• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN BERBASIS ISLAM DENGAN PENDEKATAN MUTUAL ADAPTIVE PADA MATA PELAJARAN IPA : Study Di MTsN Salido Kabupaten Pesisir Selatan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "IMPLEMENTASI KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN BERBASIS ISLAM DENGAN PENDEKATAN MUTUAL ADAPTIVE PADA MATA PELAJARAN IPA : Study Di MTsN Salido Kabupaten Pesisir Selatan."

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Dalam karyanya yang paling monumental, “Muqaddimah” Ibnu Khaldun pernah menegaskan, bahwa secara manusiawi, peradaban yang kalah itu cenderung mengikuti peradaban yang lebih unggul dan lebih menang. Nampaknya, kaedah sosiologi inilah yang bisa menjelaskan fenomena budaya latah dan taklid (ikut-ikutan tanpa mengetahui alasannya) umat Islam dalam mengadopsi dan mengimpor seluruh aspek dari peradaban Barat. Globalisasi atau Westernisasi bukan hanya berlangsung dalam aspek 3F; food, fun, fashion (makanan, kesenangan, dan pakaian), seperti yang ditegaskan oleh John Naisbit, tetapi juga 1T; thought (pemikiran) Barat. Bahkan, cara kaum muslimin beriman kepada Tuhan-Nya, juga memahami kitab sucinya tidak luput dari hegemoni (Al-Attas, 1978:32). Padahal, aspek inilah yang paling berbahaya. Sebab ini menyangkut aspek identitas kultural, sosial budaya dan peradaban Islam. Menurut Maryam Jameela, dalam bukunya Islam Versus the West, bahwa tindakan imitatif (peniruan) terhadap pandangan hidup Barat

yang berbasiskan materialisme, pragmatisme, dan filsafat sekuler, akan berujung pada pemusnahan Islam (Al-Attas, 1980:24).

(2)

2 melahirkan, merujuk pada pemikiran al-Attas, korupsi pengetahuan (the corruption of knowledge). Menurut Sardar, imperialisme ini telah berlangsung

sejak 300 tahun yang lalu. Epistemologi Barat telah menjadi cara pemikiran dan penyelidikan (mode of thought and inquiry) yang dominan dewasa ini, maka masyarakat-masyarakat muslim, dan masyarakat-masyarakat di planet bumi ini sesungguhnya dibentuk menurut image (citra) Barat (Armas, 2005:25).

Akibat buruk dari imprealisme, telah menyebabkan berbagai tantangan dan krisis multidimensi yang melanda di tengah-tengah masyarakat muslim. Krisis ini timbul akibat pengetahuan yang disebarkan dan dipahamkan ke seluruh dunia oleh peradaban Barat, di mana titik persolan krisis itu muncul akibat pengetahuan dan pemahaman yang tidak adil. Sebab utamanya, karena pengetahuan dan ilmu dalam pandangan Barat bukan didasarkan dan dikembangkan di atas pondasi agama (wahyu), melainkan dibangun di atas altar semangat penolakan dan penentangan terhadap agama (baca: Gereja). Disamping itu, sejak munculnya semangat rasionalitas pada jaman renaissance, dalam pandangan hidup Barat, kebenaran suatu ilmu hanya

(3)

3 adalah pencetus awalnya. Ungkapannya yang paling terkenal "cogito ergo sum" (aku berpikir maka aku ada), telah menjadikan rasio sebagai titik tolak dari seluruh metode keilmuan dan satu-satunya kriteria untuk mengukur kebenaran dalam disiplin ilmiah Barat. Alhasil, ilmu dan sains Barat begitu dilematis, dikotomis, membingungkan, tidak berujung dan tidak berpangkal karena selalu on going proces, dan untuk pertama kalinya dalam sejarah telah menebarkan maut dan kekacauan kepada tiga kerajaan alam: satwa, nabati dan tambang. Pengaruh buruk ini terjadi karena salah satu pendekatan yang mereka yang lakukan ketika melakukan pengkajian adalah pendekatan anti metafisika. Misalnya, salah satu pernyataan Imanuel Kant (1804 M) yang menegaskan bahwa metafisika merupakan "ilusi transenden dan pernyataan-pernyataan metafisika tidak memiliki nilai-nilai epistemologi”. Paradigma ini yang menyebabkan ilmu dalam kebudayaan Barat telah kehilangan nilai-nilai spiritual dan transendentalnya.

(4)

4 masalah pendidikan merupakan masalah yang paling menantang. Masa depan dunia Islam tergantung pada cara dunia Islam menjawab dan memecahkan tantangan tersebut”.

Terapi pemecahan krisis ini harus berangkat dan bertitik tolak dari komitmen untuk kemudian berjihad dan berijtihad membersihkan (purifikasi) seluruh ilmu pengetahuan dari unsur-unsur dan pengaruh buruk peradaban Barat sekuler yang bertentangan dengan pandangan hidup Islam (Islamic worldview). Tidak ada yang bisa menolak, bahwa sesungguhnya pertumbuhan

intelektual Islam tergantung pada kemampuan kita sendiri untuk membebaskan diri dari belenggu mental sistem pengetahuan Barat. Unsur-unsur yang harus dibersihkan dari tradisi dan intelektual Barat antara lain adalah: Konsep dualisme yang mencakup cara pandang tentang hakekat dan kebenaran, dualisme antara jiwa dan jasad, pemisahan antara intellectus (intelek) dan ratio (akal) serta penekanan mereka pada rasio. Perpecahan metodologis mereka antara rasioanalisme dan empirisme, doktrin humanisme dan idiologi sekulernya, konsep tragedi mereka, terutama dalam kesusasteraan.

