8 juga harus dibuang. Ketiga

item tersebut berada pada aspek 2, yaitu berorientasi tugas dan hasil. Secara lengkap,

perubahan kisi-kisi pasca uji coba ini dapat dilihat pada tabel kisi-kisi penelitian

sikap wirausaha sebagaimana terlampir pada lampiran B

Selanjutnya dari ke-60 item yang dinyatakan valid, diperoleh indeks korelasi reliabilitas Alpha Cronbach (α) sebesar 0,917. Merujuk pada pendapat Balian

(1988), indeks korelasi ini menunjukkan bahwa instrumen berkategori istimewa

(excellent) atau memiliki tingkat kepercayaan yang istimewa (excellent) untuk

dipergunakan dalam penelitian selanjutnya.

Berdasarkan adaptasi dari pendapat Balian (1988), indeks angka korelasi,

mempunyai tolok ukur sebagai berikut:

Tabel 3.1 : Indek angka korelasi berdasarkan adaptasi pendapat Balian

NO. INDEKS KOEFISIEN KORELASI KUALIFIKASI

01. + 0,90 ─ + 1,00 Istimewa (Excellent)

02. + 0,85 ─ + 0,89 Sangat Bagus (Very Good)

03. + 0,80 ─ + 0,84 Bagus (Good)

04. + 0,70 ─ + 0,79 Cukup (Fair)

05. ≤ + 0,69 Kurang (Poor)

Untuk lebih jelasnya, hasil ini dapat dilihat pada tabel hasil pengolahan SPSS versi

(23)

successive interval terhadap ke-60 item skala yang dibuat diperoleh hasil uji skala

sebagaimana terlampir pada lampiran C.1

F. Teknik Analisis Data

Kegiatan analisis data merupakan kegiatan yang sangat penting dalam penelitian

terutama untuk memberikan makna terhadap data yang dikumpulkan. Dalam

penelitian ini analisis data yang dilakukan adalah untuk menjawab beberapa

pertanyaan penelitian tentang sikap wirausaha siswa SMA yang menghasilkan data

pengukuran kuantitatif.

Untuk melihat posisi profil sikap wirausaha siswa SMA, baik yang total maupun

aspek-aspeknya, dipergunakan batas lulus ideal yang perhitungannya didasarkan atas

rerata ideal dan simpangan baku ideal (Cece Rakhmat dan M. Solehuddin, 2006: 63

dan 65) sebagai berikut.

Tabel 3.2: Tabel Kualifikasi Sikap Wirausaha Siswa SMA

NO. SKOR KUALIFIKASI

1. > 226 Tinggi Sekali (TS)

2. 176 – 225 Tinggi (T)

3. 126 – 175 Sedang (Sd)

4. 76 – 125 Rendah (R)

(24)

aspek-aspek digunakan rumus dan langkah-langkah pengerjaan yang sama.

Untuk menjawab pertanyaan penelitian pertama dan kedua tentang: seperti

apakah profil sikap wirausaha siswa kelas XI SMA Negeri 91 Jakarta?, dan seperti

apakah profil sikap wirausaha siswa kelas XI SMA Negeri 91 Jakarta dilihat dari

aspek-aspek: percaya diri, berorientasi pada tugas dan hasil, mengambil resiko,

kepemimpinan, keorisinilan, dan berorientasi ke masa depan?. Kedua pertanyaan ini

dijawab dengan cara mengkonversi skor total responden dengan rerata aktual dan

simpangan baku standar sehingga dapat ditentukan posisi responden dalam

kualifikasi taraf sikap wirausaha siswa SMA.

Selanjutnya, pertanyaan penelitian ketiga tentang rumusan program bimbingan

karir untuk mengembangkan sikap wirausaha siswa SMA dijawab dengan

mensintesiskan hasil kajian teoretis tentang sikap wirausaha siswa SMA dengan

fakta penelitiannya.

