• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENATAAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN : Studi Deskriptif-analitis Subsistem Personil Edukatif di Universitas Katolik Parahyangan Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENATAAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN : Studi Deskriptif-analitis Subsistem Personil Edukatif di Universitas Katolik Parahyangan Bandung."

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

PENATAAN SISTEM INFORMASI

MANAJEMEN

(Studi Deskriptif-analitis Subsistem Personil Edukatif

di Universitas Katolik Parahyangan Bandung)

T E S I S

Diajukan kepada Panitia Ujian Tesis

Institut Keguruan dan Ilmvi Pendidikan Bandung

sebagai Pemenuhan Salah Satu Persvaratan Kurikuler Program S.2

Bidang Studi Administrasi Pendidikan

OLEH

KOSMAS KOPONG

Nomor Pokok ! 89 3 2104

DEPARTEMEN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

FAKULTAS

PASCASARJANA IKIP BANDUNG

(2)

DISETUJUI DAN DISAHKAN TIM PEMBIMBING

Prof. Dr. Achmad Sanusi

Pembimbing I

Dr. S. Hamid Hasan, MA

Pembimbing II

FAKULTAS PASCASARJANA

INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN BANDUNG

(3)

DAFTAR ISI

Hal

BAB I. PE.NDAHULUAN . 1

A. Latar Belakang Masalah

B. Masalah . 7

1. Masalah Pokok 9

2. Pertanyaan Penelitian 9

C. Tujuan Penelitian ....,=.„ , .. 9

1. Tujuan Umum ... 12

2. Tujuan Khusus 12

D. Pentingnya Penelitian ... 13

BAB 11. STUDI KEPUSTAKAAN ,, 18

A. Fungsi—fungsi Manajemen yang Menjadi Sasa—

ran Penataan Sistem Informasi IS

1. Urgensi Administrasi Personil 18

2. Fungsi-fungsi Administrasi Personil .... 21

*-a. Perencanaan . 22

1.-b. Rekrutmen dan Seleksi 25

c. Orientasi dan Penugasan 32

d. Penilaian dan Pembinaan ... 35 ^

e. Kompensasi 41

*-f. Pengolahan Data Induk 46

ix

(4)

B. Penataan Sistem Informasi dalam Organisasi

1. Konsep Informasi ,.

2, Penataan Sistem Informasi

a. Konsep Penataan Sistem Informasi ....

61

b. Pendekatan/Metodologi dalam Penataan

62

c. Langkah-langkah Penataan Sistem In

formasi

....

g5

1). Pembuatan Disain Global ...

67

2). Pembuatan Disain Terinci

77

3) . Implementasi

4). Pemeliharaan ...

5). Evaluasi

C. Rangkuman HasilStudi Kepustakaan dan

Kait-annya dengan Masalah Penelitian ,..

BAB III. PROSEDUR PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel

B. Metode Penelitian dan

Teknik

Pengumpulan

Data

C. Pedoman Pengolahan dan Analisis Data ..

D. Definisi Operasional, Penentuan Kriteria

dan Asumsi yang Digunakan

^3

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

12q

1. Pembuatan Disain/Rancangan Global

133

(5)

3. Implementasi -J78

4. Pemeliharaan/Perawatan -|81

5. Evaluasi 186

BAB V. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ....

•) 94

A. Kesimpulan 194

1. Kesimpulan Umum -| 04

2. Kesimpulan Khusus . 196

B. Rekomendasi 201

1. Rekomendasi Umum ... 201

2. Rekomendasi Khusus 202

DAFTAR BACAAN .. , LAMPIRAN-LAMPIRAN

xx

(6)

TABEL 1 TABEL 2 TABEL 3 TABEL 4 TABEL 5 TABEL 6 TABEL 7 TABEL S TABEL 9 TABEL lO TABEL 11 DAFTAR TABEL

Nama file Personil dan Deskripsinya ...

Personil Pendukung Sistem Informasi

Personil ,

Komputer yang Digunakan Sebagai Pendukung

Sistem Informasi Personil ... Pencetak yang Digunakan Sebagai Pendukung

Sistem Informasi Personil

Informasi Personil.

Penyebaran Komputer dan Pencetak/Unit Kerja

Daftar Program Pembuka, Menu Awal dan Akhir

Pengelolaan Basis Data

Program Perbaikan Langsung Sistem Informasi

Person il ...

Program Pemeliharaan dan Perbaikan File

Induk

Program Pencetakan Data Pegawai ...

Program Pembuatan Laporan—laporan sesewaktu

Program Peragaan dan Pengolahan Data ...

(7)
(8)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.

Kedudukan informasi dalam suatu organisasi digambarkan

dengan sangat tepat oleh Moerdick dkk (1982)

sebagai aliran

darah dalam tubuh manusia.

Analog!

inj

memperlihatkan

be-tapa pentingnya informasi bagi kehidupan organisasi. Sebagai

"darah" organisasi, informasi adalah salah satu unsur

pen-ting yang memberi kemungkinan

hidup, berkembang,

dan

mem-perlancar kegiatan organisasi baik pada tingkat

pembuatan

kebijakan maupun pada tingkat operasional. la diakui sebagai

salah satu sumber daya utama organisasi yang menghendaki

tin-dakan manajeman

yang

memadai

terhadapnya

(Parker,

1989).

Alirannya dari satu unit ke unit yang lain dalam organisasi

memungkinkan unit-unit itu dapat

berfungsi

dengan

lancar

dalam suatu harmoni. la berpotensi mengikat unit-unit organi

sasi untuk bertindak secara tertentu atas dasar pijakan in

formasi yang sama. Dengan demikian keberadaan

informasi

de

ngan jumlah dan mutu yang memadai adalah suatu kebutuhan

demi kelangsungan hidup organisasi.

-Dalam kenyataan informasi dengan jumlah dan mutu yang

memadai untuk keperluan organisasi

tidak dengan sendirinya

tercipta. la lahir dari kondisi dengan kualitas tertentu.

Kondisi yang menjadi

prasyarat

lahirnya informasi

ini

(9)

meliputi berbagai unsur organisasi, seperti unsur manusia

(perangkat akal), perangkat keras, dan perangkat

lunak.

(Nu-groho, dkk, 1990). Idealnya adalah bahwa semua unsur sistem

ini berada dalam satu tata hubungan yang harmonis dan

fung-sional. Persoalan yang muncul kemudian dari kondisi ini ada

lah bagaimana menata unsur-unsur informasi dalam satu

kesatu-an ykesatu-ang fungsional untuk mengembkesatu-an misi memproduksi informasi

dalam jumlah dan kualitas yang dibutuhkan dan

mengalirkannya

ke seluruh bagian organisasi.

Kontribusi informasi pada efektivitas organisasi

ter-letak

pada

kenyataan

bahwa

ia

membebaskan

pelaku-pelaku

organisasi

dari

situasi

ketidakpastian

dalam

pengambilan

keputusan dan tindakan. Semakin ia membebaskan pelaku or—

ganisasi dari situasi ketidakpastian, semakin bermakna infor

masi itu. Dengan demikian informasi menjadi aset yang sangat

berharga dalam rangka produktivitas organisasi setelah

ten-tu saja berinteraksi dengan unsur-unsur lain dalam organisasi

sebagai satu kesatuan. Penataan sistem informasi dengan de

mikian adalah suatu tuntutan

mutlak

dalam rangka

terpro-duksinya informasi yang dibutuhkan, baik untuk kelancaran

fungsi organisasi pada umumnya maupun dalam rangka kelancaran

pelayanan informasi buat pemakai sesuai

dengan

kebutuhannya

pada saat tertentu. Penataan perlu dilakukan secara cermat

dalam arti semua unsur yang terlibat ditata dalam satu saling

(10)

kebu-3

tuhan akan suatu sistem informasi manajemen perlu

diidentifi-fikasi, dirumuskan secara jelas dan diantisipasi

perkembang-annya, sehingga sistem informasi yang dibangun akan menjadi

lebih akomodatif. Dengan sistem informasi yang demxkiah

diha-rapkan berbagai keperluan organisasi akan informasi dapat

di-peroleh.

Penataan sistem informasi

pada Universitas Katolik

Parahyangan Bandung tak dapat pula dilepaskan dari proposisi

di atas. Demikian pula penataan sistem informasi pada subsis

ted, personil edukatif. Penataan sistem informasi sebagai sua

tu proses, proses itu adalah proses yang bersubstansx, dan

substansi itu adalah personil edukatif. Dengan kata lain per

sonil edukatif menjadi sasaran upaya penataan sistem informa

si. Langkah-langkah penataan mulai dari identifikasi masalah

sampai dengan evaluasi sistem informasi seluruhnya akan

ter-kait dengan personil edukatif. Hal ini berarti fungsi-fungsi

yang berhubungan dengan administrasi personil ditata sistem

informasinya sedemikian rupa sehingga administrasi personil

dapat berjalan dengan sebaik-baiknya. Dengan kata lain

sis

tem informasi diarahkan untuk mendukung dan memperlancar

fungsi personil.

Kajian terhadap sistem informasi personil difokuskan

pada upaya untuk mengenal pola penataannya, baik yang berhu

bungan dengan pembuatan disain global atau disain konseptual

(11)

implemen-tasi, pemeliharaan dan evaluasi.

