• Tidak ada hasil yang ditemukan

TRADISI MEMBACA SYAIR AL BARZANJI DI LINGKUNGAN SOSIOKULTURAL MASYARAKAT KABUPATEN CIANJUR – JAWA BARAT : Kajian Makna, Nilai-nilai Pendidikan Akhlak dan Upaya Pelestariannya.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "TRADISI MEMBACA SYAIR AL BARZANJI DI LINGKUNGAN SOSIOKULTURAL MASYARAKAT KABUPATEN CIANJUR – JAWA BARAT : Kajian Makna, Nilai-nilai Pendidikan Akhlak dan Upaya Pelestariannya."

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

TRADISI MEMBACA SYAIR AL BARZANJI

DI LINGKUNGAN SOSIOKULTURAL MASYARAKAT

KABUPATEN CIANJUR PROVINSI JAWA BARAT

( Kajian Makna, Nilai-nilai Pendidikan Akhlak, dan Upaya Pelestariannya)

TESIS

Diajukan untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan Program Studi pendidikan Bahasa Indonesia

Oleh

R.TAMTAM KAMALUDDIN

NIM 1104455

PRODI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

(2)
(3)

TRADISI MEMBACA SYAIR AL BARZANJI

DI LINGKUNGAN SOSIOKULTURAL MASYARAKAT

KABUPATEN CIANJUR PROVINSI JAWA BARAT

( Kajian Makna, Nilai-nilai Pendidikan Akhlak, dan Upaya Pelestariannya)

oleh

R.TAMTAM KAMALUDDIN

Sebuah Tesis yang Diajukan untuk memenuhi syarat memperoleh Gelar Magister Pendidikan Program Studi pendidikan Bahasa Indonesia

© R.Tamtam Kamaluddin 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Juli 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(4)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul “ Tradisi Membaca Syair Barzanji di lingkungan Sosiokultural Masyarakat Kabupaten Cianjur” ini

beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan.

Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sangsi yang dijatuhkan kepada saya, apabila dikemudian hari ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, Juli 2013

Yang membuat pernyataan,

(5)

ABSTRAK

TRADISI MEMBACA SYAIR AL BARZANJI DI LINGKUNGAN SOSIOKULTURAL MASYARAKAT

KABUPATEN CIANJUR – JAWA BARAT

(6)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... ... i

ABSTRAK ... ... ii

KATA PENGANTAR ... ... iii

UCAPAN TERIMAKASIH ... ... iv

DAFTAR ISI ... ... viii

DAFTAR TABEL ... ... ix

DAFTAR LAMPIRAN... ... x.

BAB I PENDAHULUAN ... ... 1

1.1Latar Belakang Masalah ... ... 1

1.2Identifikasi Masalah ... ... 3

1.3Rumusan Masalah ... ... 4

1.4Tujuan Penelitian... ... 4

1.5Manfaat Penelitian... ... 4

1.6Definisi Operasional... 5

BAB II LANDASAN TEORETIS ... 7

2.1. Membaca... ... 7

2.1.1 Hakikat Membaca... .... 7

2.1.2. Tujuan Membaca ... ... 9

2.1.3 Jenis-jenis Membaca ... ... 10

2.2 Folklor ... ... 13

2.2.1 Pengertian Folklor ... ... 13

2.2.2 Ciri-ciri Folklor ... ... 14

2.2.3 Fungsi Folklor ... ... 17

2.3 Sastra Lisan ... ... 18

2.4 Tradisi Lisan ... ... 19

2.4.1 Tradisi Lisan Pesantren ... .... 21

(7)

2.5 Sya’ir-syair Barzanji ... ... 26

2.5.1 Asal usul Syair Barzanji ... .... 26

2.5.2 Isi Sya’ir Barzanji ... ... 29

2.5.3 Jenis Lagu dalam Barzanji ... 32

2.6 Makna ... ... 33

2.6.1 Jenis Makna ... 33

2.6.2 Aspek Makna ... 36

2.7 Nilai ... 39

2.7.1 Pengertian Nilai ... 39

2.7.2 Macam-macam Nilai ... .... 40

2.8 Pendidikan Akhlaq ... ... 42

BAB III Metodologi Pendidikan ... 60

3.1 Paradigma Penelitian ... 61

3.2 Lokasi Penelitian ... .... 62

3.3 Bentuk Penelitian ... .... 69

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 72

3.4.1 Observasi ... 72

3.4.2 Wawancara ... 73

3.4.3 Studi Dokumentasi ... 73

3.5 Informan Penelitian ... .... 74

3.6 Populasi dan Sampel Penelitian ... .... 74

3.7 Instrumen Penelitian... 75

3.8 Teknis Pengolahan Data ... 82

3.9 Tahapan Penelitian ... .... 82

3.9.1 Tahap Awal Penelitian ... .... 82

3.9.2 Tahap Inti Penelitian ... .... 83

(8)

BAB IV DATA DAN ANALISIS DATA ... 84

4.1 Data Kegiatan Tradisi Barzanji di Lapangan... 84

4.2 Nara Sumber ... ... 86

4.3 Data Teks Barzanji ... 87

4.4 Kajian Makna Syair Barzanji... 107

3.4.1 Terjemah dan Makna Syair-syair Barzanji Teks I.. ... 107

3.4.2 Terjemah dan Makna Syair-syair Barzanji Teks II.. ... 109

3.4.3 Terjemah dan Makna Syair-syair Barzanji Teks III ... 113

3.4.4 Terjemah dan Makna Syair-syair Barzanji Teks IV.. ... 116

3.4.5 Terjemah dan Makna Syair-syair Barzanji Teks V.. ... 118

3.4.6 Terjemah dan Makna Syair-syair Barzanji Teks VI.. ... 121

3.4.7 Terjemah dan Makna Syair-syair Barzanji Teks VII.. ... 124

3.4.8 Terjemah dan Makna Syair-syair Barzanji Teks VIII.. ... 126

3.4.9 Terjemah dan Makna Syair-syair Barzanji Teks IX.. ... 129

3.4.10 Terjemah dan Makna Syair-syair Barzanji Teks X.. ... 132

3.4.11 Terjemah dan Makna Syair-syair Barzanji Teks XI.. ... 135

3.4.12 Terjemah dan Makna Syair-syair Barzanji Teks XII.. ... 138

3.4.13 Terjemah dan Makna Syair-syair Barzanji Teks XIII.. ... 144

3.4.14 Terjemah dan Makna Syair-syair Barzanji Teks XIV.. ... 158

3.4.15 Terjemah dan Makna Syair-syair Barzanji Teks XV.. ... 172

3.4.16 Terjemah dan Makna Syair-syair Barzanji Teks XVI.. ... 179

3.4.17 Terjemah dan Makna Syair-syair Barzanji Teks XVII.. ... 185

3.4.18 Terjemah dan Makna Syair-syair Barzanji Teks XVIII.. ... 188

4.5 Nilai Pendidikan Akhlak Dalam Syair Barzanji ... ... 191

4.5.1 Akhlak Terhadap Allah Subhanahu Wata’ala ... ... 191

4.5.2 Akhlak Terhadap Diri Sendiri ... ... 193

(9)

BAB V PERKEMBANGAN TRADISI BARZANJI DI

LINGKUNGAN MASYARAKAT KABUPATEN CIANJUR

SERTA UPAYA PELESTARIANNYA ... 207

5.1 Hasil Observasi dan Wawancara ... ... 208

5.3 Perkembangan Tradisi Barzanji di Kabupaten Cianjur ... 214

5.3 Upaya Pelestarian Tradisi Barzanji di kabupaten Cianjur ... ... 217

BAB VI PENUTUP ... ... 220

6.1 Kesimpulan ... ... 220

6.2 Saran ... 222

DAFTAR PUSTAKA ... 223

LAMPIRAN – LAMPIRAN ... 224

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 a : Pedoman Analisis Makna ... 225

1 b : Pedoman Analisis Nilai Pendidikan Akhlak ... 226

Lampiran 2 : Daftar Nama Informan/nara sumber dalam wawancara Tradisi Barzanji di Lingkungan Sosiokultural masyarakat Kabupaten Cianjur-Provinsi Jawabarat ... 227

2 A : Daftar nama penutur syair barzanji ponpes al-falah kecamatan sukaluyu kabupaten cianjur ... 228

2 B : Daftar nama penutur syair barzanji ponpes al-muqoddas kecamatan mande kabupaten cianjur ... 229

2 C : Daftar nama penutur syair barzanji mt al hukama kecamatan karangtengah kabupaten cianjur ... 230

2 D : Daftar nama penutur syair barzanji mt ulul abshor kecamatan cianjur kabupaten cianjur ... 231

2 E : Daftar nama penutur syair barzanji dkm sindang laya ecamatan cipanas kabupaten cianjur ... 232

Lampiran 3 A : Pedoman wawancara dengan penutur ... 233

3 B : Pedoman wawancara tokoh alim ulama ... 235

3 C : Pedoman wawancara pejabat pemerintah daerah kab.Cianjur ... 236

Lampiran 4 A : Foto Kegiatan Wawancara dengan Informan tentang Tradisi Barzanji... 237

4 B : Foto Kegiatan Tradisi Barzanji ... 247

Lampiran 5 : Peta wilayah Kabupaten Cianjur ... 251

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Tradisi Pembacaan Syair Barzanji yang lebih dikenal dengan istilah

marhabaan merupakan suatu fenomena yang terjadi di dalam keseharian

masyarakat Cianjur, dan tradisi tersebut merupakan salah satu bentuk kecintaan

(mahabbah) masyarakat muslim Cianjur terhadap Rasulullah Muhammad SAW.