Untuk menjawab pertanyaan penelitian ke empat tentang seberapa jauh

peningkatan sikap wirausaha siswa SMA Negeri 91 Jakarta setelah mendapatkan

intervensi layanan bimbingan karir ?, dijawab dengan membandingkan hasil score

dan persentase pre-tes dengan score dan persentase pos-tes. Selisih score dan

persentase pre-tes dan pos-tes dijadikan sebagai bahan untuk menetapkan seberapa

jauh peningkatan sikap wirausaha yang dialami melalui intervensi program yang

dibuat.

(25)

melaksanakan studi pendahuluan ke lokasi penelitian, mempersiapkan izin-izin yang

diperlukan dan menetapkan prosedur pengumpulan dan pengolahan data serta tindak

lanjut uji coba program intervensi kepada sampel yang ditetapkan. Studi

pendahuluan bertujuan untuk memahami kondisi lapangan dengan harapan diperoleh

berbagai informasi tentang pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling secara

umum dan hal-hal yang diperkirakan dapat menjadi faktor pendukung dan faktor

penghambat nantinya dalam pelaksanaan penelitian. Untuk memperoleh berbagai

kemudahan dalam pengumpulan data di lapangan dipersiapkan permohonan izin

melaksanakan pengumpulan data pada waktu yang disepakati. Pihak SMA Negeri 91

Jakarta sebagai tempat penelitian menyatakan memberi izin pelaksanaan penelitian

dengan menyiapkan berbagai kemudahan yang diperlukan.

Prosedur pengumpulan dan pengolahan data yang ditempuh adalah : Pertama

memberi tahukan jumlah responden yang dibutuhkan untuk mengisi kuesioner yang

telah dipersiapkan; kedua menyepakati waktu untuk penyebaran kuesioner kepada

responden untuk diisi dan dijawab; ketiga menyiapkan kuesioner sebanyak yang

diperlukan sesuai jumlah sampel dalam disain penelitian; keempat meminta siswa

yang menjadi responden untuk mengisi dan menjawab kuesioner yang telah

dipersiapkan; kelima melakukan proses pengolahan data dengan bantuan alat

pengolahan data SPSS versi 17, selanjutnya dilakukan analisis data untuk menjawab

beberapa pertanyaan penelitian yang diajukan pada permasalahan yang dikemuka

(26)

ditetapkan langkah-langkah yang akan ditempuh dalam pengembangan program

untuk menjawab pertanyaan penelitian ke tiga. Adapun langkah-langkah yang

ditempuhadalah: (1) mepelajari konsep pengembangan program bimbingan karir, (2)

mengkaji hasil penelitian tentang sikap wirausaha siswa SMA, (3) mengembangkan

program pengembangan sikap wirausaha siswa SMA (4) melakukan validasi

program oleh pakar terkait dan uji keterbacaan oleh praktisi lapangan (konselor

sekolah) (5) melakukan uji coba terbatas melalui intervensi program kepada

sejumlah sampel yang menjadi kelompok uji coba, dan (6) menyajikan program

hipotetik pengembangan sikap wirausaha siswa SMA

Alur kegiatan pengembangan program yang dimaksud adalah seperti skema

berikut:

Skema : Langka-langkah penyusunan program bimbingan karir untuk mengem bangkan sikap wirausaha siswa SMA

(3)Pengembangan program hipo tetik

(6)Program Hipotetik

(5)Ujicoba Program

(27)

130

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

P

ada bab V ini akan dikemukakan kesimpulan berdasarkan temuan dan pembahasan dari hasil penelitian, dan selanjutnya berdasarkan kesimpulan yang diperoleh akan diajukan rekomendasi kepada pihak-pihak terkait. Rekomendasi terutama ditujukan kepada guru bimbingan dan konseling SMA Negeri 91 Jakarta, kemudian kepada kepala sekolah dan para pengembang kurikulum di tingkat sekolah.

A.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan sebelumnya, dapat simpulkan hal-hal sebagai berikut.