(5)

5 Dalam konteks pemecahan berbagai krisis multidimensi dan untuk berjuang menegakkan sebuah peradaban, tentu saja peran sekolah sangat strategis, fundamental, sentral dan sangat menentukan. Para generasi muslim diharapkan mampu menghasilkan pemikiran-pemikiran yang orisinal (asli) sehingga mampu mengalahkan seluruh bentuk pemikiran, konsep, sistem dari pandangan hidup Barat. Hal ini penting agar umat tidak lagi mengidap penyakit inferiority complex (rendah diri). Begitu pula dengan hadirnya para pemimipin di segala bidang, yang punya komitmen keIslaman yang kuat, mereka nantinya diharapkan mampu membuat dan mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang pro syari'ah (sesuai dengan Islam), sebagai manifestasi (perwujudan) dari tanggung jawab ke-abdullah-an dan ke-khalifah-an mereka. Usaha-usaha ke arah itu, merujuk pada perspektif pendidikan, sebuah tujuan pendidikan harus diterjemahkan secara jelas dan aplikatif dalam bentuk kurikulum yang keseluruhan bagian-bagiannya bertanggung jawab untuk menghantarkan para peserta didik pada tujuan (goal) yang telah dicanangkan. Sesuai dengan fungsi, sifat dan peran kurikulum yang bertindak sebagai sarana mencapai tujuan, maka kurikulum itu harus bersifat fleksibel dan berusaha merespon secara cerdas dan kreatif berbagai tantangan dan dinamika kehidupan. Di sinilah pentingnya usaha pengembangan kurikulum yang harus bersifat antisifatif, adaptif dan aplikatif.

(6)

6 belajar mengajar, antara lain penetapan jadwal pengorganisasian dan spesifikasi tujuan yang disarankan, mata pelajaran, sumber dan alat pengukur pengembangan kurikulum yang mengacu pada kreasi sumber-sumber unit, rencana unit dan garis pelajaran ganda lainnya, untuk memudahkan proses belajar mengajar. Devinisi lain dari pengembangan kurikulum adalah suatu usaha menambahkan, mengurangi atau dalam beberapa hal menghilangkan unsur-unsur tertentu yang terdapat dalam komponen kurikulum. Hal ini dimaksudkan agar hasil dari usaha tersebut mampu menghasilkan suatu kurikulum baru yang lebih baik dan mampu mencapai tujuan pendidikan.

Permasalahan utama adalah bagaimana merumuskan secara jelas konsep pendidikan spiritual dan moral ini? Secara sederhana barangkali kita bisa menterjemahkan bahwa pendidikan spiritual ini adalah menyangkut aspek keimanan yang tertanam kuat di hati dan tercermin dalam kepribadiannya yang memancarkan nilai-nilai ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari. Adalah tidak mudah pula untuk merumuskan kurikulum yang menjadikan siswa cerdas secara spiritual, walaupun sebenarnya langkah-langkah konkret sudah dilaksanakan, memang secara sistematis tampaknya belum bisa sepenuhnya tergarap. Spiritual maupun moral merupakan dua aspek yang sangat dekat, keduanya dapat disarikan dari sumber utama Islam yaitu al Qur’an dan Hadits, permasalahannya adalah bagaimana mensarikan al Qur’an dan hadits ini menjadi sesuatu yang aplikatif secara kurikulum pendidikan.

(7)

7 berjama’ah, kepedulian terhadap kebersihan. Hanya saja usaha tersebut belum sejajar dengan pelajaran matematika atau pelajaran umum lainnya. Jadi perlu dibuat gebrakan bahwa shalat berjama’ah sama pentingnya dengan kehadiran masuk sekolah, hapalan al qur’an sama pentingnya dengan pelajaran matematika atau sosiologi dan seterusnya.

(8)

8 dari kurikulum akademik yang menjabarkan kecerdasan intelektual, baik menyangkut kesiapan Madrasah sendiri, maupun orang tua.Berbagai usaha telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan madrasah, seperti dengan melakukan evaluasi terhadap kurikulum untuk mencetuskan kurikulum yang sesuai dengan tuntutan standar nasional dan membangun karakter bangsa.

Pembelajaran di madrasah saat ini belum menyentuh pendidikan islam yang berkesan terhadap kepribadian siswa. Guru hanya mentargetkan kelulusan siswa pada ujian nasional untuk menaikkan gengsi sekolah. Hal ini terbukti dengan masih banyaknya pemberitaan tentang kenakalan remaja yang berlatar belakang pendidikan madrasah. Sedangkan Wakil Menteri Pendidikan Nasional, Fasli Jalal telah menekankan untuk menerapkan pendidikan berkarakter pada setiap mata pelajaran, Fasli menjelaskan, integrasi pendidikan karakter dalam berbagai mata pelajaran misalnya terlihat pada mata pelajaran ilmu pengetahuan alam (IPA). Siswa diajak merenungi keagungan ciptaan Tuhan sambil menekuni beragam rumus.(okezone.com)

(9)

9 Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP) pasal 1, ayat 15 dikemukakan bahwa “KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun, dikembangkan dan dilaksanakan oleh setiap satuan pendidikan”. Artinya, KTSP merupakan bentuk operasional kurikulum dalam usaha peningkatan efisiensi dan efektivitas kinerja sekolah, khususnya dalam peningkatan kualitas pembelajaran yang dikembangkan sesuai dengan satuan pendidikan, potensi sekolah/daerah, karakteristik sekolah/daerah, sosial budaya masyarakat setempat dan karakteristik peserta didik. Peraturan Pemerintah Nomor 19 tersebut kemudian diperkuat dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 22/2006 tentang Standar Isi Pendidikan dan Permendiknas No 23/2006 tentang Standar Kompetensi Kelulusan, mengantar kemunculan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) atau Kurikulum 2006. Setiap satuan pendidikan dasar dan menengah diberikan peluang untuk mengembangkan dan menetapkan kurikulum.

B. Rumusan Masalah

(10)

10 Dalam penelitian ini tinjauan lebih difokuskan pada implementasi KTSP Berbasis Islam dengan pendekatan mutual adaptive pada Bidang Studi IPA di MTS.N Salido, meliputi: perencanaan, pelaksanaan dan penilaian hasil belajar, serta faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam implementasi tersebut.

C. Pembatasan Masalah

Penelitian ini lebih memfokuskan kepada aspek “Implementasi pada Kegiatan Pembelajaran Bidang Studi IPA di Kelas VII yang didasarkan pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Berbasis Islam dengan Pendekatan Mutual adaptive Oleh Guru” Fokus penelitian ini menitik beratkan pada Implemetasi Kurikulum yang berkenaan dengan aspek perencanaan pengajaran, pelaksanaan dan penilaian hasil belajar.