Dari studi pendahuluan terlihat bahwa

penataan

sistem

informasi pada Universitas Katolik Parahyangan Bandung timbul

dari suatu kebutuhan yang mendesak

dengan

langsung

kepada

upaya aktual pengadaan unsur-unsur sistem seperti perangkat

keras, perangkat lunak dan perangkat akalnya. Disain

konsep-tual atau disain global yang memberi arahan lebih Ianjut pada

tingkat operasional tidak dilakukan secara cermat. Keadaan

ini membawa konsekwensi pada aktualisasi sistem, ialah berupa

reaksi-reaksi terhadap kebutuhan yang aktual dan mendesak.

Dengan kata lain penataan sistem informasi lebih bersifat

reaktif terhadap masalah-masalah yang timbul dari dinamika

universitas, dari pada suatu upaya yang direncanakan secara

konsepsional-cermat dalam suatu disain global

sebagai

pola

dA53.r penataan sistem. "Output dari tahap disain konseptual

adalah seperangkat dokumen yang menguraikan MIS

Betzars.

cukup

terinci untuk para teknisi guna memulai kerja mereka dalam

disain yang terinci". (Moerdick dkk, 1982 : 260).

Pola kerja penataan sistem tanpa suatu konsepsi yang

jelas sebagai titik pijak, dalam jangka panJang tidak

mengun-tungkan oleh karena ia cendrung tidak komprehensif

mengakomo-dasi kebutuhan manajemen personil secara menyeluruh. Ia cen

drung mengacu kepada masalah-masalah yang timbul dan oleh

karena itu bersifat kuratif. Akibatnya dapat terjadi bahwa

(12)

untuk keperluan manajemen tidak tersedia, oleh karena

masa-lahnya tidak aktual. Sistem informasi yang demikian

tidak

akomodatif dan kurang antisipatif.

Ini

adalah

suatu

sifat

yang bertolak belakang dengan ciri sistem itu sendiri sebagai

satu kesatuan yang fungsional. Ia mencakup

berbagai

unsur

administrasi personil tidak saja yang rutin aktual tetapi

juga berjangkauan ke depan menciptakan alat-alat sistem yang

baru dalam rangka mencapai tujuan manajemen personil.

Bagai-manapun sistem informasi tidak bekerja untuk dirinya sendiri,

tetapi mengabdi kepada suatu substansi lain di luar dirinya,

yang dalam huhungan dengan

penelitian

ini adalah personil

edukatif. Ukuran keberhasilan sistem informasi dengan demiki

an terletak pada seberapa besar sistem informasi memperlancar

berfungsinya personil edukatif.

Uraian di

atas memperlihatkan

bahwa upaya penataan

sistem informasi personil baik pada tingkat disain global

maupun pada tingkat disain terinci merupakan jaminan

ketepatan berfungsinya sistem tidak saja dalam jangka pendek,

tetapi juga dalam jangka

panjang.

Artinya

produk

penataan

itu akan menjadi titik tolak berfungsinya sistem, dan melalui

evaluasi upaya penataan akan terus berlanjut ke arah yang

semakin sempurna.

Pada tingkat

makro

upaya

penataan

sistem

informasi

perguruan tinggi semakin mendapat perhatian pula. Hal ini

(13)

manaje-jemen dan sistem informasi perguruan

tinggi yang dilakukan

oleh Tim Studi Pengembangan Sistem Informasi Manajemen pro

gram SINAS-DIKTI, dan adanya biro khusus yang menangani

pe-rencanaan dan sistem informasi menurut PP 30/1990. Hal-hal

ini sesungguhnya merupakan suatu pengakuan formal terhadapnya

pentingnya informasi sebagai sumber daya

pokok organisasi

(Parker, 1939) yang memungkinkan kelancaran fungsi organisasi

universitas secara keseluruhan.

Pentingnya peranan informasi dalam rangka kelancaran

fungsi organisasi inilah yang mendorong penulis ikut

berpar-tisipasi pada tingkat mikro, ialah pada Universitas Katolik

Parahyangan Basndung dengan mengkaji penataan sistemnya.

Pi-lihan pada Universitas Katolik Parahyangan Bandung

dilakukan

dengan pertimbangan kemudahar. memperoleh ijin (pertimbangan

subyektif)

disamping pertimbangan obyektif.

Pertimbangan

subyektif tersebut adalah bahwa Universitas Katolik Parahya

ngan Bandung sebagai salah satu anggota APTIK (Asosiasi Per

guruan Tinggi Katolik ) dimana universitas tempat penulis

be-kerja ada di dalamnya, sering digunakan sebagai sumber untuk

tugas-tugas perkuliahan sebelumnya.

Sedangkan pertimbangan

obyektifnya adalah bahwa penataan sistem informasi

personil

pada Universitas Katolik Parahyangan Bandung dilakukan sejak

tahun 19S1 sehingga layak untuk dijadikan sebagai sasaran

(14)

Tujuannya adalah mengenal pola penataan sistem,

menganalisis-nya dan memberikan rekomendasi-rekomendasi tertentu dalam

rangka peningkatan sistem informasi khususnya sistem informa

si personil edukatif.

Pilihan

terhadap

personil

khususnya

personil edukatif dengan pertimbangan bahwa personil edukatif

adalah pelaksana terdepan dalam mengemban misi universitas.

Peranannya sebagai pengelola proses belajar mengajar,

peneli-ti dan tugas pengabdian masyarakat merupakan

unsur sangat

penting dalam meningkatkan kualitas universitas khususnya dan

masyarakat umumnya. Peranan yang penting ini

perlu didukung

dengan suatu sistem informasi manajemen untuk menjamin

kelancarannya, walaupun disadari bahwa sistem yang tertata

baik baik tidak dengan sendirinya mengatasi permasalahan

or-ganisasi/universitas. Unsur manusianya sangat menentukan

ke-berhasilan sistem.

B. Masalah..

Dari uraian tentang latar belakang masalah telah

dikemukakan sasaran penelitian ini, ialah upaya penataan

sistem informasi personil edukatif. Proses penataan sistem

informasi dengan personil edukatif sebagai substansinya

meng-andung arti bahwa informasi yang ingin diperoleh

dari

lang-kah-langkah penataan itu adalah informasi

yang

berhubungan

dengan personil. Dengan demikian walaupun penataan sistem in

formasi itu sesungguhnya adalah sesuatu yang kompleks, dalam

(15)

8

Penataan sistem informasi personil pada dasarnya

meng-andung dua aspek. Pertama, aspek proses yang mengacu kepada

rangkaian kegiatan yang dilakukan, dan kedua, aspek isi atau

substansi, ialah apa yang menjadi materi penataan. Dalam

kenyataan kedua aspek ini menyatu.

Adalah mustahil suatu

proses tanpa isi, dan sebaliknya, suatu substansi tanpa

dikenai suatu proses atau kegiatan, substansi itu tidak akan

berkembang

ke suatu status yang lebih bermakna. Maka

penataan sistem informasi personil

mengandung misi membuat

personil edukatif lebih bermakna dalam konteks organisasi.

Kebermaknaan ini akan sangat bergantung pada upaya penataan

sistem informasinya. Semakin jelas dan komprehensif penataan

sistem informasi personil, semakin menjadikan personil dapat

berfungsi lebih baik dan oleh karena itu lebih bermakna untuk

organisasi, walaupun tentu saja, penataan itu bukanlah faktor

tunggal terhadap kelancaran fungsi personil.

Rangkaian upaya penataan sistem informasi personil

ini mengacu kepada lima langkah pokok, ialah 1) pembuatan

disain global sistem atau disain konseptual, 2) disain

terin-cinya sebagai operasionalisasi dari disain global, 3)

imple-mentasi, 4) pemeliharaan, dan 5) evaluasi. Kelima langkah po

kok ini masing-masing mengandung sejumlah langkah aktual yang

saling terkait secara deduktif. Artinya apa yang dihasilkan

pada disain global merupakan pola dasar yang akan

(16)

sslanjutnya dU.p1«Hnt..1. dlpe,ihara/ditingkatkan

unsur_un_

surnya dan dievaluasi.

Dengan menggunakan perpektif fisik dalam

mengkaji

sistem informasi personil ini, maka disain ...^ ^^

kepada tiga unsur pokok, ialah perangkat akal, perangkat

keras

dan perangkat lunak. Masing-masingnya diarahkan untuk

siap berfungsi mendukung terproduksinva informasi yang

berhubungan dengan personil edukatif.

Dari analisis di atas maka masalah penelitian

dirumus-kan sebagai berikut :

1. Masalah Pokok :

Pola penataan sistem informasi personil edukatif

pada Universitas Katolik Parahyangan Bandung.