1. Sikap wirausaha siswa termasuk kategori tinggi. Artinya siswa SMA Negeri

91 secara umum memiliki enam ciri-ciri perilaku wirausaha yang meliputi:

(a) percaya diri, (b) berorientasi tugas dan hasil, (c) pengambil resiko, (d)

kepemimpinan, (e) keorsinilan dan (f) berorientasi ke masa depan.

2. Sikap wirausaha siswa berdasarkan aspek-aspeknya secara umum menunjuk

kan tinggi. Ini berarti bahwa: (a) dari segi aspek percaya diri siswa SMA

Negeri 91 Jakarta memiliki keyakinan untuk memulai, melakukan dan

menyelesaikan suatu tugas atau pekerjaan yang dihadapi berkisar antara

tinggi dan tinggi sekali; (b) dari segi aspek berorientasi tugas dan hasil,

siswa memiliki perspektif dan pandangan ke masa depan, artinya selalu

mengutamakan nilai-nilai motif berprestasi, berorientasi pada laba,

ketekunan dan ketabahan, tekad kerja keras, mempunyai dorongan kuat,

(28)

kegagalan dari pada usaha yang kurang menantang; (d) dari segi aspek

kepemimpinan, siswa kemampuan memperoleh pengikut atau mempengaruhi orang lain melalui mengajak/memberi teladan, memberikan

pengarahan, memiliki kemauan yang kuat dalam mengatasi persoalan,

berusaha tampil simpatik, dan menjaga hubungan/re lasi; (e) dari segi aspek

keorisinilan siswa belum puas dengan cara dan hasil yang dicapai saat ini,

suka menuangkan imajinasi dan menghasilkan banyak gagasan, ingin tampil

beda dan berusaha tidak menyontek karya orang lain; (f) dari segi aspek

berorientasi ke masa depan siswa optimis, mempunyai visi, berusaha untuk

berkarsa dan berkarya, tidak suka menunda-nunda mewujudkan ide.

3. Program hipotetik memenuhi validitas internal dan eksternal, artinya

program dapat digunakan oleh pihak lain sesuai kebutuhan.

4. Program bimbingan karir melalui intervensi pelayanan responsif menunjukan

peningkatan. Ini berarti program bimbingan karir untuk meningkatkan sikap

wirausaha siswa SMA Negeri 91 dapat dinyatakan efektif. Program

hipotetik yang diajukan dapat diaplikasikan di lapangan dengan modifikasi

sesuai situasi dan kondisi kebutuhan.

B. Rekomendasi

Berdasarkan pembahasan hasil dan kesimpulan, maka penulis mengajukan

(29)

Guru BK sebaiknya tetap memprogramkan materi pengembangan sikap

wirausaha untuk siswa kelas XI sesuai dengan aspek perkembangan siswa

atau tugas perkembangan siswa. Program hipotetik bimbingan karir untuk

mengembangkan sikap wirausaha siswa SMA yang meliputi: Latar belakang;

landasan hukum pengembangan program; visi dam misi, tujuan program;

ruang lingkup layanan atau komponen program yang mencakup strategi

pelaksanaan dan materi; personel yang diperlukan dalam pelaksanaan

program; sarana dan fasilitas; dan evaluasi dapat dimanfaatkan oleh teman

sejawat guru BK di SMA. Program ini dapat dimodifikasi sesuai dengan

situasi dan kondisi lapangan.

2. Kepada Kepala SMA khususnya SMA Negeri 91 Jakarta.

Perlu adanya dorongan dan dukungan agar sikap wirausaha yang tinggi ini

dapat dipelihara/dipertahankan dan dikem bangkan melalui penyelenggaraan

layanan bimbingan dan konseling di sekolah agar tetap tinggi dengan

memberikan penekanan layanan dasar yang berkaitan dengan pengembangan

sikap wirausaha siswa SMA. Kepala sekolah diharapkan dapat memfasilitasi

antara lain dengan memberikan jam masuk kelas bagi Guru Bimbingan dan

Konseling sebanyak 1 x 45 menit setiap minggunya untuk agar dapat

melayanani semua siswa. Menyelenggarakan layanan dasar bimbingan dan

konseling yang menjangkau semua siswa baik secara klasikal maupun

(30)