Aspek-aspek tersebut secara rinci akan berhubungan dengan pemahaman dan persepsi guru terhadap KTSP Berbasis Islam, persepsi guru terhadap implementasi KTSP Berbasis Islam, kepedulian guru terhadap implementasi KTSP Berbasis Islam dan kepedulian guru dalam pemanfaatan potensi dari kondisi-kondisi eksternal dan internal, tingkatan implementasi mutual adaptive dan aktivitas pembelajaran.

Lebih lanjut Implementsi KTSP Berbasis Islam dengan pendekatan mutual adaptive pada Bidang Studi IPA dibatasi/ difokuskan pada

aspek-aspek sebagai berikut:

(11)

11 2. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran Bidang Studi IPA kelas VII Madrasah

Tsanawiyah (MTS)

3. Faktor -faktor pendukung dan penghambat dalam implementasi KTSP Berbasis Islam dengan pendekatan mutual adaptive pada bidang studi IPA kelas VII Madrasah Tsanawiyah (MTS)

D. Definisi operasional

Untuk lebih memperjelas operasional penelitian ini maka perlu dijelaskan beberapa definisi operasional penelitian ini, sebagai ruang lingkup dari aspek-aspek yang akan diungkapkan dalam pelaksanaan penelitian ini, agar dapat memperjelas jenis data yang akan dikumpulkan.

1. Implementasi

Nurdin Usman (2002:70) mengemukakan pendapatnya mengenai implementasi atau pelaksanaan sebagai berikut :“Implementasi adalah bermuara pada aktivitas, aksi, tindakan, atau adanya mekanisme suatu sistem. Implementasi bukan sekedar aktivitas, tetapi suatu kegiatan yang terencana dan untuk mencapai tujuan kegiatan”.

(12)

12 2. Implementasi Pendekatan mutual adaptive

Pendekatan mutual adaptive dalam penelitian ini adalah pendekatan yang memberi kebebasan lebih besar pada guru selama implementasi kurikulum yaitu dengan mengadopsi tuntutan inovasi (melakukan penyesuaian-penyesuaian) dalam situasi nyata baik perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian dalam pembelajaran siswa (Miller & Seller 1995, Oemar Hamalik, 2007: 8)

Ciri pokok pendekatan ini adalah bahwa dalam implementasinya pelaksana kurikulum mengadakan penyesuaian-penyesuaian berdasarkan kondisi riel, kebutuhan, dan tuntutan perkembangan secara kontekstual. Pendekatan ini berangkat dari asumsi bahwa berdasarkan temuan empirik, pada kenyataannya kurikulum tidak pernah benar-benar dapat diimplementasikan sesuai rencana, namun perlu diadaptasi sesuai kebutuhan setempat (Jackson, 1991: 428)

3. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

(13)

13 berkenaan dengan pengetahuan, keterampilan, nilai atau sikap yang hendak dikembangkan pada diri peserta didik”.

KTSP dikembangkan berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dan Standar Isi (SI). SKL adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan dan keterampilan. Sedangkan SI adalah ruang lingkup materi dan tigkat kompetensi yang dituangkan dalam kriteria tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi mata pelajaran dan silabus yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan satuan pendidikan tertentu. Selanjutnya berdasarkan UU Sistem Pendidikan Nasional 2003 pasal 36 ayat 1 dinyatakan: “Pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu pada Standar Nasional Pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan Nasional, sedangkan Standar Nasional Pendidikan terdiri atas standar isi, proses kompetensi lulusan...”

4. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Berbasis Islam

KTSP Berbasis Islam adalah sebuah struktur kurikulum paradigmatik terdiri dari tiga komponen materi pendidikan utama yang sekaligus menjadi karakteristik khas, yakni: (1) aspek ruhiyah, (2) aqliyah dan (3) jismiyah. Dari ketiga karakteristik tersebut isi materi kurikulumnya terdiri dari ilmu-ilmu agama, ilmu-ilmu umum dan keterampilan.

Dalam bahasa Arab Islamisasi ilmu disebut sebagai “Islamiyyat al-Ma’rifat” dan dalam bahasa Inggris disebut sebagai “Islamization of

(14)

14 malahan menuntut ilmu diwajibkan semenjak lahir hingga ke liang lahad. Ayat al-Quran yang pertama yang diturunkan berkaitan dengan ilmu yaitu surah al-’Alaq ayat 1-5. Menurut ajaran Islam, ilmu tidak bebas nilai-sebagaimana yang dikembangkan ilmuan Barat--akan tetapi sarat nilai, dalam Islam ilmu dipandang universal dan tidak ada pemisahan antara ilmu-ilmu dalam Islam. Oleh kerana itu, sejarah dalam dunia ilmu Islam dahulu telah melahirkan ulama yang terkemuka yang dapat menguasai ilmu-ilmu “dunia” dan “akhirat”. Mereka berusaha menyeimbangkan ide-ide besar dalam tamadun yang lain dengan ajaran agama Islam. Ini dapat dilihat sebagai contoh seperti al-Kindi,Ibnu Sina, al-Ghazali,dan lain-lain. Mereka berusaha mengetengahkan beberapa ide dasar dan mempertemukan ilmu “luar” dengan ajaran Islam. Perbedaannya,mereka tidak mengunakan istilah “pengislaman Ilmu” kala itu kerana pada saat itu umat Islam begitu cemerlang dalam ilmu pengetahuan.

(15)

15 ilmu pengetahuan beraksi; lalu menyerahkan kedaulatan muthlak pada metodologi ilmu bersangkutan. Lebih lanjut Mulyanto mengatakan bahwa islamisasi ilmu pengetahuan,tak lain dari proses pengembalian atau pemurnian ilmu pengetahuan pada prinsip-prinsip yang hakiki, yakni: tauhid, kesatuan makna kebenaran, dan kesatuan ilmu pengetahuan.

E. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah penelitian, maka untuk lebih memfokuskan penelitian hal tersebut perlu dirumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai acuan pelaksanaan penelitian. Pertanyaan penelitian ini, sebagai berikut:

1. Bagaimana penyusunan dan rancangan Kurikulum Bidang Studi IPA kelas VII Madrasah Tsanawiyah (MTS) Salido Kabupaten Pesisir Selatan?

a. Bagaimana guru menyusun silabus mata pelajaran IPA kelas VII Madrasah Tsanawiyah (MTS) Salido Kabupaten Pesisir Selatan?

b. Bagaimana guru menyusun Rencana Program Pembelajaran (RPP) mata pelajaran IPA kelas VII Madrasah Tsanawiyah (MTS) Salido Kabupaten Pesisir Selatan?

2. Bagaimana pelaksanaan kegiatan pembelajaran Bidang Studi IPA kelas VII Madrasah Tsanawiyah (MTS) Salido Kabupaten Pesisir Selatan?

(16)

16 studi IPA kelas VII Madrasah Tsanawiyah (MTS) Salido Kabupaten Pesisir Selatan?

F. Tujuan Penelitian 1. Tujuan secara umum

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi dan gambaran mengenai Implementasi KTSP Berbasis Agama dengan pendekatan mutual adaptive pada Bidang Studi IPA di MTS dan hubungan variabel yang mempengaruhi implementasinya. Dengan informasi dan gambaran tersebut, selanjutnya dapat dijadikan arahan bagi pihak yang terkait dalam memperbaiki sistem implementasi kurikulum Bidang Studi IPA.

2. Tujuan Secara Khusus

Sehubungan dengan itu, secara khusus penelitian ini betujuan sebagai berikut:

a. Untuk mendiskripsikan program yang dikembangkan dalam pembelajaran Bidang Studi IPA kelas VII Madrasah Tsanawiyah (MTS) Salido Kabupaten Pesisir Selatan

b. Untuk mendiskripsikan pelaksanaan kegiatan pembelajaran Bidang Studi IPA kelas VII Madrasah Tsanawiyah (MTS) Salido Kabupaten Pesisir Selatan

(17)

17 adaptive pada bidang studi IPA kelas VII Madrasah Tsanawiyah

(MTS) Salido Kabupaten Pesisir Selatan? G. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih terhadap upaya mendalami pemahaman tetang Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Berbasis Islam Bidang Studi IPA dalam model Rencana Program Pembelajaran (RPP), pelaksanaan pembelajarannya, cara penilaiannya dan faktor-faktor yang mempengaruhi pengimplementasian dengan pendekatan mutual adaptive.

Adapun secara operasional penelitian ini juga dapat digunakan bagi mereka yang terlibat langsung maupun tidak langsung didalam proses perencanaan, pelaksanaan dan penilaian pembelajaran Bidang Studi IPA berdasarkan Kurikulum Tingkat Satauan Pendidikan (KTSP), yaitu:

1. Memberikan masukan khususnya bagi guru-guru IPA dalam rangka meningkatkan performa mereka dalam membuat desain program pembelajaran yang didasarkan pada KTSP berbasis Islam

2. Memberikan masukan bagi pihak yang membuat kebijakan (pejabat terkait) tentang impelementasi kurikulum berdasarkan pendekatan mutual adaptive sesuai dengan kondisi-kondisi dilapangan.

(18)
(19)

61 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis memilih metoda penelitian deskriptif— sebuah metoda yang efektif untuk tujuan mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena yang bersifat alamiyah maupun fenomena hasil rekayasa.

Menurut Sukmadinata (2005: 74),

Penelitian deskriptif dalam bidang pendidikan dan kurikulum-pengajaran merupakan hal yang cukup penting, mendeskripsikan fenomena-fenomena kegiatan pendidikan, pembelajaran, implementasi kurikulum pada berbagai jenis, jenjang dan satuan pendidikan.

(20)

62 Pendekatan Mutual Adaptive Pada Mata Bidang Studi IPA Di MTs Salido Kabupaten Pesisir Selatan.

B. Pendekatan Penelitian

Penelitian Implementasi KTSP Berbasis Islam Dengan Pendekatan Mutual Adaptive Pada Mata Bidang Studi IPA Di MTs lebih tepat jika dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif , karena pendekatan kualitatif lebih tepat digunakan kalau meneliti proses bukan hasil atau produk, untuk mengetahui kondisi obyektif dan mendalam tentang fokus penelitian. Hal ini sesuai dengan pemikiran Bogdam dan Biklen (1992: 31) yang menyatakan: “ qualitative researchers are concerned with prosses rather than simply with outcome or product”

Dan Pendekatan penelitian yang digunakan adalah: “…pendekatan deskriptif kualitatif, artinya penelitian yang berusaha mendeskripsi dan menginterpretasi kondisi atau hubungan yang ada, pendapat yang sedang tumbuh, proses yang sedang berlangsung, akibat yang sedang terjadi atau kecenderungan yang tengah berkembang” (Sumanto, 1990: 47).

(21)

63 mengatakan bahwa” “tekanan penelitian kualitatif ada pada proses bukan hasil”

Pendekatan kualitatif merupakan pendekatan yang tepat digunakan dalam penelitian tentang implementasi KTSP dengan pendekatan mutual adaptive di MTS. Dalam penelitian ini, peneliti memperhatikan fenomena-fenomena yang terjadi di lapangan kemudian ditafsirkan dan diberi makna sesuai apa adanya dan berdasarkan ciri-ciri tersebut serta sesuai dengan tujuan penelitian, yaitu mendeskripsikan perencanaan, pelaksanaan dan penilaian program yang sesuai dengan KTSP dengan pendekatan mutual adaptive pada Bidang Studi IPA kelas VII di MTS.