Pembacaan syair Barzanji di lingkungan sosiokultural masyarakat Kabupaten Cianjur, sampai saat masih tetap membudaya, dan sangat mengakar pada sebagian besar masyarakat Cianjur, terutama di kalangan kaum santri (pondok pesantren), komunitas pengajian ibu-ibu Majlis Ta’lim dan pengajian rutin di mesjid-mesjid atau DKM. Adapun semarak dilaksanakannya pembacaan atau penuturan tradisi Barzanji tersebut, terutama pada momen-momen tertentu, seperti pada acara peringatan maulid Nabi Muhammad SAW, peringatan Isro wal Mi’raj, tasyakkur kelahiran anak/Aqikahan, tasyakkur pernikahan dan lain sebagainya.

Tradisi pembacaan Syair Barzanji lebih dikenal dengan istilah Marhabaan, secara khusus, dilaksanakan pada acara peringatan maulid Nabi

Muhammad SAW, dengan maksud untuk mengenang kembali riwayat kehidupan Nabi Muhammad SAW semenjak beliau dilahirkan, masa kanak-kanak, masa remaja hingga diangkat menjadi utusan Allah SWT.

Bacaan shalawat dan pujian kepada Rasulullah SAW, bergema saat kita membacakan syair Al-Barzanji, pada acara peringatan maulid Nabi

Muhammad SAW, dengan lantunan sebagai berikut:

Ya Nabi salâm ‘alaika, Ya Rasûl salâm ‘alaika, Ya Habîb salâm ‘alaika,Shalawatullâh ‘alaika…

(12)

Menurut Dr. Sa’id Ramadlan Al-Bûthi yang ditulis dalam kitab fiqih; Al-Sîrah Al-Nabawiyyah bahwa tujuan dari peringatan maulid Nabi dan bacaan

shalawat serta pujian kepada Rasulullah SAW adalah : “Tujuannya tidak hanya untuk mengetahui perjalanan Nabi dari sisi sejarah saja, tetapi agar kita mau melakukan tindakan aplikatif yang menggambarkan hakikat Islam yang paripurna dengan menteladani akhlak Nabi Muhammad SAW”.

Sarjana Jerman peneliti Islam, Annemarie Schimmel dalam bukunya; Penghormatan terhadap Nabi Muhammad SAW dalam Islam (1991),

menerangkan bahwa teks asli karangan Ja’far Al-Barzanji dalam bahasa Arab, sebetulnya berbentuk prosa. Namun, para penyair mengolah kembali teks itu menjadi untaian syair, sebentuk eulogy bagi Sang Nabi. Pancaran kharisma Nabi Muhammad SAW terpantul pula dalam sejumlah puisi, yang termasyhur; “ Seuntai gita untuk pribadi utama.

Di perkotaan Cianjur pada saat ini tampaknya perayaan memperingati maulid Nabi Muhammad SAW dan Isro Mi’raj dengan pembacaan syair Barzanji, sudah jarang dilaksanakan, dan yang masih mempertahankan tradisi Barzanji adalah di lingkungan pondok pesantren, majlis ta’lim dan madrasah terutama dikalangan masyarakat muslim Nahdiyyin.

Selanjutnya, tradisi pembacaan Syair Barzanji ini tampak sangat menarik untuk dikaji dan dikupas lebih mendalam, mengingat kepenasaranan dan keingin tahuan penulis akan makna serta nilai-nilai yang terkandung dalam Syair-syair Barzanji tersebut.

Demikianlah, yang menjadi alasan utama bagi penulis dalam melakukan penelitian tradisi lisan ini, dan penulis mengambil judul “Tradisi Membaca Syair Barzanji di lingkungan masyarakat Kabupaten Cianjur”. Dengan kajian pokok atau sub judul “Analisis Makna dan Nilai-nilai Pendidikan Akhlak dalam Syair Barzanji serta Upaya Pelestariannya”.

(13)

dikenal sebagai masyarakat Pasundan. Masyarakat Kabupaten Cianjur pada umumnya memiliki karakteristik yang sama dengan daerah-daerah lainnya di Jawa Barat.

Masyarakat Kabupaten Cianjur dapat dikatakan agamis, bahkan terkenal dengan Cianjur Tatar Santri, dan secara khusus pemerintah daerah Cianjur telah mengeluarkan Perda No.3 Tahun 2006 tentang Gerbang

Marhamah (Gerakan Pembangunan Masyarakat Berakhlakul Karimah). Selain agamis, juga masyarakat Kabupaten Cianjur merupakan masyarakat seniman

dan budayawan yang berimbas pada kehalusan bahasa, kesantunan serta keramahan pola tingkah laku.

Bertitik tolak dari penjelasan diatas, maka penulis berasumsi bahwa betapa pentingnya diadakan penelitian tentang “Tradisi Membaca Syair Barzanji di lingkungan sosiokultural masyarakat Kabupaten Cianjur”, mengingat masyarakat Kabupaten Cianjur pada umumnya agamis dan terkenal dengan sebutan Cianjur Tatar Santri, Cianjur gudangnya para ulama serta banyaknya pondok pesantren tradisional.

1.2 Identifikasi Masalah

Dalam kesempatan ini penulis akan mencoba mengenal lebih dekat tentang bagaimana tradisi pembacaan syair Barzanji yang dilaksanakan oleh beberapa komunitas pengajian di lingkungan sosiokultural masyarakat Cianjur, dan selanjutnya akan dikaji tentang makna, dan nilai-nilai pendidikan akhlak yang terkandung dalam syair-syair Barzanji serta upaya pelestariannya.

Untuk itu penulis akan mengungkapkan secara objektif, hasil observasi serta wawancara dari para tokoh agama Islam (alim ulama), pejabat pemerintahan setempat, para tokoh tradisi Barzanji dan para penutur syair

(14)

1.3 Rumusan masalah

Penulis menguraikan permasalahannya sebagai berikut:

1) Bagaimana proses pelaksanaan Tradisi Membaca Syair Barzanji di lingkungan sosiokultural masyarakat Kabupaten Cianjur ?

2) Bagaimana deskripsi makna yang terkandung dalam Syair Barzanji ? 3) Bagaimana deskripsi nilai-nilai pendidikan akhlak yang terkandung

dalam Syair Barzanji ?

4) Bagaimana respon/tanggapan masyarakat Kabupaten Cianjur terhadap Tradisi Membaca Barzanji ?

5) Bagaimana upaya melestarikan Tradisi Barzanji di lingkungan masyarakat Kabupaten Cianjur ?

1.4 Tujuan Penelitian

Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk memperoreh gambaran tentang:

1) Proses pelaksanaan Tradisi Membaca Syair Barzanji 2) Deskripsi makna yang terkandung dalam Syair Barzanji

3) Deskripsi nilai-nilai pendidikan akhlak yang terkandung dalam Syair Barzanji

4) Respon/Tanggapan masyarakat Kabupaten Cianjur terhadap Tradisi Membaca Syair Barzanji

5) Upaya masyarakat Kabupaten Cianjur dalam melestarikan Tradisi Membaca Syair Barzanji

(15)

Dalam penelitian ini, diharapkan dapat bermanfa’at bagi para penulis dan umumnya bagi masyarakat luas. Manfa’at yang dapat diambil dari hasil penelitian ini sebagai berikut:

a. Manfaat secara teoretis

Secara teoretis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu sastra dan budaya, khususnya sastra lisan dan atau tulisan

yang salah satu bagiannya adalah tradisi membaca syair-syair Barzanji. Hal tersebut sangat penting karena dapat dijadikan sebagai referensi yang relevan dengan penelitian.

b. Manfaat praktis

Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut:

a) Menumbuhkan semangat masyarakat untuk terus melestarikan budaya Muslim dalam hal ini pembacaan syai-syair Barzanji sebagai bentuk tradisi lisan dan tulisan dalam momen-momen tertentu.

b) Mengimplementasikan isi kandungan syair-syair Barzanji dalam meningkatkan perbaikan nilai-nilai akhlak dengan menteladani baginda Rasulullah SAW

1.6 Definisi Operasional

Untuk memudahkan pemahaman dalam penelitian ini, maka peneliti

akan menjelaskan batasan-batasan definisi operasional yang dimaksud, sebagai berikut:

(16)

dilakukan sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat, biasanya dari suatu negara, kebudayaan, waktu, atau agama yang sama. Hal yang paling mendasar dari tradisi adalah adanya informasi yang diteruskan dari generasi ke generasii baik tertulis maupun (sering kali) lisan.

2) Syair Barzanji adalah karya tulis berupa prosa dan sajak yang isinya bertutur tentang biografi Muhammad, mencakup nasab-nya (silsilah),

kehidupannya dari masa kanak-kanak hingga beliau diangkat menjadi utusan Allah. Selain itu, juga mengisahkan sifat-sifat mulia yang dimilikinya, serta berbagai peristiwa untuk dijadikan suri teladan manusia. 3) Kajian Makna.

Kajian makna memiliki dua arti. Pertama, dapat dikatakan bahwa makna adalah suatu usaha atau perbuatan yang dilakukan untuk tujuan tertentu sehingga perbuatan itu menjadi bermakna. Kedua, kata makna dapat disamakan dengan arti, yakni apa yang terkandung dalam kalimat atau ucapan seseorang.

4) Kajian Nilai.

Nilai merupakan suatu yang melekat pada suatu hal yang lain yang menjadi bagian dari identitas sesuatu tersebut. Bentuk material dan abstrak di alam ini tidak bisa lepas dari nilai. Nilai memberikan definisi, identitas, dan indikasi dari setiap hal konkret ataupun abstrak.

5) Kajian Akhlak.

Akhlak adalah suatu keadaan yang melekat pada jiwa manusia, yang daripadanya lahir perbuatan-perbuatan dengan mudah, tanpa melalui proses pemikiran, pertimbangan atau penelitian. Jika keadaan tersebut

(17)
(18)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Jenis penelitian ini termasuk penelitian kualitatif deskriptif. Dalam penelitian yang menggunakan metode deskriptif, maka data yang diperoleh dianalisis dan diuraikan menggunakan kata-kata ataupun kalimat dan tidak dalam bentuk angka-angka atau mengadakan perhitungan.