2. Pertanyaan Penelitian :

Masalah pokok dapat dijabarkan ke dalam sejumlah

Pertanyaan penelitian. Pertanyaan penelitian ini mengacu ke

pada kegiatan aktual yang dilakukan dalam rangka

penataan

sistem informasi personil. Pertanyaan penelitian yang me

(17)

10

a. Kegiatan-kegiatan apa yang dilakukan dalam upaya pem

buatan disain konseptual sistem informasi personil eduka

tif pada Universitas Katolik Parahyangan Bandung.

b. Kegiatan-kegiatan apa yang dilakukan dalam pembuatan di

sain terinci sebagai penjabaran disain konseptual sistem

informasi personil edukatif pada Universitas Katolik Pa

rahyangan Bandung.

c. Langkah-langkah apa yang dilakukan dalam implementasi

sistem informasi personil.

d. Langkah-langkah apa yang dilakukan dalam rangka

pemeli-haraan sistem informasi personil.

e. Langkah-langkah apa yang dilakukan dalam melaksanakan

evaluasi manajemen sistem informasi personil.

Seperti telah diungkap pada uraian tentang masalah

pokok, bahwa yang menjadi substansi penataan sistem informasi

adalah personil edukatif, maka langkah-langkah aktual

penataan sistem informasi mengacu kepada fungsi—fungsi yang

ada dalam manajemen personil. Dengan demikian masalah yang

menimbulkan kebutuhan penataan sistem informasi personil,

jenis informasi, formulir masukan dan keluaran, arus

informasi dan Iain-lain hal yang berhubungan dengan penataan

sistem, seluruhnya berhubungan dengan fungsi-fungsi personil.

Langkah-langkah aktual yang mengacu kepada pembuatan

disain konseptual atau rancangan global sistem informasi

(18)

11

penentuan sasaran sistem, identifikasi kendala-kendala yang

aktual dan potensial, identifikasi kebutuhan dan jenis

informasi, dan dokumentasi disain konseptual. (Moerdick dkk,

19S2). Dokumentasi disain menjadi penting tidak saja karena

berfungsi normatif untuk penataan sistem lebih Ianjut, oleh

karena ia meletakan pola dasar penataan sistem, tetapi juga

berfungsi sebagai penerangan untuk pihak-pihak yang

membutuh-kan informasi penataan sistem (fungsi edukatif)

Penataan disain terinci, yang pada dasarnya merupakan

pengembangan sistem lebih lanjut ke dalam bentuk-bentuk yang

operasional, terdiri dari sejumlah kegiatan. Kegiatan-kegiat

an tersebut adalah perumusan tujuan disain terinci, identifi

kasi informasi yang relevan, dan pengembangan perangkat sis

tem.

Dalam implementasi kegiatan-kegiatan yang dilakukan

adalah pembuatan rencana implementasi, pengadaan personil,

instalasi perangkat keras dan lunak, pengetesan sistem dan

alhirnya konversi sistem.

Pemeliharaan yang menjamin kelancaran fungsi sistem,

upaya memperbaiki unsur-unsur sistem yang tidak atau kurang

baik berfungsi maupun meningkatkan fungsi unsur sistem baik

perangkat keras maupun perangkat lunak serta personil.

Evaluasi sebagai alat pengungkap kelemahan dan

kelebih-an sistem meliputi upaya penetapkelebih-an stkelebih-andar acuan penilaian,

(19)

kriteria ideal dengan keadaan aktual sebagaimana

digambar-kan oleh data untuk menetapdigambar-kan status sistem.

Jxka masalah dan pertanyaan penelitian tersebut

digam-faarkan dalam bentuk bagan maka akan tampak seperti pada

halaman berikut :

Pola Penataan

SIM

Pembuatan

Disain Global

Pembuatan

Disain Terinci

Implementasi

Peme1i ha raan

Evaluasi

Efektivitas

C. Tujuan Penelitian

(20)

13

diperlihatkan tujuan penelitian ini.

Untuk

jelasnya

tujuan

penelitian dirumuskan sebagai berikut :

1. Tu j uan Umum :

Tujuan umum penelitian adalah mendeskripsi dan

mengana-lisis pola dasar penataan sistem informasi personil edukatif

pada Universitas Katolik Parahyangan Bandung. Data dasar yang

dxkumpulkan dalam kaitan dengan tujuan ini adalah data

yang

berhubungan dengan setiap langkah penataan sistem, ialah

pembuatan disain global, pembuatan disain terinci, implemen

tasi, pemeliharaan atau perawatan dan evaluasi.

2. Tujuan Khusus :

Tujuan khusus sebagai penjabaran tujuan umum di atas

adalah :

a. Mendeskripsi dan menganalisis langkah-langkah yang dilaku

kan dalam pembuatan disain global sistem informasi person

il edukatif pada Universitas Katolik Parahyangan Bandung. b. Mendeskripsi dan menganalisis langkah-langkah yang dilaku

kan dalam pembuatan disain terinci sistem informasi per

sonil edukatif sebagai penjabaran dari disain global pada

Universitas Katolik Parahyangan Bandung.

c. Mendeskripsi dan menganalisis langkah-langkah yang

dila-lakukan dalam rangka implementasi

sistem

informasi

per—

(21)

14

d. Mendeskripsi dan menganalisis langkah-langkah yang dila

kukan dalam upaya pemeliharaan sistem informasi

per

sonil .

e. Mendeskripsi dan menganalisis langkah-langkah yang dila

kukan dalam kegiatan evaluasi sistem informasi personil.

D. Pentingnya Penelitian.

Pentingnya penelitian dapat dilihat dari sudut pandang

tertentu.

Sudut

pandang

dalam

menilai

pentingnya

penelitian tersebut hendaknya mempunyai

relevansi

dengan

penelitian itu sendiri. Tanpa relevansi ini, suatu sudut

pandang dengan obyek pandangnya tidak menghasilkan makna

apa-apa.

Dengan dasar pemikiran di atas, maka kajian terhadap

pentingnya penelitian ini dilihat dari segi teoritis dan

segi

praktis

operasional.

Hal

ini

mengingatkan

bahwa

penelitian sebagai alat ilmu bergerak antara teori dan

praktek. Ia berusaha menghasilkan atau mengkaji

keberlaku-an teori dalam suatu kehidupkeberlaku-an praktis.

Berikut dikemukakan sudut pandang pentingnya peneli

tian tersebut.

1. Teoritis.

Pengembangan sistem informasi yang dilaksanakan

pada

(22)

15

Artinya pengembangan sistem informasi itu telah

disistema-tisasi menjadi suatu pengetahuan ilmiah untuk

selanjutnya

diaplikasikan untuk kepentingan praktis tertentu. Hal ini

berarti bahwa kajian pentingnya penelitian secara teoritis

bermula dari identifikasi teori pengembangan sistem infor

masi sebagai titik tolak dan selanjutnya digunakan sebagai

"tongkat pemukul" terhadap praktek pengembangan sistem in

formasi pada Universitas Katolik Parahyangan Bandung. Sis

tem informasi yang ditata atas dasar teori tertentu, di

mana teori tersebut dibangun atas studi yang sistematis,

tidak selalu cocok diaplikasi pada ruang dan waktu

tertentu. Dengan kata lain keberlakuuan teori adalah

relatif. Dimungkinkan adanya modifikasi tertentu dan hal

ini dapat mengarah ke pembentukan atau perbaikan teori

sebelumnya. Maka adalah penting upaya untuk mengetahui

sejauh mana keberlakuan teori tersebut dalam praktek.

Asumsinya adalah bahwa status aplikasi teori itu bergerak

antara dua ujung ekstrim. Ujung ekstrim yang pertama

adalah penerapan teori dalam arti semurni-murninya. Apa

yang menurut teori demikian, begitu juga dibuat dalam

praktek. Ujung ekstrim yang kedua adalah pengembangan sis

tem informasi itu tidak mengikuti sama sekali teori. Wa

laupun hal ini sulit ditemukan dalam praktek, tetapi seba

(23)

16

2. Praktis Operasional.

Jika tinjauan yang pertama berawal dari identifikasi teori

sebagai pijakan, maka pada tinjauan operasional ini

kaji-an berawal dari praktek itu sendiri. Di sini terlihat bah

wa kedua sudut pandang ini adalah suatu kontinum. Ketika

tinjauan pertama berhenti tinjauan kedua mulai. Ia

berusa-ha mencermati praktek itu, melihat kelemahan-kelemahan

yang mungkin ada atau kelebihan yang ada untuk selanjut

nya memberi umpan balik. Umpan balik dimaksudkan

seba-bagai upaya penyempurnaan atau penguatan terhadap

praktek

yang ada. Umpan balik ini hanya mungkin diberikan apabxla

ada penguasaan teori yang baik tentang pengembangan sis

tem informasi.

Di samping pertimbangan praktis operasional dalam

rangka umpan balik di

atas

pentingnya

penelitian

ini

pun

dapat dilihat dari segi alasan-alasan sebagai berikut :

1. Pengembangan sistem informasi adalah suatu bidang kajian

yang relatif baru dengan perkembangan perangkat keras dan

perangkat lunak yang begitu cepat manarik untuk dikaji.

Ketertarikan ini didukung oleh kenyataan bahwa informasi

saat ini merupakan sumber daya yang pemilikannya akan

memberikan peluang-peluang yang lebih menguntungkan baik

untuk organisasi maupun xndividu. Pemilikan informasi ini

akan lebih dimungkinkan oleh

pengenalan,

penguasaan

dan

(24)

17

merupakan suatu tantangan yang

perlu dihadapi dengan

kesungguhan.