Seperti yang diuraikan di atas, bahwa penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, Menurut Nana Syaodih S (2007: -73) dikemukakan bahwa “deskriptif adalah penelitian yang paling mendasar dan penting dalam kurikulum karena medeskripsikan fenomena-fenomena kegiatan pendidikan, pembelajaran, impelementasi kurikulum pada berbagai jenis jenjang dan satuan pendidikan”. Lebih lanjut Nana Syaodih S ( 2007: 74) mengatakan bahwa, “ dalam metode deskriptik peneliti tidak melakukan manipulasi atau perlakuan tertentu tehadap variabel atau merancang sesuatu yang diharapkan terjadi pada variabel tetapi semua kegiatan, keadaan, kejadian, aspek komponen variabel berjalan seperti itu”.

(22)

pengalaman-64 pengalaman masa lampau dan keadaan lingkungan subyek. Ini berarti pula bahwa data yang akan peneliti kumpulkan termasuk pengalaman masa lampau dan keadaan sekarang dari individu tersebut termasuk lingkungannya dan peneliti berusaha untuk menemukan hubungan antar faktor tersebut satu sama lain.

Penggunaan metode penelitian deskriptif ini untuk mengumpulkan suatu kenyataan yang ada atau yang terjadi di lapangan agar dapat dipahami secara mendalam, sehingga pada akhirnya diperoleh temuan data yang diperlukan sesuai dengan tujuan penelitian. Temuan data tersebut adalah gambaran atau deskripsi tentang impelementasi KTSP dengan pendekatan mutual adaptive pada pembelajaran Bidang Studi IPA kelas VII di MTS.

C. Subyek Penelitian

Yang akan menjadi subyek dalam penelitian ini terdiri dari; Guru Bidang Studi IPA di kelas VII . Alasan penggunaan studi populasi dalam penelitian ini adalah:

1. Jumlah subyek penelitian sedikit 2. Diperoleh data yang lengkap.

3. Mudah untuk menghubungi subyek penelitian karena tempat tinggalnya

4. Ada waktu dan tenaga untuk mengadakan penelitian.

(23)

65 D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, teknik yang digunakan adalah teknik observasi, teknik wawancara, dan teknik dokumentasi. Dalam penentuan teknik dan instrumen yang digunakan dalam penelitian tergantung dari: “…subyek penelitian, sumber data, waktu dan dana yang tersedia, jumlah tenaga peneliti, dan teknik yang akan digunakan untuk mengolah data” (Arikunto S, 2006: 160).

Secara lebih jelas, teknik dan instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini dapat dijelaskan dibawah ini.

1. Teknik Observasi

Teknik observasi ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang keadaan atau kegiatan yang dilakukan oleh subyek penelitian. Instrumen observasi adalah menggunakan pedoman observasi.

Teknik observasi ini digunakan dalam penelitian karena mempunyai alasan-alasan, antara lain:

a. Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang penerapan atau kegiatan yang dilakukan oleh subyek penelitian yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan dan pengevaluasaian.

(24)

66 2. Teknik Wawancara

Teknik wawancara digunakan untuk menggali data yang belum terungkap. Wawancara peneliti melalui berinteraksi dengan subyek penelitian agar peneliti dapat menganalisa dan menafsirkan jawaban yang diwawancarai. Alasan digunakan teknik wawancara, yaitu:

1) Teknik ini merupakan teknik yang biasa digunakan dalam penelitian kualitatif.

2) Teknik ini untuk mengetahui pendapat seseorang atau subyek penelitian.

3) Teknik ini merupakan teknik wawancara mendalam.

Instrumen wawancara yang digunakan adalah menggunakan pedoman wawancara.

3. Teknik Dokumentasi

Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data yang tertulis dari suatu keadaan dan kegiatan subyek penelitian Teknik dokumentasi ini diperlukan sebagai pelengkap yang dapat menguatkan atau sebagai pengayaan data penelitian yang memiliki hubungan dengan tujuan penelitian, dan interpretasi sekunder terhadap kejadian-kejadian. Data-data yang dikumpulkan adalah catatan non-statistik.

Teknik dokumentasi ini digunakan dalam penelitian ini karena memiliki alasan, antara lain:

(25)

67 b. Teknik ini berdasarkan data tertulis.

c. Datanya bersifat autentik.

Instrumen yang digunakan dalam teknik dokumentasi ini adalah pedoman tentang hal-hal yang dibutuhkan untuk memperkuat informasi yang diperoleh melalui observasi dan wawancara.

Ketiga tekhnik di atas yakni wawancara, observasi dan analisa dokumen adalah cara kerja yang digunakan oleh peneliti sendiri untuk menjaring data penelitian. Hal ini sejalan dengan penelitian dengan pendekatan naturalistik kualitatif, dimana salah satu cirinya adalah peneliti berperan sebagai instrument.

Menurut Nana Sudjana dan Ibrahim R (1989 : 189) mengemukakan bahwa:

peneliti dan obyek yang diteliti saling berinteraksi yang proses penelitiannya dilakukan diluar maupun dari dalam dengan banyak melibatkan judgment. Dalam pelaksanaanya, peneliti sekaligus berfungsi sebagai alat peneliti yang tentunya tidak melepaskan diri sepenuhnya dari unsur subyektivitas

Berdasarkan pandangan di atas, maka peneliti berperan sebagai instrumen terjun langsung kelapangan , menjaring data melalui teknik wawancara, observasi dan analisa dokumen dengan melakukan judgment selama tahap pengumpulan data tersebut sesuai dengan tujuan penelitian.

E. Prosedur Pengumpulan Data

(26)

68 mendapatkan informasi apa yang penting untuk ditemukan, 2) tahap eksplorasi, untuk menentukan seseuatu secara terfokus, dan 3) tahap member check, untuk mengecek temuan menurut prosedur dan memperoleh laporan

akhir.

Prosedur penelitian ini digunakan dalam rangka penelitian agar penelitian yang dilaksanakan bisa berjalan dengan lancar dan tepat. Secara lebih rinci, tahapan-tahapan dalam melaksanakan penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Tahap Orientasi

Yang dimaksud orientasi dalam penelitian ini dilakukan untuk memperoleh gambaran yang jelas dan lengkap mengenai masalah yang hendak diteliti. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini, antara lain:

a. Melakukan studi pendahuluan dan penjajakan lapangan ke lingkungan Sekolah MTs.N Salido Kabupaten Pesisir Selatan untuk mengidentifikasi masalah atau fokus penelitian.

b. Mempersiapkan berbagai referensi, seperti: buku, majalah, surat kabar, brosur, dan referensi lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini. c. Menyusun pra-desain penelitian.

d. Menyusun kisi-kisi penelitian dan pedoman wawancara, observasi dan dokumentasi.