Data yang terkumpul dalam penelitian ini diperoleh melalui survai, pengamatan, dan wawancara. Dalam hal ini metode deskriftif akan digunakan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terdapat sewaktu penelitian dilakukan di lapangan objek penelitian. Dengan demikian penelitian ini akan bersifat kualitatif atau naturalistik.

Pendapat ini berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Moleong (2002:6) bahwa data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambaran, dan bukan angka-angka. Pendapat lainnya disampaikan oleh Nasution (2002:5) bahwa penelitian pada hakikatnya adalah mengamati orang dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka, berusaha memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya

Selanjutnya, penulis sampaikan bahwa penelitian ini akan mendeskripsikan hasil analisis data mengenai makna dan nilai-nilai

pendidikan Akhlak dalam tradisi pembacaan syair Barzanji di lingkungan sosiokultural masyarakat Kabupaten Cianjur Propinsi Jawa Barat.

Metode deskriptif ini digunakan oleh peneliti dalam tahapan-tahapan sebagai berikut:

1. Menentukan aspek makna dan nilai-nilai pendidikan akhlak yang terdapat dalam syair-syair Barzanji.

(19)

3. Mendeskripsikan hasil analisis tentang makna dan nilai-nilai pendidikan akhlak yang terdapat dalam syair-syair Barzanji.

4. Membuat kesimpulan dari hasil analisis makna dan nilai-nilai pendidikan akhlak dari syair-syair Barzanji.

3.1 Paradigma Penelitian

(20)

3.2 Lokasi Penelitian

3.2.1 Identitas Daerah dan Keadaan Penduduk Kabupaten

Cianjur.

Adapun tentang Identitas Daerah dan Keadaan Penduduk Kabupaten Cianjur, penulis sampaikan sebagai berikut: Kabupaten Cianjur terdiri atas 32 kecamatan, 342 desa dan 6 kelurahan dan pusat pemerintahan terletak di kecamatan Cianjur kota.

Selanjutnya, penulis akan paparkan beberapa data yang menyangkut identitas daerah dan keadaan penduduk Kabupaten Cianjur, sebagai berikut:

a) batas-batas administratif Kabupaten Cianjur, adalah

1. sebelah utara berbatasan dengan wilayah Kabupaten Bogor dan Kabupaten Purwakarta,

2. sebelah barat berbatasan dengan wilayah Kabupaten Sukabumi, 3. sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia,

1. sebelah timur berbatasan dengan wilayah Kabupaten Bandung dan Kabupaten Garut.

b) topografi

Sebagian besar wilayah Kabupaten Cianjur adalah hutan dan pegunungan kecuali di sebagian wilayah pantai selatan berupa dataran rendah yang sempit.

c) lahan-lahan.

Lahan pertanian pangan dan hortikultura, peternakan, dan perikanan, perkebunan, dan kehutanan merupakan sumber kehidupan bagi masyarakat. Keadaan itu ditunjang dengan banyaknya sungai besar dan sungai kecil yang dapat dimanfa’atkan sebagai sumber daya pengairan untuk tanaman pertanian.

(21)

Dari luas wilayah Kabupaten Cianjur 350.148 hektar, pemanfaatannya meliputi 83.034 Ha (23,71 %) berupa hutan produktif dan konservasi, 58,101 Ha (16,59 %) berupa tanah pertanian lahan basah, 97.227 Ha (27,76 %) berupa lahan pertanian kering dan tegalan, 57.735 Ha (16,49 %) berupa tanah perkebunan, 3.500 Ha (0,10 %) berupa tanah dan penggembalaan / pekarangan, 1.239 Ha (0,035 %) berupa tambak / kolam, 25.261 Ha (7,20 %) berupa pemukiman / pekarangan dan 22.483 Ha (6.42 %) berupa penggunaan lain-lain.

d) asal mula (babad) Cianjur

Raden Djajasasana putra Aria Wangsa Goparana dari Talaga keturunan Sunan Talaga, dengan membawa 100 cacah (rakyat) ditugaskan untuk

membuka wilayah baru yang bernama Cikundul. R. Djajasasana kemudian berhasil menahan serangan Banten dalam mempertahankan wilayahnya sehingga beliau dianugerahi gelar panglima (Wira Tanu). Sehingga beliau akhirnya dikenal dengan gelar Raden Aria Wira Tanu Datar.

Aria Wangsa Goparana kemudian mendirikan Nagari Sagara Herang dan menyebarkan Agama Islam ke daerah sekitarnya. Sementara itu Cikundul yang sebelumnya hanyalah merupakan sub nagari menjadi Ibu Nagari tempat pemukiman rakyat Djajasasana. Beberapa tahun sebelum tahun 1680 sub nagari tempat Raden Djajasasana disebut Cianjur (Tsitsanjoer-Tjiandjoer).

Periodesasi Bupati Cianjur dari masa ke masa:

1. R.A. Wira Tanu I (1677-1691)

2. R.A. Wira Tanu II (1691-1707)

3. R.A. Wira Tanu III (1707-1727)

4. R.A. Wira Tanu Datar IV (1927-1761)

5. R.A. Wira Tanu Datar V (1761-1776)

6. R.A. Wira Tanu Datar VI (1776-1813)

7. R.A.A. Prawiradiredja I (1813-1833)

(22)

9. R.A.A. Kusumahningrat (Dalem Pancaniti) (1834-1862)

10.R.A.A. Prawiradiredja II (1862-1910)

11.R. Demang Nata Kusumah (1910-1912)

12.R.A.A. Wiratanatakusumah (1912-1920)

13.R.A.A. Suriadiningrat (1920-1932)

14.R. Sunarya (1932-1934)

15.R.A.A. Suria Nata Atmadja (1934-1943)

16.R. Adiwikarta (1943-1945)

17.R. Yasin Partadiredja (1945-1945)

18.R. Iyok Mohamad Sirodj (1945-1946)

19.R. Abas Wilagasomantri (1946-1948)

20.R. Ateng Sanusi Natawiyoga (1948-1950)

21.R. Ahmad Suriadikusumah (1950-1952)

22.R. Akhyad Penna (1952-1956)

23.R. Holland Sukmadiningrat (1956-1957)

24.R. Muryani Nataatmadja (1957-1959)

25.R. Asep Adung Purawidjaja (1959-1966)

26.Letkol R. Rakhmat (1966-1966)

27.Letkol Sarmada (1966-1969)

28.R. Gadjali Gandawidura (1969-1970)

29.Drs. H. Ahmad Endang (1970-1978)

30.Ir. H. Adjat Sudrajat Sudirahdja (1978-1983)

31.Ir. H. Arifin Yoesoef (1983-1988)

32.Drs. H. Eddi Soekardi (1988-1996)

33.Drs. H. Harkat Handiamihardja (1996-2001)

34.Ir. H. Wasidi Swastomo, Msi (2001-2006)

(23)

e) filosofi Cianjur

Cianjur memiliki filosofi yang sangat bagus, yakni: NGAOS, MAMAOS,

dan MAENPO, yang mengingatkan kepada kita semua tentang tiga aspek keparipurnaan hidup, sebagai berikut:

1 Ngaos adalah tradisi mengaji yang mewarnai suasana dan nuansa Cianjur

dengan masyarakat yang dilekati dengan keberagamaan. Citra sebagai daerah agamis ini konon sudah terintis sejak Cianjur lahir sekitar tahun 1677 dimana wilayah Cianjur ini dibangun oleh para ulama dan santri tempo dulu yang gencar mengembangkan syiar Islam. Itulah sebabnya Cianjur juga sempat mendapat julukan gudang santri dan kyai sehingga mendapat julukan KOTA SANTRI. Bila di tengok sekilas sejarah perjuangan di tatar Cianjur jauh sebelum masa perang kemerdekaan, bahwa kekuatan-kekuatan perjuangan kemerdekaan pada masa itu tumbuh dan bergolak pula di pondok-pondok pesantren. Banyak pejuang-pejuang yang meminta restu para kyai sebelum berangkat ke medan perang. Mereka baru merasakan lengkap dan percaya diri berangkat ke medan juang setelah mendapat restu para kyai.

(24)

3 Maen Po adalah seni bela diri pencak silat yang menggambarkan keterampilan dan ketangguhan. Pencipta dan penyebar maen po ini adalah R. Djadjaperbata atau dikenal dengan nama R. H. Ibrahim, aliran ini mempunyai ciri permainan rasa yaitu sensitivitas atau kepekaan yang mampu membaca segala gerak lawan ketika anggota badan saling bersentuhan. Dalam maenpo dikenal ilmu Liliwatan (penghindaran) dan Peupeuhan (pukulan).

Apabila filosofi tersebut diresapi, pada hakekatnya merupakan symbol

rasa keber-agama-an, kebudayaan dan kerja keras. Dengan keber-agama-an sasaran yang ingin dicapai adalah terciptanya keimanan dan ketaqwaan masyarakat melalui pembangunan akhlak yang mulia. Dengan kebudayaan, masyarakat Cianjur ingin mempertahankan keberadaannya sebagai masyarakat yang berbudaya, memiliki adab, tatakrama dan sopan santun dalam tata pergaulan hidup.

Dengan kerja keras sebagai implementasi dari filosofi maenpo, masyarakat Cianjur selalu menunjukan semangat keberdayaan yang tinggi dalam meningkatkan mutu kehidupan. Liliwatan, tidak semata-mata permainan beladiri dalam pencak silat, tetapi juga ditafsirkan sebagai sikap untuk menghindarkan diri dari perbuatan yang maksiat. Sedangkan peupeuhan atau pukulan ditafsirkan sebagai kekuatan di dalam menghadapi berbagai tantangan dalam hidup.

f) demografi

Kabupaten Cianjur, menurut Sensus Penduduk 2000, berpenduduk 1.931.480 jiwa, terdiri dari penduduk laki-laki sebanyak 982.164 jiwa dan perempuan 949.676 jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk 2,23 %.