2. Pengembangan sistem informasi terutama yang berhubungan

dengan

subsistem

akademik,

subsistem

keuangan

dan

subsistem personil pada Universitas Katolik Parahyangan

Bandung

telah dikembangkan sejak

tahun 1981 sehingga

menungkinkan untuk diteliti.

3. Pertimbangan praktis yang lain adalah bahwa sasaran

penelitian mudah dijangkau dari segi waktu, biaya dan

te-naga.

Pertimbangan-pertimbangan tersebut di atas walau

pun tidak ilmiah tetapi justru memberikan kemungkinan

untuk diterapkannya prinsip-prinsip ilmiah dalam

pene

litian. Maka

pertimbangan

ilmiah dan

praktis

perlu

(25)
(26)

BAB III

PROSEDUR PENELITIAN

Bab ini mengacu kepada keseluruhan upaya dalam

rangka

memperoleh data, darimana data itu diperoleh,

dan

bagaimana

data itu diolah. Hal ini penting

dikemukakan oleh karena

ia

memperlihatkan

aspek metodologis

yang

merupakan

jaminan

keandalan data. Kelemahan dalam aspek metodologi akan menjadi

petunjuk bahwa data yang diperoleh kurang

diandalkan

kecer-matannya.

Berikut dikemukakan hal-hal

yang

berhubungan dengan

aspek metodologis tersebut.

A. Populasi dan Sampel.

Populasi mengacu

kepada

totalitas

obyek

penelitian.

Sebagaimana diketahui, bahwa yang

menjadi

obyek

penelitian

ini adalah keseluruhan proses penataan atau pengembangan sis

tem informasi, maka totalitas atau populasi itu adalah

keseluruhan karakteristik yang melekat

pada proses

pengem

bangan sistem informasi tersebut. Sebagai suatu totalitas

proses, pengembangan sistem informasi memperlihatkan

komponen pelaku-pelaku pengembangan yang memberikan kontribu

si terhadap proses pengembangan tersebut. Pelaku pengembang

an sistem ini lazimnya disebut sebagai anggota populasi,

yai-tu orang-orang yang karena kedudukan dan perannya melaksana

kan tugas pengembangan sistem informasi dalam satu kesatuan

(27)

106 yang saling terkait. Oleh karena obyek khusus penelitian

ini adalah pengembangan sistem informasi pada Universitas

Katolik Parahyangan Bandung, anggota populasi ini adalah per—

sonil yang ada pada Unit Pelaksana Teknis Perkomputeran

(analis sistem, pemrogram dan operator), pimpinan universi

tas, pimpinan biro dan pimpinan fakultas, masing-masing de

ngan staf. Pola perilaku personil dalam rangka penataan atau pengembangan sistem informasi personil dengan memanfaatkan

berbagai fasilitas yang tersedia melahirkan suatu totalitas

karakteristik yang disebut populasi.

Sampel mengacu kepada perwakilan populasi. Seperti

telah dikemukakan, kegiatan penataan sistem informasi person

il sebagai suatu unit merupakan suatu keutuhan proses yang

terdiri dari komponen-komponen baik manusia maupun bukan ma

nusia. Keutuhan proses ini merupakan populasi yang dapat diteliti dengan memilih perwakilannya. Hal ini berarti bahwa

pemilihan sampel atau perwakilan populasi penelitian adalah upaya menentukan perwakilan komponen-komponen unit berdasar kan kriteria tertentu- Kriteria ini dibangun dengan memperha-tikan tujuan penelitian yang telah ditetapkan sebelumnya. Oleh karena itu sampel ditentukan secara purposif (sampel

purposif), yaitu penataan sistem informasi pada Universitas

Katolik Parahyaangan Bandung, Orang-orang yang terlibat dalam

penataan sistem informasi, dokumen—dokumen yang ada dan ber

(28)

ditentu-107

kan dengan mempertimbangkan keterkaitannya dengan tujuan pe

nelitian. Oleh karena itu sehubungan dengan tujuan penelitian

yang telah ditetapkan, dxpilih anggota populasi yang paling

banyak memberikan kontribusi. Dengan jalan ini tujuan peneli

tian akan lebih mudah tercapai oleh karena dari sumber-sumber

tersebut dapat diperoleh data dengan lebih mudah dan

kompre-komprehensif. Sumber—sumber tersebut, manusia mimisalnya,

oleh karena kedudukan dan peranannya yang terlibat langsung

dalam keseluruhan upaya penataan sistem informasi personil,

banyak mengetahui seluk-beluk penataan sistem tersebut.

Dari uraian tersebut di atas terlihat bahwa pendekatan

yang cocok dalam rangka penelitian ini adalah pendekatan stu

di kasus. Dengan studi kasus dimmungkinkan adanya studi yang

mendalam tentang latar belakang dan kondisi aktual sistem,

serta berbagai faktor yang terlibat. (Stephen Isaac dan

William B. Michael, 19S1 : 48).

B. Metode Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data.

1. Metode Penelitian.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode deskriptif. Namun seperti yang telah dikemukakan

pada tujuan penelitian, kegiatan penelitian tidak hanya

sampai pada mendeskripsi secara sistematis, faktual dan

akurat fakta, karakteristik populasi atau apa yang menjadi

kepedulian peneliti,(Stephen Isaac dan William B. Michael,

(29)

108

sistem, latar belakangnya, interaksi personil/unit yang

terlibat dalam keseluruhan upaya penataan sistem informasi

personil (Stephen Isaac dan William B.Michael, 1981 : 48).

Deskripsi dan analisis ini mengandung nilai evaluatif ter

hadap proses penataan sistem. Artinya walaupun studi ini

bukan merupakan studi evaluatif murni dengan instrumen

yang valid dan reliabel, tetapi dalam analisis sistem

se-perangkat kriteria ditetapkan sebagai acuan. Analisis de

ngan berpegang pada kriteria yang dibuat berdasarkan lang

kah-langkah penataan sistem informasi personil ini pada

dasarnya merupakan evaluasi juga. Dari uraian di atas ter—

lihat bahwa ada dua sifat yang melekat pada studi

deskrip-ptif ini. Kedua sifat tersebut adalah analisis dan evalua

tif. Sifat analisis memungkinkan pengenalan yang lebih

mendalam tentang upaya penataan sistem informasi personil,

sedangkan sifat evaluatif memungkinkan adanya keputusan

tentang efektif tidaknya penataan sistem informasi perso

nil. Di sini terlihat bahwa analisis dan evaluasi merupa

kan dua kegiatan yang saling melengkapi. Analisis

memper-jelas keberadaan obyek. Obyek dikenai tidak saja

sebagai-mana ia tampak, tetapi lebih jauh dari itu, yaitu sebab—

sebab keberadaannya serta keterkaitan antara faktor—faktor

internal maupun eksternal. Kejelasan eksistensi obyek ha

sil analisis ini memungkinkan keputusan yang dibuat dalam

(30)

kepu-109 tusan dibuat atas dasar suatu pemahaman yang lebih

kompre-hensif.

2. Teknik Pengumpulan Data,

Pengumpulan data adalah suatu langkah yang kritis

dalam keseluruhan upaya penelitian. Instrumen penelitian

yang telah disiapkan sebelumnya dalam disain penelitian berupa pedoman wawancara, daftar dokumen yang perlu

diperoleh dan materi observasi digunakan langsung oleh

peneliti setelah disain dan instrumen penelitian disetujui

oleh pembimbing.

Berikut dikemukakan prosedur yang ditempuh dalam rangka pengumpulan data,

a, Prosedur Administratif.

Prosedur teknis administratif mengacu kepada hal-hal

yang berkaitan dengan persiapan penelitian. Prosedur ini

bersifat teknis administratif, yang walaupun tidak berka

itan secara langsung dengan masalah metode dan teknik

pengumpulan data, tetapi menjadi prasyarat untuk bisa

ber-langsungnya kegiatan penelitian. Langkah-langkah yang ber

hubungan dengan prosedur ini adalah :

1). Melakukan pendekatan informal dengan pimpinan Univer sitas Parahyangan Bandung tentang kemungkinan peneli

(31)

110

2). Membuat permohonan

ijin

penelitian

kepada pimpinan

IKIP Bandung melalui Fakultas Pascasarjana. Permohonan

ini dijawab dengan surat No. 5846/PT25.H1/N/1990 tang

gal 25 Oktober 1990. Surat tersebut ditujukan kepada

kepala Diretorat Sosial Politik Pemda Tingkat I Jawa

Barat untuk maksud yang sama.

3). Permohonan IKIP Bandung dijawab dengan surat Kepala

Direktorat Sosial Politik Pemda Jawa Barat No. 070.1/

4034 tanggal 14 Nopember 1990 tentang pemberitahuan

survey/riset yang ditujukan kepada pimpinan universi

tas Katolik Parahyangan Bandung.

4). Atas dasar surat tersebut penulis kemudian diminta

membuat rencana kegiatan tentang keseluruhan kegiatan

penelitian.

b. Teknis Operasional.