(27)

69 2. Tahap Eksplorasi

Tahap ini merupakan tahap awal dalam kegiatan penelitian yang bertujuan untuk menggali informasi dan pengumpulannya dengan fokus dan tujuan penelitian. Penelitian ini dilaksanakan setelah mendapat surat ijin penelitian dari pihak yang berwewenang. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam tahap eksplorasi ini, antara lain:

a. Menerima penjelasan dari pihak Sekolah dan Guru yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian proses pembelajaran dan dampak implementasi KTSP Berbasis Islam, khususnya pembelajaran Bidang Studi IPA.

b. Melakukan wawancara secara lisan kepada subyek penelitian untuk memperoleh informasi tentang perencanaan, pelaksanaan dan penilaian dalam implementasi KTSP Berbasis Islam serta hal-hal yang menunjang dalam implementasi.

c. Melakukan observasi terhadap kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan pengeimpelementasian KTSP Berbasis Islam dengan pendekatan mutual adaptive pada pembebelajaran Bidang Studi IPA.

d. Membuat catatan kasar hasil data yang terkumpul dari subyek penelitian.

e. Memilih, menyusun, dan mengklasifikasi data sesuai dengan aspek-aspek penelitian.

(28)

70 3. Tahap Member Check

Tahap ini digunakan untuk mengecek kebenaran dari informasi hasil wawancara, observasi dan dokumentasi yang telah terkumpul agar peneliti memiliki tingkat kepercayaan yang cukup baik. Pengecekan informasi dan data dapat dilakukan dengan cara, yaitu:

a. Menyusun hasil wawancara berdasarkan item-item pertanyaan, menyusun hasil observasi yang kemudian mengkonfirmasikan hasil wawancara dan observasi kepada informan (nara sumber) agar tidak ada kesalahan interpretasi dalam mendeskripsikan data.

b. Meminta koreksi hasil yang telah dicatat dari observasi kepada informan (nara sumber).

c. Peningkatan validitas dan reliabilitas dilakukan dengan triangulasi akan kebenaran informasi dari nara sumber dengan informasi dari penyelenggara dan sumber belajar serta pengamatan.

4. Pengolahan dan Teknik Analisis Data

(29)

71 Berdasarkan pendapat tentang model analisis data dalam penelitian kualitatif di atas, maka peneliti menganalisis data hasil lapangan melalui tahap-tahap sebagai berikut:

a. Koleksi data (data collection), yaitu data hasil observasi, wawancara dan dokumentasi yang dilakukan peneliti dari subyek penelitian dan sumber informasi, merupakan langkah awal dalam pengolahan data. Dalam mengoleksi data, peneliti malakukan observasi dengan subyek penelitian dan sumber informasi serta mencari dokumentasi hasil pelatihan. Hasil observasi, wawancara dan dokumentasi dengan segera dituangkan peneliti dalam bentuk tulisan dan dianalisis.

b. Penyederhanaan data (data reductional), yaitu penelaahan kembali seluruh catatan hasil observasi, wawancara dan dokumentasi. Dengan demikian pada tahap ini akan diperoleh hal-hal pokok berkaitan dengan fokus penelitian.

c. Penyajian data (data display), merupakan kegiatan penyusunan hal-hal pokok dan pola yang sudah dirangkum secara sistematis, sehingga diperoleh tema dan pola secara jelas tentang permasalahan penelitian agar mudah diambil kesimpulan.

d. Pengambilan kesimpulan dan verifikasi (conclusion; drawing verivying), merupakan upaya untuk mencari makna dari data yang

dikumpulkan dan memantapkan kesimpulan dengan member check atau triangulasi yang dilakukan selama dan sesudah data dikumpulkan.

(30)
(31)

135 BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

Dalam bab ini dikemukakan beberapa simpulan dan rekomendasi yang di dasarkan pada analisis temuan-temuan penelitian pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan mata pelajaran IPA di Kabupaten Pesisir Selatan.

A. Simpulan

Berdasarkan deskripsi, analisis dan pembahasan data hasil penelitian tentang Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Mata Pelajaran IPA di Kabupeten Pesisir Selatan, dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Pengembangan Kurikulum IPA

Dari temuan penelitian pengembangan kurikulum mata pelajaran IPA dilakukan sesuai dengan KTSP atau sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi, dan Permendiknas Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan Permendiknas tentang Pelaksanaan Permendiknas no. 22 dan 23. yang mengatur adanya pegembangan kurikulum pada satuan pendidikan.

(32)

136 disebabkan pihak satuan pendidikan ataupun guru bidang studi IPA masih kebingungan untuk mengembangkan silabus mata pelajaran IPA yang sesuai dengan kondisi siswa dan lingkungan dimana satuan pendidikan berada. Oleh karena itu pihak satuan pendidikan dan guru mencontoh draf-draf KTSP yang dikeluarkan oleh BSNP.

a. Penyusunan Silabus

Dari hasil penelitian, pembuatan silabus sesuai dengan format yang disyaratkan oleh KTSP. Yaitu ada Standar Kompetensi, Komptensi Dasar, materi pokok dan uraian materi pokok, indikator, penilaian, serta sumber bahan/alat. Tapi dalam hal ini guru hanya mencontoh draf silbus yang dibuat oleh BSNP. Hal dilakukan guru untuk memenuhi adminstrasi dalam menyusun program semester dan program tahunan. Oleh sebab itu dalam proses penyusunan silabus guru ataupun pihak satuan pendidikan belum melakukan proses pengembangan silabus seperti yang disyaratkan dalam PP. No. 19 Tahun 2005 pasal 17 ayat 2 dan pasal 20.

b. Penyusunan Rencana Program Pembelajaran (RPP)

(33)

137 2. Implementasi Pembelajaran IPA

Langkah-langkah yang ditempuh guru dalam proses pembelajaran mata pelajaran IPA sesuai dengan Rencana Program Pembelajaran (RPP) yang telah ditetapkan. Pada pendahuluan guru melakukan apersepsi dan memotivasi siswa. Guru juga telah menciptakan iklim yang kondusif dalam proses pembelajaran yaitu suasana demokratis yang ditunjukkan dengan melakukan tanya jawab seputar materi yang disampaikan. Dalam menggunakan metode pembelajaran guru juga telah sesuai seperti yang tertuang dalam rencana pembelajaran, yaitu metode ceramah, tanya jawab dan diskusi. Sedangkan dalam memanfaatkan media pembelajaran guru memanfaatkan laboratorium IPA yang tersedia seperti alat peraga dan alat penelitian seperti mikroskop.