(25)

Kecamatan Cibeber (105.0204 jiwa), Kecamatan Warungkondang (101.580 jiwa) dan Kecamatan Karangtengah (123.158 jiwa). Kecamatan yang jumlah penduduknya terkecil adalah Kecamatan Cikadu sebanyak 36.212 jiwa. Kecamatan lainnya yang jumlah penduduknya antara 40.000 - 50.000 jiwa adalah Kecamatan Sindangbarang, Takokak, dan Sukanagara.

g) ekonomi

Lapangan pekerjaan penduduk Kabupaten Cianjur di sektor pertanian yaitu sekitar 62.99 %. Sektor pertanian merupakan penyumbang terbesar terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yaitu sekitar 42,80 %. Sektor lainnya yang cukup banyak menyerap tenaga kerja adalah sektor

perdagangan dan jasa yaitu sekitar 14,60%. dan pengiriman pembantu 30%.

h) kepadatan penduduk

Dengan kepadatan penduduk tidak merata:

1. 63,90 % di wilayah utara dengan luas wilayah 30,78 %

2. 19,19 % di wilayah tengah dengan luas wilayah 28,25 %

3. 17,12 % di wilayah selatan dengan luas wilayah 40,70 %

i) kepercayaan atau agama penduduk

Penduduk Kabupaten Cianjur dikenal sebagai masyarakat yang religius dengan mayoritas penduduknya memeluk agama Islam yang mencapai 98 %,

sedangkan penduduk non muslim mencapai 2 %, dengan rincian sebagai berikut:

1. Penduduk beragama Islam = 1.893.203 orang (98 %)%

2. Penduduk beragama Kristen = 32.841 orang (1,7 %)

3. Penduduk beragama Budha dan Hindu = 5.796 orang ( 0,3 %)

j) tingkat partisipasi usia sekolah

(26)

2. Angka Pastisipasi Kasar SMP mencapai 38,50 %

3. Angka Partisipasi Kasar SMA mencapai 11,98 %

k) indikasi peningkatan derajat kesehatan masyarakat

1. Angka Kematian Ibu (AKI) saat ini mencapai 373 per 100.000 kelahiran , turun dari keadaan tahun-tahun sebelumnya sebesar 420 per 100.000 kelahiran.

2. Angka Kematian Bayi (AKB) mencapai 62,00 per 1.000 kelahiran hidup, turun dari keadaan tahun-tahun sebelumnya sebesar 65,38 per 1.000 kelahiran hidup.

3. Angka Harapan Hidup (AHH) mencapai rata-rata 66,45 tahun, naik dari keadaan tahun-tahun sebelumnya sebesar 62 tahun.

l) suasana Cianjur

Ibukota Kabupaten Cianjur dilintasi jalan nasional (Jakarta-Bogor-Bandung), serta jalur kereta api Jakarta-Bogor-Sukabumi-Cianjur.

Perjalanan ke Cianjur biasanya ditempuh melalui jalan darat, jika dari Jakarta bisa melewati jalur Puncak, jalur Sukabumi atau jalan alternatif melalui Jonggol.

m) objek wisata

Objek wisata yang ditawarkan : Pantai Jayanti, Taman Bunga Nusantara, Kebun Raya Cibodas, Situs Megalitikum Gunung Padang, Gunung Gede,Gunung Pangranggo, dan Air terjun Kab. Cianjur.

n) beras pandan wangi

(27)

daerah lain dan menjadi khas Cianjur. Rasanya enak (pulen) dan harganya pun relatif lebih tinggi dari beras biasa. Di Cianjur sendiri, pesawahan yang menghasilkan beras asli Cianjur ini hanya di sekitar Kecamatan Warungkondang, Cugenang dan sebagian Kecamatan Cianjur. Luasnya sekitar 10,392 Ha atau 10,30% dari luas lahan persawahan di Kabupaten Cianjur. Produksi rata-rata per hektar 6,3 ton dan produksi per-tahun 65,089 ton.

3.2.2. Objek wilayah penelitian

Penelitian tentang “Tradisi Membaca Syair Barzanji” ini dilaksanakan di wilayah Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat, tepatnya di lima wilayah kecamatan, yaitu

1) wilayah kecamatan Karangtengah,

2) wilayah kecamatan Sukaluyu,

3) wilayah kecamatan Mande,

4) wilayah kecamatan Cipanas, dan

5) wilayah kecamatan Cianjur kota, yang dalam interaksi sosialnya

mayoritas didominasi dengan pola prilaku adat istiadat suku Sunda.

3.3 Bentuk Penelitian

(28)

Lincoln dan Guba dalam Moleong (2002:4-8) bahwa bentuk penelitian kualitatif terdiri dari sebelas karakteristik yaitu sebagai berikut:

1. latar alamiah,

2. manusia sebagai alat, 3. metode kualitatif, 4. analisis secara induktif, 5. teori dari dasar,

6. deskriptif,

7. lebih mementingkan proses daripada hasil,

8. adanya “batas” yang ditentukan “fokus”, 9. adanya kriteria khusus untuk keabsahan data,

10.desain bersifat sementara,

11.hasil penelitian dirundingkan dan disepakati bersama.

Ciri pertama, penelitian kualitatif berlatar alamiah artinya peneliti berhadapan dengan sumber data di lapangan. Dalam hal ini sumber data penelitian ini adalah para penutur/pembaca syair Barzanji yang berasal dari lima kecamatan di lingkungan sosiokultural masyarakat Kabupaten Cianjur, Propinsi Jawa Barat, dengan cara melakukan pencatatan dan sekaligus penafsiran (analisis) terhadap data yang terkumpul.

Ciri kedua, penelitian kualitatif menjadikan manusia sebagai alat (instrumen), artinya adalah dalam penelitian kualitatif manusia (peneliti dan dengan bantuan pihak lain) bertindak sebagai instrumen atau alat utama, baik dalam pengumpulan data, pencatatan data, maupun dalam hal penafsiran data dengan mengerahkan segenap kemampuan intelektual pengetahuan, dan keterampilan yang dimiliki terhadap fenomena yang ada.

(29)

hubungan antara peneliti dengan sumber data serta dapat menyesuaikan diri dengan nilai-nilai di lingkungan penelitian.

Ciri keempat, penelitian kualitatif adalah analisis data secara induktif. Artinya selain akan mendapatkan kenyataan-kenyataan ganda, juga adanya hubungan antara peneliti dengan sumber data secara langsung, lebih menguraikan latar secara penuh serta dapat membuat keputusan tentang dapat tidaknya pengalihan kepada suatu latar lainnya.

Ciri kelima, penelitian kualitatif adalah teori dan dasar. Artinya, peneliti itu mempercayai apa yang diamati, berusaha untuk netral, lebih responsif terhadap nilai-nilai kontekstual, bukan dimaksudkan untuk membuktikan

hipotesis yang telah dirumuskan, lebih merupakan pembentukan abstraksi, berdasarkan data yang dikumpulkan dan dikelompokkan kemudian diuji.

Ciri keenam, penelitian kualitatif adalah deskriptif. Artinya, data yang terkumpul berupa kata-kata atau gambaran dan bukan angka-angka. Dengan demikian hasil penelitian akan berupa hasil analisis data tentang syair-syair Barzanji dan hasil wawancara dengan para tokoh agama ( alim ulama) serta para penutur/pembaca tradisi Barzanji untuk memberikan gambaran penyajian laporan ini.

Ciri ketujuh, penelitian kualitatif adalah lebih mementingkan proses daripada hasil. Artinya, dalam penelitian kualitatif hasil yang diperoleh sepenuhnya bergantung kepada proses penelitian itu sendiri.

(30)

Ciri kesembilan, penelitian kualitatif adalah adanya kriteria khusus untuk keabsahan data. Artinya, untuk keabsahan data harus memenuhi kriteria adanya derajat kepercayaan, keteralihan kebergantungan dan kepastian.

Ciri kesepuluh, penelitian kualitatif adalah desain yang bersifat sementara. Artinya, desain yang disusun secara terus-menerus disesuaikan dengan kenyataan yang ada di lapangan.

Ciri kesebelas, penelitian kualitatif adalah hasil penelitian dirundingkan dan disepakati bersama. Artinya, penelitian dan hasil interpretasi yang diperoleh dirundingkan dan diadakan diskusi dengan teman sejawat.

3.4 Teknik Pengumpulan Data.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan cara observasi (mengamati lokasi penelitian), wawancara, merekam dan mengambil gambar dari kegiatan yang dilakukan oleh para penutur tradisi barzanji sebagai data untuk peneliti.

Adapun alat yang digunakan untuk pengimpulan data dalam penelitian

ini adalah alat pengambil gambar dan suara (handycam), kamera digital dan kartu pencatat data.

Sumber data dalam penelitian ini adalah para penutur dan pembaca

tradisi Barzanji yang berada di lingkungan sosiokultural masyarakat Cianjur.

Sedangkan data dalam penelitian ini adalah kitab syair Barzanji, hasil karya sastra Arab, karangan Syaikh Ja’far Al Barzanji (dilahirkan pada hari Kamis awal bulan Zulhijjah tahun 1126 di Madinah Al-Munawwaroh dan wafat pada hari Selasa, 4 Sya’ban tahun 1177 H di Kota Madinah dan dimakamkan di Jannatul Baqi’).

Berikut ini teknik pengumpulan data yang peneliti lakukan,sebagai

(31)

1. Peneliti dengan ditemani orang yang mengetahui lokasi penelitian datang ke lima kecamatan di wilayah Kabupaten Cianjur.

2. Peneliti mendatangi pihak-pihak tertentu, untuk meminta ijin melakukan penelitian.

3. Peneliti mendatangi komunitas para penutur tradisi Barzanji yang berada di lima lokasi penelitian.

4. Peneliti menemui masing-masing tokoh penutur Tradisi Barzanji untuk ijin penelitian.

5. Peneliti melakukan observasi di daerah-daerah penelitian.

3.4.2 Wawancara

Dalam wawancara, hal-hal yang ditanyakan berkaitan dengan:

- Dalam rangka apa saja, tradisi pembacaan Barzanji dilaksanakan ?