Prosedur khusus mengacu kepada setiap teknik yang

digunakan dalam pengumpulan data. Tiap teknik, karena

kekhususannya, membutuhkan prosedur tertentu, walaupun

pada tahap awal kegiatan di lapangan penelitian, hal-hal

yang sama dapat dilaksanakan untuk setiap teknik pengum

pulan data. Upaya penciptaan hubungan baik antara peneliti

dan personil misalnya.

(32)

111

Wawancara merupakan salah satu teknik utama

dalam penelitian ini. Ia sangat diandalkan oleh karena

dalam waktu yang relatif singkat berbagai data yang

diperlukan dapat diperoleh. Data yang dikumpul melalui

wawancara ini adalah data yang berhubungan dengan

pengetahuan, pengalaman, pendapat para responden ten

tang langkah-langkah penataan sistem informasi

person!l.Disamping kebaikan ini ada pula

kelemahan-ke-lemahan tertentu yang melekat pada teknik ini. Oleh

karena itu perlu ada upaya tertentu untuk memperkecil

kelemahan tersebut.

Berikut dikemukakan prosedur yang dilakukan

dalam mekalsanakan wawancara.

a), Menyiapkan pedoman wawancara yang dibuat berdasar

kan tujuan penelitian. Pedoman ini bersifat

flek-sibel. Artinya pedoman yang ada dapat berkembang,

membuka kemungkinan munculnya

pertanyaan-perta-nyaan baru. Dinamika wawancara akan dapat merubah

urutan item-item, tetapi tetap diusahakan agar se

mua materi wawancara dapat disampaikan.

b), Menghubungi responden yang telah ditentukan

sebelumnya dan memintakan kesediannya untuk

wawancara. Melalui diskusi waktu dan tempat wawan

cara ditentukan bersama untuk responden yang

(33)

admi-112

nistrasi), sedangkan untuk

responden

yang

tidak

mempunyai tugas rangkap (hanya tugas administrasi)

wawancara dapat dilaksanakan setiap saat.

c). Atas persetujuan responden wawancara direkam.

Sebelum wawancara dilakukan dijelaskan terlebih

dahulu maksud dan pokok-pokok wawancara dengan

maksud responden dapat memperoleh gambaran awal

tentang materi wawancara secara keseluruhan. Untuk

melengkapi data wawancara dibuat juga catatan ter

utama yang berhubungan dengan data nonverbal serta

konteks yang ada pada saat wawancara.

d). Setelah wawancara hasil rekaman diputar fcembali

dan dibuatkan rangkumannya dalam buku catatan yang

telah disiapkan. Hal ini dimaksudkan untuk

memper-mudah pembuatan laporan.

e). Hasil wawancara yang telah dirangkum dalam catatan

dianalisis kembali dan dibuat catatan kritis untuk

memunculkan hal-hal baru yang dalam wawancara se

belumnya luput dari perhatian.

f). Melakukan wawancara kembali dengan materi per

tanyaan yang dikembangkan dari hasil wawancara se

belumnya. Dalam hubungan ini kepada responden

pada akhir wawancara selalu disampaikan kemung

kinan wawancara lanjutan kalau ada

[image:33.595.109.511.75.683.2]
(34)

113

g). Untuk lebih memastikan kebenaran hasil wawancara,

materi wawancara yang tidak didukung oleh dokumen

tasi dan hasil observasi dicek kebenarannya pada

sumber lain yang dipastikan mengetahui juga data

tersebut.

2). Dokumen.

Dokumen digunakan untuk memperoleh data yang

sulit atau tidak efektif dilakukan melalui wawancara. Data

ini menggambarkan suatu hasil yang telah dilestarikan

dalam bentuk tulisan, foto dan Iain-lain. Dari dokumen

dapat diketahui banyak hal yang berhubungan dengan pena

taan sistem informasi. Dalam hubungan dengan penataan sis

tem informasi personil, dokumen-dokumen yang diperlukan

adalah struktur organisasi dengan deskripsi tugas perso

nil yang terlibat dalam sistem, alur informasi personil,

perangkat sistem seperti jenis dan kemampuan perangkat

keras, perangkat lunak, personil dengan kualifikasinya,

rencana yang berhubungan dengan penataan sistem.

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam rangka mem

peroleh data dokumen ini adalah :

a). Mengidentifikasi jenis-jenis dokumen yang dibutuhkan

dalam hubungan dengan masalah dan tujuan penelitian.

b). Meminta bahan-bahan dokumen yang telah diidentifikasi

sebelumnya. Hal ini dilakukan pada saat wawancara

(35)

je-114

nis dokumen yang telah diidentifikasi tersebut.

c). Mempelajari isi dokumen dengan jalan mengajukan

perta-nyaan-pertanyan. Hal-hal yang tidak terjawab akan

dijadikan materi wawancara berikutnya untuk responden

yang re1evan.

3). Observasi.

Observasi mengacu kepada upaya untuk memperoleh

data melalui pengamatan langsung. Dalam hubungan dengan

penelitian ini observasi dilakukan dengan observasi par—

tisipatif, Artinya peneliti ikut terlibat dalam kegiatan

selama jam kerja, mempelajari file dan program-program,

serta ikut membantu melaksanakan pekerjaan baik yang ber

hubungan dengan informasi personil maupun bukan personil.

Keterlibatan ini tidak berarti bahwa kedudukan sebagai

peneliti diabaikan. Tujuan memperoleh data tetap diperha

tikan sehingga wawancara dapat dilakukan dengan personil

yang terlibat bersama. Wawancara jenis ini , dimana

personil melaporkan atau menceritrakan hal-hal yang

berhubungan dengan dengan materi observasi digolongkan

juga sebagai observasi partisipatif. (Guba & Lincoln 1981

: 195).

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam rangka teknik ob

(36)

115

a). Identifikasi sasaran observasi berdasarkan tujuan

penelitian dan wawancara yang telah dilakukan sebelum

nya.

b). Melakukan observasi dan wawancara untuk materi

observasi yang membutuhkan penjelasan, membuat

catat-an-catatan,

Metode dan teknik seperti yang telah dikemukakan

sebelumnya digunakan dalam penelitian ini dengan pertim

bangan sebagai berikut :

1.. Materi yang menjadi kajian penelitian telah terjadi

dan terus berkembang sampai saat ini. Proses sebagai

suatu keutuhan ini memungkinkan untuk dideskripsi,

diana-lisis dan diinterpretasi. Obyek deskripsi, analisis dan

interpretasi ini meliputi kegiatan-kegiatan, performans,

ketepatan performans, proses dan efisiensi. (Suchman,

David Kline,1980 : IX-10). Dari keseluruhan sasaran pene

litian seperti yang dikemukakan oleh Suchman, penelitian

x ni berberfokus pada proses, ialah rangkaian kegiatan yang

dilakukan dalam upaya penataan sistem informasi personil.

Penataan yang dilakukan sejak tahun 1981 tentu saja

menghasilkan berbagai dokumen dan perangkat sistem baik

perangkat akal, perangkat keras, maupun perangkat lunak.

Terhad proses ini kajian dilakukan dengan cara

mengidenti-fikasi, mendeskripsi dan menganalisis kelemahan-kelemahan,

(37)

selan-116

jutnya bermuara pada kemungkinan keputusan untuk memperba

iki disain program, memperbaiki prosedur program yang ada

atau meneruskan implementasi program.

Rangkaian

kegiatan

ini oleh Stufflebeam, seperti juga Suchman disebut sebagai

evaluasi proses (Depdxkbud : 1989 : 32).

2. Penataan sistem informasi adalah sesuatu yang bersifat

normatif. Artinya penataan sistem informasi itu idealnya

mengikuti sejumlah aktivitas dengan kualifikasi tertentu.

Dalam praktek, sifat ideal ini tidak selalu terjadi.

Penataan sistem informasi pada Universitas Katolik

Parahyangan Bandung dengan demikian dapat dijadikan

sebagai suatu kasus untuk diteliti (studi kasus). Dalam

rangka mengungkap kasus ini teknik yang tepat adalah

wawancara, dokumentasi dan observasi.

3. Penataan sistem informasi adalah sesuatu yang kompleks dan

terus terjadi. Ia melibatkan berbagai pihak dengan

berbagai tugas. Mereka memberikan kontribusi masing-masing

terhadap keseluruhan proses penataan sistem. Heterogenitas

pelaksana sistem ini menghendaki wawancara yang mendalam

dan observasi yang kontinyu. Pelaksanaan wawancara dan ob

servasi adalah selektif.

C. Pedoman Pengolahan dan Analisis Data.

Pengolahan dan analisis data

perlu

dilakukan

dengan

(38)

117

dan kecermatan pengolahan data.

Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya, bahwa ada

tiga teknik pengumpulan data, maka pedoman pengolahan data

ini pun berkaitan dengan ketiga teknik tersebut. Pedoman

dimaksud adalah:

1. Pengelompokkan data berdasarkan pertanyaan penelitian.

Dengan pedoman ini data yang diperoleh dengan teknik

wawancara, dokumentasi, dan observasi dianalisis dengan

memperhatikan relevansinya terhadap pertanyaan penelitian

yang ada. Setiap data dari keseluruhan data tentang proses

penataan sistem informasi berkemampuan menjelaskan atau

menampilkan aspek tertentu profil penataan sistem informa

si personil. Dalam analisis data tidak dikeiompokkan

secara kaku pada suatu pertanyaan penelitian.