(34)

138 3. Faktor Pendukung dan Penghambat Pengembangan Kurikulum IPA

a. Faktor Pendukung

1) Adanya Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi, dan Permendiknas Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan Permendiknas tentang Pelaksanaan Permendiknas no. 22 dan 23. yang mengatur adanya pegembangan kurikulum pada satuan pendidikan.

2) Adanya dukungan dari Kantor Kementrian Agama Kabupaten Pesisir Selatan untuk mengembangkan kurikulum IPA baik melalui pelatihan-pelatihan yang berkaitan dengan kurikulum IPA ataupun bantuan sarana dan prasarana.

3) Tersedianya laboratorium pembelajaran IPA yang berfungsi untuk melakukan praktek-praktek pengajaran IPA.

b. Faktor Penghambat

1) Dalam kenyataan di lapangan para perumus pengembangan kurikulum di madrasah belum mengetahui secara baik teori-teori pengembangan kurikulum, sehingga para perumus pengembangan kurikulum di madrasah cukup kesulitan untuk mengembangkan materi-materi mata pelajaran IPA yang sesuai dengan kondisi sosial budaya masyarakatnya.

(35)

139 yang terlihat di lapangan para pengembangan kurikulum mata pelajaran IPA terlihat verbal dan kaku. Hal itu terlihat dalam pengembangan silabus yang dilakukan oleh guru, Standar Komptensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) sebagai rujukan untuk mengembangkan indikator-indikoator proses pembelajaran tidak mengalami pengembangan.

B. Rekomendasi

Setelah dilakukan penelitian dan pembahasan hasil penelitaian maka ada baiknya temuan-temuan penelitian ini bisa menjadi acuan bagi pengembangan kurikulum IPA selanjutnya. Oleh karena itu ada beberapa rekomendasi yang menurut penulis sangat perlu untuk dikemukakan, rekomenadsi tersebut antara lain:

1. Untuk Guru dan Madrasah

(36)

140 2. Untuk Instansi terkait

Pengembangan kurikulum mata pelajaran IPA di satuan pendidikan memerlukan perhatian yang serius dari pemerintah. Oleh karena itu instansi seperti Kemenag yang membawahi pendidikan Islam perlu memfasilitasi terjadinya proses pengembangan kurikulum, bukan hanya perhatian dalam bentuk sosialisasi, tetapi akan lebih baik jika Kanwil Kemenag ataupun Kantor kemenag mampu menghadirkan para pakar kurikulum untuk dijadikan nara sumber ataupun konsultan dalam proses pengembangannya sehingga pengembangan kurikulum benar-benar dilakukan sesuai dengan kebutuhan daerah atupun kebutuhan peserta didik serta kebutuhan zaman.

3. Untuk Penelitian Selanjutnya

(37)

141 DAFTAR PUSTAKA

Al-Attas, Syed Muhammad Naquib. 1978. Islam dan Sekularisme. Diterjemaahkan oleh Karsidjo Djojosuwarno. 1981. Bandung: Penerbit Pustaka.

Al-Attas, Syed Muhammad Naquib. 1980. Konsep Pendidikan dalam Islam;Suatu Rangka Pikir ke Arah Pembinaan Filsafat Pendidikan Islam. Diterjemaahkan oleh Haidar Bagir. 1994. Bandung: Penerbit Mizan.

Abdullah, M. A. (1998). Problem Epistimologis-Metodologis Pendidikan Islam, dalam Abdul Munir Mulkhan, et.al. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Arikunto. Suharsini. (1991). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rieneka Cipta

Azra. Azyiumardi (1999). Paradigma pendikan Islam. Jakarta: Logos

Armas, Adnin. 2005. Werternisasi dan Islamisasi, Islamia, 1 (6): 9. Tim Departemen Pendidikan Dewan Pimpinan Pusat Hidayatullah t.t., t.p., t.t. Buku Induk Seri Konsep Sekolah Integral

Badan Standar Nasional Pendidikan, Depdiknas (2006), Panduan Penyusunanan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidilan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah, Jakarta

Bisri, Cik Hasan, Ed. (1999) Dinamika Pemikiran Islam di Perguruan Tinggi. Jakarta: Logos

Bogdan, RC dan Biklen, S (1982), Qualitative Research for Education An Introduction to Theory and Metods, Boston : Massachusetts.

Bogdam, R Biklen , S. K (1982) Qualitative Research for Education: An Introduction and Theory and Methods, Boston: Allyn Bacon

Borg, W.R and Gall, M.D (2003) Educational Research: An Introduction, Seven Edition New York: Logman

Departemen Agama, (2006) Stadar Isi Madrasah Tsanawiyah , Depag pusat Danim, Sudarwan. 2002. Menjadi Peneliti Kualitatif. Bandung: Pustaka Setia. Daud, Wan Mohd Nor Wan. 1998. Filsafat dan Praktek Pendidikan Islam Syed M.

(38)

142 Dawam Ainurrafiq,(2005). Manajemen Madrasah Berbasis Pesantren. Jakarta:

Lastafarista Putra.

Departemen Agama, (2005 ). Pedoman Integrasi Life Skills Dalam Pembelajaran. Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam. Jakarta.

Departemen Agama, (2005).Desain Pengembangan Madrasah. Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam. Jakarta.