- Apa yang harus dipersiapkan sebelum dan ketika tradisi Barzanji

berlangsung ?

- Berapa orang penutur yang dibutuhkan ketika tradisi Barzanji

berlangsung ?

- Apa makna yang terkandung dalam syair-syair Barzanji ?

- Adakah nilai-nilai pendidikan akhlak dari isi kandungan syair

Barzanji ?

- Bagaimana tanggapan masyarakat umum terhadap tradisi Barzanji ?

- Bagaimana respon pemerintah daerah terhadap tradisi Barzanji ?

- Upaya apa saja yang dapat dilakukan dalam melestarikan tradisi

Barzanji ?

(32)

Studi dokumentasi yang dilakukan oleh peneliti teruratama, adalah merekam kegiatan tradisi Barzanji yang dilakukan oleh para penutur Barzanji, sebagai berikut:

- Meminta kepada penutur tradisi Barzanji untuk melafalkan berbagai jenis lagu atau nadhom syair Barzanji (Nastar dan Nadhom)

- Merekam dan mendokumentasikan seluruh kegiatan tradisi Barzanji yang dilaksanakan oleh para penutur Barzanji dalam berbagai momen- momen tertentu.

3.5 Informan Penelitian

Penelitian ini dilengkapi hasil wawancara dengan beberapa pihak yang memiliki keterkaitan langsung dengan tradisi pembacaan syair Barzanji, dalam

hal ini yaitu Tokoh alim ulama Kabupaten Cianjur, Sesepuh pondok pesantren, Pejabat pemerintah daerah, pejabat kementrian agama Kabupaten Cianjur, Para tokoh penutur tradisi Barzanji dan Masyarakat (jama’ah) penutur tradisi Barzanji.

( Data para informan dapat dilihat pada lampiran)

3.6. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian adalah Tradisi Barzanji yang terdapat di wilayah Kabupaten Cianjur, yaitu peneliti mengobservasi dan mewawancarai langsung kepada para tokoh ulama, pejabat pemerintah daerah, dan kepada para penutur Barzanji tentang proses pelaksanaan tradisi Barzanji dan selanjutnya peneliti menganalisis tentang makna serta nilai-nilai pendidikan akhlak yang terdapat dalam syair-syair Barzanji.

(33)

representatif mewakili keseluruhan kecamatan yang terdapat di wilayah Kabupaten Cianjur.

3.7. Instrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri, hal ini

berdasarkan sebuah pendapat bahwa dalam penelitian kualitatif yang menjadi intrumen adalah peneliti itu sendiri. Penelitian kualitatif menjadikan manusia sebagai alat (instrumen), artinya dalam penelitian kualitatif manusia (peneliti atau dengan bantuan orang lain) bertindak sebagai instrumen atau alat utama baik dalam pengumpulan data, pencatatan data, maupun dalam hal penafsiran data dengan mengerahkan segenap kemampuan intelektual pengetahuan, dan keterampilan yang dimiliki terhadap fenomena yang ada (Bogdan dan Biken, Lincoln dan Guba dalam Moleong, 2002:4-8).

Dengan demikian peneliti disebut sebagai instrumen utama atau alat pengumpul data utama.

Selanjutnya, untuk memudahkan pengumpulan data di lapangan, maka peneliti menggunakan alat bantu penelitian yaitu alat perekam dan pengambil gambar (handycam), serta kartu pencatat data. Alat bantu yang digunakan peneliti dimaksudkan untuk mempermudah peneliti dalam mengumpulkan

data, agar data yang diambil lengkap dan sesuai dengan fakta di lapangan.

Berikut ini peneliti tampilkan tabel yang berisi pedoman wawancara

(34)

Tabel 3.1

Pedoman wawancara tentang proses pelaksanaan tradisi Barzanji

No Masalah Indikator Pertanyaan

2. Apakah bpk/Sdr mengetahui asal usul lahirnya syair-syair Barzanji ?

3. Apakah menurut bpk/ibu/sdr ada perbedaan pelaksanaan tradisi Barzanji zaman dahulu dengan zaman sekarang ? 4. Kriteria atau persyaratan apa

saja bagi masyarakat yang

1. Berapa orang penutur tradisi Barzanji di lingkungan tempat tinggal bpk/ibu/sdr ?

(35)

tradisi Barzanji ? 5. Dengan metode/cara

bagaimana bpk/ibu/sdr belajar tradisi Barzanji ?

6. Syarat apa saja yang harus dipenuhi untuk mempelajari, mewarisi atau menuturkan tradisi Barzanji ?

7. Dalam usia berapa tahun penutur tradisi Barzanji dapat mengajarkan syair-syair Barzanji kepada orang lain ?

1 2 3 4

8. Dalam usia berapa tahun seseorang dapat mempelajari

10.Tradisi Barzanji jenis apa yang terdapat di lingkungan

3. Pada saat penuturan tradisi Barzanji berlangsung, apakah diiringi alat musik yang khas ? 4. Apakah para penutur tradisi

(36)

dengan lingkungan

3. Apakah ada hari tertentu atau malam tertentu yang

digunakan untuk pelaksanaan tradisi Barzanji ?

4. Apakah ada hari tertentu yang dilarang untuk penuturan makna yang terkandung dalam teks syair Barzanji ? 2. Sejauh mana makna teks syair

Barzanji dipercaya /diyakini oleh masyarakat di

lingkungan sekitar ?

3. Apakah selama ini ada masyarakat yang tidak percaya pada makna teks syair Barzanji ?

4. Apa keutamaan dari makna syair Barzanji yang dapat diambil oleh para penutur dan hadirin dalam mengikuti

(37)

Barzanji ?

5. Apakah menurut bpk/ibu/sdr nilai-nilai pendidikan akhlak yang terdapat dalam teks syair Barzanji perlu diajarkan Barzanji ini tetap ada di tiap lingkungan masyarakat Kabupaten Cianjur ?

1 2 3 4

2. Apakah menurut bpk/ibu/sdr , generasi muda di daerah ini sudah mengenal tradisi Barzanji

(38)
(39)

Tabel 3.2

Pedoman Kajian Analisis

Tradisi Mmbaca Syair Barzanzi

Masalah Tujuan Indikator Aspek yang

(40)
(41)

3.8. Teknik Pengolahan Data

Setelah data terkumpul secara keseluruhan, maka data diklasifikasikan dan dianalisis berdasarkan masalah penelitian. Adapun secara rinci teknik analisis data adalah, sebagai berikut.

1. Data dikelompokkan berdasarkan masalah penelitian, yaitu

berdasarkan kajian/analisis unsur makna dan nilai-nilai pendidikan akhlak yang terdapat dalam syair-syair Barzanji.

2. Menganalisis teks syair Barzanji (Natsar dan Nadhom) yaitu menentukan unsur makna dan nilai-nilai pendidikan akhlak yang terdapat dalam teks- syair Barzanji.

3. Mendeskripsikan unsur-unsur makna dan nilai-nilai pendidikan akhlak yang terdapat dalam syair-syair Barzanji.

4. Mendeskripsikan hasil observasi dan wawancara dengan para nara sumber dan para penutur tradisi Barzanji di lingkungan masyarakat Kabupaten Cianjur.

5. Membuat kesimpulan tentang hasil analisis teks syair Barzanji dan pelaksanaan tradisi Barzanji yang diselenggarakan di lingkungan masyarakat Kabupaten Cianjur.

3.9 Tahapan Penelitian

Penelitian yang dilakukan ini terdiri dari tiga tahapan, yaitu sebagai

berikut:

3.9.1 Tahap Awal Penelitian

a. Mencari informasi tentang siapa saja yang sudah terbiasa menjadi penutur dalam pembacaan tradisi Barzanji di lingkungan sosiokultural masyarakat Kabupaten Cianjur,

(42)

c. Menentukan lokasi yang akan dijadikan sampel dalam penelitan ini, d. Menentukan alat/perlengkapan yang tepat untuk digunakan dalam

pengumpulan data di lapangan,

e. Melakukan studi pustaka yang sesuai dengan kebutuhan penelitian. f. Melakukan pendekatan pribadi dengan sumber data agar tidak terjadi

kesenjangan antara peneliti dengan sumber data.

3.9.2 Tahap Inti Penelitian.

a. Melakukan wawancara dengan sumber data Tradisi Barzanji.

b. Merekam dan mengambil gambar para penutur tradisi Barzanji, tokoh

alim ulama, dan pejabat pemerintahan yang berwenang, ketika proses wawancara berlangsung.

c. Mengelompokkan atau mengklasifikasikan data berdasar pada masalah penelitian.

d. Menganalisis data berdasarkan urutan masalah penelitian.

3.9.3. Tahap Akhir Penelitian

a. Mentranskrip syair-syair Barzanji dalam bahasa aslinya yaitu bahasa

Arab.

b. Mengalihbahasakan syair-syair Barzanji dari bahasa Arab kedalam bahasa Indonesia.

c. Melaporkan hasil penelitian dalam bentuk karya ilmiah mahasiswa pascasarjana yaitu dalam bentuk Tesis.

(43)

BAB V

PERKEMBANGAN TRADISI BARZANJI

DI LINGKUNGAN MASYARAKAT KABUPATEN CIANJUR

SERTA UPAYA PELESTARIANNYA

Pembacaan Syair Maulid Barzanji merupakan salah satu khazanah

kebudayaan Islam yang luar biasa. Keindahan gaya bahasa karya ulama ahli sastra yang terdiri dari natsar (prosa) dan nazham (langgam qashidah) itu, bagaikan rangkaian ratna mutu manikam. Ungkapan-ungkapannya yang cantik menawan, dapat menghanyutkan perasaan pembaca dan pendengarnya dalam samudera kecintaan kepada Rasulullah SAW.