2. Mendeskripsi dan merekonstruksi proses penataan sistem

informasi atas dasar data yang ada.

Telah dikemukakan di atas bahwa setiap data berke

mampuan menampilkan profil penataan sistem informasi

personil. Untuk ini data perlu dideskripsi dan

direkons-truksi, dianalisis dihubungkan atau dikait-kaitkan satu

sama lain sehingga membentuk suatu tata hubungan dalam

rangka menampilkan profil tersebut. Tanpa deskripsi,

re-konstruksi, analisis dan interpretasi data hanya merupakan

unsur-unsur lepas yang tidak bermakna.

(39)

deskrip-118

si proses penataan sistem informasi personil, baik untuk

setiap tahap penataan maupun keseluruhan

proses

penataan

sekaligus dengan kriteria evaluatif

tentang

efektivitas-nya.

D. Definisi Operasional, Penentuan Kriteria dan

Asumsi

yang

Digunakan.

Asumsi yang mendasari langkah ini adalah bahwa, dalam

penelitian, terutama penelitian ilmu-ilmu sosial, kebenaran

bersifat relatif. Tidak

ada

kemutlakan.

Implikasinya

pada

penelitian adalah bahwa konsep-konsep, asumsi dan kriteria

yang digunakan sebagai pegangan perlu ditetapkan secara tegas.

Hal ini berarti bahwa kebenaran yang dihasilkan adalah

kebenaran dalam batas-batas konsep dan tolok ukur tersebut.

Definisi operasional, penentuan kriteria dan asumsi

yang digunakan

mengacu

kepada

pertanyaan

penelitian

yang

telah dikemukakan. Di samping itu, oleh karena penelitian ini

mengacu kepada evaluasi proses dalam rangka menentukan

efektivitas penataan sistem, maka

dikembangkan

pula

konsep

efektivitas yang digunakan.

1. Efektivitas.

Efektivitas dalam konteks penelitian ini digunakan

dalam arti kesesuaian antara apa

yang

seharusnya dengan

apa yang nyata. Hamilton dan Chervany (Dickson, 1986 :

(40)

119

sistem

(systems

resource

view)

yang

mengacu

kepada

...perbandingan antara performans yang senyatanya dengan

tujuan atau performans yang seharusnya. Sejalan dengan ini

Sanusi (1988) mengemukakan dua kata kunci dalam

hubungan

dengan efektivitas, ialah relevansi dan adaptabilitas.

Relevansi mengacu kepada paling kurang dua hal, yang dalam

penelitian ini adalah penataan sistem informasi personil

yang ideal secara teoritis dengan penataan sistem informa

si yang aktual di Universitas Katolik Parahyangan Bandung.

Adaptabilitas mengacu kepada kemampuan menyesuaikan diri

dengan perkembangan yang terjadi. Dalam hubungan dengan

penataan sistem informasi personil, adaptabilitas berarti

penataan sistem yang terus menerus mengikuti perkembangan

yang terjadi baik yang berhubungan dengan konsep manajemen

personil maupun perangkat sistem informasi yang dalam ke

nyataan berkembang dengan sangat pesatnya.

2. Pembuatan Disain Global.

Disain global digunakan dalam arti keseluruhan upaya

pembuatan rancangan sistem informasi personil yang menjadi

dasar pembuatan rancangan sistem informasi personil yang

terinci. Ia dihasilkan melalui kegiatan studi kelayakan,

identifikasi masalah dan kendala, perumusan misi dan tuju

an, penentuan kebutuhan dan sumber informasi, serta doku

(41)

120

Untuk menentukan efektif tidaknya pembuatan disain

global berdasarkan konsep efektivitas di atas maka dari

studi kepustakaan yang dilakukan ditentukan kriteria eva luatif sebagai berikut :

Pembuatan disain global efektif apabila ia dilakukan

melalui tahap-tahap tertentu. Setiap tahap menghendaki

kegiatan dengan cakupan materi tertentu pula. Tahap-tahap

tersebut adalah sebagai berikut :

a. Adanya studi kelayakan yang cermat.

Asumsinya adalah bahwa pembuatan disain global

sebagai suatu kegiatan perencanaan membutuhkan studi

kelayakan. Dengan studi kelayakan diperoleh suatu

gambaran yang jelas tentang kebutuhan akan sistem in

formasi dan potensi sumber daya yang mendukung. Hal ini

akan memberikan gambaran yang jelas dalam hubungan de

ngan pengambilan keputusan tentang pengoperasian atau

penataan sistem, tidak saja untuk masa dimana studi itu

dilakukan tetapi juga pertimbangan yang prospek.tif.

b. Adanya identifikasi dan kendala penataan sistem infor

masi .

Asumsinya adalah bahwa masalah dan kendala yang

diidentifikasi secara jelas akan membuat penataan

sistem lebih menjawab kebutuhan dan terlaksana secara

realistik. Keputusan-keputusan yang tidak realistik

dalam penataan sistem akan terhindari.

(42)

121

fungsi-fungsi personil.

Asumsinya adalah bahwa misi dan

tujuan

befungsi

memberikan arah yang jelas pada operasi sistem informa

si.

Kejelasan

ini

membuat

pemanfaatan sumber daya

menjadi lebih terkendali.

d. Identifikasi secara tepat sumber dan kebutuhan informa

si .

Asumsinya adalah bahwa sumber dan kebutuhan

informasi yang jelas memudahkan pencapain tujuan.

Sumber informasi mempunyai nilai sumbangan yang

tinggi

terhadap pencapaian tujuan.

Dengan

kata

lain

setiap

infomasi selalu terkait dengan aspek tertentu dari

tujuan.

e. Adanya dokumentasi sistem sebagai pegangan penataan

sistem lebih lanjut.

Asumsinya adalah bahwa dokumen menjadi pegangan

tertulis yang selain mengarahkan juga memungkinkan

penilaian kembali yang lebih cermat serta memudahkan

pengkomunikasian sistem dengan segala kelengkapannya

kepada pihak luar.

Berdasarkan kriteria tersebut di atas maka dite

tapkan tingkat efektivitas sebagai berikut :

1). Efektif apabila semua kriteria terpenuhi.

2). Kurang efektif bila sebahagian kriteria tidak ter—

(43)

122

3). Tidak efektif apabila kriteria yang dikemukakan di

atas tidak terpenuhi sama sekali.

Kriteria yang sama berlaku

untuk

langkah-langkah

penataan sistem yang lain.

3, Pembuatan Disain Terinci,

Pembuatan disain terinci digunakan dalam arti kese

luruhan upaya menjabarkan disain global dalam bentuk yang

operasional sebagai dasar implementasi. Penjabaran

ini mengacu kepada perangkat sistem secara keseluruhan se

hingga siap untuk diimplementasi.

Untuk menentukan efektivitas ditentukan kriteria se

bagai berikut;

a, Pembuatan disain terinci efektif apabila

ada

perumusan

tujuan spesifik yang mengacu kepada semua fungsi perso

nil ,

Asumsinya adalah bahwa sistem informasi dibanqun

untuk mendukung manajemen personil, dan oleh karena itu

keberhasilannya dilihat pada seberapa besar sistem

informasi membuat manajemen personil berjalan lancar,

b, Pembuatan disain terinci efektif apabila ada

identifi-si informaidentifi-si yang relevan dari sumber yang telah dite

tapkan sebelumnya dengan tujuan fungsi-fungsi personil.

(44)

pencapai-123

an tujuan masing-masing fungsi personil.

c. Pembuatan disain terinci efektif apabila ada

penetapan

perangkat akal, perangkat keras, perangkat lunak, pro

sedur dan database

dalam

satu

kesatuan

yang

saling

mendukung,

Asumsinya adalah bahwa sistem informasi terdiri

dari berbagai komponen yang saling mendukung satu sama

lain dan berfungsi

dalam

satu

kesatuan,

Kepincangan

salah satunya membuat sistem tidak akan berfungsi

efektif.

Dengan kriteria tersebut di atas, tinqkat

efektivitas pembuatan disain terinci ditetapkan sama

dengan pembuatan disain global.

4. Implementasi,

Implementasi digunakan dalam arti keseluruhan upaya

mempersiapkan atau mengadakan perangkat sistem dan menja

lankan sistem,

Kriteria efektivitas implementasi ditetapkan seba

gai berikut :

a, Impelementasi efektif apabila didahului oleh pembuatan

rencana yang jelas sebagai dasarnya.

Asumsinya adalah bahwa dalam perencanaan

diperhi-tungkan berbagai kondisi yang aktual dan kendala-kenda

(45)

134

realistik untuk kegiatan implementasi. Tanpa rencana

kegiatan implementasi cendrung terlaksana secara kurang

akurat karena tidak ada pedoman yang jelas dalam hal

pemanfaatan sumber daya.

b. Implementasi efektif apabila ada pelatihan personil

sebagai pendukung sistem, instalasi perangkat keras,

pengadaan/pembuatan perangkat lunak, pengetesan dan

konversi sistem,

Asumsinya adalah bahwa di tangan personil yang

berkualitas, dukungan perangkat keras dan perangkat

lunak yang memadai, sistem dapat berjalan dengan

seba-ik-baiknya mendukung fungsi personil sampai pada

konversi sistem. Kecermatan penanganan perangkat sistem

menjadi kunci keberhasilan implementasi sistem.