Depdiknas (2006), Himpunan Peraturan Perundang- Undangan Bidang Pendidikan (Keputusan Menteri Pendidikan Nasional 2006), Jakarta : Biro Hukum dan Organisasi Sekjen Depdiknas.

Dirjen, Kelembagaan Agama Islam,(2006). Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum 2006. Jakarta

Doll.. R. C. (1978). Curriculum Improvment: Decision Making and Process. Boston: Allyn Bacon Inc

(Ed). 2000. Merombak Pola Pikir Intelektual Muslim. Diterjemaahkan oleh Agung Prihantoro dan Fuad Arif Fudyartanto. 2000. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Gagne. RM and Briggs. ()979). The Conditioning of Learning. New York: Holt Rinehart and Winston.

Hamalik, Oemar. 2008. Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Hasan Said. H (2007), Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, dalam Ali.M, Ibrahim, R Sukmadinata, N.S, Sudjana, D dan Rasyidin., W (penyunting), Ilmu dan Aplikasi Pendidikan, Bandung, Pedagogiana ( halaman 447-493), Husaini, Adian. 2005. Wajah Peradaban Barat; dari Hegemoni Kristen ke

Dominasi Sekuler-Liberal. Jakarta: Gema Insani Press.

Hasan, Said Hamid. (1988). Evaluasi Kurikulum. Jakarta: Depdikbud -Dirjen Dikti P2LPTK.

H.A.R. Tilaar. (1998). Manajemen Pendidikan Nasional: Kajian Pendidikan Masa Depan. Bandung: Remaja Rosdakarya

(39)

143 Ibrahim, Sakdiah (2005) Penerapan Pendekatan Mutual Adaptive Dalam implementasi Kurikulum 2004, Desertasi Doktor tidak dipublikasikan, Bandung PPS UPI Bandung

John W Creswell (1994), Research Design Qualitative and Quantitative Approaches, London: Sage Publications, International Education and Professional Publisher, Thousand Oaks.

Miller, John P, Wayne Seller (1987) Curriculum Perspectives and Practice, Logman, New York & London

Moeleong, Lexi J. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Moleong, (1999) Penelitian Kualitatif dalam Pendidikan Teori dan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta.

Miles, Matthew B, dan Huberman, A Michael (1984), Analisis Data Kualitatif, Alih Bahasa Tjejtep Rohendi, Jakarta: UI Press.

Muhaimin, (1993). Pemikiran Pendidikan Islam. Trigenda Karya. Bandung Muhaimin, (2007) Pengembangan Kurikulum Pendidikan Islam, Jakarta: PT

Rajagrafindo Persada

Muhaimin. 2004. Wacana Pengembangan Pendidikan Islam.Yogjakarta: Pustaka Pelajar

Muslich, Masnur. (2007). KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual. Jakarta: PT. Bumi Aksara

Mulyasa, E. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Bandung; Remaja Rosdakarya, 2007

Mulyasa, E (2002), Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep Karakteristik dan Implenmentasi, Bandung, Remaja Rosdakarya

Nasution S, (1988) Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Tarsiti Bandung Nasution S (1996). Beberapa Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar.Jakarta

Bina Aksara.

(40)

144 Nata Abudin, (2001). Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan

lembaga-lembaga Pendidikan Islam di Indonesia. Grasindo. Jakarta.

Nazir, Moh. 2005. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia. Poerwadarminta, W.J.S. 1985. Kamus Umum IPA. Jakarta: Balai Pustaka Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 tahun 2006 tentang standar isi

untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 tahun 2006 tentang Pelaksanaan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 dan 23 tahun 2006.

Pusat Pengembangan Kurikulum. (April 2006). Kebijakan Dasar Kurikulum 2006. Jakarta.

Qomar, Mujammil. 2002. Epistmelogi Pendidikan Islam; dari Metode Rasional hingga Metode Kritik. Jakarta: Penerbir Erlangga.

Sanjaya, Wina (2006), Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, Jakarta, Kencana,

Sardar, Ziauddin. 1998. Jihad Intelektual,Merumuskan Parameter-Parameter Sains Islam. Diterjemahkan oleh AE Priyono. 1998. Ponorogo: Risalah Gusti. Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Pendidikan; Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta

Sukmadinata, N.S. (2005) Metodologi Penelitian. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.

Sukmadinata, N.S. (2005). Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek Bandung: PT Remaja Rosda Karya

Susilana, Rudi, dkk. (2006) Kurikulum Dan Pembelajaran. Tim Pengembang MKDP Kurikulum dan Pembelajaran Universitas Pendidikan Indonesia. Sukmadinata, N.S (2004), Kurikulum dan Pembelajaran Kompetensi, Bandung,

Yayasan Kusuma Karya

Sukmadinata, N.S (2007), Pengembangan Kurikulum Teori dan Prakatek, Bandung, Remaja Rosdakarya,

(41)

145 Tn, 2005. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional

Pendidikan. Bandung: Panitia Seminar.

Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bandung : Fokus Media.

Zais, R.S (1976) Curriculum: Principles and Foundation New York: Happer & Row Publisher

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan dari uraian diatas maka penelitian ini berjudul “pengaruh ukuran daerah, jumlah skpd, umur pemerintah daerah, dan temuan audit terhadap tingkat

Aplikasi SPSS (Statistical Product and Service Solutions) untuk penyusunan skripsi & tesis , USU Press, Meda n.. Skala Pengukuran

Agensia

[r]

Jika Ditemukan Bukti Baru Kasus Dugaan Penyelewengan DKA BANtul, Siap Dibuka Kembali, TH 06:30 Sahabat MQ/ Kejaksaan Tinggi Daerah Istimewa Yogyakarta/ menyatakan siap

dengan menggunakan minus one sebagai musik pengiring nyanyian dalam

Peraturan MENPAN No.52 tahun 2014, tentang Pedoman Pembangunan Zona Integritas Menuju Wilayah Bebas Dari Korupsi dan Wilayah Birokrasi Bersft dan Melayani.. Keputusan

Bukti kontrak pengalaman paling sedikit 1 (satu) pekerjaan sebagai Penyedia dalam kurun waktu 4 (empat) tahun terakhir, baik di lingkungan pemerintah maupun swasta termasuk