Syair Maulid Barzanji sebagai salah satu bentuk budaya Islam yang diambil dari nama pengarangnya yaitu seorang sufi bernama ‘Syaikh Ja’far bin Husin bin Abdul Karim bin Muhammad Al-Barzanji.’ telah memasyarakat dan dikenal dikalangan masyarakat muslim Cianjur semenjak masuknya Ajaran Islam ke wilayah Cianjur yaitu pada masa pemerintahan bupati pertama Cianjur Rd.Aria Wiratanudatar (Dalem Cikundul).

Tradisi Barzanji di lingkungan masyarakat Kabupaten Cianjur telah dianalisis berdasarkan kajian makna dan kajian nilai-nilai pendidikan akhlak dengan menggunakan metode kualitatif deskriptif yang dilengkapi dengan hasil observasi dan wawancara dengan para informan.

Sebagai tindak lanjut dari hasil observasi dan wawancara langsung dengan para informan tersebut, maka penulis memandang perlu menyampaikan temuan-temuan yang dimuat dalam tesis ini, terutama yang berkenaan dengan

upaya melestarikan tradisi Barzanji tersebut.

Apabila kita lihat kondisi di lapangan, tampak jelas bahwa masyarakat

(44)

berjalan secara turun temurun ini. Namun penulis perhatikan bahwa saat ini tradisi pembacaan syair Barzanji di lingkungan masyarakat Kabupaten Cianjur pada umumnya mengalami kemunduran.

Terbukti bahwa pada saat perayaan hari besar keagamaan seperti memperingati maulid Nabi Muhammad SAW dan Isro mi’raj tidak semua komunitas pengajian atau penyelenggara peringatan hari besar Islam tersebut

menggelar tradisi Barzanji. Padahal pada kurun waktu beberapa puluh tahun ke belakang penulis rasakan (karena penulis kelahiran dan dibesarkan di

Cianjur ) gebyar tradisi Barzanji di masyarakat Kabupaten Cianjur terdengar gemanya. Lebih-lebih Kabupaten Cianjur telah dikenal oleh masyarakat luar Kabupaten, bahwa Cianjur adalah Tatar Santri, Cianjur Sugih Mukti Tur Islami, bahkan semenjak tahun 2006 Pemerintah Kabupaten Cianjur telah

menerbitkan Perda No.02 tentang Gerbang Marhamah (Gerakan Pembangunan Masyarakat yang Berakhlakul Karimah).

Oleh karena itu muncul kepenasaranan penulis untuk meneliti bagaimana perkembangan tradisi Barzanji di lingkungan masyarakat Kabupaten Cianjur pada saat ini, sekaligus mengkaji nilai-nilai makna serta pendidikan akhlak yang terkandung dalam syair Barzanji tersebut.

Kemudian pada bab V ini, penulis mencoba untuk mengungkapkan hasil observasi dan wawancara dengan para tokoh alim ulama, tokoh pejabat pemerintahan daerah dan para penutur tradisi barzanji terutama pokok pembicaraannya mengenai proses pelaksanaan tradisi Barzanji di lingkungan masyarakat Kabupaten Cianjur serta upaya-upaya pelestariannya ke depan.

1.1 Hasil Observasi dan Wawancara

(45)

pejabat kementrian agama Kabupaten Cianjur dan para penutur/pelantun tradisi Barzanji di lima wilayah kecamatan sebagai objek penelitian.

Adapun sebagai informan dan atau nara sumber yang penulis maksud adalah sebagai berikut :

1) Bapak K.H.R.Abdul Halim (Ketua Umum MUI Kabupaten Cianjur) 2) Bapak K.H.K.Abdul Kodir Rozi (Sesepuh Pondok Pesantren Al Barkah

dan Nara Sumber Majlis Pengajian Ihya Kabupaten Cianjur ) 3) Bapak Dr.H.Suranto,MM. ( Wakil Bupati Kabupaten Cianjur)

4) Bapak H.Dadang Ramdani,M.Si (Kepala Kemenag Kab.Cianjur)

Untuk lebih jelasnya penulis akan mengungkapkan hasil wawancara dengan para informan dalam bentuk transkrip wawancara sebagai berikut :1)

1) K.H.R.Abdul Halim (wawancara,28-05-2013) mengemukakan bahwa: Kitab syair Barzanji merupakan kitab sejarah yang sangat lengkap

tentang kehidupan Rasulullah SAW, mulai dari segi akhlak, maupun

segi silsilah nasab. Sebagai contoh keunikan syair Barzanji adalah

penggunaan bahasa yang indah dan seni baca dengan jenis lagu atau

lagam yang berbeda-beda sehingga enak disimak. Terutama pada saat

jawabil jawab marhaba, para penutur dan jama’ah disekitarnya berdiri

sambil menuturkan syair-syair barzanji seolah-olah sedang

menyambut kehadiran Rasulullah SAW.Jadi kesimpulannya adalah

bahwa Syair-syair Barzanji adalah merupakan suatu sejarah yang

disyairkan bahkan dijadikan suatu kebiasaan atau tradisi yang

dilantunkan terutama pada saat akan mencukuri rambut bayi yang

baru lahir sekalian amaliyah akikahan. Untuk pelestarian tradisi

Barzanji kedepannya sudah direncanakan di Cianjur ini akan dibuka

majlis khusus pembelajaran melantunkan syair-syair Barzanji

( Marhabaan) dengan berbagai lagamnya.

(46)

Selanjutnya penulis menggaris bawahi hasil wawancara dari informan yang pertama , bahwa kitab syair maulid Barzanji isinya tentang jejak perjuangan kehidupan Nabi Muhammad SAW dengan menggunakan bahasa sastra Arab yang sangat indah serta dilantunkan dengan seni baca yang khas, sangat enak didengar dan mudah diikuti. Secara khusus diungkapkan dalam isi kandungan syair Barzanji tentang keindahan dan kesempurnaan profil/fisik

Nabi Muhammad SAW dan sikap prilaku/akhlak beliau yang sangat terpuji sehingga harus diteladani oleh ummat manusia di dunia ini.

Pembacaan Tradisi Barzanji, di lingkungan masyarakat Kabupaten Cianjur biasanya dilantunkan ketika acara aqikahan kelahiran bayi dan sekaligus mencukuri rambut nya, yaitu sekitar usia seminggu, dua minggu atau sampai usia empat puluh hari.

Menurut informan yang pertama sekarang ini tradisi pembacaan Barzanji di Kabupaten Cianjur mengalami kemunduran, dengan alasan terjadinya infiltrasi budaya dari luar Islam yang masuk ketengah-tengah lingkungan keluarga dan masyarakat muslim, sementara untuk membendung atau mengantisifasinya kurang maksimal, maka akhirnya generasi muda mudi muslim lebih menyukai produk budaya-budaya luar Islam, daripada budaya Islam itu sendiri.

2) K.H.K.Abdul Kodir Rozi (wawancara, 06-2013) mengemukakan bahwa:

Isi kandungan pokok Syair Barzanji terutama mengungkapkan profil

Nabi Muhammad SAW dan karakteristik kehidupan beliau yang

mencerminkan akhlakul karimah seperti halnya, beliau sangat pemalu,

(47)

Rasulullah SAW. Adapun tradisi barzanji di Cianjur sebagai penggerak

awal adalah di Gedong Asem Cianjur, dan kalau dahulu setiap kegiatan peringatan Maulid Nabi SAW dan Isro Mi’raj suka dibaca atau dilantunkan Barzanji, namun disayangkan sekarang ini sudah

berkurang. Sedangkan adanya tradisi Barzanji di Cianjur mulai pada

zaman Dalem Cikundul, yaitu Rd. Aria Wiratanudatar I, dan

selanjutnya dikembangkan oleh juragan guru Isa Al Holidi ( Gedong

Asem Cianjur) yang dan secara estafet sampai sekarang diteruskan

oleh keturunannya termasuk Ustadz Abbas (cucu juragan Isa Al

Holidi). Untuk kelestarian tradisi Barzanji ke depan hendaknya di

Cianjur ditingkatkan lagi, agar tidak padam, karena saat ini

tantangannya cukup besar terutama menghadapi masuknya arus

budaya barat yang tidak sesuai dengan syariat Islam.

Menurut informan yang ke dua bahwa isi kandungan syair-syair Barzanji yang paling berkesan adalah menceritakan betapa mulianya akhlak Nabi Muhammad SAW, seperti halnya semenjak kecil beliau memiliki sifat pemalu, tawadlu, sangat baik terhadap keluarga, mencintai fakir miskin dan

lain sebagainya. Kemudian diungkapkan pula bahwa latar belakang masuknya budaya tradisi Barzanji ke Cianjur, yaitu pada zaman pemerintahan dalem Cikundul Rd.Aria Wiratanudatar ( bupati Cianjur yang pertama ) memimpin masyarakat Kabupaten Cianjur sekaligus menyebarkan Agama Islam, termasuk seni budaya tradisi Barzanji.

(48)

Namun sekarang ini tradisi Barzanji di Cianjur kurang memasyarakat, barangkali dikarenakan lemahnya pengkaderan dari para sesepuh/tokoh penutur Barzanji dan kurangnya perhatian dari para generasi penerus, malahan yang menonjol pada saat ini saat ini adalah seni budaya dari luar Islam.

3) Dr. H.Suranto,MM (wawancara, 06-2013) mengemukan bahwa:

Sebagai upaya untuk melestarikan tradisi Barzanji di Kabupaten

Cianjur dapat melalui pendidikan formal dan non formal, seperti

halnya masuknya melalui kegiatan ektra kulikuler keagamaan dalam

pembelajaran di sekolah-sekolah umum atau madrasah yang tentunya

intinya untuk memperkuat pendidikan akidah, ibadah dan akhlak.

Begitu pula dapat dikembangkan di pondok-pondok pesantren dan majlis ta’lim di wilayah Kabupaten Cianjur. Tradisi Barzanji yang isinya tentang jejak kehidupan Rasulullah SAW terutama dalam bidang

pendidikan akhlak, tentunya sangat berhubungan dan sangat

menunjang dengan pernyataan visi misi pembangunan jangka

menengah Tahun 2011-2016 Kabupaten Cianjur dalam hal ini poin ke

lima yaitu meningkatkan pembinaan yang lebih berakhlakul karimah

dalam kehidupan bermasyarakat,berbangsa, dan bernegara.