Tingkat efektivitas implementasi ditetapkan sama

seperti pembuatan disain global.

5. Pemeliharaan/perawatan,

Pemeliharaan atau perawatan digunakan dalam arti

upaya untuk menjaga agar perangkat sistem dapat berfungsi

maksimal melalui tindakan preventif (perawatan berkala)

dan kuratif (perbaikan unsur sistem yang kurang atau tidak

befungsi baik), serta penambahan unsur-unsur baru sesuai

dengan perkembangan-perkembangan yang terjadi. Untuk

(46)

125

ditentukan kriteria sebagai berikut :

a. Adanya rencana pemantauan dan perawatan berkala untuk

perangkat sistem yang ada.

Asumsinya

adalah

bahwa

rencana

perawatan

yang

sistematis memungkinkan adanya kegiatan pemeliharaan

atau perawatan yang lebih terarah dan tertib, dan

dengan demikian konsistensi fungsi sistem lebih

terja-min,

b. Adanya upaya penambahan unsur—unsur baru pada perangkat

sistem sesuai dengan perkembangan-perkembangan yang

terjadi, baik untuk perangkat keras, perangkat lunak

maupun perangkat akal.

Asumsinya adalah bahwa dengan adanya penambahan

unsur (fisik dan nonfisik) sesuai dengan perkembangan

baru memungkinkan sistem mempunyai

adaptabilitas

yang

tinggi, dan sejalan dengan itu efektivitas fungsi sis

tem akan lebih terjamin.

c, Adanya tenaga teknisi khusus yang kompeten, yang ber

tanggung jawab atas perawatan perangkat keras.

Hal ini didasarkan atas asumsi bahwa adanya

rencana yang sistematis tentang perawatan tanpa didu

kung tenaga yang berkompeten tidak akan memberikan

hasil yang memuaskan. Pemeliharaan atau perawatan

perangkat lunak dilakukan oleh analis sistem atau

(47)

126

merupakan tanggungjawab pimpinan/manajer.

Tingkat efektivitas pemeliharaan sama seperti

tingkat efektivitas langkah-langkah penataan sistem

sebelumnya.

6. Evaluasi Penataan Sistem.

Evaluasi penataan sistem digunakan dalam arti

penilaian manajemen ialah upaya membandingkan performans

senyatanya dengan seperangkat kriteria yang telah ditetap

kan sebelumnya, baik untuk setiap langkah penataan

maupun

langkah penataan

secara

keseluruhan,

Hasil

perbandingan

memberikan umpan balik untuk peningkatan status sistem.

Dengan definisi operasional ini kriteria efektivitas

evaluasi ditetapkan sebagai berikut :

a. Evaluasi efektif apabila ada standar yang jelas sebagai

acuan pen i1ai an.

Asumsinya adalah bahwa acuan yang jelas

memungkinkan penilaian yang cermat terhadap keseluruhan

upaya penataan sistem, Profil penataan dapat diungkap

lebih jelas dan dengan demikian upaya perbaikan atau

peningkatan menjadi lebih cermat pula dilakukan.

b. Evaluasi efektif apabila pelaksanaannya didukung oleh

ketersediaan data penataan sistem baik kualitatif

maupun kuantitattif.

Asumsinya adalah bahwa data menggambarkan profil

(48)

127

"dipukul" dengan kriteria Tanpa kriteria yang jelas

evaluasi sebagai alat pengungkap status keberadaan sis

tem tidak dapat memenuhi fungsinya secara baik.

c. Evaluasi efektif apabila diikuti dengan tindakan

perbaikan atau peningkatan.

Asumsinya adalah bahwa evaluasi mengemban misi

peningkatan kualitas. Ia adalah alat atau cara yang

dilalui dalam upaya perbaikan atau penigkatan. Oleh ka

rena itu adalah tidak lengkap evaluasi tanpa tindak

lanjut.

Tingkat efektivitas evaluasi sama seperti pene

tapan kriteria efektivitas sebelumnya untuk

(49)
(50)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan.

Pada bab IV telah dikemukakan hasil penelitian dan

pemba-hasannya. Dari hasil penelitian dan

pembahasan

tersebut

dapat dilihat kondisi penataan sistem informasi personil

pada UNPAR dan kajian atas fakta tersebut berdasarkan

teori

baik

yang

berhubungan

dengan

penataan

sistem

informasi maupun manajemen personil. Atas dasar hasil

penelitian dan pembahasan tersebut pada bab ini dibuat

kesimpulan. Kesimpulan dibedakan atas kesimpulan umum,

ialah kesimpulan

yang

mengacu

kepada penataan

sistem

informasi

secara

umum, dan kesimpulan khusus, ialah kesim

pulan yang mengacu kepada setiap langkah penataan

sistem

informasi, Hal ini dibuat dengan pertimbangan bahwa efek

tivitas setiap langkah penataan tidak sama. Dapat terjadi

bahwa secara umum penataan sistem informasi kurang efektif

tetapi apabila dilihat lebih terinci untuk setiap langkah

maka kondisinya tidak demikian.

Berikut dikemukakan kesimpulan umum dan

kesimpulan

khusus tersebut.

1. Kesimpulan Umum.

Dari data yang berhubungan dengan langkah-langkah

penataan sistem dan atas dasar konsep manajemen

perso

nil

sebagai suatu sistem,

dapat disimpulkan

bahwa

v
(51)

. ,195

penataan sistem informasi personil belum memandang

manajemen personil sebagai suatu kesatuan yang utuh.

Penataan sistem lebih mengacu kepada komputerisasi data

personil untuk kepentingan tatausaha kepegawaian. De

ngan mengacu kepada konsep efektivitas seperti yang

telah dikemukakan pada bab III, penataan sistem infor

masi personil pada UNPAR kurang efektif. Ia kurang

memperlihatkan relevansinya baik dengan teori penataan

sistem informasi maupun fungsi-fungsi manajemen perso

nil. Di samping itu adaptabilitasnya lebih mengacu ke—

kepada perkembangan perangkat sistem daripada manajemen personil secara keseluruhan. Dengan demikian ia belum mendukung secara efektif fungsi manajemen personil.

Dapat juga dikatakan prestasi administratif penataan

sistem belum menggambarkan kualitas yang sebanding de

ngan prestasi dalam bentuk perangkat sistem yang ada.

Kondisi sistem seperti terlihat pada kesimpulan di atas tidak dapat menjalankan fungsinya secara maksimal.

Ia tidak dapat memberikan layanan informasi yang kom—

prehensif terhadap pengambilan keputusan yang

berhu-ngan deberhu-ngan berbagai fungsi manajemen personil.

Untuk memenuhi kualifikasi sistem informasi secara

utuh, sistem perlu memiliki tidak saja komponen fisik

seperti perangkat akal, perangkat keras dan perangkat

lunak, tetapi juga cakupan materi informasi yang kom—

(52)

201

tidak memebrikan sumbangan yang berarti terhadap pena

taan sistem.

B. Rekomendasi.

Atas dasar kesimpulan di atas dapat diberikan reko

mendasi sebagai berikut :

1. Umum :

-Penataan sistem informasi yang ada sebaiknya

diperluas dengan fungsi-fungsi personil yang lain.

Dengan perluasan cakupan diharapkan terciptanya dukung

an sistem informasi yang maksimal terhadap kelancaran

fungsi manajemen personil. Dalam rangka perluasan ca

kupan sistem ini dibutuhkan pemahaman manajemen pada

umumnya dan manajemen personil khususnya sebagai suatu

kegiatan yang utuh dan mempunyai landasan administratif

yang kuat. Artinya suatu kegiatan manajemen hendaknya

merupakan perwujudan dari rencana sistematis yang dibu

at sebelumnya mencakup dasar, tujuan, metode, biaya,

pengorganisasian tugas yang jelas, dan Iain-lain. Fung

si manajemen personil yang lain perlu diidentifika

si secara jelas lengkap dengan kegiatan-kegiatan

tek-nisnya dalam rangka menentukan kebutuhan informasi

untuk tiap-tiapnya. Dalam hal terdapat kaitan antara

fungsi manajemen personil dengan subsistem lain, sub

sistem akademik misalnya, perlu dibentuk atau

(53)

202

elemen data pada berbagai

file

basis data dalam

sistem

informasi yang sama. Penataan sistem

informasi

secara

keseluruhan perlu dilihat kembali. Sangat baik

apabila

diadakan

evaluasi menyeluruh terhadap penataan sistem

informasi,

wDi samping itu oleh karena

penelitian

ini

baru

pada tahap penataan sistem informasi dan belum sampai

pada pemanfaatan informasi untuk

mengatasi

masalah-ma

salah organisasi/universitas serta.

sikap

mental person

il terhadap informasi, diharapkan

para

peneliti

lain

dapat melanjutkannya baik pada konteks yang sama atau

konteks yang

berbeda.