yang dapat digunakan untuk meningkatkan sikap wirausaha siswa

Dalam rangka pengembangan kurikulum SMA pada masa mendatang perlu

kiranya dipertimbangkan bahwa salah satu kompetensi siswa yang dibutuhkan

di masyarakat adalah kompetensi kewirausahaan sebagai jawaban atas

meningkatnya jumlah pengangguran di Indonesia. Setiap siswa diharapkan

dapat membekali diri dengan sikap wirausaha baik yang akan bekerja sebagai

pegawai maupun yang akan berwirausaha.

Perlu adanya penekanan pada kurikulum tentang pentingnya pengembangan

sikap wirausaha melalui pembelajaran dan bimbingan karir di sekolah

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Berdasarkan hasil penelitian ini, kepada peneliti selanjutnya direkomen

dasikan untuk meneliti:

a. Faktor yang dominan dalam membentuk sikap wirausaha siswa SMA,

apakah pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain yang dianggap penting

seperti orang tua, saudara dekat atau orang yang dijadikan tokoh idola,

media massa, institusi atau lembaga pendidikan dan lembaga agama, serta

faktor emosi dalam diri seseorang individu.

b. Hubungan kecendrungan pilihan karir berwirausaha dengan sikap positif

wirausaha.

c. Bagaimana pengaruh pekerjaan orang tua terhadap sikap wirausaha siswa

(31)

orang tua atau justru oleh perlakuan orang tua. Mengingat orang tua adalah

bagian dari kehidupan anak dan mendapat perlakuan yang ada kaitanya

(32)

135

DAFTAR PUSTAKA

Alma, Bukhari. (2005). Kewirausahaan Untuk Mahasiswa dan Umum. Bandung: Alfabeta

Arikunto, Suharsimi. (1997). Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek. Bandung Angkasa.

Astamoen. Moko P. (2005). Entrepreneurship. Bandung:Alfabeta.

Atkitson, Rita L., et. al.( 2000).Pengantar Psikologi (terjemahan). Batam Centre : Interaksara,.

Azwar, Saifuddin. (2008). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

_______________ (2002). Sikap Manusia : Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia. Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS): 1996, 1997, 2000, 2001, 2002. Jakarta.

Balian, E.S. 1988. How to Design, Analyze, and Write Doctoral or Masters Research (2nd Edition). Lanham: University Press of America.

Gall, M.D. & Borg, W.R. (2003). Education Research. (seventh edition) The United States of America: Pearson Education,inc.

Crites, Jhon O. (1981). Career Counseling: Models, Methods, and Materials. New Jersei USA: McGraw-Hill,Inc.

Depdiknas. (2008) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI No. 27 tahun 2008 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor. Jakarta: Depdiknas.

Depdiknas, (2007) Rambu-Rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling Dalam Jalur Pendidikan Formal, Jakarta: Dirjen PMPTK Depdiknas.

Elmubarok, Zaim. (2008) Membumikan Pendidikan Nilai, Bandung Alfabeta.

(33)

Karno To (1996) Minat dan sikap siswa SMA terhadap wiraswasta dalam hubungannya dengan perlakuan orang tua dan pendidikan keterampilan di sekolah. Tesis.(tidak diterbitkan). Bandung:PPS IKIP.

Hisrich & Peters. (1992). Entrepreneurship, Tokyo: Toppan Co, Ltd.

Kasim, Anwar. ( 2008 ). Bimbingan dan Konseling Komprehensif, Jakarta: BK-FIP-UNJ.

Manrihu, M.T. (1988). Studi Tentang Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Kematangan Karir Siswa SMA di Sulawesi Selatan. Disertasi (tidak diterbitkan). Bandung : PPS IKIP.