Menurut informan yang ketiga, bahwa pemerintah daerah Kabupaten Cianjur sangat peduli akan perkembangan da’wah dan syi’ar Islam di Kabupaten Cianjur sesuai dengan komitmen akan visi misi pembangunan jangka menengah tahun 2011-2016.

(49)

ingin dicapai adalah meningkatnya keimanan dan ketakwaan masyarakat melalui pembangunan akhlak yang mulia.

Adapun sebagai upaya untuk melestarikan tradisi Barzanji adalah antara lain dengan memasukkan syair-syair Barzanji di dalam pembelajaran di sekolah-sekolah umum dan madrasah diniyyah, baik masuk ko kurikuler

ataupun ektra kurikuler terutama mata pelajaran Pendidikan Agama Islam atau Bahasa dan sastra Indonesia.

4) H. Dadang Ramdani, M.Si (wawancara, 06-2013) mengemukakan bahwa:

Tradisi Barzanji yang lebih dikenal oleh masyarakat Cianjur dengan

istilah Marhabaan sebenarnya dapat dikatakan merupakan salah satu

bentuk syiar Islam melalui kultur sosial budaya Islam. Pelaksanaan

tradisi Barzanji dapat dikatakan termasuk ibadah , karena dalam penuturan tradisi tersebut terdapat pujian, sholawat dan do’a-do’a yang ditujukan kepada Allah SWT. Diharapkan budaya tradisi Barzanji

di Cianjur dapat terus berkembang terutama motor penggeraknya

adalah dari pondok-pondok pesantren dan majlis-majlis ta’lim yang

berada di seluruh wilayah Kabupaten Cianjur. Selaku kepala

Kementerian Agama Kabupaten Cianjur sekarang ini sedang

menginventarisir kegiatan-kegiatan Syiar Islam dan diharapkan ada

central-central kegiatan di tiap-tiap lembaga Islam seperti pondok-pondok pesantren, madrasah maupun majlis ta’lim yang nantinya dijadikan pilot proyek.

Jadi memang kultur-kultur keislaman harus dilestarikan karena

memang dengan tumbuh berkembangnya kebudayaan Islam seperti

(50)

mengembangkan kultur budaya Islam dan dapat bekerja sama dengan

kementrian agama Kabupaten Cianjur, dan masuk menjadi

program-program unggulan agar budaya Islam tidak hilang. Sekarang ini

tampaknya budaya keislaman di Cianjur sudah kelihatan tersisihkan

oleh budaya luar Islam. Semoga saja kegiatan-kegiatan pelestarian

budaya Islam dapat lebih meningkat, baik segi kualitas maupun

kwantitasnya. Secara kualitas lebih bermutu, dan secara kwantitas

lebih diperluas. Jangan sampai kita ini kalah oleh budaya-budaya luar

Islam yang dengan sengaja mengakibatkan berpalingnya ummat dari

ibadah kepada Allah.

Menurut uraian dari informan yang ke empat bahwa tradisi Barzanji (Marhabaan) merupakan salah satu bentuk syiar Islam yang dikemas melalui seni budaya tradisi lisan dan tulisan yang bermuatan do’a-do’a, puji-pujian dan penceritaan kisah Nabi Muhammad SAW yang dilantunkan dengan nada dan irama yang teratur dan sangat indah.

Untuk melestarikan tradisi Barzanji ini, diperlukan motor penggerak terutama diharapkan muncul dari lembaga pendidikan Islam seperti pesantren-pesantren dan majlis-majlis ta’lim yang di tersebar diseluruh wilayah Kabupaten Cianjur.

Selanjutnya diungkapkan oleh informan ke empat bahwa tradisi Barzanji di Kabupaten Cianjur tampaknya sekarang ini telah tersisihkan oleh tradisi-tradisi atau budaya-budaya yang bertentangan dengan syariat Islam, maka dari itu untuk menjaga kelestarian tradisi Barzanji, perlu ditingkatkan kembali pembinaan dan pembelajaran yang berkesinambungan terhadap generasi muda agar kelak mereka dapat menjadi generasi penerus

(51)

1.2 Perkembangan Tradisi Barzanji di lingkungan masyarakat

Kabupaten Cianjur

Mencermati perkembangan yang terjadi, baik jenis, bentuk maupun hakekatnya, bahwa proses kehidupan seni budaya sekarang merupakan bagian yang tak terelakan dari sebuah kebutuhan, identik dengan sarana untuk merebut perhatian khalayak. Disini, peristiwa budaya bernuansa ritus-keagamaan pun

tidak segan-segan lagi dikreasikan sedemikian rupa, agar mendapat tempat di hati masyarakat bukan saja sebagai hiburan, namun dibalik itu ada kebutuhan-kebutuhan lain, seperti media pembelajaran dan perenungan.

Setidaknya, setiap penyelenggara pertunjukan akan mencari kiat sekuat pikiran, menawarkan apa saja, segala kreasi seni yang dimilikinya supaya layak dinikmati publik. Bahkan, seni tradisi yang tadinya memiliki hakikat sebagai bagian dari sosio-aspirasi, penggerak kesadaran dan ajakan kontemplasi bagi masyarakat pendukungnya dan sebagai sarana dialogis dalam menata ketahanan budaya setempat, menjadi tandus oleh pemikiran yang ditekankan oleh budaya massa (kultur media).

Ada sinyalemen di kalangan masyarakat, bahwa membaca atau menyampaikan puji-pujian terhadap kebesaran Nabi merupakan ibadah, apalagi disampaikan dengan khusuk dan masyuk. Kenyataan ini seharusnya menjadi takaran bahwa sebenarnya proses kehidupan akan selalu bergantung pada realitas. Dan barzanji adalah realitas yang berdimensi religius.

Bila ditarik benang merah, sentuhan religiusitas masyarakat yang dalam lingkup ummat Islam, Tradisi Barzanji seharusnya sedemikian menyatu dalam semangat keislaman. Atau dengan kata lain, Barzanji telah menemukan jati diri di tengah kerimbunan budaya masyarakat sebagaimana kedudukannya untuk

(52)

Adalah sebuah realitas yang memprihatinkan bahwa banyak karya seni (sebut: seni sastra) yang tumbuh dan berkembang ditengah masyarakat, yang kemudian disebut seni lokal, pada akhirnya mundur dengan teratur dan bahkan mati sekarat. Padahal seni-seni lokal semacam itu memiliki pengaruh kuat terhadap perkembangan kebudayaan masyarakatnya. Atau sebut saja seperti macapat, syi’ir, atau dalam tradisi mainan anak-anak seperti folklore dan sebagainya, sebenarnya kandungan-kandungan dalam karya sastra tersebut, memiliki multi dimensi ajaran.

Namun karena alasan-alasan klasik yang mengatas-namakan perkembangan budaya, seni tradisi semacam itu pada akhirnya kehilangan tempat tinggal, dan bahkan makin dijauhi oleh masyarakatnya. Sebuah ironi, ketika budaya masyarakat telah kehilangan arah dan tujuannya, kitapun dalam ketidakberdayaan. Dan tentu kita berharap barzanji tidak akan mengalami nasib yang sama, seperti kehidupan “saudar kembarnya”, sastra lokal.

Adapun perlu penulis sampaikan bahwa tradisi Barzanji di Kabupaten Cianjur pada umumnya dilaksanakan dalam momen-momen tertentu, antara lain :

1) Ritual aqikahan bayi. 2) Khitanan anak laki-laki.

3) Memperingati maulid Nabi Muhammad SAW. 4) Memperingati peristiwa Isro Mi’raj.

(Photo-photo dokumen kegiatan Tradisi Barzanji terlampir)

Adapun mengenai perkembangan tradisi membaca Syair Barzanji di wilayah Kabupaten Cianjur berdasarkan pemantauan dari para tokoh alim ulama, pejabat pemerintah daerah dan pejabat kementrian agama Kabupaten

(53)

1) Kurangnya sosialisasi dan pembinaan dari para penutur Barzanji terhadap generasi muda.

2) Kurangnya minat dan perhatian dari para generasi muda untuk mempelajari lantunan syair-syair Barzanji.

3) Tidak adanya lembaga khusus untuk memperdalam seni budaya Islam dalam hal ini pelestarian tradisi membaca syair Barzanji.

4) Derasnya arus infiltrasi budaya luar Islam terhadap ummat Islam sehingga masyarakat muslim lebih mengenal dan menerapkan

budaya-budaya luar Islam daripada budaya Islam itu sendiri.

1.3.Upaya Pelestarian Tradisi Barzanji di Kabupaten Cianjur

Tradisi barzanji, seharusnya menjadi spirit beragama bagi kaum muslim. Idealnya, Barzanji bukan hanya sebagai rutinitas saja. Esensi Maulid Nabi adalah spirit sejarah dan penyegaran ketokohan Nabi Muhammad SAW sebagai satu-satunya idola teladan yang seluruh ajarannya harus dibumikan. Figur idola menjadi miniatur dari idealisme, kristalisasi dari berbagai falsafah hidup yang diyakini. Teladan sejarah dan penyegaran ketokohan itu dapat dilakukan kapan pun, termasuk di bulan Rabi’ul Awal dan bulan Rojab.

Pujian yang melambung bagi Rasulullah SAW, memang sudah selayaknya, mengingat akhlak beliau yang mulia, sosok kepribadian beliau yang luar biasa sebagai contoh teladan yang baik (uswatun hasanah). Memang, Rasulullah SAW pernah melarang umatnya menyanjung dan memuja beliau secara berlebihan, tetapi, larangan itu dalam konteks yang berbeda.