Rekomendasi

ini

dibuat

dengan

pertimbangan bahwa faktor yang paling menentukan dalam

dalam

setiap

organisasi

atau

sistem

adalah

.faktor

manusianya, Sikap mental yang kurang tepat, budaya pri

mordial istik misalnya, akan menyebabkan sistem yang

di-bangun tidak banyak manfaatnya untuk kemajuan organisa

si/universitas, \ /

1, Khusus.

a. Pembuatan Disain Global.

Sehubungan dengan rekomendasi perluasan cakup

an sistem informasi personil, dalam tahap pembuatan

disain qlobal perlu dibuat jelas misi dan tujuan se

bagai dasar untuk menentukan kebutuhan dan sumber

informasi, Kegiatan dalam rangka penataan sistem

(54)

Pengorgani-203

sasian tugas yang lebih baik dapat mengatasi peker

jaan dokumentasi ini. Dokumentasi yang baik dapat

memperkenalkan wajah sistem dari waktu ke waktu dan

dengan demikian ia dapat dikenai dalam perspektif

waktu yang lebih luas.

b. Pembuatan Disain Terinci.

Materi yang ada dalam disain terinci, khusus

nya yang berhubungan dengan tujuan perlu

diidentifi-kasi dan dirumuskan lebih jelas mengacu kepada seti

ap fungsi manajemen. Hal ini berarti bahwa perumusan

akan berhubungan dengan produksi dan pemanfaatan

informasi tentang perencanaan personil, rekrutmen

dan seleksi, orientasi dan penugasan, penilaian dan

pembinaan, kompensasi serta pembuatan data induk

pegawai. Tiap-tiap fungsi ini perlu dijabarkan

secara jelas kebutuhan informasinya. Untuk ini perlu

pengenalan yang komprehensif terhadap fungsi-fungsi

manajemen personil. Perumusan tujuan yang jelas

me-memungkinkan terid^ntifikasinya informasi yang re

levan dalam rangka pembentukan basis data.

Dalam hubungan dengan perangkat sistem perlu

diperhatikan :

1). Pemanfaatan tenaga yang tidak saja profesional

di bidangnya, tetapi juga kreatif mengembangkan

hal-hal baru untuk menigkatkan prestasi sistem.

(55)

204

sangat membantu. Di samping itu keahlian di

bidang perkomputeran perlu ditunjang dengan

personil yang menguasai bidang studi sumber daya

manusia . Dosen pengasuh roata kuliah sumber daya

manusia dapat dimanfaatkan dalam rangka penataan

sistem informasi personil. Insentif khusus atas dasar keahlian perlu juga dipertimbangkan dalam

rangka mempertahankan personil yang berkeahlxan

langkah.

Dalam hubungan dengan rasio antara beban kerja yang hendaknya dipikul dilihat dari pembu

atan program baru atau pun konversi program yang

telah ada dengan jumlah personil yang ada saat

ini, terlihat adanya beban yang cukup berat.

Untuk ini diperlukan pemrogram yang bekerja

penuh sehari. Untuk menghadapi kebutuhan

pembu-tan program yang kompleks pemrogram yang ada

dapat diorganisir dalam tim kerja yang padu. Di samping itu penambahan jumlah pemrogram dengan

tugas khusus untuk personil perlu dipikirkan

agar perhatian terhadap pemeliharaan dan penyu-sunan program baru lebih terjamin. Perangkapan tugas sebagai pemrogram dengan tugas lain, tugas

ketatausahaan misalnya, akan menyebabkan

(56)

205

2). Perangkat lunak, khususnya yang berhubungan de ngan paket program, mulai dari penciptaan f i l e

basis data sampai dengan pembuatan file—file

program perlu lebih teliti membuat hubungan

antarfiie untuk menghindari duplikasi elemen

data.

c. Implementasi.

Implementasi sistem yang dalam kenyataan ti

dak didukung oleh suatu rencana implementasi yang

jelas, sebaiknya dipikirkan pembuatan rencana terse

but sebagai dasar implementasi yang lebih terarah dan sistematis. Rencana implementasi yang dibuat sistematis, yang juga merupakan penjabaran dari rencana atau rancangan yang dibuat sebelumnya ber fungsi sebagai pedoman kerja termasuk untuk usulan

anggaran pengembangan setiap tahun.

d. Pemeliharaan atau Perawatan.

Perawatan, khususnya yang berhubungan dengan

perangkat keras perlu didukung oleh tenaga yang le

bih profesional, Rencana untuk meningkatkan kemampu

an personil yang ada (teknisi) perlu direalisir lebih cepat. Hal ini merupakan suatu investasi yang sangat berguna terutama dalam jangka panjang.

e. Evaluasi.

Evaluasi perlu dibuat lebih cermat dengan kri

(57)

206

penilaian berupa formulir-formulir yang memperlihat

kan secara jelas proses dan hasil evaluasi.

Kejelas-an hasil ini akKejelas-an sKejelas-angat berguna untuk dikaji lebih

lanjut dalam rangka perbaikan atau peningkatan pres tasi sistem. Aspek—aspek evaluasi seperti yang

dikemukakan oleh Davis (1984) antara lain evaluasi

yang berhubungan dengan nilai sistem untuk efektivi

tas universitas, kelayakan aplikasi perangkat sistem

tertentu khususnya perangkat lunak (evaluasi tek

nis) , ketepatan penyediaan masukan dan pemanfaatan

keluaran (evaluasi operasional), serta perbandingan

antara biaya yang dikeluarkan dengan manfaat yang

diperoleh (evaluasi ekonomis) perlu dilakukan. Ber

bagai jenis evaluasi ini membutuhkan pencatatan data

yang cermat sebagai dasar pelaksanaannya. Oleh kare

na itu perlu perhatian sejak awal tentang pelaksana

an evaluasi secara lebih cermat.

Sebagai konkretisasi rekomendasi tersebut di

atas dilampirkan suatu contoh pola penataan sistem

informasi masih dengan fungsi penilaian dan pembina

an personil sebagai prioritas. Walaupun materi pola

banyak disesuaikan dengan elemen data sistem infor

masi perguruan tinggi yang saat ini dikembangkan

secara nasional di tingkat departemen, penerapannya

(58)

207

memerlukan penyesauain dan pertimbangan-pertimbangan

(59)
(60)

DAFTAR BACAAN

AERA

District Policy Choices Teachers Professional

Develop

ment, Educational Evaluation and Policy Analysis,

Volume

11, Number 2, Summer 1989.

Baron Robert A, (1986).

Behavior

in

Organization,

Under

standxng and Managing the Human Side at Work, second

edxtxon, Boston : Allyn and Bacon, Inc.

Biro Perencanaan. (1980).

Teknik Evaluasi Program, Bahan

Pe

latihan Perencanaan

Pendidikan,

Jakarta

: Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan Repoblik Indonesia.

Boediono, (1989).

Management Information

System

for

Policy-Analysis, Jakarta : Centre for Information Office of

Educational

and Culture

Research

and

Development

Mxnxstry of Education and Culture. (Tidak diterbitkan).

Bogdan C. Robert, Biklen C.

Knopp

(1982).

Qualitative

Re

search for Education : an

Introduction

to

Theory

and

Methods, Boston : Allyn and Bacon, Inc.

Burch and Strater,

(1974).

Information

System,

Teory

and

Practice, New York : John and Sons, Inc.

Castetter,

William B,

(1981).

The

Personnel Function

in

Educational

Administration,

third

edition, New York :

MacMxllan Publishing.

Chandra Ian K. (1989).

IBM DOS

versi

4,0,

Jakarta

.-

Elex

Media Ko

Gambar

gambaranawal
TabelInformasiKode,

Referensi

Dokumen terkait

Dilihat dari jenis gerakan partikel, ada dua jenis akselerator, yaitu akselerator dengan gerak partikelnya lurus (lebih dikenal dengan sebutan akselerator linier)

Hasil wawancara dengan para pejabat terkait yang dikemukakan di atas secara keseluruhan memberikan gambaran tentang kinerja Badan Lingkungan Hidup Propinsi Sulawesi

Retribusi daerah mempunyai sifat-sifat yaitu pelaksanaannya bersifat ekonomis,ada imbalan langsung walau harus memenuhi persyaratan- persyaratan formil dan

dalam akuarium, karena sebenarnya hewan ini adalah anak ular yang sangat jinak dan aku sama sekali tidak takut untuk memegangnya. Penjualnya telah mengajarkan bagaimana cara

1.Air Bersih adalah air yang melalui proses pengolahan sebelum diminum yang merupakan salah satu kebutuhan penunjang kesehatan di Rumah Sakit 1.Untuk menyediakan air bersih

Tingkat Bahaya Erosi (TBE) adalah perkiraan jumlah tanah yang hilang maksimum yang akan terjadi pada suatu lahan, bila pengelolaan tanaman dan tindakan

 Hematologi: Hemoglobin, Lekosit, Eritrosit, Trombosit, Hitung jenis, Laju endap darah, MCV, MCH, MCHC, Golongan Darah + Faktor Rhesus..  Fungsi Hati : SGOT, SGPT, Gamma GT 

Penelitian ini bertujuan untuk menunjukan apakah rasio CAMEL ( Capital, Asset Quality, Management, Earnings, dan Liquidity ) apakah dapat digunakan sebagai indikator untuk