Masdudi, (2003). Pengembangan Program Layanan Layanan Informasi Karir di SMK. Tesis (tidak Diterbitkan. Bandung: PPS UPI.

Maxwell. Alih Bahasa: Anton Adiwiyoto. (1995). Mengembangkan Kepemimpinan di dalam Diri Anda. Jakarta: Binarupa Aksara.

Meir. Alih Bahasa: Rahmani Astuti. (2002). The Accelerated LearningHandbook. Bandung: Kaifa.

Meredith, Geoffrey.G. at.al. (2002),Kewirausahaan Teori dan Praktek. Jakarta : PPM.

Munandar, U. (2004). Pengembangan Kreatiivitas Anak Berbakat. Jakarta:Rineka Cipta.

Nasution. (1982). Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Bina Aksara.

Nazir, Muhammad. (1988). Metodo logi Riset. Jakarta: Rineka Cipta.

Pranowo, Bambang.(2008) Pembelajaran yang Menumbuhkan Sikap Wirausahawan.

Artikel (tidak diterbitkan)Malang:UNM. Melalui sumber: http://www. ekofeunm .or.id/artikel.php? cid = 51&display = 0&entry .tgl. 20-10-2009

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta.

Suherman, Eman. (2008) Businiss Entrepreneur (Kewirausahaan), Bandung: Alfabeta.

______________ (2008) Desain Pembelajaran Kewirausahaan, Bandung: Alfabeta.

(34)

______________ ( 2008 ). Manajemen Bimbingan dan Konseling, Bandung:Rizqi Preess.

Sumahamijaya, Yasben dan Dana. (2003). Pendidikan Karakter Mandiri dan Kewiraswastaan: Suatu Upaya Bagi Keberhasilan Program Pendidikan Berbasis Luas / Broad Based Education dan Life Skills. Bandung: Angkasa.

Suryana. (2003). Kewirausahaan, Jakarta: Salemba Empat.

Susiana, Nancy. (2008). Program Pembelajaran Kimia Untuk Menumbuhkan sikap wirausaha .Sumber melalui: http://www.puslittjaknov.org/data/file.pdf. 20102009.

Syani, Abdul. (1995). Pengantar Metode Statistik Non Parametrik. Jakarta: Pustaka Jaya.

Yusuf, Syamsu., Juntika Ahmad. ( 2008 ) Landasan Bimbingan dan Konseling: Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Yusuf, Syamsu L.N. (1998). Model Bimbingan dan Konseling Dengan Pendekatan Ekologi. Disertasi (tidak diterbitkan, Bandung: PPS IKIP.

Gambar

Tabel  3.1 : Indek angka korelasi berdasarkan adaptasi pendapat Balian

Referensi

Dokumen terkait

Yogyakarta: Penerbit Gadjah Mada University

Kromatogram lapisan tipis ekstrak pekat lapisan kloroform daun tumbuhan Jambu Air (Syzygium quea (Burm.f.) Alston.) sebelum Kromatografi Kolom..

Terkait hal ini, maka peningkatan terhadap efektivitas kerja menjadi salah satu poin penting, terutama dalam kaitan dengan memadukan peran penting kepemimpinan, budaya organisasi dan

[r]

Tujuan dari penilitian ini adalah untuk mengidentifikasi kebutuhan sistem automasi yang sesuai dengan Perpustakaan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sulthan Thaha Saifuddin

PENGARUH CERITA ISLAMI DENGAN MENGGUNAKAN BONEKA TANGAN TERHADAP PEMBINAAN MORAL ANAK USIA DINI PADA KELOMPOK B3 DI TK ISLAM AL-AZHAR 10 SERANG.. Universitas

Penentuan shio dalam program sederhana ini dilakukan dengan pertama kali dengan menginput tanggal, bulan dan tahun kelahiran kemudian dilakuakn perhitungan dengan cara

Gambar 2.12 Data FTIR Nanokomposit PP-MMT Aceh Utara dengan adanya.. antioksidan α