Adapun suatu upaya untuk melestarikan seni budaya Islam yang berupa

tradisi Barzanji di lingkungan masyarakat Kabupaten Cianjur, antara lain :

(54)

temurun. Sebagai realisasi untuk meningkatkan proses pembelajaran dan pelatihan Tradisi Barzaji tersebut, diantaranya sebagai berikut:

a. Sekurang-kurangnya dalam satu minggu sekali, digelar pembelajaran membaca syair-syair Barzanji dengan dipandu oleh para ahli penutur tradisi Barzanji dengan mengambil

tempat di madrasah, majlis ta’lim dan ataupun di mesjid-mesjid. b. Hendaknya para pembelajar tradisi Barzanji mengikuti

pembelajaran dan pelatihan secara kontinyuitas, sehingga materi syair Barzanji tersebut mudah dikuasai, baik dalam aspek makhorijul hurufnya maupun dalam seni pembacaan atau penuturannya.

c. Para ahli penutur Barzanji, hendaknya melatih para pembelajar dengan pengklasifikasian kemampuan mereka, sehingga memudahkan bagi para pembelajar dalam mengikuti pembelajarannya.

2) Menyelenggarakan festival Barzanji secara berkala dengan melibatkan dan mengundang lembaga-lembaga keagamaan dan persekolahan terutama pada momen-momen hari besar keagamaan. Sepert halnya, yaitu:

a. Pada acara peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW yaitu setiap bulan Rabiul Awal tahun hijriyah.

b. Pada acara peringatan Isro wal mi’raj yaitu pada setiap bulan Rojab, tahun hiriyah.

c. Pada acara menyambut syiar tahun baru Islam, yaitu setiap tanggal 1 Muharrom tahun hijriyah.

(55)

tingkat dasar sampai dengan perguruan tinggi. Terutama materinya yang berhubungan dengan kajian nilai pendidikan akhlak untuk mata pelajaran PAI, serta apresiasi sastra untuk mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia.

4) Mengadakan sosialisasi secara intensif terhadap masyarakat tentang

latar kesejarahan atau asal usul lahirnya karya sastra Arab yang berupa syair-syair Barzanji, sehingga masyarakat mengenal maksud

(56)
(57)

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Muhammad,1995. “Puji-pujian: Sebuah Tradisi Lisan dalam Sastra

Pesantren” dalam Warta ATL edisi perdana.

Al-Ghazali, Imam. 1968. Ihya U’lumuddin. Surabaya. Faizan

Basuki, Anhari.1988. “Salah Satu Sisi Dalam Sastra Pesantren” dalam Widya

Parwa Parwa No.32

Brunvad.1968. The Study of American Folklor. New York.WW.Norton & Co Inc.

Bascom, William R. 1965 a. Four Function of Folklore. The Study of Folklore

(Alan Dundes, ed.) Englewood Cliff: NJ. Prentice Hall.Inc.

Danandjaya, J. 2002. “Folklor Indonesia: Ilmu Gosip, Dongeng, dan lain-lain.”

Jakarta.Grafiti.

Danandjaya, J. 2004. “Folklor Indonesia: Ilmu Gosip, Dongeng, dan lain-lain.”

Jakarta.Grafiti.

Djajasudarma, T. Fatimah. 2013. Semantik 2. Bandung. Refika Aditama.

Dundes, Alan. 1965. The Studi Of Folklore (Alan Dundes, ed).Englewood Cliffs.NJ. Prentice Hall, Inc.

Endraswara,Suwardi.2006. Metodologi Penelitian Sastra, Epistemologi, Model, Teori, dan Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka Widyatama.

Finnegan.1992. Oral Poetry. Blomington and Indianapolis.First Midland Book Edition.

Hutomo, Suripan Sadi. 1991. Ceritera Kentung Sarah Wulan . Disertasi.

Kamidjan. 1996. Teori Membaca. Surabaya. JPBSI. IKIP Surabaya.

Kridalaksana. 1993. Kamus Linguistik. Jakarta. PT. Gramedia.

Maskurun. 1984. Bahasa dan Sastra Indonesia. Jakarta. Yudistira.

Moleong, Lexy J.2002. Metodologi PenelitianKualitatif. Bandung. PT.Rosdakarya.

Muzakka, Moh. 1999. “Tanwirul Qori” Sebagai Penyambut Text Tajwid

(58)

Nurhadi. 1989. Membaca Cepat dan Efektif . Bandung. Sinar Baru..

Nurhadi. 2005. Membaca Cepat dan Efektif . Bandung. Sinar Baru.

Nasution. 2002. Metodologi Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung. Narsito.

Parera. 1991.Sintaksis. Jakarta. Gramedia Utama.

Pudentia, MPSS.1999. Metodologi Kajian Tradisi Lisan ATL. Jakarta.Yayasan Obor dan Yayasan Asosiasi Tradisi Lisan.

Pudentia, MPSS. 2009. Seni Pertunjukan. (On Line). Tersedia http://idwikipedia.org/wiki/seni/tradisional.

Rusyana, Yus.1995. “ Bahan Penataran Metode Penelitian Sastra.” Jakarta.

Konsorsium Sastra dan Filsafat.

Sedyawati, Edi. 1996. “Kedudukan tradisi lisan dalam ilmu-ilmu sosial dan

Ilmu-ilmu Budaya”. Dalam Warta ATL Jurnal Pengeetahuan dan Komunikasi

Peneliti dan Pemerhati Tradisi Lisan. Edisi II Maret. Jakarta. ATL.

Soedarso.1999. Speed Reading: Sistem Membaca Cepat dan Efektif. Jakarta. Gramedia Pustaka Jaya.

Syafi’ie, Imam. 1999. Pengajaran Membaca di Kelas-kelas Awal Sekolah

Dasar. Pidato Pengukuhan Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pengajaran Bahasa Indonesia pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni. Universitas Negeri Malang.

Syafi’ie, Imam. 1994. Pengajaran Membaca Terpadu. Bahan Kursus Pendalaman Materi Guru Inti PKG Bahasa dan Sastra Indonesia. Malang: IKIP.

Tarigan. 1985. “ Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa .” Bandung.

Angkasa.

Tarigan. 1994. Membaca Efektif. Bandung. Angkasa.

Tarigan ( Soedarso.2000. Speed Reading. New Jersey); Lawrence. Associates. Inc.

(59)

Wulandari. 2013. Aneka Makna dalam Bahasa Indonesia. Yogyakarta. Citra Aji Parama

http://f3rz.wordpress.com/2011/05/26/tradisi-lisan/

http://tahir-alqadry.blogspot.com/2010/12/mengupas-tradisi-pembacaan-al-

barzanji_21.html.

http://qudsiyyah.com/2011/02/memotret-tradisi-pembacaan-al-barzanji/

http://materikuliahku1.blogspot.com/2013/01/materi-mata-kuliah-membaca-i.html

http://hapidzcs.wordpress.com/2012/11/20/akhlak-murid-terhadap-guru/

http://mahluktermulia.wordpress.com/2013/05/04/akhlak-rasulullah-dalam-

keluarga/

http://www.dakwatuna.com/2009/04/19/2313/adab-terhadap

tetangga/#axzz2XThaDJir

http://unikversiti.blogspot.com/2011/08/sifat-sifat-dan-budi-pekerti-nabi.html

http://www.ahmad-sanusi-husain.com/2012/02/biodata-dan-sejarah-ringkas- rasulullah.html#ixzz2Wxe8aDfL

http://salafytobat.wordpress.com/2010/07/25/kisah-lengkap-perjalanan-dakwah-rasulullah-ke-thaif-dan-islamnya-seorang-kristen/

http://mbegedut.blogspot.com/2013/04/pengertian-membaca-menurut-para-ahli.html

http://hikmah-kata.blogspot.com/2012/10/hijrah-dan-misi-rasulullah-saw-ke-thaif.html

http://www.imtiazahmad.com/makkah/in_makkah_hijrah_keMadinah.htm

http://adiaryluluhnyhatikarenapengorbanan.blogspot.com/2011/01/pengertian-sombong.html

http://iamproudtobemuslim.wordpress.com/2013/01/15/kelahiran-dan-masa-kecil-nabi-muhammad-saw/

http://www.imtiazahmad.com/makkah/in_makkah_hijrah_ke Madinah.htm

Gambar

Gambar 3.1.
gambar dari kegiatan yang dilakukan oleh para penutur tradisi barzanji  sebagai
Tabel 3.1 Pedoman wawancara tentang proses pelaksanaan tradisi Barzanji
Tabel 3.2

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Hohenwarter dan Fuchs (2004), GeoGebra sangat bermanfaat sebagai media pembelajaran matematika dengan beragam aktivitas, yaitu: 1) sebagai media demonstrasi

Kosolidasi dapat diartikan sebagai suatu perbuatan hukum yang dilakukan oleh dua perseroan atau lebih untuk meleburkan diri dengan cara membentuk satu perseroan

Begitu juga untuk jumlahan langsung sebanyak tak berhingga dari modul injektif-lemah belum tentu kembali menjadi modul injektif- lemah.Dalam Teorema 3 dinyatakan

Maka perancangan Institut Mode Muslim sangat sesuai menggunakan pendekatan geometri Islam yang dapat membangun pada nilai dasarnya adalah penerapan ekspresi seni Islam dalam

Tabel diatas menunjukkan bahwa hasil panen tanaman stevia pada perlakuan pupuk kimia dan pemberian bahan organik memberikan hasil yang berpengaruh nyata untuk bobot

Sistem pengukuran kinerja (SPK) yang akan digunakan dalam penelitian ini menggunakan konsep penggunaan SPK yang dikembangkan oleh Simons (1990, 1995) yaitu penggunaan SPK

1.4.1.1 Setelah kegiatan diskusi peserta didik dapat mengamalkan ketentuan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang mengatur tentang wilayah negara, warga

(2) Dalam hal Industri Pengguna tidak melakukan pencatatan dan pemisahan bahan baku sisa sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dikenakan sanksi administratif sesuai dengan Peraturan